Mahasiswi : Pratiwi
Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi
sebagai alat transporta zat penting seperti oksigen dan zat lainnya serta memiliki banyak
kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat
mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian. Darah pada tubuh
manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat).
Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa
atau sekitar 4 atau 5 liter.
Fungsi darah pada tubuh manusia sebagai alat pengangkut air dan menyebarkannya ke
seluruh tubuh, sebagai alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh, sebagai
alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh, sebagai alat pengangkut
hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi, sebagai alat pengangkut getah hormon dari
kelenjar buntu, menjaga suhu temperatur tubuh, untuk mencegah infeksi dengan sel darah putih,
antibodi dan sel darah beku serta untuk mengatur keseimbangan asam basa tubuh. Setiap orang
memiliki karakteristik darah yang berbeda, maka dikenal empat jenis golongan darah yakni A, B,
O, dan AB.
Sistem golongan darah ABO merupakan sistem golongan darah yang terpenting dalam
transfusi. Sistem penggolongan darah ini adalah yang paling imunogenik dari semua antigen
golongan darah. Hal ini dikarenakan penyebab paling umum kematian akibat transfusi darah
adalah kesalahan administrasi di mana jenis yang tidak kompatibel darah ABO yang
ditransfusikan. Antigen golongan darah ABO berbeda bervariasi antara populasi yang berbeda.
Antigen golongan darah ABO dikodekan oleh satu lokus genetik, lokus ABO, yang memiliki tiga
bentuk alternatif (alel) A, B, dan O. Seorang anak menerima salah satu dari tiga alel dari setiap
orangtua, sehingga menimbulkan enam genotipe yang mungkin dan empat tipe darah yang
memungkin (fenotipe).
Inkompatibilitas A dan B merupakan suatu keadaan akibat reaksi ikatan antara antibodi
dalam plasma darah dengan antigen pada sel darah merah. Keadaan ini dapat dijumpai pada
kesalahan memberikan tranfusi darah dari donor ke penerima dan ketidaksesuaian golongan
darah ibu dan janinnya pada waktu kehamilan. Inkompatibilitas Adan B dalam kasus kesalahan
memberikan tranfusi darah dapat mengakibatkan reaksi tranfusi letal (lethal tranfusion reaction),
sehingga membutuhkan penanganan dengan cepat dan tepat. Kasus inkompatibilitas pada
kesalahan tranfusi sangat jarang ditemukan pada era kesehatan modern seperti sekarang.
Pengidentifikasian golongan darah donor dan penerima (crossmatch test) sudah memadai, selain
itu tuntutan sikap untuk disiplin dan berhati-hati dalam memberikan pelayanan kesehatan oleh
praktisi kesehatan menghindarkan dari kelalaian dalam pemberian tranfusi darah yang tidak
sesuai dengan resipien.
Inkompatibilitas A, B dalam kehamilan adalah suatu keadaan dimana umur sel darah
merah janin atau neonatus yang memendek akibat antibodi ibunya. Inkompatibilitas A dan B
lebih sering ditemukan pada bayi golongan darah A atau B dan ibu golongan darah O. Angka
kejadian dalam kasus ini lebih bermakna dibandingkan dengan kehamilan inkompatibel pada ibu
golongan darah A atau B. Kehamilan inkompatibilitas ibu golongan darah O dengan janin
golongan darah A atau B ditemukan sekitar 15-40% dari seluruh kehamilan. Inkompatibilitas A
dan B dalam keadaan in dapat menyebabkan bayi kuning (ikterus) dan kadar bilirubin
meningkat, jika ikterus pada bayi tidak mendapatkan penanggulangan yang baik akan berakibat
kernikterus (penimbunan bilirubin di sel-sel otak), yang berdampak keterbelakangan mental,
kelumpuhan serebral (cerebral palsy), tuli, dan bahkan kematian.
Secara umum, ketidaksesuian atau inkompatibilitas dalam konteks golongan darah ini
disebabkan oleh pengikatan antibodi plasma dengan antigen sel darah merah, sehingga
menyebabkan reaksi. Sedangkan patofisiologi yang dapat menjelaskan timbulnya penyakit
inkompabilitas A B pada kehamilan terjadi ketika sistem imun ibu menghasilkan antibodi yang
melawan sel darah merah janin yang dikandungnya.
Pada saat ibu hamil, eritrosit janin dalam beberapa insiden dapat masuk kedalam
sirkulasi darah ibu yang dinamakan fetomaternal microtransfusion. Bila ibu tidak memiliki
antigen seperti yang terdapat pada eritrosit janin, maka ibu akan distimulasi untuk membentuk
imun antibodi. Imun anti bodi tipe IgG tersebut dapat melewati plasenta dan kemudian mask
kedalam peredaran darah janin sehingga sel-sel eritrosit janin akan diselimuti (coated) dengan
antibodi tersebut dan akhirnya terjadi aglutinasi dan hemolisis, yang kemudian akan
menyebabkan anemia (reaksi hipersensitivitas tipe II). Hal ini akan dikompensasi oleh tubuh
bayi dengan cara memproduksi dan melepaskan sel-sel darah merah yang imatur yang berinti
banyak, disebut dengan eritroblas (yang berasal dari sumsum tulang) secara berlebihan.
Daftar Pustaka
Stiller RJ, et.al., Fetal ascites associated with ABO incompatibility:case report and review of the
literature. Am J Obstet Gynecol 1996. No.175(S): p.1371-1372
https://erepo.unud.ac.id/id/eprint/12707/1/60eaad096a5035ff9cb8fc22e795da98.pdf
https://idoc.pub/documents/makalah-abo-inkompatibilitas-ylyx119vzqnm