OLEH :
KELOMPOK 6
B15-B
KADEK ADI WIDIADA (223221357)
PANDE PUTU NIE (223221353)
I GEDE ARIX EKA BUANA (223221338)
NI WAYAN SUMIARI (223221308)
NI KADEK ENDANG PUSPAWATI (223221313)
1
INFEKSI POST PARTUM
A. Definisi
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang-biaknya mikroorganisme dalam tubuh
manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain Iskandar, 2008 ).
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi
klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan
(Bobak, 2004). Infeksi postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas
(Sarwono Prawirohardjo, 2005:689). Infeksi postpartum adalah keadaan yang mencakup
semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 2014 : 413).
B. Etiologi
1. Faktor Presipitasi Infeksi post partum
Penyebab dari infeksi postpartum ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan
aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin
juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus
dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi postpartum antara lain :
a. Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain , alat alat yang tidak steril , tangan penolong , dan sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit
c. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi terbatas
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
2. Faktor predisposisi infeksi post partum
a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan,
dan kurang gizi atau malnutrisi
b. Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
c. Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
2
d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara
e. Anemia, higiene, kelelahan
f. Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses
pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi
dalam masa nifas.
C. Klasifikasi
1. Infeksi uterus
a. Endometritis
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari
rahim). infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau
infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim (Anonym, 2008).
Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan kelahiran anak,
jarang terjadi pada wanita yang mendapatkan perawatan medis yang baik dan
telah mengalami persalinan melalui vagina yang tidak berkomplikasi. Infeksi
pasca lahir yang paling sering terjadi adalah endometritis yaitu infeksi pada
endometrium atau pelapis rahim yang menjadi peka setelah lepasnya plasenta,
lebih sering terjadi pada proses kelahiran caesar, setelah proses persalinan yang
terlalu lama atau pecahnya membran yang terlalu dini. Juga sering terjadi bila ada
plasenta yang tertinggal di dalam rahim, mungkin pula terjadi infeksi dari luka
pada leher rahim, vagina atau vulva.
Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi, sedikit demam,
nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah dan kadang-kadang keluar dari
vagina berbau tidak enak yang khas menunjukkan adanya infeksi pada
endometrium. Pada infeksi karena luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan
pada daerah luka, kadang berbau busuk, pengeluaran kental, nyeri pada perut atau
sisi tubuh, gangguan buang air kecil. Kadang-kadang tidak terdapat tanda yang
jelas kecuali suhu tunbuh yang meninggi. Maka dari itu setiap perubahan suhu
tubuh pasca lahir harus segera dilakukan pemeriksaan.
Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis yaitu nyeri
abdomen bagian bawah, mengeluarkan keputihan, kadang-kadang terdapat
perdarahan dapat terjadi penyebaran seperti meometritis (infeksi otot rahim),
parametritis (infeksi sekitar rahim), salpingitis (infeksi saluran tuba), ooforitis
3
(infeksi indung telur), dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar), pembentukan
pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur (Anonym, 2008).
Terjadinya infeksi endometrium pada saat persalinan, dimana bekas implantasi
plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan terlantar dan persalinan dengan
tindakan pada saat terjadi keguguran, saat pemasangan alat rahim yang kurang
legeartis (Anonym, 2008). Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa
plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat
menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta
nyeri pada perabaan dan lembek.Pada endometritis yang tidak meluas, penderita
merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu
meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi
menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali.
Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini
tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang
disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.
Untuk mengatasinya biasanya dilakukan pemberian antibiotik, tetapi harus segera
diberikan sesegera mungkin agar hasilnya efektif. Dapat pula dilakukan biakkan
untuk menentukan jenis bakteri, sehingga dapat diberikan antibiotik yang tepat.
b. Miometritis (infeksi otot rahim)
Miometritis adalah radang miometrium. Sedangkan miometrium adalah
tunika muskularis uterus. Gejalanya berupa demam, uterus nyeri tekan,
perdarahan vaginal dan nyeri perut bawah, lokhea berbau, purulen. Metritis akut
biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum. Penyakit ini tidak
brerdiri sendiri akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas yaitu
merupakan lanjutan dari endometritis. Kerokan pada wanita dengan endometrium
yang meradang dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit ini miometrium
menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltarsi sel-sel radang.
Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat tromboflebitis dan kadang-
kadang dapat terjadi abses.
Metritis kronik adalah diagnosa yang dahulu banyak dibuat atas dasar
menometroragia dengan uterus lebih besar dari bisa, sakit pnggang, dan leukore.
Akan tetapi pembesaran uterus pada multipara umumnya disebabkan oleh
pemanbahan jaringan ikat akibat kehamilan. Terapi dapat berupa antibiotik
4
spektrum luas seperti amfisilin 2gr IV per 6 jam, gentamisin 5 mg kg/BB,
metronidasol mg IV per 8 jam, profilaksi anti tetanus, efakuasi hasil konsepsi.
c. Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim).
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig latum.
Radang ini biasanya unilatelar. Tanda dan gejala suhu tinggi dengan demam
tinggi, Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah.
Penyebab Parametritis yaitu:
a. Endometritis dengan 3 cara yaitu :
1. Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis
2. Lymphogen
3. Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis
b. Dari robekan serviks
c. Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD )
2. Syok bakteremia
Infeksi kritis, terutama yuang disebabkan oleh bakteri yang melepaskan
endotoksin, bisa mempresipitasi syok bakteremia (septic). Ibu hamil, terutama mereka
yang menderita diabetes mellitus atau ibu yang memakai obat imunosupresan, berada
pada tingkat resiko tinggi, demikian juga mereka yang menderita endometritis selama
periode pascapartum.
Demam yang tinggi dan mengigil adalh bukti patofisiologi sepsis yang serius.
Ibu yang cemas dapat bersikap apatis. Suhu tubuh sering kali sedikit turun menjadi
subnormal. Kulit menjadi dingin dan lembab. Warna kulit menjadi pucat dan denyut
nadi menjadi cepat. Hipotensi berat dan sianosis peripheral bisa terjadi. Begitu juga
oliguria.
Temuan laboratorium menunjukkan bukti-bukti infeksi. Biakan darah
menunjukian bakteremia, biasanya konsisten dengan hasil enteric gram negative.
Pemeriksaan tambahan bisa menunjukkan hemokonsentrasi, asidosis, dan koagulopati.
Perubahan EKG menunjukkan adanya perubahan yang mengindikasikan insufisiensi
miokard. Bukti-bukti hipoksia jantung, paru-paru, ginjal, dan neurologis bisa
ditemukan.
Penatalaksanaan terpusat pada antimicrobial, demikian juga dukungan oksigen
untuk menghilangkan hipoksia jaringan dan dukungan sirkulasi untuk mencegah kolaps
5
vascular. Fungsi jantung, usaha pernafasan, dan fungsi ginjal dipantau dengan ketat.
Pengobatan yang cepat terhadap syok bakteremia membuat prognosis menjadi baik.
Dan morbiditas dan mortilitas maternal diturunkan dengan mengendalikan distrees
pernafasan, hipotensi dan DIC (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
3. Peritonitis
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga
ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya,
ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke
rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis.
Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam,
perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat
pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus
dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum
atau kandung kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan
penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung
dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan,
menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies
hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.
6
Biakan dan tes sensitivitas urin harus dilakukan di awal kehamilan, lebih disukai
pada kunjungan pertama, specimen diambil dari urin yang diperoleh dengan cara bersih.
Jika didiagnosis ada infeksi, pengobatan dengan antibiotic yang sesuai selama dua
sampai tiga minggu, disertai peningkatan asupan air dan obat antispasmodic traktus
urinarius.
7
Rubor (kemerahan), kalor (demam setempat) akibat vasodilatasi dan tumor
(benngkak) karena eksudasi. Ujung syaraf merasa akan terangsang oleh peradangan
sehingga terdapat rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkan akan mengakibatkan
gangguan faal, dan reaksi umum antara lain berupa sakit kepala, demam dan
peningkatan denyut jantung (Sjamsuhidajat, R. 2008).
1. Manifestasi klinis yang lain :
a. Peningkatan suhu
b. Takikardie.
c. Nyeri pada pelvis
d. Demam tinggi
e. Nyeri tekan pada uterus
f. Lokhea berbau busuk/ menyengat
g. Penurunan uterus yang lambat
h. Nyeri dan bengkak pada luka episiotomy
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g%
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
b. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
c. Pemeriksaan Mikroskopis Urine : guna pemeriksaan mikroskopis urine adalah
untuk melihat kelainan ginjal dan salurannya (stadium, berat ringannya
penyakit)
d. Pemeriksaan protein urine : Ditemukan protein dalam urine tetapi kelainan yang
terjadi tidak menandakan adanya indikasi penyakit. Normalnya tidak boleh
sampai + 1.
e. Pemeriksaan glukosa urin : Pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa
disalam urine. Karena molekul glukosa besar dan ginjal akan menyerap kembali
hasil filtrasi dari glumerulus (Normal : 1 -25 mg/ dL )
F. Penatalaksanaan
1. Masa Persalinan
8
a. Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas
yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
b. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
c. Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
d. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
e. Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita
harus terjaga kesuci-hamaannya.
f. Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera
diganti dengan transfusi darah.
g. Masa Nifas
h. Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat
dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kndung kencing harus steril.
i. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak
bercampur dengan ibu sehat.
j. Tamu yang berkunjung harus dibatasi.
2. Masa Kehamilan
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi
dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan
dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada
hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat
menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam
jalan lahir.
a. Pencegahan infeksi postpartum :
✓ Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus pada
kehamilan tua sebaiknya dilarang.
✓ Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga persalinan
agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit
mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dari petugas
dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan
pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi yang tepat.
9
✓ Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat pasien
dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat yang berada
dalam masa nifas.
b. Penanganan umum
✓ Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses
persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa
nifas.
✓ Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami
infeksi nifas.
✓ Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang
dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.
✓ Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
✓ Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-
gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
✓ Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu
yang mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi oral/IV
secukupnya.
c. Pengobatan secara umum
✓ Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka
operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang
tepat dalam pengobatan.,
✓ Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
✓ Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika
spektrum luas (broad spektrum) menunggu hasil laboratorium.
✓ Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi
darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.
d. Penanganan infeksi postpartum :
✓ Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
✓ Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan transfusi darah bila perlu,
Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga
perineum.
G. Komplikasi
10
a. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
b. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko
terjadinya emboli pulmoner.
c. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam
darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan
kematian.
H. Prognosa
Prognosis infeksi intra partum sangat tergantung dari jenis kuman, lamanya
infeksi berlangsung, dapat/tidaknya persalinan berlangsung tanpa banyak perlukaan
jalan lahir.
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status
kesehatan klien yang nyata (actual) dan kemungkinan akan terjadi (resiko) dimana
pemecahannya dalam batas wewenang perawat. Diagnosa yang mungkin muncul antara
lain :
a. nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen, after pains, distensi kandung
kemih.
b. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan rauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nasokomial.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis.
d. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan, retensi urine.
e. Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri dan bayi berhubungan dengan
kurang informasi.
f. Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang status kesehatan bayi,
peralihan sebagai orang tua.
J. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan mata rantai penetapan kebutuhan pasien dan
pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan demikian rencana asuhan keperawatan adalah
petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang akan
11
dilakukan terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan,
rencana asuhan keperawatan pada klien post partum menurut (Dongoes, 1994 : 417).
a. nyeri berhubungan dengan luka insisi, distensi abdomen, after pains, distensi kandung
kemih.
Tujuan : Dalam waktu 3 hari, rasa nyeri berkurang atau hilang
Kriteria evaluasi :
✓ Tanda-tanda vital normal (nadi 60-80 x/menit, respirasi 18-24 x/menit),
✓ Tidak meringis,
✓ Kegiatan tidak terganggu dengan rasa nyeri.
✓ Skala nyeri
Intervensi Rasional
1. Tentukan skala nyeri dan 1. Untuk mengenal indikasi
intensitas nyeri, pantua kemajuan atau
tekanan darah, nadi dan penyimpangan dari hasil
pernafasan setiap 4 jam. yang diharapkan.
2. Anjurkan klien untuk 2. Relaksasi dan nafas
menggunakan teknik dalam dapat mengurangi
relaksasi dan nafas dalam ketegangan otot dan
serta teknik distraksi (untuk menghambat rangsang
nyeri ringan dan sedang). nyeri serta menambah
pemasukan oksigen.
Distraksi mengganggu
stimulus nyeri tetapi
tidak mengubah
intensitas nyeri, paling
3. Anjurkan posisi tidur miring. baik untuk periode
pendek.
4. Berikan obat analgetik sesuai 3. Mempermudah
order pengeluaran gas
4. Analgetik bersifat
12
menghambat reseptor
nyeri, sehingga persepsi
nyeri berkurang/hilang
b. Resiko Penyebaran Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nasokomial.
Tujuan :Dalam 3 hari setelah proses persalinan, infeksi tidak terjadi
Kriteria evaluasi :
✓ Tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi 60-80 x/menit, suhu tidak lebih
dari 38 0C),
✓ Insisi kering
✓ Lochea tidak berbau busuk
✓ Uterus tidak lembek
✓ Dolor : 1 - 2
✓ Kalor : 36’5 – 37’2 C
✓ Rubbor : Normal
✓ Function laesa : normal
Intervensi Rasional
1. Lakukan perawatan luka 1. Akan meminimalkan dan
dengan teknik aseptic dan mencegah kontaminasi
anti septic. dan atau masuknya
mikroorganisme.
2. Akan memudahkan
2. Observasi adanya tanda- intervensi lebih dini dan
tanda infeksi pada daerah intervensi selanjutnya.
luka : dolor, kalor, rubor dan 3. Antibiotik bersifat
function laesa. bakterisida dan adanya
3. Berikan antibiotic sesuai leukositosis merupakan
order dan kolaborasi untuk salah satu tanda infeksi.
pemeriksaan leukosit. 4. Protein dan viatamin C
dibutuhkan untuk
4. Anjurkan untuk makan pertumbuhan jaringan
13
makanan tinggi protein, dan zat besi untuk
vitamin C dan zat besi. pembentukan
hemoglobin.
14
Presdisposisi Presipitasi
Melalui VT / Episiotomi
Leokosit meningkat
Tromboflebitis Vagina berdekatan dg
uretra
Inflamasi/Peradangan
Pelepasan Port the entry ke saluran
mediator nyeri perkemihan
Saraf perifer terangsang oleh peradangan
Sensitifitas ISK
Nyeri akut
Anoreksia
Resti infeksi
Mual & Muntah
Resiko
penyebaran
infeksi
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
15
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Tempat: Ruangan Nifas RSUD Wangaya Denpasar
Masuk : 2 Oktober 2022 Pukul : 23.00 WITA
Pengkajian
Tanggal pengkajian : 3 Oktober 2022 Pukul : 11.00 WITA
a. Data Subjektif
1) Identitas Pasien
a) Nama : Ny.N
b) Umur : 23 Tahun
c) Agama : Islam
d) Suku Bangsa : bali /Indonesia
e) Pendidikan : SMA
f) Pekerjaan : IRT
g) Alamat : denpasar
a) Nama : Tn.R
b) Umur : 27 Tahun
c) Agama : Islam
d) Suku Bangsa : bali /Indonesia
e) Pendidikan : SMA
f) Pekerjaan : Wiraswasta
g) Alamat : denpasar
h) Hub dg klien : Suami klien
16
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan
Psien mengatakan saat ini merasakan nyeri pada bekas luka jahitan
episiotomi dan perut terasa mules serta saat ini tidak sedang seperti
aktivitas.
kecil.
kuning.
17
(f) Hipertensi : Pasien mengatakan tekanan darahnya setiap
mmHg.
asma / TBC dan HIV / AIDS dan pasien juga belum pernah
d. Riwayat Menstruasi
12 tahun.
bulan.
merah kecoklatan.
saat menstruasi.
18
e. Riwayat Perkawinan
mempunyai anak.
3) Keluhan-keluhan pada
pinggang.
bulan.
19
Trimester II : Pasien mengatakan 2 x pada umur kehamilan 3
6) Imunisasi TT
menikah.
7) Pergerakan Janin
kehamilan 5 bulan.
2) Penolong : Bidan
6) Plasenta
20
7) Perineum
Episiotomi mediolateralis.
8) Perdarahan
a) Kala I : 50 ml
Kala II : 40 ml
Kala III : 30 ml
Kala IV : 30 ml
Jumlah : 150 ml
Kala I : 3 Jam-menit
BB : 3700 gram
PB : 49 cm
21
Cacat Bawaan : Tidak ada
sehari 7-8 gelas air putih dan Oktober 2022 dengan porsi
ada keluhan.
22
dalam mengurus rumah tapi letih dan lemah. Klien juga
Wita
seminggu.
23
pasien membutuhkan perlindungan dan pelayanan karena pada tahap
1) Dukungan keluarga
3) Pantangan makanan
5) Penggunaan obat-obatan/rokok
Pasien mengatakan hanya minum obat dari bidan dan pasien tidak
merokok.
m. Pengetahuan Ibu
24
untuk bayinya, pasien mengatakan belum paham cara perawatan
1) Status Generalis
b) Kesadaran : Composmentis
N = 92 x/menit
S = 36,8OC
P = 22 x/menit
d) Tinggi Badan : 155 cm
e) Berat Badan : 65 kg
f) LILA : 26,5 cm
2) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
b. Palpasi
3) Teraphy
- Infuse RL 20 tetes/menit
26
- Amphicilin 500 mg 3 kali 1 tablet
- Sf 3 kali 1 tablet
4) Pemeriksaan Penunjang
- Hasil Labor
c. Analisa Data
DO :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak tidak bebas saat
Bergerak
- Skala nyeri 4 yaitu sedang
- TD: 110/70 mmHg
- N: 92 x/i
27
- S : 36,8 □C
- Terdapat luka jahitan di
perineum: 5 jahitan
- Episiotomi mediolateralis
DS : Resiko Trauma
infeksi
- Pasien mengatakan takut
untuk berjalan
- Pasien mengatakan
mengganti pembalut 2x/hari
DO :
- Kesadaran : compos mentis
- TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 92 x/i
S :36,8OC
R : 22 x/i
- Tidak ada kemerahan
- Kerekatan jahitan kuat
- Terdapat darah warna terang
- Lochea rubra
- Ekimosis
- Bau : seperti darah biasa dan
tidak busuk.
- Leukosit : 7.800 mm3
2. Diagnosa Keperawatan
30
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
32
3. Kurang pengetahuan b/d Setelah diberikan asuhan keperawatan selama
kurangnya informasi 1x24 jam diharapkan tingkat pengetahuan pasien Edukasi
tentang perawatan post meningkat 1. Berikan penilaian tentang tingkat
partum. pengetahuan pasien tentang proses
Kriteria Hasil : penyakit yang spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
1. Pasien dan keluarga menyatakan bagaimana hal ini berhubungan dengan
pemahaman tentang penyakit, kondisi, anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
prognosis dan program pengobatan tepat.
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
prosedur yang dijelaskan secara benar muncul pada penyakit, dengan cara
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan yang tepat
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim 4. Gambarkan proses penyakit, dengan
kesehatan lainnya cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
7. Hindari jaminan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang
dan atau proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat
atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang tepat
33
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi
di komunitas lokal, dengan cara yang
tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda
dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
34
3. Implementasi Keperawatan
P: Lanjutkan intervensi
35
2. Resiko infeksi1. Memantau suhu tubuh S:
2. Membersihkan lingkungan - Pasien mengatakan nyeri pada
b/d trauma
setelah dipakai pasien lain luka jahitan
jaringan atau 3. Mempertahankan teknik - Pasien mengatakan masih tampak
isolasi takut membersihkan area organ
kerusakan kulit.
4. Membatasi pengunjung bila intim nya.
perlu - Pasien tampak hanya menyiram
5. Menginstruksikan pada dengan air pada saat melakukan
pengunjung untuk mencuci vulva hygiene.
tangan saat berkunjung dan O:
setelah berkunjung - Keadaan luka basah
meninggalkan pasien - Tampak ada 5 jahitan
6. Menggunakan sabun - Tidak ada kemerahan
antimikrobia untuk cuci - Lochea rubra
tangan - Jahitan kuat merekat di perineum
7. Mencuci tangan setiap - Terdapat darah merah terang
sebelum dan sesudah
tindakan kperawatan
8. Menggunakan baju, sarung TTV :
tangan sebagai alat pelindung TD : 110/70 mmHg
9. Mempertahankan lingkungan N : 92x/menit
aseptik selama pemasangan S : 36,8OC
alat R : 20x/menit
10. Meningktkan intake nutrisi
11. Memberikan terapi antibiotik A: Masalah belum teratasi
bila perlu
19. Memonitor tanda dan gejala P: Lanjutkan Intervensi
infeksi sistemik dan lokal
12. Melakukan perawatan
perineum untuk mengurangi
resiko infeksi
13. Melihat kondisi luka/ insisi
36
bedah.
20. Mengajarkan cara
menghindari infeksi dengan
cara melukan perawatan pada
perineum dan sering
mengganti pembalut.
3. Kurang 1. Memberikan penilaian S :
pengetahuan b/d tentang tingkat pengetahuan - Pasien mengatakan masih belum
kurangnya pasien tentang proses penyakit paham cara mengenai cara
informasi tentang yangspesifik perawatan post partum.
perawatan post 2. Menyediakan informasi pada - Pasien mengatakan belum paham
partum. pasien tentang kondisi, dengan tentang cara perawatan payudara.
cara yang tepat yaitu dengan - Pasien sudah mengetahui sedikit
memberikan informasi kepada cara perawat perineum dengan
pasien mengenai cara benar
perawatan post partum, cara - Pasien mengatakan ingin
perawatan payudara, manfaat mengetahui manfaat lebih tentang
asi, macam-macam kb. ASI
3. Mendukung pasien untuk
mengeksplorasi atau O:
mendapatkan second opinion - Pasien tampak memperhatikan
dengan cara yang tepat atau - Pasien tampak mempraktekkan
diindikasikan caranya
Menyakan ke pasien pasien
mengenai tanda dan gejala A: Masalah belum teratasi
yang belum di ketahui untuk P: Lanjutkan Intervensi
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.
37
1 Selasa, 4 Oktober Nyeri akut b/d 1. Melakukan pengkajian skala S :
2022 trauma jahitan nyeri - Pasien mengatakan nyeri pada
luka episiotomi. 2. Membantu pasien dan keluarga luka jahitan nya tak menentu dan
untuk mencari dan pada saat bergerak.
menemukan dukungan - Pasien mengatakan perutnya
3. Mengontrol lingkungan yang masih mules
dapat mempengaruhi nyeri - Pasien sudah tahu hasil
seperti suhu ruangan, pemeriksaannya
pencahayaan dan kebisingan - Pasien mengatakan skala nyeri 2
4. Mengajarkan tentang teknik - Pasien mengatakan belum BAB
non farmakologi dengan - Pasien mengatakan sudah bisa
mengompres dingin perineum miring ke kanan dan ke kiri,
untuk mengurangi nyeri pasien dapat merapatkan pantat
dengan menggunakan cairan dan paha pada saat bangun tidur
NaCL 0,9%. untuk duduk.
5. Meningkatkan istirahat - Pasien bersedia dilakukan
6. Mengkolaborasikan dengan kompres dingin kembali.
dokter jika ada keluhan dan O :
tindakan nyeri tidak berhasil - Saat pemeriksaan tampak pasien
7. Memonitor penerimaan pasien masih meringis
tentang manajemen nyeri. - Pasien tampak sudah bisa duduk
dan merapatkan paha.
- Kontraksi uterus kuat
- Tinggi fundus uteri : 2 jari di
bawah pusat
TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 86x/menit
38
S : 36,6OC
R : 20x/menit
P: Lanjutkan Intervensi
39
11. Memberikan terapi antibiotik
bila perlu
21. Memonitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
12. Melakukan perawatan
perineum untuk mengurangi
resiko infeksi
13. Melihat kondisi luka/ insisi
bedah.
22. Mengajarkan cara
menghindari infeksi dengan
cara melukan perawatan pada
perineum dan sering
mengganti pembalut.
Kurang 1. Memberikan penilaian tentang S :
tingkat pengetahuan pasien - Pasien mengatakan bersedia
pengetahuan b/d
tentang proses penyakit yang menyusui bayinya, bayinya sudah
kurangnya spesifik bisa menyusu namun teknik ibu
2. Menyediakan informasi pada kurang benar.
informasi
pasien tentang kondisi, dengan - Pasien mengatakan sudah minum
tentang cara yang tepat yaitu dengan obat yang diberikan perawat
memberikan informasi kepada - Pasien mengatakan sudah tahu
perawatan post
pasien mengenai cara akan menggunakan kb suntik.
partum. perawatan post partum, cara - Pasien mengatakan belum paham
perawatan payudara, manfaat tentang cara perawatan perineum
asi, macam-macam kb. dengan benar.
3. Mendukung pasien untuk O:
mengeksplorasi atau - Pasien tampak menyusui bayinya
mendapatkan second opinion - Teknik menyusui pasien tampak
dengan cara yang tepat atau kurang benar.
diindikasikan
4. Menyakan ke pasien pasien A: Masalah belum teratasi
40
mengenai tanda dan gejala
yang belum di ketahui untuk P: Lanjutkan Intervensi
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.
41
1 Rabu, 5 Oktober 2022 Nyeri akut b/d 1. Melakukan pengkajian skal S :
trauma jahitan nyeri - Pasien mengatakan nyeri pada
luka episiotomi. 2. Membantu pasien dan keluarga luka jahitan berkurang
untuk mencari dan - Pasien mengatakan sudah BAB
menemukan dukungan - Pasien bersedia untuk dilakukan
3. Mengontrol lingkungan yang kompres dingin
dapat mempengaruhi nyeri - Pasien mengatakan sebelumnya
seperti suhu ruangan, belum pernah dilakukan kompres
pencahayaan dan kebisingan dingin pada perawatan perineum
4. Mengajarkan tentang teknik
non farmakologi dengan O :
mengompres dingin perineum - Saat pemeriksaan tampak pasien
untuk mengurangi nyeri tidak pucat dan kelelahan
dengan menggunakan cairan - Skala nyeri 1 = ringan
NaCL 0,9 %. - Ekpresi wajah klien tampak rileks
5. Meningkatkan istirahat - Sudah dilakukan perawatan
6. Mengkolaborasikan dengan perineum dengan kompres dingin
dokter jika ada keluhan dan TTV :
tindakan nyeri tidak berhasil TD : 120/80 mmHg
7. Memonitor penerimaan pasien N : 82x/menit
tentang manajemen nyeri. S : 36,6OC
R : 20x/menit
42
Resiko infeksi1. Membersihkan lingkungan S:
setelah dipakai pasien lain - Pasien mengatakan nyeri pada
b/d trauma
2. Mempertahankan teknik luka jahitan
jaringan atau isolasi - Pasien mengatakan mau
3. Membatasi pengunjung bila dilakukan perawatan perineum
kerusakan kulit.
perlu - Pasien mengatakan sudah tahu
4. Menginstruksikan pada cara perawatan vulva hygiene
pengunjung untuk mencuci - Pasien tampak sudah tahu cara
tangan saat berkunjung dan perawatan luka episiotomi dengan
setelah berkunjung benar
meninggalkan pasien O:
5. Menggunakan sabun - Keadaan luka basah
antimikrobia untuk cuci tangan - Tampak ada 5 jahitan
6. Mencuci tangan setiap - Tidak ada tanda-tanda infeksi
sebelum dan sesudah tindakan - Lochea rubra
kperawatan - Jahitan kuat merekat di perineum
7. Menggunakan baju, sarung - Terdapat darah
tangan sebagai alat pelindung - Tidak ada kemerahan
8. Mempertahankan lingkungan - Tidak ada bintik kebiruan pada
aseptik selama pemasangan perineum
alat - Tidak ada pus/nanah
9. Meningktkan intake nutrisi
10. Memberikan terapi TTV :
antibiotik bila perlu TD : 120/80 mmHg
11. Memonitor tanda dan N : 82x/menit
gejala infeksi sistemik dan S :36,6OC
lokal R : 20x/menit
12. Melakukan perawatan
perineum untuk mengurangi A: Masalah teratasi sebagian
resiko infeksi
13. Melihat kondisi luka/ P: Lanjutkan Intervensi
insisi bedah.
43
14. Mengajarkan cara
menghindari infeksi dengan
cara melukan perawatan pada
perineum dengan sering
mengganti pembalut dan cara
membersihkan dari depan ke
belakang.
Kurang 1. Memberikan penilaian tentang S:
tingkat pengetahuan pasien - Pasien mengatakan sudah tahu
pengetahuan b/d
tentang proses penyakit yang cara perawatan vulva
kurangnya spesifik hygiene/perineum dengan benar
2. Menyediakan informasi pada yaitu dengan membersihkan dari
informasi
pasien tentang kondisi, dengan depan kebelakang.
tentang cara yang tepat yaitu dengan - Pasien sudah tahu cara menyusui
memberikan informasi kepada dengan benar
perawatan post
pasien mengenai cara - Pasien mengatakan sudah tahu
partum. perawatan post partum, cara tentang cara perawatan payudara.
perawatan payudara, manfaat - Pasien mengatakan sudah
asi, macam-macam kb. mengetahui manfaat lebih tentang
3. Mendukung pasien untuk ASI
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion O:
dengan cara yang tepat atau - Pasien tampak menyusui bayinya
diindikasikan dengan benar
4. Menyakan ke pasien pasien
mengenai tanda dan gejala
yang belum di ketahui untuk A: Masalah teratasi
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan P: Pertahankan kemampuan pasien
cara yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak M Irene, Deitra Leonasd Lowdermilk dkk. 2004. “Buku Ajaran Keperawatan
Maternitas”. Jakarta. EGC
Biomed M mitayani,S.ST. 2009.”Asuhan keperawatan maternitas”. Jakarta: Salemba
Medika
Brunner and suddart.2002.Medical practical nursing, 1st edition, Jakarta : EGC
WWW.SCRIB/infeksipostpartum.COM
http://www.lusa.web.id/tag/infeksi-post-partum
http://ainicahayamata.wordpress.com/2011/03/30/infeksi-postpartum/
Abdul Bari Saifuddin. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal. Jakarta ; PT Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo
Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama
APN, (2014). Buku Acuan Persalinan Normal. JNPK-KR: Jakarta
Ari Sulistyawati, (2009), Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas, ANDI.
Yogyakarta
Bobak, Lowdermilk, Jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Depkes 2017. Pusat Data Dan Informasi Profil Kabupaten Kota
Sumatera Barat. Online
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2017/13
71_Sumbar_Kota_Padang_2017.pdf
Kirana, 2015. Hubungan Tingkat Kecemasan Post Partum Dengan Kejadian Post
Partum Blues Di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal Ilmu Keperawatan.
Volume Iii, No. 1 April-2015
Manuaba,IAC.,IBagus,danIBGde.2010.IlmuKebidanan,PenyakitKandungandanKBuntu
kPe ndidikanBidan.Edisikedua.Jakarta:EGC
Marmi. 2012. Asuan Kebidanan Pada Masa Nifas “ Peurperium Care”. Yogyakarta:
pustaka pelajar.
Morison, M. J. (2004). Manajemen Luka. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
Nursalam, 2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan:Jakarta:
Salemba Medika
Potter, & Perry, A. G. 2007. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,. Proses,
Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.