Nilai Dalam Puisi
Nilai Dalam Puisi
NIM : 21020074015
KELAS : PBSI A
1. LITERER
Menembus kabut.
Siapa berkata?
Secara afektif dan emotif, kita bisa meresapi dan merasakan betapa
indahnya, eloknya, bagusnya, dan memikatnya kutipan tersebut di atas.
Walaupun mungkin tidak memahami atau menguasai teori sastra dan /atau
estetika dan mungkin juga tak bisa menjelaskannya setelah membaca
kutipan tersebut di atas niscaya kita ditawari dan dihidangi pengalaman
pengalaman literer estetis. Bilamana menyantapnya dengan sungguh-
sungguh, niscaya kita memperoleh pengalaman literer estetis demikian
banyak dan dalam. Membaca larik-larik / kami jalan sama / sudah larut /
menembus kabut / hujan mengucur badan / kita bisa merasakan betapa
merdunya rajutan-rajutan kata-katanya, dan betapa pekat makna yang
dikandungnya. Hal ini dapat dicermati dan disimak dari pilihan kata-
katanya yang demikian kuat, gaya pengungkapan yang begitu padat, dan
penataan gagasan yang kontradiktoris sehingga mengagetkan batin kita.
Semua ini pada dasarnya merupakan pengalaman estetis yang
terhidangkan dalam apresiasi sastra.
2. HUMANIS
Aku tersenyum
Aku terkesiap
Melawan keterpurukan !
AKU?!
Tapi aku...
Yang haus akan harta dan materi Jangan rampas hidupku lagi !
4. FILOSOFIS
JALAN PULANG
Jika kebenaran
Itulah puisi
5. RELIGIUS-SUFISTIS-PROFETIS
Religius
Pengalaman-pengalaman religius akan terhidang bilamana radar-
radar penjiwaan, penghayatan, dan penikmatan mampu menangkap
fenomena-fenomena yang ditandai oleh kesadaran keilahian.
WALAU
Walau penyair besar
takkan sampai sebatas Allah
dulu pernah kuminta Tuhan
dalam diri
sekarang tak
kalau mati
mungkin matiku bagai batu tamat
bagai pasir tamat
tujuh puncak membilang-bilang
nyeri hari mengucap-ucap
di butir pasir kutulis rindu-rindu
walau huruf habislah sudah
alifbataku belum sebatas Allah
99 UNTUK TUHANKU
O
Tuhanku
kususun 99-ku
agar sampai pada 0
dan kulahirkan kembali 1-ku
sampai 99-ku yang baru
Tuhanku
kususun 99 nafasku
untuk meniru-Mu
mendekati watak-Mu
dan menjadi hati-Mu
Tuhanku
ini bukan puisi
bukan keindahan
ini hanya cinta sunyi
yang jadi menggelikan
karena kuucapkan
Tuhanku
aku hanya kepunyaan-Mu
aku tidak asli
aku tak sejati
aku hanya mulut-Mu
jiwa menganga
menunggu-Mu tiba
dari dunia ke dunia
dari semesta ke semesta
Profetis
Pengalaman profetis sesungguhnya merupakan persenyawaan
pengalaman religius dan sufistis yang menekankan atau terarah pada tablig
sosial nilai-nilai keilahian. Perhatikan kutipan puisi Cermin (sutardji
calzoum bachri) berikut ini.
CERMIN
Engkau ingin berkarib-karib dengan Allah azza wa jalla
Dan engkau berzikir
tapi aku lihat
zakar juga yang kau pikirkan
Membaca puisi Cermin tersebut di atas, nurani, rasa, dan budi kita
dibimbing untuk memasuki dan mengalami suasana dan situasi kondisi
dimana nilai-nilai kesadaran keilahian dibumikan ke dalam tablig sosial.
Puisi tersebut mencoba mengingatkan orang dan mengajak orang
meninggalkan hal-hal buruk yang tak dibenarkan oleh agama (islam).
6. MAGIS-MITIS
Pengalaman magis mitis ini bisa kita peroleh sewaktu membaca
karya sastra terutama karya sastra yang mengandung rekaman-rekaman
budaya lama atau menceritakan suatu mozaik budaya. Misalnya dalam
membaca mantra-mantra melayu lama kita akan mengarungi suasana dan
situasi kondisi magis. Perhatikan kutipan Mantra Melayu berikut ini.
MANTRA MELAYU
Hai, si gempar alam
Gegap gempita
Jarum besi akan rumahku
Jarum tembaga akan rumahku
Ular bisa akan janggutku
Buaya akan tongkat mulutku
Harimau menderam dipengriku
Gajah mendering bunyi suaraku
Suaraku seperti bunyi halilintar
Bibir terkatup, gigi terkunci
Jikalau bergerak bumi dengan langit
Bergeraklah hati engkau
Hendak marah atau hendak membinasakan aku
(dikutip dari Edwar Djamaris, 1990:21)
Suasana dan kondisi magis mitislah yang terhidang dalam kutipan
tersebut sehingga sewaktu mengapresiasinya kita memperoleh
pengalaman-pengalaman magis mitis.
7. PSIKOLOGIS
a. Asal Mula Kata Psikologis
Menurut etimologi, psikologi berasal dari bahasa Yunani psyche
(psukhē) yang maknanya “berdarah panas” yang berarti: Hidup, jiwa,
hantu. Dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi
berarti ilmu jiwa. Kata 'psikologi’ (bahasa Latin: Psychologia) pertama
kali digunakan oleh ahli humaniora dari Kroasia dan literatur Kroasia
berbahasa Latin dalam bukunya. Psichiologia de ratione animae
humane muncul sekitar abad ke-15 sampai ke-16 masehi. Referensi
yang pertama kali menggunakan kata psychology dalam bahasa Inggris
adalah terdapat dalam buku The Physical Dictionary yang ditulis oleh
Steven Blankaart yang merujuk kepada “Anatomi, yang membentuk
Tubuh, dan Psikologi, yang membentuk Jiwa.”
b. Pengalaman psikologis
Merupakan pengalaman yang terdapat pada keadaan psikologis
seseorang dan pengalaman psikologis dalam sastra dapat dilakukan
dengan mengapresiasi karya sastra yang bermuatan psikologis dengan
menikmati menghayati serta menjiwai suasana psikologis dan dapat
melalui unsur-unsur yang terdapat dalam karya seperti latar penokohan
alur dan konflik.
DOA UNTUK ANAK CUCU – WS RENDRA
Bismillaahir rahmaanir rahiim.
Ya, Allah.
Di dalam masa yang sulit ini,
di dalam ketenangan
yang beku dan tegang,
di dalam kejenuhan
yang bisa meledak menjadi keedanan,
aku merasa ada muslihat
yang tak jelas juntrungannya.
Ya, Allah.
Aku bersujud kepada-Mu
Lindungilah anak cucuku.
Lindungilah mereka
dari kesabaran
yang menjelma menjadi kelesuan,
dari rasa tak berdaya
yang kehilangan cita-cita
Ya, Allah.
Demi ketegasan mengambil risiko
ada bangsa yang di-mesin-kan
atau di-zombie-kan.
Ada juga yang di-fosil-kan
atau di-antik-kan.
Uang kertas menjadi topi
bagi kepala yang berisi jerami.
Reaktor nuklir menjadi tempat ibadah
di mana bersujud kepala-kepala hampa
yang disumpal bantal tua.
Kemakmuran lebih dihargai
dari kesejahtraan.
Dan kekuasaan
menggantikan kebenaran
Ya, Allah
Lindungilah anak cucuku.
Lindungilah mereka
dari berhala janji-janji,
dari hiburan yang dikeramatkan,
dari iklan yang dimythoskan,
dan dari sikap mata gelap
yang diserap tulang kosong.
Ya, Allah.
Seorang anak muda
bertanya kepada temannya:
“Ke mana kita pergi?”
Dan temannya menjawab:
“Ke mana saja.
Asal jangan berpikir untuk pulang.”
Daging tidak punya tulang,
untuk bertaut.
Angin bertiup
menerbangkan catatan alamat
Dan rambu-rambu di jalan
sudah dirusak orang.
Ya, Allah
Lindungilah anak cucuku.
Lindungilah mereka
dari kejahatan lelucon
tentang Chernobyl dan Hirosima,
dari heroin
yang diserap lewat ciuman,
dari iktikad buruk
yang dibungkus kertas kado,
dan dari ancaman tanpa makna.
Ya, Allah.
Kami dengan cemas menunggu
kedatangan burung dara
yang membawa ranting zaitun.
Di kaki bianglala
leluhur kami bersujud dan berdoa.
Isinya persis seperti doaku ini.
Lindungilah anak cucuku.
Lindungilah daya hidup mereka.
Lindungilah daya cipta mereka.
Ya, Allah, satu-satunya Tuhan kami.
Sumber dari hidup kami ini.
Kuasa Yang Tanpa Tandingan
Tempat tumpuan dan gantungan.
Tak ada samanya
di seluruh semesta raya.
Allah! Allah! Allah! Allah!
8. SOSIAL BUDAYA
a. Pengertian sosial budaya
Sistem Budaya atau sistem kultural adalah kekuatan utama yang
mengikat sistem tindakan. Budaya menengahi interaksi antar aktor,
menginteraksikan kepribadian, dan menyatukan sistem sosial. Budaya
mempunyai kapasitas khusus untuk menjadi komponen sistem yang
lain (Parsons dalam Ritzer, 2004: 129). Lebih lanjut Ritzer mengutip
Parsons yang menegaskan bahwa budaya dipandang sebagai sistem
simbol yang terpola, teratur yang menjadi sasaran orientasi aktor,
aspek-aspek sistem kepribadian yang sudah terinternalisasikan dan
pola-pola yang sudah terlembagakan di dalam sistem sosial (Parsons
dalam Ritzer, 2004: 129).Ada tiga komponen budaya menurut Alex
Thio (1992: 56) yaitu komponen kognitif, komponen normatif, dan
komponen simbolik. Pertama,komponen kognitif adalah salah satu
komponen kebudayaan yang membantu manusia mengembangkan
pengetahuan tertentu dan kepercayaan yang berlaku di sekitar
kehidupan kita.
Masyarakat dan kebudayaan, yang dapat disebut kehidupan sosial-
budaya, merupakan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan
kategori-kategori yang dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya seperti
sosiolog, antropologi sosial dan antropologi budaya, ilmu politik dan
pemerintahan, filsafat, psikologi, sejarah, ilmu susastra dan ilmu
bahasa, sering dibahas. Dalam pembahasan, sistem sosial seringkali
dipisahkan dari sistem budaya, padahal kedua pengertian tersebut tak
dapat dengan tegas dipisah-pisahkan. Dalam kehidupan masyarakat,
gejala-gejala sosial dan gejala-gejala budaya hampir selalu, atau
bahkan selalu, saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga gejala-
gejala dan kebiasaan-kebiasaan sosial tidak bisa dipisahkan dari gejala-
gejala dan kebiasaan-kebiasaan budaya, demikian pun sebaliknya.
Bahkan, seringkali tidak mudah orang melihat suatu gejala atau
peristiwa itu gejala atau peristiwa sosial atau budaya, sistem-sistem
sosial tidak bisa dipisahkan secara tegas dari sistem-sistem budaya,
sehingga persoalan konseptual mengenai sistem sosial dan sistem
budaya lebih memadai apabila dilakukan dalam satuan pembahasan
sehingga kita mengenal sistem-sistem sosial-budaya (socio-cultural
systems).
ASMARADANA
Sita ditengah nyala api
Tidak menyangkal
Betapa indahnya cinta birahi
Taksasa yang melarikannya ke hutan
Begitu lebat bulu jantannya
Dan Sita menyerahkan diri
Dewa tak melindunginya dari neraka
Tapi Sita tak merasa berlaku dosa
Sekedar menurutkan naluri
Pada geliat sekarat terlompat doa
Jangan juga hangus dalam api
Sisa mimpi dari sanggama
9. SOSIAL POLITIS
a. Pengertian Sosial Politis Sosiologi
Politik merupakan perkawinan antara ilmu sosiologi dan ilmu
politik. Untuk itu harus tahu dulu pengertian sosiologi dan pengertian
politik. Sosiologi menurut Soerjono Soekanto (1983) mengatakan
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur social, proses social,
termasuk perubahan-perubahan social dan masalah social. Sedangkan
definisi Politik menurut Miriam Budiardjo adlah berbagai macam
kegiatan yang terjadi disuatu Negara, yang menyangkut proses
menentukan tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan itu.Jadi
sosiologi politik tidak dapat dilepaskan dari konsep masyarakat
sebagai pokok perhatian sosiologi dan Negara serta kekuasaan sebagai
pokok perhatian politik.
Maurce Duverger (1996) dalam A, Said Gatara (2007)
mendefinisikan sosiologi politik sebagai ilmu tentang kekuasaan,
pemerintahan, otoritas, komando dalam semua masyarakat, yang
bukan saja masyarakat nasional, tetapi juga dalam masyarakat local
dan internasional.Jadi dapat disimpulkan bahwa sosiologi politik
adalah disiplin ilmu yang mempelajari antara masyarakat dan politik;
hubungan masyarakat dengan lembaga-lembaga politik di satu sisi dan
masyarakat dengan proses politik (sosialisasi, partisipasi, rekrutmen,
komunikasi dan konflik) di sisi lain. Konsep- konsep sosial politis
Konsep-konsep dalam sosiologi politik diantaranya masyarakat,
negara, kekuasaaan, stratifikasi sosial, perubahan sosial, sosialisasi
politik, partisipasi politik, komunikasi politik, rekruitmen politik,
partai politik, konflik politik, civil sosiety, demokrasi dan sebagainya.
ORANG-ORANG MISKIN
“Orang-orang miskin di jalan, yang tinggal di
dalam selokan, yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka
ditinggalkan
” (bait ke-1, hlm.49)