DASAR-DASAR MUAMALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Muamalah
Dosen pengampu : Gatot Bintoro Putra A,M.E.Sy
Disusun
O
L
E
H
Kelompok 1
Ahmad Hafifudin Rasyid 2121020128
Siti Aminah 2121020112
1
Puspita, Nia Hapsari., “Modul hukum islam (Law-204),” 2020, hlm.1
2
menerangkan ketentuan hukum yang tercantum dalam al-Qur’an, sehingga
hadist menentukan hukum secara mandiri yang tidak di isyaratkan oleh
AlQur’an, dan hadist merupakan tambahan hukum selain yang ada dalam al-
Qur’an. Menurut Imam Bukhari meriwayatkan haramnya puasa bagi orang yang
haid.
c) Ijtihad, Ijtihad berarti bersungguh-sungguh. Definisi Ijtihad, adalah: berusaha
dengan segenap tenaga dan pikiran untuk menetapkan suatu hukum yang tidak
ada kejelasan atau penjelasan hukum nya dari Al-Qur’an dan Hadist. Kedudukan
Ijtihad, ialah: sebagai sumber hukum Islam yang ketiga setelah Al-Qur’an dan
Hadist (memfungsikan akal pikiran, tetapi tetap bersandarkan kepada AL-
Qur’an dan Alhadist)2
2
Ibid., hlm.7-10
3
ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia dalam
urusannya dengan hal duniawi dalam pergaulan sosial3.
Bidang muamalah berlaku asas umum, yakni: pada dasarnya semua akad dan
muamalah diperbolehkan untuk melakukan, kecuali ada dalil yang membatalkan
dan melarangnya (Ash Shiddieqy, 1980, II: 91). Muamalah, adalah: Ketetapan Allah
yang berhubungan dengan kehidupan sosial manusia walaupun ketetapan tersebut
terbatas pada pokok-pokok saja. Karena sifatnya terbuka untuk dikembangkan
melalui Ijtihad manusia yang memenuhi syarat usaha itu. Oleh sebab itu, bidang
muamalah terbuka sifatnya untuk dikembangkan melalui Ijtihad. Prinsip dasar
tersebut dapat dipahami bahwa semua perbuatan yang termasuk dalam kategori
muamalah boleh saja dilakukan selama tidak ada nash yang melarangnya. Dalam
syariat islam hubungan antar manusia tidak dirinci jenisnya, tetapi diserahkan
kepada manusia mengenai bentuknya. Islam hanya membatasi bagian-bagian yang
penting dan mendasar berupa larangan allah dalam al-qur’an atau larangan rasulnya
yang didapat dalam as-sunnah.
3
Munib, Abdul., Hukum Islam dan Muamalah (Asas-asas hukum Islam dalam bidang muamalah),
dalam “Jurnal penelitian dan pemikiran keislaman, vol.5, No.1”, (UIN Pamekasan, 2018)
4
4) Pemindahan utang (hiwalah),
5) Perseroan /perkongsian (asy syirkah),
6) Perseoan harta dan tenaga (mudharabah),
7) Sewa menyewa tanah (musaqoh mukhabaroh),
8) Upah (ujroh al amah),
9) Sayembara (al ji’alah),
10) Pemberian (al hibbah),
b. Al-Muamalah al-Abadiyah, yaitu muamalah yang ditinjau dari segi cara tukar-
menukar benda yang bersumber dari pancaindra manusia, yang unsur
penegaknya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban, misalnya jujur, hasud,
dengki dan dendam. yang termasuk dalam muamalah ini adalah ijab dan Kabul,
saling meridhoi, tidak ada paksaan, hak dan kewajiban dan segala sesuatu yang
bersumber dari indera manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta.
Dilihat dari segi bagian-bagiannya, ruang ligkup syariah dalam bidang
muamalah menurut Abdul Wahhab Khallaf, meliputi:
1. Ahkam al-Ahwal al-Syakkiyah (Hukum Keluarga), yaitu hukum-hukum yang
mengatur tentang hak dan kewajiban suami, istri dan anak. Ini dimaksudkan
untuk memelihara dan membangun keluarga sebagai unit terkeci
2. Al-Ahkam al-Maliyah (Hukum Perdata), yaitu hukum tentang perbuatan usaha
perorangan seperti jual beli (AL bai’ wal Ijarah), pegadaian (rahn), perserikatan
(syikrah) utang piutang (udayanah), perjanjian (‘uqud). Hukum ini dimaksudkan
untuk mengatur orang dalam kaitannya dengan kekayaan dan pemelihara hak-
haknya.
3. Al-Ahkam al-Jinaiyyah (Hukum Pidana), yaitu hukum yang bertalian dengan
tindak kejahatan dan sanksi-sanksinya. Adanya hukum ini untuk memelihara
ketentraman hidup manusia dan harta kekayaannya, kehormatannya dan hak-
haknya, serta membatasi hubungan anatara pelaku tindak kejahatan dengan
korban dan masyarakat.
5
4. Al-Ahkam al-Murafa’at (Hukum Acara), yaitu hukum yang berhubungan
dengan peradilan (al-qada), persaksian (al-syahadah) dan sumpah (al-yatim),
hukum ini dimaksudkan unuk mengatur proses peradilan guna merealisasikan
keadilan antar manusia.
5. Al-ahkam al-Dusturiyyah (Hukum Perundang-undangan), aitu hukum yang
berhubungan dengan perundang-undangan untuk membatasi hubungan hakim
dengan terhukum serta menetapkan hak-hak perorangan dan kelompok.
6. Al-Ahkam al-Duwaliyyah (Hukum Kenegaraan), yaitu hukum yang berkaitan
dengan hubungan kelompok masyarakat di dalam negara dan antar negara.
Maksud hukum ini adalah membatasi hubungan antar negara dalam masa damai,
dan masa perang, serta membatasi hubungan antar umat islam dengan yang lain
di dalam negara.
7. Al-Ahkam al-Iqtishadiyyah wa al-Maliyyah (Hukum Ekonomi dan Keuangan),
yaitu hukum yang berhubungan dengan hak fakir miskin di dalam harta orang
kaya, mengatur sumber-sumber pendapatan dan masalah pembelajaran negara.
Dimaksudkan untuk mengatur hubungan ekonomi antar orang kaya (agniya),
dengan orang fakir miskin dan antar hak-hak keuangan negara dengan
persoarangan.
Jadi itulah itulah pembagian hukum muamalah yang meliputi ketujuh
bagian hukum yang objek kajiannya berbeda-beda. Pembagian seperti ini tentu
bisa saja berbeda antara ahli hukum yang satu dengan yang lainnya. Yang pasti
hukum islam tidak dapat dipisahkan secara tegas antara hukum publik dan
hukum privat.4
Pembagian fiqh muamalah menurut Ibn Abidin yang dikutip oleh Hendi
Suhendi, fiqh muamalah terbagi menjadi lima bagian, yaitu:
1. Mu’awadhah Maliyah (hukum kebendaan)
2. Munakahat (hukum perkawinan)
4
IAIN Pare-pare, “ ruang lingkup muamalah”, https://muamalah.iainpare.ac.id/2019/08/ruang-lingkup-
muamalah.html?m=1 (di akses pada 14 september 2022 pukul 09.34)
6
3. Mukhashamat (hukum Acara)
4. Amanat dan Ariyah (pinjaman)
5. Tirkah (harta peninggalan)
Ibn Abidin adalah salah seseorang yang mendefinisikan muamalah
secara luas sehingga masalah munakahat termasuk salah satu bagian fiqh
muamalah, padahal munakahat diatur dalam disiplin ilmu tersendiri, yaitu fiqh
munakahat. Demikian pula tirkah, (harta peninggalan atau warisan) juga
termasuk bagian fiqh muamalah, padahal tirkah telah dijelaskan dalam disiplin
ilmu tersendiri, yaitu fiqh mawaris.
7
3. Munakahat
4. ‘Uqubat
Di antara pembagian di atas pembagian yang pertama lebih banyak disepakati
oleh para ulama. Hanya, maksud dari muamalah di atas ialah muamalah dalam arti
luas, yang mencakup bidang-bidang fiqh lainnya. Dengan demikian, muamalah
dalam arti luas merupakan bagian dari fiqh secara umum. Adapun fiqh muamalah
dalam arti sempit merupakan bagian dari fiqh muamalah dalam arti luas yang setara
dengan bidang fiqh di bawah cakupan arti fiqh secara luas5.
5
Rahman, Abdul Ghazaly., Gufron Ihsan., & Sapiudin Shidiq, “Fiqih Muamalat”, (Jakarta: Kencana,
2010), hlm. 9-11
6
Saleha, St Madjid., Prinsip-prinsip (asas-asas) Muamalah, dalam “Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
Vol.2, No. 1”(UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018)
8
dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip
yang saling membutuhkan dan saling membesarkan.
c. Asas musyarakah, asas ini menghendaki bahwa setiap bentuk muamalah
kerjasama antar pihak yang saling menguntungkan bukan saja bagi pihak yang
terlibat melainkan bagi keseluruhan masyarakat, oleh karena itu ada harta yang
dalam muamalat diperlakukan sebagai milik bersama dan sama sekali tidak
dibenarkan dimiliki perorangan.
d. Asas Manfaah (tabadulul manafi’) Asas manfaah berarti bahwa segala bentuk
kegiatan muamalat harus memberikan keuntungan dan manfaat bagi pihak yang
terlibat, asas ini merupakan kelanjutan dari prinsip atta’awun (tolong menolong/
gotong royong) atau mu’awanah (saling percaya) sehingga asas ini bertujuan
menciptakan kerjasama antar individu atau pihak-pihak dalam masyarakat
dalam rangka saling memenuhi keperluannya masing-masing dalam rangka
kesejahteraan bersama.
e. Asas Antaradhin Asas antaradhin atau suka sama suka menyatakan bahwa setiap
bentuk muamalat antar individu atau antar pihak harus berdasarkan kerelaan
masingmasing, Kerelaan disini dapat berarti kerelaan melakukan suatu bentuk
muamalat, maupun kerelaan dalam arti kerelaan dalam menerima dan atau
menyerahkan harta yag dijadikan obyek perikatan dan bentuk muamalat lainnya.
f. Asas Adamul Gharar Asas adamul gharar berarti bahwa pada setiap bentuk
muamalat tidak boleh ada gharar atau tipu daya atau sesuatu yang menyebabkan
salah satu pihak merasa dirugikan oleh pihak lainnya sehingga mengakibatkan
hilangnya unsur kerelaan salah satu pihak dalam melakukan suatu transaksi.
g. Kebebasan Membuat Akad Kebebasan berakad/ kontrak merupakan prinsip
hukum yang menyatakan bahwa setiap orang dapat membuat akad jenis apapun
tanpa terikat pada nama-nama yang telah ditentukan dalam undang-undang
syariah dan memasukkan klausul apa saja dalam akad yang dibuatnya itu sesuai
dengan kepentingannya sejauh tidak berakibat makan harta bersama dengan
jalan batil.
9
h. al Musawah Asas ini memiliki makna kesetaraan atau kesamaan, artinya bahwa
setiap pihak pelaku muamalah berkedudukan sama.
i. Ash shiddiq Dalam Islam manusia diperintahkan untuk menjunjung kejujuran
dan kebenaran, jika dalam bermuamalah kejujuran dan kebenaran tidak
dikedepankan, maka akan berpengaruh terhadap keabsahan perjanjian. Perjanjan
yang didalamnya terdapat unsur kebohongan menjadi batal atau tidak sah.
10
DAFTAR PUSTAKA
Puspita, Nia Hapsari. 2020. Modul hukum islam (Law-204). Universitas Esa Unggul.
Munib, Abdul. 2018. Hukum Islam dan Muamalah (Asas-asas hukum Islam dalam
5, Nomor 1.
Rahman, Abdul Ghazaly., Gufron Ihsan., & Sapiudin Shidiq. 2010. Fiqih Muamalat.
(Jakarta: Kencana)
11