Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN ANALISIS KASUS

PASIEN DENGAN CORONA VIRUS DISEASE 19

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Stase Keperawatan Medikal Bedah

OLEH

NUR ISTIQOMAH

I4B019080

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
2020
A. PENGKAJIAN
Tanggal : 23 Maret 2020
Jam : 10.00 WIB - selesai
1. Identitas Pasien
Nama : Nn S
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jl. Balaikota
No RM : CAABB
Diagnosa medis : Covid-19
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : pasien mengatakan Sesak dan kesulitan bernafas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Sekitar 2 minggu yang lalu pernah menghadiri pemakaman seseorang yang terdiagnosis positif Covid-
19. 5 hari kemudian mengeluhkan batuk kering dan diperiksa dengan rapid test tanggal 29 Maret 2020
didapatkan hasil negative sehingga Nn. S pulang ke rumah orang tuanya. Setelah 5 hari di rumah orang
tuanya pasien mengeluh batuk kering, demam 39 C. tubuh terasa lemas, nyeri otot, mengalami sesak
dan kesulitan bernapas. Klien di bawa ke RS pada tanggal 5 April 2020 dan bertambah mengalami sesak
napas, terasa seperti ada cairan yang memenuhi paru-parunya, dan pasien kehilangan nafsu makan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit 10 tahun yang lalu akibat demam.
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit sama. Sampai saat ini juga
keluarganya belum ada yang mengalami gejala seperti yang dialami pasien.
3. Pola Fungsional
a. Pola Kesehatan Fungsional
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting. Setelah adanya kasus Covid di Indonesia
ia selalu menjaga kebersihan dengan sering mencuci tangan sehingga klien merasa dirinya aman dan
sehat setelah mendapat rapid test Covid 19 negatif. Setelah dirawat di RS dan mengetahui bahwa dirinya
menderita penyakit Covid klien mengatakan takut menularkan pada keluarganya.
b. Pola Nutrisi Metabolik :
Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan sayur dan lauk serta minum cukup 8
gelas/hari (1800 ml)
Selama sakit : Pasien mengatakan selama sakit kadang mengalami penurunan nafsu makan. Pasien
makan 3x sehari namun hanya menghabiskan 1/3 porsi makanan dan hanya minum 4 gelas sehari (900
ml). Klien mendapat IVF NS 500ml 20tpm.
c. Pola Eliminasi :
Sebelum sakit : Sebelum sakit pasien BAB 1 atau 2x/hari dengan konsistensi lunak berwana kuning,
dan berbau khas feses serta tidak merasa nyeri. Dan BAK 4x/hari berwarna kuning jernih dan tidak
nyeri.
Selama sakit : Pasien mengatakan frekuensi BAB sebanyak 1x/hari dengan konsistensi lunak, berwarna
kuning kecoklatan, bau khas feses serta tidak disertai nyeri, sedangkan frekuensi BAK pasien 3x/hari
berwarna kuning jernih, tidak nyeri. Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada eliminasi dan tidak
terpasang kateter.
d. Pola Aktivitas Latihan :
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri,
seperti berpakaian, mandi, makan, toileting dll. Pasien bekerja sebagai karyawan swasta yang bekerja
hingga pukul 16.00 setiap harinya.
Selama sakit : Pasien hanya berbaring ditempat tidur karena sesak nafas dan sulit beraktivitas.
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/ minum v
Toileting v
Berpakaian v
Mobilitas di tempat tidur v
Berpindah v
Ambulasi/ ROM v
Keterangan :
0= mandiri
1= dengan alat bantu
2= dibantu orang lain
3= dibantu orang lain dan alat
4= tergantung total
e. Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidur selama 6 jam
Selama sakit : pasien mengatakan waktu tidurnya terganggu akibat sesak nafas yang dialami. Dan hanya
bisa tidur selama 4 jam.
f. Pola Persepsi Kognitif
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam penglihatan, pendengaran, perasa dan penciuman. Pasien
mengatakan sudah cukup mengetahui mengenai covid 19 dari informasi internet.
g. Pola Persepsi Diri – Konsep Diri
Pasien mengatakan dirinya adalah orang yang cukup pendiam dan tidak memiliki banyak teman dan
lebih dekat dengan keluarganya. Pasien mengatakan menerima kondisinya saat ini. Pasien mengatakan
ikhlas dengan sakit yang dideritanya. Pasien juga mengatakan tidak ada rasa cemas pada dirinya tentang
penyakit yang dideritanya namun pasien mengatakan takut keluarganya juga tertular.
h. Pola Peran Hubungan
Pasien mengatakan di rumah tinggal bersama ayah dan ibunya. Pasien mengatakan tidak memiliki
masalah dengan keluarga, dan tetangga. Pasien mengatakan sangat mendapat dukungan atau motivasi
dari keluarga (orangtua, kakak, dan adik-adiknya). Ketika ada masalah, pasien akan berdiskusi dengan
orangtuanya.
i. Pola Seksual Reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan belum menikah dan memiliki siklus haid normal dengan rentang
28-35 hari setiap bulan.
j. Pola Koping Toleransi Stress
Pasien mengatakan cara ia menyelesaikan masalah dan mengatasi stress yang dialaminya yaitu dengan
bercerita kepada orangtuanya. Setelah bercerita pasien selalu merasa lebih baik.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Pasien berlatar belakang budaya jawa dan beragama islam. Pasien mengatakan tidak ada perilaku
kesehatan yang berhubungan dengan budaya maupun kelompok etnis. Agama juga sangat penting dan
pasien mengatakan semua yang terjadi sudah kehendak-Nya dan harus menerima serta tetap bersyukur
dan berdoa, walaupun keadaannya yang sekarang tentu bukan keinginannya.
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah, pasien terlihat gelisah
Kesadaran : compos mentis
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 80x/ menit
RR : 28/ menit
Suhu : 38,60C
BB : 60
TB : 160
a. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, tidak ada massa yang abnormal, rambut hitam, bersih, tidak
berminyak, dan tidak rontok.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembengkakan di area kepala
b. Mata
Inspeksi : Bentuk kedua mata simetris, reflek kedip baik, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
dan pupil isokor
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan kedua mata teraba lunak
c. Hidung
Inspeksi : Hidung bilateral, tidak ada polip, alergi dan sinus, tidak ada pernafasan cuping hidung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada massa
d. Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi : gigi lengkap, gusi tidak berdarah, tidak ada stomatitis, lidah bersih dan tidak ada kesulitan
menelan, mukosa bibir kering dan terdapat bau mulut
e. Telinga
Inspeksi : Kedua telinga simetris, bersih, tidak ada sekret dan tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
f. Pemeriksaan leher
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan tidak ada peningkatan JVP
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan pada leher
g. Pemeriksaan dada
Inspeksi : Dada simetris, ada retraksi dinding dada, tidak ada lesi dan tidak menggunakan otot bantu
pernapasan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Redup di kedua lapang paru
Auskultasi: suara nafas krakles, suara paru broncho vesikular
h. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Tidak ada massa abnormal, tidak tampak iktus kordis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung lupdup
i. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris
Auskultasi: Bising usus 14x/ menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
j. Ekstremitas (Muskuloskeletal)
Inspeksi : Kedua ekstremitas atas dan bawah simetris, tidak ada fraktur, kuku tidak sianosis, pasien
tidak mengalami kelemahan anggota gerak
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

k. Integumen
Inspeksi : Warna kulit pucat, tidak ada lesi, turgor kulit kering
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, capillary refill < 2 detik, badan teraba hangat

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal pemeriksaan: 6 April 2020 , 09.00 WIB
Jenis Hasil Satuan Nilai Rujukan
Pemeriksaan Darah Lengkap
Leukosit 11,35 X10^3/ul 4-11
Eritrosit 5.10 X10^6/ul 4.6-6.2
Hemoglobin 10.4 g/dl 12.5-18
Hematokrit 39.4 % 40-50
Trombosit 284 X10^3/ul 150-400
Neutrophil 77.4 % 60-70
Lymfosit 16.6 % 20-35
Monosit 5.9 % 2-8
Eosinophil 0.0 % 1-4
Basophil 0.1 % 0-1
MCV 77.3 fL 82-92
MCH 26.3 pg 27-31
MCHC 34.0 g/dl 32-36
Kimia Darah
Cholesterol LDL 77 mg/dl < 100
Ureum 19 mg/dl 15-45
Creatinin 0.8 mg/dl 0.6-1.3
SGOT 44 U/L 0 - 37
SGPT 42 U/L 0 - 42
Paket Elektrolit
Natrium 129 mEq/L 135 -145
Kalium 3.8 mEq/L 3.5 - 5
Klorida 96 mEq/L 95 - 105
Serologi/imunologi
CRP POS NEG
HBsAg Kualitatif Non reaktif NON REAKTIF
Analisa Gas Darah
pH 7,64 7,35-7,45
HCO3 30 mEq/L 22-28
PaO2 75 mmHg 75-100
PaCO2 46 mmHg 38-42
SaO2 92 % 94-100

b. Rontgen thorax
Hasil pemeriksaan : coracan bronchovaskuler ramai dengan bercak interstitial dan ground glass basal
kedua paru, cord an aorta normal, kedua sinus dan diafragma normal, tulang-tulang normal. Kesimpulan
: Sugestif viral pneumonia bilateral
6. Terapi
Tanggal Jenis terapi Dosis Jalur
5 April 2020 Cefriaxon 1x2g IV
Vitamin C 3x1 mg oral

Ambroxol 3x1 mg oral

Ranitidine 2x mg IV
IVFD NS 20tpm IV

Paracetamol 3x500 mg oral

azithromisin 1x50 mg IV
Terapi oksigen 5lpm Nasal

B. ANALISIS DATA
Data Etiologi Masalah
DS : Infeksi (novel Ketidakefektifan bersihan
- Pasien mengeluh batuk kering dan sesak nafas dan coronavirus 2019) jalan nafas
merasa ada cairan di paru-parunya
DO :
- Suara nafas krakles
- Hasil perkusi redup
- Ada retraksi dinding dada
- RR : 28/menit
- Pasien diberi terapi ambroxol
- CRP Positif
DS Perubahan membran Gangguan pertukaran gas
- Pasien mengatakan sesak nafas alveolar kapiler
DO
- RR 28/menit
- Warna kulit pucat
- Hasil perkusi redup
- Hasil rontgen thorax: sugestif viral pneumonia
bilateral
- pH 7,64
- HCO3 30 mEq/L
- PaCO246 mmHg
- SaO2 92 %
DS : Penyakit (Covid-19) Hipertermi
- Pasien mengeluh demam sejak 3 hari yang lalu
DO :
- Suhu : 38.6 ℃
- RR : 28/menit
- CRP Positif
DS : Faktor biologis Ketidakseimbangan
- Pasien mengeluh tidak nafsu makan nutrisi: kurang dari
DO : kebutuhan tubuh
- Pasien hanya menghabiskan 1/3 porsi makanan
yang disediakan rumah sakit
- Setelah sakit, pasien mengatakan hanya minum 4
gelas/hari (900 ml)
- Membran mukosa bibir kering

C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan infeksi (novel coronavirus) ditandai dengan
perubahan frekuensi nafas dan adanya suara nafas tambahan
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveoli ditandai dengan pola pernafasan
abnormal dan warna kulit pucat
3. Hipertermi berhubungan dengan penyakit (covid-19) ditandai dengan takipneu dan kulit teraba hangat
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan
ditandai dengan kurang minat pada makanan dan membrane mukosa pucat
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Evaluasi


Keperawatan

1 Ketidakefektifa Setelah diberikan asuhan Manajemen Jalan Nafas  Mengontrol status pernafasan yang  Status pernafasan pasien stabil
n bersihan jalan keperawatan selama 3x 24 jam sewaktu waktu dapat berubah  Pasien dapat mengeluarkan
 Monitor status pernafasan
nafas diharapkan status pernapasan pasien  Fisioterapi dada dapat membantu sputum dan tidak mengalami
membaik dengan kriteria hasil dan
pengeluaran sputum dalam usaha sesak nafas akibat tindakan
sebagai berikut : oksigenasi,sebagaimana
menjaga kepatenan jalan nafas tersebut
mestinya
 Batuk efektif dapat membantu  Pasien tidak merasa kesakitan
Indikator Awal Target  Lakukan fisioterapi dada
pengeluaran sputum dalam usaha saat melakukan batuk efektif
sebagaimana mestinya
Frekuensi 2 4 menjaga kepatenan jalan nafas  Setelah dilakukan intervensi
 Intruksikan bagaimana
pernafasan  Untuk mengetahui bagian paru hasil auskultasi vesikuler
agar bisa melakukan
paru yang terkena gangguan  Pasien mengatakan dapat
batuk efektif
Suara auskultasi 2 4  Membantu pengembangan paru bernafas dengan lebih mudah
nafas  Auskultasi
secara maksimal  Frekuensi pernapasan membaik
suara,nafas,catat area
Batuk 2 4  Terapi oksigen membantu RR 21x/menit
yang ventilasinya
memenuhi kebutuhan oksigen  Tidak terdapat retraksi dinding
menurun atau tidak ada
Retraksi 2 4 pasien dada
dan adanya suara
dinding dada  Mengencerkan sekret
tambahan (krakles)
Keterangan :  Posisikan pasien semi
1 : deviasi berat dari kisaran normal fowler untuk meringankan
2 : deviasi yang cukup berat dari sesak nafas
kisaran normal  Berikan oksigen 5lpm
3 : deviasi sedang dari kisaran normal menggunakan Nasal kanul
4 : deviasi ringan dari kisaran normal  Kolaborasi pemberian
5 : tidak ada deviasi dari kisaran ambroxol 3x1 mg peroral
normal
Gangguan Setelah diberikan asuhan Manajemen asam basa  Membantu pengembangan paru  PaCO2 40 mmHg
pertukaran gas keperawatan selama 3x 24 jam secara maksimal  SaO2 96%
 Posisikan semi fowler
diharapkan pernafasan;pertukaran  Memantau status pernafasan  pH arteri 7,4
 Monitor pola pernafasan
gas klien membaik dengan kriteria  Mengetahui terjadinya gagal nafas  HCO3 26 mEq/L
 Monitor adanya kegagalan
hasil sebagai berikut :  membantu memenuhi kebutuhan  Hasil rontgen dada membaik
nafas
oksigen pasien  Klien tidak terlihat pucat
Indikator Awal Target  Berikan terapi oksigen
 Klien mengatakan tidak terlalu
menggunakan Nasal kanul
PaCO2 2 4 lemas
5L
SaO2 2 4

pH arteri 2 4
HCO3 2 4

Hasil rontgen 2 4
dada

Keterangan :
1 : deviasi berat dari kisaran normal
2 : deviasi yang cukup berat dari
kisaran normal
3 : deviasi sedang dari kisaran normal
4 : deviasi ringan dari kisaran normal
5 : tidak ada deviasi dari kisaran
normal

3 Hipertermi Setelah diberikan asuhan Perawatan Demam  Suhu dan tanda-tanda vital dapat  RR 21x/menit, nadi 85x/menit,
keperawatan selama 3x 24 jam berubah sewaktu-waktu TD 100/70
 Pantau suhu dan tanda-
diharapkan status termoregulasi  Meningkatkan rasa nyaman pasien  Pasien merasa nyaman dan
pasien membaik dengan kriteria tanda vital lainnya
disaat suhu tubuh mengalami tidak mengalami gejala
hasil sebagai berikut :  Menyediakan pakaian peningkatan tambahan
atau linen tempat tidur
 Menurunkan suhu tubuh pasien  Suhu 37,6
Indikator Awal Target yang ringan
 Membantu memenuhi kebutuhan  Pasien tidak mengalami
 Beri obat antipiretik
Tingkat 4 5 oksigen pada pasien kesulitan bernafas
(paracetamol 3x500 mg)
pernafasan
 Berikan oksigen 5lpm
Peningkatan 4 5 menggunakan nasal kanul
suhu kulit  Berikan kompres hangat

Hipertermi 4 5

Keterangan :
1 : sangat terganggu
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
5 : tidak terganggu

4 Ketidakseimba Setelah diberikan asuhan Manajemen Nutrisi  Sebagai data awal untuk  Status gizi pasien baik
ngan nutrisi: keperawatan selama 3x 24jam menentukan intervensi dan  Status hidrasi pasien baik
kurang dari diharapkan status nutrisi pasien  Kaji status gizi pasien dan mengevaluasi intervensi ditandai dengan mukosa
kemampuan pasien untuk
kebutuhan membaik dengan kriteria hasil  Status hidrasi dapat berubah sesuai lembab, tidak pucat, turgor
tubuh sebagai berikut : memenuhi kebutuhan gizi
kondisi pasien kulit baik
 Monitor status hidrasi
 Membantu memenuhi kebutuhan  Pasien tidak mengalami alergi
Indikator Awal Target  Berikan IVFD NS 20tpm cairan pasien pada makanan yang disediakan
 Atur diet yang diperlukan  Diet tinggi protein, vitamin dan  Mulut pasien bersih dan segar
Asupan 4 5
yaitu dengan tinggi mineral membantu proses serta nafsu makan pasien
makanan
protein, menambah penyembuhan dan pemulihan mengalami peningkatan
vitamin, mineral. pasien dari infeksi
Asupan cairan 4 5  Lakukan atau bantu  Mulut yang bersih dan tidak berbau  Pasien paham akan kondisinya
pasien terkait perawatan akan meningkatkan nafsu makan saat ini
Hidrasi 4 5 mulut pasien  Pasien tidak mengeluh sakit
Keterangan :  Berikan informasi terkait  Meningkatkan pengetahuan pasien perut
1 : sangat menyimpang dari rentang diet yang diperlukan terkait kondisinya
normal pasien  Membantu menurunkan asam
2 : banyak menyimpang dari rentang  Berikan obat ranitidine lambung berlebih
normal sebelum makan
3 : cukup menyimpang dari rentang
normal
4 : sedikit menyimpang dari rentang
normal
5 : tidak menyimpang dari rentang
normal
E. WEB OF CAUSATION

Etiologi : virus Novel Coronavirus Pemeriksaan Penunjang


2019
WOC Corona Disease 19 1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Leukosit
Penularan : akibat kontak dengan 11,35 X10^3/ul, Hemoglobin 10.4 g/dl,
pasien positive Covid-19 Lymfosit 16.6 %
Infeksi novel coronavirus 2019 (Covid-19) merupakan suatu infeksi saluran pernapasan 2. Kimia Darah : SGOT 44 U/L, Natrium 129
dengan coronavirus yang baru dikenali yang merupakan virus zoonosis yang telah bermutasi mEq/L
Manifestasi Klinis : atau diadaptasi dengan cara yang memungkinkan dalam menginfeksi manusia 3. Serologi/imunologi : CRP Positif
1. Demam (suhu >38C) 4. Analisa Gas Darah: pH 7,64, HCO3 30,
2. Batuk PaCO2 46, SaO2 92
Virus melekat pada sel host dengan perantara protein S 5. Rontgen thorax : Sugestif viral pneumonia
3. Kesulitan bernapas
4. Anemia, peningkatan enzim bilateral
SGOT Virus masuk ke pembuluh darah Virus masuk ke saluran napas
bawahbawah

Intervensi Memicu sekresi pyrogen Virus bereplikasi


 Menyediakan pakaian atau linen endogen
Dilatasi pembuluh darah
tempat tidur yang ringan
Bau mulut tidak
 Beri kompres hangat Reaksi antigen-antibodi
sedap Eksudat masuk alveoli
 Beri obat paracetamol 3x500mg Hipotalamus
 Beri obat antibiotik Ceftriaxone 1x
2 mg dan azithromisin 1x50 mg Mukus ↑ Peradangan
Suplai oksigen ↓
Klien mengatakan nafsu
Suhu tubuh 38.6o C makan menurun, hanya
pH 7,64, HCO3 30 mEq/L,
PaCO2 46 mmHg, SaO2 92%
menghabiskan 1/3 porsi
Respon makan, dan hanya minum 4
 Pasien merasa nyaman dan Pasien mengeluh batuk, sesak nafas, hasil
Dx. Hipertermi gelas/hari pemeriksaan auskultasi paru : krekels, RR :
tidak mengalami gejala
22x/menit, hasil pemeriksaan rotgen thorax:
tambahan Gangguan pertukaran gas
sugestif viral pneumonia bilateral, Pasien
 Suhu 37,6 diberi terapi ambroxol
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
Intervensi kebutuhan tubuh Intervensi
 Berikan IVFD NS 20tpm  Monitor pola pernafasan
 Atur diet tinggi protein, menambah vitamin, Ketidakefektifan  Monitor adanya kegagalan nafas
mineral. bersihan jalan nafas  Berikan terapi oksigen
 Lakukan atau bantu pasien terkait perawatan mulut menggunakan NRM 8L
sebelum
 Berikan obat ranitidine sebelum makan Intervensi Respon
 Lakukan fisioterapi dada  Pasien dapat mengeluarkan
 Intruksikan batuk efektif sputum dan tidak mengalami Respon
Respon  Posisikan pasien semi sesak nafas akibat tindakan  PaCO2 40 mmHg
 Status hidrasi pasien baik ditandai dengan mukosa lembab, tidak fowler tersebut  SaO2 96%
pucat, turgor kulit baik  Berikan oksigen 5L  Pasien tidak merasa kesakitan  pH arteri 7,4
 Pasien tidak mengalami alergi pada makanan yang disediakan NASAL KANUL saat melakukan batuk efektif  HCO3 26 mEq/L
 hasil auskultasi vesikuler
 Mulut pasien bersih dan segar serta nafsu makan pasien  Hasil rontgen dada
mengalami peningkatan  Frekuensi pernapasan membaik
membaik RR 21x/menit  Klien tidak terlihat pucat
 Tidak terdapat retraksi dinding  Klien mengatakan tidak
dada terlalu lemas
F. Implementasi pencegahan dan pengendalian Infeksi di rumah sakit
1. Triase
● Masker medis untuk pasien suspek
● Ruang isolasi atau area terpisah
● Jarak minimal 1 meter dari pasien lain
● Ajari etika batuk dan bersin ● Hand hygiene
2. Kewaspadaan Pencegahan transmisi droplet
● Gunakan masker medis jika bekerja dalam 1-2 meter dari pasien
● Satu ruang khusus atau disatukan dengan etiologi yang sama
● Jika etiologi tidak pasti, satu group pasien dengan diagnosis klinis sama dan risiko
epidemiologi sama, dengan pemisahan spasial
● Gunakan pelindung mata jika menangani dekat pasien
● Batasi aktivitas paesien keluar ruangan
3. Kewaspadaan Pencegahan kontak
Mencegah dari area atau peralatan yang terkontaminasi
● Gunakan APD lengkap, dan lepas jika keluar
● Jika memungkinkan gubakan alat sekali pakai contoh stetoskop, termometer,
● Hindari mengkontaminasi daerah yang tidak secara langsung terkait perawatan pasien
seperti gagang pintu
● Ventilasi ruangan adekuat
● Hand hygiene
● Hindari pemindahan pasien
4. Kewaspadaan pencegahan airborne ketika melakukan prosedur alat saluran napas
Seperti: suction, intubasi, bronkoskopi, RJP.
● APD lengkap mencakup sarung tangan, jubah, pelindung mata, masker N95
● Gunakan ruangan ventilasi tunggal jika memungkinkan , ruangan tekanan negatif,
● Hindari keberadaan individu yang tidak dibutuhkan
● Setelah tindakan tatalaksana sesuai dengan tipe ruangannya
A. Pengertian
Infeksi novel coronavirus 2019 (Covid-19) merupakan suatu infeksi saluran
pernapasan dengan coronavirus yang baru dikenali yang merupakan virus zoonosis
yang telah bermutasi atau diadaptasi dengan cara yang memungkinkan dalam
menginfeksi manusia (Perlman 2020)
B. Etiologi
Infeksi ini disebabkan oleh virus Novel Coronavirus 2019
Faktor Resiko
1. Usia
Sebagian besar kasus covid 19 yang terlaporkan adalah pada usia dewasa tengah
dan lanjut usia, walau beberapa ada yang menginfeksi pada anak dan remaja.
2. Jenis kelamin
Dalam seri kasus yang diterbitkan, laki-laki lebih sering terkena daripada
perempuan secara keseluruhan.
3. Faktor resiko lain
Kurang menjaga kebersihan diri dapat meningkatkan resiko terinfeksi virus ini,
karena cara penularan virus ini adalah melalui kontak, droplet, rute fases, dan oral
(Burhan et al. 2020; Perlman 2020)
C. Tanda dan Gejala
Gejala klinis ringan seperti common cold dan faringitis sampai berat seperti SARS atau
MERS serta beberapa strain menyebabkan diare pada dewasa. Gejala klinis utama yang
muncul yaitu demam (suhu >38C), batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat
disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare
dan gejala saluran napas lain.
Beberapa sindrom klinis yang dapat muncul :
a. Tidak ada komplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala yang
tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai
dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot.
Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien
immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu,
pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif ringan.
Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi,
sepsis atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada
tanda pneumonia berat.
c. Pneumonia berat
Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas. Tanda
yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit), distress pernapasan
berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar.
d. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
 ARDS ringan : 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg (dengan PEEP atau
CPAP ≥5 cmH2O atau tanpa diventilasi)
 ARDS sedang : 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤200 mmHg dengan PEEP ≥5
cmH2O atau tanpa diventilasi
 ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O atau tanpa
diventilasi
e. Sepsis
Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh terhadap suspek infeksi
atau infeksi yang terbukti dengan disertai disfungsi organ.
f. Syok Septik
Syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi volum adekuat sehingga
diperlukan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan serum laktat
> 2 mmol/L.
g. Leukopenia, anemia, peningkatan enxim SGOT dan SGPT
(Burhan et al. 2020; Xu et al. 2020)
D. Patofisiologi
Pertama, penempelan dan masuknya virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang
ada dipermukaan virus. Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari
RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA
melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah
perakitan dan rilis virus. Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas
kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya).
Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus
dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel
gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit
sekitar 3-7 hari. Virus yang masuk ke dalam aliran darah akan memicu produksi
pyrogen endogen yang mempengaruhi hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh
sehingga terjadilah demam. Virus yang masuk ke paru-paru akan terus bereplikasi dan
memicu reaksi antigen-antibodi. Reaksi inflamasi yang terjadi akan menyebabkan
dilatasi pembuluh darah sehingga eksudat masuk ke dalam alveoli sehingga
menyebabkan gangguan pertukaran gas yang dimanifestasikan dengan peningkatan
frekuensi nafas. Reaksi antigen-antibodi juga menyebabkan peningkatan produksi
mukus sehingga menyebabkan bersihan jalan nafas tidak efektif.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks
Pada pencitraan dapat menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental,
lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass. Pada stage awal, terlihat
bayangan multiple plak kecil dengan perubahan intertisial yang jelas menunjukkan
di perifer paru dan kemudian berkembang menjadi bayangan multiple ground-glass
dan infiltrate di kedua paru. Pada kasus berat, dapat ditemukan konsolidasi paru
bahkan “white-lung” dan efusi pleura
2. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
 Saluran napas atas dengan swab tenggorok(nasofaring dan orofaring)
 Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan
endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal)
3. Bronkoskopi
4. Pungsi pleura
5. Pemeriksaan kimia darah
 Darah perifer lengkap : Leukosit dapat ditemukan normal atau menurun;
hitung jenis limfosit menurun. Pada kebanyakan pasien LED dan CRP
meningkat
 Analisis gas darah
 Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan otot meningkat)
 Fungsi ginjal
 Gula darah sewaktu
 Elektrolit
 Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer), pada kasus berat, D dimer
meningkat
 Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
 Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis)
6. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan penularan)

F. Penatalaksanaan
1. Isolasi pada semua kasus
Sesuai dengan gejala klinis yang muncul, baik ringan maupun sedang. Pasien bed-
rest dan hindari perpindahan ruangan atau pasien
2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi
3. Terapi oksigen
Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan distress napas, hipoksemia
atau syok. Terapi oksigen pertama sekitar 5l/menit dengan target SpO2 ≥90% pada
pasien tidak hamil dan ≥ 92-95% pada pasien hamil
4. Terapi Cairan
Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok. Pasien dengan Severe
Acute Respiratory Infection (SARI) harus diperhatikan dalam terapi cairannya,
karena jika pemberian cairan terlalu agresif dapat memperberat kondisi distress
napas atau oksigenasi
5. Pemberian antibiotik empiris
Walaupun pasien dicurigai terinfeksi virus COVID-19, namun direkomendasikan
pemberian antimikroba empiris yang tepat dalam 1 jam identifikasi sepsis.
Antibiotik empiris harus berdasarkan diagnosis klinis, epidemiologi lokal, data
resistensi dan panduan tatalaksana
6. Pemberian obat antivirus
Remdesivir saja dan dalam kombinasi dengan chloroquine atau interferon beta
secara signifikan memblokir replikasi SARSCoV-2 dan membantu pasien pulih
secara klinis (Adnan et al. 2020)
7. Terapi simptomatik
Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan lainnya jika
memang diperlukan
8. Observasi ketat
Kondisi pasien perlu diobservasi ketat terkait tanda-tanda perburukan klinis,
kegagalan respirasi progresif yang cepat, dan sepsis sehingga penanganan
intervensi suportif dapat dilakukan dengan cepat (Burhan et al. 2020).

Anda mungkin juga menyukai