Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

DENGAN INFEKSI POST PARTUM

OLEH :
KELOMPOK 6
B15-B
KADEK ADI WIDIADA (223221357)
PANDE PUTU NIE (223221353)
I GEDE ARIX EKA BUANA (223221338)
NI WAYAN SUMIARI (223221308)
NI KADEK ENDANG PUSPAWATI (223221313)

PROGRAM ALIH JENJANG


STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
2022

1
INFEKSI POST PARTUM
A. Definisi
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang-biaknya mikroorganisme dalam tubuh
manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain Iskandar, 2008 ).
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi
klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan
(Bobak, 2004). Infeksi postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas
(Sarwono Prawirohardjo, 2005:689). Infeksi postpartum adalah keadaan yang mencakup
semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 2014 : 413).
B. Etiologi
1. Faktor Presipitasi Infeksi post partum
Penyebab dari infeksi postpartum ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan
aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin
juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus
dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi postpartum antara lain :
a. Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain , alat alat yang tidak steril , tangan penolong , dan sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit
c. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi terbatas
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
2. Faktor predisposisi infeksi post partum
a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan,
dan kurang gizi atau malnutrisi
b. Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
c. Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
2
d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara
e. Anemia, higiene, kelelahan
f. Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses
pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi
dalam masa nifas.

C. Klasifikasi
1. Infeksi uterus
a. Endometritis
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari
rahim). infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau
infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim (Anonym, 2008).
Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan kelahiran anak,
jarang terjadi pada wanita yang mendapatkan perawatan medis yang baik dan
telah mengalami persalinan melalui vagina yang tidak berkomplikasi. Infeksi
pasca lahir yang paling sering terjadi adalah endometritis yaitu infeksi pada
endometrium atau pelapis rahim yang menjadi peka setelah lepasnya plasenta,
lebih sering terjadi pada proses kelahiran caesar, setelah proses persalinan yang
terlalu lama atau pecahnya membran yang terlalu dini. Juga sering terjadi bila ada
plasenta yang tertinggal di dalam rahim, mungkin pula terjadi infeksi dari luka
pada leher rahim, vagina atau vulva.
Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi, sedikit demam,
nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah dan kadang-kadang keluar dari
vagina berbau tidak enak yang khas menunjukkan adanya infeksi pada
endometrium. Pada infeksi karena luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan
pada daerah luka, kadang berbau busuk, pengeluaran kental, nyeri pada perut atau
sisi tubuh, gangguan buang air kecil. Kadang-kadang tidak terdapat tanda yang
jelas kecuali suhu tunbuh yang meninggi. Maka dari itu setiap perubahan suhu
tubuh pasca lahir harus segera dilakukan pemeriksaan.
Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis yaitu nyeri
abdomen bagian bawah, mengeluarkan keputihan, kadang-kadang terdapat
perdarahan dapat terjadi penyebaran seperti meometritis (infeksi otot rahim),
parametritis (infeksi sekitar rahim), salpingitis (infeksi saluran tuba), ooforitis
3
(infeksi indung telur), dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar), pembentukan
pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur (Anonym, 2008).
Terjadinya infeksi endometrium pada saat persalinan, dimana bekas implantasi
plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan terlantar dan persalinan dengan
tindakan pada saat terjadi keguguran, saat pemasangan alat rahim yang kurang
legeartis (Anonym, 2008). Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa
plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat
menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta
nyeri pada perabaan dan lembek.Pada endometritis yang tidak meluas, penderita
merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu
meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi
menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali.
Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini
tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang
disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.
Untuk mengatasinya biasanya dilakukan pemberian antibiotik, tetapi harus segera
diberikan sesegera mungkin agar hasilnya efektif. Dapat pula dilakukan biakkan
untuk menentukan jenis bakteri, sehingga dapat diberikan antibiotik yang tepat.
b. Miometritis (infeksi otot rahim)
Miometritis adalah radang miometrium. Sedangkan miometrium adalah
tunika muskularis uterus. Gejalanya berupa demam, uterus nyeri tekan,
perdarahan vaginal dan nyeri perut bawah, lokhea berbau, purulen. Metritis akut
biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum. Penyakit ini tidak
brerdiri sendiri akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas yaitu
merupakan lanjutan dari endometritis. Kerokan pada wanita dengan endometrium
yang meradang dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit ini miometrium
menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltarsi sel-sel radang.
Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat tromboflebitis dan kadang-
kadang dapat terjadi abses.
Metritis kronik adalah diagnosa yang dahulu banyak dibuat atas dasar
menometroragia dengan uterus lebih besar dari bisa, sakit pnggang, dan leukore.
Akan tetapi pembesaran uterus pada multipara umumnya disebabkan oleh
pemanbahan jaringan ikat akibat kehamilan. Terapi dapat berupa antibiotik
4
spektrum luas seperti amfisilin 2gr IV per 6 jam, gentamisin 5 mg kg/BB,
metronidasol mg IV per 8 jam, profilaksi anti tetanus, efakuasi hasil konsepsi.
c. Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim).
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig latum.
Radang ini biasanya unilatelar. Tanda dan gejala suhu tinggi dengan demam
tinggi, Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah.
Penyebab Parametritis yaitu:
a. Endometritis dengan 3 cara yaitu :
1. Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis
2. Lymphogen
3. Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis
b. Dari robekan serviks
c. Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD )

2. Syok bakteremia
Infeksi kritis, terutama yuang disebabkan oleh bakteri yang melepaskan
endotoksin, bisa mempresipitasi syok bakteremia (septic). Ibu hamil, terutama mereka
yang menderita diabetes mellitus atau ibu yang memakai obat imunosupresan, berada
pada tingkat resiko tinggi, demikian juga mereka yang menderita endometritis selama
periode pascapartum.
Demam yang tinggi dan mengigil adalh bukti patofisiologi sepsis yang serius.
Ibu yang cemas dapat bersikap apatis. Suhu tubuh sering kali sedikit turun menjadi
subnormal. Kulit menjadi dingin dan lembab. Warna kulit menjadi pucat dan denyut
nadi menjadi cepat. Hipotensi berat dan sianosis peripheral bisa terjadi. Begitu juga
oliguria.
Temuan laboratorium menunjukkan bukti-bukti infeksi. Biakan darah
menunjukian bakteremia, biasanya konsisten dengan hasil enteric gram negative.
Pemeriksaan tambahan bisa menunjukkan hemokonsentrasi, asidosis, dan koagulopati.
Perubahan EKG menunjukkan adanya perubahan yang mengindikasikan insufisiensi
miokard. Bukti-bukti hipoksia jantung, paru-paru, ginjal, dan neurologis bisa
ditemukan.
Penatalaksanaan terpusat pada antimicrobial, demikian juga dukungan oksigen
untuk menghilangkan hipoksia jaringan dan dukungan sirkulasi untuk mencegah kolaps
5
vascular. Fungsi jantung, usaha pernafasan, dan fungsi ginjal dipantau dengan ketat.
Pengobatan yang cepat terhadap syok bakteremia membuat prognosis menjadi baik.
Dan morbiditas dan mortilitas maternal diturunkan dengan mengendalikan distrees
pernafasan, hipotensi dan DIC (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).

3. Peritonitis
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga
ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya,
ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke
rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis.
Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam,
perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat
pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus
dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum
atau kandung kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan
penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung
dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan,
menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies
hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.

4. Infeksi saluran kemih


Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil, kebanyakan
terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya mengalami ISK memiliki
kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu hamil. Servisitis, vaginitis, obstruksi ureter
yang flaksid, refluks vesikoureteral, dan trauma lahir mempredisposisi wanita hamil
untuk menderita ISK, biasanya dari escherichia coli. Wanita dengan PMS kronis,
trutama gonore dan klamidia, juga memiliki resiko. Bakteriuria asimptomatik terjadi
pada sekitas 5% nsampai 15% wanita hamil. Jika tidak diobati akan terjadi pielonefritis
pada kira-kira 30% pada wanita hamil. Kelahiran dan persalinan premature juga dapat
lebih sering terjadi.

6
Biakan dan tes sensitivitas urin harus dilakukan di awal kehamilan, lebih disukai
pada kunjungan pertama, specimen diambil dari urin yang diperoleh dengan cara bersih.
Jika didiagnosis ada infeksi, pengobatan dengan antibiotic yang sesuai selama dua
sampai tiga minggu, disertai peningkatan asupan air dan obat antispasmodic traktus
urinarius.

5. Septicemia dan piemia


Pada septicemia kuman-kuman yang ada di uterus, langsung masuk ke
peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septicemia dapat
dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Pada piemia terdapat
dahulu tromboflebitis pada vena-vena diuterus serta sinus-sinus pada bekas tempat
plasenta. Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterine, vena hipogastrika, dan/atau vena
ovarii (tromboflebitis pelvika). Dari tempat-tempat thrombus itu embolus kecil yang
mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk
keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ketempat-tempat lain, antaranya
ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, dan mengakibatkan terjadinya
abses-abses ditempat-tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan piemia. Kedua-duanya
merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih mendadak dari piemia.
Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari
postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil. Selanjutnya,
suhu berkisar antara 39 - 40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat
(140 - 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari
postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia.
Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri,
dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi
serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran
darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat
dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada
saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul gejala
abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan
abses-abses di beberapa tempat lain.
D. Manifestasi Klinis

7
Rubor (kemerahan), kalor (demam setempat) akibat vasodilatasi dan tumor
(benngkak) karena eksudasi. Ujung syaraf merasa akan terangsang oleh peradangan
sehingga terdapat rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkan akan mengakibatkan
gangguan faal, dan reaksi umum antara lain berupa sakit kepala, demam dan
peningkatan denyut jantung (Sjamsuhidajat, R. 2008).
1. Manifestasi klinis yang lain :
a. Peningkatan suhu
b. Takikardie.
c. Nyeri pada pelvis
d. Demam tinggi
e. Nyeri tekan pada uterus
f. Lokhea berbau busuk/ menyengat
g. Penurunan uterus yang lambat
h. Nyeri dan bengkak pada luka episiotomy

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g%
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
b. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
c. Pemeriksaan Mikroskopis Urine : guna pemeriksaan mikroskopis urine adalah
untuk melihat kelainan ginjal dan salurannya (stadium, berat ringannya
penyakit)
d. Pemeriksaan protein urine : Ditemukan protein dalam urine tetapi kelainan yang
terjadi tidak menandakan adanya indikasi penyakit. Normalnya tidak boleh
sampai + 1.
e. Pemeriksaan glukosa urin : Pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa
disalam urine. Karena molekul glukosa besar dan ginjal akan menyerap kembali
hasil filtrasi dari glumerulus (Normal : 1 -25 mg/ dL )

F. Penatalaksanaan
1. Masa Persalinan
8
a. Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas
yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
b. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
c. Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
d. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
e. Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita
harus terjaga kesuci-hamaannya.
f. Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera
diganti dengan transfusi darah.
g. Masa Nifas
h. Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat
dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kndung kencing harus steril.
i. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak
bercampur dengan ibu sehat.
j. Tamu yang berkunjung harus dibatasi.
2. Masa Kehamilan
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi
dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan
dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada
hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat
menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam
jalan lahir.
a. Pencegahan infeksi postpartum :
✓ Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus pada
kehamilan tua sebaiknya dilarang.
✓ Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga persalinan
agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit
mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dari petugas
dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan
pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi yang tepat.

9
✓ Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat pasien
dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat yang berada
dalam masa nifas.
b. Penanganan umum
✓ Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses
persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa
nifas.
✓ Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami
infeksi nifas.
✓ Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang
dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.
✓ Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
✓ Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-
gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
✓ Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu
yang mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi oral/IV
secukupnya.
c. Pengobatan secara umum
✓ Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka
operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang
tepat dalam pengobatan.,
✓ Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
✓ Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika
spektrum luas (broad spektrum) menunggu hasil laboratorium.
✓ Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi
darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.
d. Penanganan infeksi postpartum :
✓ Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
✓ Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan transfusi darah bila perlu,
Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga
perineum.

G. Komplikasi
10
a. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
b. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko
terjadinya emboli pulmoner.
c. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam
darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan
kematian.
H. Prognosa
Prognosis infeksi intra partum sangat tergantung dari jenis kuman, lamanya
infeksi berlangsung, dapat/tidaknya persalinan berlangsung tanpa banyak perlukaan
jalan lahir.

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status
kesehatan klien yang nyata (actual) dan kemungkinan akan terjadi (resiko) dimana
pemecahannya dalam batas wewenang perawat. Diagnosa yang mungkin muncul antara
lain :
a. nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen, after pains, distensi kandung
kemih.
b. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan rauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nasokomial.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis.
d. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan, retensi urine.
e. Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri dan bayi berhubungan dengan
kurang informasi.
f. Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang status kesehatan bayi,
peralihan sebagai orang tua.

J. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan mata rantai penetapan kebutuhan pasien dan
pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan demikian rencana asuhan keperawatan adalah
petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang akan

11
dilakukan terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan,
rencana asuhan keperawatan pada klien post partum menurut (Dongoes, 1994 : 417).
a. nyeri berhubungan dengan luka insisi, distensi abdomen, after pains, distensi kandung
kemih.
Tujuan : Dalam waktu 3 hari, rasa nyeri berkurang atau hilang
Kriteria evaluasi :
✓ Tanda-tanda vital normal (nadi 60-80 x/menit, respirasi 18-24 x/menit),
✓ Tidak meringis,
✓ Kegiatan tidak terganggu dengan rasa nyeri.
✓ Skala nyeri

Intervensi Rasional
1. Tentukan skala nyeri dan 1. Untuk mengenal indikasi
intensitas nyeri, pantua kemajuan atau
tekanan darah, nadi dan penyimpangan dari hasil
pernafasan setiap 4 jam. yang diharapkan.
2. Anjurkan klien untuk 2. Relaksasi dan nafas
menggunakan teknik dalam dapat mengurangi
relaksasi dan nafas dalam ketegangan otot dan
serta teknik distraksi (untuk menghambat rangsang
nyeri ringan dan sedang). nyeri serta menambah
pemasukan oksigen.
Distraksi mengganggu
stimulus nyeri tetapi
tidak mengubah
intensitas nyeri, paling
3. Anjurkan posisi tidur miring. baik untuk periode
pendek.
4. Berikan obat analgetik sesuai 3. Mempermudah
order pengeluaran gas
4. Analgetik bersifat

12
menghambat reseptor
nyeri, sehingga persepsi
nyeri berkurang/hilang

b. Resiko Penyebaran Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nasokomial.
Tujuan :Dalam 3 hari setelah proses persalinan, infeksi tidak terjadi
Kriteria evaluasi :
✓ Tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi 60-80 x/menit, suhu tidak lebih
dari 38 0C),
✓ Insisi kering
✓ Lochea tidak berbau busuk
✓ Uterus tidak lembek
✓ Dolor : 1 - 2
✓ Kalor : 36’5 – 37’2 C
✓ Rubbor : Normal
✓ Function laesa : normal
Intervensi Rasional
1. Lakukan perawatan luka 1. Akan meminimalkan dan
dengan teknik aseptic dan mencegah kontaminasi
anti septic. dan atau masuknya
mikroorganisme.
2. Akan memudahkan
2. Observasi adanya tanda- intervensi lebih dini dan
tanda infeksi pada daerah intervensi selanjutnya.
luka : dolor, kalor, rubor dan 3. Antibiotik bersifat
function laesa. bakterisida dan adanya
3. Berikan antibiotic sesuai leukositosis merupakan
order dan kolaborasi untuk salah satu tanda infeksi.
pemeriksaan leukosit. 4. Protein dan viatamin C
dibutuhkan untuk
4. Anjurkan untuk makan pertumbuhan jaringan

13
makanan tinggi protein, dan zat besi untuk
vitamin C dan zat besi. pembentukan
hemoglobin.

c. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine.


Tujuan :Dalam waktu 2 hari pola eliminasi urine tidak terganggu.
Kriteria Evaluasi :
1. Klien dapat Buang air kecil setelah diangkat kateter
2. Terhindar dari infeksi system urine.
Intervensi Rasional
1. Rawat perineum dan kateter 1. Mencegah agar tidak
secara rutin dan teratur. mendukung pertumbuhan
bakteri.
2. Tempatkan kantung kencing 2. Untuk mencegah refluk,
bila dipasang kateter lebih sehingga tidak tumbuh
rendah dari pasien. bakteri
3. Ajarkan teknik merangsang 3. Klien biasanya bisa buang
kencing setelah diangkat kateter air kecil setelah 6-8 jam
seperti siram daerah kandung setelah pengangkatan
kemih dengan air dan anjurkal kateter. Posisi duduik
klien duduk. dapatmenimbulkan rasa
penuh sehingga klien
terangsang untuk kencing.
4. Angkat kateter sesuai ketentuan 4. Untuk menghindari
biasanya 6-12 jam post operasi pertumbuhan bakteri.

14
Presdisposisi Presipitasi

Anemia, Preklamsia, KPD, Trauma Bakteri, dan kuman

Melalui VT / Episiotomi

Bakteri yang sudah ada di dalam vagina terdorong ke uterus

Bakteri menginfeksi jaringan sekitar rahim

Leokosit meningkat
Tromboflebitis Vagina berdekatan dg
uretra
Inflamasi/Peradangan
Pelepasan Port the entry ke saluran
mediator nyeri perkemihan
Saraf perifer terangsang oleh peradangan

Sensitifitas ISK
Nyeri akut

Nyeri akut Gangguan


Eliminasi urin

Anoreksia
Resti infeksi
Mual & Muntah
Resiko
penyebaran
infeksi
Nutrisi kurang dari
kebutuhan

15
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Tempat: Ruangan Nifas RSUD Wangaya Denpasar
Masuk : 2 Oktober 2022 Pukul : 23.00 WITA
Pengkajian
Tanggal pengkajian : 3 Oktober 2022 Pukul : 11.00 WITA

a. Data Subjektif

1) Identitas Pasien

a) Nama : Ny.N
b) Umur : 23 Tahun
c) Agama : Islam
d) Suku Bangsa : bali /Indonesia
e) Pendidikan : SMA
f) Pekerjaan : IRT
g) Alamat : denpasar

Identitas penanggung jawab

a) Nama : Tn.R
b) Umur : 27 Tahun
c) Agama : Islam
d) Suku Bangsa : bali /Indonesia
e) Pendidikan : SMA
f) Pekerjaan : Wiraswasta
g) Alamat : denpasar
h) Hub dg klien : Suami klien

16
b. Keluhan Utama

Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan episiotomi.

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat penyakit sekarang

Psien mengatakan saat ini merasakan nyeri pada bekas luka jahitan

episiotomi dan perut terasa mules serta saat ini tidak sedang seperti

batuk, pilek dan demam.

2) Riwayat Kesehatan yang lalu

(a) Jantung : Pasien mengatakan tidak pernah mengeluh

dadanya berdebar-debar saat melakukan

aktivitas.

(b) Ginjal : Pasien mengatakan tidak pernah merasakan

nyeri di perut bagian bawah dan sakit buang air

kecil.

(c) Asma / TBC : Pasien mengatakan tidak pernah sesak nafas

secara tiba-tiba dan batuk lebih dari 3 bulan.

(d) Hepatitis : Pasien mengatakan pada mata dan ujung jari

tidak terlihat kuning, BAB lembek, BAK

kuning.

(e) Diabetes Melitus: Pasien mengatakan tidak pernah banyak

makan, minum dan BAK tidak pernah lebih dari

7 kali pada malam hari.

17
(f) Hipertensi : Pasien mengatakan tekanan darahnya setiap

diperiksa tidak pernah melebihi 140/90

mmHg.

(g) Epilepsi : Pasien mengatakan tidak pernah merasakan

kejang-kejang yang disertai dengan

mengeluarkan busa dari mulutnya.

3) Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan baik dari pihak dirinya maupun dari pihak

suami tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menurun seperti

diabetes, hipertensi, jantung dan riwayat penyakit menular seperti

asma / TBC dan HIV / AIDS dan pasien juga belum pernah

mempunyai riwayat operasi.

d. Riwayat Menstruasi

1) Menarche : Pasien mengatakan haid pertama kali pada umur

12 tahun.

2) Siklus : Pasien mengatakan siklus haidnya 28 – 30hari.

3) Lama : Pasien mengatakan lamanya haid 6 – 7 hari.

4) Banyaknya : Pasien mengatakan 2 – 3 x ganti pembalut perhari.

5) Teratur/tidak teratur : Pasien mengatakan haidnya teratur setiap

bulan.

6) Sifat darah : Pasien mengatakan sifat darahnya encer berwarna

merah kecoklatan.

7) Dismenorhoe : Pasien mengatakan tidak pernah mengeluh nyeri

saat menstruasi.

18
e. Riwayat Perkawinan

Status perkawinan : Sah. Kawin 1 kali pada umur 21 tahun, dengan

suami umur 25 tahun. Lamanya perkawinan 2 tahun, dan belum

mempunyai anak.

f. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas

Pasien mengatakan ini kehamilan, persalinan dan nifas yang pertama.

g. Riwayat Keluarga Berencana

Pasien mengatakan belum pernah memakai KB. Rencana setelah

kelahiran anak pertama ini pasien akan menggunakan KB, tetapi

pasien belum mengetahui KB apa yang akan di pakai setelah

melahirkan anak pertamnya.

h. Riwayat Kehamilan Sekarang

1) HPHT : 22 Januari 2022

2) HPL : 29 Oktober 2022

3) Keluhan-keluhan pada

Trimester I : Pasien mengatakan mengeluh mual dan muntah

setiap pagi hari.

Trimester II : Pasien mengatakan tidak ada keluhan

Trimester III : Pasien mengatakan sering pegal-pegal di sekitar

pinggang.

4) ANC : 6 kali, Teratur, di bidan

Trimester I : Pasien mengatakan 1 x pada umur kehamilan 1

bulan.

19
Trimester II : Pasien mengatakan 2 x pada umur kehamilan 3

bulan dan 6 bulan.

Trimester II : Pasien mengatakan 3 x pada umur kehamilan 7

bulan, 8 bulan dan 9 bulan.

5) Penyuluhan yang didapat

Pasien mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang gizi ibu

hamil dan tanda bahaya kehamilan.

6) Imunisasi TT

Pasien mengatakan mendapatkan imunisasi TT pada saat akan

menikah.

7) Pergerakan Janin

Pasien mengatakan merasakan pergerakan janin pada usia

kehamilan 5 bulan.

i. Riwayat Persalinan Sekarang

1) Tempat Persalinan : RSUD Wangaya Denpasar

2) Penolong : Bidan

3) Tanggal/Jam Persalinan: 3 Oktober 2022 Pukul : 05.00 WITA

4) Jenis persalinan : Spontan

5) Komplikasi/kelainan dalam persalinan : Tidak Ada

6) Plasenta

a) Ukuran : ± 450 gram, panjang tali pusat : ±50 cm

b) Kelainan : Tidak Ada

20
7) Perineum

a) Ruptur / tidak : Ya, meliputi mukosa vagina, komisura

posterior, kulit jaringan perineum, dan otot perineum.

Episiotomi mediolateralis.

b) Dijahit / tidak : Ya, dengan Teknik jelujur

8) Perdarahan

a) Kala I : 50 ml

Kala II : 40 ml

Kala III : 30 ml

Kala IV : 30 ml

Jumlah : 150 ml

9) Tindakan Lain : Tidak Ada

10) Lama Persalinan

Kala I : 3 Jam-menit

Kala II : 1 jam 30 menit

Kala III : - jam 30 menit

Kala IV : 1 jam – menit

Jumlah : 6 jam- menit

11) Keadaan Bayi

BB : 3700 gram

PB : 49 cm

Jenis Kelamin : Laki-laki

Apgar Score : 8/10

21
Cacat Bawaan : Tidak ada

Masa Gestasi : 40 Minggu

j. Pola Kebiasaan selama Post Partum

No Aktivitas Sebelum dirawat Saat dirawat

1 Pola Pasien makan 3 kali sehari Pasien makan 1 kali

nutrisi dengan porsi sedang, nafsu sebelum melahirkan pada

makan baik. Pasien minum jam 21.00 WITA tanggal 2

sehari 7-8 gelas air putih dan Oktober 2022 dengan porsi

diselingi minum susu, pasien makan sedikit dan nafsu

tidak menyukai teh ataupun makan yang kurang. Pasien

kopi. Pasien mengatakan tidak minum 2 gelas teh.

ada keluhan.

2 Pola Pasien mengatakan BAB 1 kali Pasien mengatakan belum ada

eliminasi sehari dengan konsistensi BAB setelah melahirkan.

kadang lunak kadang keras, Pasien mengatakan setelah

warna kuning dan bau yang melahirkan BAK sudah 2 kali

khas. Pasien mengatakan setelah melahirkan pukul

selama hamil BAK lebih sering 06.00 WITA dan 09.00

terutama pada trisemester ke 3 WITA pada tanggal 2

yaitu 7-9 kali dalam sehari Oktober 2022.

dengan warna kuning jernih

dan bau yang khas.

3 Pola Selama hamil pasien Klien dibantu sepenuhnya

aktvitas mengatakan masih bekerja oleh keluarga karena merasa

22
dalam mengurus rumah tapi letih dan lemah. Klien juga

dengan hati-hati dan tidak mengatakan tidak banyak

terlalu capek. bergerak karena masih takut

dengan luka jahitannya dan

klien masih merasakan nyeri

pada luka jahitannya.

4 Pola Tidur malam lebih kurang 8 Pasien mengatakn baru tidur

istirahat jam dari jam 21:00 – 04:30 2 jam setelah melahirkan.

dan tidur wita, tidur siang lebih kurang 3

jam dari jam 14:00 – 16:00

Wita

5 Pola Mandi 2 kali sehari, mandi Pemenuhan kebersihan diri

personal secara menyeluruh dari ujung dibantu oleh keluarga.

hygiene rambut sampai ujung kaki.

Keramas hanya 4 kali

seminggu.

k. Riwayat Psikologis dan Spritual

Pasien mengatakan sangat senang sekali dengan kelahiran anak

pertama nya ini, pasien mengatakan jika keluarganya sangat senang

sekali dengan kelahiran anak pertamanya. Pasien masuk kedalam fase

Taking In (Dependent) dimana pasien masuk hari ke satu setelah

melahirkan pada saat pengkajian tanggal 2 Oktober 2022. Fase ini

23
pasien membutuhkan perlindungan dan pelayanan karena pada tahap

ini pasien sangat ketergantungan.

l. Riwayat Sosial Budaya

1) Dukungan keluarga

Pasien mengatakan suami dan keluarganya sangat mendukung

dengan kelahiran anaknya yang pertama ini.

2) Keluarga lain yang tinggal serumah

Pasien mengatakan hanya tinggal dengan suami.

3) Pantangan makanan

Pasien mengatakan tidak ada pantangan makanan apapun saat

hamil maupun setelah melahirkan.

4) Kebiasaan adat istiadat

Pasien mengatakan tidak ada kebiasaan adat istiadat selama hamil

atau sesudah melahirkan.

5) Penggunaan obat-obatan/rokok

Pasien mengatakan hanya minum obat dari bidan dan pasien tidak

pernah merokok. Pasien mengatakan ayah kandung dan suaminya

merokok.

m. Pengetahuan Ibu

Pasien mengatakan setelah melahirkan harus memperbanyak makan

sayuran hijau seperti daun katu untuk mempelancar pengeluaran ASI,

pasien mengatakan ASI sangat baik untuk bayinya, untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayinya dan juga untuk kekebalan

tubuh bayinya, pasien mengatakan sedikit paham tentang makanan

24
untuk bayinya, pasien mengatakan belum paham cara perawatan

setelah melahirkan, pasien mengatakan kurang begitu paham tentang

cara perawatan payudara yang benar, pasien mengatakan dalam

perawatan bayinya masih dibantu oleh keluarganya.

b. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

1) Status Generalis

a) Keadaan Umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) TTV : TD =110/70 mmHg

N = 92 x/menit
S = 36,8OC
P = 22 x/menit
d) Tinggi Badan : 155 cm
e) Berat Badan : 65 kg
f) LILA : 26,5 cm
2) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi

Rambut bersih, hitam gelombang, ada rontok dan tidak


ada massa,benjolan dan nyeri tekan.
Wajah tidak ada oedema dan tidak ada kloasma
gravidarum (binti-bintik) pigmen kecoklatan
diwajah
Mata kongjungtiva pucat, sklera putih tidak ikterik,
tidak ada nyeri tekan , fungsi penglihatan baik
dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
Telinga tidak ada serumen, pendengaran baik, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada benjolan.
Hidung tidak ada polip, fingsi penciuman baik dan tidak
ada nyeri tekan
25
Mulut/gigi/ bibir pucat, tidak ada sariawan, mulut dan gigi
gusi bersih
Abdomen Terdapat linea nigra, tidak ada nyeri tekan, ada
striae gravidarum, , kontraksi kuat, perkusi
tympani
Genetalia Lochea rubra, warna merah kecoklatan, jumlah
pembalut 2 kali dalam 1 hari
Perineum Terdapat 5 jahitan pada perineum, keadaan luka
dan anus basah, tidak ada tanda radang.
Tanda REEDA: tidak ada kemerahan, ekimosis,
terdapat darah, kerekatan jahitan: kuat pada area
perineum.
Ekstremitas Atas : tangan kanan terpasang infuse RL 20
tetes/menit, kuku pendek, bersih, turgor kulit
baik, tidak ada kelainan , akral teraba hangat

Bawah : turgor kulit baik, kuku pendek, bersih,


tidak ada varices, tidak ada kelainan, akral teraba
hangat

b. Palpasi

Leher Tidak ada pembesaran kelenjar gondok, tidak


ada tumor, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Dada Tidak ada pembengkakan pada mamae, tidak ada
tumor, simetris kanan dan kiri, areola
hiperpigmentasi, putting susu bersih dan
menonjol, kolostrum/ASI sudah keluar.
Abdomen Kontraksi keras, tinggi fundus 2 jari dibawah
pusat
Ekstremitas Tidak ada varices, tidak ada oedema

3) Teraphy

- Infuse RL 20 tetes/menit

26
- Amphicilin 500 mg 3 kali 1 tablet
- Sf 3 kali 1 tablet

- Antalgin 500 mg 3 kali 1 tablet

- Injeksi Vit. K 3x1 (IV)

- Injeksi Vit. C 3x1 (IV)

- Asam mefenamat 3x1 tablet (peroral)

4) Pemeriksaan Penunjang

- Hasil Labor

Jenis Pemeriksaan Hasil Normal


Hemoglobin 9,6 gr % 12,00 - 15,00 gr %
Hematokrit 36,70 % 35,00 – 47,00 gr %
Trombosit 213.000 mm3 150.00 – 400.000 mm3
Leukosit 7.800 mm3 4.000 – 10.000 mm3
Eritrosis 2,76 mm3 4,5 – 6 juta/ mm3

c. Analisa Data

Data Masalah Etiologi


DS : Nyeri akut Trauma jahitan
luka episiotomi
- Pasien mengatakan nyeri
pada luka jahitan
- Pasien mengatakan nyeri
bertambah saat bergerak
- Pasien mengatakan skala
nyeri 4

DO :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak tidak bebas saat
Bergerak
- Skala nyeri 4 yaitu sedang
- TD: 110/70 mmHg
- N: 92 x/i
27
- S : 36,8 □C
- Terdapat luka jahitan di
perineum: 5 jahitan
- Episiotomi mediolateralis
DS : Resiko Trauma
infeksi
- Pasien mengatakan takut
untuk berjalan
- Pasien mengatakan
mengganti pembalut 2x/hari

DO :
- Kesadaran : compos mentis
- TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 92 x/i
S :36,8OC
R : 22 x/i
- Tidak ada kemerahan
- Kerekatan jahitan kuat
- Terdapat darah warna terang
- Lochea rubra
- Ekimosis
- Bau : seperti darah biasa dan
tidak busuk.
- Leukosit : 7.800 mm3

DS: Kurang Kurangnya


pengetahuan informasi tentang
- Klien mengatakan belum
perawatan post
mengetahui tentang cara partum.
perawatan post partum
- Klien mengatakan belum
mengetahui tentang cara
perawatan payudara
28
- Klien mengatakan ingin
mengetahui manfaat lebih
dari ASI.
- Klien mengatakan belum tahu
akan memakai KB apa
setelah melahirkan ank
pertamanya.
DO
- Klien tampak bingung
- Klien tampak banyak bertanya
- Klien banyak menggeleng saat
di Tanya

2. Diagnosa Keperawatan

a) Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jahitan luka episiotomi.


b) Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau kerusakan
kulit.

c) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


tentang perawatan post partum
No Diagnosa Rencana keperawatan Nic
1. Nyeri akut b/d trauma Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Manajemen nyeri
jahitan luka episiotomi. 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang/terkontrol 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab 2. Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri, mampu menggunakan tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
mencari bantuan). untuk mengetahui pengalaman nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan pasien
menggunakan manajemen nyeri 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, nyeri
frekuensi dan tanda nyeri) 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri lampau
berkurang 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
5. Tanda vital dalam rentang normal kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi

30
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri

2. Resiko Infeksi b/d Trauma Setelah diberikan asuhan keperawatan selama


Jaringan 3x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi Infection Control (Kontrol infeksi)

1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai


Kriteria Hasil : pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
3. Batasi pengunjung bila perlu
2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit,
4. Instruksikan pada pengunjung untuk
factor yang mempengaruhi penularan serta
mencuci tangan saat berkunjung dan
penatalaksanaannya
setelah berkunjung meninggalkan
3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
pasien
timbulnya infeksi
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk
4. Jumlah leukosit dalam batas normal
cuci tangan
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat
6. Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan kperawtan
7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai
alat pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line central
dan dressing sesuai dengan petunjuk
31
umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap
infeksi)

1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai


pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Instruksikan pada pengunjung untuk
mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung meninggalkan
pasien
5. Gunakan sabun antimikrobia untuk
cuci tangan
6. Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan kperawtan
7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai
alat pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line central
dan dressing sesuai dengan petunjuk
umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu

32
3. Kurang pengetahuan b/d Setelah diberikan asuhan keperawatan selama
kurangnya informasi 1x24 jam diharapkan tingkat pengetahuan pasien Edukasi
tentang perawatan post meningkat 1. Berikan penilaian tentang tingkat
partum. pengetahuan pasien tentang proses
Kriteria Hasil : penyakit yang spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
1. Pasien dan keluarga menyatakan bagaimana hal ini berhubungan dengan
pemahaman tentang penyakit, kondisi, anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
prognosis dan program pengobatan tepat.
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
prosedur yang dijelaskan secara benar muncul pada penyakit, dengan cara
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan yang tepat
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim 4. Gambarkan proses penyakit, dengan
kesehatan lainnya cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
7. Hindari jaminan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang
dan atau proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat
atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang tepat
33
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi
di komunitas lokal, dengan cara yang
tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda
dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat

34
3. Implementasi Keperawatan

No Hari/ tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Senin, 3 Oktober2022 Nyeri akut b/d 1. Melakukan pengkajian skal S :
trauma jahitan nyeri - Pasien mengatakan masih
luka episiotomi. 2. Membantu pasien dan keluarga merasakan nyeri pada luka jahitan
untuk mencari dan dan pada saat bergerak.
menemukan dukungan - Pasien mengatakan skala nyeri
3. Mengontrol lingkungan yang berkurang yaitu skala nyeri 3
dapat mempengaruhi nyeri - Pasien mengatakan masih sulit
seperti suhu ruangan, bergerak karena takut jahitan akan
pencahayaan dan kebisingan terbuka
4. Mengajarkan tentang teknik - Pasien mengatakan merasakan
non farmakologi dengan nyaman saat dilakukan kompres
mengompres dingin perineum dingin NaCL 0,9 % pada area
untuk mengurangi nyeri perineum.
dengan menggunakan cairan
NaCL 0,9 %. O:
5. Meningkatkan istirahat - Saat pemeriksaan tampak pasien
6. Mengkolaborasikan dengan masih meringis
dokter jika ada keluhan dan - Tampak masih membatasi
tindakan nyeri tidak berhasil gerakan
7. Memonitor penerimaan pasien TTV :
tentang manajemen nyeri. TD : 110/70 mmHg
N : 92x/menit
S : 36,8OC
R : 20x/menit

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

35
2. Resiko infeksi1. Memantau suhu tubuh S:
2. Membersihkan lingkungan - Pasien mengatakan nyeri pada
b/d trauma
setelah dipakai pasien lain luka jahitan
jaringan atau 3. Mempertahankan teknik - Pasien mengatakan masih tampak
isolasi takut membersihkan area organ
kerusakan kulit.
4. Membatasi pengunjung bila intim nya.
perlu - Pasien tampak hanya menyiram
5. Menginstruksikan pada dengan air pada saat melakukan
pengunjung untuk mencuci vulva hygiene.
tangan saat berkunjung dan O:
setelah berkunjung - Keadaan luka basah
meninggalkan pasien - Tampak ada 5 jahitan
6. Menggunakan sabun - Tidak ada kemerahan
antimikrobia untuk cuci - Lochea rubra
tangan - Jahitan kuat merekat di perineum
7. Mencuci tangan setiap - Terdapat darah merah terang
sebelum dan sesudah
tindakan kperawatan
8. Menggunakan baju, sarung TTV :
tangan sebagai alat pelindung TD : 110/70 mmHg
9. Mempertahankan lingkungan N : 92x/menit
aseptik selama pemasangan S : 36,8OC
alat R : 20x/menit
10. Meningktkan intake nutrisi
11. Memberikan terapi antibiotik A: Masalah belum teratasi
bila perlu
19. Memonitor tanda dan gejala P: Lanjutkan Intervensi
infeksi sistemik dan lokal
12. Melakukan perawatan
perineum untuk mengurangi
resiko infeksi
13. Melihat kondisi luka/ insisi

36
bedah.
20. Mengajarkan cara
menghindari infeksi dengan
cara melukan perawatan pada
perineum dan sering
mengganti pembalut.
3. Kurang 1. Memberikan penilaian S :
pengetahuan b/d tentang tingkat pengetahuan - Pasien mengatakan masih belum
kurangnya pasien tentang proses penyakit paham cara mengenai cara
informasi tentang yangspesifik perawatan post partum.
perawatan post 2. Menyediakan informasi pada - Pasien mengatakan belum paham
partum. pasien tentang kondisi, dengan tentang cara perawatan payudara.
cara yang tepat yaitu dengan - Pasien sudah mengetahui sedikit
memberikan informasi kepada cara perawat perineum dengan
pasien mengenai cara benar
perawatan post partum, cara - Pasien mengatakan ingin
perawatan payudara, manfaat mengetahui manfaat lebih tentang
asi, macam-macam kb. ASI
3. Mendukung pasien untuk
mengeksplorasi atau O:
mendapatkan second opinion - Pasien tampak memperhatikan
dengan cara yang tepat atau - Pasien tampak mempraktekkan
diindikasikan caranya
Menyakan ke pasien pasien
mengenai tanda dan gejala A: Masalah belum teratasi
yang belum di ketahui untuk P: Lanjutkan Intervensi
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.

37
1 Selasa, 4 Oktober Nyeri akut b/d 1. Melakukan pengkajian skala S :
2022 trauma jahitan nyeri - Pasien mengatakan nyeri pada
luka episiotomi. 2. Membantu pasien dan keluarga luka jahitan nya tak menentu dan
untuk mencari dan pada saat bergerak.
menemukan dukungan - Pasien mengatakan perutnya
3. Mengontrol lingkungan yang masih mules
dapat mempengaruhi nyeri - Pasien sudah tahu hasil
seperti suhu ruangan, pemeriksaannya
pencahayaan dan kebisingan - Pasien mengatakan skala nyeri 2
4. Mengajarkan tentang teknik - Pasien mengatakan belum BAB
non farmakologi dengan - Pasien mengatakan sudah bisa
mengompres dingin perineum miring ke kanan dan ke kiri,
untuk mengurangi nyeri pasien dapat merapatkan pantat
dengan menggunakan cairan dan paha pada saat bangun tidur
NaCL 0,9%. untuk duduk.
5. Meningkatkan istirahat - Pasien bersedia dilakukan
6. Mengkolaborasikan dengan kompres dingin kembali.
dokter jika ada keluhan dan O :
tindakan nyeri tidak berhasil - Saat pemeriksaan tampak pasien
7. Memonitor penerimaan pasien masih meringis
tentang manajemen nyeri. - Pasien tampak sudah bisa duduk
dan merapatkan paha.
- Kontraksi uterus kuat
- Tinggi fundus uteri : 2 jari di
bawah pusat

TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 86x/menit

38
S : 36,6OC
R : 20x/menit

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

Resiko infeksi 1.Memantau suhu tubuh S:


2.Membersihkan lingkungan - Pasien mengatakan nyeri pada
b/d trauma
setelah dipakai pasien lain luka jahitan
jaringan atau 3. Mempertahankan teknik - Pasien mengatakan bersedia
isolasi dilakukan perawatan perineum
kerusakan kulit.
4. Membatasi pengunjung bila -
perlu O:
5. Menginstruksikan pada - Luka jahitan episiotomi sudah
pengunjung untuk mencuci dibersihkan dan sudah di kompres
tangan saat berkunjung dan dingin dengan NaCl
setelah berkunjung - Keadaan luka basah
meninggalkan pasien - Tampak ada 5 jahitan
6. Menggunakan sabun - Tidak ada kemerahan
antimikrobia untuk cuci - Lochea rubra
tangan - Jahitan kuat merekat di perineum
7. Mencuci tangan setiap - Terdapat darah
sebelum dan sesudah
tindakan kperawatan TTV :
8. Menggunakan baju, sarung TD : 110/80 mmHg
tangan sebagai alat pelindung N : 86x/menit
9. Mempertahankan lingkungan S :36,6OC
aseptik selama pemasangan R : 22x/menit
alat
10. Meningktkan intake nutrisi A: Masalah belum teratasi

39
11. Memberikan terapi antibiotik
bila perlu
21. Memonitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
12. Melakukan perawatan
perineum untuk mengurangi
resiko infeksi
13. Melihat kondisi luka/ insisi
bedah.
22. Mengajarkan cara
menghindari infeksi dengan
cara melukan perawatan pada
perineum dan sering
mengganti pembalut.
Kurang 1. Memberikan penilaian tentang S :
tingkat pengetahuan pasien - Pasien mengatakan bersedia
pengetahuan b/d
tentang proses penyakit yang menyusui bayinya, bayinya sudah
kurangnya spesifik bisa menyusu namun teknik ibu
2. Menyediakan informasi pada kurang benar.
informasi
pasien tentang kondisi, dengan - Pasien mengatakan sudah minum
tentang cara yang tepat yaitu dengan obat yang diberikan perawat
memberikan informasi kepada - Pasien mengatakan sudah tahu
perawatan post
pasien mengenai cara akan menggunakan kb suntik.
partum. perawatan post partum, cara - Pasien mengatakan belum paham
perawatan payudara, manfaat tentang cara perawatan perineum
asi, macam-macam kb. dengan benar.
3. Mendukung pasien untuk O:
mengeksplorasi atau - Pasien tampak menyusui bayinya
mendapatkan second opinion - Teknik menyusui pasien tampak
dengan cara yang tepat atau kurang benar.
diindikasikan
4. Menyakan ke pasien pasien A: Masalah belum teratasi

40
mengenai tanda dan gejala
yang belum di ketahui untuk P: Lanjutkan Intervensi
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.

41
1 Rabu, 5 Oktober 2022 Nyeri akut b/d 1. Melakukan pengkajian skal S :
trauma jahitan nyeri - Pasien mengatakan nyeri pada
luka episiotomi. 2. Membantu pasien dan keluarga luka jahitan berkurang
untuk mencari dan - Pasien mengatakan sudah BAB
menemukan dukungan - Pasien bersedia untuk dilakukan
3. Mengontrol lingkungan yang kompres dingin
dapat mempengaruhi nyeri - Pasien mengatakan sebelumnya
seperti suhu ruangan, belum pernah dilakukan kompres
pencahayaan dan kebisingan dingin pada perawatan perineum
4. Mengajarkan tentang teknik
non farmakologi dengan O :
mengompres dingin perineum - Saat pemeriksaan tampak pasien
untuk mengurangi nyeri tidak pucat dan kelelahan
dengan menggunakan cairan - Skala nyeri 1 = ringan
NaCL 0,9 %. - Ekpresi wajah klien tampak rileks
5. Meningkatkan istirahat - Sudah dilakukan perawatan
6. Mengkolaborasikan dengan perineum dengan kompres dingin
dokter jika ada keluhan dan TTV :
tindakan nyeri tidak berhasil TD : 120/80 mmHg
7. Memonitor penerimaan pasien N : 82x/menit
tentang manajemen nyeri. S : 36,6OC
R : 20x/menit

A: Masalah sudah teratasi

P: Pertahankan kondisi pasien

42
Resiko infeksi1. Membersihkan lingkungan S:
setelah dipakai pasien lain - Pasien mengatakan nyeri pada
b/d trauma
2. Mempertahankan teknik luka jahitan
jaringan atau isolasi - Pasien mengatakan mau
3. Membatasi pengunjung bila dilakukan perawatan perineum
kerusakan kulit.
perlu - Pasien mengatakan sudah tahu
4. Menginstruksikan pada cara perawatan vulva hygiene
pengunjung untuk mencuci - Pasien tampak sudah tahu cara
tangan saat berkunjung dan perawatan luka episiotomi dengan
setelah berkunjung benar
meninggalkan pasien O:
5. Menggunakan sabun - Keadaan luka basah
antimikrobia untuk cuci tangan - Tampak ada 5 jahitan
6. Mencuci tangan setiap - Tidak ada tanda-tanda infeksi
sebelum dan sesudah tindakan - Lochea rubra
kperawatan - Jahitan kuat merekat di perineum
7. Menggunakan baju, sarung - Terdapat darah
tangan sebagai alat pelindung - Tidak ada kemerahan
8. Mempertahankan lingkungan - Tidak ada bintik kebiruan pada
aseptik selama pemasangan perineum
alat - Tidak ada pus/nanah
9. Meningktkan intake nutrisi
10. Memberikan terapi TTV :
antibiotik bila perlu TD : 120/80 mmHg
11. Memonitor tanda dan N : 82x/menit
gejala infeksi sistemik dan S :36,6OC
lokal R : 20x/menit
12. Melakukan perawatan
perineum untuk mengurangi A: Masalah teratasi sebagian
resiko infeksi
13. Melihat kondisi luka/ P: Lanjutkan Intervensi
insisi bedah.

43
14. Mengajarkan cara
menghindari infeksi dengan
cara melukan perawatan pada
perineum dengan sering
mengganti pembalut dan cara
membersihkan dari depan ke
belakang.
Kurang 1. Memberikan penilaian tentang S:
tingkat pengetahuan pasien - Pasien mengatakan sudah tahu
pengetahuan b/d
tentang proses penyakit yang cara perawatan vulva
kurangnya spesifik hygiene/perineum dengan benar
2. Menyediakan informasi pada yaitu dengan membersihkan dari
informasi
pasien tentang kondisi, dengan depan kebelakang.
tentang cara yang tepat yaitu dengan - Pasien sudah tahu cara menyusui
memberikan informasi kepada dengan benar
perawatan post
pasien mengenai cara - Pasien mengatakan sudah tahu
partum. perawatan post partum, cara tentang cara perawatan payudara.
perawatan payudara, manfaat - Pasien mengatakan sudah
asi, macam-macam kb. mengetahui manfaat lebih tentang
3. Mendukung pasien untuk ASI
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion O:
dengan cara yang tepat atau - Pasien tampak menyusui bayinya
diindikasikan dengan benar
4. Menyakan ke pasien pasien
mengenai tanda dan gejala
yang belum di ketahui untuk A: Masalah teratasi
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan P: Pertahankan kemampuan pasien
cara yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak M Irene, Deitra Leonasd Lowdermilk dkk. 2004. “Buku Ajaran Keperawatan
Maternitas”. Jakarta. EGC
Biomed M mitayani,S.ST. 2009.”Asuhan keperawatan maternitas”. Jakarta: Salemba
Medika
Brunner and suddart.2002.Medical practical nursing, 1st edition, Jakarta : EGC
WWW.SCRIB/infeksipostpartum.COM
http://www.lusa.web.id/tag/infeksi-post-partum
http://ainicahayamata.wordpress.com/2011/03/30/infeksi-postpartum/

Abdul Bari Saifuddin. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal. Jakarta ; PT Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo

Ai Yeyeh, Rukiyah, dkk. et al.(2010).Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: CV. Trans


InfoMedia.
Ambarwati, E,R,Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika
Andarmoyo, Sulistyo. 2013.Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.
Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media

Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama
APN, (2014). Buku Acuan Persalinan Normal. JNPK-KR: Jakarta
Ari Sulistyawati, (2009), Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas, ANDI.
Yogyakarta
Bobak, Lowdermilk, Jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Depkes 2017. Pusat Data Dan Informasi Profil Kabupaten Kota
Sumatera Barat. Online

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2017/13
71_Sumbar_Kota_Padang_2017.pdf

Diagnosa Nanda Nic Noc. 2007-2008.

Estiwidani dkk. (2008). Konsep Kebidanan. Yogjakarta: Fitramaya.

Kirana, 2015. Hubungan Tingkat Kecemasan Post Partum Dengan Kejadian Post
Partum Blues Di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal Ilmu Keperawatan.
Volume Iii, No. 1 April-2015

Mansjoer Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI.

Manuaba,IAC.,IBagus,danIBGde.2010.IlmuKebidanan,PenyakitKandungandanKBuntu
kPe ndidikanBidan.Edisikedua.Jakarta:EGC
Marmi. 2012. Asuan Kebidanan Pada Masa Nifas “ Peurperium Care”. Yogyakarta:
pustaka pelajar.
Morison, M. J. (2004). Manajemen Luka. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
Nursalam, 2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan:Jakarta:
Salemba Medika
Potter, & Perry, A. G. 2007. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,. Proses,
Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.Edisi 7.


Vol.
3. Jakarta : EGC
Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha
Ilmu Prawirohardjo dan Wiknjosastro. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan
Bina Pustaka-Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono (2005). Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo. 2005. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal,
Edisi 1. Jakarta : Bina Pustaka.

Priharjo, Robert. 2008. Konsep & Perspektif Praktik Keperawatan


ProfesionalEdisi 2.
Jakarta: EGC

Rosyidi,K. 2013. Muskuloskeletal. Jakarta: Trans Info Media.

Rusda, Mahiya. (2004). Anastesi infiltrasi pada episiotomi. Universitas


SumatraUtaraRetrievedMay4,2011,fromhttp://library.usu.ac.id/modules.ph
p.html#1

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Tamsuri,2007, Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri EGC, Jakarta Varney,H., 2007.


Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta;EGC
Weatherbee, T.G., Dye, K. E., Bissonnette, A., and Mills, A. J. 2009`Valuation Theory
and Organizational Change: Towards a Socio-Psychological Method of
Intervention,‟ Journal of Change Management, 9 (2), pp.195-213.

WHO. World Health Statistics 2015: World Health Organization; 2015.

Anda mungkin juga menyukai