Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

PENGANTAR ILMU HUKUM


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengantar Ilmu Hukum merupakan fondamental bagi upaya mempelajari ilmu
hukum dalam berbagai bidang. Dan sebelum kita memasuki lebih dalam seperti apa
dunia hukum itu, pastilah muncul dalam pikiran kita yang baru akan memulai
mempelajari ilmu hukum, apa itu pengertian hukum?
Hukum memiliki keterkaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat. Dalam
kenyataan, perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan perkembangan hukum
yang berlaku di dalam masyarakat, demikian pula sebaliknya. Pada dasarnya keduanya
saling mempengaruhi.
Dengan mengerti ilmu hukum kita akan memperoleh sedikitnya pegangan yang
dapat kita terapkan kedalam kehidupan masyarakat apabila kita menghadapi sebuah
sengketa, minimal dengan diri kita sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Hukum ?
2. Apa tujuan dan kegunaan hukum?
3. Kedudukan dan fungsi pengantar ilmu Hukum?
4. Ilmu bantu pengantar ilmu hukum dan metode pendekatan Hukum?
5. Tujuan hukum menurut teori
6. Macam-macam hukum
7. Apa hubungan hukum dengan HAK
C. Tujuan
Untuk mengetahui tentang hukum dan macam-macam pengantar ilmu hukum.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Hukum dan Pengantar Ilmu Hukum


1. Pengertian Ilmu hukum
Menurut Satjipto Rahardjo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha
menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang
berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri. Demikian
luasnya masalah yang dicakup oleh ilmu ini, sehingga sempat memancing pendapat
orang untuk mengatakan bahwa “batas-batasnya tidak bisa ditentukan” (Curzon,
1979 : v).[1]
Selanjutnya menurut J.B. Daliyo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang
objeknya hukum. Dengan demikian maka ilmu hukum akan mempelajari semua seluk
beluk mengenai hukum, misalnya mengenai asal mula, wujud, asas-asas, sistem,
macam pembagian, sumber-sumber, perkembangan, fungsi dan kedudukan hukum di
dalam masyarakat. Ilmu hukum sebagai ilmu yang mempunyai objek hukum
menelaah hukum sebagai suatu gejala atau fenomena kehidupan manusia dimanapun
didunia ini dari masa kapanpun. Seorang yang berkeinginan mengetahui hukum
secara mendalam sangat perlu mempelajari hukum itu dari lahir, tumbuh dan
berkembangnya dari masa ke masa sehingga sejarah hukum besar perannya dalam hal
tersebut.
2. Pengertian Pengantar ilmu hukum
Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerapkali oleh dunia studi hukum dinamakan
“Encyclopaedia Hukum”, yaitu mata kuliah dasar yang merupakan pengantar
(introduction atau inleiding) dalam mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan
bahwa PIH merupakan dasar untuk pelajaran lebih lanjut dalam studi hukum yang
mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar tentang sendi-sendi utama
ilmu hukum.

B. Tujuan dan Kegunaan Pengantar Ilmu Hukum


Tujuan Pengantar Imu Hukum adalah menjelaskan tentang keadaan, inti dan
maksud tujuan dari bagian-bagian penting dari hukum, serta pertalian antara berbagai
bagian tersebut dengan ilmu pengetahuan hukum. Adapun kegunaannya adalah untuk
dapat memahami bagian-bagian atau jenis-jenis ilmu hukum lainnya.
C. Kedudukan dan Fungsi Pengantar Ilmu Hukum
Kedudukan Pengantar Ilmu Hukum merupakan dasar bagi pelajaran lanjutan
tentang ilmu pengetahuan dari berbagai bidang hukum. Sedangkan kedudukan dalam
kurikulum fakultas hukum adalah sebagai mata kuliah keahlian dan keilmuan. [2]Oleh
karena itu pengantar ilmu hukum berfungsi memberikan pengertian-pengertian dasar
baik secara garis besar maupun secara mendalam mengenai segala sesuatu yang
berkaitan dengan hukum. Selain itu juga pengantar ilmu hukum juga berfungsi pedagogis
yakni menumbuhkan sikap adil dan membangkitkan minat untuk denagan penuh
kesungguhan mempelajari hukum.
D. Ilmu Bantu Pengantar Ilmu Hukum
- Sejarah hukum, yaitu suatu disiplin hukum yang mempelajari asal usul terbentuknya
dan perkembangan suatu sistem hukum dalam suatu masyarakat tertentu dan
memperbanding antara hukum yang berbeda karena dibatasi oleh perbedaan waktu
- Sosiologi hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris dan
analitis mempelajari hubungan timbal balik antara hukum sebagai gejala sosial dengan
gejala sosial lain (Soerjono Soekanto)
- Antropologi hukum, yakni suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pola-
pola sengketa dan penyelesaiannya pada masyarakat sederhana, maupun masyarakat
yang sedang mengalami proses perkembangan dan pembangunan/proses modernisasi
(Charles Winick).
- Perbandingan hukum, yakni suatu metode studi hukum yang mempelajari perbedaan
sistem hukum antara negara yang satu dengan yang lain. Atau membanding-
bandingkan sistem hukum positif dari bangsa yang satu dengan bangsa yang lain
- Psikologi hukum, yakni suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai
suatu perwujudan perkembangan jiwa manusia (Purnadi Purbacaraka).

E. Metode Pendekatan Mempelajari Hukum 


1. Metode Idealis ; bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai perwujudan dari
nilai-nilai tertentu dalam masyarakat
2. Metode Normatif Analitis ; metode yg melihat hukum sebagai aturan yg abstrak.
Metode ini melihat hukum sebagai lembaga otonom dan dapat dibicarakan sebagai
subjek tersendiri terlepas dari hal2 lain yang berkaitan dengan peraturan2. Bersifat
abstrak artinya kata-kata yang digunakan di dalam setiap kalimat tidak mudah
dipahami dan untuk dapat mengetahuinya perlu peraturan-peraturan hukum itu
diwujudkan. Perwujudan ini dapat berupa perbuatan-perbuatan atau tulisan. Apabila
ditulis, maka sangat penting adalah pilihan dan susunan kata-kata.
3. Metode Sosiologis; metode yang bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai
alat untuk mengatur masyarakat.
4. Metode Historis ; metode yang mempelajari hukum dengan melihat sejarah
hukumnya.
5. Metode sistematis; metode yang melihat hukum sebagai suatu sistem
6. Metode Komparatif; metode yang mempelajari hukum dengan membandingkan tata
hukum dalam berbagai sistem hukum dan perbandingan hukum di berbagai negara.
F. Tujuan Hukum Menurut Teori
1. Teori etis (etische theorie)
Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai
keadilan. Menurut teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran
etis kita mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil. Teori ini pertama kali
dikemukakan oleh Aristoteles filsuf Yunani dalam bukunya Ethica
Nicomachea dan Rhetorica yang menyatakan ”hukum mempunyai tugas yang suci
yaitu memberi kepada setiap orang yang berhak menerimanya”.  Selanjutnya
Aristoteles membagi keadilan dalam 2 jenis, yaitu :
1. Keadilan distributif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah
menurut jasanya. Artinya, keadilan ini tidak menuntut supaya setiap orang
mendapat bagian yang sama banyaknya atau bukan persamaannya, melainkan
kesebandingan berdasarkan prestasi dan jasa seseorang.
2. Keadilan komutatif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah
yang sama banyaknya tanpa mengingat jasa masing-masing. Artinya hukum
menuntut adanya suatu persamaan dalam memperoleh prestasi atau sesuatu hal
tanpa memperhitungkan jasa masing-masing.

Keadilan menurut Aristoteles bukan berarti penyamarataan atau tiap-tiap orang


memperoleh bagian yg sama.

2. Teori utilitas (utiliteis theorie)


Menurut teori ini, tujuan hukum ialah menjamin adanya kemamfaatan atau
kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya. Pencetus teori ini
adalah Jeremy Betham. Dalam bukunya yang berjudul“introduction to the morals and
legislation” berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata
apa yang berfaedah/mamfaat bagi orang.
3. Teori campuran
Teori ini dikemukakan oleh Muckhtar Kusmaatmadja bahwa tujuan pokok dan
pertama dari hukum adalah ketertiban. Di samping itu tujuan lain dari hukum adalah
tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan
zamannya.
Teori normatif-dogmatif, tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan
kepastian hukum (John Austin dan van Kan). Arti kepastian hukum disini adalah
adanya melegalkan kepastian hak dan kewajiban.
Van Kan berpendapat tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia
agar tidak diganggu dan terjaminnya kepastiannya.
4. Teori Peace (damai sejahtera)
Menurut teori ini dalam keadaan damai sejahtera (peace) terdapat kelimpahan,
yang kuat tidak menindas yang lemah, yang berhak benar-benar mendapatkan haknya
dan adanya perlindungan bagi rakyat. Hukum harus dapat menciptakan damai dan
sejahtera bukan sekedar ketertiban.
G. Fungsi Hukum
1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hukum sbg
petunjuk bertingkah laku untuk itu masyarakat harus menyadari adanya perintah dan
larangan dalam hukum sehingga fungsi hukum sebagai alat ketertiban masyarakat
dapat direalisir.
2. Hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin. Hukum yg
bersifat mengikat, memaksa dan dipaksakan oleh alat negara yang berwenang
membuat orang takut untuk melakukan pelanggaran karena ada ancaman hukumanya
(penjara, dll) dan dapat diterapkan kepada siapa saja. Dengan demikian keadilan akan
tercapai.
3. Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan karena ia mempunyai daya
mengikat dan memaksa dapat dimamfaatkan sebagai alat otoritas untuk mengarahkan
masyarakat ke arah yg maju.
4. Hukum berfungsi sebagai alat kritik. Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak hanya
mengawasi masyarakat semata-mata tetapi berperan juga untuk mengawasi pejabat
pemerintah, para penegak hukum, maupun aparatur pengawasan sendiri. Dengan
demikian semuanya harus bertingkah laku menurut ketentuan yg berlaku dan
masyarakt pun akan merasakan keadilan.
5. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan pertingkaian. Contoh kasus
tanah.
H. Macam-macam sumber hukum
Sebagaimana diuraikan diatas ada 2 sumber hukum yatu sumber hukum dalam arti
materil dan formil.[3]

a. Sumber hukum materiil


Sumber hukum materiil adalah faktor yg turut serta menentukan isi hukum. Dapat
ditinjau dari berbagai sudut misalnya sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat,
agama, dll. Dalam kata lain sumber hukum materil adalah faktor-faktor masyarakat
yang mempengaruhi pembentukan hukum (pengaruh terhadap pembuat UU, pengaruh
terhadap keputusan hakim, dsb). Atau faktor yang ikut mempengaruhi materi (isi) dari
aturan-aturan hukum, atau tempat darimana materi hukum tiu diambil. Sumber hukum
materil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum. Faktor tersebut
adalah faktor idiil dan faktor kemasyarakatan.
Faktor idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus
ditaati oleh para pembentuk UU ataupun para pembentuk hukum yang lain dalam
melaksanakan tugasnya.[4]
Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat
dan tunduk pada aturan-aturan yang berlaku sebagai petunjuk hidup masyarakat yang
bersangkutan. Contohnya struktur ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, dll
Dalam berbagai kepustakan hukum ditemukan bahwa sumber hukum materil itu
terdiri dari tiga jenis yaitu (van Apeldoorn) :
1. Sumber hukum historis (rechtsbron in historischezin) yaitu tempat kita dapat
menemukan hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini
dibagi menjadi :
- Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum
secara historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.
- Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.
2. Sumber hukum sosiologis (rechtsbron in sociologischezin) yaitu Sumber hukum
dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan isi hukum
positif, seperti misalnya keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan dsb.

3. Sumber hukum filosofis (rechtsbron in filosofischezin) sumber hukum ini dibagi


lebih lanjut menjadi dua :
Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana.
Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :
- pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan
- pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal manusia
- pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari kesadaran
hukum.

b. Sumber hukum formal


Sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu yang
merupakan dasar berlakunya hukum secara formal. Jadi sumber hukum formal
merupakan dasar kekuatan mengikatnya peraturan-peraturan agar ditaati oleh
masyarakat maupun oleh penegak hukum.
Apa beda antara undang-undang dengan peraturan perundang-undangan ?
Undang-undang dibuat oleh DPR persetujuan presiden, sedangkan peraturan
perundang-undangan dibuat berdasarkan wewenang masing-masing pembuatnya,
seperti PP, dll atau Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang
dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara
umum (Pasal 1 ayat 2 UU No. 10 tahun 2004)

I. Macam-macam sumber hukum formal :


a. Undang-undang,
yaitu suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat
diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara[5]
Menurut Buys, Undang-Undang itu mempunyai 2 arti :
·         Dalam arti formil, yaitu setiap keputusan pemerintah yang merupakan UU
karena cara pembuatannya (misalnya, dibuat oleh pemerintah bersama-sama dengan
parlemen)
·         Dalam arti material, yaitu setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya
mengikat setiap penduduk.
Menurut UU No. 10 tahun 2004 yang dimaksud dengan UU adalah peraturan
perundang-undangan yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden
(pasal 1 angka 3)
Syarat berlakunya ialah diundangkannya dalam lembaran negara (LN = staatsblad)
dulu oleh Menteri/Sekretaris negara. Sekarang oleh Menkuhham (UU No. 10 tahun 2004).
Tujuannya agar setiap orang dapat mengetahui UU tersebut (fictie=setiap orang dianggap
tahu akan UU = iedereen wordt geacht de wet te kennen, nemo ius ignorare consetur= in
dubio proreo, latin).
Konsekuensinya adalah ketika seseorang melanggar ketentuan hukum tidak boleh
beralasan bahwa ketentuan hukum itu tidak diketahuinya. Artinya apabila suatu ketentuan
perundang-undangan itu sudah diberlakukan (diundangkan) maka dianggap (difiksikan)
bahwa semua orang telah mengetahuinya dan untuk itu harus ditaati.
Berakhirnya/tidak berlaku lagi jika :
a. Jangka waktu berlakunya telah ditentukan UU itu sudah lampau
b. Keadaan atau hal untuk mana UU itu diadakan sudah tidak ada lagi .
c. UU itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau instansi yang lebih tinggi.
d. Telah ada UU yang baru yang isinya bertentangan atau berlainan dgn UU yg dulu
berlaku.
b. Kebiasaan (custom)
Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal
yang sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat dan kebiasaan
itu selalu berulang-ulang dilakukan sedemikan rupa, sehingga tindakan yang
berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum,
maka dengan demikian timbullah suatu kebiasaan hukum, yang oleh pergaulan
hidup dipandang sebagai hukum.
Namun demikian tdk semua kebiasaan itu pasti mengandung hukum yg baik dan adil
oleh sebab itu belum tentu kebiasaan atau adat istiadat itu pasti menjadi sumber
hukum formal.
Adat kebiasaan tertentu di daerah hukum adat tertentu yg justru sekarang ini dilarang
untuk diberlakukan karena dirasakan tidak adil dan tidak berperikemanusiaan
sehingga bertentangan denagan Pancasila yang merupakan sumber dari segala
sumber hukum, misalnya jika berbuat susila/zinah, perlakunya ditelanjangi
kekeliling kampung.
Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan beberapa syarat :
1. Adanya perbuatan tertentu yg dilakukan berulang2 di dalam masyarakat tertentu
(syarat materiil)
2. Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan (opinio necessitatis =
bahwa perbuatan tsb merupakan kewajiban hukum atau demikianlah seharusnya) =
syarat intelektual
3. Adanya akibat hukum apabila kebiasaan itu dilanggar.
Selanjutnya kebiasaan akan menjadi hukum kebiasaan karena kebiasaan tersebut dirumuskan
hakim dalam putusannya. Selanjutnya berarti kebiasaan adalah sumber hukum.
Kebiasaan adalah bukan hukum apabila UU tidak menunjuknya (pasal 15 AB =
(Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia = ketentuan2 umum tentang peraturan
per UU an untuk Indonesia

c. Jurisprudensi (keputusan2 hakim)


Adalah keputusan hakim yang terdahulu yag dijadikan dasar pada keputusan
hakim lain sehingga kemudian keputusan ini menjelma menjadi keputusan hakim
yang tetap terhadap persoalan/peristiwa hukum tertentu.
Seorang hakim mengkuti keputusan hakim yang terdahulu itu karena ia
sependapat dgn isi keputusan tersebut dan lagi pula hanya dipakai sebagai pedoman
dalam mengambil sesuatu keputusan mengenai suatu perkara yang sama.
Ada 2 jenis yurisprudensi :
1. Yurisprudensi tetap keputusan hakim yg terjadi karena rangkaian keputusan yang
serupa dan dijadikan dasar atau patokanuntuk memutuskan suatu perkara
(standart arresten)
2. Yurisprudensi tidak tetap, ialah keputusan hakim terdahulu yang bukan standart
arresten.
d. Traktat (treaty)
Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh 2 negara atau lebih yang
mengikat tidak saja kepada masing-masing negara itu melainkan mengikat pula
warga negara-negara dari negara-negara yang berkepentingan.
Macam-macam Traktat :
a. Traktat bilateral, yaitu traktat yang diadakan hanya oleh 2 negara, misalnya perjanjian
internasional yang diadakan diadakan antara pemerintah RI dengan pemerintah RRC
tentang “Dwikewarganegaraan”.
b. Traktat multilateral, yaitu perjanjian internaisonal yang diikuti oleh beberapa negara,
misalnya perjanjian tentang pertahanan negara bersama negara-negara Eropa (NATO)
yang diikuti oleh beberapa negara Eropa.

e. Perjanjian (overeenkomst) adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau lebih


saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu. Para pihak
yang telah saling sepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan, berkewajiban untuk
mentaati dan melaksanakannya (asas (pact sunt servanda).
J. Pengertian Hak
Dalam hukum seseorang mempunyai hak milik atas sesuatu benda kepadanya di
ijinkan untuk menikmati hasil dari benda miliknya itu. Benda tersebut  dapat  di  jual, di
gadaikan atau di perbuat apa saja asalkan tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan.
Ijin atau kekuasaan yang di berikan hukum itu di sebut “hak” atau “wewenang”.
Hak dan wewenang dalam bahasa latin menggunakan istilah “ius” dalam bahasa belanda
di pakai istilah “recht”  dan  “droit” dalam bahasa perancis. Dalam penyalah gunaan hak
dalam belanda disebut “misbruik van recht” atau “abus de droit” dalam bahasa prancis
(meyalah gunakan kekuasaan dalam bahasa perancis di sebut “detournement de
pouvoir).
Untuk membedakan hak dengan hukum dalam bahasa belanda digunakan istilah
“subjectife recht” untuk hak “objectief recht”dan untuk hukum atau peraturan-peraturan
yang menimbulkan hak bagi orang lain yaitu menggunakan istilah “law” mengandung
arti hukum atau undang-undang dan “recht” mengandung arti hak atau wewenang.
K. Hubungan Hukum Dengan Hak
Telah kita ketahui bersama bahwa dalam hukum tercermin adanya hak dengan
kewajiban yang diberikan hukum. Dalam hal ini dapat di nyatakan bahwa hak dan
kewajiban itu ada karena adanya hukum. Sehingga tidak ada hak yang tanpa hukum, dan
hak akan menjadi timbul dengan adanya keterkaitan dengan kewajiban dan begitu
sebaliknya.[6]
Dalam setiap hak terdapat empat unsur :
1) Subyek Hukum
2) Obyek Hukum
3) Hubungan hukum yang mengikat hak lain dengan kewajiban
4) Perlindungan Hukum
Hak di bedakan menjadi dua yaitu:
Hak mutlak, ialah hak yang memberikan wewenang kepada seseorng untuk
melakukan sesuatu perbuatan, hak yang  dapat di pertahankan bagi siapapun juga, dan
setiap orang harus menghormati hak tersebut. Hak mutlak dapat juga di golongkan dalam
tiga katagori, yaitu:
1. Hak asasi manusia, misalnya: hak seseorang untuk bebas bergerak dan tinggal pada
suatu negara.
2. Hak publik mutlak, misalnya: hak negara dalam memungut pajak dari rakyatnya.
3. Hak keperdataan, misalnya:
· Hak marital, yaitu hak suami untuk menguasai istrinya dan harta istrinya.
· Hak atu kekuasan orang tua (ouderlijke macht).
· Hak perwalian.
· Hak pengampuan (curatele).
Hak nisbi atau relatif, ialah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang
tertentu atau beberapa orang tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang atau
beberapa orang lain tertentu membrikan sesuatu, melakukan sesuatu atu tidak melkukan
sesuatu. Hak relatif ini sebagian besar terdapat dalam hukum perikatan (bagian hukum
perdata) yang timbul berdasarkan persetujuan-persetujuan dari pihak-pihak yang
bersangkutan. Contoh: dari persetujuan jual beli terdapat hak relatif seperti:
1. Hak penjual untuk menerima pembayaran dan kewajibannya untuk menyerahkan
barang kepada pembeli.
2. Hak pembeli untuk menerima barang dan kewajibannya untuk melakukan
pembayaran kepada penjual.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian singkat materi mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum diatas, disimpulkan
bahwa pengertian hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan
sanksi-sanksi yang bertujuan menjaga ketertiban pergaulan manusia, sehingga keamanan dan
ketertiban tetap terpelihara.
Yang dimaksud dengan sumber hukum adalah segala apa yang menimbulkan aturan-
aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan yang kalau dilanggar
akan mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Hukum memiliki ciri-ciri, unsur-unsur, sifat, dan tujuan hukum. Mazhab ilmu
pengetahuan digunakan sebagai dasar bagi penemuan hukum, yang memiliki pengertian yang
dijelaskan oleh para ahli hukum.
Dari ciri-ciri hukum disebutkan bahwa sanksi terhadap pelanggaran hukum adalah
tegas, maka dari itu setiap orang wajib mentaati hukum, agar senantiasa tercipta kehidupan
yang aman dan damai.

B.     Saran
Pahami dan patuhilah semua hukum dengan baik agar kehidupan kita pun dapat
berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Kansil, SH, Drs “ Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia”, Balai Pustaka
Soerojo Wignjodipoero, SH. Dr. Prof “Pengantar Ilmu Hukum”, Alumni Bandung
Soedjono Dirdjosisworo, SH. Dr. “Pengantar Ilmu Hukum” Rajagrafindo, Jakarta
Sudarsono, SH. Drs. “ Pengantar Ilmu Hukum”, Rineka Cipta, Jakarta
Riduan Syahrani, SH. “Rangkuman Intisari Ilmu Hukum” Citra Aditya Bakti, Bandung
Satjipto Rahardjo, SH.,Dr. Prof. “Ilmu Hukum”, Alumni Bandung.
Peter Mahmud Marzuki, SH, MS, LLM,  Dr, Prof, “Pengantar Ilmu Hukum”, Kencana Pranada
Media Group, Jakarta
Van Apeldooren, Prof. Mr.L.j, “Pengantar Ilmu Hukum”, Pradnya Paramita, Jakarta
Van Kan, Prof. Mr. J & Prof. Mr. J.H. Beckhuis, “Pengantar Ilmu Hukum”, PT Pembangunan,
Jakarta
Sudikno Mertokusumo, SH, Dr. Prof.  “Mengenal Hukum”, Liberty, Yogyakarta
Ramli Zein, SH., MS, “Pengantar Ilmu Hukum”, UIR Press, Pekanbaru
J.B. Daliyo, SH, 2001, “Pengantar Ilmu Hukum : panduan untuk mahasiswa”, Prenhalindo,
Jakarta
Marwan M as, SH, MH, Pengantar Ilmu Hukum, Ghalia Indonesi
Abdurraoef, Dr, SH, “Alquran dan Ilmu Hukum”, Bulan Bintang, Jakarta
Algra, Mr, N.E, en K. van Duyvendijk Mr, “Mula Hukum”, Binacipta
Subhi Mahmasani, Dr, 8”, Filsafat Hukum Dalam Islam”, PT Al Ma’arif, Bandung
Utrecht, Mr, E, “Pengantar Dalam Hukum Indonesia”, Ichtiar, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai