Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“KONSEP DASAR IMAN, KUFUR, NIFAQ, SYIRIK”


Dosen Pengampuh : Dr. Madyan, S.Pd.I.,M.Pd.I

Disusun Oleh :

Kelompok

M. AMIN (2112. 505. 73)


EFENDI (2112. 505.64)
MARTI JULIANI (2112.50607)

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YPI)


INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANG HARI
2022
KATA PENGANTAR

‫الرحِيم‬
َّ ‫ِالر ْح َم ِن‬
َّ ‫ــــــــــــــــم اﷲ‬
ِ ‫ِب ْس‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan


semesta alam yang senantiasa memberikan kemudahan kelancaran
beserta limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tiada terhingga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.

Alhamdulillah berkat Rahmat dan ridha-Nya penulis dapat


menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “KONSEP DASAR
IMAN, KUFUR, NIFAQ, SYIRIK”. makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas kelompok tahun akademik 2022

Dalam penyusunan makalah ini Penulis mendapatkan bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi penulis. Begitu pula makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun.

Muara Bulian, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman.....................................................................................3
B. Pengertian Kufur....................................................................................4
C. Pengertian Nifaq....................................................................................7
D. Pengertian Syirk.....................................................................................10
E. Perbedaan Antara Iman, Kufur, Nifaq Dan Syrk...................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................14
B. Saran...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kehidupan masyarakat yang modern dengan arus globalisasi
yang cenderung pada materialism-hedonistik sering mendewa-dewakan
harta, kedudukan dan kemewahan tanpa menghiraukan norma-norma
agama, dipengaruhi beberapa faktor, baik eksternal maupun internal
dalam diri manusia itu sendiri, sehingga manusia sering kehilangan
pedoman hidup.
Islam sebagai agama mempunyai dua dimensi yaitu aqidah atau
keyakinan dan sesuatu yang diamalkan atau amaliyah. Amal perbuatan
tersebut merupakan perpanjangan dan implementasi dari aqidah itu.
Islam adalah agama yang bersumber dari Allah SWT yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW yang berintikan keimanan dan
perbuatan. Keimanan dalam islam merupakan dasar atau pondasi yang
diatasnya berdiri syariat-syariat islam. Keimanan kita kepada Allah
SWT harus terus menerus dipupuk agar semakin kokoh dan kuat,
karena ketika keimanan kita terkikis akan menyeret kita kepada kufur.
Kekufuran apabila tertanam dalam jiwa manusia akan menjerumuskan
kepada perbuatan yang menyimpang yaitu syrik dan nifaq. Iman, kufur
dan nifaq termasuk hal yang dapat membatalkan tauhid seseorang
setidaknya mengurangu kesempurnaan keimanan seseorang.
Islam adalah agama yang bersumber dari Allah SWT yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang berintikan keimanan
dan perbuatan. Keimanan dalam agama islam merupakan dasar atau
pondasi yang diatasnya berdiri syariat- syariat islam. Keimanan kita
kepada Allah SWT harus terus menerus dipupuk agar semakin kokoh
dan kuat, karena ketika keimanan kita terkikis akan menyeret kita
kepada kufur. Kekufuran apabila tertanam dalam jiwa manusia akan
menjerumuskan kepada perbuatan yang menyimpang yaitu syirik dan

1
2

nifaq. Untuk itu, dalam makalah ini kami mencoba membahasnya agar
kita bisa menjaga iman kita dan menjauh dari kekufuran.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah
diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan iman, kufur, nifaq dan syirik?
2. Apa saja macam –macam iman, kufur, nifaq dan syirik?
3. Apa saja dampak negatif dari perbuatan kufur, nifaq dan syirik?
C. Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini ada beberapa tujuan diantaranya :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan iman, kufur, nifaq dan
syirik
2. Untuk mengetahui macam- macam iman, kufur, nifaq dan syirik
3. Untuk mengetahui dan menghindari dampak perbuatan kufur, nifaq
dan syirik
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IMAN
Pengertian iman menurut, etimologi berarti pembenaran hati.
Secara terminologi iman berarti pengakuan dengan lisan, dan
pengamalan dengan anggota badan. Pengertian iman dari bahasa arab
yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman
adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan tindakan (perbuatan). 1Dengan demikian, pengertian
iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu
benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaanNya.
Al-Qur’an mendefinisikan iman dengan ayat-ayat yang sangat
jelas tentang ciri-ciri orang-orang beriman. Jika kita cermati ayat-ayat ini
selalu menghubungkan iman sebagai aktifitas hati dengan  amal saleh
(kerja yang baik atau amalan produktif) sebagai aktifitas. Orang-orang
yang memiliki kecintaan kepada Allah dan Kitab Suci-Nya sehingga
selalu membaca Al-Qur’an, mengkaji kandungannya dan mengamalkan
isinya. Mereka juga menunaikan rukun Islam: menegakkan syahadat
mendirikan sholat, berzakat, dan lain-lain.
Jadi seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang
beriman) sempurna apabila memenuhi unsur yang ada dalam definisi
iman di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang
keberadaan Allah, tetaapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan
dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakaan
sebagai mukmin yang sempurna, sebab unsur-unsur keimanan tersebut
merupakan suatu kesatuan yang uruh dan tidak dapat dipisahkan.
Firman Allah:
1
Dr. Abdul Rahman Abdul Khalid, Garis Pemisah Antara Kufur dan Iman, Jakarta: Bumi
Aksara, 1996.HAL. 80

3
4

         
       
      
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka
yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan
hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang
mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang
Kami berikan kepada mereka.” (Al-Anfaal: 2-3)
1. Dalil-dalil tentang iman
       
       
   
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka
itulah orang-orang yang benar.” (Al Hujarat: 15)
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan
kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman.
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak
membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari
rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami
taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali." (Al Baqarah: 285)
B. PENGERTIAN KUFUR
Kata kufur dalam pengertian bahasa Arab berarti
menyembunyikan atau menutup. Sedangkan menurut syari’at adalah
menolak kebenaran dan berbuat kufur karena kebodohannya.  Adapun
pengertian kufur yang hakiki adalah keluar dan menyimpang dari
5

landasan Iman.2Orang yang melakukan kekufuran, tidak beriman


kepada Allah dan Rasul-Nya disebut Kafir.
Al-Kufr secara bahasa berarti penutup. Sedang menurut deinisi
syar’i berarti tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya, baik dengan
mendustakannya ataupun tidak.3
Persoalan persoalan kufur timbul dalam sejarah bermula dari
tuduhan kufurnya perbuatan sahabat-sahabat yang menerima arbitrasi
sebagai penyelesaian perang Siffin. Selanjutnya persoalan hukum kafir
ini bukan lagi hanya orang yang tidak menentukan hukum dengan al-
Quran, tetapi juga orang yang melakukan dosa besar, yaitu murtakibal-
kabair. Kufur bisa terjadi karena beberapa sebab, antara lain:
a. Mendustakan atau tidak mempercayai sesuatu yang harus diyakini
dalam syariat
b. Ragu terhadap sesuatu yang jelas dalam syariat
c. Berpaling dari agama Allah
d. Kemunafikan yakni menyembunyikan kekafiran dan menampakkan
keislaman
e. Somboong terhadap perintah Allah seperti yang dilakukan iblis
f. Tidak mau mengikrarkan kebenaran agama Allah bahkan dibarengi
dengan memeranginya, padahal hatinya yakin kalau itu benar.
1. Macam-Macam Kufur
Kufur dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Kufur akbar (kufur besar)
Kufur akbar dapat mengeluarkan pelaku dari agama islam. 
Terkadang  kufur  besar  terjadi  dengan  ucapan  atau 
perbuatan yang sangat bertolak belakang dengan iman seperti
mencela Allah  dan  Rasul-Nya atau menginjak Al-Qur`an dalam

2
Siti Muhayati, “Iman Kepada Allah dan Perhatian Orang Tua Terhadap Budaya Nyontek
Anak Usia Sekolah Dasar”, Jurnal Bimbingan dan Konseling. Hal. 65
3
Dr Shalih bin Fauzan Al-Fauzan dan tim Ahli Tauhid, Aqidatut Tuhid Kitabut Tauhid lis-
Shaff Al-Awwal-Ats-Tsalis-Al-Aly. Jakarta:Ummur Qura, 2013.hal. 63
6

keadaan tahu kalau itu adalah Al-Qur`an dan tidak terpaksa. Kufur
jenis ini terbagi menjadi lima, yaitu:
 Kufrut Takdziib (Kafir karena mendustakan) dalilnya ialah
firman Allah Ta’ala QS Al-Ankabuut: 68.
 Kufrul Ibaa’ wal Istikbaar Ma’at Tashdiiq (kafir karena menolak
dan sombong tapi disertai dengan pembenaran) dalilnya adalah
QS Al-Baqarah: 34.
 Kufrusy Syakk (kafir karena ragu) dalilnya adalah firman Allah
QS Al-Kahfi:35-38.
 Kufrul I’radh (kafir karena berpaling) dalilnya ialah firman Allah
QS Al-Ahqaf: 3.
 Kufrun Nifaaq (kafir karena nifak) dalilnya adalah QS Al-
Munafiqun: 3.
2) Kufur ashghar (kufur kecil)
Kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama
Islam dan ia adalah kufur amali. Kufur amali  ialah dosa yang
disebutkan didalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah sebagai dosa dosa
kufur, tetapi tidak mencapai derajat  kufur  besar.4 yang termasuk
kedalam kufur ashghar di antaranya yaitu, kufur nikmat Allah
membunuh, dan bersumpah selain nama Allah. Beberapa ayat al-
Quran yang menjelaskan tentang kufur:
         
      
         
         
       
Artinya : “Dan barang siapa tidak memutuskan perkara
dengan hukum yang diturunkan Alloh, maka mereka adalah
orang-orang kafir.” (QS. Al-Maaidah: 44)

4
Mahmud Yunus, Qamus ‘Arabiy Indunisiyya, Jakarta:PT Hidakarya Agung, 1989.hal. 98
7

        


       
     
Artinya : “Dan orang-orang kafir berperang di jalan
thoghut.” (QS. An Nisaa’: 76).
C. PENGERTIAN NIFAQ
Secara bahasa, kata nifak berasal dari kata nafiqa; lobang  tempat
keluar hewan sejenis tikus (yarbu’) dari sarangnya, jika hendak
ditangkap dari satu lobang maka ia akan berlari ke lobang lainnya dan
keluar darinya. Ada yang berpendapat, berasal dari kata an-nafaq,
lobang terowongan  yang digunakan  untuk bersembunyi.5 Sedangkan
menurut syar’i, makna nifaq ialah menampakkan keislaman dan
kebaikan serta menyembunyikan kekafiran dan keburukan.
Secara gramatikal bahasa Arab, kata nifaq merupakan mashdar
(kata jadian) dari tsulatsi mazid biharfin wahid, yaitu naafaqa,
yunaafiqu, munaafaqah, dan nifaaq yang berarti memasukkan  sesuatu
dengan mengeluarkan yang lain. Sedangkan kata munafiq adalah kata
sifat atau isim fa’il dari kata naafaqa yang menunjukkan orang  yang
menyandang sifat tersebut. Sedangkan kata munafiq adalah kata sifat
atau isim fa’il dari kata naafaqa yang menunjukkan orang  yang
menyandang sifat tersebut. Berdasarkan pengertian kebahasan di atas
maka orang munafik adalah orang yang menampakkan kebaikan pada
satu sisi dan menyembunyikan keburukan pada sisi lain atau
melaksanakan ajaran agama pada satu sisi dan menyembunyikan
kekufuran pada sisi lain.
Sedangkan makna nifaq secara terminologi adalah menampakkan
Islam dengan menyembunyikan kekufuran. Kata nifaq merupakan suatu
termasuk yang  diperkenalkan oleh al-Qur’an. Oleh karena itu
masyarakat Arab tidak mengetahui makna lain selain makna yang
dimaksud oleh al-Qur’an itu sendiri. Sementara itu, menurut Quraish
5
Fauzi Saleh, Pilar-Pilar Tauhid ,Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2007.hal. 46
8

Shihab, kata munafiq terambil dari kata nafiqa’, yang bermakna  


sejenis lubang tikus, semacam terowongan yang memiliki dua lubang
tempat ia keluar masuk. Jika dikejar di sini ia keluar di sana, demikian
pula sebaliknya. Quraish melanjutkan bahwa seperti itu lah sifat orang-
orang munafik,  ia masuk  dalam kelompok orang-orang yang beriman
dengan pengakuan mereka“saya beriman”, dan  masuk pula dalam
kelompok orang-orang yang kufur dengan ucapan “aku seperti kalian.” 6
Dalil Tentang Nifaq:
         
   
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-
orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: "Allah dan Rasul-Nya
tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya".(Qs.Al-Ahzab
33:12)
       
         
    
Artinya: "Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian
dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat
yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka
menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka
Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu
adalah orang-orang yang fasik."(Qs.At-Taubah 9:67)
1. Macam-Macam Nifaq
Nifaq terbagi menjadi dua macam, yaitu: 7
a. Nifaq i’tiqadi (nifak keyakinan)
Disebut juga dengan nifaq besar. Yaitu, menampakkan
keislaman dan menyembunyikan kekafiran. Nifaq jenis ini dapat
menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam secara total dan
6
Ahzami Sami’un Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani,
2000.hal. 68

7
Prof. Rachmat Syafe’i, MA., Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm 87-
88.
9

menempatkannya di neraka yang paling bawah. Allah menyifati


pelakunya dengan segala sifat buruk; kafir, tidak mempunyai
iman, tindakan mengolok-olok dan mengejek Islam dan
pemeluknya, serta kecenderungan total kepada musuh-musuh
Islam karena keikutsertaan mereka dalam memusuhi Islam.
Seorang munafik akan menampakkan keimanan kepada
Allah, para Malaikat, Kitb-Kitab-Nya, para Rasul-Nya, dan
keimanan pada Hari Akhir. Padahal dalam batinnya ia terlepas
dari itu semua dan mendustakannya. Nifaq jenis ini ada empat
macam:
 Mendustakan rasul atau mendustakan sebagian ajaran yang
beliau bawa.
 Membenci rasul atau membenci sebagian ajaran beliau bawa.
 Senang jika melihat agama islam kemunduran
 Tidak senang melihat islam menang
b. Nifaq Amali
Yaitu, melakukan suatu amalan orang-orang munafik dengan
masih menyisakan iman di dalam hati. Nifaq jenis ini tidak sampai
menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. Hanya saja ia dapat
menghantarkannya pada hal tersebut. Di dalam diri pelakunya
terdapat iman dan nifaq. Semakin banyak ia mengerjakan amalan
(nifaq) ini, itu akan menyebabkannya menjadi seorang munafiq
tulen. Dalilnya adalah sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya:
Artinya : “ada empat sifat, jika semuanya ada dalam diri
seseorang maka ia seorang munafik tulen. Barangsiapa dalam
dirinya terdapat salah sifat itu, berarti dalam dirinya ada satu sifat
kemunafikan hingga ia meninggalkannya, yaitu jika dipercaya ia
berkhianat, jika ia berbicara ia berdusta, jika berbanji ia
menyalahinya, dan jika bertikai ia berkata kotor.” (HR Mutaffaq
‘Alaih).
2. Bahaya Nifaq dalam Kehidupan Dunia
10

Al-Qur’an telah menjelaskan dalam berbagai ayatnya bahwa


nifaq termasuk salah satu penyakit kejiwaan atau abnormalitas
dalam diri manusia. Semua itu menegaskan bahwa lemahnya iman
dalam diri seseorang yang akan mengendalikan perilakunya. Dalam
surat al-Baqarah ayat 10 dapat dipahami dalam konteks ini yang
artinya:
Artinya : “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta.” (QS. 2: 10)
Syaikh Mutawally Sya’rawi ketika menafsirkan ayat ini
menyatakan, “Allah mengumpamakan hati orang munafik dengan
penyakit. Seakan-akan hati mereka tidak memiliki kesehatan iman
yang menghidupkan hati dan menjadikannya memiliki stamina dan
kekuatan”. Mental mereka sakit, dalam hati mereka ada penyakit,
dan ini lah yang memalingkan mereka dari jalan yang terang dan
lurus, serta menjadikan mereka pantas mendapatkan tambahan
penyakit dari Allah.Penyakit yang bersemayam dalam hati orang-
orang munafik berdampak dalam kehidupan mereka dengan
senantiasa membuat kerusakan di pentas bumi ini.
D. PENGERTIAN SYIRK
Syrik ialah menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal
yang seharusnya ditujukan khusus untuk Allah, seperti berdoa meminta
kepada selain Allah disamping berdoa memohon kepada Allah. Atau,
memalingkan suatu ibadah tertentu seperti dzabh (penyembelihan
kurban), bernadzar, doa dan lain sebagainya kepada selain Allah.
Adapun dari segi syara’, syirik adalah segala sesuatu  yang
membatalkan  tauhid atau mencemarinya, dari apa saja yang
dinamakan syirik dalam al-Qur’an dan  as-Sunnah. Dengan kata lain
syirik adalah mempersekutukan Tuhan dengan menjadikan  sesuatu
11

selain diri-Nya sebagai sembahan, obyek pemujaan atau tempat


menggantungkan harapan dan  dambaan.8
Allah tidak mengampuni orang musryik yang mati diatas
kesyrikan. Allah  Ta’ala berfirman:
             
       
Artinya : "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu,
bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (Qs An-Nisa:48)
Selain itu, surga juga diharamkan atas orang musryik. Allah ta’ala
berfirman:
           
         
          
   
Artinya : Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam", Padahal Al masih
(sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan
Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan
tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolongpun. (Qs.Al-Maidah:72)
Jadi syirik merupakan dosa yang paling besar. Nabi bersabda,
“maukah kalian kuberitahu mengenai dosa yang paling besar?’ para
sahabat menjawab ‘Ya, wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘(Yaitu)
menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.”
1. Macam-Macam Syirk
Terdapat dua macam Syirk yaitu:
a. Syirik Besar
Definisi Syirik al-akbar yakni menjadikan sekutu bagi Allah,
baik dalam masalah rububiyah, uluhiyah atau asma dan sifat-Nya.
8
Prof Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2012), hlm 339-
340
12

Syirik besar dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam dan 


menempatkannya kekal di dalam neraka bila hingga meninggal
dunia ia belum  bertobat darinya. Terdapat empat macam Syirk
besar, yaitu:9
Syirkud Da’wah (syirik do’a). Berdo’a memohon kepada selain
Allah disamping memohon kepada Allah.
Syirkun Niyyah wal Iradah wal Qashd (syirik niat), yaitu
memperuntukkan dan meniatkan suatu ibadah kepada selain
Allah.
Syirk Tha’ah (syirik ketaatan); yaitu mentaati selain Allah dalam
bermaksiat kepada-Nya.
Syirkul Mahabbah (syirik kecintaan); menyamakan kecintaan
kepada selain Allah dengan kecintaan.
b. Syirk Kecil
Syirik kecil tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari Islam
tapi dapat mengurangi (nilai) tauhid dan dapat menjadi perantara
kepada syirik besar. Terdapat dua macam Syirk kecil, yaitu:[22]
Syirik Dzahir/al-Jaliy (Syirik yang Nampak); berupa perkataan
dan perbuatan.
Syirik Khafiy (Tidak Nampak); yaitu kesyirikan yang terdapat
pada keinginan dan niat, seperti riya (ingin dilihat orang).
E. PERBEDAAN ANTARA IMAN, KUFUR, NIFAQ DAN SYRK
Perbedan iman, kufur, nifaq dan syirk yaitu Iman ialah, beriktikad
dalam hati dan berikrar  dengan lidah serta menjauhkan diri dari segala
dosa.
Nifaq ialah menampakkan keislaman dan kebaikan serta
menyembunyikan kekafiran dan keburukan. Lalu yang dimaksud
dengan syrik ialah menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-
hal yang seharusnya ditujukan khusus untuk Allah, seperti berdoa

9
Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah vol 2, Jakarta: Lentera Hati, 2006.hal. 62
13

meminta kepada selain Allah disamping berdoa memohon kepada


Allah. Masing-masing syrik, kufur dan nifaq masih terbagi menjadi dua,
yaitu akbar (besar) dan ashghar (kecil).10
Perbedaan kufur, nifaq dan syirik yang akbar, semuanya
mengeluarkan pelakunya dari islam dan jika pelakunya mati dalam
keadaan tidak bertaaubat, maka ia kekal selama-lamanya di neraka.
Sedangkan kufur, nifaq dan syirk ashgar/ kecil tidaklah sampai
mengeluarkan pelakunya dari islam dan jika pelakunya mati dalam
keadaan tidak bertaubat, maka ia berada dibawah kehendak Allah, jika
Allah berkehendak untuk mengampuninya, maka Allah pun akan
mengampuninya, namun jika tidak, Allah pun akan menyiksanya.

10
Fauzi Saleh, Pilar-Pilar Tauhid ,Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2007.hal. 87
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian iman menurut, etimologi berarti pembenaran hati.
Secara terminologi iman berarti pengakuan dengan lisan, dan
pengamalan dengan anggota badan.Pengertian iman menurut Khawarij
ialah, beriktikad dalam hati dan berikrar  dengan lidah serta
menjauhkan diri dari segala dosa. Kufur secara bahasa berarti
menutupi. Menurut syar’i, makna nifaq ialah menampakkan keislaman
dan kebaikan serta menyembunyikan kekafiran dan keburukan.Syrik
ialah menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang
seharusnya ditujukan khusus untuk Allah
Qiyas menerangkan hukum sesuatu yang tidak ada nashnya
dalam Alqur’an dan Hadits dengan cara membandingkan dengan
sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash. Dengan cara
qiyas itu berarti para mujtahid telah mengembalikan ketentuan hukum
sesuatu kepada sumbernya Alqur’an dan Hadits. Sebab hukum islam,
kadang tersurat jelas dalam nash Alqur’an atau Hadits, kadang juga
bersifat implisit-analogik terkandung dalam nash tersebut.
Sebagian para ulama’ fiqh dan para pengikut madzab yang empat
sependapat bahwa qiyas dapat dijadikan salah satu dalil atau dasar
hujjah dalam menetapkan hukum ajaran islam. Mereka itu barulah
melakukan qiyas apabila ada kejadian atau peristiwa tetapi tidak
diperoleh satu nashpun yang dapat dijadikan dasar. Hanya sebagian
kecil para ulama’ yang tidak membolehkan pemakaian qiyas sebagai
dasar hujjah, diantaranya ialah salah satu cabang Madzab Dzahiri dan
Madzab Syi’ah.

14
15

DAFTAR PUSTAKA

Siti Muhayati, “Iman Kepada Allah dan Perhatian Orang Tua Terhadap
Budaya Nyontek Anak Usia Sekolah Dasar”, Jurnal Bimbingan dan
Konseling

Dr. Abdul Rahman Abdul Khalid, Garis Pemisah Antara Kufur dan Iman,
Jakarta: Bumi Aksara, 1996

Al-Bazdawi, Kitab Usuluddin, Kahirah: Dr. Hans Piter Linss (Et. Al), Dar
Haya’

Dr Shalih bin Fauzan Al-Fauzan dan tim Ahli Tauhid, Aqidatut Tuhid


Kitabut Tauhid lis-Shaff Al-Awwal-Ats-Tsalis-Al-Aly. Jakarta:Ummur
Qura, 2013

Mahmud Yunus, Qamus ‘Arabiy Indunisiyya, Jakarta:PT Hidakarya Agung,


1989.

Ahzami Sami’un Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan al-Qur’an, Jakarta:


Gema Insani, 2000

Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah vol 2, Jakarta: Lentera Hati, 2006.

Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah vol 1, Jakarta: Lentera Hati, 2006.

Fauzi Saleh, Pilar-Pilar Tauhid ,Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2007.

Anda mungkin juga menyukai