Anda di halaman 1dari 10

JURNAL HASIL PENELITIAN

PERBANDINGAN KADAR FLAVONOID, FENOLIK DAN TANIN


PADA DAUN SINTRONG (Crassocephalum crepidioides) DENGAN
METODE EKSTRAKSI SECARA MASERASI DAN REFLUKS
Oleh :

FERRY AGUSTIAN

D1A181594
Pembimbing 1 : Apt. Ginayanti Hadisoebroto, M.Si ( )

Pembimbing 2 : Rina Anggraeni, M.Si ( )

ABSTRAK

Salah satu tumbuhan yang mengandung senyawa obat, yaitu tanaman Daun Sintrong (Crassocephalum
Crepidioides). Daun Sintrong berasal dari Afrika Tropis, dan kini telah menyebar ke seluruh wilayah Tropika
di Asia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mengenai kadar flavonoid, tanin, fenolik ekstrak
Daun Sintrong yang di-esktraksi dengan cara maserasi dan refluks. Selain itu, untuk mengetahui perbedaan
kadar flavonoid, tanin, dan fenolik pada Daun Sintrong yang di ekstraksi dengan cara maserasi dan refluks.
Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan cara melakukan Pengumpulan Bahan Tanaman, Determinasi
Taman, Pembuatan Simplisia, Penetapan Kadar Air, Metode Ekstraksi Maserasi, Metode Ekstraksi Refluks,
dan Penetapan Kadar Fenolik , Flavonoid dan Tanin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil penetapan
kadar fenolik untuk metode ekstraksi maserasi diperoleh 118,68 mg/GAE/g ekstrak dan kadar fenolik untuk
metode ekstraksi refkuks adalah 136,55 mg/GAE/g ekstrak, dari kadar flavonoid untuk metode ekstraksi
maserasi diperoleh 24,46 mg/QE/g ekstrak dan kadar flavonoid untuk metode ekstraksi refkuks adalah 31,13
mg//QE/g ekstrak, sedangkan untuk kadar tanin untuk metode ekstraksi maserasi diperoleh 80,17 mg/TAE/g
ekstrak dan kadar tanin untuk metode ekstraksi refluks adalah 92,55 mg/TAE/g ekstrak. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa Jumlah kadar flavonoid, fenolik, dan tanin denganm metode ekstraksi refluks lebih besar
dari metode ekstraksi maserasi.

Kata Kunci: Flavonoid, Fenolik, Tanin, Daun Sintrong, Ekstraksi, Maserasi, Refluks

ABSTRACT

One of the plants that contain medicinal compounds, namely the Sintrong Leaf plant (Crassocephalum
Crepidioides). Sintrong leaves come from Tropical Africa, and have now spread throughout the Tropical
region in Asia. This study aims to identify the levels of flavonoids, tannins, phenolic extracts of Sintrong
Leaf extracted by maceration and reflux. In addition, to determine the differences in the levels of flavonoids,
tannins, and phenolics in Sintrong Leaves extracted by maceration and reflux. The research method used is
by collecting plant material, gardening determination, making simplicia, determining water content,
maceration extraction method, reflux extraction method, and determining phenolic, flavonoid and tannin
levels. The results showed that the phenolic content for the maceration extraction method was 118.68
mg/GAE/g extract and the phenolic content for the reflux extraction method was 136.55 mg/GAE/g extract,
from the flavonoid content for the maceration extraction method, 24, 46 mg/QE/g extract and flavonoid
content for reflux extraction method was 31.13 mg//QE/g extract, while for tannin content for maceration
extraction method obtained 80.17 mg/TAE/g extract and tannin content for extraction method reflux was
92.55 mg/TAE/g extract. From the results of the study, it was found that the total content of flavonoids,
phenolics, and tannins using the reflux extraction method was greater than the maceration extraction method.

Keywords: Flavonoids, Phenolics, Tannins, Sintrong Leaves, Extraction, Maceration, Reflux


PENDAHULUAN infundasi dan maserasi, sehingga potensi tumbuhan
ini sebagai bahan baku obat untuk pencegahan
maupun pengobatan berbagai penyakit dapat lebih
Latar Belakang dikembangkan dengan maksimal.
Salah satu tumbuhan yang mengandung
senyawa obat yaitu tanaman daun sintrong Identifikasi Masalah
(Crassocephalum crepidioides). Daun sintrong Berdasarkan latar belakang di atas, maka
berasal dari Afrika tropis, kini telah menyebar ke permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam
seluruh wilayah tropika di Asia. Kemudian penelitian ini adalah :
menyebar ke India, Indonesia, Filipina, Thailand, 1. Berapa kadar flavonoid, tannin dan fenolik
dan sekarang menyebar ke Myanmar dan Vietnam. ekstrak daun sintrong yang diekstraksi
Kerap ditemui di tanah-tanah terlantar yang subur, dengan cara maserasi dan refluks?
tepi sungai, tepi jalan, perkebunan, di sawah-sawah 2. Apakah terdapat perbedaan kadar
yang mengering, terutama di bagian yang lembab, flavonoid, tannin dan fenolik pada daun
hingga ketinggian 250-2.500 mdpl. Selain dapat sintrong yang diekstraksi dengan cara
digunakan sebagai lalapan, daun sintrong digunakan maserasi dan refluks?
sebagai obat bisul. Secara tradisional daun sintrong
juga digunakan sebagai nutraceutikal dan juga Tujuan Penelitiaan
dipercaya bisa mengobati berbagai macam penyakit, 1. Mengetahui berapa kadar flavonoid, tannin
seperti untuk mengatasi gangguan pencernaan, getah dan fenolik ekstrak daun sintrong yang
daunnya dapat digunakan untuk mengobati sakit diekstraksi dengan cara maserasi dan
perut, rebusan daun dapat digunakan untuk refluks?
mengobati sakit kepala, mengobati luka, 2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan
antelmintik, antiinflamasi, antidiabetes, dan kadar flavonoid, tannin dan fenolik pada
antimalaria. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun sintrong yang diekstraksi dengan cara
daun sintrong adalah saponin, flavonoid, tanin dan maserasi dan refluks?
polifenol.
Flavonoid merupakan satu senyawa Manfaat Penelitian
antioksidan golongan fenolik alam yang terbesar dan Dari hasil penelitian ini dapat memberikan
terdapat dalam tumbuhan, sehingga dipastikan informasi mengenai kadar flavonoid, tannin dan
terdapat flavonoid yang telah di ekstrak pada fenolik pada daun sintrong.
tumbuhan (Azizah, 2014). Pentingnaya manfaat
flavonoid sebagai antioksidan, maka penetapan Waktu dan Tempat Penelitian
kadar flavonoid total pada daun sintrong Penelitian ini akan dilaksanakan pada
(Crassocephalum crepidioides) perlu dilakukan, bulan April sampai Juni 2022 di Laboratorium
sehingga pemanfaatan daun sintrong lebih Bahan Alam dan Laboratorium Instrumen, Jurusan
dimaksimalkan dalam alternatif pengobatan herbal Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
berbagai macam penyakit. Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Al-
Tanin biasanya terdapat pada bagian Ghifari, Bandung, Jawa Barat.
tanaman yang spesifik seperti daun, buah, kulit
dahan dan batang. Tanin adalah polifenol tanaman Metodologi Penelitian
yang berfungsi mengikat dan mengendapkan
protein. Tanin juga dipakai untuk menyamak kulit Pengumpulan Bahan Tanaman
(Andriyani, 2010). Dalam dunia pengobatan, tanin Simplisia yang digunakan pada penelitian
berfungsi untuk mengobati diare, menghentikan ini yaitu daun asam sintrong yang diperoleh dari
pendarahan, dan mengobati ambeien. Desa Hegarmanah, Kecamatan Cikancung,
Senyawa fenolik merupakan kelompok Kabupaten Bandung.
senyawa terbesar yang berperan sebagai antioksidan
alami pada tumbuhan. Senyawa Determinasi Tanaman
fenolik memiliki satu (fenol) atau lebih (polifenol) Determinasi bahan dilakukan di
cincin fenol, yaitu gugus hidroksi yang terikat pada Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen
cincin aromatis sehingga mudah teroksidasi dengan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
menyumbangkan atom hidrogen pada radikal bebas Alam (FMIPA) Universitas Padjajaran (UNPAD)
(Dhurhania dan Novianto,2018). Bandung.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
perlu di lakukan penelitian yang lebih intensif Pembuatan Simplisia
mengenai perbandingan kadar flavonoid, tanin dan Langkah pertama dalam pembuatan
fenol dari daun sintrong (Crassocephalum simplisia adalah pengumpulan bahan baku, ada pula
crepidioides) dengan metode ekstraksi secara
beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain : Metode Ekstraksi Refluks
umur tumbuhan atau bagian tumbuhan pada waktu Daun sintrong halus ditimbang sebanyak
panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Setelah 100 gram lalu dimasukkan ke dalam labu alas bulat,
bahan baku terkumpul maka tahap selanjutnya kemudian ditambahkan pelarut etanol 70 %
adalah sortasi basah yaitu untuk memisahkan sebanyak 500 mL (1:5). Merangkai alat refluks,
kotoran dan bahan asing yang ikut terbawa. kemudian sampel diekstraksi pada suhu 50ºC selama
Dilanjutkan dengan pencucian simplisia, guna 3 jam hingga 3 kali pengulanagan. Larutan yang
menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang sudah selesai diekstraksi disaring dengan
melekat pada simplisia menggunakan air mengalir. menggunakan kain planel, lalu dimasukkan ke
Setelah simplisia bersih lalu dilakukan perajangan, dalam erlenmeyer.
untuk mempermudah proses pengeringan terutama
pada simplisia bertekstur tebal. Pengeringan
dilakukan dengan cara di angin- anginkan sampai
simplisia benar-benar kering. Tujuan pengeringan
ini untuk menghentikan reaksi enzimatik dan Penapisan Fitokimia
mengurangi kadar air sehingga simplisia tidak Penapisan fitokimia simplisia dan ekstrak
rentan ditumbuhi oleh jamur. Jika proses dilakukan untuk mengetahui senyawa kimia dalam
pengeringan sudah selesai maka tahap selanjutnya daun sintrong dengan cara kualitatif. Penapisan ini
adalah sortasi kering dengan tujuan untuk dilakukan terhadap sampel simplisia dan ekstrak
memisahkan benda- benda asing seperti bagian daun sintrong yang dilakukan dalam penelitian ini
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor- meliputi :
pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada
simplisia kering. Setelah sortasi kering maka perlu Identifikasi Flavonoid
dilakukan pengepakan agar simplisia tidak rusak Sebanyak 1 gram ekstrak ditambahkan
atau berubah mutunya. Penyimpanan simplisia harus dengan air panas secukupnya, kemudian dididihkan
di tempat yang kering, tidak lembab, dan terhindar selama 5 menit lalu disaring. Filtrat sebanyak 5 mL
dari sinar matahari langsung. (Hartini dan ditambahkan 0,05 g serbuk Magnesium dan 1 mL
Wulandari, 2016). asam klorida pekat, kemudian dikocok kuat-kuat.
Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna
Penetapan Kadar Air merah, kuning atau jingga (Baud dkk., 2014).
Digunakan alat moisture balance, yaitu
dimasukkan 2 gram serbuk simplisia dalam pinggan Identifikasi Tanin
berlapis alumunium foil yang telah ditara dengan Sebanyak 1 gram ekstrak ditambahkan
memposisikan jarum di tengah skala terlebih dahulu dengan 10 mL air panas. Kemudian tambahkan 1-2
kemudian diukur kadar airnya pada suhu 105ºC tetes pereaksi Besi (III) klorida, jika terjadi warna
hingga jarum pada alat tidak berubah atau konstan, biru kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan
kemudian jarum pada alat diputar hingga jarum adanya tanin (Sari dkk., 2021).
berada di posisi tengah kembali, maka akan didapat
persen kadar air (Elfiyani dkk., 2014). Identifikasi Fenolik
Sebanyak 1 gram ekstrak ditambahkan dengan
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 larutan FeCl3 1%. Hasil ditunjukkan dengan
Kadar Air = x 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 terbentuknya warna hijau, merah, ungu, biru tua,
biru, biru kehitaman, atau hijau kehitaman
Metode Ekstraksi Maserasi (Khadijah dkk., 2017).
Pembuatan ekstrak daun sintrong
dilakukan dengan cara maserasi. Sebanyak 100 Penetapan Kadar Flavonoid
gram serbuk daun sintrong dimasukkan ke dalam
etanol 70% sebanyak 1000 mL (1:10) dan Penentuan panjang gelombang maksimum (ƛ
didiamkan selama 3 x 24 jam dalam suhu kamar dan maks) kuersetin
setiap 24 jam, pelarut diganti dengan yang baru. Penentuan panjang gelombang maksimum
Ekstrak disaring untuk memisahkan ampas dan kuersetin dilakukan dengan running larutan
filtratnya. Selanjutnya, filtrat dievaporasi pada suhu kuersetin pada range panjang gelombang 400 – 550
40°C sampai tidak ada pelarut yang menetes lagi nm. Hasil running menunjukkan panjang gelombang
sehingga didapatkan ekstrak kental. (Simanungkalit maksimum tersebut yang digunakan untuk
dkk., 2020). Nilai rendemen ditentukan dengan mengukur serapan dari sampel ekstrak etanol daun
menggunakan rumus di bawah ini: sintrong (Aminah dkk., 2017).

Pembuatan kurva standar kuersetin


Ditimbang sebanyak 25 mg baku standar
kuersetin dan dilarutkan dalam 25 mL etanol.
Larutan stok dipipet sebayak 1 mL dan dicukupkan 1 mL selanjutnya dicampur dengan 1 mL reagen
volumenya sampai 10 mL dengan etanol sehingga Folin- Ciocalteau. Campuran dibiarkan selama 3
diperoleh konsentrasi 100 ppm. Dari larutan standar menit kemudian ditambah dengan Natrium karbonat
kuersetin 100 ppm, kemudian dibuat beberapa jenuh sebanyak 1 mL dan diletakkan di tempat yang
konsentrasi yaitu 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm dan tidak terkena cahaya selama 30 menit untuk proses
14 ppm. Dari masing-masing konsentrasi larutan homogenisasi. Setelah itu, dilakukan pengukuran
standar kuersetin dipipet 1 mL. Kemudian dengan spektrofotometri UV-Vis. Hasil pembacaan
ditambahkan 1 mL Alumunium klorida 2% dan 1 absorbansi yang diperoleh digunakan untuk
mL kalium asetat 120 mM. Sampel diinkubasi pembuatan kurva kalibrasi standar terhadap
selama 30 menit pada suhu kamar. Absorbansi konsentrasi dari larutan standar asam tanat (Pratama
ditentukan menggunakan metode spektrofotometri dkk., 2019).
UV-Vis pada panjang gelombang maksimum yang
diperoleh. (Aminah dkk., 2017). Analisis Kadar Tanin.
Sebanyak 15 mg maserat ditimbang dan
Penetapan kadar flavonoid ekstrak etanol daun dilarutkan dengan aquabidestilata sampai 10 mL.
sintrong Jika belum larut sempurna bisa dibantu dengan alat
Ditimbang 15 mg ekstrak, dilarutkan dalam yang berfungsi untuk menghomogenkan larutan.
10 mL etanol 70%, sehingga diperoleh konsentrasi Dipipet 1,0 mL sampel dengan seksama, 1,0 mL
1500 ppm. Dari larutan tersebut dipipet 1 mL reagen Folin-Ciocalteau, didiamkan selama 3 menit,
kemudian ditambahkan 1 mL larutan Alumunium ditambankan 1,0 mL larutan Natrium karbonat
klorida 2% dan 1 mL kalium asetat 120 mM. Sampel jenuh. Diinkubasi selama 30 menit, kemudian
diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar. dibaca serapannya pada panjang gelombang
Absorbansi ditentukan menggunakan metode maksimum. kemudian dibaca serapannya pada
spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang panjang gelombang maksimum. Sampel dibuat
maksimum yang diperoleh. Sampel dibuat dalam dalam tiga replikasi untuk setiap analisis dan
tiga replikasi untuk setiap analisis dan diperoleh diperoleh nilai rata – rata absorbansi (Pratama dkk.,
nilai rata – rata absorbansi (Aminah dkk., 2017). 2019).

Penetapan Kadar Tanin Penentuan Kadar Fenolik

Pembuatan Larutan Standar Asam Tanat 1000 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
ppm Dengan modifikasi, yaitu: 1 mL asam galat
Sebanyak 25 mg asam tanat ditimbang dengan konsentrasi 1000 ppm yang dibuat dengan
kemudian dilarutkan dengan aquadest dalam gelas cara: timbang 25 mg asam galat kemudian
kimia. Selanjutnya dimasukkan dalam labu ukur 25 dilarutkan dalam 25 mL etanol 70%. Kemudian
mL dan ditambahkan aquadest sampai tanda batas. dipipet sebanyak 1 mL kemudian ditambahkan 1 mL
Larutan tersebut dijadikan sebagai larutan induk reagen Folin-Ciocalteu, dikocok dan didiamkan
1000 ppm, dari larutan tersebut dibuat larutan selama 3 menit. Kemudian ditambahkan 1 mL
standar dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50 ppm larutan Na2CO3 7,5%, dikocok homogen dan
(Pratama dkk., 2019). didiamkan selama 30 menit. Absorbansi kemudian
diukur pada panjang gelombang 600-800 nm
Pembuatan Larutan Natrium Karbonat Jenuh (Jubaidah dkk., 2019).
Pembuatan larutan Natrium karbonat jenuh
dilakukan dengan cara menimbang sebanyak 7,5 Pembuatan Kurva Baku Asam Galat dengan
gram Natrium karbonat kemudian dilarutkan dengan Reagen Folin-Ciocalte
aquadest dalam gelas kimia dan dipanaskan pada Dipipet 1 mL larutan standar (60, 70, 80, 90
suhu 60ºC. Setelah larut sempurna dimasukkan ke dan 100 ppm) dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dalam labu ukur 100 mL (Pratama dkk., 2019). ditambahkan 1 mL reagen Folin-Ciocalteau kocok,
didiamkan selama 3 menit. Ditambahkan larutan
Penetapan Panjang Gelombang Maksimum natrium karbonat 7,5% 1 mL kocok sampai
Salah satu konsentrasi larutan baku yaitu homogen, diamkan selama 30 menit pada suhu
30 ppm diambil dan diukur serapannya pada rentang kamar. Diukur absorbansi panjang gelombang
panjang gelombang 400–800 nm. Panjang 756,40 nm dan buat kurva kalibrasi hubungan
gelombang yang menunjukkan nilai serapan absorbansi dengan asam galat (Jubaidah dkk., 2019).
tertinggi merupakan panjang gelombang maksimum
(Pratama dkk., 2019). Penetapan Kadar Fenolik
dengan modifikasi, yaitu: sebanyak 15 mg
Pengukuran Larutan Standar Asam Tanat ekstrak kental daun sintrong dilarutkan dengan 10
Larutan standar dari masing–masing mL etanol 70%, Larutan kemudian dipipet sebanyak
konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50 ppm diambil sebanyak 1 mL, ditambahkan 1 mL reagen Folin-Ciocalteu
dan dikocok. Diamkan selama 3 menit, kemudian Ekstraksi Refluks
ditambahkan 1 mL larutan Na2CO3 7,5% Daun sintrong halus ditimbang sebanyak
Campuran dikocok homogen dan didiamkan selama 100 gram lalu dimasukkan ke dalam labu alas bulat,
30 menit. Absorbansi larutan ekstrak diukur dengan kemudian ditambahkan pelarut etanol 70 %
menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada sebanyak 500 mL. Merangkai alat refluks, kemudian
panjang gelombang maksimum. Dilakukan tiga kali sampel diekstraksi pada suhu 50ºC selama 3 jam
pengulangan. Analisis data dilakukan dengan hingga 3 kali pengulanagan. Larutan yang sudah
metode kurva standar, regresi linear y = bx + a selesai diekstraksi disaring dengan menggunakan
dibuat berdasarkan data absorbansi dan konsentrasi kain planel, Selanjutnya dilakukan pemekatan
larutan standar asam galat (Alfian dkk., 2012). dengan penangas air pada suhu <60ºC.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2.


Hasil Ekstraksi Dan Rendemen Ekstrak
Penyiapan dan Pembuatan Simplisia ( Refluks )
Simplisia yang digunakan pada penelitian ini Sample Berat Berat Rendemen
yaitu daun asam sintrong yang diperoleh dari Desa Sample Ekstrak Ekstrak
Hegarmanah, Kecamatan Cikancung, Kabupaten (%)
Bandung. Sebanyak 5 kg daun sintrong segar
digunakan untuk mendapatkan 500 gram simplisia Daun 50 7,5 gram 15 %
daun sintrong.
Tabel 3.
Hasil Determinasi Bahan Hasil Penapisan Fitokimia
Determinasi tanaman dilakukan di
Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen Senyawa Hasil
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Flavonoid +
Alam (FMIPA) Universitas Padjajaran (UNPAD)
Bandung. Berdasarkan surat hasil determinasi Tanin +
nomor 56/HB/03/2022 menyatakan bahwa tanaman Fenol +
yang digunakan adalah benar tanaman daun
sintrong dengan nama latin (Crassocephalum Keterangan
crepidioides (Benth.) S. Moore.)  (+) = Terdeteksi
 (-) =Tidak terdeteksi
Penetapan Kadar Air
Hasil pengukuran kadar air dengan
Hasil diperoleh menunjukkan ekstrak
menggunakan moisture balance dari simplisia daun
etanol daun insulin positif mengandung golongan
adalah 4,8%. Hasil penetapan kadar air
senyawa , flavonoid, tanin, dan fenol.
menunjukkan bahwa simplisia tersebut telah
Pengujian tanin dengan penambahan FeCl3
memenuhi syarat kadar air karena batas maksimal
terbentuk endapan warna hijau kehitaman, endapan
kadar air adalah 10% (Depkes RI, 2008).
larut gelatinmenunjukan positif tanin
Hasil pengujian flavonoid menunjukkan
Hasil Ekstraksi adanya kandungan flavonoid pada ekstrak etanol
daun waru karena terjadi perubahan warna kuning
Ekstraksi Maserasi yang disebabkan adanya reaksi reduksi oleh Mg
Ekstraksi tanaman daun sintrong dilakukan
yang dilakukan dalam suasana asam pada
dengan metode maserasi dengan menggunakan
penambahan asam klorida. Reaksi reduksi dengan
pelarut yang sesuai etanol 70%, simplisia dimasukan
magnesium dan asam klorida memberi warna
ke dalam maserator sebanyak 100 gram simplisia
kuning-merah menunjukan adanya flavonon,
kemudian di tambahkan pelarut sampai seluruh
kalkon.
simplisia terendam. Simplisian di rendam selama
Pengujian Fenol dengan penambahan
3x24 jam dengan penggantian pelarut setiap 24 jam.
FeCl3 Terbentuk endapan berwarna hijau kehitaman
Selanjutnya dilakukan pemekatan dengan penangas
menunjukan positif fenol
air pada suhu <60ºC.
Tabel 1.
Hasil Penetapan Kadar Flavonoid
Hasil Ekstraksi Dan Rendemen Ekstrak
( Maserasi )
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Sample Berat Berat Rendemen
Sample Ekstrak Ekstrak Analisis flavonoid dilakukan dengan
(%) menggunakan Spektrofotometri UV-Vis karena
Daun 100 24 gram 24% flavonoid mengandung sistem aromatik yang
terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan
kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan
spektrum sinar tampak. Pengukuran serapan panjang
gelombang maksimum dilakukan running dari
panjang gelombang 400 – 450 nm. Hasil running
menunjukkan panjang gelombang maksimum
standar baku kuarsetin berada pada panjang
gelombang 435 nm. Panjang gelombang maksimum
tersebut yang digunakan untuk mengukur serapan
dari sampel ekstrak etanol daun sintrong.

Tabel 4.
Panjang Gelombang Maksimum Kuersetin
Panjang Gelombang Gambar 2.
Sampel Maksimum Absorbansi Kurva Regresi Linier Standar
Kuersetin
Kuersetin 436.5 nm 0.235
Standar asam galat dibuat dengan
konsentrasi 14, 16, 18, 20, dan 22 ppm dari larutan
standar 1000 ppm. Pada pengukuran kurva kalibrasi
asam galat pada panjang gelombang 436,5 nm
diperoleh persamaan regresi linear y = 0.0269x -
0.1424 dengan nilai R2 = 0.9998. Nilai (R2) ini
mendekati angka 1 yang menunjukkan bahwa
persamaan regresi tersebut adalah linier.

Penetapan Kadar Kuersetin


Larutan sampel ekstrak daun sintrong
dibuat dengan melarutkan 15 mg ekstrak dalam 10
ml etanol 70%, kemudian dibuat replikasinya
Gambar 1. sebanyak tiga kali. Absorbansi diukur pada panjang
Panajang gelombang Maksimum Kuersetin gelombang 436,5 nm. Hasil pengukuran absorbansi
dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7.
Pembuatan Kurva Baku Kuersetin
Kurva baku dibuat dengan Tabel 6.
menghubungkan konsentrasi larutan standar dengan Absorbansi Flavonoid dari Sampel Daun
hasil serapannya. Kurva standar dibuat dengan Sintrong (Maserasi)
variasi konsentrasi 14, 16, 18, 20, dan 22 ppm diukur
pada panjang gelombang maksimum 436,5 nm. Sampel Absorbansi
Hasil ditunjukkan pada Tabel 5. Sampel 1 0.473
Sampel 2 0.457
Tabel 5.
Sampel 3 0.486
Konsentrasi dan Absorbansi Standar Kuersetin
Rata-rata 0.472
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
Tabel 7.
14 0.234
Absorbansi Flavonoid dari Sampel Daun
16 0.289 Sintrong (Refluks)
18 0.340
Sampel Absorbansi
20 0.397
Sampel 1 0.543
22 0.449 Sampel 2 0.612
Sampel 3 0.533
Kurva baku kuersetin dibuat berdasarkan Rata-rata 0.562
data absorbansi dan konsentrasi larutan standar
kuersetin. Hasil kurva standar ditunjukkan pada Dari data absorbansi di atas kemudian
Gambar 2. dimasukkan ke dalam regresi linier yang telah
didapatkan yaitu y = 0.0269x - 0.1424. Sehingga
dari hasil penelitian ini diperoleh kadar fenolik
ekstrak daun sintrong dan untuk metode ekstraksi
maserasi diperoleh 24,46 mg/QE/g ekstrak dan
kadar fenolik untuk metode ekstraksi refkuks adalah ditunjukkan pada Tabel 9.
29,19 mg/QE/g ekstrak.
Tabel 9.
Konsentrasi dan Absorbansi Standar Asam
Hasil Penetapan Kadar Fenolik Galat
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Konsentrasi (ppm) Absorbansi
60 0.418
Penentuan kadar fenolik ditentukan dengan
menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan 70 0.52
standar asam galat. Asam galat dipilih sebagai 80 0.615
standar karena merupakan salah satu senyawa 90 0.718
fenolik dengan struktur sederhana, memiliki sifat 100 0.802
yang stabil, dan tersedia dalam keadaan murni.
Pengukuran panjang gelombang maksimum Kurva baku asam galat dibuat berdasarkan
bertujuan agar mengetahui daerah serapan yang data absorbansi dan konsentrasi larutan standar asam
dapat dihasilkan berupa nilai absorbansi standar galat. Hasil kurva standar ditunjukkan pada
asam galat yang diukur serapannya menggunakan Gambar 4.
alat spektrofotometer UV-Vis. Penentuan kadar
fenolik dilakukan menggunakan metode Folin-
Ciocalteu. Prinsip dari metode ini adalah reduksi
fosfomolibdat-fosfotungstat oleh inti aromatis
senyawa fenolik sehingga terbentuk kompleks
molibdenum tungsten yang berwarna biru. Reaksi
antara reagen Folin-Ciocalteu hanya dapat terjadi
pada suasana basa, sehingga diperlukan
penambahan natrium karbonat untuk membuat
lingkungannya menjadi basa. Suasana basa ini dapat
mendisosiasi proton pada senyawa fenolik menjadi
ion fenolat (Dewantara, 2021).
Absorbansi diukur pada panjang Gambar 4.
gelombang 600-800 nm, hasil yang didapatkan Kurva Regresi Linier Standar Asam
ditunjukkan pada Tabel Galat

Tabel 8. Standar asam galat dibuat dengan


Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat konsentrasi 60, 70, 80, 90, dan 100 ppm dari larutan
standar 1000 ppm. Pada pengukuran kurva kalibrasi
Panjang asam galat pada panjang gelombang 735,60 nm
Gelombang diperoleh persamaan regresi linear y = 0.0097x -
Sampel Absorbansi 0.1582 dengan nilai R2 = 0.999. Nilai (R2) ini
Maksimum
(nm) mendekati angka 1 yang menunjukkan bahwa
Asam galat 735,60 0,518 persamaan regresi tersebut adalah linier.

Penetapan Kadar Fenolik


Larutan sampel ekstrak daun sintrong
dibuat dengan melarutkan 15 mg ekstrak dalam 10
ml etanol 70%, kemudian dibuat replikasinya
sebanyak tiga kali. Absorbansi diukur pada panjang
gelombang 735,60 nm. Hasil pengukuran absorbansi
dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11.

Tabel 10.
Absorbansi Fenolik dari Sampel Daun Sintrong
Gambar 3. (Maserasi)
Panajang gelombang Maksimum Asam Galat
Sampel Absorbansi
Pembuatan Kurva Baku Asam Galat Sampel 1 0.741
dengan variasi konsentrasi 60, 70, 80, 90, Sampel 2 0.761
dan 100 ppm dari larutan induk 1000 ppm. Sampel 3 0.700
khKemudian diukur pada panjang gelombang Rata-rata 0.734
maksimum 735,60 nm. Hasil yang didapat
Tabel 11. 40, 50, 60, dan 70 ppm diukur pada panjang
Absorbansi Fenolik dari Sampel Daun Sintrong gelombang maksimum 688,40 nm. Hasil
(Refluks) ditunjukkan pada Tabel 13.
Tabel 13.
Sampel Absorbansi Konsentrasi dan Absorbansi Standar Asam
Sampel 1 0.806 Tanat
Sampel 2 0.825 Konsentrasi (ppm) Absorbansi
Sampel 3 0.831 30 0.219
Rata-rata 0.820 40 0.312
50 0.434
60 0.605
Dari data absorbansi di atas kemudian
70 0.702
dimasukkan ke dalam regresi linier yang telah
didapatkan yaitu y = 0.0097x - 0.1582. Sehingga
dari hasil penelitian ini diperoleh kadar fenolik Kurva baku asam tanat dibuat berdasarkan
ekstrak daun sintrong dan untuk metode ekstraksi data absorbansi dan konsentrasi larutan standar asam
maserasi diperoleh 118,68 mg/GAE/g ekstrak dan tanat. Hasil ditunjukkan pada Gambar 6.
kadar fenolik untuk metode ekstraksi refkuks adalah
136,55 mg/GAE/g ekstrak.

Hasil Penetapan Kadar Tanin

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum


Penetapan kadar tanin dilakukan dengan
menggunakan metode spektrofotometri UV–
Visibel. Sebelum dilakukan penentuan kadar
terlebih dahulu dilakukan penentuan panjang
gelombnag maksimum. Penentuan panjang
gelombang maksimum bertujuan untuk mengetahui
besarnya panjang gelombang yang dibutuhkan Gambar 6.
larutan asam tanat untuk mencapai serapan Kurva Regresi Linier Standar Asam
maksimum. (Pratama dkk., 2019). Penentuan
Tanat
panjang gelombang maksimum standar asam tanat Pada pengukuran kurva kalibrasi asam
diukur pada rentang 600-800 nm. Hasil ditunjukkan tanat pada panjang gelombang 688,40 nm diperoleh
pada Tabel 12. persamaan regresi linear y = 0,0126x - 0,1751
Tabel 12. dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,9901.
Panjang Gelombang Maksimum Asam Tanat Nilai (R2) yang mendekati satu menunjukkan bahwa
persamaan regresi tersebut adalah linear.
Panjang gelombang
Sampel Abs.
(nm) Hasil Penetapan Kadar Tanin
Asam Tanat 688,40 0,518 Larutan sampel ekstrak daun sintrong
dibuat dengan melarutkan 15 mg ekstrak dalam 10
ml aquabidestilata. Selanjutnya dibuat replikasinya
sebanyak tiga kali. Absorbansi diukur pada panjang
gelombang 688,40 nm. Hasil pengukuran absorbansi
dapat dilihat pada Tabel 14 dan 15.

Tabel 14.
Absorbansi Tanin dari Sampel Daun Sintrong
(Maserasi)

Sampel Absorbansi
Gambar 5.
Panajang gelombang Maksimum Asam Tanat Sampel 1 0.698
Sampel 2 0.667
Pembuatan Kurva Baku Asam Tanat Sampel 3 0.676
Kurva baku dibuat dengan menghubungkan Rata-rata 0.680
konsentrasi larutan standar dengan hasil serapannya.
Kurva standar dibuat dengan variasi konsentrasi 30,
Tabel 15. Rambutan (Nephelium lappaceum.L.)
Absorbansi Fenolik dari Sampel Daun Sintrong Secara Spektrofotometri Ultraviolet
(Refluks) Visibel. PHARMACY, Vol. 07 No.02,
ISSN 1693-3591.
Sampel Absorbansi Azizah D, Kumolowati E, dan Faramayuda F,
Sampel 1 0.752 2014, Penetapan Kadar Flavonoid
Metode Alumunium klorida pada
Sampel 2 0.759
Ekstrak Metanol Kulit Buah Kakao
Sampel 3 0.764 (Theobroma cacao L.). Kartika Jurnal
Rata-rata 0.758 Ilmiah Farmasi, Vol. 2 No 2, Hal 45-49,
ISSN 2354-6565.
Dari data absorbansi di atas kemudian Baud G, Sangi M, Koleangan H, 2014, Analisis
dimasukkan ke dalam regresi linier yang telah Senyawa Metabolit Sekunder Dan Uji
didapatkan yaitu y = 0,0126x - 0,1751. Sehingga Toksisitas Ekstrak Etanol Batang
dari hasil penelitian ini diperoleh kadar fenolik Tanaman Patah Tulang (Euphorbia
ekstrak daun sintrong dan untuk metode ekstraksi tirucalli L.) Dengan Metode Brine
maserasi diperoleh 80,17 mg/TAE/g ekstrak dan Shrimp Lethality Test (BSLT). Jurnal
kadar fenolik untuk metode ekstraksi refkuks adalah Ilmiah Sains Vol. 14 No. 2.
92,55 mg/TEA/g ekstrak. Depkes., 2008., Farmakope Herbal
Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesimpulan Kesehatan Republik Indonesia.
Dewantara, L.A.R., Ananto, A.G., Andayani, Y.,
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka 2021., Penetapan Kadar Fenolik Total
dapat disimpulkan bahwa : Ekstrak Kacang Panjang (Vigna
1. Kadar flavonoid dalam daun sintrong untuk
unguiculata) dengan Metode
metode ekstraksi maserasi diperoleh 24,46 Spektrofotometri UV-Visible., Jurnal
mg/QE/g ekstrak dan kadar flavonoid Ilmu Kefarmasian ,Vol 2 (1) hal. 13-19.
untuk metode ekstraksi refkuks adalah Dhurhania, C.E. dan Novianto A., 2018., Uji
31,13 mg//QE/g ekstrak.
Kandungan Fenolik Total dan
2. Kadar fenolik dalam daun sintrong untuk
Pengaruhnya terhadap Aktivitas
metode ekstraksi maserasi diperoleh
Antioksidan dari Berbagai Bentuk
118,68 mg/GAE/g ekstrak dan kadar
Sediaan Sarang Semut (Myrmecodia
fenolik untuk metode ekstraksi refkuks pendens)., Jurnal Farmasi dan Ilmu
adalah 136,55 mg/GAE/g ekstrak. Kefarmasian Indonesia., Vol. 5(2), 62-
3. Kadar tanin dalam daun sintrong untuk 68.
metode ekstraksi maserasi diperoleh 80,17
Elfiyani R, Radjab N, dan Harfiyyah L, 2014,
mg/TAE/g ekstrak dan kadar tanin untuk
Perbandingan Penggunaan Asam
metode ekstraksi refkuks adalah 92,55
Sitrat dan Tartrat Terhadap Sifat
mg/TAE/g ekstrak.
Fisik Granul Effervescent Ekstrak
4. Jumlah kadar flavonoid, fenolik, dan tanin
Kering Kulit Buah Manggis (Garcinia
dengn metode ekstraksi refluks lebih besar mangostana L.). Media Farmasi, Vol.
dari metode ekstraksi maserasi.
11 No.1,Hal 7-17.
Hartini S, dan Wulandari T, 2016, Buku Panduan
DAFTAR PUSTAKA
Praktikum Farmakologi Fitokimia.
Alfian, Riza dan Susanti, H., 2012., Penetapan Jurnal Laboratorium Farmakognosi-
Kadar Fenolik Ekstrak Metanol Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas
Kelopak Bunga Rosella Merah Sanata Dharma, hal. 0–22.
(Hibiscus sabdariffa Linn.) Dengan Jubaidah, S., Sundu, R., Sabriningsih, N., 2019.,
Variasi Tempat Tumbuh Secara Penetapan Kadar Fenolik Total Fraksi
Spektrofotometri., Jurnal Ilmiah Polar dan Nonpolar Daun Rambai
Kefarmasian, 2(1), 73-80. Laut (Sonneratia Caseolaris L.)
Aminah, Tomayahu N, dan Abidin Z, 2017, dengan Metode Spektrofotometri Uv-
Penetapan Kadar Flavonoid Total Vis., Jurnal Riset Kefarmasian
Ekstrak Etanol Kulit Buah Alpukat Indonesia., Vol. 1(2) hal. 140-147.
(Persea americana Mill.) dengan Khadijah, Jayali1 A, Umar S, Sasmita L, 2017,
Metode Spektrofotometri Uv-Vis. Penentuan Total Fenolik Dan
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol. 4 Aktivitas Antioksidan Ekstrak
No.2. EtanolDaun Samama (Anthocephalus
Andriyani D, Utami P, dan Dhiani B, 2010, macrophylus) Asal Ternate, Maluku
Penetapan Kadar Tanin Daun Utara., Jurnal Kimia Mulawarman
Volume15.
Pratama M, Razak R, dan Rosalina V, 2019,
Analisis Kadar Tanin Total Ekstrak
Etanol Bunga Cengkeh (Syzygium
aromaticum L.) Menggunakan
Metode Spektrofotometri Uv-Vis.
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol. 6
No.2, 368-373.
Sari M, Ulfa R, dan Marpaung M, 2021,
Penentuan Aktivitas Antioksidan dan
Kandungan Flavonoid Total Ekstrak
Daun Papasan (Coccinia grandis L.)
Berdasarkan Perbedaan Pelarut
Polar. Jurnal Riset Kimia, 7(1), 2021:
30-41.
Simanungkalit E, Duniaji A, dan Ekawati I, 2020,
Kandungan Flavonoid dan Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
Sintrong (Crassocephalum crepidiodes)
Terhadap Bakteri Bacillus cereus.
Jurnal Itepa, 9 (2), Hal 202-210, ISSN :
2527-8010.

Anda mungkin juga menyukai