1 PB
1 PB
Abstract
Liver cirrhosis is a diffuse chronic liver disease which is the final stage of
chronic liver disease. Proper treatment of cirrhosis patients is needed to ensure the
quality of life of patients. This study aims to determine the type of drugs given and to
determine the accuracy of drug use in patients with hepatic cirrhosis inpatient care at
RSUD dr. Soedarso Pontianak. This research is non-experimental research using an
observational method with a descriptive cross-sectional research design. Data
collection is conducted retrospectively based on the patients medical record from
January to December 2017. The sample used in this study was 36 patients who met the
inclusion criteria. The results showed the drugs used in patients with liver cirrhosis
were diuretic drugs 20.16%, hepatoprotector 13.02%, antibiotics 12.18%
multivitamins and minerals 9.24%, beta blockers 4.20%, antiamuba 1.68%, antiviral
1.68%, and kolagogum 0,84%.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan rancangan
penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang (cross sectional) yang
bersifat deskriptif. Pengumpulan data bersifat retrospektif berupa data sekunder
(rekam medik) meliputi data karakteristik pasien dan data pengobatan pada pasien
sirosis hati rawat inap di RSUD dr. Soedarso Pontianak. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pasien sirosis hati yang ada di RSUD dr. Soedarso
Pontianak yang memenuhi kriteria inklusi pada periode Januari-Desember tahun
2017.
Penyebab Sirosis
Tabel 3. Penyebab Sirosis Hati
Tampak pada Tabel 2 bahwa penyebab sirosis hati lebih banyak disebabkan
oleh virus hepatitis B (69,44%) dibandingkan virus hepatitis C (16,67%) dan tidak
diketahui (13,89%). Penelitian Lamtota(7) menyimpulkan hal yang sama bahwa
penyebab sirosis hati disebabkan oleh hepatitis B sebanyak 57,8%, begitu juga
halnya, hasil penelitian Marselina(8) menyimpulkan penyebab sirosis hati adalah
hepatitis B sebanyak 60,7%. Beberapa hasi penelitian tersebut menunjukkan
penyebab sirosis hati berkisar 50%. Penyebab sirosis hati di Indonesia disebabkan
oleh hepatitis B dan C. Persentase sirosis hati yang disebabkan oleh hepatitis B 40-
50% dan hepatitis C sebanyak 30-40%.
Data Laboratorium Pasien Sirosis
Tabel 4. Hasil Data Laboratorium Pasien Sirosis
No Jenis Pengukuran Nilai Rata-rata
Laboratorium Rujukan X ± SD
1. SGPT/ALT (U/L) (N=26) 0-50 24,68
2. SGOT/AST (U/L) (N=24) 0-50 173,61
3. Bilirubin Total (mg/dL) (N=10) <1,4 5,76
4. Albumin (g/dL) (N=15) 3,5-5,0 0,81
5. Kreatinin (mg/dL) (N=20) 0,7-1,3 8,96
6. Ureum (mg/dL) (N=14) 8-20 76,20
Keterangan : N= Menyatakan jumlah pasien yang memiliki data laboratorium
SGPT atau juga dinamakan ALT merupakan enzim yang banyak ditemukan
pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Sedangkan
SGOT atau juga dinamakan AST merupakan enzim yang dijumpai dalam otot
jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot rangka,
ginjal dan pankreas. Rata-rata nilai SGPT pada pasien yaitu 66,21U/L dan rata-rata
kadar SGOT sebesar 133,36U/L. Peningkatan kadar enzim SGOT/SGPT 5-15 kali
dari nilai normal yang terjadi pada pasien dapat disebabkan oleh beberapa kondisi
yang terkait dengan cedera hepatoselular. Penelitian ini mendapatkan kadar
albumin rata-rata pada pasien hati adalah dengan kadar kurang dari 3,0 g/dL yaitu
2,6 g/dL. Kadar albumin pada prehepatik akan meningkat dikarenakan
penghancuran sel darah merah berlebihan. Pada sirosis hati akan dijumpai
rendahnya produksi albumin. Pada sirosis hati juga akan dijumpai peningkatan
produksi bilirubin.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pasien sirosis nilai rata-rata
kadar kreatinin yaitu 3,59 mg/dL. Pada pasien sirosis hati kadar kreatinin biasanya
akan rendah karena kreatinin merupakan hasil metabolisme keratin pada otot,
sehingga nilai kreatinin dipengaruhi oleh massa otot, dan pada pasien sirosis hati
sering terjadi penurunan masa otot, akan tetapi jika nilai kreatinin serum yang
meningkat di atas normal menandakan adanya gangguan fungsi ginjal pada pasien
sirosis. Kadar kreatinin pada pasien sirosis hati dapat normal, meskipun
pembentukan kreatinin berkurang, hal tersebut terjadi jika laju filtrasi glomerulus
sangat rendah. Kadar ureum pada pasien mengalami peningkatan 3 kali dari nilai
normal yaitu 47,16 mg/dl.
25
9,24%
20
15 N= 238
10
5 0,84 %
1,68%
0
Hepatoprotektor Multivitamin dan Antivirus Kolagogum
Mineral
Antihistamin 0,42%
Antimigran 0,42%
Ekspektoran 0,42%
Antikoagulan 0,42%
Antianginal 0,42%
Laksatif 0,84%
Antiinflamasi 0,84%
Antibiotik 1,26%
Kortikosteroid 1,68%
Antiamuba 1,68%
Antifibrinolitik 2,10%
Antiemetik 3,36%
Beta Bloker 4,20%
Analgesik 4,26%
PPI 6,72%
Antibiotik 12,18%
Antiulkus 13,02%
Diuretik 20,16%
PENUTUP
Kesimpulan
Obat yang digunakan pada pasien sirosis hati rawat inap di RSUD dr.
Soedarso Pontianak adalah diuretik (20,16%), hepatik protektor (13,02%)
antibiotik (12,18%) multivitamin dan mineral (9,24%), beta bloker (4,20%),
antiamuba (1,68%), antivirus (1,68%), dan kolagogum (0,84%).
DAFTAR PUSTAKA