Anda di halaman 1dari 9

BAB I

DEFINISI

1. Code Blue merupakan suatu tim yang dibentuk rumah sakit dan memiliki
tugas menangani pasien dalam kondisi gawat darurat dirumah sakit.
2. Pelayanan Code Blue adalah Pelayanan yang memberikan pertolongan
segera pada pasien dengan kegawatdaruratan sebelum dan seat henti nafas
dan atau henti jantung (pre –arrest dan arrest) dengan resusitasi seragam
melalui sistem pemenggilan kegawatdaruratan di lingkungan Semen
Padang Hospital melalui operator dengan nomor 5015.
3. Tim Code Blue adalah tim reaksi cepat yang terdiri dari dokter umum dan
perawat yang terlatih yang melakukan resusitasi seragam di lingkungan
Semen Padang Hospital, bila terjadi kondisi gawat darurat pada pasien
anak maupun dewasa.
4. Pasien Gawat adalah pasien yang terancam jiwanya (anak dan dewasa)
tetapi belum memerlukan pertolongan RJP
5. Pasien Gawat Darurat adalah pasien anak maupun dewasa yang berada
dalam ancaman kematian dan memerlukan resusitasi jantung paru (RJP)
segera.
6. Kode Biru adalah kata sandi yang digunakan untuk menyatakan bahwa
pasien dalam keadaan gawat darurat
7. Triage adalah pemilahan kondisi pasien melalui penilaian klinis pasien
8. Perawat terlatih adalah Perawat yang telah mendapatkan pelatihan RJP/
Code Blue
9. Intervensi klinis untuk penanganan pasien yang mengalami kejadian kritis
yang mengancam jiwa, seperti henti jantung atau nafas.
10. Resusitasi jantung paru adalah tindakan pertolongan pertama pada orang
yang mengalami henti napas atau pun henti jantung oleh karena sebab-
sebab tertentu.
11. Resusitasi jantung paru ini mengandung arti harfiah "Menghidupkan
Kembali" tentunya dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk
mencegah suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian

1
biologis. Pertolongan ini dilakukan untuk mengatasi henti nafas dan henti
jantung. Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa RJP merupakan
gabungan penyelamatan pernapasan ( bantuan napas ) dengan kompresi
dada eksternal. Resusitasi digunakan ketika seorang korban mengalami
henti jantung dan juga henti napas.

RJP dapat diklasifikasikan menjadi 2 komponen utama yaitu :


1. Bantuan Hidup Dasar. Adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga
jalan nafas (airway) tetap terbuka, menunjang pernafasan dan sirkulasi dan
tanpa menggunakan alat-alat bantu. Usaha ini harus dimulai dengan
mengenali secara tepat keadaan henti jantung atau henti nafas dan segera
memberikan bantuan sirkulasi dan ventilasi. Tujuan dari Usaha bantuan
hidup dasar ini adalah dengan cepat mempertahankan pasokan oksigen ke
otak, jantung dan alat-alat vital lainnya sambil menunggu pengobatan
lanjutan. Pengalaman menunjukkan bahwa resusitasi jantung paru akan
berhasil terutama pada keadaan "henti jantung" yang disaksikan
(witnessed) dimana resusitasi segera dilakukan oleh orang yang berada di
sekitar korban.
2. Bantuan Hidup Lanjut / BHL. Yang dimaksud dengan bantuan hidup
lanjut adalah usaha yang dilakukan setelah dilakukan usaha bantuan hidup
dasar dengan memberikan obat-obatan yang dapat memperpanjang hidup
pasien, dan bantuan hidup lanjutan diterapkan dalam waktu kurang dari 5
menit.

Bantuan hidup dasar harus diterapkan sesegera mungkin setelah dikenali


adanya henti jantung atau nafas, dan harus ada proses yang dilakukan untuk
memberikan bantuan hidup lanjutan dalam waktu kurang dari 5 menit. Hal ini
mencakup peninjauan resusitasi yang secara aktual dilakukan dirumah sakit, dan
juga pelatihan respon simulasi henti jantung. Pelayanan resusitasi yang tersedia
dalam rumah sakit, termasuk troly emergensi dan obat-obatan yang digunakan dan
staf yang terlatih harus didasarkan pada bukti klinis dan populasi dan peralatan
resusitasi tersedia untuk semua populasi yang dilayani (Dewasa, Anak, dan Bayi).

2
Ada beberapa penyebab henti nafas dan juga penyebab henti jantung.
Beberapa hal yang bisa menyebabkan henti jantung dan henti nafas diantaranya
yaitu :
1. Infark miokard akut, dengan komplikasi fibrilasi ventrikel, cardiac
standstill, aritmia lain, renjatan dan edema paru.
2. Emboli paru, karena adanya penyumbatan aliran darah paru.
3. Aneurisma disekans, karena kehilangan darah intravaskular.
4. Hipoksia, asidosis, karena adanya gagal jantung atau kegagalan paru berat,
tenggelam, aspirasi, penyumbatan trakea, pneumothoraks, kelebihan dosis
obat, kelainan susunan saraf pusat.
5. Gagal ginjal, karena hyperkalemia

Resusitasi Jantung Paru ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi


pernafasan dan atau sirkulasi, dan penanganan akibat henti nafas (respiratory
arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest), yang mana fungsi tersebut gagal
total oleh sebab yang memungkinkan untuk hidup normal.

Penyebab henti nafas bisa dikarenakan oleh :


1. Sumbatan jalan nafas oleh karena adanya benda asing, aspirasi, lidah yang
jatuh ke belakang,pipa trakhea terlipat, kanula trakhea tersumbat, kelainan
akut glotis dan sekitarnya (sembab glotis, perdarahan).
2. Depresi pernafasan Sentral akibat dari obat, intoksikasi, Pa O2 rendah, Pa
CO2 tinggi, setelah henti jantung, tumor otak dan tenggelam. Perifer : obat
pelumpuh otot, penyakit miastenia gravis, poliomyelitis.

Komponen penting dalam Resusitasi Jantung Paru atau dikenal dengan ABC
adalah :
1. Airway (Jalan Nafas)
2. Breathing (Pernafasan)
3. Circulation (Sirkulasi)

3
BAB II
RUANG LINGKUP

Secara sistematik Tim Code Blue dapat menjangkau seluruh area di Rumah
Sakit. Yang termasuk dalam Ruang Lingkup Code Blue :
1. Area pelayanan pasien disebut critical area yaitu area berisiko menerima
atau menghadapi henti napas dan henti jantung :
a) Kamar Operasi
b) ICU/HCU/Cathlab
c) Unit Gawat Darurat
d) Ruang Rawat Inap
e) Poliklinik Rawat Jalan
2. Area Penunjang Medis
a) Unit Radiologi
b) Unit Laboratorium
c) Unit Hemodialisa
d) Unit Gizi
3. Ruangan lainnya
a) Kantor Administrasi RS
b) Coridor
c) Parkiran
d) Ruang tunggu pasien
e) Instalasi IPRS

4
BAB III
TATA LAKSANA CODE BLUE

A. Sistem Aktivasi Tim Code Blue (Sistem komunikasi)


1. Tindakan awal resusitasi oleh Tim Code Blue yang telah dilatih dan
berada pada lokasi yang terdekat dengan korban.
2. Selanjutnya menghubungi Tim Code Blue (Code Blue Centre), tersedia
nomor khusus untuk komunikasi yaitu nomor 5015 dari telepon internal.
3. Tim Code Blue akan segera bergerak menuju lokasi kejadian.
4. Akan dicatat jam berapa menerima berita, sampai di tempat kejadian,
berapa lama dilakukan pertolongan
5. Menghubungi DPJP ICU bila penderita respon terhadap resusitasi
(ROSC), untuk transportasi dan perawatan lanjutan di ICU.
Bilamana ada panggilan dengan Code blue, Tim Resusitasi code blue
yang berdinas saat itu wajib menghentikan kegiatan tugasnya dengan segera
menuju lokasi yang dimaksudkan, dokter jaga bersama-sama dengan perawat
terlatih melakukan tindakan penanggulangan kegawatan sesuai yang dibutuhkan
oleh pasien. Bila tindakan berhasil maka dilakukan penilaian untuk tindakan atau
perawatan selanjutnya. Tetapi bila setelah dilakukan tindakan penanggulangan
kegawatdaruratan, pasien mengalami perburukan maka dilakukan tindakan sesuai
penanganan pasien dalam kondisi gawat darurat dengan sebelumnya memberi
informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan termasuk didalamya
persetujuan untuk memakai alat bantu pernafasan bila diperlukan dan risiko
tindakan yang mungkin terjadi kepada pasien/pihak keluarga pasien

B. Kriteria Pasien yang membutuhkan tindakan resusitasi


Sesuai dengan kebijakan Semen Padang Hospital, setiap pasien yang
mengalami kondisi kritis boleh ditangani oleh Tim Code Blue hingga
kegawatannya teratasi.
Kondisi kritis dimaksud adalah kondisi akut yang diakibatkan karena
ancaman terhadap airway, breathing, circulation dan brain / disability yang tidak

5
ditangani dengan cepat, tepat dan cermat sehingga berakibat nafas berhenti dan
akhirnya jantung berhenti.
Memberikan penanganan resusitasi pasien dengan cepat sebagai upaya untuk
mencegah (preventable) kematian.

KRITERIA CODE BLUE


DEWASA

KRITERIA CODE BLUE ANAK

KRITERIA CODE BLUE


BAYI

6
C. ALUR PELAYANAN CODE BLUE
Mulai

Ada keadaan gawat darurat yang membutuhkan


penanganan segera di area lingkungan rumah sakit

(Pasien sesuai kriteria Code Blue)

Lokasi kejadian

1. Pastikan kondisi pasien


2. Minta bantuan/ aktifkan tombol code blue (tekan
5015)
3. Bila Cardiac Arest, lakukan pijat jantung
4. Teruskan Bantuan Hidup Dasar sambil menunggu
bantuan datang

Operator

Segera mengumumkan via public paging (code blue 3 x)

Tim Code Blue

1. Membawa resuscitation bag ke lokasi kejadian


2. Melanjutkan melakukan resusitasi
3. Melakukan fungsi pengamanan / eksekusi

Tim Advanced (ICU)

1. Memberikan advis lewat telepon


2. Melakukan tindakan lebih lanjut (Prolonged Life Support)

Selesai

7
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Dokumentasi
Dalam kegiatan pengelolaan RESUSITASI di Semen Padang Hospital, Tim
Code Blue harus melakukan dokumentasi pada :
1. Catatan Perkembangan Terintegrasi
2. Kegiatan pengelolaan resusitasi dan code blue harus sesuai dengan
panduan dan SPO
3. Semua hasil tindakan resusitasi, harus dicatat pada rekam medis pasien
Selama menunggu Tim Code Blue, pelapor :
1. Memastikan keamanan lokasi untuk menolong pasien/korban
2. Memanggil bantuan
3. Pelapor dan atau penolong lain melakukan Bantuan Hidup Dasar
4. Pelapor dan atau penolong lain mengambil trolley emergensi dilokasi
terdekat dan memberikan suplementasi oksigen
B. Evaluasi
1. Rapat rutin diselenggarakan tiap bulan untuk membahas:
a. Evaluasi kinerja
b. Masalah dan pemecahannya
c. Evaluasi dan rekomendasi
2. Rapat insidensial diselenggarakan sewaktu – waktu bila ada masalah
atau sesuatu hal yang harus diputuskan segera

8
BAB V
PENUTUP

Upaya untuk menjaga kendali mutu terhadap tindakan resusitasi dan code
blue di Semen Padang Hospital diperlukan standarisasi dalam hal pengelolaan.
Untuk itu diperlukan adanya Tim Code Blue yang bertujuan memberikan
penanganan resusitasi secara komprehensif kepada pasien, keluarga maupun
pengunjung rumah sakit dengan cepat sebagai upaya untuk menghindari
(preventable) kematian.
Adapun untuk mencapainya diperlukan :
1. Membuat pedoman dan panduan (manual) resusitasi dan code blue
2. Membuat SPO penanganan resusitasi
3. Sosialisasi pedoman dan panduan (manual) resusitasi dan code blue di
lingkungan Semen Padang Hospital
4. Monitoring dan evaluasi berkala tiap bulan
5. Evaluasi pedoman panduan dan SPO tiap tahun

Anda mungkin juga menyukai