SKRIPSI
Oleh
DEWI SUHASTI
NIM. 161000055
SKRIPSI
Oleh
DEWI SUHASTI
NIM. 161000055
ii
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa Skripsi saya yang berjudul “Analisis
Nosokomial di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2020”
beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini,
saya siap menaggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Dewi Suhasti
iii
Abstrak
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang timbul ketika pasien dirawat di rumah
sakit dan tidak dalam masa inkubasi, biasa terjadi 48 jam hingga empat hari sejak
pasien dirawat di rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
pelaksanaan dan penerapan perilaku perawat dan fasilitas sanitasi dalam
pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat inap RSUD Dr.Pirngadi Medan.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 79 perawat.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan
observasi fasilitas sanitasi ruang rawat inap serta dianalisa secara deskriptif untuk
mengetahui frekuensi, persentase, dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (51,9%) perawat
pada kelompok umur 31-40 tahun, berjenis kelamin perempuan (94,9%) dengan
jenjang pendidikan D.III Keperawatan (58,2%). Mayoritas perawat (53,2%) pada
kelompok lama kerja 10-20 tahun dan pernah mengikuti pelatihan infeksi
nosokomial (81%). Secara keseluruhan tingkat pengetahuan perawat paling
banyak (69,6%) perawat memiliki tingkat pengetahuan baik. Sikap perawat
sebagian besar (73,4%) memiliki sikap baik dan juga dengan tindakan sebagian
besar (94,9%) perawat memiliki tindakan baik. Hasil observasi fasilitas sanitasi
ditemukan bahwa dari 8 ruang rawat inap sebanyak 3 ruangan (37,5%) tidak
tersedia air minum diruang rawat inap, tidak tersedianya slogan memelihara
kebersihan di toilet perawat sebesar (87,5%), tidak tersedianya slogan memelihara
kebersihan di toilet pasien sebesar (62,5%), wastafel rusak sebesar (25%) serta
tidak mengangkut limbah ruang rawat inap ke TPS lebih dari 2x24 jam sebesar
(50%). Pada kesehatan udara, pengendalian vektor serta pengelolaan linen sudah
baik dan sesuai standar. Disarankan kepada perawat untuk rutin mengikuti
pelatihan infeksi nosokomial dan menambah wawasan bacaannya mengenai
infeksi nosokomial. Pihak rumah sakit juga rutin menyelenggarakan pelatihan
infeksi nosokomial serta menyediakan media informasi berupa poster dan leaflet
tentang pencegahan infeksi nosokomial serta melengkapi fasilitas sanitasi dalam
upaya pencegahan infeksi nosokomial.
Kata kunci : Infeksi nosokomial, perilaku perawat, fasilitas sanitasi
iv
Abstract
v
Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah yang
Nosokomial di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2020”.
Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar
Sumatera Utara.
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada
kepada:
1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
4. Dr. Sri Malem Indirawati, S.K.M, M.Si., selaku Dosen Penguji I dan Ir. Indra
Chahaya S., M.Si. selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan
vi
5. Drs., Tukiman, M.K.M. selaku dosen penasehat akademik yang telah
7. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak
8. dr. Suryadi Panjaitan, M.Kes, Sp.PD, FINASIM selaku Direktur RSUD Dr.
Kabid Penelitian & Pengembangan RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan, Dr.
Rudi Mahruzar, Sp. PD selaku Kabid Pengolahan Data Rekam Medik RSUD
Dr. Pirngadi Kota Medan, Tiarma Br. Manurung, S.Kep, Ns selaku Kabid
Sandang RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah mengizinkan penulis
melakukan penelitian.
9. Teristimewa untuk orang tua (Sukardiat dan Sunarmi) yang telah memberikan
kasih sayang yang begitu besar dan kesabaran dalam mendidik dan memberi
10. Terkhusus untuk saudara dan saudari (Muhammad Deni Wahyu dan Erina
vii
11. Senior-senior UKMI FKM USU yang telah menyemangati dan memotivasi
penulis.
Khoirunnisah, Mira, Adel, Ike, Nisa, Kamisa, Zelika, Indah, Ulfa, Chika,
Siska) yang selalu saling menyemangati satu sama lain dalam penyelesaian
skripsi.
13. Teman-teman selama di KKN Desa Baru Pasar VIII Kecamatan Hinai, PBL
14. Kepada seluruh pihak yang telah berjasa dan membantu penulis yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih banyak atas
sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat
bagi pembaca.
Dewi Suhasti
viii
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xii
Daftar Gambar xiv
Daftar Lampiran xv
Riwayat Hidup xvi
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 5
Tujuan umum 5
Tujuan khusus 5
Manfaat Penelitian 6
Manfaat teoritis 6
Manfaat aplikatif 6
Tinjauan Pustaka 7
Rumah Sakit 7
Tugas dan fungsi rumah sakit 7
Klasifikasi rumah sakit 8
Persyaratan sarana dan bangunan rumah sakit 9
Pengertian Hygiene dan Sanitasi 11
Hygiene 11
Sanitasi 12
Infeksi Nosokomial 13
Definisi infeksi nosokomial 13
Jenis-jenis infeksi nosokomial 14
Klasifikasi infeksi nosokomial 21
Mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial 22
Cara penularan infeksi nosokomial 24
Sumber penularan infeksi nosokomial 25
Dampak infeksi nosokomial 26
Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Nosokomial 27
Pengendalian infeksi nosokomial 27
Pencegahan infeksi nosokomial 28
ix
Kewaspadaan Standar dan Berdasarkan Transmisi 30
Kewaspadaan standar 30
Kewaspadaan berdasarkan transmisi 50
Karakteristik Perawat 51
Usia 51
Jenis kelamin 52
Tingkat pendidikan 52
Lama bekerja 53
Pelatihan infeksi nosokomial 53
Hak dan Kewajiban Perawat 53
Konsep Perilaku 55
Batasan perilaku 55
Perilaku kesehatan 56
Domain perilaku 56
Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Berdasarkan Permenkes RI Nomor 7
Tahun 2019 59
Landasan Teori 67
Kerangka Konsep 69
Metode Penelitian 70
Jenis Penelitian 70
Lokasi dan Waktu Penelitian 70
Populasi dan Sampel 70
Subjek Penelitian 71
Definisi Operasional 72
Metode Pengumpulan Data 74
Metode Pengukuran Data 75
Metode Analisis Data 78
Hasil Penelitian 79
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 79
Klasifikasi Ruang Rawat Inap Berdasarkan Ketersediaan Kamar dan
Izin Penelitian di RSUD Dr. Pirngadi Medan 79
Karakteristik Perawat 98
Data Perilaku 98
Pengetahuan perawat 99
Sikap perawat 99
Tindakan perawat 101
Tabulasi Silang 103
Tabulasi silang tingkat pendidikan dengan pengetahuan perawat 104
Tabulasi silang lama bekerja dengan tingkat pengetahuan perawat 104
Tabulasi silang tingkat pengetahuan dengan sikap perawat 104
Tabulasi silang tingkat pengetahuan dengan tindakan perawat 105
Fasilitas Sanitasi Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan 106
x
Pembahasan 110
Karakteristik Perawat 110
Pengetahuan Perawat 115
Sikap Perawat 118
Tindakan Perawat 120
Tabulasi Silang 122
Fasilitas Sanitasi Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan 125
Keterbatasan Penelitian 131
xi
Daftar Tabel
No Judul Halaman
xii
13 Distribusi Frekuensi Perawat Menurut Sikap dalam
Pencegahan Infeksi Nosokomial di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2020 99
xiii
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Kerangka konsep 69
xiv
Daftar Lampiran
xv
Riwayat Hidup
pada tanggal 15 Juni 1997. Penulis beragama Islam, anak pertama dari pasangan
Dewi Suhasti
xvi
Pendahuluan
Latar Belakang
merupakan sumber dari berbagai penyakit, yang berasal dari penderita maupun
dari pengunjung yang berstatus karier. Berbagai macam bakteri patogen dapat
hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti udara, air, lantai,
makanan dan benda-benda peralatan medis maupun non medis. Jadi infeksi yang
yang disertai dengan suatu gejala klinis maupun lokal yang muncul selama
seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala
selama seseorang itu dirawat atau telah selesai dirawat (T. Graha, 2011).
rumah sakit yang berasal dari 14 negara yang berada di empat kawasan (regional)
WHO, terdapat sekitar 8,7% penderita infeksi nosokomial yang dirawat di rumah
Pada tahun 1999 seorang peneliti bernama S. Kim Jacobs dari Amerika
Serikat memperoleh data infeksi nosokomial sebesar 75% yang terjadi pada
pasien pasca bedah. Dari persentase tersebut terdapat infeksi saluran kemih
1
2
sebesar 42%, infeksi saluran pernafasan sebesar 14%, dan infeksi aliran darah
Pada tahun 2003 berdasarkan hasil survey point prevalence dari 11 rumah
sakit di DKI Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jaya dan Rumah Sakit Penyakit
Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta, terdapat kasus infeksi nosokomial pada
kejadian ILO (Infeksi Luka Operasi) 18,9%, ISK (Infeksi Saluran Kemih) 15,1 %,
IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, Pneumonia 24,5% dan Infeksi
Saluran Napas lain 15,1%, serta Infeksi lain 32,1% (Lelonowati, 2015).
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar seperti terjadinya infeksi
perantara penularan infeksi nosokomial kepada pasien adalah perawat, hal ini
cukup banyak dan dapat tersebar dimana saja. Petugas pelayanan medis selalu
3
kontak dengan penderita, hal ini sangat memungkinkan bahwa petugas tersebut
2008).
pasien, pengunjung, pekerja medis, pekerja non medis dan lain sebagainya untuk
lingkungan baik fisik, biologi, dan kimiawi di rumah sakit yang memungkinkan
lingkungan yang sehat baik secara aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial
tanggal 7 Maret 2020, diperoleh data dari rekam medik melalui hasil surveilans
4
Infeksi (PPI) RSUD Dr. Pirngadi Medan ditemukan bahwa pada tahun 2017
kejadian Infeksi Aliran Darah (IAD) sebesar 42 kasus (10,74‰), phlebitis sebesar
25 kasus (2,76‰) dan Infeksi Luka Operasi (ILO) sebesar 9 kasus(4,42‰). Pada
kejadian Infeksi Aliran Darah (IAD), data yang didapatkan cukup tinggi yang
seharusnya tidak melebihi target capaian dari Permenkes RI No. 27 Tahun 2017
Kesehatan yaitu 3,5‰. Pada tahun 2018 diperoleh kejadian Infeksi Aliran Darah
Luka Operasi (ILO) sebesar 5 kasus(3,21‰). Sedangkan pada tahun 2019 data
yang diperoleh dari Komite PPI RSUD Dr. Pirngadi Medan mengalami penurunan
yaitu kejadian phlebitis sebesar 15 kasus(0,85‰) dan Infeksi Luka Operasi (ILO)
bahwa laporan hasil surveilans infeksi tersebut tidak semua ruangan rawat inap
yang dilakukan surveilans, melainkan hanya ruangan intensive saja yang dipantau.
Alasan tidak dilakukannya surveilans pada seluruh ruang rawat inap yaitu
memerlukan waktu yang cukup lama, memerlukan petugas yang cukup banyak
serta biaya operasional yang cukup mahal untuk melakukan kultur bakteri.
Dari hal inilah peneliti ingin mengetahui lebih banyak informasi tentang
nosokomial di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2020.
5
Perumusan Masalah
ditemukan kejadian infeksi nosokomial pada RSUD Dr. Pirngadi Medan. Pada
berkala, sehingga perlu dilakukan analisis perilaku perawat dan fasilitas sanitasi
Tujuan Penelitian
nosokomial di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2020.
berikut :
nosokomial.
Manfaat Penelitian
Lingkungan.
perawat.
infeksi nosokomial
Tinjauan Pustaka
Rumah Sakit
tentang rumah sakit, rumah sakit memiliki tugas memberikan pelayanan kesehatan
memiliki fungsi:
medis.
7
8
pada semua bidang jenis penyakit seperti: pelayanan medik dan penunjang
Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang memiliki
jumlah tempat tidur paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) buah.
Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang memiliki
Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang memiliki
Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang memiliki
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin
Rumah sakit khusus kelas A adalah rumah sakit khusus yang memiliki
Rumah sakit khusus kelas B adalah rumah sakit khusus yang memiliki
Rumah sakit khusus kelas C adalah rumah sakit khusus yang memiliki
a. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaannya rata,
cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung
logam berat.
memiliki lebar bukaan minimal 120 cm, dan pintu-pintu yang tidak
cm.
lantai.
c. Pintu untuk kamar mandi di ruangan perawatan pasien dan pintu toilet
a. Kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan
ataupun minum harus di ruangan khusus dalam keadaan tertutup dan memakai
mandi.
pencegahan suatu penyakit dengan cara memutus mata rantai dari sumbernya.
pengawasan terhadap lingkungan baik itu lingkungan fisik, biologis, sosial dan
(Entjang, 2000). Menurut Winslow, kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni
keduanya saling berkaitan dalam mendukung perilaku hidup bersih dan sehat.
Misalnya hygiene yang sudah baik karena petugas mau mencuci tangan dengan
bersih menggunakan sabun sebelum dan sesudah menangani pasien, tetapi jika
keadaan sanitasi lingkungan buruk seperti tidak tersedianya air bersih yang cukup
maka aktifitas mencuci tangan tidak dapat dilakukan dengan baik dan sempurna.
Infeksi Nosokomial
Definisi infeksi nosokomial. Nosokomial berasal dari bahasa Yunani,
yaitu terdiri dari kata nosos yang artinya penyakit dan komeo yang artinya
nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau terjadi di rumah
Infeksi nosokomial adalah suatu kejadian infeksi yang didapat atau muncul
ketika pasien berada dirawat di rumah sakit, akibatnya dapat menjadi penyebab
langsung kematian, pasien dirawat lebih lama dan pasien membayar lebih mahal
14
infeksi yang didapat oleh penderita ketika penderita tersebut sedang dirawat di
rumah sakit atau pernah dirawat di rumah sakit dan baru menampakkan gejala
acquired infections (HAI) adalah infeksi yang didapat selama penderita di rawat
di rumah sakit dan tidak sedang dalam fase inkubasi saat seseorang tersebut
masuk rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya. Sebagian besar
infeksi nosokomial terjadi antara 48 jam hingga empat hari sejak penderita
yang disingkat HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika pasien masuk
tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah
sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada
petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di
berikut:
15
Menurut Septiari (2012), infeksi luka operasi adalah infeksi yang terjadi
pada waktu 30 hari setelah operasi pada saat tidak menggunakan implan atau
dapat terjadi pada waktu 1 tahun jika terdapat implan. Infeksi ini melibatkan
bagian organ anatomi tertentu yang dibuka atau dimanipulasi saat operasi yang
ditandai dengan: (a) Keluarnya cairan parulen dari drain organ dalam; (b) Didapat
isolasi bakteri dari organ dalam; (c) Ditemukan abses; (d) Dinyatakan infeksi oleh
prabedah tanpa adanya luka atau operasi luka yang dapat melibatkan
aseptik dan antiseptik yang pada saat itu saluran pencernaan maupun
pernapasan tidak dibuka. Contoh kasus pada pada luka operasi bersih
napas, saluran kemih, atau pemasangan drain. Contoh kasus pada luka
terkontaminasi ini seperti daerah dengan luka yang telah terjadi 6-10
jam dengan atau tanpa benda asing, tidak ada gejala infeksi namun
terkontaminasi yaitu operasi usus besar, operasi kulit (luka kulit akibat
kondisi luka terbuka yang telah terjadi selama lebih dari 10 jam, adanya
luka dengan tanda-tanda klinis infeksi, serta luka perforasi organ visera.
Contoh kasus pada luka operasi kotor yaitu luka rudapaksa yang lama
Infeksi Saluran Kencing (ISK) adalah infeksi yang dapat terjadi pada
saluran ginjal (ureter), kandung kemih (bladder), atau saluran kencing bagian luar
(uretra). Bakteri utama pada ISK adalah Eschericia coli (E. coli) yang terdapat
pada tinja manusia dan hidup di kolon. Penderita ISK umumnya adalah wanita
dikarenakan wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari uretra pria sehingga
di Amerika Serikat yang terinfeksi ISK setiap tahunnya yang sebagian besar
asimtomatik, dan ISK lainnya (ginjal, ureter, kandung kemih, uretra, jaringan
dikeluarkan sedikit),
c. Warna air kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada
darah,
mencapai ginjal (diiringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual
atau muntah).
atas 2 jenis yaitu saluran napas atas dan saluran napas bawah. Infeksi saluran
tonsillitis, dan otitis. Sedangkan pada infeksi saluran pernapasan bawah meliputi:
Infeksi Aliran Darah (IAD) merupakan infeksi darah yang muncul tanpa
adanya organ atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi (Septiari,
2012).
18
intravaskuler. Pada tahun 1986 hingga 1990, rumah sakit yang menggunakan
hingga 30,2 (ICU bakar) kasus IAD per 1000 hari central catheter. Pada IAD-CR
noncentral catheter angka yang didapat lebih rendah,yaitu dari 0 (ICU jantung,
medis, dan medis-bedah) hingga 2,0 (ICU trauma) kasus IAD per 1000 hari
Pada kasus infeksi nosokomial luka bakar, berbagai macam bakteri dapat
sering menyebabkan kenaikan suhu tubuh tanpa akibat yang serius. Sedangkan
dari pasien luka bakar lain yang dirawat bersama, dari tangan perawat, dari benda-
benda lain dan dari udara. Penularan pada udara jarang terjadi, terutama bagi
bakteri gram negatif, tetapi dapat terjdi bila ganti balut dilaksanakan di bangsal
6. Bakterimia
bakteri yang mampu hidup didalam aliran darah secara sementara, hilang timbul
maupun menetap serta dapat berlanjut pada sepsis yang angka kematiaannya
cukup tinggi. Faktor risikonya pada orang dewasa umumnya adalah seperti
penggunaan steroid.
tubuh dapat segera membasmi bakteri tersebut. Namun jika telah menjadi sepsis,
b. Hiperventilasi
c. Menggigil
e. Ruam kulit
7. Febris puerperalis
tenaga dorong/his dari uterus (power), janin yang harus terdorong keluar
(passenger), serta jalan lahir (passage) saat persalinan berjalan (Septiari, 2012).
Hal ini dapat terjadi apabila setelah beberapa saat penderita mengkonsumsi
parasit. Penyebab yang paling sering terjadi adalah bakteri atau toksinnya seperti
Perjalanan sindrom ini bersifat akut (hanya hitungan jam), dan dalam hal
ini dengan mudah dan cepat dikenal sehingga perlu segera adanya tindakan
penanggulangan. Gejala dan tanda yang telah diketahui di atas dapat diperkuat
menyerang neonatus atau balita, sebab faktor kerentanan terinfeksi pada saluran
9. Phlebitis
Vena menjadi sasaran phlebitis yaitu peradangan dinding vena yang dapat
intravena terpasang, kulit tampak merah (rubor), bengkak (edema), panas (color)
timbul jika diagnosa tidak segera ditangani dan dapat ditegakkan jika penderita
penderita lain.
22
dengan infeksi nosokomial. Infeksi ditularkan dari penderita atau anggota staf
nosokomial. Seperti lingkungan yang kotor dalam rumah sakit, alat-alat untuk
pemeriksaan atau pengobatan yang tidak steril. Infeksi ini juga dapat terjadi dari
sakit.
1. Bakteri
(patogenic bacteria).
23
a. Bakteri komensal. Jenis bakteri ini dikenal sebagai flora normal usus
Escherichia coli.
aureus yang terdapat di kulit dan hidung penderita maupun staf rumah
yang menyebar melalui aliran darah. Selain itu terdapat juga bakteri
2. Virus
jalur penularan tinja-mulut. Virus lain yang dapat menularkan infeksi nosokomial
seperti cytomegalovirus, HIV, Ebola, virus influenza, virus herpes simplex dan
immunocompromised atau sering disebut orang yang memiliki sistem imun yang
Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung
maupun droplet. Kontak langsung dapat terjadi bila sumber infeksi berhubungan
langsung dengan pejamu, seperti dari manusia ke manusia pada penularan infeksi
virus hepatitis A secara faecal oral. Kontak tidak langsung dapat terjadi apabila
penularan membutuhkan suatu objek perantara (benda mati). Hal ini dapat terjadi
Penularan ini dapat terjadi pada benda mati yang telah terkontaminasi oleh
sangat kecil sehingga dapat menginfeksi pejamu dalam jarak yang cukup jauh,
bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari suatu mikroorganisne yang
menempel pada tubuh vektor, seperti shigella, dan salmonella oleh lalat.
dalam tubuh vektor, dan dapat terjadi perubahan secara biologis, seperti malaria
dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologis, seperti yersenia pestis
pada ginjal.
1. Infeksi endogen. Bakteri ini berasal dari flora normal yang dapat
2. Infeksi silang eksogen. Berasal dari flora penderita maupun staf rumah
sakit yang telah terinfeksi. Bakteri dalam infeksi silang eksogen ini dapat
maupun pakaian.
3. Flora yang berasal dari lingkungan perawatan kesehatan. Infeksi ini dapat
c. Makanan
yang tinggi.
secara terus menerus terhadap suatu populasi yang tujuannya untuk pencegahan
bukanlah ditentukan oleh canggihnya peralatan yang ada, tetapi ditentukan oleh
2. Adanya peraturan yang jelas dan tegas serta dapat dilaksanakan dengan
setelah dimengerti semua petugas. Standar ini meliputi standar diagnosis ataupun
standar pelaksanaan tugas tugas. Peran perawat sangat besar pada pelaksanaan dan
rumah sakit dengan tujuan mengembalikan sikap mental yang benar dalam
merawat penderita.
yang baik saja, tetapi aspek epidemiologi juga ikut peran serta dalam pencegahan
infeksi nosokomial.
pasien sehingga rumah sakit dapat meningkatkan mutu pelayanan yang efektif dan
efisien.
diisolasi.
29
tidur.
4. Adanya aturan yang tegas bagi petugas kesehatan dan pengunjung untuk
di rumah sakit.
lainnya.
saluran pernapasan.
9. Gunakan kateter vena yang sudah diberikan antibakteri agar tidak dapat
11. Gunakan kateter urin yang sudah dilapisi silver alloy untuk mencegah
13. Semua instrumen medis dan perlengkapan lainnya harus disterilisasi demi
Universal dan Isolasi Zat Tubuh merupakan pedoman yang diterapkan di rumah
sakit untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi. Namun adanya kedua sistem
memilih pedoman pencegahan mana yang yang harus digunakan. Sehingga untuk
dirancang untuk diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik yang telah didiagnosis,
1. Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan cara mencuci tangan dengan air
mengalir dan sabun apabila tangan kotor terkena cairan tubuh, atau menggunakan
alkohol bila tangan tidak tampak kotor. Selain itu kuku petugas harus selalu bersih
dan terpotong pendek, tidak menggunakan kuku palsu, dan tanpa memakai cincin.
Cuci tangan dengan sabun/ antimikroba lalu dibilas dengan air dapat dilakukan
pada saat:
a. Bila tangan terlihat kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien berupa
darah, cairan tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, mengganti
b. Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya
tangan:
a. Umum
biologi/bahan infeksius.
Boot).
kulit yang tidak utuh dan selaput lendir dari pasien ke petugas dan
sebaliknya.
dari petugas.
b. Jenis-jenis APD
1) Sarung tangan
2) Masker
mulut dari cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau permukaan
lingkungan udara dari petugas pada saat batuk atau bersin. Masker
yaitu:
melalui droplet.
adanya cacat atau lapisan yang tidak utuh. Jika cacat atau terdapat
lapisan yang tidak utuh, maka tidak dapat digunakan dan perlu
diganti.
berada diatas.
- Tariklah tali pengikat respirator yang atas dan posisikan tali agak
respirator yang bawah dan posisikan tali pada kepala bagian atas
terbuat dari logam. Tekan sisi logam tersebut (gunakan dua jari
3) Gaun pelindung
- Gaun steril
- Membersihkan luka
- Tindakan drainase
36
atau WC/toilet
- Tindakan bedah
- Perawatan gigi
dekontaminasi CSSD.
5) Sepatu pelindung
- Penanganan limbah
- Tindakan operasi
- Penanganan linen
6) Topi pelindung
pelindung:
- Tindakan operasi
- Intubasi trachea
c. Pelepasan APD
- Lepaskan apron
- Lepaskan masker
kemudian lepaskan.
terkontaminasi.
telah terkontaminasi.
- Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun
pelindung saja.
infeksius.
4) Melepas Masker
- Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi.
darah atau cairan tubuh (pre-cleaning, cleaning, disinfeksi, dan sterilisasi) sesuai
a. Rendam peralatan bekas pakai dalam air dan detergen atau enzyme lalu
lainnya.
prinsip pembuangan sampah dan limbah yang benar. Hal ini juga
d. Untuk alat bekas pakai yang akan di pakai ulang, setelah dibersihkan
menit.
disterilisasi.
41
4. Kesehatan Lingkungan
berupa upaya perbaikan kualitas udara, kualitas air, dan permukaan lingkungan,
a. Kualitas Udara
kebersihan udara, kecuali dry mist dengan H2O2 dan penggunaan sinar
baru.
b. Kualitas air
c. Permukaan lingkungan
klorin 0,5%.
pada saluran napas, hindari penggunaan sapu ijuk dan yang sejenis,
tapi gunakan cara basah (kain basah) dan mop (untuk pembersihan
tempat tidur dengan bed rails, tiang infus, tombol telpon, gagang
5. Pengelolaan limbah
a. Risiko limbah
cidera.
pemusnahan.
Secara umum limbah medis dibagi menjadi padat, cair, dan gas.
2) Pemisahan limbah
bagian dari tubuh, otopsi, cairan tubuh, produk darah yang terdiri
kantor.
cair (spoelhoek).
6. Penatalaksanaan linen
terkontaminasi adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh lainnya,
termasuk juga benda tajam. Penatalaksanaan linen yang sudah digunakan harus
perlengkapan APD yang sesuai dan membersihkan tangan secara teratur sesuai
udara dan petugas yang menangani linen tersebut. Semua linen kotor
linen dipakai.
kebocoran.
kantong kuning. Pastikan kantong tidak bocor dan lepas dari ikatan
kebijakan untuk penatalaksanaan akibat tusukan jarum atau benda tajam bekas
pakai pasien, yang berisikan antara lain siapa yang harus dihubungi saat terjadi
kecelakaan dan pemeriksaan serta konsultasi yang dibutuhkan oleh petugas yang
bersangkutan.
Petugas harus selalu waspada dan hati-hati dalam bekerja untuk mencegah
terjadinya trauma saat menangani jarum, scalpel dan alat tajam lain yang dipakai
spuit. Buang jarum, spuit, pisau, scalpel, dan peralatan tajam habis pakai lainnya
insenerator. Bila wadah khusus terisi ¾ harus diganti dengan yang baru untuk
menghindari tercecer.
suntik bekas pasien atau terpercik bahan infeksius maka perlu pengelolaan yang
cermat dan tepat serta efektif untuk mencegah semaksimal mungkin terjadinya
8. Penempatan Pasien
48
dalam satu ruangan tetapi pasien TB-HIV dapat dirawat dengan sesama
pasien TB.
Petugas, pasien dan pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas, harus
a. Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan atau lengan
atas.
tangan.
petugas.
Pakai spuit dan jarum suntik steril sekali pakai untuk setiap suntikan,
kontaminasi mikroba saat obat dipakai pada pasien lain. Jangan lupa membuang
Semua petugas harus memakai masker bedah, gaun bersih, sarung tangan
steril saat akan melakukan tindakan lumbal pungsi, anestesi spinal/ epidural/
1. Melalui kontak
instrumen, jarum, kasa, mainan anak, dan sarung tangan yang tidak
diganti.
tangan.
2. Melalui droplet
dikeluarkan pada saat batuk, bersin, muntah, bicara, selama prosedur suction,
51
bronkhoskopi, melayang di udara dan akan jatuh dalam jarak <2 m dan mengenai
mukosa atau konjungtiva, untuk itu dibutuhkan APD atau masker yang memadai,
kuman (germ decontaminator). Jenis transmisi percikan ini dapat terjadi pada
kasus antara lain common cold, respiratory syncitial virus (RSV), Adenovirus,
menghirup percikan partikel nuklei yang berdiameter 1-5 μm (<5 μm) yang
udara >2 m dari sumber, dapat terhirup oleh individu rentan di ruang yang sama
atau yang jauh dari sumber mikroba. Penting mengupayakan pertukaran udara >12
Karakteristik Perawat
kepribadian yang menggambarkan suatu susunan batin manusia yang tampak pada
Usia. Usia perawat secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan
kinerja dalam praktik keperawatan, dimana semakin tua usia perawat maka dalam
(Smet, 2004).
telah menentukan bahwa laki-laki lebih agresif dan lebih besar kemungkinan
melakukan praktik keperawatan yang efektif dan efisien yang selanjutnya akan
pola pikir berpengaruh terhadap perilaku seseorang, dengan kata lain pola pikir
seseorang yang berpendidikan rendah akan berbeda dengan pola pikir seseorang
Lama bekerja. Lama bekerja adalah lama seorang perawat yang bekerja
di rumah sakit dari mulai awal bekerja sampai saat selesai seorang perawat
berhenti bekerja. Semakin lama masa kerja seseorang dalam bekerja maka
semakin banyak pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, hal ini dapat
dapat diketahui dari mulai awal perawat bekerja sampai saat berhenti atau masa
dalam pekerjaannya.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi kepada seluruh staf rumah sakit khususnya
pada perawat.
1. Hak perawat:
54
undangan;
dan/atau keluarganya;
diberikan;
perundang-undangan.
2. Kewajiban perawat:
mandiri;
tenaga kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan
tingkat kompetensinya;
Konsep Perilaku
dari manusia itu sendiri yang dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
(rangsangan) seseorang yang ada kaitannya dengan sakit dan penyakit, sistem
tiga bagian yaitu : perilaku hidup sehat, perilaku sakit, dan perilaku peran sakit.
2. Perilaku sakit
kesembuhannya.
dalam Notoatmodjo (2012) membagi perilaku manusia terdiri dari 3 (tiga) domain
57
yaitu : ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan
1. Pengetahuan (Knowledge)
tahu yang didapat dari proses belajar melalui proses pengindraan terhadap suatu
objek tertentu. Pengindraan dapat terjadi melalui panca indra manusia seperti :
mengetahui perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses secara
2. Sikap (Attitude)
58
a. Menerima (receiving)
b. Merespon (responding)
ataupun salah.
c. Menghargai (valuing)
Hal ini dapat terjadi jika mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
2012).
3. Tindakan (practice)
antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga sangat diperlukan
59
tingkatan yaitu:
2019
standar baku bagi ruang perawatan/ pasien yaitu diantaranya intensitas cahaya
pada saat ada pasien tidak tidur sebesar 250 lux sedangkan pada saat pasien tidur
sebesar 50 lux. Standar baku mutu untuk suhu berkisar 32-340C dengan
memiliki standar baku 45 dBA pada saat pasien tidak tidur dan 40 dBA pada saat
pasien tidur.
pasien, namun pada ruangan ini sedikit berbeda perlakuannya terhadap pasien
yang dirawat. Hal ini diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi yang memerlukan
perhatian istimewa misalnya : pasien yang berada dalam kondisi kritis atau
yang menggunakan berbagai alat bantu medis, serta pasien yang memerlukan
Adapun standar baku bagi ruang intensive yaitu diantaranya suhu berkisar
perawatan pada umunya yaitu saat ada pasien tidak tidur sebesar 250 lux
sedangkan pada saat pasien tidur sebesar 50 lux, untuk tingkat kebisingan pada
3. Fasilitas penyediaan air minum dan air kegunaan hygiene dan sanitasi
Tersedianya air untuk kebutuhan air minum, untuk hygiene sanitasi, dan
untuk keperluan khusus harus dapat memberikan jaminan bagi kesehatan dan
dengan baik.
Dilihat dari segi kuantitas, rumah sakit harus menyediakan air minum
kebutuhan ibu menyusui, penyediaan volume air bisa sampai 7,5 liter per tempat
tidur perharinya.
Air untuk keperluan hygiene dan sanitasi dilihat dari segi volumenya, air
disediakan olehrumah sakit per tempat tidur perhari dibedakan atas kelasnya.
liter/tempat tidur/hari.
tersebut harus dapat dipenuhi setiap hari dan besaran volume air untuk
Tabel 1
Standar Kebutuhan Air menurut Kelas Rumah Sakit dan Jenis Rawat
kebutuhan air dalam keadaan darurat. Setiap 6 (enam) bulan sekali harus
dilakukan pemeriksaan air untuk keperluan hygiene sanitasi bagi parameter kimia,
pelayanan rumah sakit harus memiliki standar baku mutu yang telah ditetapkan
seperti ruang operasi, ruang hemodialisis, ruang farmasi, ruang boiler, dan ruang
Toilet harus selalu terpelihara, dalam keadaan bersih, lantai terbuat dari
bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan tempat cuci
tangan) tersendiri. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi
dengan penahan bau (water seal). Letak toilet dan kamar mandi tidak
berhubungan langsung dengan dapur dan ruang perawatan, harus terpisah toilet
antara pria dan wanita, harus terpisah toilet antara pengunjung dan petugas, serta
Bagi pasien dan pengunjung, toilet harus terletak ditempat yang mudah
dijangkau dan ada petunjuk arah serta toilet untuk pengunjung dan pasien harus
dengan perbandingan 1 toilet untuk 1-20 pengunjung wanita, dan 1 toilet untuk 1-
kebersihan toilet serta tidak terdapat tempat penampungan dan genangan air yang
Ditempatkan pada lokasi yang tepat dengan air mengalir yang dilengkapi
sabun tangan dan atau hand rub serta bahan pengering tangan/tissue.
6. Pengelolaan limbah
63
rumah sakit terdiri atas 4 (empat) yaitu: pengamanan terhadap limbah padat
domestik, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), limbah cair, dan limbah gas.
(B3)
sakit meliputi limbah medis, baterai bekas, obat dan bahan farmasi
kadaluarsa, oli bekas, saringan oli bekas, lampu bekas, baterai, cairan
fixer dan developer, wadah cat bekas (untuk cat yang mengandung zat
toksik), wadah bekas bahan kimia, catridge printer bekas, film rontgen
dan lingkungan hidup yang ditimbulkan limbah cair. Limbah cair yang
salah satu kebutuhan pasien dirumah sakit yang dapat memberikan dampak
kenyamanan dan jaminan kesehatan. Pengelolaan linen yang kurang baik akan
berpotensi terjadinya penularan penyakit bagi pasien, staf dan pengguna linen
lainnya. Untuk mewujudkan kualitas linen yang sehat dan nyaman serta aman,
sebagai berikut:
a. Suhu air panas untuk pencucian 70°C dalam waktu 25 menit atau 95°C
c. Standar kuman bagi linen dan seragam tenaga medis bersih setelah
keluar dari proses cuci tidak mengandung 20 CFU per 100 cm persegi.
d. Pintu masuk linen kotor dan pintu keluar linen bersih harus berbeda
atau searah.
baku mutu, juga tersedia air panas dengan tekanan dan suhu yang
memadai.
ketentuan.
kegunaannya yaitu ruang linen kotor dan ruang linen bersih harus
o. Alur penanganan proses linen mulai dari linen kotor sampai dengan
Point).
petunjuk arahnya.
(steam), maka seluruh pipa steam yang terpasang harus aman dengan
yang memadai.
bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain tersebut harus memenuhi
rumah sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur mengenai standar baku mutu dan
Landasan Teori
Infeksi nosokomial rumah sakit atau Healthcare-associated infections
(HAI) pada setiap tahunnya menyebabkan infeksi lebih dari dua juta penderita
yang sedang dirawat di Rumah Sakit, atau sekitar 5-10% penderita rawat inap, dan
40% dibeberapa kawasan di Asia, bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit di 14
68
negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia tenggara, dan Pasifik yang
berperan penting dalam pencegahan infeksi nosokomial, hal ini disebabkan karena
pasien di ruang rawat inap rumah sakit dalam memberikan pelayanan keperawatan
kepada pasien.
1.527 pasien dari jumlah yang beresiko 160.417 (55,1%), sedangkan untuk
Rumah Sakit Swasta jumlah pasien 991 dari jumlah pasien yang beresiko 130.047
(35,7%), lalu pada Rumah Sakit ABRI dengan jumlah pasien 254 dari jumlah
pasien yang beresiko 1.672 (9,1%) (Soeroso, 2000) dikutip oleh Septiari (2012).
The Centers for Disease Control (CDC) USA menyatakan bahwa 36%
Kerangka Konsep
Karakteristik Perawat
Usia
Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
Lama Bekerja
Pelatihan Infeksi Nosokomial
Perilaku Perawat
Pengetahuan Upaya Pencegahan Infeksi
Sikap Nosokomial Di Ruang Rawat
Tindakan Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2020
Jenis Penelitian
dan fasilitas sanitasi dalam pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat inap
diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di
ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan yang terdiri dari perawat beserta
pihak yang mendukung penelitian ini seperti Instalasi Rawat Inap, Instalasi
untuk wawancara. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 79 perawat yang
terdiri dari:
70
71
hanya 8 ruang rawat inap saja perawat yang diberikan kuesioner untuk
inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan digunakan untuk perawatan pasien Covid-19
sehingga tidak dianjurkan untuk mewawancarai perawat tersebut, selain itu akibat
sementara waktu.
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pemberian kuesioner hanya
pada perawat saja yang jumlahnya adalah sebanyak populasi, yaitu sebanyak 79
Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah perawat yang bertugas di ruang rawat
inap RSUD Dr. Pirngadi Medan dan bekerja sama dengan pihak-pihak yang
mendukung penelitian ini yaitu Instalasi Rawat Inap, Instalasi Kesling dan
Definisi Operasional
5. Lama Bekerja adalah lama seorang perawat yang bekerja di Rumah Sakit
dari mulai awal bekerja sampai saat selesai seorang perawat berhenti
bekerja.
9. Sikap adalah suatu reaksi atau respon dari perawat dalam pencegahan
10. Tindakan adalah bentuk perbuatan atau aktivitas nyata dari perawat dalam
11. Fasilitas sanitasi rumah sakit adalah ketersediaan sarana sanitasi yang
kesehatan.
12. Kesehatan air rumah sakit upaya penanganan kualitas dan kuantitas air di
rumah sakit yang terdiri dari air untuk keperluan higiene sanitasi, air
udara ruangan rumah sakit untuk menjamin agar udara tidak berbau
(terutama bebas dari H2S dan amoniak) dan tidak mengandung debu asbes.
penularan penyakit pada area yang terkait sarana bangunan di rumah sakit.
74
15. Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit adalah upaya untuk
penularan penyakit.
padat domestik, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), limbah cair,
Data primer. Data primer adalah data yang didapatkan melalui lembar
dan Instalasi Loundry dan Sandang serta melakukan wawancara kepada perawat
khususnya pada perawat yang bertugas di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi
Medan. Observasi pada fasilitas sanitasi RSUD Dr. Pringadi Medan dilakukan di
diperoleh peneliti dari rekam medik melalui laporan hasil surveilans infeksi ruang
intensive oleh Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), data fasilitas
sanitasi dari Staf Instalasi Kesehatan Lingkungan (Kesling) dan Staf Instalasi
pilihan jawaban (a) skornya adalah 1, pada pilihan jawaban (b) dan (c) skornya
adalah 0. Untuk pertanyaan nomor 1, 2, 7, dan 10, pada jawaban (b) skornya
adalah 1, pada pilihan jawaban (a) dan (c) skornya adalah 0. Sedangkan untuk
pertanyaan nomor 4 dan 6, pada pilihan jawaban (c) skornya adalah 1, pada
Persentase
76
dikategorikan berdasarkan skala Guttman, maka akan didapat jawaban yang tegas,
yaitu “benar dan salah”, dengan kriteria persentase sebagai berikut (Arikunto,
2006):
jawaban benar.
kuesioner. Untuk pertanyaan nomor 1, 3, 4, 7, 10, pada pilihan jawaban setuju (S)
skornya adalah 2, pilihan jawaban kurang setuju (KS) skornya adalah 1 dan tidak
pada pilhan jawaban setuju (S) skornya adalah 0, kurang setuju (KS) skornya
tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 0. Berdasarkan skor yang diperoleh
(Arikunto, 2006):
adalah 1, dan pada pilihan jawaban tidak (T) skornya adalah 0. Sedangkan untuk
dan pada pilhan jawaban tidak (T) skornya adalah 1. Jumlah pertanyaan pada
kuesioner tindakan adalah 10 pertanyaan, maka didapat total skor tertinggi 10 dan
jawaban benar.
ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan yang diadopsi dari Permenkes RI
No. 7 tahun 2019 sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial
cara-cara yang selama ini tidak sesuai dengan Peraturan tersebut. Aspek
pengukuran fasilitas sanitasi ruang rawat inap rumah sakit, meliputi kesehatan air
rumah sakit, kesehatan udara rumah sakit, kesehatan sarana dan bangunan,
penyelenggraan linen.
78
dianalisa secara deskriptif disertai dengan bahasan dan kesimpulan. Hasil yang
didapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan hasil observasi
fasilitas sanitasi ruang rawat inap yang diperoleh kemudian di analisa dan
Yamin, SH No. 17, Perintis, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, Sumatera
inap khusus penyakit anak. Ruang rawat inap Dahlia 2 tergolong ruang
rawat inap kelas 2. Ruang rawat inap Dahlia 2 memiliki 4 kamar dimana
1 kamar terdiri dari 3 tempat tidur dan 1 toilet pasien. Jumlah tenaga
Tabel 2
79
80
Tabel 2
(Bersambung)
81
Tabel 2
2. Ruang Asoka
Asoka merupakan ruang rawat inap yang tergolong ruang rawat inap kelas
3. Ruang rawat inap Asoka memiliki 1 kamar dimana 1 kamar terdiri dari 9
tempat tidur dan 3 toilet pasien. Jumlah tenaga perawat yang bertugas terdiri dari
10 orang perawat.
82
Tabel 3
Deskripsi Hasil Observasi Fasilitas Sanitasi di Ruang Rawat Inap Asoka RSUD
Dr.Pirngadi Medan Tahun 2020
Jenis Fasilitas Sanitasi Keadaan Keterangan
Air
1. Air Bersih Memenuhi persyaratan Air bersih memenuhi
kualitas fisik air kuantitas hygiene dan
sanitasi (400-450
liter/TT/hari)
(Bersambung)
83
Tabel 3
Deskripsi Hasil Observasi Fasilitas Sanitasi di Ruang Rawat Inap Asoka RSUD
Dr.Pirngadi Medan Tahun 2020
Pengelolaan Limbah Tersedia di depan ruang Pengelolaan limbah
rawat inap dilakukan secara terpisah
antara limbah infeksius
dan non infeksius dan
diangkut 3 kali dalam
sehari
3. Ruang Anggrek I
Anggrek I merupakan ruang rawat inap yang tergolong ruang rawat inap
kelas 1 (VIP). Ruang rawat inap Anggrek I memiliki 15 kamar dimana setiap
kamar terdiri dari 1 tempat tidur dan 1 toilet pasien. Jumlah tenaga perawat yang
Tabel 4
(Bersambung)
85
Tabel 4
4. Ruang Anggrek II
Anggrek II merupakan ruang rawat inap yang tergolong dalam ruang rawat
inap kelas 1. Ruang rawat inap Anggrek II memiliki 12 kamar dimana setiap
kamar terdiri dari 1 tempat tidur dan 1 toilet pasien. Jumlah tenaga perawat yang
Tabel 5
(Bersambung)
87
Tabel 5
5. Ruang Kenanga I
Kenanga 1 merupakan ruang rawat inap yang tergolong ruang rawat inap
kelas 3. Ruang rawat inap Kenanga 1 memiliki 1 kamar dimana 1 kamar terdiri
dari 9 tempat tidur dan 1 toilet pasien. Jumlah tenaga perawat yang bertugas
Tabel 6
(Bersambung)
89
Tabel 6
6. Ruang Tulip I
Tulip I merupakan ruang rawat inap yang tergolong ruang rawat inap kelas
1 dan kelas 2 yang khusus menangani tindakan persalinan. Ruang rawat inap
Tulip I memiliki 13 kamar dimana setiap kamar terdiri dari 1 tempat tidur dan 1
toilet pasien. Selain itu terdapat 4 ruangan kamar yang rusak. Jumlah tenaga
Tabel 7
Deskripsi Hasil Observasi Fasilitas Sanitasi di Ruang Rawat Inap Tulip I RSUD
Dr.Pirngadi Medan Tahun 2020
Jenis Fasilitas Sanitasi Keadaan Keterangan
Air
1. Air Bersih Memenuhi persyaratan Air bersih memenuhi
kualitas fisik air kuantitas hygiene dan
sanitasi (400-450
liter/TT/hari)
(Bersambung)
91
Tabel 7
Deskripsi Hasil Observasi Fasilitas Sanitasi di Ruang Rawat Inap Tulip I RSUD
Dr.Pirngadi Medan Tahun 2020
Pengelolaan Limbah Tersedia di depan ruang Pengelolaan limbah
rawat inap dilakukan secara terpisah
antara limbah infeksius
dan non infeksius dan
diangkut 3 kali dalam
sehari
7. Ruang Tulip II
Tulip II merupakan ruang rawat inap yang tergolong ruang rawat inap
kelas 1,2, dan 3 yang khusus menangani pasien kanker (kemoterapi). Ruang rawat
inap Tulip II memiliki 19 kamar dimana setiap kamar terdiri dari 1 toilet pasien.
Tabel 8
Deskripsi Hasil Observasi Fasilitas Sanitasi di Ruang Rawat Inap Tulip II RSUD
Dr.Pirngadi Medan Tahun 2020
Jenis Fasilitas Sanitasi Keadaan Keterangan
Air
1. Air Bersih Memenuhi persyaratan Air bersih memenuhi
kualitas fisik air kuantitas hygiene dan
sanitasi (400-450
liter/TT/hari)
(Bersambung)
93
Tabel 8
Deskripsi Hasil Observasi Fasilitas Sanitasi di Ruang Rawat Inap Tulip II RSUD
Dr.Pirngadi Medan Tahun 2020
Pengelolaan Limbah Tersedia di depan ruang Pengelolaan limbah
rawat inap dilakukan secara terpisah
antara limbah infeksius
dan non infeksius dan
diangkut 2 kali dalam
sehari
Tulip III merupakan ruang rawat inap kelas 3 yang khusus menangani
pasien kanker. Ruang rawat inap Tulip III memiliki 20 kamar, namun kamar yang
94
toilet pasien. Jumlah tenaga perawat yang bertugas terdiri dari 9 orang perawat.
Tabel 9
Deskripsi Hasil Observasi Fasilitas Sanitasi di Ruang Rawat Inap Tulip III RSUD
Dr.Pirngadi Medan Tahun 2020
Jenis Fasilitas Sanitasi Keadaan Keterangan
Air
1. Air Bersih Memenuhi persyaratan Air bersih memenuhi
kualitas fisik air kuantitas hygiene dan
sanitasi (400-450
liter/TT/hari)
(Bersambung)
95
Tabel 9
Deskripsi Hasil Observasi Fasilitas Sanitasi di Ruang Rawat Inap Tulip III RSUD
Dr.Pirngadi Medan Tahun 2020
Wastafel Tidak berfungsi dengan Jumlah totalnya 1 di
baik karena tidak ada kamar ganti pakaian
saluran pembuangan serta
air yang mengalir
berwarna kecoklatan
Karakteristik Perawat
berikut ini.
Tabel 10
bekerja <10 tahun, 42 responden (53,2%) memiliki lama bekerja 10-20 tahun, 12
responden (15,2%) memiliki lama bekerja 21-30 tahun, dan 4 responden (5,1%)
Data Perilaku
Pengetahuan Perawat
Adapun deskripsi mengenai pengetahuan perawat dalam pencegahan
Tabel 11
kebersihan tangan yaitu sebanyak 75 orang (94,9 %), namun masih ada perawat
yang tidak mengetahui jenis sarung tangan yang digunakan sewaktu menangani
73 orang (92,4%).
Tabel 12
Sikap Perawat
nosokomial di rumah sakit. Adapun deskripsi sikap perawat dapat dilihat pada
Tabel 13
Tabel 13
memiliki sikap yang sesuai dalam pencegahan infeksi nosokomial yaitu sebanyak
55 orang (69,6%) tidak setuju bila pasien yang memiliki gejala infeksi nosokomial
Tabel 14
yaitu dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden dengan sikap baik
sebanyak 58 orang (73,4%) dan responden dengan sikap kurang baik yaitu
Tindakan Perawat
Tabel 15
Tabel 15
tindakan yang baik dalam pencegahan infeksi nosokomial, yaitu seluruh perawat
setuju mencuci tangan sebelum melakukan tindakan aseptik dan setuju mengganti
gaun pelindung atau pakaian kerja jika terkontaminasi cairan tubuh pasien (darah).
103
Tabel 16
yaitu dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden dengan tindakan baik
sebanyak 75 orang (94,9%) dan responden dengan tindakan kurang baik yaitu
Tabulasi Silang
Data yang dimasukkan ke dalam tabulasi silang antara lain yaitu tingkat
Tabel 17
sebagian besar dalam kategori baik sebanyak 28 orang (60,9%). Jumlah perawat
104
Hasil tabulasi silang antara lama bekerja dengan tingkat pengetahuan dapat dilihat
Tabel 18
Pada tabel 18 diatas dapat diketahui bahwa jumlah perawat yang lama
dalam kategori baik yaitu sebanyak 13 orang (61,9%). Jumlah perawat yang lama
dalam kategori baik yaitu sebanyak 30 orang (71,43%). Jumlah perawat yang
besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 10 orang (83,3%). Jumlah perawat yang
lama bekerjanya >30 tahun sebanyak 4 orang memiliki pengetahuan baik dan
tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan sikap perawat dapat dilihat pada
105
Tabel 19
Pada tabel 19 diatas dapat diketahui bahwa dari 55 orang perawat yang
memiliki pengetahuan baik sebagian besar memiliki sikap baik yaitu sebanyak 43
orang (78,2%). Dari 24 orang perawat yang memiliki pengetahuan kurang baik
tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan tindakan dapat dilihat pada
Tabel 20
linen.
Tabel 21
Hasil Observasi Fasilitas Sanitasi Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2020
Pengamatan
Fasilitas Sanitasi Ruang Rawat Ya/Ada/Bagus Tidak/Rusak Jumlah
Inap n % n % n %
Kesehatan Air
a. Tersedia air bersih memenuhi 8 100 0 0 8 100
persyaratan kualitas fisik air
(400-450 Liter/TT/Hari).
b. Tersedia air minum di ruang 5 62,5 3 37,5 8 100
rawat inap
Kesehatan Udara
a. Sirkulasi udara di ruangan 8 100 0 0 8 100
sejuk dan segar
Kesehatan Sarana dan
Bangunan
a. Tersedia toilet perawat 7 87,5 1 12,5 8 100
b. Tersedia toilet pasien 8 100 0 0 8 100
c. Slogan memelihara kebersihan 1 12,5 7 87,5 8 100
ditoilet perawat
d. Slogan memelihara kebersihan 3 37,5 5 62,5 8 100
ditoilet pasien
e. Keran air 8 100 0 0 8 100
f. Wastafel 6 75,0 2 25,0 8 100
g. Lantai terbuat dari bahan yang
kuat, kedap air, permukaannya 8 100 0 0 8 100
rata, tidak licin, warna terang,
dan mudah dibersihkan
(Bersambung)
107
Tabel 21
Hasil Observasi Fasilitas Sanitasi Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2020
Pengamatan
Fasilitas Sanitasi Ruang Rawat Ya/Ada/Bagus Tidak/Rusak Jumlah
Inap n % n % n %
h. Dinding terbuat dari bahan 8 100 0 0 8 100
yang kuat, permukaannya
rata dan berwarna terang
i. Langit-langit kuat, berwarna 8 100 0 0 8 100
terang, dan mudah
dibersihkan, tidak
mengandung unsur yang
dapat membahayakan pasien,
tidak berjamur
j. Pencahayaan cukup terang 8 100 0 0 8 100
Pengendalian Vektor Dan
Binatang Pembawa Penyakit
a. Terdapat vektor dan binatang 0 0 8 100 8 100
pembawa penyakit
Pengamanan Limbah
a. Diangkut ke TPS lebih dari 4 50,0 4 50,0 8 100
2x24 jam
b. Limbah padat dilakukan secara 8 100 0 0 8 100
terpisah antara limbah
infeksius dan non infeksius
c. Tersedia safety box/ tempat 5 62,5 3 37,5 8 100
pengumpulan jarum suntik
d Limbah cair salurannya 8 100 0 0 8 100
Pengelolaan Linen 100
a. Dilakukan pemilahan antara 8 100 0 0 8 100
linen infeksius dan non
infeksius
b. Pengangkutan linen dilakukan 7 87,5 1 12,5 8 100
rutin setiap hari
Dari tabel diatas didapat bahwa sebagian besar fasilitas sanitasi sudah
tersedianya air bersih yang memenuhi persyaratan kualitas fisik air (400-450
ruang rawat inap hanya 5 ruangan (62,5%) saja yang menyediakan dari 8 ruang
Untuk kesehatan udara di ruang rawat inap seluruhnya sejuk dan segar dan
Pada kesehatan sarana dan bangunan sebagian besar juga sudah memenuhi
persyaratan sarana dan bangunan rumah sakit menurut Permenkes RI No. 7 Tahun
2019 tentang kesehatan lingkungan rumah sakit. Hasil observasi ditemukan bahwa
sebagian besar ditoilet ruang rawat inap tidak memiliki slogan memelihara
kebersihan. Pada toilet perawat didapat bahwa 7 ruangan (87,5%) tidak memiliki
slogan memelihara kebersihan toilet, lalu pada toilet pasien didapat bahwa 5
dengan baik disetiap ruang rawat inap, sehingga tidak memungkinkan sebagai
untuk pengangkutan limbah ke TPS masih ada 4 ruang rawat inap (50%) yang
tidak mengangkut limbahnya lebih dari 2x24 jam. Hal ini disebabkan oleh
ketiadaan pasien sehingga jumlah sampah yang diangkut juga minim. Sehingga
petugas pengangkut sampah tersebut menunggu sampah disetiap ruang rawat inap
penuh, lalu diangkut. Tempat pengelolaan limbah disetiap ruang rawat inap
seluruhnya sudah dilakukan pemilahan antara limbah infeksius dan limbah non
109
infeksius. Untuk benda tajam seperti suntik dan bahan tajam lainnya, sebagian
ruang rawat inap masih dikumpulkan di safety box dan sebagian lagi dihancurkan
infeksius.
Pengelolaan linen di ruang rawat inap sudah dikelola dengan baik yaitu
diantaranya dilakukan pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius serta
pengangkutan linen dilakukan rutin setiap hari. Namun ada 1 ruang rawat inap
Karakteristik Perawat
bahwa sebagian besar usia perawat berada pada kategori usia 31-40 tahun yaitu
Sebagian besar perawat telah bekerja selama 10-20 tahun sebanyak 42 orang
(53,2%). Dari data hasil penelitian juga diperoleh bahwa masih ada perawat yang
(19%).
Dr. Pirngadi Medan menunjukkan bahwa usia yang paling banyak berada pada
kategori usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 41 responden (51,9%). Hal ini
menunjukkan bahwa usia tersebut tergolong usia angkatan kerja aktif yang telah
menuai hasil dari apa yang mereka kerjakan mulai dari menyelesaikan jenjang
secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan
110
111
keperawatan, dimana semakin tua umur seseorang maka dalam menerima sebuah
pekerjaan akan semakin bertanggung jawab dan berpengalaman. Hal ini akan
Precautions Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado” bahwa usia perawat yang
diteliti dalam kategori usia <35 tahun dan >35 tahun yang memiliki persentase
yang sama sebanyak 50 orang perawat (50%). Hal ini menunjukkan bahwa usia
tersebut merupakan usia yang tergolong angkatan kerja aktif dan memiliki
orang (94,9) dan selebihnya laki-laki berjumlah 4 orang (5,1%). Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nurul, 2017) sebagian besar
sebagian kecil jenis kelamin laki-laki sebanyak 30 responden (34,5%). Hal ini
mother instinct.
112
suatu kesatuan Notoatmodjo (2012) menurut teori Green, salah satu faktor yang
tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin sadar dan peduli terhadap
Hal ini sesuai dengan pendapat Budiman (2013) yang mengatakan bahwa
pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh dari pendidikan non formal dan
bekerja di RSUD Dr. Pirngadi Medan, sebagian besar perawat berpendidikan D.III
pendidikan Ners (Ns) selama 1 tahun sehingga dapat dikatakan perawat yang
Medan.
membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga perawat masih berfikir dua kali
bekerja adalah lama seorang perawat yang bekerja di rumah sakit dari mulai awal
bekerja sampai saat berhenti bekerja. Semakin lama masa kerja seseorang dalam
bekerja maka semakin banyak pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, hal
ini dapat membantu dalam meningkatkan kinerja seorang perawat. Lama bekerja
seseorang dapat diketahui dari mulai awal perawat bekerja sampai saat berhenti
perawat memiliki masa bekerja rentang usia 10-20 tahun sebanyak 42 orang
(53,2%) dan yang paling sedikit berada pada usia >30 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata perawat yang bekerja di RSUD Dr. Pirngadi Medan sudah cukup
lama bekerja.
menunjukkan bahwa masa kerja perawat rata-rata 5 tahun, masa kerja terendah 2
tahun dan masa kerja terlama 15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar perawat di Rumah Sakit Islam Kendal sudah cukup lama bekerja. Sesuai
dengan teori semakin lama seseorang bekerja semakin terampil dan semakin
dengan waktu mulai bekerja, dimana pengalaman kerja juga ikut menentukan
pelatihan infeksi nosokomial sebanyak 15 orang (19%). Hasil penelitian ini sesuai
115
dengan penelitian yang dilakukan oleh Lorrien (2013) yang meneliti “Faktor-
Precautions Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado” dengan hasil dari 100
sebanyak 50 orang (50%) dan yang tidak pernah mengikuti pelatihan infeksi
nosokomial sebanyak 50 orang (50%). Hal ini menunjukkan bahwa masih ada
Pengetahuan Perawat
tahu yang didapat dari proses belajar melalui proses pengindraan terhadap suatu
objek tertentu. Pengindraan dapat terjadi melalui panca indra manusia seperti :
(Phelibitis) Di Ruang Perawatan Interna RSUD Bima Tahun 2018” bahwa hasil
116
masalah kesehatan.
berpengetahuan baik dan kurang baik paling banyak diperoleh perawat dengan
jenjang pendidikan D.III Keperawatan. Hal ini disebabkan oleh distribusi tingkat
pendidikan yang diperoleh dari penelitian ini terbanyak pada perawat yang
nosokomial.
117
besar memiliki pengetahuan sedang yaitu sekitar 50% dan masih ada yang
72,92% dan dari yang berpendidikan sarjana keperawatan sebagian besar sudah
memiliki pengetahuan baik yaitu sekitar 66,68%. Data ini menunjukkan bahwa
pengetahuan perawat, hal ini dikarenakan seluruh perawat telah bekerja lebih dari
5 tahun. Hasil penelitian diperoleh bahwa perawat yang bekerjanya <10 tahun, 10-
20 tahun, 21-30 tahun, dan >30 tahun sebagian besar berpengetahuan baik.
perawat dapat diketahui bahwa tidak ada perawat yang berpengetahuan baik yang
lama kerjanya kurang dari 1 bulan. Diantara perawat yang bekerja antara 1 sampai
sementara yang telah bekerja lebih dari 5 tahun sebagian besar sudah memiliki
pengetahuan baik yaitu sekitar 76,93%. Data ini menunjukkan bahwa semakin
pada umumnya dapat diperoleh dari pengalaman dan juga bisa diperoleh dari
perilaku individu.
Sikap Perawat
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan hal yang penting dalam
kehidupan sehari-hari, karena jika sikap sudah terbentuk dalam diri seseorang
maka sikap akan menentukan tingkah laku terhadap sesuatu. Sikap agar menjadi
suatu perubahan nyata perlu adanya kondisi tertentu yang memungkinkan antara
perawat memiliki sikap baik yaitu 58 orang (73,4%) dan selebihnya perawat
memiliki sikap kurang baik yaitu sebanyak 21 orang (26,6%). Hal ini dikarenakan
pada dasarnya perawat setuju dengan hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan
suatu penyakit walaupun pada saat pelaksanaanya belum tentu hal-hal tersebut
dilakukan.
dari jumlah sampel sebanyak 30 perawat sebagian besar perawat memiliki sikap
baik sebanyak 24 orang (80%) dan selebihnya sebanyak 6 orang (20%) memiliki
diketahui dari 60 orang perawat sebagian besar perawat memiliki sikap sedang
yaitu sekitar 63,34% dan masih ada yang memiliki sikap baik sekitar 26,66%.
Pada umumnya dalam penelitian Kartini (2012) dapat disimpulkan bahwa sikap
merupakan suatu kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap
objek atau situasi secara konsisten yang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
1. Faktor intern, dimana faktor yang berasal pada diri manusia berupa
2. Faktor ekstern, dimana faktor yang diperoleh dari luar diri manusia
didapat bahwa dari 55 perawat yang berpengetahuan baik sebagian besar memiliki
sikap baik sebanyak 43 orang (78,2%) dan perawat yang berpengetahuan baik
memiliki sikap yang kurang baik sebanyak 12 orang (21,8%). Pada perawat yang
berpengetahuan kurang baik memiliki sikap baik lebih banyak dengan jumlah 15
orang (62,5%) dibandingkan dengan yang memiliki sikap yang kurang baik
sebanyak 9 orang (37,5%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat
sudah memiliki pengetahuan baik dan sebagian besar sikap yang dimiliki perawat
sebagian besar memiliki sikap baik yaitu sebanyak 56,25%, diantara 12 orang
120
dan berubah dengan sendirinya. Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi
terjadinya sikap, seperti hubungan dan komunikasi dengan suatu objek, orang,
Sikap perawat berada pada rentang baik dan kurang baik, hal ini
menunjukkan bahwa masih ada sikap perawat yang menunjukkan kurang setuju
Tindakan Perawat
tindakan baik (100%), dari 24 orang perawat yang berpengetahuan kurang baik
121
bentuk tindakan, namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki
hubungan yang sistematis. Artinya suatu pengetahuan dan sikap yang baik belum
tentu terwujud dalam suatu tindakan yang baik pula (overt behavior).
Berdasarkan hasil penelitian pada kuesioner dapat dilihat bahwa masih ada
dengan teknik aseptik sebesar 13,9%. Hal ini dapat memicu kelalaian perawat
dalam bertugas menangani pasien juga dapat menjadi salah satu penyebab
terjadinya infeksi nosokomial apabila terus menerus tindakan ini tidak segera
diperbaiki.
122
Tabulasi Silang
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 55 orang perawat yang
D.III Keperawatan yang memiliki pengetahuan baik. Hal ini terjadi karena
ijazah yang diperoleh dapat digunakan langsung untuk bekerja, berbeda dengan
Dari hal inilah perawat dengan pendidikan D.III Keperawatan pada umumnya
SPK memiliki pengetahuan sedang dan masih ada yang memiliki pengetahuan
Keperawatan sebagian besar sudah memiliki pengetahuan baik namun masih ada
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 55 orang perawat yang
<10 tahun, kemudian 30 orang perawat (71,4%) yang lama bekerjanya 10-20
tahun, 10 orang perawat (83,3%) lama bekerjanya 21-30 tahun, serta 2 orang
terbanyak diperoleh perawat yang lama bekerjanya pada kategori 10-20 tahun. Hal
Lama kerja perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan sebagian besar >10
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat sudah mumpuni dalam
Semakin lama masa kerja maka kecakapan akan lebih baik karena sudah
tingkat prestasi akan semakin baik, prestasi yang baik tercermin dari prilaku yang
baik pula.
perawat yang pengetahuannya baik dari total 4 orang perawat yang lama
bekerjanya >30 tahun. Seharusnya seluruh perawat yang lama bekerjanya >30
124
lama seseorang bekerja maka pengetahuannya akan lebih baik. Dalam hal ini
beberapa perawat yang masih dalam kategori pengetahuan yang kurang baik
Infeksi) yang terbaru yaitu Permenkes RI No. 27 Tahun 2017 tentang pedoman
terhadap pengetahuan perawat, perawat yang masa kerjanya cukup lama memiliki
pengalaman lebih banyak selama melakukan praktik yang akan berdampak pada
pengetahuan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 55 orang perawat yang
memiliki pengetahuan baik ternyata hanya 43 orang (78,2%) yang memiliki sikap
baik, sehingga sebagian besar perawat sudah memiliki pengetahuan dan sikap
yang baik. Menurut Darmadi (2008) sikap perawat yang baik dapat meningkatkan
bahwa tabulasi silang dari 40 orang yang berpengetahuan baik sebagian besar
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 55 orang perawat yang
125
yang baik. Tindakan keperawatan dan sikap perawat merupakan faktor penting
maka semakin baik pula tindakan seorang perawat dalam melaksankan tugasnya.
sebagian besar memiliki tindakan sedang dan masih ada yang memiliki tindakan
besar memiliki tindakan sedang dan masih ada yang kurang sebesar 8,33% dan
diantara 8 orang yang berpengetahuan sedang dan masih ada yang memiliki
Untuk observasi fasilitas sanitasi ruang rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi
Kesehatan air. Kesehatan air atau penyehatan air merupakan suatu upaya
penanganan kualitas dan kuantitas air di rumah sakit yang terdiri dari air
keperluan higiene sanitasi, air minum dan air untuk pemakaian khusus agar dapat
Hasil observsi fasilitas sanitasi kesehatan air bersih di ruang rawat inap,
bahwa berdasarkan kualitas fisik air bersih sudah memenuhi syarat yaitu air
126
jernih, bersih, tidak berwarna dan tidak berbau. Untuk kualitas bakteriologis dan
pemeriksaan kimia pada air bersih rutin dilakukan setiap bulannya oleh petugas
Pada ketersediaan air minum disetiap ruang rawat inap, sebagian ruangan
masih ada yang tidak menyediakan air minum bagi pasien, sebab menurut perawat
biasanya ketika pasien ingin minum lebih suka membeli dari pada minum air yang
Dan Bidan Pada Pasien Rawat Inap Serta Fasilitas Sanitasi Dalam Pencegahan
Infeksi Nosokomial Phlebitis Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak X Medan Tahun
2015” bahwa pada kuantitas penyehatan air tersedianya air bersih >500 liter/hari
sesuai dengan kebutuhan, tersedianya air minum pada setiap tempat kegiatan.
Kualitas air secara bakteriologis dan kimia belum pernah dilakukan pemeriksaan
namun kualitas fisik air di rumah sakit ini sudah memenuhi syarat fisik air yaitu
tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Air bersih bersumber dari PDAM
secara fisik harus memenuhi syarat seperti terjaminnya udara agar tidak berbau
(bebas dari H2S dan amoniak) dan tidak mengandung debu asbes.
127
Pirngadi Medan secara fisik telah memenuhi standar bagi kelembaban udara dan
sarana dan bangunan sudah sesuai standar mulai dari konstruksi bangunan rumah
sakit, kebisingan ruangan, dan juga pencahayaan. Namun untuk toilet masih
toilet ruang rawat inap didapat bahwa 87,5% tidak memiliki slogan memelihara
kebersihan toilet di toilet perawat dan pada toilet pasien didapat bahwa 62,5%
ruangan Kenanga I dan Tulip III keadaan wastafelnya rusak dan tidak digunakan.
vektor dan binatang pembawa penyakit adalah upaya untuk mencegah serta
penyakit.
bahwa ruang rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan sudah dilakukannya
lainnya di rumah sakit tersebut sehingga sampah yang tidak dikelola dengan baik
sakit terdiri dari pengamanan terhadap limbah padat domestik, limbah bahan
ditangani oleh instalasi kesling, melainkan limbah B3 dan limbah gas sudah ada
izin penelitian.
Untuk limbah padat setiap ruang rawat inap telah dilengkapi tempat
pengumpulan limbah yang dibedakan antara limbah infeksius dan limbah non
safety box dan sebagian ruangan rawat inap lainnya dihancurkan menggunakan
alat needle smelter selanjutnya sisa dari limbah jarum suntik yang dihasilkan
TPS sekitar 50% ruang rawat inap rutin mengangkut limbahnya lebih dari 2x24
129
jam, selebihnya ruang rawat inap tersebut tidak rutin mengangkut limbahnya lebih
dari 2x24 jam, hal ini dikarenakan karena minimnya pasien di ruang rawat inap
Pada limbah cair disetiap ruang rawat inap, salurannya dalam keadaan
sendiri hasil buangan limbah cairnya karena telah memiliki IPAL dengan
teknologi yang tepat dan desain kapasitas olah limbah yang sesuai dengan volume
RSUD Dr. Pirngadi Medan, setiap bulannya air limbah yang dihasilkan diambil
limbah namun tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehingga air limbah hanya
disalurkan ke septik tank dengan saluran tertutup, kedap air dan lancar.
sakit dalam mengurangi risiko gangguan kesehatan dan lingkungan hidup yang
ditimbulkan.
Pirngadi Medan pada linen kotor telah dipisah antara linen infeksius dan non
kuning. Hasil pengamatan dibagian Instalasi Laundry dan Sandang RSUD Dr.
130
Pirngadi Medan sudah memenuhi ketentuan persyaratan linen rumah sakit sesuai
Sakit. Ketentuan persyaratan linen tersebut yang sudah sesuai seperti pintu masuk
linen kotor dan pintu keluar linen bersih harus berbeda atau searah, tersedianya
keran air keperluan higiene dan sanitasi, pencucian linen secara terpisah antara
linen infeksius dan non infeksius, linen sudah memenuhi semua perlakuan mulai
pada pencucian linen tidak dilakukan pemilahan antara linen infeksius dan non
infeksius, petugas pencucian linen juga tidak memakai pakaian kerja khusus dan
alat pelindung diri. Jika pencucian linen tidak dikelola dengan baik dapat menjadi
sumber penularan penyakit terutama bagi orang-orang yang ada disekitar rumah
sakit.
berdasarkan hasil penelitiannya di Rumah Sakit Ibu Dan Anak X Medan, pada
tempat pencucian linen terdapat kran air bersih dengan kapasitas, kualitas,
kuantitas dan tekanan yang memadai tetapi tidak terdapat kran air panas untuk
disinfeksi. Pada saat pencucian tidak dilakukan pemilahan antara linen infeksius
linen infeksius dan linen non infeksius. Pada tempat pencucian linen di Rumah
Sakit Ibu Dan Anak X Medan sudah tersedia ruang pemisah antara barang bersih
dan kotor.
131
Keterbatasan Penelitian
Kesimpulan
umur <30-30 tahun yaitu sebanyak 5 orang (6,3%) dan sebagian besar
sebanyak 46 orang (58,2%) dan sebagian besar bekerja antara 10-20 tahun
(69,6%).
132
133
bahwa perawat yang lama bekerjanya pada kategori <10 tahun, 10-20
tahun, 21-30 tahun, dan >30 tahun sebagian besar berpengetahuan baik.
baik.
baik.
9. Hasil observasi disetiap ruang rawat inap yang diteliti, tidak ditemukannya
RSUD Dr. Pirngadi Medan sudah baik dengan menerapkan standar PPI
10. Fasilitas sanitasi ruang rawat inap yang berhubungan dengan pencegahan
a. Pada ketersediaan air minum masih ada 3 ruang rawat inap (37,5%) dari
b. Dari 8 ruang rawat inap, 2 ruang rawat inap (25%) diantaranya wastafel
Saran
Dr.Pirngadi Medan, maka beberapa hal yang dapat penulis sarankan antara lain
yaitu:
kepada perawat.
inap.
2. Kepada perawat:
bacaannya terutama dalam hal yang berkaitan dengan infeksi nosokomial selain
135
itu perawat juga harus lebih memahami pedoman PPI untuk prosedur pencegahan
penyakit infeksi.
Daftar Pustaka
Bady, A. M., Kusnanto, H., & Handono, D., (2007). Analisis kinerja perawat
dalam pengendalian infeksi nosokomial di ruang IRNA I RSUP Dr.
Sardjito. Yogyakarta: Working Paper Series no.8.
136
137
Sari, P. Y. (2015). Hygiene perawat dan bidan pada pasien rawat inap serta
fasilitas sanitasi dalam pencegahan infeksi nosokomial phlebitis di Rumah
Sakit Ibu dan Anak X Medan Tahun 2015. (Skripsi, Universitas Sumatera
Utara). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/55895/
Sjaifoellah, N. (1996). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI.
Sukfitrianty, S., Tirmanidhana, F., Raodhah, S., & Bujawati, E. (2018). Analisis
pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di ICU
RSUD Labuang Baji Makassar. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 4(2), 67-
73.
Tietjen, L., Debora, B., & Noelh, M. (2004). Panduan pencegahan infeksi untuk
fasilitas pelayanan kesehatan dengan sumber daya terbatas.
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Wikansar, N., Hestiningsih, R., & Raharjo, B. (2012). Pemeriksaan total kuman
udara dan staphyloccus aureus di ruang Rawat Inap Rumah Sakit X Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2). 384-392.
KUESIONER PENELITIAN
I. Data Umum
a. Kode Responden :
b. Umur :
c. Jenis Kelamin : (1) Perempuan
(2) Laki-laki
d. Lama Kerja :
e. Pendidikan : (1) SPK
(2) D III Keperawatan
(3) S1 Keperawatan
f. Pelatihan infeksi nosokomial : (Pernah/Tidak)
tangan?
a. 1, 2, 3
b. 1, 3, 5
c. 2, 4, 6
2. Tujuan Pemakaian APD adalah untuk melindungi kulit dan membran
mukosa dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, eksreta, selaput
lendir pasien ke petugas dan lain sebagainya. Menurut Bapak/Ibu jenis
masker yang digunakan untuk mencegah penularan infeksi nosokomial
melalui airborne adalah?
a. Masker bedah
b. Masker respiratorik
c. Masker rumah tangga
3. Menurut Bapak/Ibu sarung tangan yang digunakan sewaktu menangani
bahan-bahan dan membersihkan permukaan yang terkontaminasi adalah?
a. Sarung tangan rumah tangga
b. Sarung tangan pemeriksaan (bersih)
c. Sarung tangan bedah (steril)
4. Penggunaan google dan perisai wajah bertujuan untuk melindungi mata dan
wajah dari percikan darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi. Menurut
Bapak/Ibu berikut ini merupakan tindakan yang diharuskan untuk
menggunakan google dan perisai wajah, kecuali?
a. Melakukan tindakan operasi
b. Pemulasaraan jenazah
c. Pemeriksaan pasien secara berkala
TABEL HASIL KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PERILAKU PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI
NOSOKOMIAL DI RUANG RAWAT INAP RSUD DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2020
S S S
k k k
o o o
r r r
1 D 52 P 31 tahun S1 Kep Pernah 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 6 2 1 2 0 2 2 2 1 0 2 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
2 D 37 P 14 tahun S1 Kep Pernah 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 2 2 2 0 2 2 2 1 0 2 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
3 R 40 P 15 tahun S1 Kep Pernah 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 2 2 2 0 2 2 2 1 0 2 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
4 E 38 P 17 tahun S1 Kep Pernah 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 2 1 2 0 2 2 2 1 0 2 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
5 N 55 P 15 tahun S1 Kep Pernah 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 2 1 2 0 2 2 2 1 0 2 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
6 ED 40 P 10 tahun D3 Kep Tidak 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 2 2 2 0 2 2 2 1 0 2 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
7 RS 35 P 10 tahun S1 Kep Tidak 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 2 2 2 0 2 2 2 2 0 2 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
8 F 53 P 28 tahun D3 Kep Tidak 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 2 1 2 0 2 2 2 1 0 2 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
9 H 37 L 15 tahun S1 Kep Tidak 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 2 1 2 0 2 2 2 1 0 2 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
10 H 58 P 40 tahun SPK Pernah 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 5 2 1 2 0 2 2 2 1 0 2 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
11 Z 37 P 14 tahun D3 Kep Tidak 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 4 2 1 2 2 2 2 2 2 2 0 17 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9
12 S 44 P 14 tahun S1 Kep Pernah 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9
13 F 30 P 6 tahun S1 Kep Pernah 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 4 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9
14 A 40 L 15 tahun S1 Kep Pernah 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 18 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8
15 NH 43 P 14 tahun S1 Kep Pernah 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 6 2 2 2 1 2 2 2 2 2 0 17 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8
146
147
KETERANGAN :
Aspek pengukuran pengetahuan. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dari responden diukur dengan menjumlahkan skor
dari tiap pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Untuk pertanyaan nomor 3, 5, 8, dan 9, pada pilihan jawaban (a) skornya adalah 1, pada
pilihan jawaban (b) dan (c) skornya adalah 0. Untuk pertanyaan nomor 1, 2, 7, dan 10, pada jawaban (b) skornya adalah 1, pada
pilihan jawaban (a) dan (c) skornya adalah 0. Sedangkan untuk pertanyaan nomor 4 dan 6, pada pilihan jawaban (c) skornya adalah 1,
150
pada pilihan jawaban (a) dan (b) skornya adalah 0. Jumlah pertanyaan/kuesioner pengetahuan adalah 10 pertanyaan. Maka didapat
Aspek Pengukuran Sikap. Untuk mengetahui ukuran penilaian sikap dari responden diukur dengan menjumlahkan skor dari
tiap-tiap pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Untuk pertanyaan nomor 1, 3, 4, 7, 10, pada pilihan jawaban setuju (S) skornya adalah 2,
pilihan jawaban kurang setuju (KS) skornya adalah 1 dan tidaksetuju (TS) skornya adalah 0. Sedangkan untuk pertanyaan nomor 2, 5,
6, 8, 9, pada pilhan jawaban setuju (S) skornya adalah 0, kurang setuju (KS) skornya adalah 1 dan jawaban tidak setuju (TS) skornya
adalah 2. Jumlah pertanyaan/kuesioner sikap adalah 10 pertanyaan. Maka didapat total skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah
adalah 0.
Aspek pengukuran tindakan. Untuk mengetahui ukuran tindakan dari responden diukur dengan menjumlahkan skor dari
tiap pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Untuk pertanyaan 1, 2, 3, 6, pada pilihan jawaban ya (Y) skornya adalah 1, dan pada pilihan
jawaban tidak (T) skornya adalah 0. Sedangkan untuk pertanyaan nomor 4, 5, 7, 8, 9, 10, pada pilihan jawaban ya (ya) skornya
adalah 0 dan pada pilhan jawaban tidak (T) skornya adalah 1. Jumlah pertanyaan pada kuesioner tindakan adalah 10 pertanyaan,
Ya/Ada/Bagus Tidak/Rusak
Kesehatan Air
a. Tersedia air bersih memenuhi
persyaratan kualitas fisik air (400-450
Liter/TT/Hari).
b. Tersedia air minum di ruang rawat inap
Kesehatan Udara
a. Sirkulasi udara di ruangan sejuk dan
segar
Pengamanan Limbah
151
152
Pengelolaan Linen
a. Dilakukan pemilahan antara linen
infeksius dan non infeksius
b. Pengangkutan linen dilakukan rutin
setiap hari
153
Jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan Kategorik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pengetahuan Perawat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Sikap Perawat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tindakan Perawat
1. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan aseptik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 34 43,0 43,0 43,0
165
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tabulasi Silang
Pengetahuan Perawat
% within Pendidikan
66,7% 33,3% 100,0%
Kategorik
% within Pengetahuan
3,6% 4,2% 3,8%
Perawat
D3 Keperawatan Count 28 18 46
% within Pendidikan
60,9% 39,1% 100,0%
Kategorik
% within Pengetahuan
50,9% 75,0% 58,2%
Perawat
S1 Keperawatan Count 25 5 30
% within Pendidikan
83,3% 16,7% 100,0%
Kategorik
% within Pengetahuan
45,5% 20,8% 38,0%
Perawat
% within Pendidikan
69,6% 30,4% 100,0%
Kategorik
% within Pengetahuan
100,0% 100,0% 100,0%
Perawat
Chi-Square Tests
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is ,91.
Risk Estimate
167
Value
Pengetahuan Perawat
% within Pengetahuan
23,6% 33,3% 26,6%
Perawat
% within Pengetahuan
54,5% 50,0% 53,2%
Perawat
% within Pengetahuan
18,2% 8,3% 15,2%
Perawat
% within Pengetahuan
3,6% 8,3% 5,1%
Perawat
% within Pengetahuan
100,0% 100,0% 100,0%
Perawat
Chi-Square Tests
Risk Estimate
Value
Sikap Perawat
% within Pengetahuan
78,2% 21,8% 100,0%
Perawat
% within Sikap Perawat 74,1% 57,1% 69,6%
169
% within Pengetahuan
62,5% 37,5% 100,0%
Perawat
% within Pengetahuan
73,4% 26,6% 100,0%
Perawat
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,38.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Tindakan Perawat
% within Pengetahuan
100,0% 0,0% 100,0%
Perawat
% within Pengetahuan
83,3% 16,7% 100,0%
Perawat
% within Pengetahuan
94,9% 5,1% 100,0%
Perawat
Chi-Square Tests
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,22.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Gambar 15. Tempat sampah yang tidak memenuhi standar di Toilet Umum