a) Pengertian Sagu
Sagu sebagai salah satu sumber daya alam nabati di Indonesia yang belum dimanfaatkan
secara baik. Sejak dulu sagu merupakan makanan pokok beberapa daerah di Indonesia seperti
pada daerah maluku,Papua, dan sebagagian di Sulawesi. Tanaman Sagu (Metroxylon,sp)
merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung karbohidrat (Harsanto,1986).
Divisi: Spermatophyta
Kelas: Angiospermae
Ordo: Arecales
Family: Palmae
Genus: Metroxylon
Spesies: Eumetroxylon
c) Jenis-jenis sagu
Sagu (Genus Metroxylon) terdiri dari dua jenis utama yaitu sagu berduri dan sagu tidak
berduri. Sagu berduri memiliki duri pada pelepahnya dan sagu tidak berduri tidak
memiliki duri pada pelepahnya. Dua jenis utama ini kemudian dibagi lagi menjadi 5 jenis sagu
sebagai berikut 1) Sagu berduri meliputi Sagu Tuni (Metroxylon rumphyMartius), Sagu
Ihur (Metroxylon sylvestre Martius), Sagu Makanaru (Metroxylon longispinumMartius),
Sagu Duri Rotan (Metroxylon microcanthum Martius) dan 2) Sagu tidak berduri yaitu
Sagu Molat (Metroxylon sagus Rottball). Sagu memiliki sifat penyerbukan silang
(cross over pollination) sehingga muncul banyak varietas –varietas baru dengan sifat –sifat
peralihan dari 5 jenis tersebut.
2. Judul Artukel : Penelusuran Ragam Jenis Tanaman Buah Pekarangan Sebagai Sumber Nutrisi
Bagi Masyarakat Di Kota Langsa, Aceh
Peranan dan pemanfaatan pekarangan bervariasi di setiap daerah tergantung pada tingkat
kebutuhan, sosial budaya, pendidikan masyarakat maupun faktor fisik dan ekologi setempat.
Pekarangan di berbagai desa di kota Langsa masih dikelola dengan sederhana, namun sangat
mendukung dalam menunjang pendapatan keluarga masyarakat setempat. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan di kota Langsa, sebagian setiap rumah memiliki lahan pekarangan
yang telah ditanami dengan berbagai jenis tanaman buah-buahan. Buahbuahan diketahui
mengandung berbagai jenis nutrisi yang penting bagi kesehatan manusia (Ajesh et. al. 2012;
Brahma et. el. 2013). Penanaman buah pekarangan merupakan salah satu bentuk konservasi
sumber daya hayati (Njurumana 2016).Meskipun demikian, hingga saat ini data tentang jenis
tumbuhan buah pekarangan di kota Langsa masih terbatas. Informasi tersebut penting untuk
menggambarkan potensi sumber daya genetik buah-buahan lokaldalam upaya pengelolaan
keanekaragaman sumber daya tumbuhan serta memanfaatkannya secara optimal dan
berkesinambungan (Purwanto et al., 2009; Nolan dan Turner, 2011).
Penelusuran ragam jenis tanaman buah pekarangan telah dilakukan di Kota Langsa.
Lokasi pengambilan sampel dilakukan di empat kecamatan yaitu Kec. Langsa Baro, Kec. Langsa
Barat, Kec. Langsa Kota, dan Kec. Langsa Lama. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
Kec. Langsa Lama memiliki jumlah jenis dan jumlah individu tanaman buah pekarangan
terbanyak yaitu 23 jenis dan 95 individu. Selanjutnya diikuti oleh Kec. Langsa Baro dan Langsa
Kota. Kec. Langsa Barat memiliki jumlah paling sedikit yaitu ditemukan 7 jenis dan 13 individu
tanaman buah. Penelusuran ragam jenis tanaman buah yang ditanam di pekarangan Kota Langsa
telah ditemukan sebanyak 18 suku yang terdiri atas 24 marga dan 30 jenis dengan total individu
sebanyak 205 tanaman buah.
Tanaman buah yang ditanam di pekarangan pada umumnya sangat bervariasi jenisnya
sesuai dengan kebutuhan. Tanaman buah yang paling banyak dijumpai terdapat 11 jenis tanaman
berturut-turut adalah jenis mangga (M. indica), pisang (Musa sp.), kelengkeng (L. chinensis),
sirsak (A. muricata), jambu air (S. aqueum), rambutan (N. lappaceum), jambu biji (P. guajava),
nanas (A. comosus), belimbing wuluh (A. bilimbi), jambu air merah (S. semarangense), dan
nangka (A. heterophyllus). Tanaman buah pekarangan memiliki banyak manfaat, diantaranya
sebagai pohon peneduh, tanaman hias, sumber nutrisi bagi keluarga, dan mempunyai fungsi
sosial karena jika sudah panen maka dapat berbagi dengan masyarakat di lingkungan sekitar
(Priyanti and Fauziah. 2016; Suhartini et. al. 2013). Keragaman jenis tanaman buah juga
dijumpai pada tingkat kultivar. Beberapa jenis yang dapat dijumpai yaitu pada tanaman mangga
(M. indica) memiliki jumlah paling banyak yaitu sebanyak 7 kultivar. Kelompok pisang dijumpai
dua marga yaitu Musa x paradisiaca 3 kultivar dan Musa acuminata satu kultivar. Kelompok
tanaman pepaya (C. papaya) sebanyak 2 kultivar.
Nilai indeks pemanfaatan tumbuhan buah yang sedang tercatat ada 14 jenis yang tidak
hanya sebagai buah meja, tetapi juga berperan sebagai tanaman obat seperti buah nanas (A.
comosus), jambu biji(P. guajava), sirsak(A. muricata), belimbing (A. carambola), dan pepaya (C.
papaya). Jenis buah lain yang memiliki fungsi lainnya adalah pisang (Musa spp), selain sebagai
pengganti makanan buah pisang juga digunakan sebagai pelengkap pada acara adat perkawinan,
kelahiran, syukuran. Hal ini juga dijumpai pada masyarakat adat Bugis (Muraqmi 2015).
Nilai indeks pemanfaatan tumbuhan buah yang tergolong rendah tercatat 15 jenis.
Beberapa jenis tanaman buah ini hanya dimanfaatkan buahnya saja untuk dimakan langsung
sebagai buah meja, seperti duku (L. domesticum). Jenis lainnya adalah buah rukam (F. rukam)
merupakan salah satu jenis yang sudah sangat jarang dijumpai di Kota Langsa, yaitu hanya
dijumpai satu pohon saja.
3. Judul artikel : Keanekaragaman Tumbuhan Obat Masyarakat Di Hutan Talang Rencong Desa
Pulau Sangkar, Kabupaten Kerinci, Jambi
Menurut Jaini (1993), bagian pada tumbuhan seperti akar, batang, daun, kulit, umbi, biji,
getah dan buah yang memiliki khasiat obat biasanya digunakan sebagai bahan mentah untuk
pembuatan obat tradisional maupun modern. Obat dari tumbuhan berdasarkancara
pembuatannya dapat dikelompokkanmenjadi dua, yaitu obat modern dan tradisional. Obat
tradisional tidak menggunakan bahan kimia sedangkan obat modern menggunakan
bahan kimiadalam pembuatannya. Warisan budaya dari pemanfaatan tumbuhan obat yang
digunakan sebagai obat telah dilakukan secara turun temurun berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang diwariskan dari generasi sebelumnya, sehingga akan terbentuk ramuan
obat yang berkualitas tinggi.
Kabupaten Kerinci terletak di Provinsi Jambi pada 01°40’ dan 02°26’ Lintang
Selatan, serta 101°08’ sampai dengan 101°50’ Bujur Timur dengan luas wilayah Kabupaten
Kerinci yaitu sebesar 332.807 Ha atau 3328,14 km2. Kabupaten Kerinci memiliki 16
kecamatan dan 285 desa dengan total luas wilayah 3.328.14 km². Salah satu kecamatan
yang ada di Kabupaten Kerinci adalah Kecamatan Batang Merangin yang memiliki luas
476.46 km² yang terdiri atas sembilandesa, salah satunyaadalah Desa Pulau
Sangkar.Berdasarkan data di kantor Desa Pulau Sangkar,masyarakat menggunakan tumbuhan
untuk dijadikan obat dalam kehidupan sehari-hari.
4. Judul artikel : Revitalisasi Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga (Toga) Guna Meningkatkan
Kesehatan Dan Ekonomi Keluarga Mandiri Di Desa Contoh Lingkar Kampus Ipb Darmaga
Bogor
Penulis : Agus Hikmat1), Ervizal A.M. Zuhud1), Siswoyo1), Edhi Sandra1), Rita Kartika Sari2)
Sampai saat ini potensi keanekaragaman tumbuhan liar di hutan maupun di pedesaan dan
perkampungan masyarakat yang bermanfaat obatobatan masih banyak diabaikan dan belum
dimanfaatkan dan belum dikembangkan untuk bahan obat-obatan dan bahkan berpotensi menjadi
komoditi ekonomi. Hal ini terjadi antara lain karena pengetahuan dan teknologi yang rendah
yang dimiliki masyarakat. Pemerintah telah lama mencanangkan program Tumbuhan/Taman
Obat Keluarga (TOGA), untuk menjaga kesehatan keluarga yang murah dan mandiri, namun
dalam perjalanannya makin banyak dilupakan. Sehingga permasalahan ini perlu diatasi melalui
suatu kegiatan revitalisasi konservasi TOGA, untuk kegiatan ini dipilih 2 desa untuk dijadikan
percontohan di desa Benteng dan Desa Cikarawang, yaitu desa yang berada di sekitar lingkar
kampus.
2. Kekayaan Jenis Tumbuhan Obat Berdasarkan Habitus Dilihat dari segi habitusnya,
spesies-spesies tumbuhan obat di Kampung Gunung Leutik, Desa Benteng dan Kampung
Pabuaran Sawah, Desa Cibanteng dapat dikelompokkan 7 (tujuh) macam habitus, yaitu bambu,
terna, herba, liana, perdu, pohon, dan semak. Informasi tentang habitus masing-masing spesies
tumbuhan berguna secara rinci disajikan pada Lampiran 6, sedangkan rekapitulasi jumlah spesies
tumbuhan obat bermanfaat di Kampung Gunuing Leutik, Desa Benteng dan Kampung Pabuaran
Sawah, Desa Cibanteng berdasarkan habitusnya tersaji pada Tabel dibawah ini:
3. Kekayaan Jenis Tumbuhan Obat Berdasarkan Kelompok Penyakit/ Penggunaan
Berdasarkan kelompok penyakit/ penggunaannya, jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan di
kampung Gunung Leutik dan Kampung Pabuaran Sawah dapat dikelompokkan kedalam 26
kelompok penyakit/penggunaan. Potensi tumbuhan obat di kedua kampung tersebut paling
banyak merupakan tumbuhan obat untuk kelompok penyakit saluran pencernaan, sedangkan
paling sedikit adalah kelompok keluarga berencana dan penyakit tulang, seperti disajikan pada
Tabel dibawah ini :
Adanya program TOGA memberikan wadah penelitian, tukar menukar informasi dan
pembelajaran bersama antara peneliti IPB dengan masyarakat kampung dan antar sesama
masyarakat kampung untuk mencari alternatif obat dari tumbuhan setempat, melalui dorongan
kepada masyarakat untuk menggunakan tumbuhan obat setempat yang sudah diteliti khasiatnya
baik secara uji-khasiat maupun secara empiris untuk digunakan mengobati berbagai macam
penyakit mereka secara mandiri dan murah. Salah satunya hasil dari proses pembelajaran ini
yaitu adanya pengalaman empiris masyarakat kader yang berpotensi menjadi produk obat
tradisional unggulan, yaitu buah tekokak untuk obat penyakit gangguan prostat dan sirsak untuk
anti kanker. Revitalisasi konservasi TOGA bukanlah hanya sekedar budidaya dan perlindungan
tumbuahan obat, tetapi juga merupakan rekayasa psikologi sosial, terutama pembangunan sikap
dan perilaku masyarakat yang membutuhkan waktu panjang yang bersifat tahunan, tidak cukup 1
tahun . Hal ini akan berhasil pra-syarat utamanya apabila masyarakat secara nyata mendapat dan
merasa manfaat dari TOGA tersebut, baik untuk menjaga kesehatan mandiri secara murah
maupun manfaat sosial dan finansial bagi meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
bersama-sama, sehingga dengan terbangunnya stimulus manfaat akan menggerakkan stimulus
alam dan stimulus rela pada setiap individu, yang selanjutnya merupakan pendorong
terbangunnya sikap dan perilaku konservasi TOGA masyarakat.
Pencandraan atau penggambaran jenis tumbuhan merupakan hal yang akan membantu
kita sehingga dapat mengenali tumbuhan secara taksonomi. Selain itu, kita dapat
mengembangkannya untuk dapat mengenali kegunaan dan/atau manfaat dari vegetasi tersebut
(Onrizal, 2008). Hal ini biasa dilakukan dengan bantuan buku kunci determinasi tumbuhan dan
juga pengetahuan dari ahli. Kenyataan bahwa hal ini terkadang menyita waktu yang cukup lama
untuk dapat mencandra atau mengenali tumbuhan bahkan sampai pada manfaat dan
pemanfaatannya (Izza, 2018). Untuk hal ini, kita dapat melakukan pencandraan dengan sistem
digital.
Sistem digital yag dimaksud adalah dengan mengaplikasikannya kedalam sebuah website
sistem informasi tumbuhan. Dalam sistem informasi ini semua data mengenai tumbuhan dapat
disimpan berbasis taksonomi tumbuhan mulai dari Filum sampai dengan nama spesies. Selain itu
dapat juga ditambahkan manfaat dan kegunaan dari setiap tumbuhan. Dalam penelitian ini
dibangun sebuah website sistem informasi pohon dengan berbasis QR Code. QR Code
dikembangkan pertama kali di Negara Jepang tahun 1994 (Anastasia dkk., 2010) dan
(Mawaddah dkk., 2018). QR Code merupakan kode gambar 2 dimensi yang tercetak sehingga
dapat menyimpan sejumlah informasi yang diperlukan (Khaira dkk., 2020). Untuk pembacaan
informasi dari sebuah pohon, pengguna cukup melakukan scanning QR Code menggunakan
aplikasi scanner yang sudah ada di smartphone.
Vegetasi pohon yang ada di sekitar Universitas Timor (UNIMOR) terdiri dari beberapa
jenis. Ada yang sudah dikenali dan ada yang belum oleh sebab itu perlu dilakukan pencandraan.
Akan tetapi pencandraan yang akan dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi website yang akan
dibangun dengan memanfaatkan QR Code.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuhan yang hidup dan/atau berhabitat pada suatu
kawasan dan merespon faktor abiotik dan biotik (Pitts dkk., 1987; Wardana, 2021). Istilah dalam
ilmu biologi terkait dengan kawasan adalah ekosistem. Pada suatu ekosistem terdapat komponen
biotik dan abiotik. Komponen biotik antara lain hewan, tumbuhan dan mikrobia. Komponen
abiotik antara lain udara, cahaya, tanah, air, batuan. Kedua komponen tersebut saling berinteraksi
secara langsung dan tidak langsung. Interaksi antara kedua komponen tersebut akan saling
memengaruhi dan dapat mendukung pertumbuhan atau sebaliknya mematikan komponen
lainnya, misalnya pertumbuhan pohon.
Pohon merupakan salah satu growthform dalam pengenalan atau identifikasi karakter
tumbuhan. Vegetasi pohon merupakan tumbuhan yang memiliki ciri pembeda termasuk dalam
tumbuhan berkayu dengan keliling batang lebih besar dari 62,8 cm. Ciri ini membedakannya
dengan kelompok growtform tiang, pancang, semak atau lainnya. Seperti dikatakan tadi bahwa
komponen abiotik memengaruhi komponen biotik, maka pohon tentunya dipengaruhi oleh
kondisi tanah, air, cahaya, kelembaban dan lainnya. Komponen abiotik di ekosistem atau
kawasan Universitas Timor mempengaruhi jenis dan jumlah pohon yang ada.
Jumlah pohon atau jenis yang ada di kawasan Universitas Timor adalah 18 spesies.
Berbagai spesies tersebut memiliki peranan yang sudah dikenal secara umum dan juga manfaat
khusus sesuai dengan kondisi wilayah kabupaten Timor Tengah Utara sebagai lokasi berdirinya
Universitas Timor. Berbagai spesies tersebut seperti yang ada pada Tabel dibawah ini
Aplikasi SIPETA akan menyimpan berbagai data yang diperlukan oleh pengembang dan
akan disimpan dalam server atau database berbasis server. Data-data akan disimpan berbasis
website sehingga akan mempermudah untuk menyimpan, mencari dan mengeditnya (Andita
dkk., 2016) Data yang tersimpan dapat diproyeksikan ke dalam bentuk kode atau barcode atau
QR Code. Dalam sebuah QR Code dapat menyimpan informasi sampai dengan 2089 digit atau
4289 karakter, termasuk tanda baca ataupun karakter spesial di dalamnya (Supriatna dan Nafisa,
2020). Dengan keunggulan ini, maka QR Code mampu menampilkan berbagai teks, sampai
dengan membuka URL (Uniform Resource Locator) dari sebuah website (Aji dan Supriyono,
2020). Data dan informasi tersebut dapat dipanggil atau dimunculkan saat user atau pengguna
memanfaatkan aplikasi SIPETA. Berikut adalah tampilan interface (tatap muka) aplikasi Sistem
Informasi Pencandraan Tanaman (SIPETA).
6. Judul artikel : Inventarisasi Tumbuhan Obat Dan Kearifan Lokal Masyarakat Suku Mandacan
Dalam Memanfaatkan Tanaman Obat Di Desa Anggi Gida, Kabupaten. Pegunungan Arfak,
Provinsi Papua Barat
Tanaman obat merupakan tanaman yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit dan
dapat dijadikan sebagai tanaman penambah nilai estetika lingkungan. Berdasarkan struktur dan
bentuknya tanaman obat dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu kelompok pohon,
semak, tanaman penutup tanah (groundcover), tanaman merambat, dan tanaman air. Seluruh
potensi tanaman obat tersebut dapat tumbuh subur yang berada pada hutan tropika.
Hutan beriklim tropika terdapat sekitar 30.000 spesies tumbuhan berbunga, yang
memberi manfaat bagi manusia baik ekologis maupun ekonomis. Kekayaan alam hutan tropis
Indonesia, menyimpan berbagai tumbuhan yang berkhasiat obat. Berdasarkan dari beberapa hasil
penelitian, di hutan tropis Indonesia terdapat sekitar 1.300 jenis berkhasiat obat dan sejumlah
300 jenis tanaman yang telah dimanfaatkan untuk pengobatan secara tradisional, sedangkan
menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 20.000 spesies tumbuhan berkhasiat obat
digunakan oleh penduduk di seluruh dunia.
Kabupaten pegunungan Arfak yang terletak di Provinsi Papua Barat merupakan daerah
dengan gugusan gunung yang membentang di bagian kepala burung Pulau Papua yang memiliki
kontur geografis pegunungan dengan ketinggian berkisar antara 1800 Meter DPL hingga 2200
Meter DPL. Memiliki suhu pada siang hari 20°C hingga 18°C. Pada malam hari suhu berada
pada kisaran 17°C hingga 12°C. Hutan hujan pegunungan arfak memiliki tiga tipe ekosistem
yaitu hutan hujan dataran rendah, hutan hujan lereng gunung, dan hutan hujan kaki gunung.
Ketiga ekosistem tersebut memungkinkan tumbuh subur berbagai tumbuhan yang memiliki
potensi untuk kesejahteraan manusia khususnya tumbuhan berkhasiat obat.
Hasil dari Invetarisasi tanaman obat pada masyarakat suku mandacan di distrik Anggi
gida Kabupaten Pegunungan arfak, provinsi papua barat teridentivikasi sebanyak 20 family yaitu
Plantaginaceae, Asteraceae, Crassulaceae, Zingiberaceae, Solanaceae, Lamiaceae, Apiaceae,
Boraginaceae, Achantaceae, Cannaceae, Oxalidaceae, Campanulaceae, Selaginellaceae,
Equisetaceae, Urticaceae, Rubiaceae, Nepenthaceae, Dipteridaceae dan Amaryllidaceae.
selanjutnya akan di identifikasi taksonomi tanaman tersebut.