KEMITRAAN ANTARWIRAUSAHA
Tugas Rutin
10
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Sedangkan
Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra.
Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis di mana pemasok dan
pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama.
Menurut Dr. Muhammad Jafar Hafsah, kemitraaan adalah suatu
strategis bisnis yang dilakukakn oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu
tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan
dan saling membesarkan.
Kemitraan di negara-negara yang telah lebih maju itu adalah karena
kemitraan usahanya terutama didorong oleh adanya kebutuhan dari pihak-pihak
yang bermitra itu sendiri, atau diprakarsai oleh dunia usahanya sendiri
sehingga kemitraan dapat berlangsung secara alamiah. Hal ini dimungkinkan
mengingat iklim dan kondisi ekonomi negara mereka seperti Korea Selatan,
Jepang dan Taiwan dan sebagainya telah cukup memberikan rangsangan ke
arah kemitraan yang berjalan sesuai dengan kaidah ekonomi yang berorientasi
pasar.
Sebagai suatu strategi pengembangan usaha kecil, kemitraan telah
terbukti berhasil diterapkan di banyak negara, antara lain di Jepang dan empat
negara macan Asia, yaitu Korea Selatan, Taiwan, Jepang, dan sebagainya. Di
negara-negara tersebut kemitraan umumnya dilakukan melalui pola sub
kontrak yang memberikan peran kepada industri kecil dan menengah sebagai
pemasok bahan baku dan komponen industri besar.
Oleh karena itu, demi kemajuan suatu kemitraan di Negara Indonesia
sendiri, maka makalah ini dibuat agar dapat memberi kejelasan secara pasti
mengenai kemitraan usaha agar dapat diterapkan secara nyata dan konkret.
B. Tujuan
Tujuan umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang apa saja yang ada pada kemitraan
dalam berwirausaha.
2. Meningkatkan profit pada pihak – pihak yang bermitra.
3. Memperbaiki pengetahuan situasi pasar serta memperbaiki proses produksi
4. Memperoleh tambahan pelanggan atau para pemasok baru
5. Meningkatkan perkembangan produk serta meningatkan akses terhadap
teknologi.
Tujuan khusus
1. Dapat menjelaskan definisi dari kemitraan usaha.
2. Dapat menyebutkan dari dasar kemitraan
3. Dapat mengetahui bagaimana alasan terjadinya kemitraan usaha.
4. Dapat menganilisis kemitraan usaha.
5. Untuk mengetahui kebijakan usaha nasional dan implementasinya.
6. Dapat menjelaskan pola dari kemitraan usaha
7. Agar dapat mengidentifikasi kendala dari kemitraan usaha.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kemitraan dalam berwirausaha adalah jalinan kerjasama usaha yang
saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah
atau besar (Perusahaan Mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan
oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan dan
memperkuat.
Kemitraan usaha akan menghasilkan efisiensi dan sinergi sumber daya
yang dimiliki oleh pihak-pihak yang bermitra dan karenanya menguntungkan
semua pihak yang bermitra. Kemitraan juga memperkuat mekanisme pasar dan
persaingan usaha yang efisien dan produktif. Bagi usaha kecil kemitraan jelas
menguntungkan karena dapat turut mengambil manfaat dari pasar, modal,
teknologi, manajemen, dan kewirausahaan yang dikuasai oleh usaha besar.
Usaha besar juga dapat mengambil keuntungan dari keluasan dan kelincahan
usaha kecil.
Kemitraan hanya dapat berlangsung secara efektif dan
berkesinambungan jika kemitraan dijalankan dalam kerangka berfikir
pembangunan ekonomi, dan bukan semata-mata konsep sosial yang dilandasi
motif belas kasihan atau kedermawanan.
B. Dasar Kemitraan
1. Bersifat bisnis
2. Saling membutuhkan
3. Saling percaya
4. Sukarela
5. Disiplin
6. Saling menguntungkan
7. Accountable
8. Saling memperkuat
C. Alasan Terjadinya Kemitraan Berwirausaha
Kemitraan usaha haruslah berdasarkan asas sukarela dan suka sama
suka. Dalam kemitraan harus dijauhkan “kawin paksa”. Oleh karena itu, pihak-
pihak yang bermitra harus sudah siap untuk bermitra, baik kesiapan budaya
maupun kesiapan ekonomi. Jika tidak, maka kemitraan akan berakhir sebagai
penguasaan yang besar terhadap yang kecil atau gagal karena tidak bisa jalan.
Artinya, harapan yang satu terhadap yang lain tidak terpenuhi, maka beberapa
alasan terjadi kemitraan dikemukakan dalam tujuan kemitraan sebagai berikut:
a. Meningkatkan profit atau sales pihak-pihak yang bermitra
b. Memperbaiki pengetahuan situasi pasar
c. Memperoleh tambahan pelanggan atau para pemasok baru
d. Meningkatkan pengembangan produk
e. Memperbaiki proses produksi
f. Memperbaiki kualitas
g. Meningkatkan akses terhadap teknologi
E. Pola Kemitraan
Banyak program pemerintah dan pola-pola kemitraan yang dibuat
demi usaha kecil. Hal ini bertujuan untuk mendorong dan menumbuhkan usaha
kecil tangguh dan modern. Usaha kecil sebagai kekuatan ekonomi rakyat dan
berakar pada masyarakat dan usaha kecil yang mampu memperkokoh struktur
perekonomian nasional yang lebih efisien. Pola-pola kemitraan tersebut antara
lain:
1. Kerjasama keterkaitan antar hulu-hilir (forward linkage)
Pembangunan industri dasar dengan skala besar yang dilakukan untuk
mengolah langsung sumber daya alam termasuk sumber energi yang
terdapat di suatu daerah, perlu dimanfaatkan untuk mendorong
pembangunan cabang-cabang dan jenis-jenis industri yang saling
mempunyai kaitan, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi
kawasan-kawasan industri. Rangkaian kegiatan pembangunan industri
tersebut pada gilirannya akan memacu kegiatan pembangunan sektor-sektor
ekonomi lainnya beserta prasarananya antara lain yang penting adalah
terminal-terminal pelayanan jasa, daerah pemukiman baru dan daerah
pertanian baru. Wilayah yang dikembangkan dengan berpangkal tolak pada
pembangunan industri dalam rangkaian yang dipadukan dengan kondisi
daerah dalam rangka mewujudkan kesatuan ekonomi nasional, merupakan
Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri.
2. Kerjasama keterkaitan antar hilir-hulu (backward linkage)
Pertumbuhan ataupun pemerataan ekonomi dengan penerapan kerjasama
keterkaitan hilir hulu yang tepat guna sejauh mungkin dapat menggunakan
bahan-bahan dalam negeri adalah untuk meningkatkan nilai tambah,
memelihara keseimbangan antara peningkatan produksi dan kesempatan
kerja, serta pemerataan pendapatan, dalam rangka usaha memperbesar nilai
tambah sebanyak-banyaknya, maka pembangunan industri harus
dilaksanakan dengan mengembangkan keterkaitan yang berantai ke segala
jurusan secara seluas-luasnya yang saling menguntungkan kelompok
industri hilir, keterkaitan antara kelompok industri hulu atau dasar.
10. Keagenan
Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan
perusahaan mitra dimana kelompok diberi hak khusus untuk memasarkan
barang dan jasa usaha pengusaha mitra. Keagenan merupakan hubungan
kemitraan antara Usaha Kecil Menengah dan Usaha Besar, yang di
dalamnya Usaha Kecil Menengah diberi hak khusus untuk memasarkan
barang dan jasa Usaha Besar sebagai mitranya. Pola keagenan merupakan
hubungan kemitraan, di mana pihak prinsipal memproduksi atau memiliki
sesuatu, sedangkan pihak lain (agen) bertindak sebagai pihak yang
menjalankan bisnis tersebut dan menghubungkan produk yang
bersangkutan langsung dengan pihak ketiga.
Contoh nyata yang dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan
dapat disebabkan karena pihak agensi memiliki informasi keuangan
daripada pihak prinsipal (keunggulan informasi), sedangkan dari pihak
prinsipal boleh jadi memanfaatkan kepentingan pribadi atau golongannya
sendiri (self-interest) karena memiliki keunggulan kekuasaan
(discretionary power).
Contoh lain Keagenan (Agency theory) sebenarnya juga dapat
dipahami dalam lingkup lembaga kemahasiswaan. Pengurus yang
dipercayakan menjadi perpanjangan tangan keluarga mahasiswa untuk
mengelolah organisasi menjadi agen yang idealnya mampu
mengakomodasi semua kepentingan keluarga.
Pengembangan akuntansi kontemporer salah satunya adalah
digunakannya Agency Theory dalam menjustifikasi akuntansi positif.
Menurut Baiman (1990), terdapat tiga model hubungan agensi yaitu:
1. The Principal-Agent Model.
2. The Transaction Cost Economics Model.
3. The Rochester Model.
Ketiganya memiliki dua kerangka kesamaan dan dua perbedaan.
Kesamaannya, pertama, ketiganya memahami ketentuan dan penyebab
hilangnya efisiensi yang diciptakan oleh divergensi antara perilaku
kerjasama dan kepentingan individu; kedua, ketiganya menganalisa dan
memahami implikasi perbedaan proses pengendalian menghindari
hilangnya efisiensi pada masalah agensi. Sedangkan perbedaannya,
pertama, menekankan perbedaan sumber-sumber divergensi perilaku
kerjasama dan kepentingan individu; kedua, menekankan perbedaan aspek
pada agenda riset pada umumnya; ketiga, pemodelan berhati-hati yang
mendasari konteks ekonomi yang menyebabkan timbulnya masalah
agensi; keempat, derivasi optimalisasi hubungan kerja dan memahami
bagaimana hubungan kerja yang meringankan masalah agensi; kelima,
komparasi hasil-hasil untuk melakukan observasi praktik model yang
dipakai dan menganalisanya.
Artinya dalam kerangka umum model hubungan agensi
memperlihatkan bahwa manajer melakukan maksimasi expected utility
agar dapat mempengaruhi desain kontrak kerja mereka. Pemilik dan
manajer secara bersama dibatasi biaya atas masalah agensi, sehingga
memerlukan insentif untuk mendesain kontrak yang mengurangi secara
efisien masalah agensi.
Dua tokoh utama (principal dan agent) dalam interaksi bisnis
tersebut sebenarnya mengarah pada kepentingan yang sama, yaitu wealth
(kekayaan). Bentuk ekstrim (extreme ways) dari agency theory sendiri
sebenarnya adalah ketika hubungan agensi dijadikan mekanis-matematis
untuk kepentingan legitimasi kepentingan “mutualis insklusif“.
F. Kebijakan Kemitraan Usaha Nasional Dan Implementasi
Pada Peraturan Pemerintah Nomer 44 Tahun 1997 yaitu :
1. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha
menengah dan dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan
oleh usaha menengah dan usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling
memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
2. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil yang
mempunyai kriteria sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-undang
Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
3. Usaha Menengah dan Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang memiliki
kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari pada
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan usaha kecil.
4. Menteri Teknis adalah menteri yang secara teknis bertanggung jawab untuk
membina dan mengembangkan pelaksanaan kemitraan dalam sektor
kegiatan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
5. Menteri adalah Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil.
6. Pola kemitraan adalah bentuk-bentuk kemitraan yang sudah diatur dalam
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995.
Kemitraan merupakan salah satu instrumen yang strategis bagi
pengembangan usaha kecil, tetapi ini tidak berarti bahwa semua usaha kecil
bisa segera secara efektif dikembangkan melalui kemitraan. Bagi pengusaha
informal atau yang sangat kecil skala usahanya dan belum memiliki dasar
kewirausahaan yang memadai, kemitraan dengan usaha besar belum tentu
efektif karena belum tercipta kondisi saling membutuhkan. Yang terjadi adalah
usaha kecil membutuhkan usaha besar sedangkan usaha besar tidak merasa
membutuhkan usaha kecil. Usaha kecil yang demikian barangkali perlu
dipersiapkan terlebih dahulu, misalnya dengan memperkuat posisi transaksi
melalui wadah koperasi atau kelompok usaha bersama (prakoperasi) dan
pembinaan kewirausahaan.
Dengan memahami berbagai aspek kewirausahaan dan bergabung
dalam wadah koperasi, usaha-usaha yang sangat kecil atau informal tersebut
secara bersama-sama akan memiliki kedudukan dan posisi transaksi yang
cukup kuat untuk menjalin kemitraan yang sejajar, saling membutuhkan, saling
memperkuat, dan saling menguntungkan dengan usaha besar mitra usahanya
seperti :
1. Sudut Pandang Sistem
Kemitraan dilihat dari sudut pandang sistem paling tidak, ada 3 tipe yaitu:
a. Vertical Backward Linkage
Adalah sitem kemitraan yang di dalamnya Usaha Besar (UB) bergerak
dalam produksi barang akhir (assembler) Usaha Kecil (UK) sebagai
pemasok komponen kepada UB.
b. Vertical Forward Linkage
Usaha Centernya atau Besar menghasilkan bahan baku dan memasok
untuk diproses selanjutnya oleh Usaha Kecil.
c. Horizontal Linkage
Usaha Besar sebagai trader atau exporter, Usaha Kecil menghasilkan
produk yang akan dipasok ke trader.
2. Implementasi
a. Korea selatan
Lembaga penunjang bernama Small and Medium Industry Promotion
Corporation bersifat semi pemerintah dan bertugas menjadikan Usaha
Kecil tangguh dan dapat bermitra dengan Usaha Besar serta melakukan
program alih teknologi dan investasi dari Usaha Besar ke Usaha Kecil.
b. Jepang
Jepang mendirikan Institut for promotion of subcontracting yang
tugasnya memperkuat kedudukan Usaha Kecil dan teknologi Usaha Kecil
serta menyediakan informasi.
c. Masyarakat ekonomi Eropa (MEE)
Suporting institusi dalam kemitraana yang didirikam oleh MEE :
1. BC-NET, memberikan informasi kemitraaan tang computerized.
2. BRITE, Bertujuaan meningkatkan kecakapan Usaha Kecil dalam
memakai teknologi dan mengurangi gap teknologi dengan Usaha
Kecil.
3. ESPRIT, mengembangan teknologi informasi.
d. Taiwan
Dalam mengembangkan kemitraan usaha industri di Taiwan dibuat
Center satelite sistem Usaha Besar bertindak sebagai center dan Usaha
Kecil dan Usaha Menengah sebagai satelite. Untuk menunjang program
terseut, didirikan Corporate Synergy Developtment Center (CSD) yang
dibiayai oleh pemerintah dan sektor swasta.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Sedangkan
Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra.
Kemitraan dalam berwirausaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling
menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah atau
besar (Perusahaan Mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh
pengusaha besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan dan
memperkuat. Ada beberapa kemitraan dalam usaha dari Usaha Kecil, Usaha
Menengah Kecil, dan Usaha Besar.
B. Saran
Dengan demikian mahasiswa dapat memahami dan mengetahui
berbagai aspek kemitraan dalam berwirausaha dari dasar kemitraan tersebut
sampai mencapai strategis binis yang telah disepakati oleh dua pihak atau
lebih secara bersama-sama untuk memiliki kedudukan dan posisi yang cukup
kuat untuk menjalin kemitraan yang sejajar, saling membutuhkan, saling
memperkuat, saling menguntungkan dengan usaha besar mitra usahanya.