Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DASAR-DASAR MUAMALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Muamalah
Dosen pengampu : Gatot Bintoro Putra A,M.E.Sy

Disusun
O
L
E
H
Kelompok 1
Ahmad Hafifudin Rasyid 2121020128
Siti Aminah 2121020112

HUKUM TATA NEGARA SIYASAH/D/SEMESTER 3


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2022
A. Ruang Lingkup Kajian Hukum Islam
Pengertian ruang lingkup hukum islam, adalah objek kajian hukum islam atau
bidang-bidang hukum yang menjadi bagian dari hukum islam. Hukum Islam disini
meliputi sya’riah dan fiqh. Hukum Islam sangat berbeda dengan hukum barat yang
membagi hukum menjadi hukum privat (hukum perdata) dan hukum publik. Sama
halnya dengan hukum adat di Indonesia, hukum islam tidak membedakan hukum
privat dengan hukum publik. Bidang-bidang hukum islam lebih di titikberatkan pada
bentuk aktivitas manusia dalam melakukan hubungan. Bahwa ruang lingkup hukum
Islam ada dua, yaitu : hubungan manusia dengan Tuhan (hablun minaallah) dan
hubungan manusia dengan sesamanya (hablun minanas). Bentuk hubungan pertama
disebut dengan ibadah dan bentuk hubungan yang kedua disebut dengan muamalah.1

B. Sumber Hukum Islam


Islam, adalah: agama yang sempurna, Islam memiliki hukum yang datangnya
dari Allah. Sebagai umat Islam kita harus berpedoman dan berpegang teguh pada
Hukum Islam yakni Al-Qur’an dan Hadist. Al-Qur‟an dan as-Sunnah adalah dua
sumber utama ajaran Islam, yang mana keduanya merupakan wahyu Allah SWT.,
sehingga di antara keduanya sama sekali tidak terdapat pertentangan di dalamnya.
Sumber ajaran Islam ada dua, yaitu; al-Qur’an dan Al-Sunnah (keduanya sebagai
sumber primer). Adapun al-Ra’yu yang merupakan Ijtihad atau pemikiran manusia
berfungsi sebagai sumber sekunder.
Jenis-jenis sumber hukum islam
a) Al-Qur’an, Dijadikan dasar hukum, dan disampaikan kepada manusia untuk
diamalkan ajaran-ajaranNya. Karena al-Qur’an merupakan sumber hukum yang
pertama dan utama. Maka dari itu, al-Qur’an ialah: sumber segala sumber
Hukum Islam yang ada
b) Hadist, Hadist yaitu: perkataan Nabi yang diriwayatkan oleh seorang sahabat
dan hanya merekalah yang mengetahui serta tidak menjadi sandaran. Hadist

1
Puspita, Nia Hapsari., “Modul hukum islam (Law-204),” 2020, hlm.1

2
menerangkan ketentuan hukum yang tercantum dalam al-Qur’an, sehingga
hadist menentukan hukum secara mandiri yang tidak di isyaratkan oleh
AlQur’an, dan hadist merupakan tambahan hukum selain yang ada dalam al-
Qur’an. Menurut Imam Bukhari meriwayatkan haramnya puasa bagi orang yang
haid.
c) Ijtihad, Ijtihad berarti bersungguh-sungguh. Definisi Ijtihad, adalah: berusaha
dengan segenap tenaga dan pikiran untuk menetapkan suatu hukum yang tidak
ada kejelasan atau penjelasan hukum nya dari Al-Qur’an dan Hadist. Kedudukan
Ijtihad, ialah: sebagai sumber hukum Islam yang ketiga setelah Al-Qur’an dan
Hadist (memfungsikan akal pikiran, tetapi tetap bersandarkan kepada AL-
Qur’an dan Alhadist)2

C. Pengertian Fikih Muamalah


Pengertian muamalah secara etimologis kata muamalah dari segi bahasa Arab
’al-muamalah yang berpangkal pada kata dasar ’amila-ya’malu-’amalan artinya
membuat, berbuat, bekerja, atau bertindak (Munawwir, 1997: 972). Arti lainnya
bahwa hubungan kepentingan (seperti jual beli, sewa, dsb) (Munawwir, 1997: 974).
Menurut etimologis muamalah, yaitu: bagian dari hukum muamalah selain ibadah
yang mengatur hubungan orang-orang mukallaf antara satu dengan lainnya baik
secara individu, dalam keluarga, maupun bermasyarakat (Khallaf, 1978: 32).
Muamalah secara bahasa adalah saling bertindak, saling berbuat, dan saling
mengamalkan. Sedangkan menurut istilah muamalah dibagi dua yaitu secara luas
dan sempit, dalam arti sempit muamalah adalah aturan-aturan Allah SWT yang
mengatur hubunga manusia dengan manusia dalam usahanya, sedangkan dalam arti
luasnya muamalah adalah peraturan-peraturan Allah SWT yang harus diikuti dan

2
Ibid., hlm.7-10

3
ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia dalam
urusannya dengan hal duniawi dalam pergaulan sosial3.
Bidang muamalah berlaku asas umum, yakni: pada dasarnya semua akad dan
muamalah diperbolehkan untuk melakukan, kecuali ada dalil yang membatalkan
dan melarangnya (Ash Shiddieqy, 1980, II: 91). Muamalah, adalah: Ketetapan Allah
yang berhubungan dengan kehidupan sosial manusia walaupun ketetapan tersebut
terbatas pada pokok-pokok saja. Karena sifatnya terbuka untuk dikembangkan
melalui Ijtihad manusia yang memenuhi syarat usaha itu. Oleh sebab itu, bidang
muamalah terbuka sifatnya untuk dikembangkan melalui Ijtihad. Prinsip dasar
tersebut dapat dipahami bahwa semua perbuatan yang termasuk dalam kategori
muamalah boleh saja dilakukan selama tidak ada nash yang melarangnya. Dalam
syariat islam hubungan antar manusia tidak dirinci jenisnya, tetapi diserahkan
kepada manusia mengenai bentuknya. Islam hanya membatasi bagian-bagian yang
penting dan mendasar berupa larangan allah dalam al-qur’an atau larangan rasulnya
yang didapat dalam as-sunnah.

D. Pembagian dan lingkup kajian fikih muamalah


Pembagian Fiqh Muamalah
a. Al- Muamalah al Madiyah, yaitu muamalah yang mengkaji objeknya sehingga
sebgian ulama berpendapat bahwa muamalah al-madiyah ialah muamalah
muamalah bersifat kebendaan karena objek fiqh muamalah adalah benda yang
halal, haram, dan syubhat untuk diperjualbelikan, benda-benda yang
memudaratkan dan mendatangkan kemaslhatan bagi manusia serta segi-segi
yang lainnya.
1) Jual beli (al bai’ at tijarah),
2) Gadai (Rahn),
3) Jaminan dan tanggungan (kafalah dan dhamam),

3
Munib, Abdul., Hukum Islam dan Muamalah (Asas-asas hukum Islam dalam bidang muamalah),
dalam “Jurnal penelitian dan pemikiran keislaman, vol.5, No.1”, (UIN Pamekasan, 2018)

4
4) Pemindahan utang (hiwalah),
5) Perseroan /perkongsian (asy syirkah),
6) Perseoan harta dan tenaga (mudharabah),
7) Sewa menyewa tanah (musaqoh mukhabaroh),
8) Upah (ujroh al amah),
9) Sayembara (al ji’alah),
10) Pemberian (al hibbah),
b. Al-Muamalah al-Abadiyah, yaitu muamalah yang ditinjau dari segi cara tukar-
menukar benda yang bersumber dari pancaindra manusia, yang unsur
penegaknya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban, misalnya jujur, hasud,
dengki dan dendam. yang termasuk dalam muamalah ini adalah ijab dan Kabul,
saling meridhoi, tidak ada paksaan, hak dan kewajiban dan segala sesuatu yang
bersumber dari indera manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta.
Dilihat dari segi bagian-bagiannya, ruang ligkup syariah dalam bidang
muamalah menurut Abdul Wahhab Khallaf, meliputi:
1. Ahkam al-Ahwal al-Syakkiyah (Hukum Keluarga), yaitu hukum-hukum yang
mengatur tentang hak dan kewajiban suami, istri dan anak. Ini dimaksudkan
untuk memelihara dan membangun keluarga sebagai unit terkeci
2. Al-Ahkam al-Maliyah (Hukum Perdata), yaitu hukum tentang perbuatan usaha
perorangan seperti jual beli (AL bai’ wal Ijarah), pegadaian (rahn), perserikatan
(syikrah) utang piutang (udayanah), perjanjian (‘uqud). Hukum ini dimaksudkan
untuk mengatur orang dalam kaitannya dengan kekayaan dan pemelihara hak-
haknya.
3. Al-Ahkam al-Jinaiyyah (Hukum Pidana), yaitu hukum yang bertalian dengan
tindak kejahatan dan sanksi-sanksinya. Adanya hukum ini untuk memelihara
ketentraman hidup manusia dan harta kekayaannya, kehormatannya dan hak-
haknya, serta membatasi hubungan anatara pelaku tindak kejahatan dengan
korban dan masyarakat.

5
4. Al-Ahkam al-Murafa’at (Hukum Acara), yaitu hukum yang berhubungan
dengan peradilan (al-qada), persaksian (al-syahadah) dan sumpah (al-yatim),
hukum ini dimaksudkan unuk mengatur proses peradilan guna merealisasikan
keadilan antar manusia.
5. Al-ahkam al-Dusturiyyah (Hukum Perundang-undangan), aitu hukum yang
berhubungan dengan perundang-undangan untuk membatasi hubungan hakim
dengan terhukum serta menetapkan hak-hak perorangan dan kelompok.
6. Al-Ahkam al-Duwaliyyah (Hukum Kenegaraan), yaitu hukum yang berkaitan
dengan hubungan kelompok masyarakat di dalam negara dan antar negara.
Maksud hukum ini adalah membatasi hubungan antar negara dalam masa damai,
dan masa perang, serta membatasi hubungan antar umat islam dengan yang lain
di dalam negara.
7. Al-Ahkam al-Iqtishadiyyah wa al-Maliyyah (Hukum Ekonomi dan Keuangan),
yaitu hukum yang berhubungan dengan hak fakir miskin di dalam harta orang
kaya, mengatur sumber-sumber pendapatan dan masalah pembelajaran negara.
Dimaksudkan untuk mengatur hubungan ekonomi antar orang kaya (agniya),
dengan orang fakir miskin dan antar hak-hak keuangan negara dengan
persoarangan.
Jadi itulah itulah pembagian hukum muamalah yang meliputi ketujuh
bagian hukum yang objek kajiannya berbeda-beda. Pembagian seperti ini tentu
bisa saja berbeda antara ahli hukum yang satu dengan yang lainnya. Yang pasti
hukum islam tidak dapat dipisahkan secara tegas antara hukum publik dan
hukum privat.4
Pembagian fiqh muamalah menurut Ibn Abidin yang dikutip oleh Hendi
Suhendi, fiqh muamalah terbagi menjadi lima bagian, yaitu:
1. Mu’awadhah Maliyah (hukum kebendaan)
2. Munakahat (hukum perkawinan)

4
IAIN Pare-pare, “ ruang lingkup muamalah”, https://muamalah.iainpare.ac.id/2019/08/ruang-lingkup-
muamalah.html?m=1 (di akses pada 14 september 2022 pukul 09.34)

6
3. Mukhashamat (hukum Acara)
4. Amanat dan Ariyah (pinjaman)
5. Tirkah (harta peninggalan)
Ibn Abidin adalah salah seseorang yang mendefinisikan muamalah
secara luas sehingga masalah munakahat termasuk salah satu bagian fiqh
muamalah, padahal munakahat diatur dalam disiplin ilmu tersendiri, yaitu fiqh
munakahat. Demikian pula tirkah, (harta peninggalan atau warisan) juga
termasuk bagian fiqh muamalah, padahal tirkah telah dijelaskan dalam disiplin
ilmu tersendiri, yaitu fiqh mawaris.

E. Hubungan Fiqh Muamalah Dengan Fiqh Lain


Para ulama fiqh telah mencoba mengadakan pembidangan ilmu fiqh, namun
diantara mereka terjadi perbedaan pendapat dalam bidangnya.
Ada yang membaginya menjadi dua bagian besar, yaitu:
1. Ibadah yakni sgala perbuatan yang di kerjakan untuk mendekatkan diri kepada
Allah, seperti shalat, shiyam, zakat, haji, dan jihad.
2. Muamalah, yakni segala persoalan yang berkaitan dengan urusan-urusan dunia
dan undang-undang
Menurut Ibn Abidin yang dikutip oleh Hasbi Ash Shiddieqy, pembagian fiqh
dalam garis besarnya terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Ibadah, bagian ini melengkapi lima persoalan pokok , yaitu sahalat,zakat,
shiyam, haji dan jihad
2. Muamalah, bagian ini terdiri dari: mu’awadhah maliyah, munakahat,
mukhashamat, dan tirkah (harta peninggalan).
3. ‘Uqubat, bagian ini terdiri dari: qiash, had pencurian, had zina, had menuduh
zina, takzir, tindakan terhadap pemberontak dan pembegal
Ada juga yang membaginya menjadi empat bagian yaitu:
1. Ibadah
2. Muamalah

7
3. Munakahat
4. ‘Uqubat
Di antara pembagian di atas pembagian yang pertama lebih banyak disepakati
oleh para ulama. Hanya, maksud dari muamalah di atas ialah muamalah dalam arti
luas, yang mencakup bidang-bidang fiqh lainnya. Dengan demikian, muamalah
dalam arti luas merupakan bagian dari fiqh secara umum. Adapun fiqh muamalah
dalam arti sempit merupakan bagian dari fiqh muamalah dalam arti luas yang setara
dengan bidang fiqh di bawah cakupan arti fiqh secara luas5.

F. Asas Hukum Muamalah dalam Islam


Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, asas memiliki makna dasar, pinsip,
yang jadi anutan dan hukum. Sementara prinsip adalah sesuatu yang dipegang
sebagai anutan yang utama6. Asas merupakan pernyataan fundamental atau
kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan, muncul
dari penelitian dan tindakan. Asas merupakan dasar tetapi bukan suatu yang absolut
atau mutlak, artinya penerapan asas harus mempertimbangkan keadaan khusus dan
keadaan yang berubah-ubah. Dalam muamalah harus dilandasi beberapa asas,
karena tanpa asas suatu tindakan tidak dinamakan sebagai muamalah, asas
muamalah terdiri dari :
a. Asas ‘adalah (keadilan) atau pemerataan adalah penerapan prinsip
keadilandalam bidang muamalah yang bertujuan agar harta tidak dikuasai oleh
segelintir orang saja, tetapi harus di distribusikan secara merata di antara
masyarakat, dengan dasar tujuan ini dibuatlah hukum zakat, shodaqoh, infaq.
b. Asas mu’awanah yakni asas yang mewajibkan seluruh ,uslim untuk tolong
menolong dan membuat kemitraan dengan melakukan muamalah, kemitraan
disini adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan dua belah pihak atau lebih

5
Rahman, Abdul Ghazaly., Gufron Ihsan., & Sapiudin Shidiq, “Fiqih Muamalat”, (Jakarta: Kencana,
2010), hlm. 9-11
6
Saleha, St Madjid., Prinsip-prinsip (asas-asas) Muamalah, dalam “Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
Vol.2, No. 1”(UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018)

8
dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip
yang saling membutuhkan dan saling membesarkan.
c. Asas musyarakah, asas ini menghendaki bahwa setiap bentuk muamalah
kerjasama antar pihak yang saling menguntungkan bukan saja bagi pihak yang
terlibat melainkan bagi keseluruhan masyarakat, oleh karena itu ada harta yang
dalam muamalat diperlakukan sebagai milik bersama dan sama sekali tidak
dibenarkan dimiliki perorangan.
d. Asas Manfaah (tabadulul manafi’) Asas manfaah berarti bahwa segala bentuk
kegiatan muamalat harus memberikan keuntungan dan manfaat bagi pihak yang
terlibat, asas ini merupakan kelanjutan dari prinsip atta’awun (tolong menolong/
gotong royong) atau mu’awanah (saling percaya) sehingga asas ini bertujuan
menciptakan kerjasama antar individu atau pihak-pihak dalam masyarakat
dalam rangka saling memenuhi keperluannya masing-masing dalam rangka
kesejahteraan bersama.
e. Asas Antaradhin Asas antaradhin atau suka sama suka menyatakan bahwa setiap
bentuk muamalat antar individu atau antar pihak harus berdasarkan kerelaan
masingmasing, Kerelaan disini dapat berarti kerelaan melakukan suatu bentuk
muamalat, maupun kerelaan dalam arti kerelaan dalam menerima dan atau
menyerahkan harta yag dijadikan obyek perikatan dan bentuk muamalat lainnya.
f. Asas Adamul Gharar Asas adamul gharar berarti bahwa pada setiap bentuk
muamalat tidak boleh ada gharar atau tipu daya atau sesuatu yang menyebabkan
salah satu pihak merasa dirugikan oleh pihak lainnya sehingga mengakibatkan
hilangnya unsur kerelaan salah satu pihak dalam melakukan suatu transaksi.
g. Kebebasan Membuat Akad Kebebasan berakad/ kontrak merupakan prinsip
hukum yang menyatakan bahwa setiap orang dapat membuat akad jenis apapun
tanpa terikat pada nama-nama yang telah ditentukan dalam undang-undang
syariah dan memasukkan klausul apa saja dalam akad yang dibuatnya itu sesuai
dengan kepentingannya sejauh tidak berakibat makan harta bersama dengan
jalan batil.

9
h. al Musawah Asas ini memiliki makna kesetaraan atau kesamaan, artinya bahwa
setiap pihak pelaku muamalah berkedudukan sama.
i. Ash shiddiq Dalam Islam manusia diperintahkan untuk menjunjung kejujuran
dan kebenaran, jika dalam bermuamalah kejujuran dan kebenaran tidak
dikedepankan, maka akan berpengaruh terhadap keabsahan perjanjian. Perjanjan
yang didalamnya terdapat unsur kebohongan menjadi batal atau tidak sah.

Yang harus dihindari dalam muamalah


a. Maisir, aaisir sering dikenal dengan perjudian, dalam praktik perjudian
seseorang bisa untung dan bisa rugi.
b. Gharar, Setiap transaksi yang masih belum jelas barangnya atau tidak berada
dalam kuasanya alias diluar jangkauan termasuk jual beli Gharar, boleh
dikatakan bahwa konsep Gharar berkisar kepada makna ketidakjelasan suatu
transaksi dilaksanakan.
c. Haram, Ketika obyek yang diperjualbelikan ini haram, maka transaksinya
menjadi tidak sah.
d. Riba, Yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah, antara lain dalam
transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas dan
waktu penyerahan.
e. Bathil, dalam melakukan transaksi, prinsip yang harus dijunjung adalah tidak
ada kedzaliman yang dirasa pihakpihak yang terlibat, semuanya harus sama-
sama rela dan adil sesuai takarannya. maka, dari sisi ini transaksi yang terjadi
akan merekatkan ukhuwah pihak-pihak yang terlibat. Kecurangan,
ketidakjujuran, menutupi cacat barang, mengurang timbangan tidak dibenarkan,
atau hal-hal kecil seperti penggunaan barang tanpa izin.

10
DAFTAR PUSTAKA

Puspita, Nia Hapsari. 2020. Modul hukum islam (Law-204). Universitas Esa Unggul.

Munib, Abdul. 2018. Hukum Islam dan Muamalah (Asas-asas hukum Islam dalam

bidang muamalah), dalam Jurnal Penelitian dan Pemikiran Keislaman, Volume

5, Nomor 1.

https://muamalah.iainpare.ac.id/2019/08/ruang-lingkup-muamalah.html?m=1 (di akses

pada 14 september 2022 pukul 09.34)

Rahman, Abdul Ghazaly., Gufron Ihsan., & Sapiudin Shidiq. 2010. Fiqih Muamalat.

(Jakarta: Kencana)

Saleha, St Madjid. 2018. Prinsip-prinsip (asas-asas) Muamalah. Dalam Jurnal Hukum

Ekonomi Syariah Volume 2, Nomor 1.

11

Anda mungkin juga menyukai