Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

status gizi anak dalam 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK). Hal ini didukung oleh

kebijakan pemerintah tentang pemberian ASI eksklusif di Indonesia yang ditetapkan

sejak tahun 2004 melalui Kepmenkes RI Nomor 450/Menkes/SK/IV/2 004 dan

diperkuat melalui Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 (Astuti, 2020).

Berdasarkan data UNICEF bahwa dari lima juta anak yang lahir setiap tahun

di Indonesia, lebih dari setengahnya tidak mendapatkan ASI secara optimal pada

tahun-tahun pertama kehidupannya. Meskipun sejumlah besar perempuan 96%

menyusui anak mereka dalam kehidupan mereka, hanya 42% dari bayi yang berusia

di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. (http://eprints.ums.ac .id/9

432/3/BAB%20I.pdf).

Pemberian ASI eksklusif sangat dianjurkan dilakukan selama 6 bulan usia

bayi, setelah 6 bulan bayi dapat diberikan makanan pendamping ASI sesuai usia

sambil tetap diberi ASI sampai usia 2 tahun. Menyusui sendiri tidak hanya memberi

manfaat bagi sang anak bagi tumbuh kembangnya namun juga memberi manfaat

bagi si ibu. Kegiatan menyusui ini menurunkan risiko terkena kanker payudara serta

kanker ovarium. Menyusui juga mendekatkan sang anak dengan ibunya hal ini dapat

membangun kedekatan jiwa antara sang ibu dan sang anak.

(https://dinkes.surakarta.go.id/pekan-asi-sedunia-tahun-2021-melindungi-dan-

memfasilitasi-busui-adalah-kewajiban/)
2

Data World Health Organization (WHO) tahun 2016 menunjukkan ratarata

pemberian ASI eksklusif di dunia berkisar 38%. Di Indonesia, sebanyak 96%

perempuan telah menyusui anak dalam kehidupan mereka, namun hanya 42% yang

mendapatkan ASI eksklusif (PAS, 2018). Pada tahun 2020 WHO kembali

memaparkan data berupa angka pemberian ASI eksklusif secara global, walaupun

telah ada peningkatan, namun angka ini tidak meningkat cukup signifikan, yaitu

sekitar 44% bayi usia 0-6 bulan di seluruh dunia yang mendapatkan ASI eksklusif

selama periode 2015-2020 dari 50% target pemberian ASI eksklusif menurut WHO.

Masih rendahnya pemberian ASI eksklusif akan berdampak pada kualitas dan daya

hidup generasi penerus. Secara global pada tahun 2019, 144 juta balita diperkirakan

stunting, 47 juta diperkirakan kurus dan 38,3 juta mengalami kelebihan berat badan

atau obesitas.(http://scholar.Unand. ac.id/ 75091 / 2 / Bab% 201% 20% 28

Pendahuluan % 29 . pdf).

Pemberian ASI eksklusif bagi bayi tentu saja menjadi hal yang penting

terutama bagi tumbuh kembang sang buah hati. Menurut WHO, ASI adalah

makanan yang ideal untuk bayi dimana pada ASI sendiri jelas aman, bersih dan

mengandung antibodi seperti DHA, AA, Omega 6, laktosa, taurin, protein,

laktobasius, vitamin A, kolostrum, lemak, zat besi, laktoferin and lisozim yang

semuanya dalam takaran dan komposisi yang pas untuk bayi. Oleh karenanya, ASI

sangat penting dalam membentuk sistim imun pada bayi dimana dapat membantu

melindungi anak dari banyak penyakit umum. Dalam ASI sendiri terkandung

semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk bulan-bulan pertama

kehidupannya, dan ASI terus menyediakan kebutuhan nutrisi sang anak.


3

(https://dinkes.surakarta. go.id/pekan-asi-sedunia-tahun-2021-melindungi-

dan-memfasilitasi-busui-adalah-kewajiban/).

Berdasarkan Profil kesehatan Indonesia tahun 2018, cakupan bayi pada

tingkat provinsi yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia adalah sebanyak 68,74%

sementara cakupan untuk provinsi Sumatera Barat masih berada dibawah dari

akumulasi cakupan pemberian ASI eksklusif Indonesia menurut provinsi

yaitu68,11%. (http://scholar. unand.ac.id /75091 /2/Bab% 201% 20%

28Pendahulua n%29.pdf).

Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2020 yaitu

sebesar 66,06%. Angka tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2020 yaitu

40%. Persentase tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada Provinsi

Nusa Tenggara Barat (87,33%), sedangkan persentase terendah terdapat di Provinsi

Papua Barat (33,96%). Terdapat empat provinsi yang belum mencapai target

Renstra tahun 2020, yaitu Maluku dan Papua Barat. (http:///C:/Users /User /

Downloads /Profil Kesehatan Indonesia 2020% 20NO%2099%20BAB%205.pdf).

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Tahun 2019 dari 186.460 bayi usia

<6 bulan, dilaporkan hanya 75.820 bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif (40,66%),

capaian ini masih jauh dari target yang ditentukan di Renstra Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019 yaitu sebesar 53%. Berikut ini akan disajikan

cakupan ASI Eksklusif menurut kabupaten/kota tahun 2019.


4

Kabupaten/Kota yang tertinggi cakupan ASI Eksklusifnya adalah Nias Utara

(84,28%), Sibolga (72,12%) dan Samosir (69,05%). Sedangkan 3 Kabupaten/Kota

terendah adalah Nias Barat (11,96%), Serdang Bedagai (16,20%) dan Nias (17,62%).

Merujuk target Renstra sebesar 53%, maka ada 10 Kabupaten/Kota yang sudah

mencapai target tersebut yaitu Nias Utara, Sibolga, Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli

Selatan, Mandailing Natal, Tebing-Tinggi, Labuhanbatu Utara, Dairi dan Humbang

Hasundutan. (http:///C:/Users/User/Downloads/ PROFIL%20 KES% 20SUMUT .pdf).

Manfaat ASI yaitu bayi mendapatkan kekebalan tubuh serta perlindungan dan

kehangatan melalui kontak kulit dengan ibunya, mengurangi perdarahan serta

konservasi zat besi, protein dan zat lainnya, dan ASI Ekslusif dapat menurunkan angka

kejadian alergi, terganggunya pernapasan, diare dan obesitas pada anak (Riskani, 2012).

Bila bayi tidak diberi ASI Eksklusif memiliki dampak yang tidak baik bagi bayi.

Adapun dampak memiliki risiko kematian karena diare 3,94 kali lebih besar

dibandingkan bayi yang mendapat ASI Eksklusif (Kemenkes, 2010). Bayi yang diberi

ASI akan lebih sehat dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula. (http://

ejurnalmalahayati. ac.id/index.php/ kebidanan.).

Berdasarkan beberapa laporan penelitian mengemukakan bahwa faktor -faktor

yang menjadi penyebab tidak diberikannya ASI ekslusif pada bayi adalah karena ibu

sibuk bekerja, pendidikan ibu yang rendah, gencarnya periklanan tentang penggunaan

susu formula, ASI yang tidak keluar, adanya persepsi bahwa bayi tanpa diberi makanan

tambahan akan menjadi lapar dan pengetahuan ibu tentang ASI yang kurang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaporkan (Rohani, 2010) Mengemukakan bahwa ibu

yang bekerja memiliki risiko kegagalan pemberian ASI eksklusif 10 kali lebih besar
5

dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. (http:///C:/Users/User/ Downloads/KTI%

20ANIN%20(4).pdf)

Berdasarkan data dari bulan Desember 2021 dan data dari Januari – Maret 2022

yang diperoleh dari puskemas Perlayuan jumlah ibu menyusui bayi 0-6 bulan sebanyak

267 Orang. jumlah ibu menyusui yang memberikan ASI ekslusif sebanyak 109 orang.

dan jumlah ibu menyusui yang tidak memberikan ASI ekslusif sebanyak 158 orang.

Hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 5 April 2022 terhadap 10 orang

ibu menyusui 7 dintara nya tidak memberikan ASI ekslusif dan 3 memberikan ASI

Esklusif. Dari 7 orang yang tidak memberikan ASI ekslusif karena ibu mengatakan

bahwa ASI tidak lancar, ibu bekerja, ibu memberikan tambahan makanan.

Dari permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Yang Tidak Memberikan ASI ekslusif.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah

yang dibuat ini adalah Bagaimana Gambaran pengetahuan Ibu Menyusui Yang

Tidak Memberikan ASI ekslusif di Puskesmas perlayuan Kecamatan Rantau Utara

Kabupaten Labuhanbatu ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui yang tidak memberikan

ASI ekslusif di Puskesmas perlayuan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten

Labuhanbatu.
6

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui yang tidak memberikan

ASI ekslusif di Puskesmas perlayuan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten

Labuhanbatu berdasarkan umur.

b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui yang tidak memberikan

ASI ekslusif di Puskesmas perlayuan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten

Labuhanbatu berdasarkan pendidikan

c. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui yang tidak memberikan

ASI ekslusif di Puskesmas perlayuan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten

Labuhanbatu berdasarkan pekerjaan.

d. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui yang tidak memberikan

ASI ekslusif di Puskesmas perlayuan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten

Labuhanbatu berdasarkan paritas

e. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui yang tidak memberikan

ASI ekslusif di Puskesmas perlayuan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten

Labuhanbatu berdasarkan Informasi.


7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Responden

Untuk menambah pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dan agar kedepannya

ibu dapat mengaplikasikan.

1.4.2. Bagi Peneliti

Sebagai penambahan pengetahuan belajar dalam menerapkan ilmu dan teori

yang didapatkan selama kuliah didalam lahan praktek di lingkungan masyarakat,

peningkatan daya pikir dan mengamati suatu masalah sehingga dapat

pengetahuan dan pengalaman.

1.4.3. Bagi Institut Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat dan dapat dijadikan bahan

referensi di perpustakaan Akademi Kebidanan Ika Bina Labuhanbatu tentang

Gambaran pengetahuan ibu menyusui yang tidak memberikan ASI Eksklusif di

Puskesmas Perlayuan Kecamatan Rantau Utara Kabupaten Labuhanbatu

1.4.4. Bagi Tempat Penelitian

Untuk menambah informasi dan pengetahuan tentang dukungan ibu yang

menyusui dengan pemberian ASI eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai