Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

KATARAK

Disusun Oleh:

Khrisna Prasetya (0610172) RenaldyFaizal (0710057) Tisha Patricia (0210115)

Preceptor: dr. Edia A. Soelendro, Sp.M (K)

ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT IMMANUEL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG 2011

BAB I PENDAHULUAN

Katarak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama karena penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan. Pada tahun 1997, WHO memperkirakan terdapat 38 juta orang buta di dunia dan setengahnya disebabkan oleh katarak. Katarak yang berhubungan dengan usia menyebabkan kira-kira 48% kebutaan di dunia, yaitu sekitar 18 juta orang. Sekitar 85% dari penderita katarak adalah orang lanjut usia (senile). Prevalensi katarak senilis meningkat sesuai usia. Di Indonesia, pada tahun 2000 diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut sebanyak 15.3 juta jiwa dan 22% diantaranya menjalani operasi katarak dibawah usia 55 tahun. Besarnya jumlah penderita katarak di Indonesia saat ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk usia lanjut dan masalah gizi masyarakat. Katarak merupakan kekeruhan yang timbul pada lensa, dimana pada keadaan normal transparan. Kata katarak berasal dari bahasa Yunani, katarraktes yang berarti air terjun karena dulu dianggap bahwa katarak adalah cairan beku atau kental dari otak yang mengalir di depan lensa. Penderita katarak akan merasakan berbagai gejala seperti melihat hanya nuansa abu-abu, gangguan penglihatan, penglihatan kabur, distorsi, silau, diplopia, dan perubahan persepsi warna dan gejala-gejala tersebut akan bervariasi sesuai dengan jenis spesifik dari katarak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Mata Mata memiliki struktur sebagai berikut: Sklera Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera nerjalan dari papil saraf optik sampai kornea.

Konjungtiva Selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera. Terdiri atas 3 bagian, yaitu:
y y y

Konjungtiva tarsalis yang menutupi tarsus Konjungtiva bulbi menutupi sklera Konjungtiva forniks yang merupaka peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Kornea Adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan yang terdiri atas :
y y y y y

Epitel Membrana Bowman Stroma Membrana Descemet Endotel

Pupil Daerah hitam di tengah-tengah iris. Fungsi mengecilnya pupil adalah untuk

mencegah aberasi kromatis pada akomodasi dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang difragmanya dikecilkan

Uvea Lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan koroid.

Lensa lensa merupakan struktur bikonveks, avaskular dan hamper transparan sempurna, memiliki tebal 4mm dengan diameter 9mm, tergantung pada zonulla zinnia yang berhubunga dengan corpus ciliar. Lensa mengandung 65% air dan 35% protein. Kekuatan refraksi lensa berkisar antara 18-20 D yang berubah2 sesuai akomodasi

. Letak dan Posisi Lensa Sumber: Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas 2nd Ed. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral hingga membentuk nukleus lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal, dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus

lensa disebut kapsula anterior, sedang yang dibelakangnya disebut kapsula posteior. Nukleus lensa memiliki konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda.

Anatomi Lensa Sumber: Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas 2nd Ed. Secara fisiologik lensa memiliki sifat tertentu, yaitu :
y

Kenyal dan lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung

y y

Jernih dan transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan Terletak pada tempatnya

Embriologi Lensa Lensa berpindah pada posisi intraokuler pada bulan pertama pertumbuhan fetus sebagai permukaan ektoderm yang berinvaginasi menjadi suatu primitive optic vesicle. Lensa sebagai suatu struktur ektodermal murni berdiferensiasi menjadi serat lensa geometris sentral, yang merupakan lapisan anterior dari sel epitel dan kapsul hyalin aseluler.l Arah pertumbuhan yang normal dari struktur epitelial adalah sentrifugal. Sel epitelial yang telah berkembang sempurna bermigrasi ke permukaan dan mengelupas. Pertumbuhan serat lensa primer membentuk nukleus embrionik. Pada equator, sel epitel berdiferensiasi menjadi sel serat lensa. Serat yang baru terbentuk ini kemudian menggantikan serat primer pada pusat lensa.

Badan Kaca Merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensda dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Fungsinya mempertahankan bentuk bola mata agar tetap bulat.

Retina Merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dan sel pigmen epitel retina, yang terdiri atas lapisan :
y y y y y y y y y

Epithelium pigmentalis Stratum Conii et bacilli Membrana limitans eksterna Stratum granularis eksterna Stratum granularis interna Stratum plexiformis interna Stratum ganglionaris Stratum nervi optici Membrana limitans interna

Saraf Optik Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis serabut saraf, yaitu: saraf penglihat dan serabut pupilomotor. Kelainan saraf optik menggambarkan gangguan yang diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung terhadap saraf optik ataupun perubahan toksik dan anoksik yang mempengaruhi penyaluran listrik.

Fisiologi Penglihatan Fungsi Mata Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami pembiasan lima kali yaitu waktu melalui konjungtiva, kornea, humor aqueus, lensa, dan

humor vitreous. Pembiasan terbesar terjadi di kornea. Bagi mata normal, bayang-bayang benda akan jatuh pada bintik kuning (macula lutea), yaitu bagian yang paling peka terhadap sinar. Jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas disebut titik dekat (punctum proximum). Jarak terjauh saat benda tampak jelas tanpa kontraksi disebut titik jauh (punctum remotum). Jika kita sangat dekat dengan obyek maka cahaya yang masuk ke mata tampak seperti kerucut, sedangkan jika kita sangat jauh dari obyek, maka sudut kerucut cahaya yang masuk sangat kecil sehingga sinar tampak paralel. Baik sinar dari obyek yang jauh maupun yang dekat harus direfraksikan (dibiaskan) untuk menghasilkan titik yang tajam pada retina agar obyek terlihat jelas. Pembiasan cahaya untuk menghasilkan penglihatan yang jelas disebut pemfokusan. Cahaya dari obyek yang dekat membutuhkan lebih banyak pembiasan untuk pemfokusan dibandingkan obyek yang jauh. Mata mamalia mampu mengubah derajat pembiasan dengan cara mengubah bentuk lensa. Cahaya dari obyek yang jauh difokuskan oleh lensa tipis panjang, sedangkan cahaya dari obyek yang dekat difokuskan dengan lensa yang tebal dan pendek. Perubahan bentuk lensa ini akibat kerja otot siliari. Saat melihat dekat, otot siliari berkontraksi sehingga memendekkan apertura yang mengelilingi lensa. Sebagai akibatnya lensa menebal dan pendek. Saat melihat jauh, otot siliari relaksasi sehingga apertura yang mengelilingi lensa membesar dan tegangan ligamen suspensor bertambah. Sebagai akibatnya ligamen suspensor mendorong lensa sehingga lensa memanjang dan pipih. Proses ini disebut daya akomodasi. Fungsi Lensa 1. Alat Refraksi Berguna untuk memfokuskan bayangan sehingga jatuh di retina (tepat pada macula lutea). Kekuatan refraksinya adalah +20D. Kekuatannya dapat bertambah pada saat lensa bertambah cembung.

2. Akomodasi Kemampuan untuk menambah kecembungan lensa supaya bisa menambah kekuatan refraksi. Biasanya, pada saat bayangan jatuh dibelakang retina. Proses akomodasi biasanya disertai dengan 2 proses lainnya yaitu miosis dan konvergensi (trias penglihatan dekat).

Definisi Katarak Katarak adalah kekeruhan yang timbul pada lensa, dimana pada keadaannormal transparan. Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima olehlensa mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambar tadi akan diubah menjadi sinyal /impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf penglihatandan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami.

Klasifikasi Katarak 1. Menurut penyebab: a. Senilis b. Penyakit sistemik Diabetes mellitus, galaktosemia, insufisiensi ginjal,

mannosidosis, penyakit Fabry, sindrom Lowe, penyakit Wilson, distrofi myotonik, tetanus dan kelainan kulit. c. Komplikata Uveitis anterior, kelainan vitreus dan retina herediter, miopia tinggi, glaukoma fleken, neoplasma intraokular d. Trauma Penetrasi, konkusio (rosette cataract), radiasi sinar inframerah (katarak glassblower's), sengatan listrik, radiasi ion. e. Toksik Kortikosteroid, klorpromazin, agen miotika, busulfan, amiodaron.

f. Infeksi Maternal Rubela, toksoplasmosis, citomegalovirus (CMV) g. Toksisitas Obat Maternal Talidomid, kortikosteroid h. Katarak Presenil Myotonic dystrophy, dermatitis atopik, defisiensi enzim i. j. Herediter Katarak sekunder Katarak subkapsula posterior (Posterior Capsular Opacity = PCO) yang muncul setelah dilakukannya operasi katarak.

2.

Menurut lokasi anatomis: a. Kapsular b. Subkapsular c. Nuklear d. Kortikal e. Lamelar atau zonular f. Sutural

Gambar 2.5 Anatomi Lensa Sumber: Ophtho Notes The Essential Guide

3.

Menurut usia a. Kongenital: sejak lahir b. Infantil: 1-5 tahun c. Juvenil: 6-13 tahun d. Presenil: 13-35 tahun e. Senilis

4.

Menurut stadium kekeruhan a. Imatur: kekeruhan pada sebagian lensa


y Insipien y Intumesen

b. Matur: kekeruhan pada seluruh lensa, menggangu penglihatan. c. Hipermatur: kapsul anterior menyusut dan tampak keriput karena kebocoran air dari lensa. d. Morgagnian: katarak hipermatur dimana terjadi pencairan korteks, sehingga nukleus lensa jatuh ke belakang.

Patogenesis Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosis: 1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang berada di subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yangmenyebabkan kekeruhan lensa. 2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut kolagen terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah. Makin lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa. Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut: 1. Kapsul a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)

b. Mulai presbiopia c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur d. Terlihat bahan granular 2. Epitel-makin tipis a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat) b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata 3. Serat lensa a. Serat irregular

b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel c. Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah protein nukelus lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleus mengandung histidin dan triptofan disbanding normal d. Korteks tidak berwarna karena i. Kadar asam askrbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi ii. Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda

Progesifitas Katarak 1. Stadium pemisahan lamelar Proses hidrasi menyebabkan terjadinya pemisahan korteks dari nukleus. 2. Katarak insipien Visus belum terganggu, namun ada keluhan silau pada siang hari. 3. Katarak imatur Kekeruhan sudah mengganggu visus. Lensa berwarna putih keabuabuan dan shadow test (+). 4. Katarak intumesen Lensa menarik air sehingga menjadi lebih cembung dan bilik mata depan menjadi dangkal sehingga sudut bilik depan tertutup dan menyebabkan timbulnya glaukoma (glaukoma fakomorfik).

5. Katarak matur Seluruh korteks menjadi buram. Visus berkurang menjadi hanya dapat menilai persepsi cahaya. Iris bayangan tidak terlihat (shadow test (-)) dan lensa tampak seperti mutiara putih. 6. Katarak hipermatur Terdapat 2 bentuk: a. Morgagnian: Korteks mengalami pencairan dan berwarna seperti putih susu. Nukleus lensa jatuh dan menempel ke bawah. b. Katarak Sklerotik: cairan dari korteks lensa diserap dan lensa menjadi keriput. Mungkin ada endapan bahan calcific pada kapsul lensa. Bilik depan menjadi lebih dalam dan iris mejadi bergetar/tremulans (iridodonesis). Zonula zinii menjadi lemah, sehingga meningkatkan risiko subluksasi/dislokasi lensa. Korteks yang mencair dapat bocor keluar dari lensa dan

mengakibatkan terjadinya uveitis atau glaukoma (glaukoma fakolitik). Visus biasanya menjadi 1/60 (hitung jari).

Kekeruhan Cairan lensa

Katarak Imatur Sebagian Bertambah (air masuk) Terdorong Dangkal Sempit Positif Glaukoma

Katarak Matur Seluruh Normal

Iris Bilik mata depan Sudut bilik mata Shadow test Penyulit

Normal Normal Normal Negatif -

Katarak Hipermatur Masif Berkurang (air dan masa lensa berkurang) Tremulans Dalam Terbuka Negatif Uveitis dan Glaukoma

Gejala dan Tanda Gejala yang dapat dikeluhkan pasien yaitu penurunan tajam penglihatan secara berangsur-angsur tanpa rasa nyeri dan penglihatan buram seperti berkabut. Kadang-kadang terdapat diplopia monokular, yaitu ketika pasien

melihat dengan 2 matanya akan terbentuk 2 bayangan yang tidak fusi sedangkan ketika pasien menutup salah satu bayangannya maka akan terbentuk 1 bayangan saja. Pasien pun mengeluh silau sehingga pasien merasa lebih baik bila menggunakan topi di luar ruangan dengan sinar cahaya matahari yang menyilaukan. Gejala-gejala ini dapat didahului oleh kelainan refraksi yang lain seperti myopia dalam nuklear skerosis yang secara bertahap meningkat menjadi katarak nuklear kecoklatan. Pasien pun mengeluh sensitivitas penglihatan warnanya berkurang. Tanda yang didapat ketika pemeriksaan visus yaitu penurunan visus. Pemeriksaan katarak imatur dengan menggunakan oftalmoskop direk terlihat fundus yang keruh. Kekeruhan keabu-abuan terlihat pada pemeriksaan Shadow test. Kekeruhan ini terlihat sebagai area gelap seperti bayangan yang dibayangi dengan reflek merah di pupil ketika dilihat dengan oftalmoskop pada jarak 15 cm. Pemeriksaan slit lamp

memungkinkan identifikasi lokasi kekeruhan dengan tepat. Pada katarak yang terletak sentral, pemeriksaan visus di ruangan gelap akan lebih baik daripada pemeriksaan di ruangan dengan penerangan cukup. Pemeriksaan pupil yang paling baik adalah ketika pupil dilatasi.

Pemeriksaan katarak 1. Visus dasar dan visus koreksi terbaik Pada katarak, visus dapat menurun yang tidak akan diperbaiki dengan pemakaian kacamata. 2. Reflex pupil Pada katarak matur, reflex pupil negative karena cahaya sama sekali tidak dapat masuk ke dalam mata 3. Tekanan intra ocular Memeriksa adanya komplikasi glaucoma pada penderita katarak 4. Pemeriksaan fundus, fundus reflex 5. Keadaan umum 6. pemeriksaan fungsi macula dan USG (biometri pengukuran power IOL)

untuk mengetahui prognosis dan pemakaian lensa setelah operasi ekstraksi katarak.

Komplikasi Katarak I. Lens induced glaucoma Katarak dapat berubah menjadi glaukoma dalam 3 cara : 1. Phacomorphic glaucoma Keadaan dimana lensa yang membengkak karena absorbsi cairan. Sudut yang tertutup menghalangi jalur trabekular dan TIO meningkat. Ini merupakan jenis glaukoma sudut tertutup sekunder. 2. Phacolytic glaucoma Pada stadium hipermatur, protein lensa mencair ke COA dan dimakan oleh makrofag. Makrofag yang membengkak akan menyumbat jalur trabekular dan mengakibatkan peninggian TIO. Jenis ini merupakan glaukoma sudut terbuka sekunder. 3. Phacotoxic Glaucoma Lensa hipermatur dapat mengalami pencairan dan dapat meningkatkan TIO karena menutup pupil atau sudut bilik depan. II. Lens Induced Uveitis Protein lensa merupakan suatu antigen yang tidak terekspos oleh mekanisme imunitas tubuh selama perkembangannya. Saat terjadi pencairan ke bilik depan, protein lensa akan dikenali sebagai benda asing dan mengakibatkan terjadinya reaksi imun. Reaksi imun ini akan mengakibatkan uveitis anterior yang ditandai dengan adanya kongesti siliar, sel, dan fler pada humor aqueous. III. Subluksasi atau Dislokasi Lensa Pada stadium hipermatur, zonula zinii pada lensa dapat melemah dan rusak. Hal ini menyebabkan subluksasi lensa, dimana sebagian zonula zinii tetap utuh dan terdapat bagian sisa lensa, atau dislokasi, dimana seluruh bagian zonula zinii telah rusak dan tidak ada sisa lensa.

Penatalaksanaan Pencegahan Tidak ada perawatan medis yang terbukti berguna untuk menunda,

mencegah, atau membalikkan perkembangan katarak. Indikasi pembedahan: 1. Indikasi Optis Saat terjadi gangguan pada penglihatan yang mengganggu aktivitas normal sehari-hari, merupakan suatu indikasi operasi untuk katarak. Kebutuhan operasi dengan indikasi optis sangat bervariasi pada tiap orang. 2. Indikasi Medis Dalam beberapa kondisi, katarak harus dihilangkan secepatnya meskipun bila pasien tidak tertarik untuk memmperbaiki

penglihatannya atau prognosis visusnya tidak baik. Kondisi tersebut antara lain:
y y y y y y y

Katarak hipermatur Lens induced glaucoma Lens induced uveitis Dislokasi atau subluksasi lensa Benda asing di lensa Retinopati diabetik untuk fotokoagulasi laser Retinal detachment

3. Indikasi Kosmetik Bila penglihatan telah hilang secara permanen karena kelainan pada retina atau saraf opticus, tetapi pupil yang putih yang diakibatkan oleh katarak mengganggu penampilan, pembedahan dilakukan hanya untuk membuat pupil terlihat hitam meskipun telah diketahui bahwa penglihatan tidak lagi dapat dipulihkan.

Evaluasi Preoperatif Selain pemeriksaan secara umum, pasien yang akan dioperasi katarak memerlukan pemeriksaan oftalmikus yang lengkap, yaitu: 1. Ketajaman Visus 2. Cover test Heterotrophia dapat mengindikasikan adanya suatu ambliopia yang dapat mempengaruhi prognosis penglihatan setelah operasi, atau kemungkinan timbulnya diplopia bila visus telah diperbaiki. 3. Refleks pupil Karena katarak tidak pernah mengakibatkan suatu defek pada saraf aferen. Adanya defek tersebut dapat mempengaruhi hasil akhir penglihatan setelah operasi. 4. Adneksa Okular Dacryocystitis, blepharitis, konjungtivitis kronis, lagophtalmus, ektropion, entropion dapat menjadi predisposisi timbulnya

endophtalmitis, maka perlu perawatan yang efektif sebelum pembedahan. 5. Kornea 6. Segmen anterior COA yang dangkal dapat membuat kesulitan pada operasi katarak. 7. Lensa 8. Funduskopi Melihat ada-tidaknya degenerasi makula yang akan

mempengaruhi visus nantinya. Bila lensa sangat keruh, dapat diperiksa dengan USG.

Biometri Pembedahan pada operasi katarak akan menghilangkan lensa yang kekuatannya kira-kira 20 Dioptri dari sistem refraksi mata. Pada mata dengan afakia akan terjadi hipermetropia berat. Saat ini, pembedahan pada katarak

juga termasuk implantasi suatu Intra Ocular Lense (IOL) yang idealnya diletakkan pada posisi yang sama pada lokasi lensa sebelumnya. Biometri dapat mengkalkulasi kekuatan lensa yang diperlukan untuk koreksi refraktif post-operasi. Biometri meliputi dua parameter : a. Keratometer kurvatura permukaan kornea anterior yang diukur

dalam dioptri atau mm b. Axial length dimensi anteroposterior pada mata dalam milimeter

Refraksi Post-Operasi Emetropia adalah refraksi post-operasi yang ideal. Pada praktisnya, kebanyakan ahli bedah menentukan miopia derajat rendah (-0.25D -0.50D) untuk mengatasi adanya kemungkinan kesalahan pada biometri, karena miopia ringan umumnya dapat diterima oleh kebanyakan pasien.

IOL (Intra Ocular Lens) Posisi: Sebuah IOL terdiri dari optik (elemen refraksi sentral) dan haptik, yang diletakkan berhubungan dengan struktur okular (kapsul posterior, cilliary sulcus, atau COA). Pada operasi katarak modern, posisi IOL ada pada lokasi ideal (in the bag position). Operasi dengan penyulit seperti ruptur kapsula posterior, membutuhkan posisi alternatif untuk lokasi IOL, pada bilik mata belakang, dengan haptic pada sulcus, pada bilik mata depan. Desain: 1. Rigid 2. Flexible
y y y

Silicone Acrylic Hydrogel

3. Multifocal 4. Jenis lain

Persiapan Pre-Operasi 1. Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit semalam sebelum operasi 2. Pemberian informed consent 3. Bulu mata dipotong dan mata dibersihkan dengan larutan PovidoneIodine 5% 4. Pemberian tetes antibiotik tiap 6 jam 5. Pemberian sedatif ringan (Diazepam 5 mg) pada malam harinya bila pasien cemas 6. Pada hari operasi, pasien dipuasakan. 7. Pupil dilebarkan dengan midriatika tetes sekitar 2 jam sebelum operasi. Tetesan diberikan tiap 15 menit 8. Obat-obat yang diperlukan dapat diberikan, misalnya obat asma, antihipertensi, atau anti glaukoma. Tetapi untuk pemberian obat antidiabetik sebaiknya tidak diberikan pada hari operasi untuk

mencegah hipoglikemia, dan obat antidiabetik dapat diteruskan sehari setelah operasi.

Anestesi 1. Anestesi Umum Digunakan pada orang dengan kecemasan yang tinggi, tuna rungu, atau retardasi mental, juga diindikasikan pada pasien dengan penyakit Parkinson, dan reumatik yang tidak mampu berbaring tanpa rasa nyeri. 2. Anestesi Lokal :
y Peribulbar block

Paling sering digunakan. Diberikan melalui kulit atau konjungtiva dengan jarum 25 mm Efek : analgesia, akinesia, midriasis, peningkatan TIO, hilangnya refleks Oculo-cardiac (stimulasi pada n.vagus yang diakibatkan stimulus rasa sakit pada bola mata, yang mengakibatkan bradikardia dan bisa menyebabkan cardiac arrest)

Komplikasi :
o Perdarahan retrobulbar o Rusaknya saraf optik o Perforasi bola mata o Injeksi nervus opticus o Infeksi y Subtenon Block

Memasukkan kanula tumpul melalui insisi pada konjungtiva dan kapsul tenon 5 mm dari limbus dan sepanjang Anestesi diinjeksikan diantar ekuator bola mata.
y Topical-intracameral anesthesia

area subtenon.

Anestesi permukaan dengan obat tetes atau gel (proxymetacaine 0.5%, lidocaine 2%) yang dapat ditambah dengan injeksi intrakamera atau infusa larutan lidokain 1%, biasanya selama hidrodiseksi.

Teknik Operasi Katarak Saat ini tersedia beberapa macam teknik operasi yang digunakan untuk pengobatan katarak, yaitu : 1. Intra-Capsular Cataract Extraction (ICCE) Pengambilan lensa dilakukan secara in toto sebagai satu potongan utuh, dimana nukleus dan korteks diangkat didalam kapsul lensa dengan menyisakan vitreus dan membrana Hyaloidea. Kapsula posterior juga diangkat sehingga IOL tidak dapat diletakkan di bilik mata posterior. IOL dapat diletakkan di bilik mata anterior dengan risiko infeksi kornea. Selain itu tidak ada lagi batasan antara segmen anterior dan posterior yang dapat meningkatkan kemungkinan komplikasi lainnya seperti vitreus loss, cystoid macular edema, endophtalmitis, dll. Teknik ini digunakan dalam kasus tertentu antara lain bila terjadi subluksasio lensa atau dislokasi lensa.

Insisi kornea dibuat cukup besar, sekitar 1800 dan dilakukan iridektomi perifer sebelum mengangkat lensa. Teknik pengangkatan lensa yang dilakukan antara lain :
o Cryo-extraction o Erysiphake o Sliding Technique o Tumbling technique o Lens Forceps technique o Wire-vectic technique

2. Extra-Capsular Cataract Extraction (ECCE) Nukleus dan korteks diangkat dari kapsul dan menyisakan kapsula posterior yang utuh, bagian perifer dari kapsula anterior, dan zonula zinii. Teknik ini selain menyediakan lokasi untuk menempatkan IOL, juga dapat dilakukan pencegahan prolaps vitreus dan sebagai pembatas antara segmen anteror dan posterior. Sebagai hasilnya, teknik ECCE dapat menurunkan kemungkinan timbulnya komplikasi seperti vitreus loss, edem kornea, dll. Ada 3 jenis operasi ECCE, yaitu : a. Konvensional Pada teknik ini, insisi dilakukan di kornea dan dibuat cukup lebar, yaitu sekitar 1200 . Hal ini mengakibatkan perubahan kurvatura kornea yang cukuo hebat pasca-operasi dan dapat terjadi astigmatisma irregular. b. Small Incision Pada teknik ini, insisi dilakukan di sclera dan dibuat sekitar 6 mm. Insisi dibuat 3 tahap seperti terowongan (tunnel incision). Keuntungannya adalah konstruksi irisan pada sclera kedap air sehingga membuat sistem katup dan isi bola mata tidak mudah prolaps keluar. Dan karena insisi yang dibuat

ukurannya lebih kecil dan lebih ke posterior, kurvatura kornea hanya sedikit berubah. c. Phacoemulsification Merupakan suatu teknik yang lebih canggih dibanding jenis ECCE lainnya. Pasa teknik ini, nukleus lensa dipecahpecah (intraokular) dengan menggunakan frekuensi tinggi (40.000 MHz) kemudian dihisap keluar dari mata melalui suatu insisi yang dibuat sangat kecil (3.2 mm). Kemudian sejenis IOL yang terlipat dimasukkan ke bilik mata posterior melalui insisi yang sama. Keuntungan dari operasi ini adalah dapatdigunakan pada pasien yang visusnya masih baik karena insisi yang dibuat sangat kecil tidak menimbulkan perubahan kurvatura kornea yang besar, penyembuhannya juga jauh lebih cepat dibanding teknik ECCE yang lain. Maka bila fasilitas tersedia, teknik ini merupakan suatu pilihan utama dari operasi katarak.

.Teknik Fakoemulsifikasi Sumber: Ophtalmology-a Pocket Textbook Atlas 2nd Ed.

Perbandingan Teknik Operasi ICCE dan ECCE

ICCE Pengangkatan lensa Lensa diangkat in toto

ECCE Nukleus lensa

diangkat dari kapsul Kapsula posterior dan Diangkat Zonula Zinii Insisi Iridektomi perifer Waktu operasi Lokasi IOL Keahlian Biaya Komplikasi muncul Lebih besar (10 mm) Dilakukan Lebih lama Anterior chamber Teknik lebih mudah Lebih murah Lebih kecil Tidak dilakukan Lebih cepat Posterior chamber Teknik lebih sulit Lebih mahal Utuh

yang Prolaps vitreus, cystoid Katarak sekunder macular edema,

endophtalmitis, aphakic glaucoma Komplikasi yang dapat Katarak sekunder dihilangkan Indikasi Dislokasi subluksasi Komplikasi ICCE lensa, Dapat untuk semua lensa, jenis katarak kecuali kontra pada

Chronic lens induced dengan uveitis, Intra-lenticular indikasi foreign bodies Kontraindikasi Pasien muda (< 35 Dislokasi

lensa,

tahun) yang vitreus dan subluksasi lensa lensa memiliki yang kuat nya masih

penempelan

3. Pars Plana Lensectomy Teknik ini digunakan pada anak yang masih sangat kecil. Lensa dan bagian anterior vitreus dijepit menggunakan alat yang disebut Vitrectomy Probe atau VISC (Vitreuous Irrigation Suction Cutting) yang dimasukkan ke daerah pars plana pada badan siliar k ira-kira 3.5 mm di belakang limbus. Keuntungannya adalah mekanisme imun aktif tubuh tidak terekspos sekuestrasi protein lensa sehingga mencegah respon inflamasi.

Komplikasi Pasca Bedah Terdiri atas 3 fase : 1. Intraoperasi


y y y y y y

Kerusakan endotel kornea Ruptur kapsula posterior Vitreus proplaps Hifema Dislokasi nukleus ke vitreus Perdarahan ekspulsif

2. Postoperasi Awal
o Edema korrnea o Kebocoran luka o Iris prolaps o COA dangkal atau datar o Hyphema o Hypotony o Glaukoma o Dislokasi IOL o Endophtalmitis o

3. Postoperasi Lambat
o Kekeruhan kapsula posterior (PCO) o Cystoid macular edema o Bullous Keratophaty o Glaukoma

Rehabilitasi Visual Pasca Operasi Katarak Pengangkatan lensa pada operasi katarak menimbulkan afakia, yang menyebabkan : 1. Hipermetropia tinggi 2. Astigmatisma 3. Hilangnya daya akomodasi 4. Berkurangnya persepsi warna Karena itu diperlukan rehabilitasi visual pasca operasi, dengan menggunakan beberapa alat bantu, yaitu : 1. IOL Merupakan metode terbaik untuk mengatasi afakia. IOL yang tersedia saat ini aman, tidak mahal fdan memiliki kualitas optik yang baik. Implantasi IOL dapat dilakukan setelah pengangkatan lensa pada saat operasi. Meskipun memiliki banyak keuntungan, IOL tidak dapat mengatasi masalah hilangnya daya akomodasi yang terjadi pasca operasi, dan pasien tetap harus menggunakan alat bantu saat melihat dekat /membaca.

2. Kacamata Koreksi refraksi dengan menggunakan kacamata digunakan kekuatan sebesar +10D . Tingginya kekuatan lensa merupakan suatu masalah bagi fisik dan optik. Dan masalahnya akan semakin berat bila mata yang afakia unilateral (mata yang lain normal). Masalah yang biasa timbul akibat pemakaian kacamata antara lain :
y

Masalah fisik Kacamata yang berat dan tebal akan terasa tidak nyaman saat dipakai. IOL tidak menimbulkan masalah ini

y y y

Diplopia Roving Sign Scotoma Jack in the box phenomenon Keadaan ini membuat lapang pandang perifer terganggu

Pin Cushion Effect Objek terlihat tertarik ke sudut,pada tepi objek yang dilihat terlihat lebih besar.

Aberasi Spheris Objek yang dilihat akan tampak tidak fokus.

Aberasi kromatis Difraksi saat melihat cahaya, dan saat melihat objek warna putih akan terlihat warna pelangi.

Masalah ini dapat diatasi dengan membuat beberapa modifikasi pada lensa seperti:
y y y

Aspherical lenses High index lenses Lenticular lenses

3. Lensa kontak Kekuatan yang dimiliki lensa kontak adalah +12 D. Dapat mengatasi masalah afakia unilateral (yang tidak menggunakan IOL). Tetapi untuk pasien berusia lanjut kurang efektif.

Perbandingan Mata Normal dengan Mata Pasca Operasi Katarak dengan Berbagai Alat Bantu1

Gambar.... Perbandingan Mata Normal dan Mata Paska Operasi Katarak Sumber: Ophthalmology-a Pocket Textbook Atlas 2nd Ed. 2.1 Prognosis jika tidak adanya penyakit okular lain yang menyertai sebelum operasi, yang akan mempengaruhi secara signifikan hasil visual, seperti degenerasi makula atau atrofi saraf optik, sebuah ECCE standar atau phacoemulsification yang sukses dapat tanpa komplikasi atau prognosis visual yang sangat menjanjikan untuk mendapatkan minimal peningkatan 2 baris di Snellen chart. Faktor risiko utama yang mempengaruhi prognosis visual adalah adanya diabetes mellitus dan retinopati diabetes.

Program Vision 2020 Visi 2020 adalah right to sight yang merupakan suatu tindakan mengatasi masalah kebutaan. Program ini adalah kerjasama diantara WHO dan Agensi Internasional untuk pencegahan kebutaan (IAPB) yang

merupakan satu kumpulan organisasi yang bukan pemerintahan (NGOs) termasuk dalam perawatan mata. Tujuan Vision 2020 adalah memberantas kebutaan pada tahun 2020 dan tujuan jangka panjangnya adalah mengembangkan sistem perawatan yang komprehensif untuk mencapai visi yang paling baik untuk memperbaiki kualitas hidup seluruh manusia.

Tujuan Vision 2020 pada Penanganan Katarak Target yang dicapai dari 7 juta orang yang melakukan operasi katarak menjadi 12 juta orang pada tahun 2000 ke tahun 2010. Dan akhirnya harus mencapai 32 juta orang yang mendapatkan operasi katarak pada akhir tahun 2020. Hal ini dapat berhasil bila ada kerjasama tim, pelatihan, penanganan yang baik dan monitoring serta evaluasi yang baik. Dalam vision 2020 ini, dibahas hingga sampai evaluasi dan monitoring penanganan katarak di daerah-daerah.

Daftar Pustaka

Dhawan, Sanjay. Lens and http://sdhawan.com/op=thalmology/lens.html.

Cataract.

URL

Guyton and Hall. Fisiologi Kedokteran. 1997. Jakarta: EGC. H. Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata. 2009. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hammond, Christ MD. The Epidemiology Of Cataract http:/www.optometry.co.uk. International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB). Vision 2020 The Right to Sight. 23 April 2010. http://www.vision2020.org/main.cfm. James B, Chew C, Bron A. Lensa dan Katarak. Dalam: Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. 2006. Jakarta: Erlangga. Kanski, Jack J. Lens. In: Clinical Ophtalmology. 4th Edition. 2000. Oxford: Butterworth-Heinemann. Lang GK. Lens. In: Ophthalmology-A Pocket Textbook Atlas. 2nd Edition. 2007. Wemding: Appl Aprinta Druck.p:169-184. Ming ALS,Ian J.C. Lens and Glaukoma. In: Color Atlas Ophthalmology. 3rd Edition. Moore K.L.In: Clinically Oriented Anatomy. 5th ed. 2006. Philadelphia: Lippincoot William & Wilkins Baltimore.p:957-976. Senile catacact. 4 Februari article/1210914-overview 2011. http://emedicine.medscape.com/

Vaughan D, Asbury T, Riodan-Eva P. Lens. In: General Ophthalmology. 1999. USA:Appleton &Lange.

Anda mungkin juga menyukai