Anda di halaman 1dari 3

Makalah

Konsep Dasar Moralitas


Guna untuk memenuhi mata kuliah PMK

Dosen pengampu : Dra. Nanita,M.Psi

Kelompok 7 :

1. Agung Gumelar (C1AA21010)


2. Irana bela (C1AA21057)
3. Khoirina azka putri (C1AA21060)
4. Novi putri ramadhani (C1AA21102)
5. Silvia (C1AA21150)
A. Konsep dasar moralitas

a. Pengertian moral/moralitas

Moral berasal dari kata latin mores yang berarti adat kebiasaan.Dalam kamus besar
bahasa Indonesia kata moral berarti “akhlak atau kesusilaan yang mengandung
makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing
tingkah laku batin dalam hidup”.
Moral adalah suatu ajaran wejangan-wejangan, patokan-patokan, kumpula peraturan
baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak
agar menjadi manusia yang baik. Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan
moral adalah ajaran atau pedoman yang dijadikan landasan untuk bertingkah laku
dalam kehidupan agar menjadi manusia yang baik atau beraklak.
Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukan bahwa
perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. moralitas mencakup pengertian
tentang baik, buruknya perbuatan manusia.
Moralitas merupakan suatu fenomena manusiawi yang universal yang menjadi ciri
yang membedakan manusia dengan binatang. Pada binatang tidak ada kesadaran
tentang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh, harus dan yang tidak pantas
dilakukan baik keharusan alami maupun keharusan moral. Keharusan alamiah terjadi
dengan sendirinya selsuai hukum alam, sedangkan keharusan moral adalah hukum
yang mewajibkan manusia melakukan atau tidak melakukan.
Menurut Kant moralitas adalah kesesuaian sikap dan perbuatan kita dengan norma
hukum batiniah kita , yakni apa yang kta pandang sebagai kewajiban itu. Moralitas
akan tercapai apabila kita menaati hukum lahiriah bukan lantaran hal itu membawa
akibat yang menguntungkan kita atau takut pada kuasa sang pemberi hukum,
melainkan kita sendiri menyadari bahwa hukum itu merupakan kewajiban kita.
Kata amoral berarti bahwa tidak mempunyai hubungan dengan moral atau tidak
mempunyai arti moral. Moralitas dapat objektif atau subjektif. Moralitas objektif
memandang perbuatan manusia semata sebagai perbuatan yang telah dikerjakan,
bebas lepas dari pengaruhpengaruh sukarela pihak pelaku. Sedangkan moralitas
subjektif adalah moralitas yang memandang perbuatan sebagai perbuatan yang
dipengaruhi pengertian dan persetujuan pelaku sebagai individu. Selain itu juga
dipengaruhi, dikondisikan oleh latar belakangnya, pendidikannya, kemantapan
emosinya, dan sifat pribadi lainnya.
Moralitas juga dapat ekstrintik atau instrinstik. Pembagian ini hendaknya jangan di
campur adukan dengan pembagian moralitas secara objektif atau moralitas secara
subjektif.

b. Sumber nilai moralitas

Dari paparan diatas dapat disimpulkan, bahwa sumber nilai ajaran moral berasal dari
tiga hal, yaitu: pertama, agama (dalam hal ini al-Qur’an), kedua, hati nurani dan akal
sehat atau pikiran yang jernih, ketiga, adat kebiasaan masyarakat. Sebagai contoh,
tindakan pencurian. Menurut agama pencurian adalah suatu tindakan tercela yang
harus mendapat hukuman: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S.
alMaidah; 5: 38). Namun dalam waktu yang sama, baik sesudah ataupun sebelum
alQur’an turun, hati nurani dan akal budi manusia pun telah mengakui bahwa
pencurian adalah tindakan tercela.
Begitu pula adat kebiasaan dan kesepakatan masyarakat tidak membenarkan tindak
pencurian karena itu sama artinya merugikan orang lain dan mengganggu ketenangan
hidup bermasyarakat. Nilai Dasar Ajaran Moral dalam Islam Di kalangan masyarakat
luas terdapat berbagai pendapat tentang hubungan moral dan agama. Dalam islam,
agama merupakan sumber utama dari moralitas manusia, jadi moralitas merupakan
bagian dari agama, yakni sebagai pedoman bagaimana manusia seharusnya
bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama.

c. Sifat moralitas hubungan antara nilai, agama dan moralitas

Pertama, moralitas berhubungan dengan bagaimana manusia mencapai hidup yang


baik. Kehidupan yang baik bisa tercapai setelah manusia melaksanakan seluruh
perintah Tuhan. Perintah-perintah Tuhan itu bisa diketahui dalam rangka agama.
Maka jelas bahwa moralitas mengandaikan agama, jika hidup ingin mendapat
keberuntungan dan kebaikan maka ikuti perintah Tuhan tanpa melanggar sama sekali.

Kedua, Agama merupakan pranata sosial yang paling kuno yang mengatur tentang
bagaimana manusia bisa mencapai kebaikan. Eksistensi agama bahkan mendahului
prinsip moral dan hukum suatu masyarakat. Apalagi moralitas dalam suatu
masyarakat tradisional yang sangat berkaitan erat dengan norma-norma
agamaKetiga, adanya realitas mutlak yang memberi pahala kepada mereka yang
bertindak secara moral. Maka agama menjadi penjamin kuat bagi hidup
bermoralPerihal hidup bermoral tidak pertama-tama ditentukan oleh agama dengan
prinsip-prinsip moralnya, tetapi ditentukan oleh terang kodrati akal budinya. Memang
harus diakui bahwa agama bisa memberi dan memurnikan motivasi mengapa
seseorang harus hidup bermoral, tetapi itu bukanlah jaminan untuk menyimpulkan
bahwa moralitas “bergantung” pada agama. Jika norma moral dan agama
dipermasalahkan satu sama lain tentu tidak akan menemukan titik terang dan jalan
keluar karena ke-2 aspek tersebut sangatlah berbeda satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai