Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MEKANIKA BATUAN

DOSEN PENGAMPU :
PRIHANIKA IKA., S.T., M.T.

DISUSUN OLEH :
EDY ANDREAS SITANGGANG
203010504004

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2021
Nama : Edy Andreas Sitanggang
NIM : 203010504004
Prodi : Teknik Pertambangan
Matkul : Mekanika Batuan
1. Jelaskan Perbedaan dari Uji Coba Laboratorium dan Uji Insitu Sifat Fisik dan Mekanik
pada Batuan
Jawab :
Uji Coba Laboratorium adalah uji coba mekanika batuan terkait sifat fisik dan mekanik
batuan yang dilakukan di Laboratorium. Adapun penentuan sifat mekanik batuan pada uji
coba laboratorium diantaranya ialah :
a) Uji Kuat Tekan (Unconfined Compressive Strength Test )
b) Uji Kuat Tarik Tak Langsung (Indirect Tensile Strength Test)
c) Uji Point Load
d) Uji Triaksial
e) Uji Punch Shear
f) Uji Geser Langsung
g) Uji Kecepatan Rambat Gelombang Ultrasonik
Berikut adalah Penggunaan Sifat Mekanik Batuan Hasil Uji Laboratorium
Sedangkan Uji Coba In-Situ merupakan uji coba mekanika batuan terkait sifat fisik dan
sifat mekanik batuan yang pelaksanaannya dilakukan langsung di lapangan, tanpa
pengambilan percontoh untuk laboratorium. Uji in-situ untuk menentukan sifat mekanik
batuan lebih menguntungkan dibandingkan dengan uji di laboratorium karena menyangkut
volume batuan yang besar sehingga hasilnya lebih representatif dan lebih menggambarkan
keadaan massa batuan yang sebenarnya. Adapun penentuan sifat mekanik batuan pada uji
coba InSitu diantaranya ialah :
a) Uji Beban Batuan (Rock Loading Test/Jecking Test)
b) Uji Geser Blok
c) Uji Triaksial Insitu
Dalam Tabel dibawah diberikan ringkasan mengenai jenis uji in-situ untuk mendapatkan
parameter mekanik batuan dan penggunaan parameter tersebut. Tabel Jenis uji sifat
mekanik in-situ dan penggunaan parameter hasil ujinya

2. Jelaskan Langkah-langkah Uji Insitu pada batuan (disertai dengan foto dan cara kerja)
a) Uji Beban – Rock loading Test / Jacking Test
• Modulus deformasi /modulus elastisitas massa batuan dalam sebuah lubang
bukaan batuan (deformability).
• Pengujian : Uji beban batuan (rock loading test/jacking test)
• Dilakukan dalam test adit (pengujian beban dengan cara mendongkrak
batuan).
• Metode : dongkrak menekan atap & lantai lubang bukaan
• Hasil : deformasi atap & lantai /dinding akibat pembebanan oleh Jack .
• Pengukurannya : alat dial gauge dan extensometer ada berbagai kedalaman.
1 − 𝑣 ∆𝐹
𝐸=( )( )
2𝑟 ∆𝑑
𝑑
Ket : ∆𝑑 = 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 (𝑖𝑛𝑐𝑟𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑜𝑓 𝑑𝑖𝑠𝑝𝑙𝑎𝑐𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡
𝐸 = 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙𝑢𝑠 𝑑𝑒𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖 / 𝑒𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠
∆𝐹 = 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 (𝑖𝑛𝑐𝑟𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑜𝑓 𝑙𝑜𝑎𝑑)
𝑣 = 𝑁𝑖𝑠𝑏𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑖𝑠𝑠𝑜𝑛
𝑟 = 𝐽𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑙𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖

Berikut foto langkah kerja Uji Beban – Rock loading Test / Jacking Test beserta
fotonya :
a. Pilih sepotong pasangan batu yang representatif, lalu rekatkan titik referensi
logam di kedua sisi garis potong yang dipilih dan berjarak sama darinya.
Direkomendasikan empat pasang titik. Panjang pengukur minimum yang
direkomendasikan L harus 0,3 kali panjang A,
di mana A adalah panjang dongkrak seperti yang ditunjukkan pada Gambar
berikut :

Panjang pengukur maksimum yang disarankan L harus menjadi panjang A


datar mendongkrak. Pengukur pertama dan terakhir harus ditempatkan
tidak kurang dari 1/8 dimensi A ke dalam menuju pusat slot dari setiap
ujung. Jika memungkinkan, potongan untuk memasukkan dongkrak harus
dibuat menjadi lapisan mortar. Dalam kasus pasangan batu yang tidak
beraturan, pemotongan mungkin harus dilakukan sebagian atau seluruhnya
di dalam lapisan batu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.
• Ketika lem telah mengeras, satu set referensi awal pengukuran
dilakukan dengan pengukur regangan yang dapat dilepas.
• Pemotongan kemudian dilakukan dengan hati-hati agar tidak
mengganggu sekitar batu bata sesedikit mungkin. Setelah
pemotongan dan pembersihan, set kedua pengukuran dilakukan
dengan pengukur regangan yang dapat dilepas untuk menilai
penutupan pemotongan.
• Luas potongan persegi panjang yang sempurna dapat dinilai
dengan: mengukur panjang dan kedalaman keseluruhan dan
menggunakan produk. Untuk slot non-persegi panjang, luasnya
ditentukan oleh mengukur lebar permukaan dan mengambil
kedalamanpengukuran setiap 10-20mm dan menjumlahkan luas
strip.
• Jack kemudian dimasukkan dan dikemas dengan erat ke dalam
potongan slot menggunakan shims (lembaran baja tipis) seperlunya.
Jika pasangan bata memiliki rongga internal di bagian mana pun
dari slot daerah, misalnya disebabkan oleh katak yang tidak terisi,
perforasi di batu bata, ketidakteraturan batu atau sambungan
vertikal di slot area sangat penting untuk menggunakan slot dan
paket yang terlalu lebar dengan shims untuk melindungi membran
jack dari local pembengkakan.
• Terapkan tekanan awal setengah dari perkiraan maksimum tekanan
untuk mendudukkan dongkrak dan shim kemudian depressurise.
• Tekanan kemudian ditingkatkan dengan penambahan sekitar 1/8
dari maksimum yang diharapkan, tetapi biasanya tidak kurang dari
0,5 bar dan regangan dipantau setelah jeda singkat di setiap
kenaikan.
• Pengujian dihentikan ketika regangan dikembalikan ke keadaan
diukur sebelum pemotongan dilakukan tanpa satu pun
penyimpangan melebihi 10% dari alat pengukur lainnya. Namun,
keandalan titik referensi terpaku tidak 100% dan itu dapat diterima
untuk menolak satu pengukuran pengukur dari set dari empat jika
jelas tidak lagi berfungsi dan memberi bacaan irasional. Pada titik
ini nilai tekanan (p) diperlukan untuk mengembalikan kondisi
pasangan bata asli, adalah terdaftar. Waktu yang dibutuhkan untuk
tekanan harus kira-kira sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk
membuat potong dan persiapkan pengujian setelah pengukuran
regangan stabil. Ini berarti bahwa deformasi mulur akan menjadi
simetris dan seimbang. Gambar berikut menunjukkan fase dari tes.
• Idealnya pengulangan langkah 8 dan 9 harus dilakukan keluar untuk
memverifikasi tekanan dongkrak tetapi ini mungkin dipengaruhi
oleh faktor merayap.
• Kurangi tekanan lalu lepaskan dongkrak dan pasang kembali
dengan mortar yang cocok jika restorasi diperlukan. Mungkin lebih
mudah untuk melepas shims terlebih dahulu untuk memudahkan
dongkrak terutama di mana tegangan yang diukur tinggi (>
2N/mm2).
• Kemudian lakukan pengolahan data dari uji coba tersebut
Brikut gambar alat dalam Uji Beban – Rock loading Test / Jacking Test :

b) Uji Geser In-situ


• Mendapatkan nilai kuat geser dan parameter deformasi di daerah geser/ pada
massa batuan yang banyak terdapat bidang diskontinuitas.
• Pengujian : daerah struktur yang merupakan bagian dari konstruksi bawah
tanah yang akan dibuat.
• Ukuran sample : ukuran batuan > 40 x 40 cm, H = 20 cm. jika ukuran besar
perbandingan panjang : lebar : tinggi = 2 : 2 : 1.

Berikut gambar alat berserta keterangan uji geser :


Adapun langkah kerja dari pengujian kuat geser langsung (direct shear test)
diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Mempersiapkan contoh yang akan diuji
2) Memasukkan contoh ke dalam kotak geser dengan mengangkat
kotak geser bagian atas kemudian menutupnya kembali dan
memastikan bahwacontoh terpasang dengan baik dalam kotak geser.
3) Memasukkan contoh ke dalam kotak geser dengan mengangkat
kotak geser bagian atas kemudian menutupnya kembali dan
memastikan bahwa contoh terpasang dengan baik dalam kotak geser.
4) Memasang dial gauge untuk perpindahan geser di bagian samping
berlawanan dengan arah gaya geser.
5) Memasang dial gauge untuk perpindahan normal pada bagian atas kotak
geser.
6) Meletakkan stopwatch di dekat kotak geser agar dapat memantau
perpindahan.
7) Mempersiapkan kamera dan lembar kertas pengujian.
8) Memastikan semua dial gauge dan proving ring geser dalam keadaan nol
sebelum dilakukan pengujian.
9) Memulai pengujian dengan memutar roda beban geser. Ketika roda
sudah diputar terbaca gaya geser pada proving ring sebelum terjadi
pergeseran. Dalam kondisi idealnya gaya geser terjadi setelah
pergeseran. Oleh Karena itu gaya geser yang terbaca tersebut akan
menjadi pengurang bagi pembacaan gaya geser selanjutnya.
10) Menjaga laju perpindahan geser agar tetap konstan dengan
memperhatikan waktu dan perpindahan geser.
11) Mencatat gaya geser dan perpindahan normal pada setiap
perpindahan geser 20 satuan (0,5 mm). Melakukan pencatatan
sampai mencapai tegangan puncak (kondisi peak).
12) Setelah contoh patah, berikan gaya yang berlawanan arah dengan gaya
yang sebelumnya sampai tegangan gesernya mencapai puncak (posisi
residual).
13) Setelah selesai satu pengujian kemudian dilanjutkan untuk beban
normal 0.4 kN = 68 satuan, 0.6 kN = 101 satuan, dan 0.8 kN = 134
satuan.
14) Kemudian lakukan pengolahan data dari uji coba tersebut.

c) Uji Triaksial In-situ


• Untuk mengetahui karakteristik deformasi & kekuatan batuan pada kondisi
pembebanan triaksial.
• Tempat uji adalah di dalam lubang bukaan bawah tanah.
• Kontak permukaan lantai, atap dan dinding yang akan dikenakan beban
berukuran sekitar 1,0 m x 1,0 m.
• Pembebanan ke arah vertikal dilakukan oleh dongkrak hidrolik, sedangkan
untuk arah horizontal oleh flat jack. Dudukan flat jack dibuat dengan cara
menggali bagian lanai. Ruang antara flat jack dengan dinding batuan yang
akan diisikan oleh semen.
• Agar dapat diperoleh nilai deformasi, maka dipasang tiga buah
ekstensometer lubang bor sepanjang masing-masing + 1,0 m dan transduser
perpindahan listrik untuk mengukur perpindahan (perpindahan) vertikal.
Sedangkan untuk arah horizontalnya, digerakkan dengan deflectometer dan
electric displacement transducer atau Linear Variable Differential
Transducer (LVDT).
• Pada sebuah dilakukan uji triaksial in-situ. Pembebanan maksimum ke arah
vertikal adalah 60 kgf/cm2 dan ke arah horizontal sampai mencapai 80
kgf/cm2. Kadang-kadang tekanan ke arah horisontal sampai mencapai 200
kgf/cm2
• 𝐸𝑣 adalah modulus untuk pembebanan statik yang menaik.
• 𝐸𝐴 adalah modulus untuk pembebanan statik yang menurun.

i. Lankah-langkah kerja :
Prosedur pengujian Triaxial antara lain sebagai berikut :
• Contoh batuan yang digunakan dalam uji ini dibuat dengan
ukuran panjang minimal dua kali diameter percontoh.
• memasukkan bantuan percontoh ke dalam jaket karet, setelah
dimas ukkan keruber jaket kemudian dimasukkan kedalam
silinder besi yang berfungsi untuk menahan tegangan keliling
untuk diberikan kepada contoh uji, contoh uji kemudian ditutup
oleh flat dan dipasangkan di mesi uji kuat tekan.
• Spesimen ditempatkan diantara plat baja dan diatur agar tepat
dengan bentuk yang tepat, mesin dinyalakan sehingga spesimen
tepat berada diantara plat baja
• Skala pengukuran beban harus ditetapkan pada keadaan netral.
• Baca penunjuk penunjuk pembebanan pada axial dial gauge per
30 detik.
• Pemberian pembebanan dilakukan sedikit demi sedikit hingga
spesimen pecah.
• Pembebanan dihentikan setelah spesimen mengalami pecah dan
hasilnya dibuat sketsa bentuk pecah serta catat sudut pecahnya.

3. Hasil pengujian Uji Kuat Tekan Uniaksial pada sampel dengan A (luas permukaan sample
batuan) = 280.5 𝑚𝑚2 dengan P (beban) sebesar 12016.5 Kg. Berapa kuat tekan uniaksialnya
Jawab :
Dik : p = 12016.5 Kg
A = 280.5 𝑚𝑚2

𝑃
𝜎𝑐 =
𝐴
Type equation here.
12016.5 𝐾𝑔
𝜎𝑐 =
280.5 𝑚𝑚2
𝜎𝑐 = 42,84 𝑀𝑝𝑎

Anda mungkin juga menyukai