BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengendalian mutu merupakan sasaran pengelolaan proyek disamping biaya dan
jadwal. Suatu peralatan, material, dan cara kerja dianggap memenuhi persyaratan mutu
apabila dipenuhi semua pesyaratan yang ditentukan dalam kriteria dan spesifikasi. Untuk
mencapai tujuan tersebut secara efektif dan ekonomis tidak hanya diperlukan pemeriksaan
di tahap akhir sebelum diserahterimakan kepada pemilik proyek, tetapi juga diperlukan
serangkaian tindakan sepanjang siklus proyek mulai dari penyusunsn program, perencanaan,
pengawasan, pemeriksaan, dan pengendalian mutu (quality assurance – QA). Program ini
merupakan rencana dan pedoman kegiatan QA/QC selama proyek berlangsung. Akhirnya
ditutup dengan menyajikan kegiatan pengendalian mutu selama siklus proyek, yang terdiri
dari pengendalian mutu engineering, pembelian, manufaktur konstruksi, dan tahap akhir
proyek sebelum dinyatakan fitness for use untuk kemudian disreahkan kepada pemilik.
Kontrol mutu atau quality control (QC) adalah suatu kegiatan untuk mengukur
kualitas suatu barang dengan membandingkannya sesuai dengan spesifikasi dan syarat yang
dibutuhkan oleh Pengguna Jasa, atau dapat dikatakan juga sebagai usaha untuk
mempertahankan mutu dari barang yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan berdasarkan kebijakan-kebijakan baku mutu. Quality control adalah profesi
memeriksa (inspecting), menguji (testing), dan memisahkan (grading) dengan menggunakan
statistik sebagai analisa angka-angka (data-data) yang tepat, sebagai jawaban untuk
pembanding dan estimasi hasil yang baik dan yang tidak baik dipisah-pisahkan untuk
mencari mana yang dapat diterima dan mana yang ditolak.
Untuk memperoleh hasil pekerjaan struktur yang sesuai dengan standart dan dapat
dipertanggungjawabkan, mama mutu bahan untuk struktur harus sesuai dengan standart
kualitas yang telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan tersebut maka perlu dilakukan
kegiatan pengawasan dan pengendalian mutu yang meliputi pemilihan bahan, pengujian
berkala, cara pelaksanaan, perawatan dan pemeliharaanya.
Dalam pengendalian mutu pekerjaan, penekanan yang diberikan adalah pada
pekerjaan struktur yaitu pekerjaan beton bertulang dan pasangan batu agar sesuai spesifikasi
teknis dan approval material yang telah disetujui oleh pemilik.
1
Pekerjaan : Pengawasan Teknis Teknis 2017, Kegiatan
Pembangunan Jembatan Bidang Bina Marga Laporan Pengendalian Mutu
Dinas PUPR Kab. Ngada
C. Lingkup Kegiatan
Dalam pelaksanaan pengendalian mutu harus menerapkan prosedur Quality
Insurance sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Spesifikasi mulai dari penentuan
quarry sampai dengan hasil pelaksanaan akhir.
Secara umum prosedur dan tata cara pengendalian mutu pekerjaan jalan dan
jembatan terdiri dari meliputi :
1. Rumusan Campuran Rancangan (Design Mix Formula, DMF)
Sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan agar diperoleh mutu pekerjaan sesuai
yang disyaratkan dalam Spesifikasi maka sebagai langkah awal terlebih dahulu
harus disiapkan Design Mix Formula (DMF). Pembuatan DMF dimulai dari
pengambilan sample material di lokasi quarry yang sesuai penawaran Kontraktor.
Pengambilan sample material dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana bersama
Konsultan Pengawas dan Pihak Direksi Pekerjaan. Kemudian sample material
tersebut dilakukan pengujian di Laboratorium Pengujian Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi NTT untuk pembuatan rumusan campuran rancangan (DMF).
Item pekerjaan yang harus disiapkan DMF khusus untuk pekerjaan jembatan
adalah :
Beton Mutu K-250
2. Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF)
Segera setelah DMF disetujui Direksi Pekerjaan maka harus dilakukan uji coba
2
Pekerjaan : Pengawasan Teknis Teknis 2017, Kegiatan
Pembangunan Jembatan Bidang Bina Marga Laporan Pengendalian Mutu
Dinas PUPR Kab. Ngada
(trial) di lapangan. Uji coba yang memenuhi ketentuan Spesifikasi akan menjadikan
DMF dapat disetujui sebagai Job Mix Formula (JMF). Dari hasil uji coba di
lapangan diketahui dapat atau tidaknya DMF tersebut dipakai sebagai JMF. Contoh
campuran uji coba harus diuji di laboratorium. Bilamana percobaan gagal memenuhi
Spesisifikasi pada salah satu ketentuan maka dilakukan penyesuaian dan percobaan
harus diulang kembali. Bilamana telah disetujui, JMF akan menjadi dasar dalam
melaksanakan pekerjaan permanen selanjutnya.
Uji coba di lapangan juga untuk mengetahui dan menentukan jumlah lintasan
pemadatan, ketebalan gembur dan jenis alat pemadat yang tepat yang akan dipakai
dalam pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
3. Monitoring dan Kontrol Rutin Pengujian Laboratorium
Kontrol rutin pengujian laboratorium harian dilaksanakan terhadap produk dalam
kuantitas tertentu agar diperoleh hasil yang sesuai Spesifikasi. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui parameter-parameter yang menyimpang dari JMF yang dapat
terjadi akibat faktor peralatan yang kurang baik atau faktor tenaga kerja dan kondisi
cuaca yang tidak menguntungkan.
3
Pekerjaan : Pengawasan Teknis Teknis 2017, Kegiatan
Pembangunan Jembatan Bidang Bina Marga Laporan Pengendalian Mutu
Dinas PUPR Kab. Ngada
BAB II
BETON
A. Definisi
Beton merupakan campuran antara agregat kasar, agregat halus, air dan semen sebagai
pengikat dan pengisi antara agregat kasar dan halus, serta kadang-kadang ditambahkan pula
Admixture bila diperlukan sehingga membentuk masa padat. Gradasi atau distribusi agregat
yang merupakan bahan pengisi beton harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Agregat kasar harus keras, bersih dari unsur organik,bebas dari sifat penyerapan secara kimia
dan bergradasi sedemikian rupa sehingga masa beton dapat berfungsi sebagai beton yang
utuh, homogen dan rapat.
Dalam suatu perencanaan diusahakan membuat campuran yang ekonomis namun tetap
diusahakan untuk mencapai kekuatan yang disyaratkan dan kemudahan didalam pelaksanaan
serta keawetan.
Agregat didapat dari beberapa jenis bahan yang umumnya menggunakan bahan alam
seperti batu gunung, batu kali, yang mana bahan ini mudah dijumpai. Agregat dibagi menjadi
agregat kasar (batu pecah/kerikil) dan agregat halus (pasir). Demikian juga semen dibagi
menjadi beberapa jenis yang dibedakan dari unsur-unsur kimia yang terkandung didalamnya.
Beton yang bermutu baik ialah yang sesuai dengan perencanaan dan material yang
sangat awet serta bebas pemeliharaan untuk beberapa tahun dan beton dapat dicetak sesuai
dengan bentuk yang dikehendaki. Faktor lain yang menentukan kualitas beton yaitu pada
waktu perawatan setelah pengecoran sampai beton mulai mengeras mencapai umur 28 hari.
Dimana perawatan setelah pengecoran sangatlah menentukan kualitas dan kekuatan dari
beton itu sendiri.
4
Pekerjaan : Pengawasan Teknis Teknis 2017, Kegiatan
Pembangunan Jembatan Bidang Bina Marga Laporan Pengendalian Mutu
Dinas PUPR Kab. Ngada
(Tjokrodimujo, 1992).
Semen Portland berfungsi sebagai pengikat bahan-bahan bangunan yang lain (batu
bata, batu kali, pasir). Selain itu juga untuk mengisi rongga-rongga di antara butiran
agregat.
2. Air
Air merupakan bahan yang diperlukan untuk proses reaksi kimia, dengan semen
untuk pembentukan pasta semen. Air juga digunakan untuk pelumas antara butiran
dalam agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan.
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen,
membasahi agregat, dan memberikan kemudahan dalam penerjaan beton. Air yang
dapat diminum umunya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang
mengandung senyawa-senyawa berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula, atau
bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas
beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang dihasilkan (Mulyono, 2004).
Air dalam campuran beton menyebabkan terjadinya proses hidrasi dengan semen.
Jumlah air yang berlebihan akan menurunkan kekuatan beton. Namun air yang
terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi yang tidak merata.
3. Agregat
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar atau beton (Tjokrodimuljo, 1992). Agregat ini harus bergradasi
sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang
utuh, homogen, dan rapat, dimana agregat yang berukuan kecil befungsi sebagai
pengisi celah yang ada diantara agregat berukuran besar (Nawy, 1990). Dua jenis
agregat adalah:
a. Agregat kasar (kerikil, batu pecah)
b. Agregat halus (pasir)
1) Agregat kasar
Agregat kasar adalah kerikil yang dihasilkan secara alami atau berupa batu yang
dipecah dan bergradasi antara 5-40 mm. Syarat-syarat agregat kasar:
a) Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
b) Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur
5
Pekerjaan : Pengawasan Teknis Teknis 2017, Kegiatan
Pembangunan Jembatan Bidang Bina Marga Laporan Pengendalian Mutu
Dinas PUPR Kab. Ngada
6
Pekerjaan : Pengawasan Teknis Teknis 2017, Kegiatan
Pembangunan Jembatan Bidang Bina Marga Laporan Pengendalian Mutu
Dinas PUPR Kab. Ngada
1. Slump Test
Cara uji ini merupakan suatu teknik untuk memantau homogenitas dan workability
adukan beton segar dengan suatu kekentalan tertentu yang dinyatakan dengan satu
7
Pekerjaan : Pengawasan Teknis Teknis 2017, Kegiatan
Pembangunan Jembatan Bidang Bina Marga Laporan Pengendalian Mutu
Dinas PUPR Kab. Ngada
nilai slump . Dalam kondisi laboratorium, dengan material beton yang terkendali
secara ketat, nilai slump umumnya meningkat sebanding dengan nilai kadar air
campuran beton, dengan demikian berbanding terbalik dengan kekuatan beton.
Tetapi dalam pelaksanaan di lapangan harus hati-hati, karena banyak faktor yang
berpengaruh terhadap perubahan adukan beton pada pencapaian nilai slump yang
ditentukan, sehingga hasil slump yang diperoleh di lapangan tidak sesuai dengan
kekuatan beton yang diharapkan.
P
Kuat tekan beton = (kg /cm2 )
A
Keterangan :
8
Pekerjaan : Pengawasan Teknis Teknis 2017, Kegiatan
Pembangunan Jembatan Bidang Bina Marga Laporan Pengendalian Mutu
Dinas PUPR Kab. Ngada
Pengaruh susunan butir terhadap sifat aduk/beton keras adalah seagai berikut :
a. Mepengaruhi porositas
b. Berpengaruh terhadap sifat kedap air
c. Berpengaruh terhadap keadatan
Susunan butir yang ada diperdagangan atau di alam biasanya tidak memiliki
persyaratan yang dikehendaki, sehingga perlu adanya pengagabungan agregat halus
dan kasar untuk mendapatkan susunan butir tertentu yang sesuai dengan pedoman
kurva butir.
SNI 03-2834-2000 meberikan syarat-syarat untuk agregat kasar dan halus yang
diapdosi dari British Standard di Inggris. Agregat kasar dan halus dikelompokan
dalam 4 daerah (zona) seperti pada tabel di bawah.
9
Pekerjaan : Pengawasan Teknis Teknis 2017, Kegiatan
Pembangunan Jembatan Bidang Bina Marga Laporan Pengendalian Mutu
Dinas PUPR Kab. Ngada
75.00
70.00 Kurva 3 67.00
60.00 Kurva 4 60.00 59.00
50.00 52.00 50.00
47.00
44.00
40.00 38.00 40.00
36.00
30.00 30.00 31.00 32.00
23.00 24.00 25.00 24.00
20.00 18.00
15.00 17.00 17.00
10.00 11.00 12.00 12.00
6.00 7.00 7.00
4.00
2.00 3.00
0.00 0.00
0.15 0.30 0.60 1.20 2.40 4.80 9.60 19.00 38.00
10