PEMBAHASAN
2. Kulit
a. Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang menerima
rangsang aktivitas kelenjar keringat
b. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperature lingkungan yang meningkat dan demam.
c. Disebut Insensible Water Loss (IWL) sekitar 15 – 20 ml/24 jam
3. Paru – paru
Menhasilkan IWL sekitar 400 ml/hari b) Meningkatkan cairan yang hilang
sebagai respon terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman nafas akibat
pergerakan atau demam.
4. Gastrointestinal
a. Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari
sekitar 100 – 200 ml.
b. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10 – 15 cc/kg BB/24 jam,
dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1O C.
H. Gangguan dan Masalah Dalam Pemenuhan Kebutuhan Cairan
Kehilangan cairan tubuh pada manusia dapat bersifat :
a. Normal.
Hal tersebut terjadi akibat pemakaian energi tubuh secara normal.
Kehilangan cairan sebesar 1 ml terjsdi pada pemakain kalori sebesar 1
kalori.
b. Abnormal.
Terjadi karena berbagai penyakit atau keadaan lingkungan, seperti suhu
lingkungan yang terlalu tinggi atau rendah. Pengeluaran cairan yang
banyak dari dalam tubuh tanpa diimbangi pemasukan cairan yang
memadai dapat berakibat dehidrasi.
Dalam keadaan normal, jumlah cairan dan elektrolit tubuh selalu seimbang,
artinya asupan dan pengeluaran air dan elektrolit berada dalam jumlah yang
sama. Asupan air dan elektrolit berasal dari minuman dan makanan yang
dikonsumsi sehari-hari serta dari hasil metabolisme dalam tubuh.
Beberapa keadaan yang menyebabkan peningkatan kebutuhan cairan dan
elektrolitvadalah sebagai berikut :
Demam.
Hiperventilasi.
Suhu lingkungan tinggi.
Aktivitas ekstrim.
Penyakit diare dan poliuria.
Penyebab :
Tanda Gejala
Tindakan
2. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik merupakan syok yang disebabkan oleh gangguan
fungsi jantung untuk mempertahankan cardiac output. Kondisi ini
disebabkan oleh depresi berat cardiac index kurang dari 2,2
L/menit/m2 dan hipotensi sistolik arterial yang menetap kurang dari
90 mmHg.
Keadaan syok kardiogenik merupakan pump failure yang dapat
disebabkan oleh:
a. Infark miokard
b. Aritmia
c. Gagal jantung
Seperti jenis syok lain, syok kardiogenik dapat menyebabkan pasien
mengalami penurunan kesadaran, lemas, dan takipnea. Pasien dapat
mengeluhkan nyeri dada, sesak, dan keringat dingin. Nadi dapat teraba
cepat atau sangat lambat dengan tekanan yang lemah.
3. Syok Distributif
Syok distributif merupakan syok yang disebabkan oleh penurunan
stroke volume akibat penurunan venous return karena dilatasi
pembuluh darah.
Dilatasi pembuluh darah ini dapat disebabkan oleha.Infeksi berat
b. Neurogenik
c. Reaksi anafilaksis
Jenis syok ini terjadi ketika pembuluh darah kehilangan
kemampuannya untuk mengalirkan darah dengan benar. Sebagai
akibatnya,aliran darah dan oksigen ke organ-organ vital mejadi
terganggu. Syok distributif dapat dibagi lagi menjadi 3 tipe di bawah
ini:
Syok anafilaksis, yaitu komplikasi dari reaksi alergi yang
sangat parah (anafilaksis). Pemicu reaksi ini biasanya datang
dari makanan, sengatan serangga, maupun obat-obatan tertentu.
Syok septik yang disebabkan oleh sepsis. Sepsis adalah
komplikasi dari infeksi bakteri yang sangat parah, yang
menyebabkan adanya bakteri yang masuk ke dalam aliran
darah danmemicu kerusakan serius pada organ-organ dalam.
Syok neurogenik yang terjadi akibat kerusakan pada sistem
saraf pusat. Penyebab kerusakan ini umumnya adalah cedera
pada saraf tulang belakang.
Gejala syok, seperti penurunan kesadaran dan tekanan darah, juga
terjadi pada syok distributif. Pasien dengan syok distributif akan
mengalami gejala lain sesuai dengan penyebabnya, seperti demam,
sesak, atau nyeri
K. Prinsip Terapi Cairan
Terapi cairan merupakan salah satu aspek terpenting dari perawatan pasien.
Pemilihan cairan sebaiknya berdasarkan atas status hidrasi pasien, konsentrasi
elektrolit dan kelainan metabolik yang ada. Secara sederhana tujuan terapi
cairan dibagi atas resusitasi atau pengganti yaitu untuk mengganti kehilangan
cairan akut dan rumatan untuk mengganti kehilangan harian. Kebutuhan air
dan elektrolot sebagai terapi dapat dibagi atas 3 kategori:
1. Terapi pemeliharaan atau rumatan
Sebagai pengganti cairan yang hilang melalui pernafasan, kulit, urin dan
tinja ( Normal Water Losses = NWL). Kehilangan cairan melalui
pernafasan dan kulit disebut Insesible Water Losses (IWL). Kebutuhan
cairan pengganti rumatan ini dihitung berdasarkan kg BB. Kebutuhan
cairan untuk terapi rumatan dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan C
diatas aktifitas terutama IWL oleh karena itu setiap kenaikan suhu 1 C
kebutuhan cairan ditambah 12%. Sebaliknya IWL akan suhu tubuh 37
menurun pada keadaan menurunnya aktivitas seperti dalam keadaan koma
dan keadaan hipotermi maka kebutuhan cairan rumatan harus dikurangi
12% C dibawah suhu tubuh normal. Cairan pada setiap penurunan suhu 1
intravena untuk terapi rumatan ini biasanya campuran Dextrosa 5% atau
10% dengan larutan NaCl 0,9% 4:1 , 3:1, atau 1:1 yang disesuaikan
dengan kebutuhan dengan menambahkan larutan KCl 2 mEq/kgBB.
2. Terapi deficit
Sebagai pengganti air dan elektrolit yang hilang secara abnormal
(Previous Water Losses=PWL) yang menyebabkan dehidrasi. Jumlahnya
berkisar antara 5-15% BB. Biasanya kehilangan cairan yang
menyebabkan dehidrasi ini disebabkan oleh diare, muntah-muntah akibat
stenosis pilorus, kesulitan pemasukan oral dan asidosis karena diabetes.
Berdasarkan PWL ini derajat dehidrasi dibagi atas ringan yaitu
kehilangan cairan sekitar 3-5% BB, dehidrasi sedang kehilangan cairan
sekitar 6-9% BB dan dehidrasi berat kehilangan cairan berkisar 10% atau
lebih BB.
3. Terapi pengganti kehilangan cairan yang masih tetap berlangsung
( Concomitant water losses=CWL).
Kehilangan cairan ini bisa terjadi melalui muntah dan diare yang masih
tetap berlangsung, pengisapan lendir, parasentesis dan lainnya. Jumlah
kehilangan CWL ini diperkirakan 25 ml/kgBB/24 jam untuk semua umur.
Untuk mengatasi keadaan diatas diperlukan terapi cairan. Bila pemberian
cairan peroral tidak memungkinkan, maka dicoba dengan pemberian
cairan personde atau gastrostomi, tapi bila juga tidak memungkinkan,
tidak mencukupi atau membahayakan keadan penderita, terapi cairan
secara intra vena dapat diberikan.
L. Pemilihan Cairan Intravena
Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien, konsentrasi
elektrolit, dan kelainan metabolik yang ada. Berbagai larutan parenteral telah
dikembangkan menurut kebutuhan fisiologis berbagai kondisi medis. Terapi
cairan intravena atau infus merupakan salah satu aspek terpenting yang
menentukan dalam penanganan dan perawatan pasien.
Terapi awal pasien hipotensif adalah cairan resusitasi dengan memakai 2 liter
larutan isotonis Ringer Laktat. Namun, Ringer Laktat tidak selalu merupakan
cairan terbaik untuk resusitasi. Resusitasi cairan yang adekuat dapat
menormalisasikan tekanan darah pada pasien kombustio 18–24 jam sesudah
cedera luka bakar.
Larutan parenteral pada syok hipovolemik diklasifikasi berupa cairan
kristaloid, koloid, dan darah. Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok
hipovolemik. Keuntungan cairan kristaloid antara lain mudah tersedia, murah,
mudah dipakai, tidak menyebabkan reaksi alergi, dan sedikit efek samping.
Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat berlanjut dengan edema
seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih perlu dicegah.
Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok hipovolemik
dengan hiponatremik, hipokhloremia atau alkalosis metabolik. Larutan RL
adalah larutan isotonis yang paling mirip dengan cairan ekstraseluler.
RL dapat diberikan dengan aman dalam jumlah besar kepada pasien dengan
kondisi seperti hipovolemia dengan asidosis metabolik, kombustio, dan
sindroma syok. NaCl 0,45% dalam larutan Dextrose 5% digunakan sebagai
cairan sementara untuk mengganti kehilangan cairan insensibel.
Ringer asetat memiliki profil serupa dengan Ringer Laktat. Tempat
metabolisme laktat terutama adalah hati dan sebagian kecil pada ginjal,
sedangkan asetat dimetabolisme pada hampir seluruh jaringan tubuh dengan
otot sebagai tempat terpenting. Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan
resusitasi patut diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Adanya laktat dalam larutan Ringer
Laktat membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi dalam hati
menjadi bikarbonat.Secara sederhana, tujuan dari terapi cairan dibagi atas
resusitasi untuk mengganti kehilangan cairan akut dan rumatan untuk
mengganti kebutuhan harian.
M. Kontraindikasi Resusitasi Cairan
Tidak terdapat kontraindikasi absolut pada resusitasi cairan. Pemberian cairan
secara agresif pada resusitasi cairan perlu dihindari pada pasien yang tidak
mengalami ketidakstabilan hemodinamik. Pemberian cairan secara agresif
tidak sesuai indikasi akan menimbulkan komplikasi pada pasien seperti edema
paru akut hingga kematian.
Pada kasus yang jarang terjadi, pasien dapat mengalami reaksi alergi terhadap
beberapa jenis cairan. Bila pasien menunjukan reaksi alergi terhadap cairan
yang diberikan, pemberian cairan harus dihentikan segera.
Daftar Pustaka
Anonim. Kebutuhan Harian Air dan Elektrolit, gangguan Keseimbangan Air
dan Elektrolit, dan Terapi Cairan. Dalam: Pedoman Cairan Infus edisi revisi
VIII.Jakarta: PT. Otsuka Indonesia; 2003.