Anda di halaman 1dari 20

NAMA : RAHMA LAILI AL WAHIDAH

NIM : 21020074015

KELAS : PBSI A

Mata Kuliah : Apresiasi Prosa

1. LITERER

Dalam KBBI, litirer berhubungan dengan tradisi tulis yaitu dia


sedang merekam budaya da nisi alam negeri Jawa secara dan fakta visual
berbentuk gambar. Pengalaman literer ialah pengalaman-pengalaman
keindahan keelokan Kebagusan kenikmatan dan kemanaan yang
memungkinkan oleh segala unsur karya sastra dan rajutan rajutan diantara
segala unsur pada karya sastra. Pengalaman literer-estetis dapat diperoleh
dari sesuatu yang selaras atau memiliki keselarasan, juga sesuatu yang
bertentangan atau memiliki pertentangan.

Yang dimaksud dengan pengalaman literer-estetis disini ialah


pengalaman-pengalaman keindahan, keelokan, kebagusan, kenikmatan,
kememikatan, dan kemanaan yang dimungkinkan oleh segala unsur
pengada karya sastra dan rajutan-rajutan di antara segala unsur pengada
karya sastra. Pengalaman literer-estetis ini bisa kita peroleh atau nikmati
bilamana kita mengalami sesuatu yang selaras atau memiliki keselarasan,
namun bisa juga bilamana kita mengalami sesuatu yang bertentangan atau
memiliki pertentangan. Misalnya, bilamana membaca pantun atau tembang
yang jelas-jelas selaras unsur-unsurnya baik larik maupun bait, kita bisa
mengalami suatu keindahan darinya. Namun, bila membaca novel novel
Putu Wijaya yang jelas-jelas penuh teror mengerikan atau pertentangan,
kita pun bisa mengalami suatu keindahan darinya. Ini menunjukkan bahwa
pengalaman literer estetis bisa ditimba dari keselarasan dan pertentangan.
Hal ini sepenuhnya bergantung pada pandangan 2 estetis yang ada dalam
diri kita, apakah kita menganut pandangan estetis keselarasan ataukah
estetis pertentangan. Terlepas dari pandangan estetis yang di anut atau
bersemayam dalam diri kita, sesungguhnya pengalaman-pengalaman
literer-estetis dapat dengan mudah ditemukan dan dijumpai dalam diksi,
rima, alur, gaya, majas, amanat, dan sebagainya. Perhatikan kutipan puisi
Kawanku dan Aku ( Chairil Anwar ) berikut ini.

KAWANKU DAN AKU

(Kepada L.K. Bohang)

Kami jalan sama. Sudah larut.

Menembus kabut.

Hujan mengucur badan.

Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan.

Darahku mengental pekat. Aku tempat pedat.

Siapa berkata?

Kawanku hanya rangka saja.

Karena dera menggelucak tenaga.

Dia bertanya jam berapa!

Sudah larut sekali.

Hingga hilang segala makna.

Dan gerak tak punya arti.

Secara afektif dan emotif, kita bisa meresapi dan merasakan betapa
indahnya, eloknya, bagusnya, dan memikatnya kutipan tersebut di atas.
Walaupun mungkin tidak memahami atau menguasai teori sastra dan /atau
estetika dan mungkin juga tak bisa menjelaskannya setelah membaca
kutipan tersebut di atas niscaya kita ditawari dan dihidangi pengalaman
pengalaman literer estetis. Bilamana menyantapnya dengan sungguh-
sungguh, niscaya kita memperoleh pengalaman literer estetis demikian
banyak dan dalam. Membaca larik-larik / kami jalan sama / sudah larut /
menembus kabut / hujan mengucur badan / kita bisa merasakan betapa
merdunya rajutan-rajutan kata-katanya, dan betapa pekat makna yang
dikandungnya. Hal ini dapat dicermati dan disimak dari pilihan kata-
katanya yang demikian kuat, gaya pengungkapan yang begitu padat, dan
penataan gagasan yang kontradiktoris sehingga mengagetkan batin kita.
Semua ini pada dasarnya merupakan pengalaman estetis yang
terhidangkan dalam apresiasi sastra.

2. HUMANIS

Dalam apresiasi sastra sering juga terhidangkan pengalaman-


pengalaman humanistis, pengalaman manusiawi. Pengalaman humanistis
ialah pengalaman-pengalaman yang berisi dan bermuatan nilai-nilai
kemanusiaan, menjunjung harkat dan martabat manusia, dan
menggambarkan situasi dan kondisi kemanusiaan. Meskipun
penggambaran situasi dan kondisi kemanusiaan yang dihidangkan kepada
kita bisa bermacam-macam, misalnya tragis, dramatis, sinis, ironis,
humoristis, riang, murung, garang, dan penasaran, namun penggambaran
itu berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan dan harkat martabat manusia.
Misalnya jika kita membaca cerpen Ciuman Anna Szegi ( Pal szabo,
cerpenis hunggaria ) yang mengisahkan percintaan antara seorang pemuda
desa dan gadis desa yang sebentar lagi akan kawin. Perkawinan ternyata
tidak membuat cinta si wanita lenyap. Si pemuda bunuh diri, hilang di
telaga cinta, dan kemudian si wanita mengikutinya. Peristiwa cinta
merupakan peristiwa alamiah, wajar, sehat, dan penuh keluhuran. Norma-
norma perkawinan buatan manusia pun tak kuasa menghapus makna
percintaan mereka. Betapa humanistisnya 4 pelukisan ini. Apabila
mengapresiasi karya-karya sastra lain, kita akan memperoleh aneka ragam
warna, gaya ungkap, tema sentral, dan penceritaan-penceritaan
pengalaman humanistis lain karena keanekaragaman karya sastra mampu
menghidangkan beraneka ragam mozaik dan kekayaan pengalaman
humanistis.

HITAM DI ATAS PUTIH

Aku tersenyum

Melihat keramaian kota metropolitan

Aku terkesiap

Saat melintasi gedung-gedung bertingkat

Hati bergetar rasanya Bangga, meski tak ada tempat untukku

Berlindung di salah satunya

Kata “pantas” rasanya jauh dari diriku

Hanya berbekal gitar using

Pakaian penuh tambal disana-sini

Debu dan asap hitam

Aku menyusuri ibu kota

Mencari tangan dermawan

Yang ku anggap malaikat

Aku tak peduli dengan mereka !

Aku hanya ingin bertahan hidup !

Melawan penjajahan di negeri sendiri !

Melawan keterpurukan !

Dan bebas... dari belenggu kemiskinan


Walau aku tak yakin dengan diriku sendiri

Takdir! Takdir! Takdir!!!

Kalian menatapku jijik

Kalian menoleh bengis

Menyungging senyum licik

Seakan aku ini hina !!!

Hingga nurani kalian tenggelam Aku tetap

TIDAK PEDULI !!!

Karena kalian tidak mengenal siapa aku

Dan bertanya, Memang siapa engkau?

Siapa dirimu, nak?

AKU?!

Aku hanya pemusik ulung

Mengais rezeki demi sesuap nasi

Tapi aku...

Aku adalah orang yang akan mengganti posisi Kalian, kelak!

Wahai kalian yang duduk di singgasana emas

Dengan tongkat dan wajah angkuh

Puaskah kalian dengan segala kegemerlapan ?

Dan menikmati diriku terlunta-lunta di jalanan ?!

Sungguh, aku berkata...


Berhentilah jadi tikus-tikus licik!

Yang haus akan harta dan materi Jangan rampas hidupku lagi !

Jangan lagi tebarkan noda kemaksiatan !

Meski terlanjur kalian ciptakan

Sebuah lukisan hitam di atas putih.

3. ETIS DAN MORAL


Pengalaman etis dan moral mengacu pada pengalaman yang berisi
dan bermuatan bagaimana seharusnya sikap dan tindakan manusia sebagai
manusia; pengalaman yang melukiskan benar salahnya sikap dan tindakan
manusia; pengalaman yang menyajikan bagaimana seharusnya kewajiban
dan tanggung jawab manusia sebagai manusia. Disini perlu disadari
bahwa etis bersifat abstrak, sedang moral bersifat konkret. Akan tetapi
keduanya merujuk pada kualitas sikap dan tindakan manusia. Dengan
demikian, pengalaman etis dan moral bersifat abstrak sekaligus konkret.
Wujud nilai moralitas sosial yang diungkapkan dalam bait puisi
"Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia" adalah sebagai berikut :

MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA


Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong bederak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lembu Tun
Rajak
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Elysess dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala Malu aku jadi orang
Indonesia
Puisi di atas merupakan bagian kedua dari penggalan puisi MAJOI.
Akan tetapi puisi ini ditulis kembali oleh Taufiq pada bagian keempat.
Wujud nilai moralitas sosial tepatnya di ungkapan pada kalimat "langit
akhlak rubuh, di atas negeri berserak-serak, Hukum tak tegak, doyong
berderak-derak". Hal ini merupakan bagian yang ditekankan oleh Taufiq,
yang mana dengan puisi di atas ia menyampaikan bahwa keadaan negeri
ini yang penuh kecurangan.

4. FILOSOFIS

Pengalaman-pengalaman filosofis akan diperoleh bilamana radar-


radar nurani, rasa dan budi terarah secara tajam dan peka terhadap soal-
soal filosofis sewaktu membaca sastra. Misalnya dalam puisi Ashari Khudi
(Muhammad Iqbal ) dengan kepekaan dan ketajamn nurani, rasa, dan budi,
maka akan diperoleh hidangan soal-soal filosofis sekaligus pengalaman
pengalaman filosofis. Sedang dalam puisi iqbal kita akan memperoleh
pengalaman pengalaman tentang hakikat kepribadian atau pribadi
manusia.

JALAN PULANG

Jika kebenaran

Tak punya semangat berkobar

Itulah filsafat yang datar

Jika ia punya nyala api

Itulah puisi

(‘Filsafat dan Puisi’, Pesan Dari Timur, M. Iqbal)


“Jalan Pulang”, dan karya-karya puisi beliau yang lain, adalah
karya terbaru dari seorang cendekiawan dan pakar pendidikan terkemuka
asal Malaysia Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud tidak diragukan
merupakan puisi dalam genre ini. Puisi-puisi dalam “Jalan Pulang” yang
diterbitkan oleh penerbit Himpunan Keilmuan Muslim Malaysia ini
(HAKIM, Kajang, Selangor, 2020) bukanlah bacaan yang terlalu abstrak
dan sulit untuk difahami tetapi dalam saat yang sama memiliki lapis-lapis
makna. Setiap kata, kalimat, dan bait puisinya telah dipilih untuk memberi
pesan amat mendalam. Karena tujuan puisi-puisi semacam ini tidak lain
adalah mendidik dan menggugah pembaca, memberi pencerahan dan
peringatan, mensucikan jiwa, menanamkan adab, membangunkan ummat
dan bangsa. Melalui puisi, pesan-pesan filosofis mampu dipancarkan
dengan berbagai dimensi dan makna yang berbeda tetapi serasi, seperti
sebutir permata yang memantulkan sinar dari satu sumber cahaya pada
berbagai sudut berbeda, seperti juga puisi.

5. RELIGIUS-SUFISTIS-PROFETIS
 Religius
Pengalaman-pengalaman religius akan terhidang bilamana radar-
radar penjiwaan, penghayatan, dan penikmatan mampu menangkap
fenomena-fenomena yang ditandai oleh kesadaran keilahian.
WALAU
Walau penyair besar
takkan sampai sebatas Allah
dulu pernah kuminta Tuhan
dalam diri
sekarang tak
kalau mati
mungkin matiku bagai batu tamat
bagai pasir tamat
tujuh puncak membilang-bilang
nyeri hari mengucap-ucap
di butir pasir kutulis rindu-rindu
walau huruf habislah sudah
alifbataku belum sebatas Allah

Sewaktu membaca puisi tersebut radar-radar nurani, rasa, dan budi


kita terbimbing untuk masuk dan mengalami suasana dan kenyataan
religius karena puisi tersebut melukiskan pengakuan dan kesadaran
ketuhanan dari manusia. Pengakuan dan kesadaran itu dapat disimak
dalam larik / walau penyair besar / takkan sebatas Allah / dan larik / walau
huruf habislah sudah / alifbataku belum sebatas Allah.Larik-larik ini
mengajak kita untuk mengakui dan menyadari betapa mahabesarnya
Tuhan. Pengalaman religius adalah pengalaman yang bertolak dari
keakraban pribadi dengan Tuhannya.
 Sufistis
Pengalaman sufistis merupakan pengalaman yang membimbing
kita ke maqam kesadaran
keilahian yang demikian tinggi, membawa batin manusia ke arasy rahman
rahimdalam
intensitas, kekhusukan, kekariban, yang sangat mendalam. Perhatikan
kutipan puisi 99 untuk
Tuhanku ( Emha Ainun Najib ) berikut ini.

99 UNTUK TUHANKU
O
Tuhanku
kususun 99-ku
agar sampai pada 0
dan kulahirkan kembali 1-ku
sampai 99-ku yang baru
Tuhanku
kususun 99 nafasku
untuk meniru-Mu
mendekati watak-Mu
dan menjadi hati-Mu
Tuhanku
ini bukan puisi
bukan keindahan
ini hanya cinta sunyi
yang jadi menggelikan
karena kuucapkan
Tuhanku
aku hanya kepunyaan-Mu
aku tidak asli
aku tak sejati
aku hanya mulut-Mu
jiwa menganga
menunggu-Mu tiba
dari dunia ke dunia
dari semesta ke semesta

Puisi 99 untuk Tuhanku menghidangkan kesadaran akan Allah


semata dan membimbing kita
untuk mengalami kesadaran akan Allah semata.

 Profetis
Pengalaman profetis sesungguhnya merupakan persenyawaan
pengalaman religius dan sufistis yang menekankan atau terarah pada tablig
sosial nilai-nilai keilahian. Perhatikan kutipan puisi Cermin (sutardji
calzoum bachri) berikut ini.

CERMIN
Engkau ingin berkarib-karib dengan Allah azza wa jalla
Dan engkau berzikir
tapi aku lihat
zakar juga yang kau pikirkan

Engkau pikul zakarmu kemana-mana


Engkau jadi keledai
Zakarmu tuannya
Engkau menulis
Aku lihat yang muncul Cuma ukiran
Engkau tak menemukan kata
Engkau sibuk berhias, engkau pesolek
Lonte, engkau oleskan lipstik
pada daging busuk kata-kata
O, Cahaya selamatkan orang ini
Sekali lintas cantik
Sekali direnungkan
Kurapmu tampak
Batinmu kadas kalbu berjamur
Engkau menatap cermin
Aku lihat rawa-rawa
Bangkai bangkai bangkai
Sambil kau zalimi diri
Engkaupun terus tenggelam
Dalam payapaya lupa
Orang yang jatuh
Cepat selamatkan dirimu
Carilah wali Allah!
Lihat sujudnya
Perhatikan zuhudnya
Ikuti lidahnya
Engkau bodoh
Kaki wali tidak untuk menapak tanah
Ia melangkah dari kalbu
Jalannya lurus
Bersihkan daki kalbumu
Salatlah dua rakaat!
Dalam salat engkau menangis
Dan banjir tangismu hanya sebatas sajadah
Diluar dua rakaat engkau ngakak
Engkau terkekeh-kekeh
Engkau lupa
Jahanam
Sudah masanya engkau lepas landas
Dari bumi
Sudah waktu
Kalau tidak engkau tetap jadi keledai
Angkat dirimu
Pakailah sayap tobat, terbang!
Coba raih dahan langit
Daripada tergantung-gantung
Diranting bumi kegundahan
Terbang, aku bilang
Engkau merindu
Tanah yang kau genggam
Engkau mendamba hakikat
Tapi remah juga yang kau telan
Engkau mencintai dia
Namun syahwat yang kau sibukkan
Engkau takut busuk
Namun dengan daging engkau berkawan
Engkau bilang engkau takut nanah
Tapi engkau asyik dengan nanahmu yang tergenang
Engkau tak ngalir
Mampat

Membaca puisi Cermin tersebut di atas, nurani, rasa, dan budi kita
dibimbing untuk memasuki dan mengalami suasana dan situasi kondisi
dimana nilai-nilai kesadaran keilahian dibumikan ke dalam tablig sosial.
Puisi tersebut mencoba mengingatkan orang dan mengajak orang
meninggalkan hal-hal buruk yang tak dibenarkan oleh agama (islam).

6. MAGIS-MITIS
Pengalaman magis mitis ini bisa kita peroleh sewaktu membaca
karya sastra terutama karya sastra yang mengandung rekaman-rekaman
budaya lama atau menceritakan suatu mozaik budaya. Misalnya dalam
membaca mantra-mantra melayu lama kita akan mengarungi suasana dan
situasi kondisi magis. Perhatikan kutipan Mantra Melayu berikut ini.
MANTRA MELAYU
Hai, si gempar alam
Gegap gempita
Jarum besi akan rumahku
Jarum tembaga akan rumahku
Ular bisa akan janggutku
Buaya akan tongkat mulutku
Harimau menderam dipengriku
Gajah mendering bunyi suaraku
Suaraku seperti bunyi halilintar
Bibir terkatup, gigi terkunci
Jikalau bergerak bumi dengan langit
Bergeraklah hati engkau
Hendak marah atau hendak membinasakan aku
(dikutip dari Edwar Djamaris, 1990:21)
Suasana dan kondisi magis mitislah yang terhidang dalam kutipan
tersebut sehingga sewaktu mengapresiasinya kita memperoleh
pengalaman-pengalaman magis mitis.

7. PSIKOLOGIS
a. Asal Mula Kata Psikologis
Menurut etimologi, psikologi berasal dari bahasa Yunani psyche
(psukhē) yang maknanya “berdarah panas” yang berarti: Hidup, jiwa,
hantu. Dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi
berarti ilmu jiwa. Kata 'psikologi’ (bahasa Latin: Psychologia) pertama
kali digunakan oleh ahli humaniora dari Kroasia dan literatur Kroasia
berbahasa Latin dalam bukunya. Psichiologia de ratione animae
humane muncul sekitar abad ke-15 sampai ke-16 masehi. Referensi
yang pertama kali menggunakan kata psychology dalam bahasa Inggris
adalah terdapat dalam buku The Physical Dictionary yang ditulis oleh
Steven Blankaart yang merujuk kepada “Anatomi, yang membentuk
Tubuh, dan Psikologi, yang membentuk Jiwa.”
b. Pengalaman psikologis
Merupakan pengalaman yang terdapat pada keadaan psikologis
seseorang dan pengalaman psikologis dalam sastra dapat dilakukan
dengan mengapresiasi karya sastra yang bermuatan psikologis dengan
menikmati menghayati serta menjiwai suasana psikologis dan dapat
melalui unsur-unsur yang terdapat dalam karya seperti latar penokohan
alur dan konflik.
DOA UNTUK ANAK CUCU – WS RENDRA
Bismillaahir rahmaanir rahiim.
Ya, Allah.
Di dalam masa yang sulit ini,
di dalam ketenangan
yang beku dan tegang,
di dalam kejenuhan
yang bisa meledak menjadi keedanan,
aku merasa ada muslihat
yang tak jelas juntrungannya.
Ya, Allah.
Aku bersujud kepada-Mu
Lindungilah anak cucuku.
Lindungilah mereka
dari kesabaran
yang menjelma menjadi kelesuan,
dari rasa tak berdaya
yang kehilangan cita-cita
Ya, Allah.
Demi ketegasan mengambil risiko
ada bangsa yang di-mesin-kan
atau di-zombie-kan.
Ada juga yang di-fosil-kan
atau di-antik-kan.
Uang kertas menjadi topi
bagi kepala yang berisi jerami.
Reaktor nuklir menjadi tempat ibadah
di mana bersujud kepala-kepala hampa
yang disumpal bantal tua.
Kemakmuran lebih dihargai
dari kesejahtraan.
Dan kekuasaan
menggantikan kebenaran
Ya, Allah
Lindungilah anak cucuku.
Lindungilah mereka
dari berhala janji-janji,
dari hiburan yang dikeramatkan,
dari iklan yang dimythoskan,
dan dari sikap mata gelap
yang diserap tulang kosong.
Ya, Allah.
Seorang anak muda
bertanya kepada temannya:
“Ke mana kita pergi?”
Dan temannya menjawab:
“Ke mana saja.
Asal jangan berpikir untuk pulang.”
Daging tidak punya tulang,
untuk bertaut.
Angin bertiup
menerbangkan catatan alamat
Dan rambu-rambu di jalan
sudah dirusak orang.
Ya, Allah
Lindungilah anak cucuku.
Lindungilah mereka
dari kejahatan lelucon
tentang Chernobyl dan Hirosima,
dari heroin
yang diserap lewat ciuman,
dari iktikad buruk
yang dibungkus kertas kado,
dan dari ancaman tanpa makna.
Ya, Allah.
Kami dengan cemas menunggu
kedatangan burung dara
yang membawa ranting zaitun.
Di kaki bianglala
leluhur kami bersujud dan berdoa.
Isinya persis seperti doaku ini.
Lindungilah anak cucuku.
Lindungilah daya hidup mereka.
Lindungilah daya cipta mereka.
Ya, Allah, satu-satunya Tuhan kami.
Sumber dari hidup kami ini.
Kuasa Yang Tanpa Tandingan
Tempat tumpuan dan gantungan.
Tak ada samanya
di seluruh semesta raya.
Allah! Allah! Allah! Allah!

8. SOSIAL BUDAYA
a. Pengertian sosial budaya
Sistem Budaya atau sistem kultural adalah kekuatan utama yang
mengikat sistem tindakan. Budaya menengahi interaksi antar aktor,
menginteraksikan kepribadian, dan menyatukan sistem sosial. Budaya
mempunyai kapasitas khusus untuk menjadi komponen sistem yang
lain (Parsons dalam Ritzer, 2004: 129). Lebih lanjut Ritzer mengutip
Parsons yang menegaskan bahwa budaya dipandang sebagai sistem
simbol yang terpola, teratur yang menjadi sasaran orientasi aktor,
aspek-aspek sistem kepribadian yang sudah terinternalisasikan dan
pola-pola yang sudah terlembagakan di dalam sistem sosial (Parsons
dalam Ritzer, 2004: 129).Ada tiga komponen budaya menurut Alex
Thio (1992: 56) yaitu komponen kognitif, komponen normatif, dan
komponen simbolik. Pertama,komponen kognitif adalah salah satu
komponen kebudayaan yang membantu manusia mengembangkan
pengetahuan tertentu dan kepercayaan yang berlaku di sekitar
kehidupan kita.
Masyarakat dan kebudayaan, yang dapat disebut kehidupan sosial-
budaya, merupakan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan
kategori-kategori yang dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya seperti
sosiolog, antropologi sosial dan antropologi budaya, ilmu politik dan
pemerintahan, filsafat, psikologi, sejarah, ilmu susastra dan ilmu
bahasa, sering dibahas. Dalam pembahasan, sistem sosial seringkali
dipisahkan dari sistem budaya, padahal kedua pengertian tersebut tak
dapat dengan tegas dipisah-pisahkan. Dalam kehidupan masyarakat,
gejala-gejala sosial dan gejala-gejala budaya hampir selalu, atau
bahkan selalu, saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga gejala-
gejala dan kebiasaan-kebiasaan sosial tidak bisa dipisahkan dari gejala-
gejala dan kebiasaan-kebiasaan budaya, demikian pun sebaliknya.
Bahkan, seringkali tidak mudah orang melihat suatu gejala atau
peristiwa itu gejala atau peristiwa sosial atau budaya, sistem-sistem
sosial tidak bisa dipisahkan secara tegas dari sistem-sistem budaya,
sehingga persoalan konseptual mengenai sistem sosial dan sistem
budaya lebih memadai apabila dilakukan dalam satuan pembahasan
sehingga kita mengenal sistem-sistem sosial-budaya (socio-cultural
systems).
ASMARADANA
Sita ditengah nyala api
Tidak menyangkal
Betapa indahnya cinta birahi
Taksasa yang melarikannya ke hutan
Begitu lebat bulu jantannya
Dan Sita menyerahkan diri
Dewa tak melindunginya dari neraka
Tapi Sita tak merasa berlaku dosa
Sekedar menurutkan naluri
Pada geliat sekarat terlompat doa
Jangan juga hangus dalam api
Sisa mimpi dari sanggama

Selain Subagio Sastrawardoyo yang sebagian karyanya di


pengaruhi latar belakang sosial budaya Jawa, ada juga beberapa
penyair yang hasilnya karyanya juga bernuansa budaya Jawa. Misalnya
Suripan Sadi Hutomo beliau selain sebagai penyair juga terkenal
sebagai filolog. Dalam sajaknya “Bukit” yang dibacakannya dalam
Festifal Desember 1975 di Jakarta, terdapat nama Gatoloco dan
Pergiwati yang merupakan nama-nama tokoh dalam cerita sastra
bahasa Jawa yang selama ini belum banyak dikenal orang. Untuk
memahami sajak “Bukit” karya Suripan Sadi Hutomo ini di perlukan
pemahaman tantang cerita sastra berabasa Jawa dan juga tentang cerita
wayang Mahabharata.

9. SOSIAL POLITIS
a. Pengertian Sosial Politis Sosiologi
Politik merupakan perkawinan antara ilmu sosiologi dan ilmu
politik. Untuk itu harus tahu dulu pengertian sosiologi dan pengertian
politik. Sosiologi menurut Soerjono Soekanto (1983) mengatakan
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur social, proses social,
termasuk perubahan-perubahan social dan masalah social. Sedangkan
definisi Politik menurut Miriam Budiardjo adlah berbagai macam
kegiatan yang terjadi disuatu Negara, yang menyangkut proses
menentukan tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan itu.Jadi
sosiologi politik tidak dapat dilepaskan dari konsep masyarakat
sebagai pokok perhatian sosiologi dan Negara serta kekuasaan sebagai
pokok perhatian politik.
Maurce Duverger (1996) dalam A, Said Gatara (2007)
mendefinisikan sosiologi politik sebagai ilmu tentang kekuasaan,
pemerintahan, otoritas, komando dalam semua masyarakat, yang
bukan saja masyarakat nasional, tetapi juga dalam masyarakat local
dan internasional.Jadi dapat disimpulkan bahwa sosiologi politik
adalah disiplin ilmu yang mempelajari antara masyarakat dan politik;
hubungan masyarakat dengan lembaga-lembaga politik di satu sisi dan
masyarakat dengan proses politik (sosialisasi, partisipasi, rekrutmen,
komunikasi dan konflik) di sisi lain. Konsep- konsep sosial politis
Konsep-konsep dalam sosiologi politik diantaranya masyarakat,
negara, kekuasaaan, stratifikasi sosial, perubahan sosial, sosialisasi
politik, partisipasi politik, komunikasi politik, rekruitmen politik,
partai politik, konflik politik, civil sosiety, demokrasi dan sebagainya.

ORANG-ORANG MISKIN
“Orang-orang miskin di jalan, yang tinggal di
dalam selokan, yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka
ditinggalkan
” (bait ke-1, hlm.49)

Dalam kutipan puisi di atas ―miskin, selokan, kalah, diledek,


ditinggalkan‖ Dikatakan dalam kata-kata bergaris bawah pada puisi
bait pertama seirama dengan judulnya yaitu orang-orang miskin.
Dilanjutkan dengan penjelasan dari bait pertama, bahwa mereka
(orang-orangmiskin) perlu perhatikan.

Anda mungkin juga menyukai