Anda di halaman 1dari 8

PERSINGGUNGAN PEMIKIRAN EKONOMI SYARI’AH DAN EKONOMI

KONVENSIONAL
Oleh: Zulfa Maria Hani1
NIM: 1219230242
(Mahasiswa Program Studi Manajemen Keuangan Syari’ah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung)
E-Mail: zulfamariahani28@gmail.com

Abstrak
Dalam perkembangan zaman, perekonomian suatu negara tidak lepas dari sistem ekonomi yang akan
menjadi sebuah perangkat yang digunakan bagi suatu negara untuk mengelola perekonomian dan
mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya melalui unit-unit dan lembaga-lembaga ekonomi untuk
menghindari kekacauan pada bidang ekonomi yang berlaku untuk menunjuk pada satu kesatuan
mekanisme dan lembaga pengambilan keputusan yang mengimplementasikan kepada sebuah keputusan
yang berimbas terhadap suatu proses produksi, konsumsi dan distribusi pendapatan. Islam merupakan
agama yang memberikan keseimbangan antara kepentingan pribadi dan juga kepentingan orang lain yang
meliputi bidang ekonomi, sosial, politik, dan pendidikan. Sehingga dalam segi perekonomian pun islam
sangat berhati-hati guna memberikan kemudahan dan kebaikan bukan hanya bagi individu tetapi lebih
luas dari itu yaitu bagi semua orang yang terlibat dalam proses perekonomian. Dalam ekonomi Islam
yang dimaksud dengan constrain adalah terbatasnya kemampuan manusia baik dari segi fisik maupun
pengetahuan untuk mencapai atau mendapatkan sesuatu sumber yang tidak terbatas yang telah
disediakan oleh Allah SWT. Sedangkan ekonomi konvensional merujuk kepada teori ekonomi yang ada
kaitannya dengan “kebebasan” bergerak kearah menuju pasar bebas dan sistem ekonomi berpaham
perdagangan bebas dalam era globalisasi yang bertujuan menghilangkan kebijakan ekonomi
proteksionisme. Karena nya muncullah sebuah persinggungan pendapat para pemikir ekonomi syariah
dan ekonomi konvensional mengenai mana kah sistem yang lebih menguntungkan masyakarat terutama
pada negara yang mayoritasnya adalah muslim.
Keyword: Ekonomi Syariah, Ekonomi Konvensional, Pemikiran, Persinggungan
A. Pendahuluan
Perkembangan jenis dan bentuk muamalah yang dilaksanakan oleh manusia sejak dahulu sampai
sekarang sejalan dengan perkembangan kebutuhan dan pengetahuan manusia itu sendiri. Atas dasar itu,
dijumpai dalam berbagai suku bangsa jenis dan bentuk muamalah yang beragam, yang esensinya adalah
saling melakukan transaksi sosial dalam upaya memenuhi kebutuhan masing-masing. Dalam hal ini,
Allah ta'ala befirman didalam QS. Al-Isra;84
َ ‫علَى شَا ِكلَتِ ِهۦ ف ََربُّكُم أَعلَ ُم بِ َمن ه َُو أَهدَى‬
‫سبِ ٗيل‬ َ ‫قُل كُل يَع َم ُل‬
Artinya:
“Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih
mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.”

1
Mahasiswa Program Studi Manajemen Keuangan Syari’ah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Inilah agaknya yang menjadi rahasia, kenapa al-qur'an dan as-sunnah dalam persoalan muamalah
duniawiyah lebih banyak mengemuka-kan nilai dan prinsip yang harus diikuti dan dilaksanakan. Atas
dasar itu pula, para ulama fiqih merumuskan sebuah kaidah fiqih yang berhubungan dengan muamalah
ini, yaitu: Prinsip dasar dalam bidang muamalah adalah boleh (keizinan) sampai ada dalil yang
mengharamkannya.
Artinya, segala bentuk muamalah yang direkayasa manusia pada dasarnya adalah dibolehkan atau
diizinkan, selama tidak ada dalil yang melarangnya dan tidak bertentangan dengan prinsip dan nilai yang
ada dalam al-Qur'an dan as-Sunnah. Atas dasar prinsip inilah berbagai bentuk muamalah yang semula
berbentuk sederhana pada masa awal Islam, pada perkembangan selanjutnya dalam sejarah fiqih Islam
ditemukan berbagai macam jenis muamalah yang belum muncul pada zaman sebelumnya.2
Jadi jika dilihat secara umum, ekonomi adalah perilaku manusia yang berhubungan dengan
bagaimana proses dan cara memperoleh dan mendayagunakanproduksi, distribusi, dan konsumsi.
Ekonomi berkaitan dengan perilaku manusia yang didasarkan pada landasan serta prinsip-prinsip yang
menjadi dasar acuan.3
Pada masa ini terdapat berbagai macam sistem ekonomi yang telah tersebar di dunia. Meskipun
demikian secara garis besar, dalam sistem ekonomi dapat dikelompokkan pada dua kutub, yaitu
kapitalisme dan sosialisme. Dan dalam perkembangannya terdapat sistem-sistem yang lain
seperti welfare state, state capitalism, market socialisme, democratic sosialism yang pada dasarnya
bekerja pada rumpun kapitalisme dan sosialisme. Namun sejak runtuhnya Uni Soviet, sistem sosialisme
dianggap telah tumbang bersama dengan runtuhnya Uni Soviet saat itu. Dalam konteks tersebut kita
dapat mengetahui dengan apa yang dimaksud ekonomi konvensional. Ekonomi konvensional adalah
sistem ekonomi kapitalisme yang hingga kini masih menjadi sistem ekonomi yang kuat di dunia. Potensi
yang ada di muka bumi merupakan fasilitas untuk kesejahteraan manusia dan permasalahan yang timbul
di muka bumi merupakan tanggung jawab manusia untuk menyelesaikannya. Allah memberikan nikmat-
Nya kepada manusia tidak berwujud sesuatu yang tinggal menggunakan, tetapi memberikan sarana,
jalan, akal dan contoh untuk mengolah potensi dan sarana yang ada untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Jika kita telaah dari berbagai sistem ekonomi yang muncul mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda, karena dipengaruhi oleh ideologi yang dianut oleh para pimikirnya. Ideologi liberal melahirkan
sistem ekonomi kapitalis, dengan karakteristik memberikan kebebasan kepada individu yang seluas-
luasnya dalam kepemilikan harta kekayaan. Ideologi sosialis melahirkan sistem ekonomi sosialis, dengan
karakteristik tidak mengakui kepemilikan individu atas harta benda. Pemerintah memiliki peranan yang
kuat untuk ikut campur tangan dalam kegiatan ekonomi. Penganut ideologi campuran antara liberal dan
sosialis melahirkan sistem ekonomi campuran, dengan karakteristik mengambil hah-hal positif dan
membuang hal-hal negatif dari sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosialis. Sedangkan
ideologi Islam melahirkan sistem ekonomi islam dengan karakteristik tetap mengakui kepemilikan
individu tetapi tetap memperhatikan hak-hak orang lain secara adil.
B. Studi Kepustakaan
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam studi ini adalah metode dokumentasi, yakni
mencari bahan-bahan penyususnan yang diperoleh dari buku-buku, jurnal dan artikel. Karya ini ditulis
dari berbagai sumber terkait dengan pembahasan pemikiran para tokoh mengenai sistem ekonomi
konvensional dan sistem ekonomi syariah. Adapun buku yang berkaitan dengan pembahasan kali ini

2 Abdul Aziz dan Mariyah Ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. v
3
Iskandar Fauzi, et al, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: K-Media,2019), hlm. 1
adalah buku karya Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga
Kontemporer
Mantan menteri luar negeri Amerika Serikat Henry Kissinger Pernah mengatakan, " You Control
The Food, You Control The People. You Control Energy, You Control The Country." Jikalau ingin
mengendalikan rakyat, kendalikan pangan mereka, dan jika ingin mengendalikan sebuah negara,
kendalikan energi mereka.
M. Abdul Mannan, Islamic Economiys, Theory and Practice, terj. M. Nastangin, Teori dan
Praktek Ekonomi Islam “bahwa konsep pembangunan ekonomi menurut ekonomi pembangunan Islam
memiliki keunggulan dibandingkan konsep ekonomi lainya, yakni terletak pada motivasi filosofi
pembangunan ekonominya. Motivasi pembangunan dalam Islam, tidak hanya timbul dari masalah
ekonomi manusia semata-mata tetapi juga dari tujuan ilahi yang tertera dalam Alquran dan Hadis.”
Didalam buku Sejarah Pemikiran Islam disebutkan bahwa “Pemikiran ekonomi islam, yang mulai
muncul pada abad ke-7 pada era Islam mengacu pada gagasan ekonomi yang tercantum dalam Al-Qur’an
dan hadis Nabi serta penafsiran dan penjabaran dari para ulama Muslim awal. Para sarjana ini
menetapkan empat sumber dasar, yaitu: (i) Al-Qur’an, (ii) Tradisi Nabi, (iii) Ijma (konsensus di antara
para ahli hukum dan ahli ushul), dan (iv) Ijtihad (deduksi analogis dan reinterpretasi kreatif dalam
masalah hukum).”
C. Pembahasan
1. Pemikiran Ekonomi Syari’ah
Masing-masing sistem ekonomi yang lahir dan berkembang dalam kehidupan manusia memiliki
sisi keunggulan dan kelemahan masing-masing. Sangat sulit untuk mengatakan bahwa yang satu lebih
baik dari pada yang lain ataupun yang satu lebih unggul dari pada yang lain.
Dalam literatur Islam, entah mengapa sangat jarang ditemukan tulisan tentang sejarah pemikiran
ekonomi Islam atau sejarah ekonomi Islam. Buku-buku sejarah Islam atau sejarah peradaban Islam
sekalipun tidak menyentuh sejarah pemikiran ekonomi Islam klasik. Buku-buku sejarah Islam lebih
dominan bermuatan sejarah politik. Kajian pembahasan yang khusus tentang sejarah pemikiran ekonomi
Islam adalah karya Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqi yang berjudul, Muslim Economic Thinking, A
Survey of Contemporary Literature4, dan Artikelnya berjudul History of Islamic Economics Thougt5
Menurut beliau, pemikiran ekonomi Islam adalah respons para pemikir muslim terhadap
tantangan-tantangan ekonomi pada masa mereka. Pemikiran ekonomi Islam tersebut diilhami dan
dipandu oleh ajaran Al-Quran dan Sunnah juga oleh ijtihad (pemikiran) dan pengalaman empiris
mereka.6Pemikiran adalah sebuah proses kemanusiaan, namun ajaran Al-quran dan sunnah bukanlah
pemikiran manusia. Yang menjadi objek kajian dalam pemikiran ekonomi Islam bukanlah ajaran Al-
quran dan sunnah tentang ekonomi tetapi pemikiran para ilmuwan Islam tentang ekonomi dalam sejarah
atau bagaimana mereka memahami ajarean Al-Quran dan Sunnah tentang ekonomi. Obyek pemikiran
ekonomi Islam juga mencakup bagaimana sejarah ekonomi Islam yang terjadi dalam praktek historis.
Dengan demikian, tulisan ini hanya fokus kepada kajian historis, yakni bagaimana usaha manusia dalam

4
Shiddiqy, M.N, Muslim Economic Thinking, A Survey of Contemporary Literature dalam Kursyid Ahmad (ed).
Studies in Islamic Economics, International Centre for Research in Islamic Economics King Abdul Aziz
University, Jeddah, and The Islamic Foundation, United Kingdom, 1976.
5
Shiddiqy, History of Islamic Economic Thought, dalam buku Lecture on Islamic Economics, editor Ausaf
Ahmad and Kazim Rara Awan, Jeddah, IRTI- IDB, 1992, hlm.60
6 Shiddiqy, Islamic Economic Thought, Foundations, Evaluation and Needed Direction, dalam buku

Development and Finance in Islam, Kuala Lumpur, International Islamic University, 1991, hlm. 21.
menginterpretasi dan mengaplikasikan ajaran Alquran pada waktu dan tempat tertentu dan bagaimana
orang-orang dahulu mencoba memahami dan mengamati kegiatan ekonomi juga menganalisa kebijakan-
kebijakan ekonomi yang terjadi pada masanya
Menurut An-Nabhaniy (1990), pandangan Islam terhadap masalah ekonomi dari segi keberadaan
dan produksi harta kekayaan (penciptaan barang dan jasa) dalam kehidupan yakni ditinjau dari segi
kuantitasnya-berbeda dengan pandangan Islam terhadap masalah cara memperoleh, memanfaatan, serta
mendistribusikan harta kekayaan (barang dan jasa). Masalah ekonomi dari segi keberadaan dan produksi
barang dan jasa dimasukkan dalam pembahasan ilmu ekonomi yang bersifat universal dan sama untuk
setiap bangsa di dunia. Sedangkan masalah harta dari segi cara memperoleh, memanfaatan, serta
mendistribusikannya dimasukkan dalam pembahasan sistem ekonomi yang dapat berbeda antar setiap
bangsa sesuai dengan pandangan hidupnya (ideologinya).
Jika kita lihat pada sejarah, terbukti bahwasannya para Ilmuwan muslim pada era klasik telah
banyak menulis dan mengkaji ekonomi Islam tidak hanya secara normatif, tetapi juga secara empiris dan
ilmiah dengan metodologi yang sistimatis, seperti pada buku Ibnu Khaldun (1332-1406) dan Ibnu
Taymiyah, bahkan Al-Ghazali (w.1111) Al-Maqrizi. Selain itu masih banyak ditemukan buku-buku yang
khusus membahas bagian tertentu dari ekonomi Islam, seperti, Kitab AlKharaj karangan Abu Yusuf
(w.182 H/798 M), Kitab Al-Kharaj karangan Yahya bin Adam, Kitab Al-Kharaj karangan Ahmad bin
Hanbal (w.221 M). Dan sebenarnya masih banyak lagi buku-buku lainnya, baik yang secara khusus
berbicara tentang ekonomi ataupun buku-buku fikih yang hanya membahas masalah-masalah hukum
ekonomi. Buku-buku tersebut sarat dengan kajian ekonomi, seperti kebijakan moneter, fiskal (zakat dan
pakak), division of labour, fungsi uang, mekanisme pasar, monopoli, perburuhan, pengaturan usaha
individu dan perserikatan, lembaga keuangan (baitul mal), syairafah (semacam Bank Devisa Islam).
Mereka juga ada yang membahas kajian ekonomi murni, ekonomi sosial, ekonomi politik,
2. Pemikiran Ekonomi Konvensional
Menurut aliran kapitalis pembahasan ekonomi dari segi penciptaan termasuk upaya meningkatkan
produktivitas barang dan jasa; serta pembahasan ekonomi dari segi cara-cara memperoleh, cara
memanfaatkan serta cara mendistribusikan barang dan jasa semuanya disatukan dalam lingkup
pembahasan apa yang mereka sebut dengan ilmu ekonomi. Padahal terdapat perbedaan mendasar antara
pembahasan ekonomi dari segi pengadaan berikut upaya meningkatkan produktivitas barang dan jasa
dengan pembahasan ekonomi dari segi cara-cara memperoleh, cara memanfaatkan serta cara-cara
mendistribusikan barang dan jasa.
Meskipun banyak pemikir sebelumnya yang juga menyampaikan ide-ide yang serupa, pemikir
pertama yang mungkin dapat dijuluki sosialis adalah François Noël Babeufyangpemikiran-pemikirannya
muncul selama revolusi Prancis. Dia sangat memperjuangkan doktrinpertarungan kelas antara kaum
modal dan buruh yang di kemudian hari diperjuangkan dengan lebihkeras oleh Marxisme.Para pemikir
sosialis setelah Babeuf ini kemudian ternyata lebih moderat dan mereka biasanyadijuluki kaum utopian
socialists, seperti de Saint-Simon, Charles Fourier, dan Robert Owen.Mereka lebih moderat dalam artian
tidak terlalu mengedepan pertentangan kelas dan perjuangankekerasan tetapi mengedepankan kerjasama
daripada kompetisi. Saint-Simon berpendapat bahwanegara yang harus mengatur produksi dan
distribusi, sedangkan Fourier dan Owen lebih mempercayai bahwa yang harus berperan besar adalah
komunitas kolektif kecil.
Dan pada saat itu ada Teori Marx yang telah memberikan inspirasi besar bagi orang-orang kritis
waktu itu. Puncaknya, VladimirIllich Ulyanov (Lenin) mendirikan negara Komunis pertama Uni Soviet
dengan sebuah revolusi berdarah menggulingkan kekuasaan Tsar. Sebagai ideolog komunis terkemuka,
Lenin telahmeletakkan dasar-dasar pemerintahan komunis dengan tangan besinya. Semangat perlawanan
alaLenin juga diikuti oleh rezim-rezim komunis lainnya. Jutaan nyawa harus meregang
akibatpemerintahan otoriter yang dipraktekkan oleh mereka. Amartya Sen dalam The Black Book of
Communism memperkirakan jumlah orang yang tewas akibat sosialisme-komunisme mencapaiangka
100 juta (Chomsky, 2003). Cita-cita sosialisme -menghapus penindasan kapitalisme- ternyatadiganti
dengan penindasan ala komunis yang tidak kalah mengerikan. Sentralisasi kekuasaan yangabsolut
melahirkan slogan negara adalah saya. Dalam perkembangannya, bermunculanlahberbagai varian
pemikiran dari ideologi sosialisme ini.
Jadi didalam Ilmu ekonomi konvensional ini sangatlah memegang teguh asumsi bahwa tindakan
individu adalah sangat rasional. Rasionality assumption dalam ekonomi menurut Roger LeRoy Miller
adalah individuals do not intentionally make decisions that would leave them worse off. Ini berarti bahwa
rasionaliti didefinisikan sebagai tindakan manusia dalam memenuhi keperluan hidupnya yaitu
memaksimumkan kepuasan atau keuntungan senantiasa berdasarkan pada keperluan (need) dan
keinginan-keinginan (want) yang digerakkan oleh akal yang sehat dan kegiatan yang ingin menguasai
dari setiap kegiatan ekonomi dan tidak akan bertindak secara sengaja membuat keputusan yang bisa
merugikan kepuasan atau keuntungan mereka. Bahkan menurutnya, suatu aktivitas atau sikap yang
terkadang nampak tidak rasional akan tetapi seringkali ia memiliki landasan rasionaliti yang kuat,
misalnya orang yang berpacaran menghabiskan waktu dan uang, dan lain sebagainya.
3. Persinggungan Antara Pandangan Ekonomi Konvensional Dengan Ekonomi Syari’ah
Jika kita lihat dalam ekonomi Islam yang dimaksud dengan constrain adalah terbatasnya
kemampuan manusia baik dari segi fisik maupun pengetahuan untuk mencapai atau mendapatkan sesuatu
sumber yang tidak terbatas yang telah disediakan oleh Allah SWT. Berdasarkan pernyataan di atas maka
manusia perlu membuat suatu pilihan yang rasional sehingga pilihan tersebut dapat memberikan
kepuasan atau keuntungan yang maksimal pada manusia.
Namun jika menurut ilmu ekonomi konvensional, sesuai dengan pahamnya tentang rational
economics man, tindakan individu dianggap rasional jika tertumpu kepada kepentingan diri sendiri
(selfinterest) yang menjadi satu-satunya tujuan bagi seluruh aktivitas. Jadi didalam ekonomi
konvensional, perilaku rasional dianggap ekuivalen (equivalent) dengan memaksimalkan utiliti.
Ekonomi konvensional mengabaikan moral dan etika dalam pembelanjaan dan unsur waktu adalah
terbatas hanya di dunia saja tanpa memikirkan hari akhirat.
Berbeda juga dengan sistem ekonomi kapitalis yang lebih mengandalkan pada mekanisme pasar
(harga) dan menolak sejauh mungkin peranan negara secara langsung dalam mendistribusikan harta di
tengah masyarakat. Menurut mereka mekanisme harga (pasar) dengan invisible hands-nya akan secara
otomatis membuat distribusi kekayaan di tengah masyarakat. (Sukirno, 2002). Karena itulah maka sistem
ekonomi kapitalis akan mengabaikan setiap orang yang tidak mampu mengikuti mekanisme pasar
dengan baik, dan hanya orangorang yang mampu mengikuti makanisme pasar artinya mampu mengikuti
persaingan pasarlah yang layak hidup.
Pandangan ekonomi Islam dalam hal distribusi kekayaan di tengah masyarakat, selain
mengandalkan mekanisme ekonomi yang wajar juga mengandalkan mekanisme non ekonomi. Dalam
persoalan distribusi kekayaan yang timpang di tengah masyarakat, Islam melalui sistem ekonomi Islam
telah menetapkan berbagai mekanisme tertentu yang digunakan untuk mengatasi persoalan distribusi.
Mekanisme distribusi yang ada dalam sistem ekonomi Islam secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok mekanisme, yaitu apa yang disebut mekanisme ekonomi dan mekanisme non
ekonomi. Mekanisme ekonomi adalah mekanisme utama yang ditempuh oleh Sistem Ekonomi Islam
untuk mengatasi persoalan distribusi kekayaan. Mekanisme dijalankan dengan jalan membuat berbagai
ketentuan yang menyangkut kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan distribusi kekayaan.
Lalu jika dilihat pada aspek investasi, teori ekonomi kapitalis meletakkan dasar investasinya pada
riba atau interest. Di mana akibat yang muncul dari sistem ini adalah banyaknya spekulasi dan tidak
terkait dengan sektor riil dengan sektor keuangan. Sehingga banyak uang beredar di dunia maya, justru
tidak beredar di sektor riil. Sedangkan teori ekonomi Islam mengaharamkan riba dan menggantinya
dengan sistem bagi hasil. Di mana sistem ini tidak akan menzalimi pihak lain dalam berbisnis. Dalam
teori ekonomi Islam, kekayaan harus distribusikan secara adil dan merata. Islam sangat mengecam harta
hanya bergulir di kalangan orang-orang borjuis7. Islam menentang konsep‚ yang kaya makin kaya, yang
miskin makin miskin yang menjadi jargon ekonomi kapitalis. Walaupun ekonomi kapitalis memiliki
konsep pendistribusian harta melalui konsep pajak, namun konsep tersebut terbukti menzalami banyak
orang. Islam telah memberikan solusi untuk mendistribusikan kekayaan tersebut dengan banyak jalan,
yaitu zakat, infak, sedekah, wakaf, dan hibah. Konsep yang ditawarkan Islam ini lebih adil dan tidak
menzalimi orang lain.
Ekonomi Islam pernah tidak populer sama sekali. Kepopuleran ekonomi Islam bisa dikatakan
masih belum lama. Oleh karena itu, sering muncul pertanyaan, apakah ekonomi Islam adalah baru? Jika
melihat pada sejarah dan makna yang terkandung dalam ekonomi Islam, ia bukan sistem yang baru.
Argumen untuk hal ini antara lain:
Tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pemikir dan aktivis pertama ekonomi
syariah, bahkan sebelum ia diangkat sebagai Nabi dan Rasul. Pada zamanya telah dikenal pula transaksi
jual beli serta perikatan atau kontrak. Di samping, dan pada saat itu juga telah dikenal tentang bagaimana
mengelola harta kekayaan negara dan hak rakyat di dalamnya. Berbagai bentuk jual beli dan kontrak
termaksud telah diatur sedemikian rupa dengan cara menyerap tradisi dagang dan perikatan serta
berbagai bentuk kontrak yang telah ada sebelumnya yang mendapat penyesuaian dengan wahyu, baik
Al-Quran maupun Sunnah. Bahkan lebih jauh lagi, Sunnah Rasul telah mengatur berbagai alat transaksi
dan teori pertukaran dan percampuran yang melahirkan berbagai istilah teknis ekonomi syariah serta
hukumnya, seperti al-buyu’, al-uqud, al-musyarakah, al-mudlarabah, al-musaqah, dsb. Sementara para
aktivis awal di bidang ini adalah para Sahabat Rasul itu sendiri.
Ekonomi Islam telah dipraktikkan oleh Rasulullah Saw. (569-632 M) bersama masyarakat Mekah
dan Madinah, kemudian dilanjutkan oleh al-Khulafâ’ alRâsyidûn yang membangun pemerintahan
selama 29 tahun, dari 632-661 Masehi. Kemudian terus dipraktikkan hingga kejaayaan Islam di Turki.
Sejarah pemikiran ekonomi Islam telah menciptakan peradaban besar. Teori-teori ekonomi mulai dari
kebijakan fiskal, kebijakan moneter, pengelolaan anggaran negara hingga mekanisme pasar telah
dipraktikkan sejak zaman Rasulullah Saw. hingga masa kejayaan Islam di Turki.8
Jadi jika kita lihat dari segi sejarah mengenai perkembangan sistem ekonomi maka sistem ekonomi
syariah ini bukanlah hal yang baru karena sudah dipakai pengaplikasiannya sejak zaman Rasulullah
SAW.
Sedangkan teori ekonomi kapitalis diciptakan oleh Adam Smith pada tahun 1776 M. Tentu masa
itu jauh setelah munculnya para ekonom muslim yang mampu melampaui zamannya. Mereka telah
mengungkapkan ide-ide besar untuk mengatasi segala persoalan ekonomi yang muncul di masyarakat.
Apalagi dibandingkan dengan teori ekonomi sosialis. Tentu Islam lebih dahulu dan lebih mampu
menyelesaikan persoalan ekonomi, karena teori ekonomi sosialis sudah dianggap runtuh seiring
runtuhnya Uni Soviet.

7
Islam mengajarkan bahwa harta harus berputar dikalangan orang-orang saja (Q.s. al-Hasyr [59]: 7)
8Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, (Jakarta: Pustaka
Asatruss, 2005), h. 16-61.
4. Paradigma Baru Yang Ada Akibat Dari Persinggungan Para Pemikir Ekonomi
Konvensional Dan Ekonomi Syari’ah
Ada pendapat yang mengatakan bahwa ekonomi etis merupakan paradigma baru ekonomi islam
(Dimyati: 2007). Sementara menurut Masyhudi Muqorobin (2000) istilah tentang paradigma ilmu
ekonomi Islam disebut sebagai paradigma baru atau paradigma asal. Ia dapat dinyatakan baru karena
memperbarui yang telah usang dengan menyuntikkan semangat eksplorasi ilmiah yang baru berdasarkan
formulasi sintesis atas metodologi usul-fiqh dengan metodologi ilmu ekonomi konvensional. Sebaliknya
ia juga dapat dinyatakan sebagai paradigma asal mengingat kita kembali pada sistem etik ekonomi Islam
yang telah dikembangkan para pendahulu kita beberapa abad yang lampau, sama sekali tanpa
mengurangi makna suntikan semangat ilmiah yang baru dari metodologi ilmu ekonomi konvensional.
Penganut ideologi campuran antara liberal dan sosialis melahirkan sistem ekonomi campuran,
dengan karakteristik mengambil hah-hal positif dan membuang hal-hal negatif dari sistem ekonomi
kapitalis dan sistem ekonomi sosialis. Sedangkan ideologi Islam melahirkan sistem ekonomi islam
dengan karakteristik tetap mengakui kepemilikan individu tetapi tetap memperhatikan hak-hak orang
lain secara adil.
D. Simpulan
Ekonomi Islam tidak hanya menekankan pertumbuhan ekonomi, namun juga mengutamakan
pemerataan dan keadilan. Hal itu ditegaskan dalam Alquran bahwa harta tidak boleh berputar di kalangan
orang-orang kaya saja. Menurut ‘Abd Allâh ‘Abd al-Husayn al-Tharîqî, pertumbuhan ekonomi tidak
sekadar aktivitas produksi material saja. Lebih dari itu, pertumbuhan ekonomi merupakan aktivitas
menyeluruh dalam bidang produksi yang terkait erat dengan keadilan distribusi. Pertumbuhan ekonomi
bukan hanya diukur dari aspek ekonomi, melainkan aktivitas manusia yang ditujukan untuk pertumbuhan
dan kemajuan sisi material dan spiritual manusia sekaligus.9 Penerapan ekonomi Islam harus
menyeluruh, walaupun dilakukan secara bertahap. Jihad untuk menegakkan teori ekonomi Islam harus
dimulai dari sekolah-sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Karena selama ini buku-buku pelajaran yang
diajarkan adalah teori ekonomi kapitalis.
Dalam ekonomi konvensional, setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan
kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar-besarnya,
serta melakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas dengan berbagai cara. Hal ini
mengakibatkan terbentuknya sekelompok orang yang kaya dan sekelompok orang yang miskin. Kaum
kaya akan semakin kaya dan kaum miskin akan semakin miskin.
M.A. Manan (1992:19) di dalam bukunya yang berjudul “Teori dan Praktik Ekonomi Islam”
menyatakan bahwa ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah ekonomi
rakyat yang di ilhami oleh nilai-nilai islam. Sementara itu, H. Halide berpendapat bahwa yang di maksud
dengan ekonomi islam ialah kumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang dii simpulkan dari Al-Qur’an
dan sunnah yang ada hubungannya dengan urusan ekonomi (Daud Ali, 1988:3). Sistem ekonomi Islam
hadir jauh lebih dahulu dari kedua sistem yang dimaksud di atas, yaitu pada abad ke 6, sedangkan
kapitalis abad ke-17 dan sosialis abad ke-18.

9‘Abd Allâh ‘Abd al-Husayn al-Tharîqî, al-Iqtishâd al-Islâmî, Ushûluh wa Mubaun wa Ahdaf, (Kuwayt: Dâr al-
Nafâ’is, 1999), h. 282.
Daftar Pustaka
Abdul Aziz dan Mariyah Ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer, (Bandung: Alfabeta,
2010), hlm. v
Iskandar Fauzi, et al, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: K-Media,2019), hlm. 1
Shiddiqy, M.N, Muslim Economic Thinking, A Survey of Contemporary Literature dalam Kursyid
Ahmad (ed). Studies in Islamic Economics, International Centre for Research in Islamic Economics
King Abdul Aziz University, Jeddah, and The Islamic Foundation, United Kingdom, 1976.
Shiddiqy, History of Islamic Economic Thought, dalam buku Lecture on Islamic Economics, editor
Ausaf Ahmad and Kazim Rara Awan, Jeddah, IRTI- IDB, 1992, hlm.60
Shiddiqy, Islamic Economic Thought, Foundations, Evaluation and Needed Direction, dalam buku
Development and Finance in Islam, Kuala Lumpur, International Islamic University, 1991, hlm. 21.
Islam mengajarkan bahwa harta harus berputar dikalangan orang-orang saja (Q.s. al-Hasyr [59]: 7)
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, (Jakarta:
Pustaka Asatruss, 2005), h. 16-61.
‘Abd Allâh ‘Abd al-Husayn al-Tharîqî, al-Iqtishâd al-Islâmî, Ushûluh wa Mubaun wa Ahdaf, (Kuwayt:
Dâr al-Nafâ’is, 1999), h. 282.

Anda mungkin juga menyukai