net/publication/359188016
CITATIONS READS
0 575
6 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Estro Dariatno Sihaloho on 12 March 2022.
BUKU II
Ery Setiawan
Estro Dariatno Sihaloho
Fitriana Yuliawati
Giovanni van Empel
Haerawati Idris
Adiatma YM Siregar
Seri Ekonomi Kesehatan II
Pembiayaan Kesehatan: Konsep dan Best Pratices
Penulisan buku ini dimungkinkan atas dukungan rakyat Amerika melalui United States Agency for International
Development (USAID) yang diproduksi melalui kontrak Health Financing Activity USAID No. 72049719C00002.
Materi yang disampaikan, baik berupa informasi narasi dan visualisasi infografik sepenuhnya menjadi tanggung
jawab ThinkWell, dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau Pemerintah Amerika Serikat.
Buku ini dapat diakses dari https://thinkwell.global/ dan http://ppjk.kemkes.go.id/ dan dapat disebarluaskan secara
cuma-cuma kepada siapa saja yang membutuhkannya. PPJK Kementerian Kesehatan RI, United States Agency
for International Development (USAID) (2021). Pembiayaan Kesehatan: Konsep dan Best Practices di Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Penulis : Ery Setiawan, Estro Dariatno Sihaloho, Fitriana Yuliawati, Giovanni van Empel,
Haerawati Idris
Diterbitkan oleh:
PPJK Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Cetakan I, September 2021
368.42
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat
p Jenderal
Pembiayaan Kesehatan Concept and Best Practice :
Seri ekonomi kesehatan Il.— Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI. 2021
ISBN 978-623-301-246-1
PEM B IAYAAN KESEHATA N : KON SEP DA N BEST PRACT ICES DI IN DON ESIA iii
iv P E M BI AYA A N KES EH ATAN: KO NS EP DAN BEST PRACT ICES DI IN DON ESI A
Kata Pengantar
P
usat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK) Kementerian Kesehatan
telah berkomitmen untuk membangun ekosistem pembiayaan dan jaminan
kesehatan yang kuat dan berkelanjutan. Komitmen ini diwujudkan dalam
bentuk inisiatif PPJK untuk secara ekstensif meningkatkan kapasitas akademisi
dan praktisi kesehatan dalam bidang pembiayaan kesehatan.
Beberapa upaya peningkatan kapasitas yang telah dilakukan, antara lain bimbingan
rekapituliasi biaya program Kesehatan Masyarakat dengan menggunakan aplikasi
SISCOBIKES, peningkatan kapasitas Penilaian Teknologi Kesehatan (PTK), dan tata kelola
Casemix Based Groups (CBGs) kepada rumah sakit di seluruh Indonesia.
PPJK menyadari bahwa upaya peningkatan kapasitas dalam bidang pembiayaan dan
jaminan kesehatan tersebut membutuhkan dukungan referensi dan sumber daya
pengetahuan yang kuat, baik yang bersumber dari disiplin ilmu maupun praktik kebijakan
ekonomi kesehatan. Pengetahuan ini berguna baik sebagai sumber inspirasi panduan
dalam pengambilan kebijakan jaminan dan pembiayaan kesehatan.
Karena itulah PPJK menyambut baik dan memberikan apresiasi tinggi terhadap USAID-
ThinkWell LLC yang telah memprakarsai Health Financing Activity (HFA). Melalui
program Young Health Economists (YHE), HFA telah menghimpun tenaga-tenaga ahli
muda dalam bidang ekonomi kesehatan dan mendorong mereka untuk memberikan
kontribusi keilmuan dan pemikiran bagi peningkatan kualitas pembiayaan dan jaminan
kesehatan. Saya berharap YHE dapat menjadi sebuah komunitas praktisi (community of
practice) ekonomi kesehatan yang di masa depan dapat menjadi motor penggerak sistem
kesehatan, serta hub bagi para ahli dalam mengembangkan tatanan sistem pembiayaan
kesehatan.
Seri Ekonomi Kesehatan ini adalah salah satu produk penting YHE. Saya mengucapkan
terima kasih atas kesediaan para tenaga ahli muda mencurahkan ilmu dan pengalaman
mereka dalam buku ini; juga para koordinator penulisan yang telah membantu
memastikan kualitas dan kesesuaian buku dengan konteks perkembangan sistem
kesehatan Indonesia. Melalui berbagai telaah, analisis kasus, dan refleksi terhadap praktik-
praktik pembiayaan kesehatan yang mereka bahas tuntas dalam buku ini, saya berharap
buku dapat menjadi katalisator untuk mempercepat proses perbaikan jaminan dan
pembiayaan kesehatan di Indonesia.
PEM B IAYAAN KESEHATA N : KON SEP DA N BEST PRACT ICES DI IN DON ESI A v
Penghargaan serupa juga saya sampaikan kepada Kementerian PPN/BAPPENAS,
Kementerian Keuangan, BPJS Kesehatan, organisasi non-pemerintah seperti the
World Bank, para akademisi, praktisi kebijakan ekonomi kesehatan baik di rumah sakit,
Dinas Kesehatan dan pihak-pihak lain yang telah memberikan berbagai masukan bagi
penyempurnaan buku ini. Saya berharap kolaborasi ini akan terus berlanjut sehingga
mampu menghasilkan produk-produk pengetahuan yang berguna bagi peningkatan
kualitas kebijakan, pelayanan, jaminan, dan pembiayaan kesehatan di Indonesia.
D
i Indonesia dan negara-negara mitra lainnya di seluruh dunia, United States
Agency for International Development (USAID) atau Badan Pembangunan
Internasional Amerika Serikat bekerja untuk memobilisasi pendekatan seluruh
masyarakat dalam mengoptimalkan sistem kesehatan untuk mencapai potensi
penuhnya. Kami menyadari perlunya visi bersama untuk memastikan kolaborasi yang
efektif dalam lingkungan yang terus berkembang dan berubah. Dengan bekerja sama,
kita dapat mempercepat kemajuan menuju sistem kesehatan yang lebih tangguh dan
lebih mampu memajukan perawatan preventif, promotif, dan kuratif. Untuk mencapai
tujuan yang ambisius tetapi realistis ini, USAID tetap berkomitmen untuk membantu
Pemerintah Indonesia membangun dan memperkuat sistem kesehatan yang kuat dan
berkelanjutan—khususnya dalam program prioritas seperti HIV, TB, dan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir.
Elemen kunci dari kemitraan penting ini adalah program fellowship HFA USAID, yang
dirancang untuk memperdalam kemampuan Young Health Economists (YHE) atau
ekonom kesehatan muda generasi berikutnya di Indonesia melalui aktivitas akademis yang
ketat. Program YHE membekali akademisi, praktisi, dan ekonom kesehatan yang sedang
berkembang agar dapat menerapkan prinsip-prinsip kebijakan berbasis bukti dalam
merencanakan, menganalisis, dan merancang kebijakan pembiayaan kesehatan dalam
sistem kesehatan yang kompleks. Sejauh ini, 30 orang ekonom kesehatan muda yang
luar biasa telah lulus dari program ini dan telah diterima di Indonesian Health Economics
Association (InaHEA) atau Asosiasi Ekonomi Kesehatan Indonesia yang bergengsi.
PEM B IAYAAN KESEHATA N : KON SEP DA N BEST PRACT ICES DI IN DON ESI A vii
Setiap buku membahas secara mendalam berbagai aspek ekonomi kesehatan yang
berbeda, termasuk belanja kesehatan strategis, pembiayaan kesehatan, national health
account, dan banyak lagi. Buku ini diterbitkan oleh Pusat Pembiayaan dan Jaminan
Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yang merupakan mitra USAID,
dan tersedia bagi siapa saja yang membutuhkannya. Saya berharap buku-buku ini
akan memberikan akses ke informasi yang komprehensif dan relevan tentang ekonomi
kesehatan yang dibutuhkan oleh para pemimpin sistem kesehatan di Indonesia untuk
terus memajukan dan memperkuat sistem kesehatan Indonesia. USAID berharap dapat
melihat bagaimana informasi yang terkandung dalam buku-buku ini dapat meningkatkan
pendanaan kesehatan dan kebijakan berbasis bukti.
Sebagai penutup, izinkan saya mewakili USAID untuk mengucapkan terima kasih kepada
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
para ekonom kesehatan muda, Bappenas, Kementerian Keuangan, BPJS Kesehatan, dan
tim HFA USAID. Terima kasih atas kontribusi Anda dalam penerbitan buku-buku yang
informatif dan inspiratif ini. Kami berharap kolaborasi dan publikasi ini dapat membawa
perubahan nyata: kesehatan yang lebih baik untuk lebih banyak orang Indonesia.
Pamela Foster
Director, Office of Health
USAID/Indonesia
viii P E M BI AYA A N KES EH ATAN: KO NS EP DAN BEST PRACT ICES DI IN DON ESI A
Prakata
K
emajuan teknologi kesehatan, kompleksitas layanan kesehatan, serta tuntutan
untuk menyediakan layanan kesehatan bagi seluruh penduduk mengharuskan
adanya sinergi antara teknologi kedokteran dan kesehatan serta ketersediaan
sumber daya di berbagai negara. Kondisi ini mendorong berkembangnya ilmu
ekonomi kesehatan dalam tiga dekade terakhir dan telah mendapat tempat yang luas di
berbagai negara. Namun di Indonesia, ilmu ekonomi kesehatan berjalan relatif stagnan.
USAID melalui Health Financing Activity (HFA) bekerja sama dengan Pusat Pembiayaan
dan Jaminan Kesehatan (PPJK) membantu Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan
proses sustainable health financing melalui projek-projek pembiayaan kesehatan di
tahun 2019-2024. Projek USAID mengidentifikasi kendala dalam sistem pembiayaan
kesehatan di Indonesia yaitu terbatasnya kapasitas dan jumlah orang yang memahami
tentang ekonomi kesehatan.
Didorong oleh alasan tersebut, projek HFA dengan senang hati berterima kasih para
penulis Young Health Economists (YHE), yaitu anak-anak muda yang disupervisi oleh
health economists senior, yang telah menyelesaikan 6 buku ekonomi kesehatan.
Salah satu tema yang dibahas dalam buku ekonomi kesehatan tersebut adalah pembiayaan
kesehatan. Tema ini dibahas karena, sebagaimana dituangkan dalam Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2020-2024, Pembiayaan Kesehatan merupakan fondasi penting
dalam mencapai tatanan sistem kesehatan yang baik, yang pada akhirnya mempengaruhi
pencapaian derajat kesehatan. Tema ini membahas secara mendalam konsep serta
aplikasi pembiayaan kesehatan, metode serta siklus pembiayaan dan peruntukannya,
serta kesetaraan dalam layanan kesehatan sebagai bagian dari capaian pembiayaan
kesehatan dengan fokus pembahasan pada Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Buku ini diharapkan menjadi referensi bagi siapa saja yang ingin mengembangkan dan
memperbaiki sistem kesehatan di Indonesia melalui disiplin ilmu ekonomi kesehatan.
Kami berharap buku ini bermanfaat bagi perguruan tinggi, pemangku kebijakan dalam
bidang kesehatan, dan berbagai pihak lain yang mempunyai interest dan kemauan
mendalami ilmu ekonomi kesehatan.
Salam,
Hasbullah Thabrany
Chief of Party for the Indonesia Health Financing Activity
PEM B IAYAAN KESEHATA N : KON SEP DA N BEST PRACT ICES DI IN DON ESI A ix
x P E M BI AYA A N KES EH ATAN: KO NS EP DAN BEST PRACT ICES DI IN DON ESI A
Daftar Singkatan
PEM B IAYAAN KESEHATA N : KON SEP DA N BEST PRACT ICES DI IN DON ESI A xi
MTEF : Medium Term Expenditure Framework
NHI : National Health Insurance
NHSO : National Health Security Office
OASDI : Old-Age, Survivors, and Disability Insurance
OASDHI : Old-age, Survivors, Disability, and Health Insurance
OECD : Organisation for Economic Co-operation and Development
OOP : Out of Pocket
OOPPS : Out of Pocket Payments
PAD : Pendapatan Asli Daerah
PBI : Penerima Bantuan Iuran
PBPU : Pekerja Bukan Penerima Upah
PCU : Primary Care Unit
PDB : Produk Domestik Bruto
PEN : Pemulihan Ekonomi Nasional
Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan
PFABC : Performance-Focused Activity Based Costing
PFM : Public Financial Management
PKH : Program Keluarga Harapan
PNS : Pegawai Negeri Sipil
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
PPACC : Patient Protection Affordable Care Act
PPU : Pekerja Penerima Upah
Promkes : Promosi Kesehatan
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
Raskin : Beras Miskin
RCCs : Ratio of Cost to Charges
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
SDGs : Sustainable Development Goals
SDM : Sumber Daya Manusia
SIMK : Sistem Informasi Manajemen Kesehatan
SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional
SKN : Sistem Kesehatan Nasional
SOSCO : Social Security Organization
SPM : Standar Pelayanan Minimal
Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional
TA : Tahun Anggaran
TDABC : Time Driven Activity Based Costing
TKDD : Transfer ke Daerah dan Dana Desa
UC : Unit Cost
UHC : Universal Health Coverage/Cakupan Kesehatan Semesta
UKM : Usaha Kesehatan Masyarakat
UKP : Usaha Kesehatan Perorangan
US-FDA : US Food and Drug Administration
WHO : World Health Organization
xii P E M BI AYA A N KES EH ATAN: KO NS EP DAN BEST PRACT ICES DI IN DON ESI A
Daftar Isi
PEM B IAYAAN KESEHATA N : KON SEP DA N BEST PRACT ICES DI IN DON ESI A xiii
BAB 5 KEBIJAKAN DAN POTRET PEMBIAYAAN KESEHATAN 65
5.1. Pengantar 65
5.2. Pembiayaan Kesehatan di Negara-Negara Lain 66
5.3. Pembiayaan Kesehatan di Indonesia 70
5.4. Pembiayaan Kesehatan Saat Pandemi COVID-19 76
5.5. Penutup 78
Daftar Pustaka 78
Glosarium 81
Tentang Penulis 83
xiv P E M BI AYA A N KES EH ATAN: KO NS EP DAN BEST PRACT ICES DI IN DON ESI A
PROLOG
Kapasitas kunci yang diperlukan antara lain melakukan advokasi pembiayaan, mendorong
pemerintah daerah untuk mengaplikasikan sistem perencanaan dan penganggaran
kesehatan yang lebih baik sehingga mampu meningkatkan kualitas program kesehatan
masyarakat. Akademisi kesehatan yang ada di setiap perguruan tinggi sudah semestinya
terlibat dalam proses advokasi perubahan ini dengan menjadikan dirinya sebagai pusat
rujukan dalam teori serta praktik ekonomi kesehatan bagi pemerintah daerah.
Dalam rangka meningkatkan kapasitas sumber daya kesehatan itulah Program Health
Finance Activity dirancang. Program ini merupakan kolaborasi United States Agency for
International Development (USAID) dan Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Program ini akan berlangsung selama lima
tahun dengan tujuan spesifik mengembangkan analisis atas evidence data dan fakta
kesehatan untuk menyokong pembiayaan kesehatan yang tepat guna dan berkelanjutan.
Implementasi program ini digarap oleh ThinkWell sebagai lembaga pelaksana kegiatan,
bekerja sama dengan Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Universitas
Gadjah Mada, Results for Development (R4D), serta mitra pemerintah lainnya seperti
Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN).
Berbagai upaya peningkatan kapasitas yang sudah dilakukan USAID HFA dan PPJK
Kementerian Kesehatan antara lain serial seminar, diskusi pertukaran pengalaman, dan
PEM B IAYAAN KESEHATA N : KON SEP DA N BEST PRACT ICES DI IN DON ESI A xv
pelatihan tentang berbagai topik ekonomi kesehatan yang melibatkan tenaga kesehatan
dan akademisi kesehatan bagi dari lingkungan pemerintah dan nonpemerintah.
Beberapa contoh kegiatan yang bisa disebut misalnya “Pelatihan “Pelatihan Jurnalistik
bidang Ekonomi Kesehatan” dan “Pelatihan Analisis Sosioekonomi dan Kesehatan”.
Salah satu perhatian HFA adalah konsolidasi dan peningkatan kapasitas ilmu ekonomi
kesehatan di kalangan ahli dan akademisi muda. Untuk tujuan ini, HFA dan PPJK telah
melaksanakan program The Young Health Economists, yang menghasilkan seri buku
didaktik di bidang ekonomi kesehatan.
Seri Ekonomi Kesehatan terdiri dari enam buku, yaitu (1) Pengantar Ekonomi Kesehatan;
(2) Pembiayaan Kesehatan: Konsep dan Praktik Terbaik di Indonesia; (3) Belanja Strategis
Kesehatan: Konsep dan Praktik Terbaik di Indonesia; (4) Evaluasi Ekonomi dan Penilaian
Teknologi Kesehatan: Konsep dan Praktik Terbaik di Indonesia; (5) Akun Kesehatan
Nasional; dan (6) Manajemen Keuangan dan Akuntansi dalam Ekonomi Kesehatan.
Buku seri ini ditulis dengan niat besar mendorong dan memperkenalkan ilmu ekonomi
kesehatan sebagai insight dan jalan keluar bagi pengembangan sistem kesehatan di
Indonesia. Ekonomi kesehatan, yang pertama kali digaungkan oleh ekonom Kenneth Arrow
pada 1963, pada akarnya mengobservasi interaksi antar-faktor determinan kesehatan dan
fungsi sistem layanan kesehatan demi menghasilkan derajat kesehatan terbaik.
Buku seri ini diharapkan dapat menjadi sumber belajar dan referensi bagi akademisi
dan praktisi kesehatan, serta para perencana kebijakan kesehatan baik di tingkat pusat
maupun daerah, terutama mereka yang ingin melakukan penelitian atau mendesain
program-program pelayanan kesehatan secara efisien dan tepat sasaran.
Proses penyusunan Seri Ekonomi Kesehatan ini menempuh jalan panjang. Serial modul
ini merupakan hasil dari rangkaian kegiatan peningkatan kapasitas, pelatihan, dan diskusi
intensif banyak pihak yang diselenggarakan oleh Program HFA.
Seri EKonomi Kesehatan ditulis secara kolaboratif oleh para ekonom muda yang menjadi
peserta kegiatan peningkatan kapasitas dengan latar belakang profesi yang beragam. Di
dalam modul yang ditulisnya kita akan melihat bagaimana mereka memandang ekonomi
kesehatan dari perspektif dan kepakarannya masing-masing.
Para penulis mengembangkan buku ini dengan bimbingan seorang penyelia pada setiap
topik. Dalam waktu yang cukup lama, penulis dan penyelia ini bersama-sama mendalami
dan mengembangkan setiap topik sehingga menghasilkan buku yang komplet seperti
sekarang. Materi buku juga telah melewati proses review yang melibatkan beragam
pemangku kebijakan di sektor kesehatan. Merekalah yang memberikan masukan terhadap
konten buku dari sisi praktikal terhadap setiap topik pembahasan. Melalui proses ini,
HFA USAID dan PPJK Kemenkes RI berharap buku ini memiliki kedalaman konten yang
memadai, baik dari sisi teoretis maupun praktik pengelolaan pembiayaan kesehatan.
Buku Seri II yang tengah Anda baca ini berjudul Pembiayaan Kesehatan: Konsep dan Praktik
Terbaik di Indonesia. Buku akan mengantarkan Anda untuk mendalami Konsep Pembiayaan
Kesehatan, Proses Pembiayaan Kesehatan, Konsep Asuransi Sebagai Bagian Pembiayaan
Kesehatan, Ekuitas dalam Kesehatan, dan Kebijakan dan Potret Pembiayaan Kesehatan.
xvi P E M BI AYA A N KES EH ATAN: KO NS EP DAN BEST PRACT ICES DI IN DON ESI A
Konsep
Pembiayaan
BAB
1 Kesehatan
Haerawati Idris, Adiatma YM Siregar
1.1. Pengantar
Secara umum, Biaya kesehatan memiliki beragam jenis dan peruntukan. Hal ini
terdapat dua jenis disesuaikan dengan jenis dan kompleksitas pelayanan kesehatan
biaya kesehatan: yang dimanfaatkan. Secara umum, terdapat dua jenis biaya
biaya pelayanan kesehatan (Azwar, 1996): biaya pelayanan kedokteran dan biaya
kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat. Biaya pelayanan kedokteran
biaya pelayanan adalah dana yang dikeluarkan untuk pengobatan dan pemulihan
kesehatan kesehatan pasien, sedangkan biaya pelayanan kesehatan
masyarakat. masyarakat dibutuhkan dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan masyarakat. Biaya ini bertujuan mencegah penyakit,
memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Model Hal ini akan memberatkan banyak segmen dari populasi yang tidak
pembiayaan memiliki sumber pendapatan tunai dan memiliki sedikit tabungan.
kesehatan antar- Biaya yang bersumber dari kantong sendiri sering menyebabkan
negara berbeda, keluarga jatuh miskin. Hal ini menjadi penghalang yang sulit diatasi
disesuaikan untuk mengakses layanan perawatan kesehatan yang diperlukan.
dengan Negara-negara berpenghasilan tinggi cenderung lebih sedikit
kebutuhan mengeluarkan biaya kesehatan dari kantong sendiri karena lebih
masing-masing. banyak penduduk yang dilindungi oleh skema asuransi kesehatan
prabayar (Rhatigan Jr, 2020).
Gambar 1.1.
Hubungan
Fungsi-Fungsi
Pembiayaan
Kesehatan
1.5. Penutup
Daftar Pustaka
Agustina, R., Dartanto, T., Sitompul, R., Susiloretni, K., Achadi, E.,
Taher, A., . . . Shankar, A. (2018). Universal Health Coverage
in Indonesia: Concept, Progress, and Challenges. Lancet
(London, England).
Dieleman, J., Campbell, M., & Chapin, A. (2017). And the Global
Burden of Disease Health Financing Collaborator Network.
Evolution and Patterns of Global Health Financing 1995-
2014: Development Assistance for Health, and Government,
Prepaid Private, and Out-Of-Pocket Health Spending in 184
Countries. The Lancet, 389(10083), 1981-2004.
Marzoeki, P., Tandon, A., Bi, X., & Pambudi, E. S. (2014). Universal
Health Coverage for Inclusive and Sustainable
Development: Country Summary Report for Indonesia.
Pinto, R., Masaki, E., & Harimurti, P. (2016). Indonesia Health Financing
System Assessment: Spend More, Spend Right, Spend Better:
World Bank.
Schieber, G., Baeza, C., Kress, D., & Maier, M. (2006). Financing Health
Systems in the 21st Century. Disease Control Priorities in
Developing Countries, 225, 224.
Tandon, A., Cain, J., Kurowski, C., Dozol, A., & Postolovska, I. (2020).
From Slippery Slopes to Steep Hills: Contrasting Landscapes
of Economic Growth and Public Spending For Health. Social
Science & medicine, 259, 113171.
Deskripsi masalah Dari analisis situasi akan diperoleh deskripsi masalah kesehatan
kesehatan yang terjadi di dalam masyarakat, kinerja sistem pelayanan atau
diidentifikasi kesehatan hingga saat ini, faktor risiko lingkungan, dan faktor
dengan prinsip risiko perilaku (Gani, et al., 2002). Deskripsi masalah kesehatan
dan metode diidentifikasi dengan prinsip dan metode epidemiologi yang
epidemiologi menghasilkan besaran masalah kesehatan, distribusi kelompok
yang masalah kesehatan, dan kemungkinan sumber masalah kesehatan.
menghasilkan Untuk melakukan deskripsi masalah, pengambil kebijakan dapat
besaran masalah menganalisis data primer yang dikumpulkan dengan survei atau
kesehatan, data sekunder yang dikumpulkan dari laporan puskemas, laporan
distribusi rumah sakit, laporan program, survei demografi dan kesehatan
kelompok Indonesia, Survei Sosial Ekonomi Sosial (Susenas), dan lain-lain.
masalah
kesehatan, dan Kinerja atau sistem pelayanan dan program kesehatan disusun
kemungkinan berupa tren output layanan kesehatan apakah sesuai dengan target
sumber masalah yang ditentukan sebelumnya. Dalam menyusun kinerja pelayanan
kesehatan. dan program kesehatan dapat juga dicari masalah dan tantangan
yang ditemukan di lapangan. Hasil kinerja pelayanan saat ini akan
menjadi sangat penting untuk merumuskan tujuan atau target
output dalam proses perencanaan.
Gambar 2.1.
Pelaksanaan
Program
Kesehatan
Gambar 2.2.
Pengidentifikasian
Kegiatan
Gambar 2.3.
Rencana
Operasional
Perhitungan kebutuhan biaya adalah suatu hal yang sangat Perkiraan biaya
penting dalam suatu layanan kesehatan saat ini. Perkiraan biaya dipergunakan
dipergunakan untuk menganalisis efektivitas biaya, evaluasi untuk
ekonomi, dan menilai dampak dari sebuah program yang menganalisis
dilaksanakan lembaga milik pemerintah dan swasata dalam efektivitas biaya,
mencegah, mendeteksi, dan mengobati suatu penyakit (Lipscomb evaluasi ekonomi,
et al. 2009). Bahkan saat ini perhitungan kebutuhan biaya menjadi dan menilai
salah satu hal yang paling penting bagi lembaga kesehatan, dampak dari
misalnya rumah sakit (Carroll and Lord, 2016). Carroll dan Lord (2016) sebuah program
mengidentifikasi perhitungan kebutuhan biaya (costing) menjadi yang dilaksanakan
lima jenis yaitu: lembaga milik
1. Traditional Costing merupakan metodologi akuntansi biaya pemerintah dan
yang menghitung biaya keseluruhan pada sebuah program swasata dalam
dengan tingkat persentase tertentu (Paulus, van Raak, and mencegah,
Keijzer 2002). Perhitungan dengan metode ini mudah, tetapi mendeteksi, dan
dikritisi karena diaggap gagal untuk menghitung biaya berbagai mengobati suatu
layanan dan tidak menunjukkan biaya yang akurat (Carroll and penyakit.
Lord, 2016)
2. Activity Based Costing (ABC) merupakan metodologi akuntasi
biaya yang menghitung semua biaya kegiatan yang ada untuk
mendukung terlaksananya sebuah program. Metode ini juga
menghitung biaya tidak langsung yang berhubungan dalam
pelaksaan sebuah program (Velmurugan, 2010). Pengunaan
metode ini memberi pengambil kebijakan informasi yang lebih
akurat. Keakuratan metode menjadi keunggulan dibandingkan
pendekatan perhitungan biaya lain sehingga banyak digunakan
dalam berbagai evaluasi biaya dan keuntungan (Namazi 2009).
3. Time Driven Activity Based Costing (TDABC) merupakan
perhitungan biaya berdasarkan aktivitas yang mengatasi
beberapa kekurangan dari metode Activity Based Costing (ABC).
Metode TDABC berasumsi bahwa sebagian besar sumber daya,
seperti tenaga kerja, peralatan, dan fasilitas, memiliki kapasitas
yang dapat diukur dari sisi waktu (Namazi, 2009).
4. Performance-Focused Activity Based Costing (PFABC)
merupakan iterasi ketiga dari metode ABC. Perhitungan dengan
metode PFABC dapat menilai setiap kegiatan dengan berbagai
cara, yaitu berdasarkan pemanfaatan waktu atau kualitas.
Metode PFABC memiliki beberapa keuntungan, yaitu dapat
mengidentifikasi kegiatan yang penting (Namazi, 2009).
5. Ratio of Cost to Charges (RCCs) merupakan penetapan biaya
khusus untuk industri kesehatan. Rumah sakit yang berpartisipasi
harus mengajukan laporan tahunan ke pusat layanan kesehatan.
Gambar 2.4.
Activity and Input
Based Costing and
Budgeting
2.3.1. Micro-Costing
Gambar 2.5.
Langkah-Langkah
Menghitung
Biaya Program
Kesehatan
Dimodifikasi dari
Drummond, M.E.,
Sculpher, M.J., Torrance
(2006), Siregar, Pitriyan dan
Walters (2018)
Andrew Lawson.
(2015). Public Financial
Management. GSDRC
Professional Development
Reading Pack No. 6.
Birmingham, UK: GSDRC,
University of Birmingham.
Gambar 2.9.
Menyusun
Anggaran Berbasis
Kinerja
Ulrike, Adriaan,
Fabienne (2008)
The Effectiveness
and Efficiency of
Public Spending.
Pengukuran efisiensi dan efektivitas dapat dilakukan dengan
Directorate General
Economic and menggunakan perhitungan model DEA/Data Envelopment Analysis
Financial Affairs (DG (Lo Storto and Goncharuk, 2017). Ukuran dasar efisiensi dibedakan
ECFIN), European menjadi dua, yaitu efisiensi alokatif dan efisiensi teknis. Secara
Commission. konsep, efisiensi alokatif mengacu pada penggunaan input yang
bervariasi untuk menghasilkan kombinasi output yang berbeda,
sedangkan efisiensi teknis berkaitan dengan pencapaian output
maksimum dengan penggunaan biaya paling rendah (Akazili et al,
2008). Contoh penggunaan input, output, dan outcome di dalam
pengukuran efisiensi dan efektivitas dapat dilihat pada Gambar 2.11.
Contoh
Penggunaan
Input, Output, dan
Outcome
J., M. Akazili,
Adjuik, S. Chatio,
E. Kanyomse, A.
Hodgson, M. Aikins, Pada saat diolah menggunakan DEA, model 1 akan menghasilkan
and J. Gyapong. indeks efisiensi dari sistem layanan kesehatan, sedangkan model
(2008). “What 2 akan menghasilkan indeks efektivitas dari layanan kesehatan.
Are the Technical Orientasi pada model 1 adalah input dan output, sedangkan orientasi
and Allocative
pada model 2 adalah ouput dan outcome. Model 1 juga disebut
Efficiencies of
Public Health
sebagai Efisiensi Teknis karena menggunakan perpaduan jenis
Centres in Ghana?” input (moneter dan nonmoneter). Sementara itu, efisiensi alokatif
Ghana Medical biasanya menggunakan input berupa nilai moneter. Contoh proses
Journal. perhitungan efisiensi alokatif (Sihaloho and Siregar, 2019) dapat
dilihat pada Gambar 2.12.
Gambar 2.12.
Contoh Proses
Perhitungan
Efisiensi Alokatif
P
roses perencanaan dan management, penganggaran berbasis
penganggaran diatur oleh UU kinerja, dan kerangka pengeluaran
17/2003, UU 1/2004, UU 15/2004, jangka menengah sudah mulai
dan UU 25/2004. Undang-undang diperkenalkan kepada para pemangku
tersebut menuliskan bagaimana daerah kebijakan (Widodo, 2017). Pada tahun
dan pusat memiliki peran yang sama 2011, penerapan penganggaran berbasis
penting dalam melakukan proses kinerja dan kerangka pengeluaran
perencanaan hingga penganggaran. jangka menengah untuk berbagai
program dan kegiatan di kementerian
Dengan sistem desentralisasi saat atau lembaga. Hingga saat ini
ini, pemerintah daerah tidak bisa pemerintah Indonesia masih perlu
menggantungkan proses perencanaan meningkatkan kualitas penganggaran.
hingga penganggaran sepenuhnya
pada pemerintah pusat. Pemerintah Penganggaran berbasis kinerja di
daerah tidak dapat hanya berpatokan laporan keuangan Kementerian dan
pada data-data yang dimiliki oleh lembaga masih bersifat administratif
pemerintah pusat untuk melakukan karena realisasi serapan anggaran
analisis situasi. Pemerintah daerah belum dapat menunjukkan apakah
harus berusaha memiliki data sendiri realisasi anggaran sudah mencapai
dan menganalisisnya dengan benar kinerja yang ditargetkan (Farhan, 2012).
sehingga menghasilkan perencanaan Pemerintah perlu melakukan perbaikan
hingga penganggaran yang tepat. dan melakukan evaluasi agar anggaran
berbasis kinerja tidak hanya dilakukan
Berbagai jenis penganggaran pada tahap penyusunan, tetapi hingga
telah dilakukan oleh pemerintah pada tahap pertanggungjawaban
Indonesia. Pada tahun 2003, metode (Farhan, 2012).
penganggaran public finance
Daftar Pustaka
Paulus, Aggie, Arno van Raak, and Femke Keijzer. (2002). ABC: The
Pathway to Comparison of the Costs of Integrated Care.
Public Money and Management.
3.1. Pengantar
Tabel 3.2.
Karakteristik Risiko Intisari
Karakteristik Risiko
Large Number of Semakin tinggi pooling risiko yang ditanggung yang Diasuransikan
Exposure Units dalam suatu skema asuransi, akan semakin mudah
diprediksi probabilitas dari kerugian yang akan terjadi
George. E. Rejda and
dan tidak terlalu fluktuatif secara periodik.
M. J. Mc.Namara. (2011).
Accidental and Risiko yang dapat ditanggungkan adalah risiko Principles of Risk
Unintentional Loss murni atau yang tidak dispekulasi untuk tujuan Management and
Insurance: Twentieth
mendapatkan keuntungan dari insiden yang terjadi
Edition. London: Pearson.
atau ditanggungkan.
Determinable and Risiko kerugian yang ditanggungkan harus
Measurable Loss dapat dikuantifikasi pada besaran tertentu untuk
memfasilitasi penyesuaian kerugian yang dapat
ditanggungkan.
Dalam setiap langkah kehidupan risiko selalu ada. Skala risiko bisa
kecil, seperti terjatuh akibat tersandung batu, ataupun besar, seperti
kecelakaan lalu lintas yang dapat menyebabkan kematian atau
kecacatan. Setiap orang mempunyai cara tersendiri agar terhindar
dari berbagai risiko. Berdasarkan prinsip bahwa risiko adalah
peluang (dapat terjadi dan tidak terjadi), terdapat empat kategori
manajemen risiko sebagai berikut (Redja, et.al; Emmet, et.al. 2003).
1. Menghindari risiko (risk avoidance): individu memilih untuk tidak
mengambil risiko atas kejadian atau bahaya yang akan menimpa
dirinya. Contohnya agar terhindar dari risiko kecelakaan mobil,
individu lebih memilih menggunakan moda transportasi lainnya,
misalnya kereta daripada mengendarai mobil pribadi. Upaya
yang lebih ekstrem adalah sama sekali tidak bepergian untuk
mengeliminasi risiko kecelakaan.
2. Mengurangi risiko (risk reduction): individu tetap memilih untuk
mengambil risiko karena tidak mungkin untuk mengeliminasi
semua risiko. Namun, individu berusaha mengurangi terjadinya
risiko atas insiden atau kerugian melalui berbagai upaya.
Contohnya agar mengurangi risiko insiden kecelakaan mobil,
individu akan berupaya mengemudi dengan kecepatan tertentu.
Gambar 3.2.
Kedudukan
Pembiayaan
Kesehatan
dalam Peraturan
Perundangan
Sejalan dengan Pilar Jaminan Sosial pada Gambar 3.1, pilar Asuransi
Sosial bekerja dengan kontribusi iuran aktif dari masyarakat,
sedangkan iuran masyarakat tidak mampu ditanggung atau
dibayarkan oleh pemerintah. Hal ini secara tidak langsung
menggambarkan kedudukan skema asuransi kesehatan dalam
kerangka sistem kesehatan secara umum, terutama terkait dengan
skema pembiayaan kesehatan. Di sisi lain, pembiayaan kesehatan
yang bukan bersifat personal, seperti program fogging dan
perbaikan sanitasi, menjadi bagian dari pembiayaan pemerintah,
baik pada tingkat pusat maupun daerah.
Gambar 3.3.
Peran Cakupan
Jaminan
Kesehatan dalam
Pencapaian Target
Pembangunan
Kesehatan
Gambar 3.4.
Pilar Universal
Health
Coverage
(UHC).
Gambar 3.5.
Tren Cakupan
Kepesertaan JKN
2014-2018
Gambar 3.6.
Tren Pertumbuhan
Fasilitas Kesehatan
Primer dan
Rujukan 2014-2018
3.2.2.3. Akses
Gambar 3.7.
Tren Peningkatan
Akses Layanan
Kesehatan 2014-
2018
3.2.2.4. Konsumsi
Gambar 3.8.
Tren Peningkatan
Konsumsi Layanan
Kesehatan 2014-
2018
3.3. Penutup
Daftar Pustaka
4.1. Pengantar
Bab ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama akan membahas
latar belakang dari isu ekuitas kesehatan. Bagian kedua akan
membahas konsep ekuitas serta mendiskusikan beberapa isu
mengenai konsep akses dan kebutuhan. Bagian ketiga akan
memaparkan kajian empiris yang sudah dilakukan oleh peneliti.
Gambar 4.1.
Kerangka Sistem
Kesehatan WHO
(2007)
1 Pembaca yang menginginkan bahasan yang lebih teknis dan menyeluruh serta ingin
mendalami teknik analisis dengan data rumah tangga silakan merujuk ke O. O’Donnell,
Van Doorslaer, E., Wagstaff, A., & Lindelow, M. (2007). Analyzing Health Equity Using
Household Survey Data: A Guide to Techniques and Their Implementation. The World
Bank.
Faktor lainnya yang juga berpengaruh terhadap akses adalah Faktor lainnya
informasi, pengetahuan, kepercayaan, budaya lokal, serta biaya yang juga
tidak langsung, seperti biaya perjalanan. Kelompok pekerja di sektor berpengaruh
informal dengan penghasilan harian harus menimbang-nimbang terhadap akses
untuk melakukan kunjungan ke rumah sakit atau puskesmas adalah informasi,
atau tidak. Karena ketika memilih berkunjung, ia harus merelakan pengetahuan,
pendapatannya hari itu. kepercayaan,
budaya lokal,
Beberapa studi (Mtei et al., 2012; Wagstaff, 2012) menunjukkan hal serta biaya tidak
tersebut meskipun biaya medis langsung sudah ditanggung oleh langsung, seperti
skema asuransi kesehatan sosial. Variasi dalam penggunaan layanan biaya perjalanan.
kesehatan hampir selalu ditemukan (Sharma et al., 2017), sehingga
perlu diidentifikasi untuk memastikan variasi kesenjangan dalam
penggunaan layanan kesehatan, misalnya karena pilihan sadar
individu.
Gambar 4.4.
Kemudahan Akses
ke Rumah Sakit
Menurut Provinsi
Gambar 4.5.
Tren Jumlah
Puskesmas
4.5. Penutup
5.2.1. Malaysia
5.2.2. Thailand
5.2.3 Taiwan
Sejak tahun 1995, Sejak tahun 1995, Taiwan memiliki asuransi sosial wajib (mandatory)
Taiwan memiliki yang disebut National Health Insurance (NHI). Asuransi sosial ini
asuransi sosial memiliki sistem pembayaran tunggal (single payer) yang dijalankan
wajib (mandatory) oleh pemerintah. Dana bersumber dari premi yang berbasis pajak
yang disebut gaji (payroll tax) dan anggaran pemerintah (Bhisma Murti, 2010; Jui-
National Health fen&Rachel Lu, 2014). Pendapatan lainnya berasal dari sumber lain,
Insurance (NHI). seperti denda atas tunggakan pembayaran premi, kontribusi lotre
kesejahteraan masyarakat, dan cukai rokok (Jui-fen & Rachel Lu,2014).
Sepuluh bulan setelah peluncuran NHI, 92,3% masyarakat Taiwan sudah
terdaftar dalam program ini (Jui-fen & Rachel Lu, 2014). Administrator
NHI bekerja sama dengan sebagian besar provider kesehatan milik
pemerintah dan swasta sehingga masyarakat dengan mudah
mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama (Bisma Murti,2010).
5.2.4. Jepang
Setelah Perang Sejak tahun 1927, Jepang sudah memulai jaminan kesehatan
Dunia II, Jepang bagi para pekerja sektor swasta, tetapi manfaatnya masih kurang
berupaya komprehensif (Fukawa, Tetsuo, 2002). Setelah Perang Dunia II,
meningkatkan Jepang berupaya meningkatkan sistem kesehatan, termasuk
sistem kesehatan, asuransi kesehatannya. Pada tahun 1954 ditetapkan subsidi untuk
termasuk asuransi asuransi kesehatan sebesar 1 Miliar Yen. Hal ini bertujuan untuk
kesehatannya. memenuhi UHC yang akhirnya tercapai pada tahun 1961. Sejak
tahun 1973 penduduk lansia sudah tidak membayar iuran (Ikegami,
Naoki, et al., 2004).
5.2.6. Inggris
Sejak 2016 Pemerintah Pusat sudah memenuhi mandatory spending Sejak 2016
di bidang kesehatan, sebesar 5% dari APBN. Namun, muncul beberapa Pemerintah Pusat
permasalahan, di antaranya adalah definisi dan peruntukan anggaran sudah memenuhi
kesehatan dalam UU Kesehatan terlalu luas. Contohnya adalah mandatory
adanya pengaturan mengenai sumber pembiayaan dari pemerintah spending
pusat dan pemerintah daerah “diprioritaskan untuk kepentingan di bidang
pelayanan publik” minimal 2/3 (dua pertiga) dari anggaran kesehatan kesehatan,
dalam APBN dan APBD, terutama bagi penduduk miskin, kelompok sebesar 5% dari
lanjut usia, dan anak terlantar. Hal ini menimbulkan potensi multi- APBN.
interpretasi dan ruang pengalokasian belanja kesehatan menjadi
tidak sesuai dengan peruntukan yang seharusnya. Tantangan
lainnya adalah kompleksitas dalam perencanaan dan penganggaran
sehingga menimbulkan kesulitan menghubungkan kinerja
anggaran dan pencapaian pembangunan kesehatan. Hal ini
menyebabkan pengalokasian anggaran kesehatan menjadi kurang
efisien. Sampai saat ini pun belum terdapat perangkat peraturan
yang sifatnya operasional dan dapat digunakan sebagai panduan
dalam pengalokasian dan pemanfaatan anggaran sesuai dengan
amanah yang telah ditetapkan.
Gambar 5.1.
Kerangka
Operasional Peta
Jalan Jaminan
Kesehatan
Memasuki tahun ketujuh program JKN telah mencakup 223,4 juta jiwa
atau 83% dari jumlah penduduk di Indonesia. Pemanfaatan program
JKN juga terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan
program JKN telah menjadi bagian dari sistem kesehatan nasional
yang dibutuhkan masyarakat. Peningkatan jumlah peserta diikuti
dengan naiknya biaya pelayanan kesehatan yang menjadi beban
program JKN. Tercatat bahwa sejak 2015-2019, terdapat kenaikan
biaya pelayanan kesehatan sebesar 107%, terutama pada pelayanan
kesehatan tingkat lanjutan. Namun demikian, kenaikan biaya
pelayanan tidak diimbangi dengan kenaikan jumlah pendapatan
iuran. Pendapatan iuran yang diterima oleh BPJS Kesehatan
lebih kecil dibandingkan biaya pelayanan sehingga terjadi defisit
pembiayaan mencapai 15,5 T pada 2019 (Lihat Gambar 5.2).
Gambar 5.2.
Laporan Aktivitas
Keuangan DJS
Kesehatan 2015-
2019
Penelitian terbaru Salah satu strategi keberlanjutan JKN adalah menciptakan sumber
menunjukkan pendapatan yang baru. Hal ini perlu mendapatkan perhatian lebih.
bahwa kesehatan Reprioritas bidang kesehatan dan efisiensi keuangan negara akan
yang lebih baik sangat dibutuhkan agar dapat secara efektif membiayai pencapaian
tidak harus UHC di Indonesia. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
menunggu kesehatan yang lebih baik tidak harus menunggu perekonomian
perekonomian membaik.
membaik.
Langkah-langkah untuk mengurangi beban penyakit, menciptakan
anak-anak yang lebih sehat, dan meningkatkan harapan hidup
akan dengan sendirinya berkontribusi terhadap ekonomi yang lebih
baik (Bloom and Canning, 2005). Pertumbuhan ekonomi di negara
dengan pendapatan rendah dan menengah dapat disebabkan oleh
keluaran kesehatan yang lebih baik sehingga sebuah penelitian
menyimpulkan bahwa investasi di bidang kesehatan menghasilkan
9-20 kali lipat keuntungan investasi (Jamison, et al., 2013).
Penerapan SPM Mengacu pada Perpres No. 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan
bidang kesehatan Nasional, penentuan pelayanan kesehatan dasar merujuk pada
tidak dapat kategori pelayanan kesehatan, yaitu pelayanan kesehatan
terpisah dengan masyarakat dan perorangan. Pelayanan dasar diatur dalam PP No.
penyelenggaraan 2 Tahun 2018 Tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) dengan
program JKN. lingkup pelayanan yang telah diatur dalam Permenkes No. 4
Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan yang
memuat jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
Pemerintah Wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara.
Penerapan SPM bidang kesehatan tidak dapat terpisah dengan
penyelenggaraan program JKN. Penekanan SPM bidang kesehatan
berfokus pada pelayanan promotif dan preventif, sementara
program JKN mendukung pelayanan promotif dan preventif serta
menitikberatkan pelayanan kuratif dan rehabilitatif.
Daftar Pustaka
Yeh, Ching-chuan. Access and Cost: What the U.S. Health Care
System Can Learn from Other Countries. Available: https://
www.help.senate.gov/imo/media/doc/Yeh1.pdf.
Activity Based Costing : Metodologi akuntasi biaya yang menghitung semua biaya kegiatan
yang ada untuk mendukung terlaksananya suatu program.
Akses : Kemampuan untuk mendapatkan paket layanan kesehatan dengan
kualitas tertentu, dengan menimbang kemampuan finansial
individu serta memproses informasi kesehatan.
Anggaran : Bagian dari APBN yang dialokasikan untuk sektor kesehatan yang
melibatkan semua kementerian dan lembaga terkait.
Asuradur : Perusahaan asuransi jiwa yang memberikan pertanggungan
dan mengadakan perjanjian tanggung-menanggung dengan
pemegang polis.
Asuransi Kesehatan : Suatu instrumen sosial yang ditujukan untuk mengartikulasikan
prinsip gotong royong atau solidaritas masyarakat dalam bidang
pelayanan kesehatan.
Biaya Pelayanan : Dana yang dikeluarkan untuk pengobatan dan pemulihan
Kedokteran kesehatan pasien.
Biaya Kesehatan : Sejumlah dana yang perlu disiapkan dalam menyelenggarakan
dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
BPJS Kesehatan : Administrator dari Jaminan Kesehatan Nasional yang
mengumpulkan kontribusi dari pemerintah, perusahaan swasta,
dan rumah tangga menjadi satu kumpulan nasional dan membeli
layanan kesehatan dari penyedia publik dan swasta.
Diagnostic Related : Cara pembayaran dengan biaya satuan per diagnosis.
Efektif : Dapat memberi hasil; berhasil guna.
Efektivitas : Pencapaian target atau outcome dari suatu kegiatan atau intervensi
kesehatan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Efisiensi : Kemampuan mencapai target dengan baik dan tepat dengan tidak
membuang waktu, tenaga, dan biaya.
Ekuitas : Kondisi atau keadaan yang adil, tidak parsial, dan fair.
Fee for Services : Metode pembayaran jasa ditetapkan setelah pelayanan kesehatan
yang diberikan.
Flat Rate : Besaran biaya per episode ketika sakit bersifat tetap.
Health Maintenance : Organisasi pelayanan kesehatan yang bersifat pre-paid (dibayar
Organization di muka), bertanggung jawab memberikan pelayanan kesehatan
komprehensif (preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif) terhadap
populasi tertentu yang telah terdaftar sebagai peserta dengan
membayar sejumlah uang yang dihitung berdasarkan kapitasi atau
per bulan per orang.
Inflasi : Kemerosotan nilai uang karena banyak dan cepatnya uang beredar
sehingga menyebabkan kenaikan harga barang.
PEM B IAYAAN KESEHATA N : KON SEP DA N BEST PRACT ICES DI IN DON ESI A 81
Jaminan Kesehatan : Reformasi pembiayaan kesehatan yang berupaya mengatasi tiga
Nasional pilar pembiayaan kesehatan, yakni pengumpulan pendapatan,
penggabungan, dan pembelian.
Kapitasi : Sistem pembayaran di muka per bulan kepada FKTP berdasarkan
jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan
jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
Kebutuhan : Seluruh pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan
peningkatan kesehatan secara maksimal.
Medicaid OASDI : Sistem asuransi bagi masyarakat miskin yang dijalankan oleh
Pemerintah Federal dan Negara Bagian.
Medicare : Sistem asuransi bagi usia lanjut, penderita cacat, dan penderita gagal
ginjal yang dijalankan oleh Pemerintah Federal.
Medium Term Expenditure : Kerangka penganggaran jangka menengah yang bersifat
Framework komprehensif, dengan lembaga pemerintah yang dapat
menghubungkan seluruh rencana pengeluaran dengan kebijakan
prioritas dalam kerangka fiskal (terkait dengan kondisi ekonomi
makro dan perkiraan pendapatan negara) yang biasanya disusun
untuk tiga tahun.
Missing Middle : Jumlah orang yang sedikit terdaftar di UHC dengan kuintil kekayaan
Q2-Q3 dibandingkan orang di kuintil lainnya.
Out of Pocket : Besaran dana yang digunakan oleh pemakai jasa pelayanan
kesehatan berasal dari kantong pribadi individu.
Pengeluaran Katastropik : Pengeluaran medis dari rumah tangga melebihi 10% dari total
pengeluaran rumah tangga.
Pengumpulan Pendapatan : Fungsi yang merujuk pada bagaimana negara mengumpulkan dan
memobilisasi dana.
Ratio of Cost to Charges : Penetapan biaya khusus untuk industri kesehatan.
Skema Asuransi Sosial : Suatu program asuransi yang hanya ditujukan untuk masyarakat
miskin atau kurang mampu.
Skema Pembiayaan : Komponen struktural dari sistem pembiayaan pelayanan kesehatan,
Pelayanan Kesehatan yakni pengaturan pembiayaan sehingga seseorang mampu
memperoleh pelayanan kesehatan.
Time Driven Activity Based : Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas yang mengatasi beberapa
Costing kelemahan pada metode Activity Based Costing (ABC).
Tobit : Model yang mengestimasi pengaruh faktor lingkungan terhadap
skor efisiensi.
Traditional Costing : Metodologi akuntansi biaya yang menghitung biaya keseluruhan
pada suatu program dengan tingkat persentase tertentu.
Universal Health Coverage : Sistem kesehatan yang memastikan setiap warga dalam populasi
memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif bermutu dengan biaya terjangkau.
Ery Setiawan, S.K.M., M.E., A.A.A.K. Mendapatkan gelar kesarjanaan dari Fakultas
Kesehatan Masyarakat, dan master di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
Ery berpengalaman melakukan berbagai penelitian kesehatan, khususnya pada area
evaluasi ekonomi kesehatan (cost of illness study, cost of treatment, HTA) penguatan
sistem kesehatan dan advokasi pembiayaan kesehatan. Ery juga aktif mendukung
Kementerian Kesehatan khususnya dalam hal perencanaan dan pembiayaan kesehatan
untuk beberapa program prioritas seperti HIV, TB, dan malaria.
Fitriana Yuliawati, S.K.M., M. Kes. Tenaga Ahli Komisi IX DPR RI di bidang kesehatan dan
analis di Bower Group Asia Indonesia. Fitriana berpengalaman melakukan riset, analisis
kebijakan pemerintah, serta ahli merancang berbagai UU di bidang kesehatan. Fitriana
pernah menjadi program manajer di beberapa Civil Society Organization yang bergerak
di bidang sosial, humanitarian, dan kesehatan reproduksi.
Dr. Adiatma Y.M Siregar, S.E., M. Econ. St. Alumnus Universitas Padjadjaran Bandung,
Queensland University, dan Radboud University ini kini mengajar dan menjadi peneliti
di Center for Economics and Development Studies (CEDS), Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Padjadjaran. Latar belakang keilmuan Adiatma ialah ilmu ekonomi, dengan
fokus ekonomi kesehatan. Adiatma mendalami analisis evaluasi ekonomi terkait isu HIV
dan AIDS, pemberian ASI, dan kesehatan jiwa.
dr. Giovanni van Empel, M.Sc. Dosen di Departemen Kebijakan dan Manajemen
Kesehatan, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Mendapatkan gelar dokter dari
UGM Yogyakarta, dan Master of Science in Health Economics dari University of York,
UK. Giovanni meminati riset yang menggunakan mikroekonometrika terapan untuk
memahami hubungan kausalitas di isu seputar faktor supply dalam layanan kesehatan.
Saat ini tengah mendalami studi doktoral bidang Ekonomika Kesehatan di Centre for
Health Economics, Monash University, Australia.
Estro Dariatno Sihaloho, S.E., M.Si. Dosen dan peneliti di Departemen Ilmu Ekonomi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjadjaran. Mendapatkan gelar sarjana dan
magister sains dari Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Padjadjaran. Estro aktif melakukan
berbagai penelitian di bidang Ekonomi Kesehatan pada Center for Economics and
Development Studies (CEDS) Universitas Padjadjaran.
PEM B IAYAAN KESEHATA N : KON SEP DA N BEST PRACT ICES DI IN DON ESI A 83
Dr. Haerawati Idris, S.K.M., M. Kes. Peneliti di Fakultas kesehatan Masyarakat, Universitas
Sriwijaya. Mendapatkan gelar sarjana dan magister ilmu kesehatan masyarakat dari
Universitas Hasanuddin, dan doktor di bidang ilmu kedokteran dan ksehatan dai UGM
Yogyakarta. Minat penelitian di bidang manajemen kesehatan, ekonomi kesehatan,
kebijakan kesehatan dan mutu layanan kesehatan. Editor in chief Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Haerawati juga terlibat dalam tim pendampingan perencanaan tata kelola
kesehatan bekerjasama dengan Biro Perencanaan Kementerian Kesehatan RI.