Anda di halaman 1dari 10

Jl. Veteran No. 17, Sengkang Kab.

Wajo kode pos 90912


Email : perkim.kabwajo@gmail.com

KERANGKA ACUAN KERJA


(KAK)

KEGIATAN
PENYUSUNAN BASELINE KAWASAN KUMUH
PERKOTAAN

PEKERJAAN
PENYUSUNAN BASELINE KAWASAN KUMUH PADA
KECAMATAN TANASITOLO DAN
KECAMATAN MANIANGPAJO

LOKASI
KABUPATEN WAJO
(K AK)
PENYUSUNAN BASELINE KAWASAN KUMUH PERKOTAAN PADA
KECAMATANTANA SITOLO DAN KECAMATAN MANIANGPAJO
TAHUN ANGGARAN 2022

1. LATAR BELAKANG
Pemerintah Indonesia dalam memenuhi target SDG’s telah berupaya keras menangani
perubahan dan permukian kumuh perkotaan, bahkan penanganan kumuh sudah secara
jelas ditargetkan pada RPJMN 2015-2019 saat ini masih terus berlanjut dalam RPJMN
2019-2024. Langkah awal penanganan kumuh sebenarnya telah dimulai oleh
Kementerian Pekerjaan Umum melalui Ditjen Cipta Karya sejak tahun 2014 dengan
menyusun roadmap penanganan kumuh serta pemutakhiran data kumuh yang
dilaksanakan secara kolaboratif dengan kementerian/lembaga yang terkait serta
pemerintah daerah di seluruh Indonesia.

Pada beberapa tempat kawasan kumuh tidak hanya didominasi oleh kaum urban atau
kaum pendatang, namun ada juga kawasan kumuh yang ditempati oleh penduduk
pribumi yang karena berbagai alasan sehingga terjadi degradasi kualitas permukiman
atau perumahannya, fenomena yang terjadi di kawasan seperti ini biasanya juga
dibiarkan hingga berlarut-larut dengan alasan tertentu untuk bertahan semisal sudah
turun temurun tinggal di kawasan tersebut, ragam permasalahan ini pun harus
ditemukenali khususnya oleh pemerintah kota/kabupaten itu sendiri.

Dilihat dari sisi pemanfaatan ruang permukiman, permukiman kumuh diartikan sebagai
area permukiman yang tidak layak huni dengan kondisi bangunan yang tidak teratur,
memiliki tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dengan kualitas bangunan serta sarana
dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Penggunaan ruang pada permukiman kumuh
tersebut seringkali berada pada suatu ruang yang tidak sesuai fungsi aslinya sehingga
berubah fungsi menjadi area permukiman, semisal munculnya kantung- kantung
permukiman pada daerah sempadan untuk kebutuhan ruang terbuka hijau atau lahan-
lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya (squatters). Keadaan demikian yang
menunjukkan bahwa penghuninya kurang mampu untuk membeli dan menyewa rumah
atau merehabilitasi rumah mereka sendiri dengan swadaya. Oleh karenanya biasanya
permukiman kumuh identik dengan kantong (spot) permukiman yang berada di kawasan
SUTET, sempadan sungai, sempadan rel kereta api, kolong jembatan dan
sempadan situ/danau.

Permasalahan permukiman kumuh perkotaan maupun perdesaan seringkali menjadi salah satu
isu utama yang cukup menjadi polemik, sehingga seperti tidak pernah terkejar oleh upaya
penanganan yang dari waktu ke waktu sudah dilakukan. Masalah yang sarat muatan sosial,
budaya ekonomi dan politik dengan serta merta mengancam kawasan- kawasan permukiman
perkotaan menjadi laten dan hampir tidak bisa diselesaikan dengan hanya cara stimulan saja.

Secara khusus dampak dari adanya permukiman kumuh juga akan menimbulkan paradigma
buruk terhadap penyelenggaraan pemerintah, dengan memberikan dampak negatif akan
ketidakberdayaan dan ketidakmampuan pemerintah dalam pengaturan pelayanan kehidupan dan
penghidupan warganya. Dilain sisi dibidang tatanan sosial budaya dan kemasyarakatan,
komunitas yang bermukim di lingkungan permukiman kumuh secara ekonomi umumnya
termasuk golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, dan seringkali menjadikan alasan
tersebut penyebab terjadinya degradasi kedisiplinan dan ketidaktertiban dalam berbagai tatanan
sosial masyarakat.

Undang-undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman khsusunya di
pasal 7 dan 8 yang menjelaskan berbagai hal tentang pemeliharaan dan perbaikan kawasan
permukiman, serta pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh
dengan tiga pola penanganan yaitu pemugaran, peremajaan dan permukiman kembali. Tahapan
penanganan kawasan kumuh menurut UU no 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman mengamantkan agar pemerintah kota/kabupaten melakukan : (i) menyusun
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP),
(ii) menyusun Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP) dan (iii) penetapan kawasan perumahan/permukiman kumuh yang tersebar di
wilayahnya masing-masing. Untuk mencegah menjadi kumuh kembali, dilakukan pengelolaan
setelah penanganan sehingga permukiman kumuh tidak mengalami penurunan kualitas
permukiman.

Penanganan permukiman kumuh sudah secara jelas ditargetkan pada RPJMN 2019- 2024,
dimana target besarnya adalah terciptanya permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.
Penanganan permukiman kumuh diawali dengan identifikasi lokasi permukiman kumuh dan
penetapan lokasi permukiman kumuh tersebut melalui SK Walikota/Bupati. Melalui
identifikasi tersebut, penanganan dilakukan sesuai Undang undang nomor 1 tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman khususnya di pasal VII dan VIII yang menjelaskan
berbagai hal tentang pemeliharaan dan perbaikan kawasan permukiman, serta pencegahan dan
peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh dengan tiga pola penanganan yaitu
pemugaran, peremajaan dan pemukiman kembali.

Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman bersifat multisektoral dan melibatkan


banyak pihak, pencapaian target pembangunan merupakan upaya terpadu dan sinkron dari
berbagai pemangku kepentingan baik pemerintah, masyarakat maupun swasta. Dalam
penyelenggaraannya, pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman dilakukan secara
terdesentralisasi oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat.
Pemerintah (baik pusat maupun daerah) akan lebih berperan sebagai pembina, pengarah, dan
pengatur, agar terus dapat tercipta suasana yang semakin kondusif. Antara pemerintah dengan
pemerintah daerah, juga terdapat pembagian peran dalam pengaturan, pembinaan, pelaksanaan
dan pengendalian mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku. Agar terjadi efisiensi
dan efektivitas dalam pembangunan perumahan dan permukiman, baik di kawasan perkotaan
maupun di kawasanperdesaan pelaksanaannya harus dilakukan secara terpadu (baik sektornya,
pembiayaannya, maupun pelakunya) dan dilakukan berdasarkan dokumen
perencanaanpembangunan dan penataan ruang yang berlaku

2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN


2.1 MAKSUD
Maksud dari pelaksanaan kegiatan Penyusunan Baseline Kawasan Kumuh Perkotaan ini adalah
diperolehnya data tingkat kekumuhan yang falid sesuai dengan permen PUPR no. 14 tahun 2018
dan memiliki data base yang berorientasi pada wilayah kumuh yang sifatnya by name by addres.
Yang berada pada wilayah kewenagan pemerintah Kabupaten Wajo

2.2 TUJUAN
Tujuan dilakukannya pendataan baseline kumuh ini adalah mengoptimalkan data dan profil
kumuh kelurahan sasaran sehingga dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan pengembangan
Perumhana dan kawasan permukiman yang berada pada wilayah kewenagan pemerintah
Kabupaten Wajo.
2.3 SASARAN
 Tersedianya data dan informasi yang akurat mengenai lokasi kawasan permukiman kumuh
pada Kelurahan Baru Tancung dan Kelurahan Pinceng Pute Kecamatan Tanasitolo;
Kelurahan Dualimpoe, Kelurahan Anabanua dan Kelurahan Mattirowalie Kecamatan
Maniangpajo
 Tersedianya profil kumuh kelurahan
 Tersediaanya peta deliniasi kumuh kelurahan sasaran

3. RUANG LINGKUP DAN RENCANA KERJA


3.1 RUANG LINGKUP LOKASI
Lokasi studi ini mencakup 5 (Lima) Kelurahan pada 2 (tiga) kecamatan dikabupaten
Wajo dengan rincian sebagai berikut :
No Kecamatan Kelurahan

1. Kecamatan Tanasitolo Kelurahan Baru Tancung

Kelurahan Pinceng Pute

2. Kecamatan Maniangpajo Kelurahan Dualimpoe

Kelurahan Anabanua

Kelurahan Mattirowalie

3.2 RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan yang tercakup dalam kerangka acuan ini adalah :
1. Pengumpulan data
2. Pengukuran/survey
3. Hasil kriteria kekumuhan
4. Penyusunan laporan
4. PENGERTIAN, PRINSIP, AZAS DAN LANDASAN HUKUM
4.1 PENGERTIAN
Definisi dalam kegiatan Penyusunan Baseline Kawasan Kumuh Perkotaan Sebagai Fungsi
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)sebagai upaya dalam
penanganan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh yang menjadi
wewenang Pemerintah Kabupaten Wajo.
 Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
 Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan,yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan
penghidupan.

 Permukiman Kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena


ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

4.2 PRINSIP DAN AZAS


Prinsip dalam pelaksanaan peningkatan kualitas terhadap kawasan permukiman kumuh
adalah mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak huni dalam lingkungan yang
sehat,aman, serasi,teratur, terencana,terpadu dan berkelanjutan,sebagaimana merupakan
cita-cita penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman di Indonesia.
Sedangkan azas pelaksanaan peningkatan kualitas terhadap kawasan permukiman kumuh
yaitu :
 Transparan
 Responsif
 Aspiratif
 Efisien
 Efectif
 Partisipatif
 Terukur
4.3 LANDASAN HUKUM
 UUD 1945
Landasan konstitusional untuk peningkatan kualitas permukiman kumuh adalah
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 28 H ayat 1 yang
mengamanatkan bahwa :
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan”
 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan KawasanPermukiman
 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang RTRW Prov.
Jateng Tahun 2009 – 2029

5. KELUARAN
Keluaran dari kegiatan ini adalah laporan-laporan. Adapun jenis laporan yang harus diserahkan
berupa Laporan Pendahuluan, dan Laporan Akhir pendataan baseline kumuh Permukiman
Kawasan Perkotaan Kumuh Sebagai Fungsi Permukiman dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
A. Laporan Pendahuluan, memuat :
a. Pemahaman dan kerangka pikir Penyedia Jasa tentang pendataan baseline kumuh
Permukiman Kawasan Perkotaan Kumuh;
b. Metode pelaksanaan kegiatan pendataan baseline kumuh Permukiman Kawasan
Perkotaan Kumuh Sebagai Fungsi Permukiman;
c. Rencana kerja Penyedia Jasa per tenaga ahli;
d. Jadwal rencana pelaksana kegiatan dan penugasan tenaga ahli.
Laporan Pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
kalender sejak diterbitkan SPMK yaitu sebanyak :

 2 (dua) buku Laporan Pendahuluan yang diserahkan kepada Pengguna Jasa Laporan
Pendahuluan akan dibahas dengan Pengguna Jasa paling lambat satu minggu setelah
diserahkan laporan ini.
B. Laporan Akhir, merupakan laporan akhir kegiatan
Laporan Akhir memuat hasil dari Identifikasi yang dilakukan dan mengakomodasikan
substansi materi sesuai lingkup pekerjaan yang dilengkapi:

 2 (dua) buku Laporan Akhir yang diserahkan kepada Pengguna Jasa;


 “ABSTRACT” yang terdiri atas tulisan, ilustrasi atau gambar/peta dengan format
presentasi berwarna (Power Point), sebanyak 2 (dua) eksemplar;

6. KEWAJIBAN-KEWAJIBAN KONSULTAN
a. Konsultan diwajibkan untuk melakukan seluruh persiapan dan mobilisasi sumberdaya
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas seperti tercantum pada ruang lingkup.
b. Dalam Pelaksanaan pekerjaannya konsultan agar selalu berkonsultasi dengan Tim
Teknis, yang susunannya disampaikan kemudian.
c. Dalam menyusun baseline kawasan permukiman kumuh di kabupaten wajo harus
berkoordinasi dengan instansi dinas Perumahan dan kawasan Permukiman Kab. Wajo.
d. Laporan pendahuluan, akhir harus dikoordinasikan dinas Perumahan dan kawasan
Permukiman Kab. Wajo.
e. Bertanggung jawab pada KPA & PPTK
7. TENAGA AHLI
Untuk melaksanakan tujuannya, konsultan harus menyediakan tenaga yang memenuhi
ketentuan pekerjaan, baik ditinjau dari segi lingkup (besar) pekerjaan maupun tingkat
kompleksitas pekerjaan di bidangnya masing-masing.
A. Tenaga ahli yang dibutuhkan, yaitu :
1. Team Leader 1 orang;
a. Adalah jurusan Strata 1 (S1) teknik sipil / teknik arsitek lulusan universitas atau perguruan
tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian
negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi
b. Berpengalaman minimal 1 Tahun sesuai bidang keahlian
c. Lingkup tugas team leader yaitu merencanakan pendataan baseline kawasan kumuh pada
kelurahan sasaran serta memimpin dan mengakomodir seluruh kegiatan anggota tim
kerja dalam pelaksanaan pendataan baseline kumuh sampai dengan pekerjaan
dinyatakan selesai. Waktu penugasan selama 1 bulan kalender
2. Tenaga pendukung 4 orang
a. Surveyor, dengan kualifikasi minimal D3 teknik sipil 1 orang, waktu penugasan 1 bulan
b. Drafter, dengan kualifikasi minimal D3 teknik sipil 1 orang, waktu penugasan 1 bulan
c. Pendataan rumah tangga kawasan kumuh dengan kualifikasi minimal SMA 2 orang
waktu penugasan 1 bulan

8. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Jangka waktu pelaksanaan Kegiatan pendataan baseline kumuh Kawasan Permukiman Kumuh
kabupaten wajo dilaksanakan selama 30 (Tiga Puluh) Hari / 1 (satu) bulan, terhitung dari sejak
tangal Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Untuk itu konsultan dimintakan menyusun rincian
jadwal dan mobilisasi tenaga ahli dalam kurun waktu yang ditetapkan

9. PELAKSANA KEGIATAN
Kegiatan dilaksanakan oleh Bidang Kawasan Permukiman Dinas Perumahan dan
Kawasan Permukiman Kabupaten Wajo
10. SUMBER PEDANAAN
Biaya pelaksanaan seluruhnya Rp. 27.500.000,00 (Dua Puluh Tujuh Juta Lima Ratus
Ribu Rupiah) menggunakan dana APBD Kabupaten Wajo Tahun Anggaran 2022.

11. HAL LAIN - LAIN


Laporan diketik dengan Font (huruf) Arial 12 spasi 1, 5 dalam kertas A4 dan dijilid dengan
sampul berwarna, ilustrasi dan tulisan dicetak warna. Semua laporan diserahkan

disertakan bentuk softcopy dalam CD/DVD. Dokumen Peta disusun tersendiri dalam
bentuk Album Peta (ukuran menyesuaikan skala peta) diserahkan bentuk digital CITRA
dan SHP beserta masternya.

Sengkang, Agustus 2022

Kepala Bidang Kawasan Permukiman


Selaku
Pejabat Pembuat Komitmen

NAJMA ISHAK, ST, M.Si


NIP. 19700130 200502 2 003

Anda mungkin juga menyukai