Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NDH : 24
KELOMPOK/ANGKATAN : 3/XXIV
JUDUL KASUS : Membangun efektifitas pelayanan publik melalui Mall Pelayanan Publik
Reformasi birokrasi sebagai arus utama pendorong gelombang revolusi tata kelola
pemerintahan tidak lagi hanya untuk mengontrol jalannya birokrasi dan menghadirkan
pelayanan. Namun juga harus bergerak untuk mengubah paradigma para administrator publik
untuk menempatkan masyarakat sebagai aspek terdepan dan prioritas. Dan memposisikan
pemerintah sebagai representasi publik, serta membangun institusi publik yang berintegritas,
responsif melayani dan aktif memberdayakan masyarakat untuk terlibat langsung dalam
pengaturan dan implementasi berbagai kebijakan publik di tingkat pusat maupun daerah.
Dimana selama ini masih banyak permasalahan dalam kegiatan dan proses pemberian
layanan kepada masyarakat. Menjembatani kondisi tersebut, beberapa pemerintah daerah
berlomba-lomba bersaing dan berupaya memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat. Namun seringkali upaya tersebut masih belum memberikan hasil yang maksimal
sehingga pada akhirnya tidak solutif dan terkadang menimbulkan kerumitan dalam proses
pelayanan kepada masyarakat.
Denhardt dan. Denhardt, dalam bukunya mengungkapkan bahwa salah satu agenda
reformasi yang dijalankan oleh beberapa negara maju, adalah dengan menguatkan hubungan
antara institusi publik dengan pelanggannya (masyarakatnya) sebagai "mekanisme transaksi
pasar yang melahirkan suatu komoditas kepentingan bersama". Melalui konsep yang
ditawarkan, dapat dicermati bahwa konsep the new public management dalam administrasi
negara sudah hadir. Dia telah mengelaborasi sentuhan maupun pendekatan pelayanan negara
yang lebih demokratis (lebih meningkatkan kepercayaan publik), menjembatani harapan dan
keinginan warga, memberikan ruang bagi keterlibatan sosial dalam pemerintahan,
menyegarkan kembali birokrasi publik, membangkitkan legitimasi bagi pemerintahan, serta
melahirkan konsep the new public service.
Sebagaimana kita ketahui, selama ini masih banyak kekurangan dari penyedia layanan
publik sebagaimana yang dirumuskan dalam seminar evaluasi kualitas pelayanan publik
dinyatakan bahwa terdapat beberapa permasalahan dalam pelayanan publik. Diantaranya
masih sedikit instansi yang wajib memberikan layanan yang berstandar operasional prosedur,
dan adanya kejelasan. Masih ada beberapa instansi penanggung jawab dan penyedia layanan
yang masih belum mempunyai SOP berupa alur dan prosedur yang jelas dalam menyediakan
pelayanan. Aspek durasi waktu pemberian layanan masih belum ada sehingga kurang efektif
dan efisien serta dapat merugikan waktu masyarakat yang sedang mengakses pelayanan. Saat
ini hanya beberapa penyedia layanan yang telah memiliki durasi waktu pemberian layanan
seperti perpanjangan surat kendaraan yang sudah memiliki standar SOP dan durasi waktu
pengurusan pelayanan.
MPP pada dasarnya merupakan pengintegrasian pelayanan publik dari daerah dengan
berbagai pelayanan publik instansi pemerintah pusat, BUMN dan kalau mungkin swasta, boleh
jadi merupakan model pelayanan terpadu generasi ketiga. Generasi pertama adalah Pelayanan
Terpadu Satu Atap (PTSA), kemudian Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), dan kini MPP.
Konsep MPP ini terinspirasi dari Public Service Hall (PSH) yang ada di Georgia, yakni
pusat pelayanan terpadu dan terintegrasi, baik antar kementerian maupun dengan pemerintah
lokal. Sejak tahun 2018, Kementerian PANRB terus mendorong sejumlah pemda untuk
menerapkan konsep MPP di daerahnya.
Deputi Bidang Pelayanan Publik Diah Natalisa mengatakan, saat ini MPP sudah
terbangun di sejumlah daerah, antara lain Kota Batam, Provinsi DKI Jakarta, Kota Bekasi,
Kabupaten Banyuwangi, Kota Denpasar, Kabupaten Karangasem, Kota Surabaya, Kabupaten
Tomohon, dan Kota Bitung.
Kehadiran Mal Pelayanan Publik, juga tidak mendegradasi generasi Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP), justru ini keistimewaannya MPP dapat memayungi PTSP tanpa pula
mematikan pelayanan yang sudah ada sebelumnya. Sebab PTSP di daerah sebenarnya sudah
berjalan baik (melalui kerangka 7 regulasi PP nomor 18/ 2016 tentang perangkat daerah).
Namun, ada kendala yang perlu disempurnakan, antara lain sebagian besar perizinan
bergantung pada dinas teknisnya sehingga terjadi kelambatan proses; beberapa pemda belum
mengikat perizinan dengan sertifikasi ISO sehingga ada celah tidak terkontrol dan tidak
transparan sehingga menjadi temuan lembaga pengawasan.
Hingga sekarang, tahapannya masih pada identifikasi terhadap bentuk proses bisnis dan
tata kelola data lintas instansi yang mengintegrasikan karakter format dan definisi data yang
berbeda; integrasi layanan dan interoperabilitas data yang membutuhkan rekayasa aplikasi
ulang; serta pembentukan arsitektur spbe untuk menyamakan cara pandang bagi integrasi
pelayanan publik. Berdasarkan evaluasi, pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota, juga
semakin berlomba untuk membangun Mal Pelayanan Publik.
Mal Pelayanan Publik sebagai the new public service adalah jawaban bagi harapan
publik tentang kemudahan perijinan, kecepatan pelayanan dan akhirnya mendorong
kemudahan berusaha, meningkatkan pertumbuhan industri mikro maupun ekonomi makro.
Melalui MPP, pola pikir yang ego sektoral antar instansi diubah menjadi kerja bersama yang
berfokus pada komitmen melayani masyarakat. Bahkan, MPP mampu menjadi inkubator bagi
tumbuhnya pelayanan pemerintah yang 9 mengadopsi teknologi, serta menjadi wahana
leadership yang melahirkan para ASN teladan berjiwa hospitality.
MPP menjadi media untuk membangun sistem kerja dan sinergi yang utuh,
mempraktikkan perubahan budaya kerja yang melayani, panggung untuk menampilkan wajah
birokrasi yang mengadopsi the new public service, sehingga benar-benar merepresentasikan
kehadiran negara untuk memberikan manfaat luas bagi kepentingan dan kemakmuran
Soal 1
1. Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
Jawaban :
yaitu :
3. SDM yang tidak memadai dimana kompetensi yang dimiliki oleh SDM
4. Masih ada petugas yang cara memberitahu informasi dengan tidak ramah, sopan
5. Sarana dan prasarana yang kurang memadai dalam hal pelayanan bagi pengunjung
difabel, ibu menyusui, ibu hamil dan pengunjung lainnya yang membutuhkan
pelayanan tambahan.
Soal 2
Jawaban :
Berorinetasi pelayanan : masih ada pelayan publik yang tidak ramah memberikan
informasi tidak maksimal.Padahal peran SDM disini adalah sebagai pemberi
layanan
Akuntabel : adanya SDM yang belum menunjukkan tanggung jawabnya kepada
instansi selaku pemberi amanat tugas dan tanggung jawab
Kompeten : masih dijumpai sebagai pemberi layanan tidak berkompeten dalam
bidang yang dipegang saat ini. Pelayanan tidak maksimal karena tidak ada SOP
sebai pedoman pelayanan.Padahal pelayanan yang diamanatkan oleh instansi
seharusnya dijalankan dengan baik dan penuh tanggungjawab oleh pemberi
pelayanan dengan menjalankan SOP
Harmonis : masih ada celah yang dapat membuat petugas pemberi pelayanan
membeda bedakan siapa yang dilayani,hal ini sangat tidak selaras dengan peran
ASN sebagai pemersatu bangsa dan pemberi pelayanan pubik yang menjunjung
tinggi nilai harmonis
Adaptif : masih ada pelayan publik yang belum bisa beradaptasi dengan baik
terhadap bidang yang dia pegang karena bukan sesuai dengan kompetensi
dasarnya.
Loyal : Sebagian pemberi layanan publik telah berkerja dengan senang hati
dalam melayani masyarakat
Jawaban :
1. Membuat masyarakat tidak puas dengan kinerja ASN karena masih ada ASN yang
tidak kompeten melaksanakan tugasnya serta tidak mengikuti kemajuan teknologi
dalam melaksanakan tugasnya
2. Kemajuan ekonomi dan pembangunan terhambat karena proses pelayanan public
yang lambat
Soal 3
masalah-maslah yang ada pada pelayanan publik bisa dipecahkan dengan melakukan
bebrapa
1. Mewujudkan suatu inovasi terkait pelayanan yang mana inovasi ini sudah berjalan
yaitu mall pelayanan publik. mall pelayanan publik sebagai bentuk inovasi layanan
dan The new public service dengan memberikan kemudahan, kecepatan,
keterjangkauan, keamanan dan kenyamanan masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan serta meningkat pertumbuhan industri mikro maupun makro.
2. Penetapan standart operating prosedure (SOP), SOP harus ditetapkan dengan
seksama agar masyarakat tahu bagaimana alur layanan yang diberikan. penetapan
SOP ini harus informatif agar masyarakat memahami dengan tepat maksud dari SOP
yang dibuat.
3. peningkatan kompetensi petugas layanan publik atau ASN juga sangat penting
dimana dengan meningkatkan kompetensi ASN baik terkait pengetahuan dasar atau
soft skill maka akan memberikan layanan yang prima kepada masyarakat. selain itu,
sebagai ASN harus memiliki jiwa melayani masyarakat dengan mengedapankan
kepuasan masyarakat sebagai tujuan dari pelayanan publik.