“OSTEOSARCOMA”
Dosen Pengampu:
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah dengan judul
“Osteosarcoma pada anak” sesuai dengan waktu yang sudah disediakan.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................3
BAB II..........................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI......................................................................................................4
A. Pengertian..........................................................................................................4
B. Etiologi..............................................................................................................4
C. Klasifikasi..........................................................................................................5
D. Manifestasi Klinis..............................................................................................6
E. Patofisiologi.......................................................................................................8
F. Pathway............................................................................................................10
G. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................11
H. Penatalaksanaan ..............................................................................................11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................13
A. Pengkajian........................................................................................................13
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................................15
C. Intervensi Keperawatan...................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
5
2
berkisar antara 15%-20% dengan operasi sendiri. Angka ini meningkat menjadi
55%-80% dengan pemberian kemoterapi adjuvan pada tahun 1980-an. Regimen
kemoterapi multipel saat ini dipertimbangkan sebagai terapi yang esensial.
Regimen kemoterapi pre-operatif (yang disebut juga sebagai kemoterapi
neoadjuvan atau induksi) dan regimen kemoterapi post-operatif sedang dievaluasi
untuk menentukan efeknya pada tumor dan dampaknya terhadap pemilihan
prosedur operasi dan overall survival.
Eilber et al pada tahun 1981 melakukan penelitian acak prospektif untuk
menentukan peranan kemoterapi pada tata laksana multi disiplin pada pasien
dengan osteosarcoma. Lima puluh sembilan pasien dengan osteosarcoma
intrameduler klasik non-metastasis diacak. Tiga puluh dua orang menerima
kemoterapi adjuvan dengan regimen methotrexate dosis tinggi, adriamycin dan
bleomycin / cyclophosphamide / actinomycin-D (BCD). Dua puluh tujuh pasien
lainnya tidak mendapatkan kemoterapi adjuvan. Pada follow-up selama 2 tahun,
terdapat peningkatan signifikan secara statistik pada disease-free dan overal
survival pada pasien yang menerima kemoterapi adjuvan.
Sementara itu, disease-free dan overall survival pada kelompok kontrol
tanpa kemoterapi adjuvan pada penelitian ini sama nilainya dengan yang
dijumpai pada pasien yang tidak mendapatkan kemoterapi adjuvan pada tahun
1970-an. Karena itu, dengan melakukan prosedur staging yang identik,
manajemen bedah yang sama dan evaluasi patologis yang standar, kemoterapi
adjuvan post-operatif jelas sekali meningkatkan angka bebas penyakit dan overall
survival pada pasien osteosarcoma. Semenjak itu, peranan kemoterapi kombinasi
adjuvan post-operatif menjadi diakui dan hal ini menyebabkan indoktrinasi
kemoterapi adjuvan pada protokol terapi osteosarcoma yang terlokalisir pada
ekstremitas di hampir semua institusi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui konsep dasar teori dan konsep asuhan keperawatan dari
Osteo sarcoma meliputi :
1. Pengertian dari Osteo sarcoma?
2. Etiologi Osteo sarcoma?
3. Klasifikasi Osteo sarcoma?
4. Manifestasi klinis Osteo sarcoma?
5. Patofisiologi Osteo sarcoma?
6. Pathway Osteo sarcoma?
7. Pemeriksaan diagnostik Osteo sarcoma?
8. Penantalaksanaan Osteo sarcoma?
9. Komplikasi Osteo sarcoma ?
10.Asuhan keperawatan pada Osteo sarcoma?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gambar 2.1
Distribusi osteosarkoma. Sumber: Rosenberg AF, 2010
Menurut Suradi, (2010) Osteo sarcoma atau dengan nama lain Osteogenic
Sarcoma merupakan tumor primer tulang yang sifatnya paling ganas pada anak
dimana sel-sel tumornya adalah osteoblas atau menghasilkan sel osteoblas.
Disebut osteogenik oleh karena perkembangannya berasal dari seri osteoblastik
sel mesenkim primitif. Osteosarkoma merupakan neoplasma primer dari tulang
yang tersering setelah myeloma multiple. Osteosarkoma biasanya terdapat pada
metafisis tulang panjang di mana lempeng pertumbuhannya (epiphyseal growth
plate) sangat aktif, yaitu pada distal femur, proksimal tibia dan fibula, proksimal
humerus dan pelvis(Bielack, 2009).
B. Etiologi
Menurut Putri, (2010) Penyebab pasti osteosarkoma belum diketahui.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu
C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis
tinggi, Keturunan. Namun, beberapa hal berikut menjadi faktor resiko yang
menyebabkan terjadinya osteosarkoma :
4
5
C. Klasifikasi
Menurut Ariyansyah, (2016) klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya
Osteosarcoma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan dimana kanker
berasal.
2. Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh
yang lain. Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru mungkin juga
menyebar ke tulang lainnya.
3. Berulang
Berulang berarti kanker telah terjadi berulang kali setalah dirawat. Ketika
osteosarcoma ditemukan biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah
perawatan selesai dan akan kambuh lagi tetaapi langka.
Osteosarcoma menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Osteocondroma
Osteocondroma merupakan tumor tulang jinak dan merupakan tumor yang
paling sering ditemukan. Biasanya menyerang di usia 10 – 20 tahun
2. Kondroma Jinak
Biasanya terjadi pada usia 10 – 30 tahun, di bagian tengah tulang. Beberapa
jenis kondroma menyebabkan nyeri.
3. Kondroblastoma
Merupakan tumor yang jarang terjadi, tumbuh pada ujung tulang. Biasanya
timbul pada usia 10 – 20 tahun.
4. Fibroma Kondromaksoid
Merupakan tumor yang sangat jarang yang terjadi pada usia ≤ tahun. Tumor
ini akan memberikan gambaran khas pada foto rontgen.
5. Osteoid Osteoma
Merupakan tumor yang sangat kecil biasanya tumbuh pada lengan atau
tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya menimbulkan nyeri
terutama pada malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis
rendah. Otot disekitar tumor akan mengecil (atrofi) dan keadaan akan
membaik setelah tumor diangkat.
7
D. Manifestasi Klinis
Menurut Loho, (2014) Umumnya gejala klinik terjadi beberapa minggu
sampai bulan setelah timbulnya penyakit ini. Gejala awal relatif tidak spesifik
seperti nyeri dengan atau tanpa teraba massa. Nyeri biasanya dilukiskan sebagai
nyeri yang dalam dan hebat, yang dapat dikelirukan sebagai peradangan.
Tumor ini dapat tumbuh pada tulang manapun, tetapi umumnya pada tulang
panjang terutama distal femur, diikuti proksimal tibia dan proksimal humerus
dimana growth plate paling proliferatif. Pada tulang panjang sering pada bagian
metafisis (90%) kemudian diafisis (9%), dan jarang pada epifisis.
1. Pergerakan terganggu
2. Teraba massa nyeri, keras,
3. Fungsi normal menurun
4. Edema
5. Panas setempat
6. Teleangiektasi
7. kulit diatas tumor hiperemi, hangat,
8. Pelebaran vena.
E. Patofisiologi
Menurut Putri, (2010) Osteosarkoma dapat terjadi pada tulang mana saja.
Namun lebih sering padatulang ekstremitas yang posisinya dekat dengan
metaphyseal growth plate. Bagian yangpaling sering adalah femur (42% dengan
kejadian 75% tumor pada distal femur), tibia (19% dengan kejadian 80% pada
proksimal tibia), dan humerus (10% dengan kejadian 90% tumor pada proksimal
humerus). Lokasi lainnya adalah tengkorak dan rahang (8%) serta pelvis (8%).
Osteogonik sarkoma secara histologis mempunyai gambaran dari jaringan
tulangatau osteoid serta gambaran pleomorf jaringannya. Tulang dan osteoid akan
menghasilkan tulang rawan, jaringan lunak, atau jaringan miksoid. Dan juga
mungkin ada daerah jaringan tumor dengan sel-sel spindle yang ganas dengan
pembentukanosteoid. Pembentukan jaringan tulang harus dibedakan dari
8
F. Pathway
Amputasi Tindakan
Medis
Neoplasma
Cacat permanen
Operasi
OSTEOSAR COMA Kerusakan struktur tulang
GANGGUAN Terputusnya
CITRA TUBUH Kontiunitas jaringan Jaringan-jaringan sekitar diinvasi Tulang rapuh
oleh tumor
NYERI AKUT
10
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Komite Penanggulangan Kanker Nasional pemeriksaan penunjang
yang dilakukan pada pasien Osteo Sarcoma adalah :
1. Radiografi konvensional
Merupakan pemeriksaan radiologi pertama pada kasus-kasus osteosarkoma.
a. Osteosarkoma konvensional menunjukkan lesi litik moth eaten atau
permeatif, lesi blastik, destruksi korteks, reaksi periosteal tipe agresif (segi
tiga Codman, sunburst, hair on end), massa jaringan lunak, dan formasi
matriks (osteoid maupun campuran osteoid dan khondroid).
b. Osteosarkoma parosteal menunjukkan massa eksofitik berlobulasi dengan
kalsifikasi sentral berdensitas tinggi, berlokasi di dekat tulang, kadang
disertai gambaran string sign. Osteosarkoma periosteal memperlihatkan
massa jaringan lunak dengan reaksi periosteal perpendikuler, erosi kortikal,
dan penebalan korteks.
c. High grade surface osteosarcoma menunjukkan ossifikasi berdensitas
tinggi, reaksi periosteal, erosi dan penebalan korteks. Dapat juga ditemukan
invasi intramedular.
d. Osteosarkoma telangiektatik memperlihatkan lesi litik geografik ekspansil
asimetrik, tepi sklerotik minimal dan destruksi korteks yang menunjukkan
pola pertumbuhan agresif. Dapat ditemukan fraktur patologik dan matriks
osteoid minimal.
e. Small cell osteosarcoma memperlihatkan lesi litik permeatif, destruksi
korteks, massa jaringan lunak, reaksi periosteal, serta kalsifikasi matriks
osteoid.
f. Low grade central osteosarcoma memperlihatkan lesi litik destruktif
ekspansil, disrupsi korteks, massa jaringan lunak dan reaksi periosteal.
Pasca kemoterapi, radiografi konvensional dapat digunakan untuk menilai
pengurangan ukuran massa, penambahan ossifikasi, dan pembentukan peripheral
bony shell. Foto x-ray thorax proyeksi AP/PA, untuk melihat adanya metastasis
paru dengan ukuran yang cukup besar.
2. Computed Tomography (CT) Scan
Ct-scan dapat berguna untuk memperlihatkan detil lesi pada tulang kompleks
dan mendeteksi matriks ossifikasi minimal. Selain itu dapat digunakan untuk
mendeteksi metastasis paru. Kegunaan lain dari CT scan adalah tuntunan
11
biopsi tulang (CT guided bone biopsy). CT scan thoraks berguna untuk
mengidentifikasi adanya metastasis mikro pada paru dan organ thoraks.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI merupakan modalitas terpilih untuk
evaluasi ekstensi lokal tumor dan membantu menentukan manajemen bedah
yang paling sesuai. MRI dapat menilai perluasan massa ke intramedular
(ekstensi longitudinal, keterlibatan epifisis, skip lesion), perluasan massa ke
jaringan lunak sekitarnya dan intraartikular, serta keterlibatan struktur
neurovaskular. Pemberian kontras gadolinium dapat memperlihatkan
vaskularisasi lesi, invasi vaskular, dan area kistik atau nekrotik. Pasca
kemoterapi, MRI digunakan untuk menilai ekstensi massa dan penambahan
komponen nekrotik 2 intramassa. Dynamic MRI juga dapat digunakan untuk
menilai respon pasca kemoterapi.
4. Kedokteran Nuklir
Bone scintigraphy digunakan untuk menunjukkan suatu skip metastasis atau
suatu osteosarkoma multisentrik dan penyakit sistemik
5. Biopsi
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan menggunakan biopsi jarum halus
(fine needle aspiration biopsy-FNAB) atau dengan core biopsy bila hasil
FNAB inkonklusif. FNAB mempunyai ketepatan diagnosis antara 70-90%.
Penilaian skor Huvos untuk mengevaluasi secara histologis respons
kemoterapi neoadjuvant. Pemeriksaan ini memerlukan minimal 20 coupe.
Penilaian dilakukan secara semi kuantitatif dengan membanding kan luasnya
area nekrosis terhadap sisa tumor yang riabel :
a. Grade 1 : sedikit atau tidak ada nekrosis (0 - 50%)
b. Grade 2 : nekrosis>50 - <90%
c. Grade 3 : nekrosis 90 – 99%
d. Grade 4 : nekrosis 100%
12
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan osteosarcoma meliputi terapi pembedahan (limb salvage
surgery (LSS) atau amputasi), kemoterapi dengan atau tanpa radioterapi yang
diberikan konkuren atau pun sekuensial sesuai indikasi.
1. Pembedahan
a. Limb Salvage Surgery
Limb salvage surgery (LSS) merupakan suatu prosedur pembedahan yang
dilakukan untuk menghilangkan tumor, pada ekstremitas dengan tujuan
untuk menyelamatkan ekstremitas. Prosedur LSS merupakan tindakan yang
terdiri dari pengangkatan tumor tulang atau sarkoma jaringan lunak secara
en-bloc dan rekonstruksi defek tulang atau sendi dengan megaprostesis
(endoprostesis), biological reconstruction (massive bone graft baik auto
maupun allograft) atau kombinasi megaprostesis dan bone graft.
Dalam melakukan tindakan LSS harus dipertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1) Rekurensinya dan survival rate pasien tidak lebih buruk daripada
amputasi
2) Prosedur yang dilakukan tidak boleh menunda terapi adjuvant
3) Fungsi ekstremitas harus lebih baik dari amputasi. Fungsi ekstremitas
pascarekonstruksi harus mencapai functional outcome yang baik,
mengurangi morbiditas jangka panjang dan mengurangi/meminimalkan
perlunya pembedahan tambahan.
4) Rekonstruksi yang dilakukan tidak boleh menimbulkan komplikasi yang
membutuhkan pembedahan berikutnya atau hospitalisasi yang berulang-
ulang.
a) Limb Salvage Surgery dengan Megaprostesis Megaprostesis adalah alat
yang terbuat dari logam yang didesain sebagai pengganti segmen tulang
dan atau sendi pada defek tulang yang terjadi pasca reseksi. Penggunaan
megaprostesis, memungkinkan pasien lebih cepat pulih dan lebih awal
menjalani rehabilitasi dan weight bearing. Dalam dua minggu pasca
operasi latihan isometrik atau non-bending exercise dapat dimulai.
Dalam periode enam minggu pasien sudah berjalan weight bearing
sesuai dengan toleransi pasien
13
dilakukan oleh dokter penyakit dalam dan spesialis onklologi medis. Atau
paling sedikit oleh internis plus latihan singkat onkologi medis, bersertifikat.
(internis plus). b. Pemeriksaan pendahuluan (work up) adalah, patologi
anatomi: osteosarkoma, grade, stadium.
4. Radioterapi
Prinsip radioterapi pada osteosarkoma dapat dibedakan untuk lokasi
tumor primer dan lesi metastasis.
Radiasi pada tumor primer
a. Radiasi eksterna dipertimbangkan pada kasus batas sayatan positif pasca
operasi, reseksi subtotal, dan kasus yang tidak dapat dioperasi
b. Dosis radiasi pasca operasi: 54-66 Gy Dosis radiasi pada kasus
unresectable: 60-70 Gy, bergantung pada toleransi jaringan sehat Radiasi
juga dapat diberikan sebagai terapi paliatif pada kasus metastasis, misalnya
nyeri hebat atau perdarahan.
c. Dosis paliatif biasanya 40 Gy yang dapat terbagi dalam fraksinasi
konvensional, 2Gy per hari atau hipofraksinasi
Radiasi juga dapat diberikan sebagai terapi paliatif pada kasus metastasis,
misalnya nyeri hebat atau perdarahan. Dosis paliatif biasanya 40 Gy yang
dapat terbagi dalam fraksinasi konvensional, 2Gy per hari atau
hipofraksinasi.
Pemilihan Terapi
1) Localized disease Menurut rekomendasi guidelines, wide excision
merupakan terapi primer pada pasien dengan low grade (intramedullary
dan surface) oteosarkoma dan lesi pariosteal. Pada periosteal
osteosarkoma penatalaksanaan disesuaikan dengan highgrade
osteosarkoma lainnya. Setelah wide excision maka dilanjutkan dengan
kemoterapi setelah operasi. Operasi re-reseksi dengan atau tanpa
radioterapi perlu dipertimbangkan untuk pasien dengan margin jaringan
positif.
2) Osteosarkoma yang disertai metastasis 8 Sepuluh sampai dengan 20 %
pasien osteosarkoma terdiagnosis saat sudah terjadi metastasis. Walau
kemoterapi menunjukan hasil yang membaik pada pasien non metastatik,
high grade, localized osteosarcoma kemoterapi justru menunjukan hasil
kurang memuaskan pada osteosarkoma yang disertai metastasis. Pada
15
I. Komplikasi
Menurut Suratun, (2006) komplikasi yang diakibatkan Osteo sarcoma adalah :
1. Gangguan produksi Antibodi
2. Infeksi akibat kerusakan sumsum tulang
3. Fraktur patologis
4. Gangguan pada ginjal dan hematologis
5. Hilangnya anggota ekstremitas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Menurut Ariyansyah, (2016) Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar
tahap keperawatan yang harus dilakukan secara teliti untuk dipergunakan sebagai
data untuk menegakkan diagnose. Berikut pengkajian yang dilakukan pada pasien
osteo sarcoma :
1. Pengumpulan data
a. Identitas pasien : Merupakan biodata klien yang meliputi, nama, umur, jenis
kelamin, agama,suku bangsa/ras, pendidikan, bahasa yang dipakai,
pekerjaan, penghasilan dan alamat serta identitas penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan klien sehingga mendorong
pasien untuk mendapatkan pertolongan medis. Keluhan utama pada pasien
Osteo sarcoma biasanya Nyeri.
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena, Klien
mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak, Mengungkapkan
akan kecemasan akankeadaannya
1) P (Paliatif / provokatif ), apakah yang menyebabkan keluhan dan
memperingan serta memberatkan keluhan.
2) Q (Quality / kwantity), berapa berat keluhan dan bagaimana rasana serta
berapa sering keluhan itu muncul.
3) R (Region), lokasi keluhan dirasakan dan arah penebaran keluhan.
4) S (Scala / Saverity), intensitas keluhan yang dirasakan, seberapa sering
dan apakah sampai mengganggu aktivitas atau tidak.
5) T (Time), kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah berulang-
ulang.
c. Riwayat kesehatan Dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang
berat/penyakit tertentu yang memungkinkan berpengaruh pada kesehatan
16
16
g) Kebersihan/Hygiene
Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibat
kelemahan yang dialami.)
h) Nyaman
Gejala: Nyeri tekan/nyeri lokal pada sisi yang sakit, mungkin hebat atau
dangkal.
Tanda : Perilaku hati – hati (distraksi), gelisah, jalan pincangi)
i) Keamanan
Gejala: Berulangnya infeksi. Pemajanan pada kimia toksik,
karsinogen, pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda: Fraktur tulang, kalsifikasi metastasik, keterbatasan gerak sendi,
Ruamkulit, ulserasi.
j) Komunikasi dan Sosialisasi
Gejala: Kesulitan menjalankan fungsi peran dalam keluarga.
k) Rekreasi Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar
rumah karenamengalami kelemahan dan mengikuti prosedur
pengobatan)
B. Diagnosa
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan efek samping terapi
radiasi
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang
4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri
dan/atau vena
5. Resiko perdarahan
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
18
C. Intervensi
No SDKI SLKI SIKI
1. Gangguan Citra Tubuh Citra tubuh Promosi citra tubuh
b.d perubahan fungsi Kriteria hasil : presepsi negative 1.Tentukan presepsi klien dan
tubuh tentang perubahan tubuh keluarga terkait perubahan citra
menurun/berkurang. diri dan realitas
3.Tunjukkan/bantu teknik
pemindahan dan penggunaan
alat mobilitas seperti walker
dan kruk
B. Saran
Dengan mengetahui tumor ganas osteosarkoma baik dari segi
etiopatogenesis, diagnosis dini dan terapi, gejala klinis dan prognosisnya, maka
diharapkan dapat mengetahui terjadinya osteosarkoma secara dini (yang ditandai
adanya benjolan pada tulang dan nyeri) serta pengelolaannya secara klinik.
Sebaiknya, masyarakat diberi penyuluhan mengenai penyakit osteosarkoma
rnisalnya melalui kegiatan puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA