Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Nama Mahasiswa :
Nim :
No Kegiatan 1 2 3 4
1 Pengertian : melakukan pemeriksaan pada klien dengan teknik
cephalocaudal melalui inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
2 Tujuan : untuk menilai status kesehatan kesehatan klien ,
mengidentifikasi faktor resiko kesehatan dan tindakan pencegahan,
mengidentifikasi pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan,
mengevaluasi terhadap perawatan dan pengobatan pada klien
3. Indikasi :
1. klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di
rawat
2. secara rutin pada klien yang sedang di rawar
3. Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien
4. Alat-alat :
1. Sphigmanometer
2. Termometer digital (Bila Air Raksa siapkan 3 botol desinfektan)
3. Pen light
4. Timbangan
5. Jam dengan detik
6. Garputala
7. Sarung tangan bila perlu
8. Media tes penciuman (bau-bauan/kopi, teh, minyak kayu putih
dll)
9. Media tes Rasa (asin, manis)
10. Speculum hidung
11. Tong spatel terbungkus ujungnya di dalam tempat
12. Stetoskop
13. Midline (meteran)
14. Refleks Hammer
15. Alkohol swab
16. Tissue
17. Bengkok/kantong plastic sampah medis
18. Buku catatan /lembar observasi
19. Sarung tangan bersih bila perlu
20. Timbangan
Prosedur kerja :
Komunikasi Terapetik :
1. Memulai komunikasi perkenalan
2. Menjelaskan tindakan tujuan pada semua tahapan prosedur
3. Mendapat persetujuan klien dengan kontrak waktu
4. Membantu posisi klien yang nyaman
Mendekatkan Alat :
1. Membawa Alat-alat ke dekat pasien
2. Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup
penerangan. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk
menjaga privacy klien
MENGHITUNG PERNAPASAN
1. Pastik an dada klien terlihat
2. Menempatkan lengan klien pada posisi relaks abdomen atau dada
bawah atau letakan tangan anda langsung pada abdomen atas
klien (lakukan inspeksi dan hitung pernpasan dengan melihat
perkembangan dada)
3. Observasi siklus pernapasan lengkap yaitu sekali inspirasi dan
sekali ekspirasi
4. Hitung selama satu menit penuh ( 60 detik)
5. Saat menghitung, perhatikan kedalaman pernap asan
6. Catat setiap hasil kegiatan
Pemeriksaan kepala
Inspeksi:
a. Anjurkan posisi pasien duduk bila memungkinkan
b. Anjurkan pasien untuk melepaskan penutup kepala, kaca mata
Palpasi :
a. Lakukan palpasi dengan a. Lakukan palpasi dengan gerakan
memutar yang lembut menggunakan ujung jari, lakukan mulai
dari depan turun kebawah, melalui garis tengah, kemudian
palpasi setiap sudut garis kepala
b. Rasakan apakah terdapat benjolan/masa tanda bekas luka di
kepala, pembengkakan, nyeri, tekan, kelainan kulit kepala, jika
ditemukan perhatikan besar serta luasnya.
Hasil normal: kulit kepala bersih, tidak berbau, tidak ada lesi,
tidak ada nyeri tekan/massa, warna rambut sesuai dengan ras
Pemeriksaan mata
a. Inspeksi
1. Anjurkan pasien menghadap ke depan
2. Bandingkan mata kanan dan kiri
3. Amati bentuk dan keadaan kulit dan kelopak mata dan catat
kelainan yang ada
4. Amati pertumbuhan rambut pada kelopak mata dan posisi
mata
5. Inspeksi kelopak mata bawah, minta pasien untuk membuka
mata perhatikan reflex kedip mata
b. Konjungtiva dan sklera
1. Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan
2. Tarik kebawah, kelopak mata kearah bawah dengan
menggunakan ibu jari
3. Gunakan sarung tangan jika ada secret di tepi kelopak mata
4. Amati keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva bagian
bawah, catatan jika terdapat infeksi, pus, atau kelainan warna
sclera atau konjungtiva
5. Amati warna sclera saat memeriksa konjungtiva.
c. Pupil dan iris
1. Atur pencahayaan kamar menjadi sedikir redup
2. Pegang kepala dan dagu agar tidak bergerak-gerak
3. Inspeksi ukuran bentuk, keselarasan pupil dan reaksi terhadap
cahaya
4. Uji refleksi pupil terhadap cahaya
1) Sinari pupil pasien dengan senter dengan samping
2) Amati mengecilnya pupil yang di sinari
3) Lakukan pada pupil lainnya (ukuran pupil normal 2-3mm)
b. Test Rine
1) Getarkan garputala
2) Letakan tangkai garputala di tulang mastoid sampai getaran
garputala tidak terdengar
3) Anjurkan pasien untuk memberitahu pemeriksa jika tidak
mendengar getaran garputala
4) Angkat garputala dengan cepat dan tempatkan garputala di depan
lubang telinga (media austikus) 1-2 cm dengan posisi garputala
parallel terhadap lubang telinga luar pasien
5) Instruksikan pasien untuk memberi tahu apakah masih,
mendengar suara atau tidak
6) Catat hasil pemeriksa pendengaran tersebut (normalnya, pasien
masih mendengar garputala saat ujung garputala didekatkan, di
lubang telinga)
c. Pemeriksaan weber
1) Getarkan garputala
2) Letakan tangkai garputala di tengah puncak kepala pasien
3) Tanyakan kepada pasien apakah bunyi terdengar lebih jelas pada
salah satu telinga
4) Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut (normalnya,
getaran garputala sama pada telinga kanan dan kiri)
Pemeriksaan hidung
Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar
1) Amati bentuk hidung bagian luar dari sisi depan, samping, dan
atas
2) Amati keadaan kulit hidung terhadap terhadap warna dan adanya
pemeriksaan
3) Amati kesimetrisan lubang hidung
4) Observasi pengeluaran dan pelebaran nares (lubang hidung)
5) Lakukan palpasi lembutpada batang hidung dan jaringan lunak
hidung terhadap nyeri dan masa
6) Untuk menentukan ada atau tidaknya gangguan terhadap fungsi
penciuman
a) Tutup mata pasien
b) Tutup salah satu lubang hidung
c) Berikan bau-bauan dan pasien diminta menyebutkan jenis bau-
bauan tersebut
6) Catat hasil pemeriksa pendengaran tersebut (normalnya, pasien
masih mendengar garputala saat ujung garputala didekatkan, di
lubang telinga)
c. Pemeriksaan weber
1) Getarkan garputala
2) Letakan tangkai garputala di tengah puncak kepala pasien
3) Tanyakan kepada pasien apakah bunyi terdengar lebih jelas pada
salah satu telinga
4) Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut (normalnya,
getaran garputala sama pada telinga kanan dan kiri)
Pemeriksaan hidung
Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar
1) Amati bentuk hidung bagian luar dari sisi depan, samping, dan
atas
2) Amati keadaan kulit hidung terhadap terhadap warna dan adanya
pemeriksaan
3) Amati kesimetrisan lubang hidung
4) Observasi pengeluaran dan pelebaran nares (lubang hidung)
5) Lakukan palpasi lembutpada batang hidung dan jaringan lunak
hidung terhadap nyeri dan masa
6) Untuk menentukan ada atau tidaknya gangguan terhadap fungsi
penciuman
a) Tutup mata pasien
b) Tutup salah satu lubang hidung
c) Berikan bau-bauan dan pasien diminta menyebutkan jenis bau-
bauan tersebut
Inspeksi hidung bagian dalam
1) Amati sputum hidung
2) Pasang ujung speculum hidung pada lubang hidung
3) Amati lubang dinding rongga hidung (warna, sekresi, edema)
4) Lepaskan speculum secara perlahan
Pemeriksaan leher
Inspeksi
1) Pastikana leher dalam kondisi terbuka
2) Amati bentuk leher apakah ada nodul, lesi dan peningkatan JVP
(pasien jangan dalam kondisi mengedan)
3) Amati bentuk leher, warna kulit, adanya jaringan parut
pembekakan massa, pengamatan dilakukan secara sistematis
melalui garis tengah sisi depan leher samping dan belakang
4) Inspeksi tiroid dengan menginstruksikan pasien untuk menelan
dan mengamati gerakan kelenjar tiroid pada taktk suprasternal
(normalnya kelenjar tiroid tidak dapat di lihat kecuali pada orang
yang sangat kurus)
5) Minta pasien untuk mereflekan leher dengan dagu kemudian
hiperekstensikan leher dengan sedikit kebelakang kemudian
gerakan menyamping ke sisi kanan, kiri sampai telinga kearah bahu
Palpasi
1) Pemeriksaan nodus limfe
a) Posisikan pemeriksa dihadapan klien dan bahu klien merasa
rileks dengan kepala sedikit menunduk atau menghadap ke sisi
yang akan diperiksa untuk melemaskan jaringan dan otot.
b) Gunakan bantalan jari Anda untuk mempalpasi masing-
masing jaringan limfe dengan gerakan memutar.
c) Palpasi kelenjar lmphe apakah ada pembesaran.
2) Palpasi kel untuk melemaskan kelenjar tiroid dengan cara
a) Letakan tangan pada leher pasien
b) Palpasi suprasternal dengan jari telunjuk dan jari tengah
c) Menginstruksikan pasien untuk minum atau menelan agar
memudahkan palpasi
d) Jika teraba kelnjar tiroid pastikan bentuk ukuran, konsistensi
dan permukaannya
b. Palpasi
1) Pegang leher pasien bagaian trachea, semitris atau tidak
c. Taktil fremitus
1) Letakkan telapak tangan pada bagian depan dinding dada dekat
apek paru
2) Instruksikan pasien untuk mengucapkan “tujuh puluh tujuh” u
Sembilan puluh sembilan
3) Ulangi gerakan tersebut dengan telapak tangan sampai
bagian dasar paru paru dan bagian posterior
4) Minta pasien untuk berbicara lebih keras atau nada lebih rendah.
Jika di temukan fremitus redup
d. Perkusi
1) Atur posisi pasien supine/terlentang atau duduk
2) Untuk perkusi paru anterior, perkusi di mulai dari atas klavikula
ke bawah spasium interkostalis dengan interkostalis denga interval
4-5 cm mengikuti pola sistematis
3) Bandingkan sisi kiri dan sisi kanan
4) Anjurkan pasien untuk duduk
5) Untuk perkusi paru posterior lakukan perkusi mulai dari puncak
paru ke bawah
6) Bandingkan sisi paru kiri dan kanan
7) Instruksikan pasien untuk tarik nafas panjang dan menahannya
untuk menderminasikan gerakan diafragmanya
8) Lakukan perkusi sepanjang garis skapula sampai resonan
berubah menjadi redup
9) Tandai area yang memiliki bunyi redup dengan spidol
(tanda I)
10) Minta pasien untuk menghembuskan nafas secara maksimal
kemudian menahannya.
11) Lanjutkan perkusi dari tanda I kea rah atas. Biasanya bunyi
redup ke II terdengar di atas tanda I. Tandai bunyi redup ke II.
12) Ukur jarak antara tanda I dan II. Pada wanita, jarak normal
wanita (3-5 cm) pada pria (5-6 cm).
4. Auskultasi paru
1) Gunakan stetoskop untuk dewasa dan bell untuk anak-anak
2) Letakkan stetoskop di interkostalis
3) Instruksikan pasien untuk bernafas secara perlahan dan dalam
dengan mulut sedikit menutup
e. Auskultasi jantung
1) Auskultasi jantung dengan menggunakan stetoskop pada area
yang di tunjuk pada gambar dengarkan S1 dan bunyi S2 dan
bunyi jantung tambahan (ICS II kanan daerah aorta, ICS II kiri
daerah pulmonal,ICS IV daerah tricus) normalnya pada
auskultasi, jantung terkenal terdengar di S1 dan S2
2) Tempelkan stetoskop pada sisi membrane pada daerah aorta
(ICS II kanan) simak bunyi jantung terutama BJ 2
3) Pada awal systole dengarkan sama untuk mengetahui adanya
bunyi tambahan atau murmur
Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
1) Atur posisi yang tepat yaitu berbaring terlentang dengan tangan
kedua sisi sedikit menekuk dan kaki sedikit ditekuk untuk
melemaskan otot abdomen
2) Inspeksi area abdomen dari prosesus xifoides sampai simpisis
pubis dan amati bentuk perut secara umum.
b. Auskultasi
1) Letakkan diafragma stetoskop di kuadran kanan bawah area
sekum, berikan tekanan ringan dan minta pasien tidak berbicara
2) Kemudian dengarkan bising usus dalam 1 menit penuh
perhatikan kuantitas, kualitas
3) Jika bising usus tidak terdengar lanjutkan pemeriksaan di setiap
kuadran abdomen (4 kuadran)
4) Catat bising usus terdengar normal, tidak ada,hiperaktf,
hipoaktif.
a. Perkusi
1) Lakukan perkusi searah jarum jam
2) Perhatikan dan catat bila ada keluhan
3) Lakukan perkusi pemeriksaan khusus bila di curigai adanya
asites
3) Palpasi hepar
a) Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien
b) Letakkan tangan kiri pemeriksa pada bawah tulang rusuk 11-
12
c) Letakkan tangan kanan anda di atasnya
d) Saat pasien ekhalasi, berikan tekanan ke atas dan sedalam 4-5
cm pada batas ke bawah kosta kanan. e) Pertahankan posisi
tangan pemeriksa dan minta pasien untuk mengambil nafas
dalam.
f) Ketika pasien inhalasi, rasakan pergerakan batas hati pasien
pada tangan pemeriksa. Biasanya area tersebut memiliki
kontur teratur.
g) Jika hepar membesar, lakukan palpasi di batasi bawah rusuk
kanan dan catat pembesaran tersebut dan nyatakan dalam
satuan besaran “cm”.
Pemeriksaan Ekstermitas
a. Inspeksi bentuk, ukuran, kesimetrisan, edema/tidak
b. Lakukan edema pitting bila tampak edema
Inspeksi daerah edema (simetris apakah ada tanda peradangan).
Lakukan palpasi pitting selama 5 menit dengan cara menekan
bagian tulang keras atau punggung kaki dan amati waktu
kembalinya.
Interpretasi :
Derajat I : kedalaman 1-3 mm dan waktu kembalinya 3 detik
Derajat II : kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik
Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7detik
c. Refleks Biseps
Posisi pasien duduk santai, lengan rileks, pegang lengan pasien dan
letakkan tangan pasien ditas tangan pemriksa dengan posisi fleksi
dan pronasi kemudian pukul tendo branchioradialis.
d. Refleks trisep
1) Sangga lengan pasien dengan menggunakan telapak tangan non
dominan pemeriksa
2) Posisikan lengan bawah pasien dalam posisi antara fleksi dan
ekstensi
3) Meminta pasien mengistirahatkan/rileks lengan bawah
e. Refleks Patella
1) Pasien tidur
Tangan kiri menopang tungkai yang akan diperiksa dan dorong
kaki/tungkai pasien kearah abdomen dalam posisi fleksi 900 dan
tangan kanan dengan mengunakan refleks patella
2) Pasien duduk
Pasien duduk, tangan non dominan pemeriksa menopang tungkai
yang akan diperiksa dan tangan dominan mengunakan palu refleks
pada tendon patella
f. Kekuatan otot
1) Meminta pasien menarik atau mendorong tangan pemeriksa.
2) Meminta pasien mengangkat kedua tangan dan melawan tangan
pemeriksa
3) Bila tidak mampu mengangkat atau bergeser maka
pegang/palpasi kontraksi otot.
4) Meminta pasien mengangkat kedua kaki dan minta pasien
melawan kekuatan dorongan pemeriksa.
Interpretasi:
5: gerakan aktif dan tahanan penuh
4: gerakan aktif terhadap gravitasi dengan tahanan sedang
3: gerakan aktif terhadap gravitasi dan tidak mampu menahan
2: gerakan hanya bergeser dengan bantuan
1; kontraksi otot
0: tidak ada kontraksi otot
Dokumentasi :
Catat seluruh hasil kegiatan tindakan dalam buku, beri waktu
pelaksanaan kegiatan dan tanda tangan perawat jaga.