Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KELOMPOK KEPERAWATAN ANAK II

“OSTEOSARCOMA”

Disusun Oleh : Kelompok 6

Aurely Radisti 201211766


Lestari Sagita Putri 201211668
Hanifa 201211664
Mellany Almelia 201211671
Nurelisa putri 191211545

Dosen Pengampu:

Ns. Velga Yazia, M.Kep.

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG


PRODI S1 KEPERAWATAN
2022
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah dengan judul
“Osteosarcoma pada anak” sesuai dengan waktu yang sudah disediakan.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak.

Padang, 26 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................3
BAB II..........................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI......................................................................................................4
A. Pengertian..........................................................................................................4
B. Etiologi..............................................................................................................4
C. Klasifikasi..........................................................................................................5
D. Manifestasi Klinis..............................................................................................6
E. Patofisiologi.......................................................................................................8
F. Pathway............................................................................................................10
G. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................11
H. Penatalaksanaan ..............................................................................................11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................13
A. Pengkajian........................................................................................................13
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................................15
C. Intervensi Keperawatan...................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Berdasarkan data WHO, osteosarkoma adalah tumor tulang primer paling


umum dengan estimasi insiden 4 - 5/1.000.000 per tahun didapatkan insiden 0,2-
3/100.000 per tahun dalam kelompok usia 15-19 tahun. Angka 2-year survival
rate di Taiwan didapatkan sebesar 46,9%, dengan 5-year survival rate sebesar
37,5%.
Di Indonesia, berdasarkan Riset Dasar Kesehatan 2013 didapatkan
prevalensi penyakit kanker sebesar 1,4 per mil (‰). Odds ratio tumor tulang
adalah 4.6% sedangkan insiden tumor tulang ganas di Indonesia didapatkan
sebesar 1,6% dari seluruh jenis tumor ganas pada manusia, dengan
kecenderungan meningkatnya insiden tumor tulang setiap tahunnya. Insiden
tumor tulang di RS Ciptomangunkusumo sebesar 1,2%, dengan insiden tumor
tulang ganas sebesar 1,3%. Berdasarkan data sistem informasi rumah sakit tahun
2005, osteosarkoma termasuk dalam lima besar kasus kanker pada usia 1-17
tahun. Pada evaluasi profil tumor tulang pada anak di RS Ciptomangunkusumo
tahun 1995-2004, didapatkan 73,7% kasus merupakan kasus osteosarkoma. Pada
tahun 1991-1995, di RSUD Dr. Soetomo didapatkan tumor ganas tulang sebanyak
373 kasus, dengan tumor ganas tulang primer sebanyak 183 kasus. Perbandingan
pria: wanita 1.4:1 dan jumlah kasus primer 44 kasus per tahun, terutama
osteosarkoma sebesar 62,4% kasus.
Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang yang didiagnosa berdasarkan
pemeriksaan histologi terhadap produksi osteoid berhubungan dengan malignant
mesenchymal cells. Osetosarkoma umumnya adalah tumor yang agresif dan
cenderung bermetastasis secara dini.
Amputasi telah menjadi pilihan yang standar untuk tata laksana kebanyakan
kasus sarkoma tulang, tetapi pada era tahun 1980-an, perkembangan operasi
penyelamatan tungkai untuk tumor tulang maligna mulai tampak. Sekarang ini,
limb salvage surgery dikategorikan aman dan dilakukan secara rutin pada sekitar
90% pasien dengan osteosarcoma pada ektremitas. Kemajuan dalam teknik
operasi ini juga diikuti oleh efektivitas kemoterapi adjuvan yang secara dramatis
meningkatkan overal survival. Pada era tahun 1970-an angka ketahanan hidup

4
5
2

berkisar antara 15%-20% dengan operasi sendiri. Angka ini meningkat menjadi
55%-80% dengan pemberian kemoterapi adjuvan pada tahun 1980-an. Regimen
kemoterapi multipel saat ini dipertimbangkan sebagai terapi yang esensial.
Regimen kemoterapi pre-operatif (yang disebut juga sebagai kemoterapi
neoadjuvan atau induksi) dan regimen kemoterapi post-operatif sedang dievaluasi
untuk menentukan efeknya pada tumor dan dampaknya terhadap pemilihan
prosedur operasi dan overall survival.
Eilber et al pada tahun 1981 melakukan penelitian acak prospektif untuk
menentukan peranan kemoterapi pada tata laksana multi disiplin pada pasien
dengan osteosarcoma. Lima puluh sembilan pasien dengan osteosarcoma
intrameduler klasik non-metastasis diacak. Tiga puluh dua orang menerima
kemoterapi adjuvan dengan regimen methotrexate dosis tinggi, adriamycin dan
bleomycin / cyclophosphamide / actinomycin-D (BCD). Dua puluh tujuh pasien
lainnya tidak mendapatkan kemoterapi adjuvan. Pada follow-up selama 2 tahun,
terdapat peningkatan signifikan secara statistik pada disease-free dan overal
survival pada pasien yang menerima kemoterapi adjuvan.
Sementara itu, disease-free dan overall survival pada kelompok kontrol
tanpa kemoterapi adjuvan pada penelitian ini sama nilainya dengan yang
dijumpai pada pasien yang tidak mendapatkan kemoterapi adjuvan pada tahun
1970-an. Karena itu, dengan melakukan prosedur staging yang identik,
manajemen bedah yang sama dan evaluasi patologis yang standar, kemoterapi
adjuvan post-operatif jelas sekali meningkatkan angka bebas penyakit dan overall
survival pada pasien osteosarcoma. Semenjak itu, peranan kemoterapi kombinasi
adjuvan post-operatif menjadi diakui dan hal ini menyebabkan indoktrinasi
kemoterapi adjuvan pada protokol terapi osteosarcoma yang terlokalisir pada
ekstremitas di hampir semua institusi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Osteo sarcoma?


2. Apa Etiologi Osteo sarcoma?
3. Apa klasifikasi Osteo sarcoma?
4. Apa saja manifestasi klinis Osteo sarcoma?
5. Bagaimana patofisiologi Osteo sarcoma?
3

6. Pathway Osteo sarcoma?


7. Pemeriksaan diagnostik Osteo sarcoma?
8. Penatalaksanaan Osteo sarcoma?
9. Komplikasi Osteo sarcoma ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada Osteo sarcoma?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui konsep dasar teori dan konsep asuhan keperawatan dari
Osteo sarcoma meliputi :
1. Pengertian dari Osteo sarcoma?
2. Etiologi Osteo sarcoma?
3. Klasifikasi Osteo sarcoma?
4. Manifestasi klinis Osteo sarcoma?
5. Patofisiologi Osteo sarcoma?
6. Pathway Osteo sarcoma?
7. Pemeriksaan diagnostik Osteo sarcoma?
8. Penantalaksanaan Osteo sarcoma?
9. Komplikasi Osteo sarcoma ?
10.Asuhan keperawatan pada Osteo sarcoma?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi

Gambar 2.1
Distribusi osteosarkoma. Sumber: Rosenberg AF, 2010
Menurut Suradi, (2010) Osteo sarcoma atau dengan nama lain Osteogenic
Sarcoma merupakan tumor primer tulang yang sifatnya paling ganas pada anak
dimana sel-sel tumornya adalah osteoblas atau menghasilkan sel osteoblas.
Disebut osteogenik oleh karena perkembangannya berasal dari seri osteoblastik
sel mesenkim primitif. Osteosarkoma merupakan neoplasma primer dari tulang
yang tersering setelah myeloma multiple. Osteosarkoma biasanya terdapat pada
metafisis tulang panjang di mana lempeng pertumbuhannya (epiphyseal growth
plate) sangat aktif, yaitu pada distal femur, proksimal tibia dan fibula, proksimal
humerus dan pelvis(Bielack, 2009).

B. Etiologi
Menurut Putri, (2010) Penyebab pasti osteosarkoma belum diketahui.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu
C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis
tinggi, Keturunan. Namun, beberapa hal berikut menjadi faktor resiko yang
menyebabkan terjadinya osteosarkoma :

4
5

1. Kecepatan Pertumbuhan Tulang


Kecepatan pertumbuhan tulang nampaknya menjadi predisposisi seseorang
terkena osteosarkoma, berdasarkan insidens yang terjadi pada masa remaja dan
lokasi tipikal pada daerah metafiseal yang berbatasan dengan fisis pada tulag
panjang.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap osteosarkoma adalah pengaruh
radiasi.
3. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi
dosis juga diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarcoma ini. Salah satu
contohadalah radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti
kista tulang aneurismal, fibrous displasia, setelah 3-40 tahun dapat
mengakibatkan osteosarcoma
4. Predisposisi Genetik 
Mutasi genetik merupakan dasar berkembangnya osteosarkoma. Pasien
denganretinoblastoma (Rb) herediter memiliki resiko ratusan kali lipat
terhadapterjadinya osteosarkoma, hal ini berhuubungan dengan mutasi gen Rb.
Mutasi Osteosarkoma pada lutut kiri pada gen Rb tidak biasa ditemukan pada
osteosarkoma sporadik. Mutasi pada genp53 sering nampak. Namun gen
retinoblastoma telah melokalisir pada lengankromosom 13 (13q14). Gen Rb
diakui sebagai prototype tumor suppressor gene dan menyangkut jumlah
patogenesis neoplasma pada manusia. Tumor suppressor gene berfungsi
mengendalikan pertumbuhan sel tumor, jadi hilangnya fungsi atauinaktivasi
dari tumor suppressor gene menyebebkan terjadinya pertumbuhantumor.
5. Displasia Tulang
Hal ini juga menyangkut paget disease, displasia fibrosa, enkondromatosis,
daneksotose multipel herediter dan retinoblastoma yang merupakan faktor
resiko. Sindrom Li-Fraumeni (mutasi germline p53) dan sindrom Rothmund-
Thomson (berkumpulnya autosomal yang terpendam pada defek tulang
kongenital, displasiapada kulit dan rambut, hipogonadisme, dan katarak) juga
menjelaskankemungkinan berkembangnya osteosarkoma.
6
6

C. Klasifikasi
Menurut Ariyansyah, (2016) klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya
Osteosarcoma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan dimana kanker
berasal.
2. Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh
yang lain. Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru mungkin juga
menyebar ke tulang lainnya.
3. Berulang
Berulang berarti kanker telah terjadi berulang kali setalah dirawat. Ketika
osteosarcoma ditemukan biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah
perawatan selesai dan akan kambuh lagi tetaapi langka.
Osteosarcoma menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Osteocondroma
Osteocondroma merupakan tumor tulang jinak dan merupakan tumor yang
paling sering ditemukan. Biasanya menyerang di usia 10 – 20 tahun
2. Kondroma Jinak
Biasanya terjadi pada usia 10 – 30 tahun, di bagian tengah tulang. Beberapa
jenis kondroma menyebabkan nyeri.
3. Kondroblastoma
Merupakan tumor yang jarang terjadi, tumbuh pada ujung tulang. Biasanya
timbul pada usia 10 – 20 tahun.
4. Fibroma Kondromaksoid
Merupakan tumor yang sangat jarang yang terjadi pada usia ≤ tahun. Tumor
ini akan memberikan gambaran khas pada foto rontgen.
5. Osteoid Osteoma
Merupakan tumor yang sangat kecil biasanya tumbuh pada lengan atau
tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya menimbulkan nyeri
terutama pada malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis
rendah. Otot disekitar tumor akan mengecil (atrofi) dan keadaan akan
membaik setelah tumor diangkat.
7

6. Tumor sel raksasa


Biasanya terjadi pada usia 20 dan 30 tahun. Umumnya tumbuh di ujung tulang
dan dapat meluas ke jaringan sekitarnya dan disertai nyeri

D. Manifestasi Klinis
Menurut Loho, (2014) Umumnya gejala klinik terjadi beberapa minggu
sampai bulan setelah timbulnya penyakit ini. Gejala awal relatif tidak spesifik
seperti nyeri dengan atau tanpa teraba massa. Nyeri biasanya dilukiskan sebagai
nyeri yang dalam dan hebat, yang dapat dikelirukan sebagai peradangan.
Tumor ini dapat tumbuh pada tulang manapun, tetapi umumnya pada tulang
panjang terutama distal femur, diikuti proksimal tibia dan proksimal humerus
dimana growth plate paling proliferatif. Pada tulang panjang sering pada bagian
metafisis (90%) kemudian diafisis (9%), dan jarang pada epifisis.
1. Pergerakan terganggu
2. Teraba massa nyeri, keras,
3. Fungsi normal menurun
4. Edema
5. Panas setempat
6. Teleangiektasi
7. kulit diatas tumor hiperemi, hangat,
8. Pelebaran vena.

E. Patofisiologi
Menurut Putri, (2010) Osteosarkoma dapat terjadi pada tulang mana saja.
Namun lebih sering padatulang ekstremitas yang posisinya dekat dengan
metaphyseal growth plate. Bagian yangpaling sering adalah femur (42% dengan
kejadian 75% tumor pada distal femur), tibia (19% dengan kejadian 80% pada
proksimal tibia), dan humerus (10% dengan kejadian 90% tumor pada proksimal
humerus). Lokasi lainnya adalah tengkorak dan rahang (8%) serta pelvis (8%).
Osteogonik sarkoma secara histologis mempunyai gambaran dari jaringan
tulangatau osteoid serta gambaran pleomorf jaringannya. Tulang dan osteoid akan
menghasilkan tulang rawan, jaringan lunak, atau jaringan miksoid. Dan juga
mungkin ada daerah jaringan tumor dengan sel-sel spindle yang ganas dengan
pembentukanosteoid. Pembentukan jaringan tulang harus dibedakan dari
8

pembentukan reaksi tulang.Pemeriksaan histokimia dapat menunjukkan adanya


aktivitas alkali fosfatase. Pada telingeaktasis osteosarkoma pada lesinya
didapatkan kantong darah yang dikelilingi oleh sedikit elemen seluler yang mana
elemen seluluernya sangat ganas.
9

F. Pathway

Virus Onkogenik Herediter


Trauma

Terpapar sinar radioaktif,


dan bahan karsiogenik Kerusakan Gen

Poliferasi sel tulang secara


abnormal

Amputasi Tindakan
Medis
Neoplasma

Cacat permanen
Operasi
OSTEOSAR COMA Kerusakan struktur tulang

GANGGUAN Terputusnya
CITRA TUBUH Kontiunitas jaringan Jaringan-jaringan sekitar diinvasi Tulang rapuh
oleh tumor

GANGGUAN Resiko fraktur


Peningkatan penekanan pada
INTEGRITAS
jaringan sekitar
KULIT
GANGGUAN
MOBILITAS FISIK

Suplai O2 ke Pembuluh darah tertekan Menekan saraf-saraf


jaringan menurun dan mudah rupture/pecah sekitar

PERFUSI PERIFER RISIKO PERDARAHAN Presepsi nyeri


TIDAK EFEKTIF

NYERI AKUT
10

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Komite Penanggulangan Kanker Nasional pemeriksaan penunjang
yang dilakukan pada pasien Osteo Sarcoma adalah :
1. Radiografi konvensional
Merupakan pemeriksaan radiologi pertama pada kasus-kasus osteosarkoma.
a. Osteosarkoma konvensional menunjukkan lesi litik moth eaten atau
permeatif, lesi blastik, destruksi korteks, reaksi periosteal tipe agresif (segi
tiga Codman, sunburst, hair on end), massa jaringan lunak, dan formasi
matriks (osteoid maupun campuran osteoid dan khondroid).
b. Osteosarkoma parosteal menunjukkan massa eksofitik berlobulasi dengan
kalsifikasi sentral berdensitas tinggi, berlokasi di dekat tulang, kadang
disertai gambaran string sign. Osteosarkoma periosteal memperlihatkan
massa jaringan lunak dengan reaksi periosteal perpendikuler, erosi kortikal,
dan penebalan korteks.
c. High grade surface osteosarcoma menunjukkan ossifikasi berdensitas
tinggi, reaksi periosteal, erosi dan penebalan korteks. Dapat juga ditemukan
invasi intramedular.
d. Osteosarkoma telangiektatik memperlihatkan lesi litik geografik ekspansil
asimetrik, tepi sklerotik minimal dan destruksi korteks yang menunjukkan
pola pertumbuhan agresif. Dapat ditemukan fraktur patologik dan matriks
osteoid minimal.
e. Small cell osteosarcoma memperlihatkan lesi litik permeatif, destruksi
korteks, massa jaringan lunak, reaksi periosteal, serta kalsifikasi matriks
osteoid.
f. Low grade central osteosarcoma memperlihatkan lesi litik destruktif
ekspansil, disrupsi korteks, massa jaringan lunak dan reaksi periosteal.
Pasca kemoterapi, radiografi konvensional dapat digunakan untuk menilai
pengurangan ukuran massa, penambahan ossifikasi, dan pembentukan peripheral
bony shell. Foto x-ray thorax proyeksi AP/PA, untuk melihat adanya metastasis
paru dengan ukuran yang cukup besar.
2. Computed Tomography (CT) Scan
Ct-scan dapat berguna untuk memperlihatkan detil lesi pada tulang kompleks
dan mendeteksi matriks ossifikasi minimal. Selain itu dapat digunakan untuk
mendeteksi metastasis paru. Kegunaan lain dari CT scan adalah tuntunan
11

biopsi tulang (CT guided bone biopsy). CT scan thoraks berguna untuk
mengidentifikasi adanya metastasis mikro pada paru dan organ thoraks.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI merupakan modalitas terpilih untuk
evaluasi ekstensi lokal tumor dan membantu menentukan manajemen bedah
yang paling sesuai. MRI dapat menilai perluasan massa ke intramedular
(ekstensi longitudinal, keterlibatan epifisis, skip lesion), perluasan massa ke
jaringan lunak sekitarnya dan intraartikular, serta keterlibatan struktur
neurovaskular. Pemberian kontras gadolinium dapat memperlihatkan
vaskularisasi lesi, invasi vaskular, dan area kistik atau nekrotik. Pasca
kemoterapi, MRI digunakan untuk menilai ekstensi massa dan penambahan
komponen nekrotik 2 intramassa. Dynamic MRI juga dapat digunakan untuk
menilai respon pasca kemoterapi.
4. Kedokteran Nuklir
Bone scintigraphy digunakan untuk menunjukkan suatu skip metastasis atau
suatu osteosarkoma multisentrik dan penyakit sistemik
5. Biopsi
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan menggunakan biopsi jarum halus
(fine needle aspiration biopsy-FNAB) atau dengan core biopsy bila hasil
FNAB inkonklusif. FNAB mempunyai ketepatan diagnosis antara 70-90%.
Penilaian skor Huvos untuk mengevaluasi secara histologis respons
kemoterapi neoadjuvant. Pemeriksaan ini memerlukan minimal 20 coupe.
Penilaian dilakukan secara semi kuantitatif dengan membanding kan luasnya
area nekrosis terhadap sisa tumor yang riabel :
a. Grade 1 : sedikit atau tidak ada nekrosis (0 - 50%)
b. Grade 2 : nekrosis>50 - <90%
c. Grade 3 : nekrosis 90 – 99%
d. Grade 4 : nekrosis 100%
12

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan osteosarcoma meliputi terapi pembedahan (limb salvage
surgery (LSS) atau amputasi), kemoterapi dengan atau tanpa radioterapi yang
diberikan konkuren atau pun sekuensial sesuai indikasi.

1. Pembedahan
a. Limb Salvage Surgery
Limb salvage surgery (LSS) merupakan suatu prosedur pembedahan yang
dilakukan untuk menghilangkan tumor, pada ekstremitas dengan tujuan
untuk menyelamatkan ekstremitas. Prosedur LSS merupakan tindakan yang
terdiri dari pengangkatan tumor tulang atau sarkoma jaringan lunak secara
en-bloc dan rekonstruksi defek tulang atau sendi dengan megaprostesis
(endoprostesis), biological reconstruction (massive bone graft baik auto
maupun allograft) atau kombinasi megaprostesis dan bone graft.
Dalam melakukan tindakan LSS harus dipertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1) Rekurensinya dan survival rate pasien tidak lebih buruk daripada
amputasi
2) Prosedur yang dilakukan tidak boleh menunda terapi adjuvant
3) Fungsi ekstremitas harus lebih baik dari amputasi. Fungsi ekstremitas
pascarekonstruksi harus mencapai functional outcome yang baik,
mengurangi morbiditas jangka panjang dan mengurangi/meminimalkan
perlunya pembedahan tambahan.
4) Rekonstruksi yang dilakukan tidak boleh menimbulkan komplikasi yang
membutuhkan pembedahan berikutnya atau hospitalisasi yang berulang-
ulang.
a) Limb Salvage Surgery dengan Megaprostesis Megaprostesis adalah alat
yang terbuat dari logam yang didesain sebagai pengganti segmen tulang
dan atau sendi pada defek tulang yang terjadi pasca reseksi. Penggunaan
megaprostesis, memungkinkan pasien lebih cepat pulih dan lebih awal
menjalani rehabilitasi dan weight bearing. Dalam dua minggu pasca
operasi latihan isometrik atau non-bending exercise dapat dimulai.
Dalam periode enam minggu pasien sudah berjalan weight bearing
sesuai dengan toleransi pasien
13

b) Limb Salvage Surgery dengan Biological Reconstruction


Biological reconstruction adalah metode rekonstruksi yang ditandai dengan
integrasi autograft dan atau proses inisiasi pembentukan tulang secara de novo
pada rekonstruksi defek tulang atau sendi.
Dalam ruang lingkup onkologi ortopaedi, biological reconstruction
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
(1) Transplantasi tulang yang vitalvascularized atau non-vascularized
autograft,
(2) Implantasi tulang non-vital berupa extracorporeal devitalized autograft
(allograft),
(3) Sintesis tulang secara de novo dengan distraction osteogenesis.
Pendekatan LSS dengan metode biological reconstruction dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik rotational plasty, free microvascular bone
transfer, extracorporeal irradiation autograft, pasteurized autograft, serta
dengan allograft.
c) Limb Salvage Surgery dengan metode lainnya
Metode LSS lainnya dilakukan pada ostaeosarkoma yang mengenai tulang
expandable seperti fibula proksimal, ulna distal, ilium dengan indikasi pelvic
resection tipe I, costae yang diindikasikan untuk reseksi tanpa rekonstruksi.
Pada ekstremitas dengan defek tulang massif yang tidak memungkinakan
dilakukan rekonstruksi dengan megaprostesis atau biological reconstruction,
seperti defek tulang pada tibia atau distal femur, rekonstruksi dapat dilakukan
dengan IM nail atau plate dengan bone cement atau disesuaikan dengan
fasilitas yang tersedia di RS setempat
2. Amputasi
Amputasi pada osteosarkoma dilakukan bila persyaratan LSS tidak
terpenuhi. Pada osteosarkoma derajat keganasan tinggi yang tidak
memungkinkan pemberian kemoterapi neoadjuvan ( misalnya : adanya ulkus,
peradarahan, tumor dengan ukuran yang sangat besar) maka langsung
dilakukan pembedahan terlebih dahulu, selanjutnya diikuti dengan pemberian
kemoterapi adjuvant.
3. Kemoterapi
Osteosarkoma salah satu dari solid tumor dimana adjuvant kemoterapi
terbukti bermanfaat. Ketentuan umum; a. Karena kemoterapi adalah sistemik
terapi, akan mempengaruhi dan dipengaruhi organ-organ lain. Oleh karena itu
14

dilakukan oleh dokter penyakit dalam dan spesialis onklologi medis. Atau
paling sedikit oleh internis plus latihan singkat onkologi medis, bersertifikat.
(internis plus). b. Pemeriksaan pendahuluan (work up) adalah, patologi
anatomi: osteosarkoma, grade, stadium.
4. Radioterapi
Prinsip radioterapi pada osteosarkoma dapat dibedakan untuk lokasi
tumor primer dan lesi metastasis.
Radiasi pada tumor primer
a. Radiasi eksterna dipertimbangkan pada kasus batas sayatan positif pasca
operasi, reseksi subtotal, dan kasus yang tidak dapat dioperasi
b. Dosis radiasi pasca operasi: 54-66 Gy Dosis radiasi pada kasus
unresectable: 60-70 Gy, bergantung pada toleransi jaringan sehat Radiasi
juga dapat diberikan sebagai terapi paliatif pada kasus metastasis, misalnya
nyeri hebat atau perdarahan.
c. Dosis paliatif biasanya 40 Gy yang dapat terbagi dalam fraksinasi
konvensional, 2Gy per hari atau hipofraksinasi
Radiasi juga dapat diberikan sebagai terapi paliatif pada kasus metastasis,
misalnya nyeri hebat atau perdarahan. Dosis paliatif biasanya 40 Gy yang
dapat terbagi dalam fraksinasi konvensional, 2Gy per hari atau
hipofraksinasi.
Pemilihan Terapi
1) Localized disease Menurut rekomendasi guidelines, wide excision
merupakan terapi primer pada pasien dengan low grade (intramedullary
dan surface) oteosarkoma dan lesi pariosteal. Pada periosteal
osteosarkoma penatalaksanaan disesuaikan dengan highgrade
osteosarkoma lainnya. Setelah wide excision maka dilanjutkan dengan
kemoterapi setelah operasi. Operasi re-reseksi dengan atau tanpa
radioterapi perlu dipertimbangkan untuk pasien dengan margin jaringan
positif.
2) Osteosarkoma yang disertai metastasis 8 Sepuluh sampai dengan 20 %
pasien osteosarkoma terdiagnosis saat sudah terjadi metastasis. Walau
kemoterapi menunjukan hasil yang membaik pada pasien non metastatik,
high grade, localized osteosarcoma kemoterapi justru menunjukan hasil
kurang memuaskan pada osteosarkoma yang disertai metastasis. Pada
15

yang resectable dengan metastasis paru, visceral, atau tulang, maka


terapi untuk tumor primernya sama dengan penatalaksanaan
osteosarkoma derajat keganasan tinggi dan didukung dengan kemoterapi
serta metastasektomi.
Pada yang unresectable penatalaksanaan yang dilakukan adalah
kemoterapi, radioterapi dan melakukan evaluasi ulang tumor primer
untuk mengontrol tumor secara lokal.
5. Tatalaksana Nyeri
Tatalaksana nyeri dapat mengikuti tiga langkah stepladder WHO:
a. Nyeri ringan: analgetik sederhana seperti NSAID atau paracetamol
b. Nyeri sedang: opioid lemah dan analgetik sederhana
c. Nyeri berat: pioid kuat dan analgetik sederhana
Terapi nyeri adjuvan seperti kortikosteroid (deksamatason),
antikonvulsan (gabapentin) atau antidepresan (amitriptilin) juga dapat
diberikan sebagai tambahan. Nyeri breakthrough dapat ditangani dengan
opioid kerja cepat seperti morfin lepas cepat, morfin intravena atau
fentanil intravena.

I. Komplikasi
Menurut Suratun, (2006) komplikasi yang diakibatkan Osteo sarcoma adalah :
1. Gangguan produksi Antibodi
2. Infeksi akibat kerusakan sumsum tulang
3. Fraktur patologis
4. Gangguan pada ginjal dan hematologis
5. Hilangnya anggota ekstremitas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Menurut Ariyansyah, (2016) Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar
tahap keperawatan yang harus dilakukan secara teliti untuk dipergunakan sebagai
data untuk menegakkan diagnose. Berikut pengkajian yang dilakukan pada pasien
osteo sarcoma :
1. Pengumpulan data
a. Identitas pasien : Merupakan biodata klien yang meliputi, nama, umur, jenis
kelamin, agama,suku bangsa/ras, pendidikan, bahasa yang dipakai,
pekerjaan, penghasilan dan alamat serta identitas penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan klien sehingga mendorong
pasien untuk mendapatkan pertolongan medis. Keluhan utama pada pasien
Osteo sarcoma biasanya Nyeri.
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena, Klien
mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak, Mengungkapkan
akan kecemasan akankeadaannya
1) P (Paliatif / provokatif ), apakah yang menyebabkan keluhan dan
memperingan serta memberatkan keluhan.
2) Q (Quality / kwantity), berapa berat keluhan dan bagaimana rasana serta
berapa sering keluhan itu muncul.
3) R (Region), lokasi keluhan dirasakan dan arah penebaran keluhan.
4) S (Scala / Saverity), intensitas keluhan yang dirasakan, seberapa sering
dan apakah sampai mengganggu aktivitas atau tidak.
5) T (Time), kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah berulang-
ulang.
c. Riwayat kesehatan Dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang
berat/penyakit tertentu yang memungkinkan berpengaruh pada kesehatan

16
16

sekarang, kaji adanya trauma prosedur operatif dan penggunaan obat-


obatan.
d. Riwayat kesehatan Keluarga
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan
sepertiyang dialami klien/gangguan tertentu yang berhubungan secara
langsung dengangangguan hormonal seperti gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
e. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual yang Mungkin Terganggu
a) Bernapas
Gejala: Napas pendek, dispnea nocturnal paroksismal, batuk dengan
atautanpa sputum.
Tanda: Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul, batuk produktif. 
b) Makan dan Minum
Gejala: Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak,
aditif, dan bahan pengawet), Anoreksia, mual/muntah, Intoleransi
makanan.
Tanda: Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat,
kaheksia, berkurangnya massa otot, Perubahan pada kelembapan/turgor
kulit, edema.
c) Eliminasi
Gejala: Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri
saatdefikasi. Perubahan eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau rasa
terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda: Perubahan bising usus, distensi abdomen.
d) AktifitasGejala: Kelemahan, malaise.
Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak,
Pekerjaanatau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi
e) Istirahat Tidur
Gejala : Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari
Tanda : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
f) Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh pasien biasanya meningkat pada infeksi.
17

g) Kebersihan/Hygiene
Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibat
kelemahan yang dialami.)
h) Nyaman
Gejala: Nyeri tekan/nyeri lokal pada sisi yang sakit, mungkin hebat atau
dangkal.
Tanda : Perilaku hati – hati (distraksi), gelisah, jalan pincangi)
i) Keamanan
Gejala: Berulangnya infeksi. Pemajanan pada kimia toksik,
karsinogen, pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda: Fraktur tulang, kalsifikasi metastasik, keterbatasan gerak sendi,
Ruamkulit, ulserasi. 
j) Komunikasi dan Sosialisasi
Gejala: Kesulitan menjalankan fungsi peran dalam keluarga.
k) Rekreasi Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar
rumah karenamengalami kelemahan dan mengikuti prosedur
pengobatan)

B. Diagnosa
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan efek samping terapi
radiasi
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang
4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri
dan/atau vena
5. Resiko perdarahan
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
18

C. Intervensi
No SDKI SLKI SIKI
1. Gangguan Citra Tubuh Citra tubuh Promosi citra tubuh
b.d perubahan fungsi Kriteria hasil : presepsi negative 1.Tentukan presepsi klien dan
tubuh tentang perubahan tubuh keluarga terkait perubahan citra
menurun/berkurang. diri dan realitas

2. Bantu pasien untuk


mendiskusikan perubahan-
perubahan (bagian tubuh)
disebabkan adanya penyakit
atau pembedahan dengan cara
yang tepat.

3.Bantu pasien menentukan


keberlanjutan dari perubahan-
perubahan actual dari tubuh
atau tingkat fungsinya

4.Identifikasi cara untuk


menurunkan dampak dari
adanya perubahan bentuk
melalui pakaian, rambut palsu,
atau kosmetik dengan cara
yang tepat.
2. Gangguan integritas Integritas kulit dan jaringan Perawatan luka
kulit/jaringan Keriteria hasil : Kerusakan 1.Monitor sayatan untuk tanda
berhubungan dengan jaringan/lapisan kulit dan gejala infeksi
efek samping terapi menurun/berkurang
radiasi 2.Periksa daerah sayatan
terhadap kemerahan, bengkak,
atau tanda-tanda dehiscence
atau eviserasi

3.Bersihkan daerah sekitar


sayatan dengan pembersihan
yang tepat

4.Bersihkan dari daerah yang


bersih ke area yang kurang
bersih
3. Gangguan mobilitas Mobilitas fisik Dukungan Mobilisasi
fisik berhubungan Kriteria hasil : rentang gerak 1.Kaji mobilitas yang ada dan
dengan kerusakan (ROM) meningkat observasi terhadap peningkatan
integritas struktur kerusakan
tulang
2.Kaji status neuromuskular,
pantau nadi perifer, dan periksa
warna kulit pada ektrimitas,
kehangatan, sensai, edema, dan
19

kelemahan setiap 4 jam

3.Tunjukkan/bantu teknik
pemindahan dan penggunaan
alat mobilitas seperti walker
dan kruk

4.sesuai dengan kesejajaran


tubuh yang tepat

5.Imobilisasi atau sokong


bagian tubuh yang terkena
dampak dengan tepat

6.Dorong latihan ROM aktif


dan pasif

7.Tempatkan barang secara


berkala dlam jangkauan pasien

4 Perfusi perifer tidak Perfusi perifer Perawatan sirkulasi


efektif berhubungan
dengan penurunan 1.Lakukan pemeriksaan fisik
aliran arteri dan/atau sistem kardiovaskuler atau
vena penilaian yang komprehensif
pada sirkulasi perifer (misalnya,
memeriksa denyut nadi perifer,
edema, waktu pengisian kapiler,
warna dan suhu)

2.Evaluasi edema klien

3.Intruksikan pasien mengenai


faktor-faktor yang mengganggu
sirkulasi darah (misalnya,
merokok, pakaian ketat, teralu
lama disuhu dingin,
menyilangkan kaki)

4.Ubah posisi pasien setidaknya


2 jam dengan tepat

5.Berikan obat antiplatelet


(penurun agregasi platelet) atau
antikoagulan (pengencer darah)
dengan tepat

5. Resiko perdarahan Tingkat Perdarahan Pencegahan perdarahan


20

Kriteria hasil : perdarahan


menurun
1.Identifikasi penyebab
perdarahan
2.Monitor pasien akan perdarahan
secara ketat
3.Monitor ukuran dan karakter
hematoma, jika ada
4.Perhatikan kadar
hemoglobin/hematokrit sebelum
dan sesudah kehilangan darah
5.Monitor kecenderungan dalam
tekanan darah serta parameter
hemodinamik
6.Monitor status cairan berupa
intake dan output

6. Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri


berhubungan dengan
agen pencedera Kriteria hasil : keluhan nyeri 1.Lakukan pengkajian nyeri secara
fisiologis menurun komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, awitan dan durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau
keparahan nyeri dan factor
presipitasinya
2.Observasi isyarat nonverbal
ketidaknyamanan, khususnya pada
mereka yang tidak mampu
berkomunikasi efektif
3.Gali bersama pasien faktor-
faktor yang dapat menurunkan
atau memperberat nyeri
4.Berikan informasi tentang nyeri,
seperti penyebab nyeri, berapa
lama akan berlangsung.
5.Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi (relaksasi,
distraksi, terapi)
6.Berikan analgetik
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteogenic Sarcoma merupakan tumor primer tulang yang sifatnya paling
ganas pada anak dimana sel-sel tumornya adalah osteoblas atau menghasilkan sel
osteoblas. Menurut Putri, (2010) Penyebab pasti osteosarkoma belum diketahui.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh
yaitu C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio
aktif dosis tinggi, Keturunan.
Menurut Ariyansyah, (2016) klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya
Osteosarcoma dapat diklasifikasikan, Local osteosarcoma, Metastatic dan
osteosarcoma berulang.
Diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, foto thoraks, scan
tulang, MRI, dan biopsi yang merupakan eara terbaik. Cara pengobatan adalah
amputasi terutama pada tumor yang berukuran besar, dan pengobatan lain seperti
kemoterapi, terapi radiasi dan rotationoplasty sebagai terapi tambahan.

B. Saran
Dengan mengetahui tumor ganas osteosarkoma baik dari segi
etiopatogenesis, diagnosis dini dan terapi, gejala klinis dan prognosisnya, maka
diharapkan dapat mengetahui terjadinya osteosarkoma secara dini (yang ditandai
adanya benjolan pada tulang dan nyeri) serta pengelolaannya secara klinik.
Sebaiknya, masyarakat diberi penyuluhan mengenai penyakit osteosarkoma
rnisalnya melalui kegiatan puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyansyah Alfitri, 2016. ASKEP OSTEOSARKOMA. Dikutip dari


https://www.academia.edu/30004007/ASKEP_OSTEOSARKOMA.docx Diakses pada Kamis,
28 Maret 2019 pukul : 11.35 WIB

Loho, L. L. (2014). OSTEOSARKOMA. JURNAL BIOMEDIK, 6(3).


Suriadi, Yuliani, Rita.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta : CV.
Sagung Seto
Bielack, S., Carrle, D. and Casali, P.G. (2009) Osteosarcoma: ESMO
clinicalrecommendation for diagnosis, treatment and follow-up. Ann. Oncol.
20(Suppl. 4), 137–139.
Putri Afliani Andini, 2012. Osteosarcoma. Makalah. Dikutip dari
https://www.scribd.com/doc/102166294/Osteosarcoma Diakses pada Kamis, 28 Maret
2019 pukul : 10.38 WIB
Rosenberg, M., & Owens, T.J. (2001). Low self-esteem people: A collective portrait.
In T.J. Owens. S. Stryker, & N. Goodman (Eds.), Extending selfesteem theory and
research (pp. 40-436). New York: Cambridge University Press.
Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Panduan Penatalksanaan Osteo sarcoma.
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKOsteosarkoma.pdf Diakses pada Senin, 4
April 2019 pukul : 09.32 WIB
Suratun., dkk. 2006. Klien Gangguan Sistem Muskuluskeletal: Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
https://www.academia.edu/30004007/ASKEP_OSTEOSARKOMA.docx

Anda mungkin juga menyukai