KEGIATAN
PENYUSUNAN BASELINE KAWASAN KUMUH
PERKOTAAN
PEKERJAAN
PENYUSUNAN BASELINE KAWASAN KUMUH PADA
KECAMATAN TANASITOLO DAN
KECAMATAN MANIANGPAJO
LOKASI
KABUPATEN WAJO
(K AK)
PENYUSUNAN BASELINE KAWASAN KUMUH PERKOTAAN PADA
KECAMATANTANA SITOLO DAN KECAMATAN MANIANGPAJO
TAHUN ANGGARAN 2022
1. LATAR BELAKANG
Pemerintah Indonesia dalam memenuhi target SDG’s telah berupaya keras menangani
perubahan dan permukian kumuh perkotaan, bahkan penanganan kumuh sudah secara
jelas ditargetkan pada RPJMN 2015-2019 saat ini masih terus berlanjut dalam RPJMN
2019-2024. Langkah awal penanganan kumuh sebenarnya telah dimulai oleh
Kementerian Pekerjaan Umum melalui Ditjen Cipta Karya sejak tahun 2014 dengan
menyusun roadmap penanganan kumuh serta pemutakhiran data kumuh yang
dilaksanakan secara kolaboratif dengan kementerian/lembaga yang terkait serta
pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Pada beberapa tempat kawasan kumuh tidak hanya didominasi oleh kaum urban atau
kaum pendatang, namun ada juga kawasan kumuh yang ditempati oleh penduduk
pribumi yang karena berbagai alasan sehingga terjadi degradasi kualitas permukiman
atau perumahannya, fenomena yang terjadi di kawasan seperti ini biasanya juga
dibiarkan hingga berlarut-larut dengan alasan tertentu untuk bertahan semisal sudah
turun temurun tinggal di kawasan tersebut, ragam permasalahan ini pun harus
ditemukenali khususnya oleh pemerintah kota/kabupaten itu sendiri.
Dilihat dari sisi pemanfaatan ruang permukiman, permukiman kumuh diartikan sebagai
area permukiman yang tidak layak huni dengan kondisi bangunan yang tidak teratur,
memiliki tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dengan kualitas bangunan serta sarana
dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Penggunaan ruang pada permukiman kumuh
tersebut seringkali berada pada suatu ruang yang tidak sesuai fungsi aslinya sehingga
berubah fungsi menjadi area permukiman, semisal munculnya kantung- kantung
permukiman pada daerah sempadan untuk kebutuhan ruang terbuka hijau atau lahan-
lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya (squatters). Keadaan demikian yang
menunjukkan bahwa penghuninya kurang mampu untuk membeli dan menyewa rumah
atau merehabilitasi rumah mereka sendiri dengan swadaya. Oleh karenanya biasanya
permukiman kumuh identik dengan kantong (spot) permukiman yang berada di kawasan
SUTET, sempadan sungai, sempadan rel kereta api, kolong jembatan dan
sempadan situ/danau.
Permasalahan permukiman kumuh perkotaan maupun perdesaan seringkali menjadi salah satu
isu utama yang cukup menjadi polemik, sehingga seperti tidak pernah terkejar oleh upaya
penanganan yang dari waktu ke waktu sudah dilakukan. Masalah yang sarat muatan sosial,
budaya ekonomi dan politik dengan serta merta mengancam kawasan- kawasan permukiman
perkotaan menjadi laten dan hampir tidak bisa diselesaikan dengan hanya cara stimulan saja.
Secara khusus dampak dari adanya permukiman kumuh juga akan menimbulkan paradigma
buruk terhadap penyelenggaraan pemerintah, dengan memberikan dampak negatif akan
ketidakberdayaan dan ketidakmampuan pemerintah dalam pengaturan pelayanan kehidupan dan
penghidupan warganya. Dilain sisi dibidang tatanan sosial budaya dan kemasyarakatan,
komunitas yang bermukim di lingkungan permukiman kumuh secara ekonomi umumnya
termasuk golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, dan seringkali menjadikan alasan
tersebut penyebab terjadinya degradasi kedisiplinan dan ketidaktertiban dalam berbagai tatanan
sosial masyarakat.
Undang-undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman khsusunya di
pasal 7 dan 8 yang menjelaskan berbagai hal tentang pemeliharaan dan perbaikan kawasan
permukiman, serta pencegahan dan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh
dengan tiga pola penanganan yaitu pemugaran, peremajaan dan permukiman kembali. Tahapan
penanganan kawasan kumuh menurut UU no 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman mengamantkan agar pemerintah kota/kabupaten melakukan : (i) menyusun
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP),
(ii) menyusun Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
(RP2KPKP) dan (iii) penetapan kawasan perumahan/permukiman kumuh yang tersebar di
wilayahnya masing-masing. Untuk mencegah menjadi kumuh kembali, dilakukan pengelolaan
setelah penanganan sehingga permukiman kumuh tidak mengalami penurunan kualitas
permukiman.
Penanganan permukiman kumuh sudah secara jelas ditargetkan pada RPJMN 2019- 2024,
dimana target besarnya adalah terciptanya permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.
Penanganan permukiman kumuh diawali dengan identifikasi lokasi permukiman kumuh dan
penetapan lokasi permukiman kumuh tersebut melalui SK Walikota/Bupati. Melalui
identifikasi tersebut, penanganan dilakukan sesuai Undang undang nomor 1 tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman khususnya di pasal VII dan VIII yang menjelaskan
berbagai hal tentang pemeliharaan dan perbaikan kawasan permukiman, serta pencegahan dan
peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh dengan tiga pola penanganan yaitu
pemugaran, peremajaan dan pemukiman kembali.
2.2 TUJUAN
Tujuan dilakukannya pendataan baseline kumuh ini adalah mengoptimalkan data dan profil
kumuh kelurahan sasaran sehingga dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan pengembangan
Perumhana dan kawasan permukiman yang berada pada wilayah kewenagan pemerintah
Kabupaten Wajo.
2.3 SASARAN
Tersedianya data dan informasi yang akurat mengenai lokasi kawasan permukiman kumuh
pada Kelurahan Baru Tancung dan Kelurahan Pinceng Pute Kecamatan Tanasitolo;
Kelurahan Dualimpoe, Kelurahan Anabanua dan Kelurahan Mattirowalie Kecamatan
Maniangpajo
Tersedianya profil kumuh kelurahan
Tersediaanya peta deliniasi kumuh kelurahan sasaran
Kelurahan Anabanua
Kelurahan Mattirowalie
5. KELUARAN
Keluaran dari kegiatan ini adalah laporan-laporan. Adapun jenis laporan yang harus diserahkan
berupa Laporan Pendahuluan, dan Laporan Akhir pendataan baseline kumuh Permukiman
Kawasan Perkotaan Kumuh Sebagai Fungsi Permukiman dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
A. Laporan Pendahuluan, memuat :
a. Pemahaman dan kerangka pikir Penyedia Jasa tentang pendataan baseline kumuh
Permukiman Kawasan Perkotaan Kumuh;
b. Metode pelaksanaan kegiatan pendataan baseline kumuh Permukiman Kawasan
Perkotaan Kumuh Sebagai Fungsi Permukiman;
c. Rencana kerja Penyedia Jasa per tenaga ahli;
d. Jadwal rencana pelaksana kegiatan dan penugasan tenaga ahli.
Laporan Pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
kalender sejak diterbitkan SPMK yaitu sebanyak :
2 (dua) buku Laporan Pendahuluan yang diserahkan kepada Pengguna Jasa Laporan
Pendahuluan akan dibahas dengan Pengguna Jasa paling lambat satu minggu setelah
diserahkan laporan ini.
B. Laporan Akhir, merupakan laporan akhir kegiatan
Laporan Akhir memuat hasil dari Identifikasi yang dilakukan dan mengakomodasikan
substansi materi sesuai lingkup pekerjaan yang dilengkapi:
6. KEWAJIBAN-KEWAJIBAN KONSULTAN
a. Konsultan diwajibkan untuk melakukan seluruh persiapan dan mobilisasi sumberdaya
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas seperti tercantum pada ruang lingkup.
b. Dalam Pelaksanaan pekerjaannya konsultan agar selalu berkonsultasi dengan Tim
Teknis, yang susunannya disampaikan kemudian.
c. Dalam menyusun baseline kawasan permukiman kumuh di kabupaten wajo harus
berkoordinasi dengan instansi dinas Perumahan dan kawasan Permukiman Kab. Wajo.
d. Laporan pendahuluan, akhir harus dikoordinasikan dinas Perumahan dan kawasan
Permukiman Kab. Wajo.
e. Bertanggung jawab pada KPA & PPTK
7. TENAGA AHLI
Untuk melaksanakan tujuannya, konsultan harus menyediakan tenaga yang memenuhi
ketentuan pekerjaan, baik ditinjau dari segi lingkup (besar) pekerjaan maupun tingkat
kompleksitas pekerjaan di bidangnya masing-masing.
A. Tenaga ahli yang dibutuhkan, yaitu :
1. Team Leader 1 orang;
a. Adalah jurusan Strata 1 (S1) teknik sipil / teknik arsitek lulusan universitas atau perguruan
tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian
negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi
b. Berpengalaman minimal 1 Tahun sesuai bidang keahlian
c. Lingkup tugas team leader yaitu merencanakan pendataan baseline kawasan kumuh pada
kelurahan sasaran serta memimpin dan mengakomodir seluruh kegiatan anggota tim
kerja dalam pelaksanaan pendataan baseline kumuh sampai dengan pekerjaan
dinyatakan selesai. Waktu penugasan selama 1 bulan kalender
2. Tenaga pendukung 4 orang
a. Surveyor, dengan kualifikasi minimal D3 teknik sipil 1 orang, waktu penugasan 1 bulan
b. Drafter, dengan kualifikasi minimal D3 teknik sipil 1 orang, waktu penugasan 1 bulan
c. Pendataan rumah tangga kawasan kumuh dengan kualifikasi minimal SMA 2 orang
waktu penugasan 1 bulan
9. PELAKSANA KEGIATAN
Kegiatan dilaksanakan oleh Bidang Kawasan Permukiman Dinas Perumahan dan
Kawasan Permukiman Kabupaten Wajo
10. SUMBER PEDANAAN
Biaya pelaksanaan seluruhnya Rp. 27.500.000,00 (Dua Puluh Tujuh Juta Lima Ratus
Ribu Rupiah) menggunakan dana APBD Kabupaten Wajo Tahun Anggaran 2022.
disertakan bentuk softcopy dalam CD/DVD. Dokumen Peta disusun tersendiri dalam
bentuk Album Peta (ukuran menyesuaikan skala peta) diserahkan bentuk digital CITRA
dan SHP beserta masternya.