STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI
KP-01
2013
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
DIREKTORAT IRIGASI DAN RAWA
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
BAGUNAN UTAMA
(HEAD WORKS)
KP-02
2013
ii Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Sambutan iii
Keberadaan sistem irigasi yang handal merupakan sebuah syarat mutlak bagi
terselenggaranya sistem pangan nasional yang kuat dan penting bagi sebuah negara.
Sistem Irigasi merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh air
dengan menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk mengairi lahan
pertaniannya. Upaya ini meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia. Terkait prasarana irigasi,
dibutuhkan suatu perencanaan yang baik, agar sistem irigasi yang dibangun
merupakan irigasi yang efektif, efisien dan berkelanjutan, sesuai fungsinya
mendukung produktivitas usaha tani.
Pengembangan irigasi di Indonesia yang telah berjalan lebih dari satu abad, telah
memberikan pengalaman yang berharga dan sangat bermanfaat dalam kegiatan
pengembangan irigasi di masa mendatang. Pengalaman–pengalaman tersebut
didapatkan dari pelaksanaan tahap studi, perencanaan hingga tahap pelaksanaan dan
lanjut ke tahap operasi dan pemeliharaan.
Hasil pengalaman pengembangan irigasi sebelumnya, Direktorat Jenderal Pengairan
telah berhasil menyusun suatu Standar Perencanaan Irigasi, dengan harapan didapat
efisiensi dan keseragaman perencanaan pengembangan irigasi. Setelah pelaksanaan
pengembangan irigasi selama hampir dua dekade terakhir, dirasa perlu untuk
melakukan review dengan memperhatikan kekurangan dan kesulitan dalam penerapan
standar tersebut, perkembangan teknologi pertanian, isu lingkungan (seperti
pemanasan global dan perubahan iklim), kebijakan partisipatif, irigasi hemat air, serta
persiapan menuju irigasi modern (efektif, efisien dan berkesinambungan).
iv Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap
pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah
dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria
Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi.
Dengan tersedianya Kriteria Perencanaan Irigasi, diharapkan para perencana irigasi
mendapatkan manfaat yang besar, terutama dalam keseragaman pendekatan konsep
desain, sehingga tercipta keseragaman dalam konsep perencanaan.
Penggunaan Kriteria Perencanaan Irigasi merupakan keharusan untuk dilaksanakan
oleh pelaksana perencanaan di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
Penyimpangan dari standar ini hanya dimungkinkan dengan izin dari Pembina
Kegiatan Pengembangan Irigasi.
Akhirnya, diucapkan selamat atas terbitnya Kriteria Perencanaan Irigasi, dan patut
diberikan penghargaan sebesar–besarnya kepada para narasumber dan editor untuk
sumbang saran serta ide pemikirannya bagi pengembangan standar ini.
KATA PENGANTAR
Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap
pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah
dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria
Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi
edisi sebelumnya dengan menyesuaikan beberapa parameter serta menambahkan
perencanaan bangunan yang dapat meningkatan kualitas pelayanan bidang irigasi.
Kriteria Perencanaan Irigasi ini telah disiapkan dan disusun dalam 3 kelompok:
1. Kriteria Perencanaan (KP-01 s.d KP-09)
2. Gambar Bangunan irigasi (BI-01 s.d BI-03)
3. Persyaratan Teknis (PT-01 s.d PT-04)
Semula Kriteria Perencanaan hanya terdiri dari 7 bagian (KP – 01 s.d KP – 07). Saat
ini menjadi 9 bagian dengan tambahan KP – 08 dan KP – 09 yang sebelumnya
merupakan Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi. Review ini menggabungkan
Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi kedalam 9 Kriteria Perencanaan sebagai
berikut:
KP – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi
KP – 02 Bangunan Utama (Head Works)
KP – 03 Saluran
KP – 04 Bangunan
KP – 05 Petak Tersier
KP – 06 Parameter Bangunan
KP – 07 Standar Penggambaran
KP – 08 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Perencanaan, Pemasangan,
Operasi dan Pemeliharaan
KP – 09 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
vi Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Persyaratan Teknis terdiri atas 4 bagian, berisi syarat-syarat teknis yang minimal
harus dipenuhi dalam merencanakan pembangunan Irigasi. Tambahan persyaratan
dimungkinkan tergantung keadaan setempat dan keperluannya. Persyaratan Teknis
terdiri dari bagian-bagian berikut:
PT – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi
PT – 02 Topografi
PT – 03 Penyelidikan Geoteknik
PT – 04 Penyelidikan Model Hidrolis
Hal yang sama juga berlaku bagi masalah-masalah, yang meskipun terletak dalam
batas-batas dan syarat berlakunya standar ini, mempunyai tingkat kesulitan dan
kepentingan yang khusus.
DAFTAR ISI
S A M B U T A N ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................v
TIM PERUMUS REVIEW KRITERIA PERENCANAAN IRIGASI ................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1
1.1 Umum............................................................................................................1
1.2 Definisi ..........................................................................................................1
1.3 Kesahihan/Validitas ......................................................................................1
1.4 Jenis-Jenis Bangunan Utama .........................................................................2
1.4.1 Bendung Tetap ........................................................................................2
1.4.2 Bendung Gerak Vertikal .........................................................................3
1.4.3 Bendung Karet (Bendung Gerak Horisontal) .........................................4
1.4.4 Bendung Saringan Bawah.......................................................................4
1.4.5 Pompa .....................................................................................................5
1.4.6 Pengambilan Bebas.................................................................................5
1.4.7 Bendung Tipe Gergaji.............................................................................6
1.5 Bagian-Bagian Bangunan Utama ..................................................................6
1.5.1 Bangunan Bendung.................................................................................8
1.5.2 Pengambilan ...........................................................................................9
1.5.3 Pembilas..................................................................................................9
1.5.4 Kantong Lumpur...................................................................................13
1.5.5 Bangunan Perkuatan Sungai .................................................................13
1.5.6 Bangunan Pelengkap ............................................................................13
BAB II DATA ............................................................................................................15
2.1 Pendahuluan ................................................................................................15
2.2 Data Kebutuhan Air Multisektor .................................................................16
2.3 Data Topografi ............................................................................................17
2.4 Data Hidrologi .............................................................................................18
2.4.1 Debit Banjir ..........................................................................................18
2.4.2 Debit Andalan .......................................................................................19
2.4.3 Neraca Air.............................................................................................20
2.5 Data Morfologi ............................................................................................20
2.5.1 Morfologi ..............................................................................................20
2.5.2 Geometrik Sungai .................................................................................21
xii Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Kriteria Perencanaan Bangunan Utama (Head Works) ini merupakan bagian dari
Standar Kriteria Perencanaan Irigasi dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
1.2 Definisi
1.3 Kesahihan/Validitas
Pengaliran air dari sumber air berupa sungai atau danau ke jaringan irigasi untuk
keperluan irigasi pertanian, pasokan air baku dan keperluan lainnya yang memerlukan
suatu bangunan disebut dengan bangunan utama.
Untuk kepentingan keseimbangan lingkungan dan kebutuhan daerah di hilir bangunan
utama, maka aliran air sungai tidak diperbolehkan disadap seluruhnya. Namun harus
tetap dialirkan sejumlah 5% dari debit yang ada.
Salah satu bangunan utama yang mempunyai fungsi membelokkan air dan
menampung air disebut bendungan, yang kriteria perencanaannya tidak tercakup
dalam kriteria ini.
Kriteria perencanaan bendungan dan bangunan pelengkap lainnya akan dipersiapkan
secara terpisah oleh institusi yang berwenang.
Ada 6 (enam) bangunan utama yang sudah pernah atau sering dibangun di Indonesia,
antara lain:
Bangunan air ini dengan kelengkapannya dibangun melintang sungai atau sudetan,
dan sengaja dibuat untuk meninggikan muka air dengan ambang tetap sehingga air
sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke jaringan irigasi. Kelebihan
airnya dilimpahkan ke hilir dengan terjunan yang dilengkapi dengan kolam olak
dengan maksud untuk meredam energi.
Pendahuluan 3
Ada 2 (dua) tipe atau jenis bendung tetap dilihat dari bentuk struktur ambang
pelimpahannya, yaitu:
Ambang tetap yang lurus dari tepi kiri ke tepi kanan sungai artinya as ambang
tersebut berupa garis lurus yang menghubungkan dua titik tepi sungai.
Ambang tetap yang berbelok-belok seperti gigi gergaji. Tipe seperti ini diperlukan
bila panjang ambang tidak mencukupi dan biasanya untuk sungai dengan lebar yang
kecil tetapi debit airnya besar. Maka dengan menggunakan tipe ini akan didapat
panjang ambang yang lebih besar, dengan demikian akan didapatkan kapasitas
pelimpahan debit yang besar. Mengingat bentuk fisik ambang dan karakter
hidrolisnya, disarankan bendung tipe gergaji ini dipakai pada saluran. Dalam hal
diterapkan di sungai harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Debit relatif stabil
2. Tidak membawa material terapung berupa batang-batang pohon
3. Efektivitas panjang bendung gergaji terbatas pada kedalaman air pelimpasan
tertentu.
Bendung ini terdiri dari tubuh bendung dengan ambang tetap yang rendah dilengkapi
dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan vertikal maupun radial. Tipe ini
mempunyai fungsi ganda, yaitu mengatur tinggi muka air di hulu bendung kaitannya
dengan muka air banjir dan meninggikan muka air sungai kaitannya dengan
penyadapan air untuk berbagai keperluan. Operasional di lapangan dilakukan dengan
membuka pintu seluruhnya pada saat banjir besar atau membuka pintu sebagian pada
saat banjir sedang dan kecil. Pintu ditutup sepenuhnya pada saat saat kondisi normal,
yaitu untuk kepentingan penyadapan air. Tipe bendung gerak ini hanya dibedakan
dari bentuk pintu-pintunya antara lain:
Pintu geser atau sorong, banyak digunakan untuk lebar dan tinggi bukaan yang kecil
dan sedang. Diupayakan pintu tidak terlalu berat karena akan memerlukan peralatan
angkat yang lebih besar dan mahal. Sebaiknya pintu cukup ringan tetapi memiliki
4 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
kekakuan yang tinggi sehingga bila diangkat tidak mudah bergetar karena gaya
dinamis aliran air.
Pintu radial, memiliki daun pintu berbentuk lengkung (busur) dengan lengan pintu
yang sendinya tertanam pada tembok sayap atau pilar. Konstruksi seperti ini
dimaksudkan agar daun pintu lebih ringan untuk diangkat dengan menggunakan kabel
atau rantai. Alat penggerak pintu dapat pula dilakukan secara hidrolik dengan
peralatan pendorong dan penarik mekanik yang tertanam pada tembok sayap atau
pilar.
Bendung ini berupa bendung pelimpah yang dilengkapi dengan saluran penangkap
dan saringan.
Bendung ini meloloskan air lewat saringan dengan membuat bak penampung air
berupa saluran penangkap melintang sungai dan mengalirkan airnya ke tepi sungai
untuk dibawa ke jaringan irigasi.
Operasional di lapangan dilakukan dengan membiarkan sedimen dan batuan meloncat
melewati bendung, sedang air diharapkan masuk ke saluran penangkap.
Pendahuluan 5
Sedimen yang tinggi diendapkan pada saluran penangkap pasir yang secara periodik
dibilas masuk sungai kembali.
1.4.5 Pompa
Ada beberapa jenis pompa didasarkan pada tenaga penggeraknya, antara lain:
a. Pompa air yang digerakkan oleh tenaga manusia (pompa tangan)
b. Pompa air dengan penggerak tenaga air (air terjun dan aliran air)
c. Pompa air dengan penggerak berbahan bakar minyak
d. Pompa air dengan penggerak tenaga listrik.
Pompa digunakan bila bangunan-bangunan pengelak yang lain tidak dapat
memecahkan permasalahan pengambilan air dengan gravitasi, atau Jika pengambilan
air relatif sedikit dibandingkan dengan lebar sungai. Dengan instalasi pompa
pengambilan air dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Namun dalam
operasionalnya memerlukan biaya operasi dan pemeliharaannya cukup mahal
terutama dengan makin mahalnya bahan bakar dan tenaga listrik.
Dari cara instalasinya pompa dapat dibedakan atas pompa yang mudah dipindah-
pindahkan karena ringan dan mudah dirakit ulang setelah dilepas komponennya dan
pompa tetap (stationary) yang dibangun/dipasang dalam bangunan rumah pompa
secara permanen.
Pengambilan air untuk irigasi ini langsung dilakukan dari sungai dengan meletakkan
bangunan pengambilan yang tepat ditepi sungai, yaitu pada tikungan luar dan tebing
sungai yang kuat atau massive. Bangunan pengambilan ini dilengkapi pintu, ambang
rendah dan saringan yang pada saat banjir pintu dapat ditutup supaya air banjir tidak
meluap ke saluran induk.
Kemampuan menyadap air sangat dipengaruhi elevasi muka air di sungai yang selalu
bervariasi tergantung debit pengaliran sungai saat itu.
6 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Pengambilan bebas biasanya digunakan untuk daerah irigasi dengan luasan yang kecil
sekitar 150 ha dan masih pada tingkat irigasi ½ (setengah) teknis atau irigasi
sederhana.
Diperkenankan dibangun dengan syarat harus dibuat di sungai yang alirannya stabil,
tidak ada tinggi limpasan maksimum, tidak ada material hanyutan yang terbawa oleh
aliran.
Bangunan utama terdiri dari berbagai bagian yang akan dijelaskan secara terinci
dalam subbab berikut ini. Pembagiannya dibuat sebagai berikut:
Pendahuluan 7
tanggul banjir
pengambilan
bukit
bendung
kolam olak
pembilas
sun
kantong lumpur
gai
konstruksi
lindungan
sungai
- bronjong
- krib
r
mpu
ng lu
pembilas
k anto
an
an an saluran
lur r k
s a ime pembilas
pr
sa
p ri
lur r kiri
me
an
jemb
atan
- Bangunan bendung
- Bangunan pengambilan
- Bangunan pembilas (penguras)
- Kantong lumpur
- Perkuatan sungai
- Bangunan-bangunan pelengkap
Gambar 1-1. menunjukkan tata letak tipe-tipe bangunan utama.
Bangunan bendung adalah bagian dari bangunan utama yang benar-benar dibangun di
dalam air. Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai
ke jaringan irigasi, dengan jalan menaikkan muka air di sungai atau dengan
memperlebar pengambilan di dasar sungai seperti pada tipe bendung saringan bawah
(bottom rack weir).
Bila bangunan tersebut juga akan dipakai untuk mengatur elevasi air di sungai, maka
ada dua tipe yang dapat digunakan, yakni:
(1) bendung pelimpah dan
(2) bendung gerak (barrage)
Gambar 1-2 memberikan beberapa tipe denah dan potongan melintang bendung gerak
dan potongan melintang bendung saringan bawah.
Bendung adalah bangunan pelimpah melintang sungai yang memberikan tinggi muka
air minimum kepada bangunan pengambilan untuk keperluan irigasi. Bendung
merupakan penghalang selama terjadi banjir dan dapat menyebabkan genangan luas
di daerah-daerah hulu bendung tersebut.
Bendung gerak adalah bangunan berpintu yang dibuka selama aliran besar, masalah
yang ditimbulkannya selama banjir kecil saja. Bendung gerak dapat mengatur muka
air di depan pengambilan agar air yang masuk tetap sesuai dengan kebutuhan irigasi.
Bendung gerak mempunyai kesulitan-kesulitan eksploitasi karena pintunya harus
tetap dijaga dan dioperasikan dengan baik dalam keadaan apa pun.
Pendahuluan 9
Bendung saringan bawah adalah tipe bangunan yang dapat menyadap air dari sungai
tanpa terpengaruh oleh tinggi muka air. Tipe ini terdiri dari sebuah parit terbuka yang
terletak tegak lurus terhadap aliran sungai. Jeruji Baja (saringan) berfungsi untuk
mencegah masuknya batu-batu bongkah ke dalam parit. Sebenarnya bongkah dan
batu-batu dihanyutkan ke bagian hilir sungai. Bangunan ini digunakan di bagian/ruas
atas sungai dimana sungai hanya mengangkut bahan-bahan yang berukuran sangat
besar.
Untuk keperluan-keperluan irigasi, bukanlah selalu merupakan keharusan untuk
meninggikan muka air di sungai. Jika muka air sungai cukup tinggi, dapat
dipertimbangkan pembuatan pengambilan bebas bangunan yang dapat mengambil air
dalam jumlah yang cukup banyak selama waktu pemberian air irigasi, tanpa
membutuhkan tinggi muka air tetap di sungai.
Dalam hal ini pompa dapat juga dipakai untuk menaikkan air sampai elevasi yang
diperlukan. Akan tetapi karena biaya pengelolaannya tinggimaka harga air irigasi
mungkin menjadi terlalu tinggi pula.
1.5.2 Pengambilan
Pengambilan (lihat Gambar 1-3) adalah sebuah bangunan berupa pintu air. Air irigasi
dibelokkan dari sungai melalui bangunan ini. Pertimbangan utama dalam
merencanakan sebuah bangunan pengambilan adalah debit rencana pengelakan
sedimen.
1.5.3 Pembilas
Pada tubuh bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan pembilas (lihat
Gambar 1-3) guna mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan
saluran irigasi. Pembilas dapat direncanakan sebagai:
(1) pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan
(2) pembilas bawah (undersluice)
(3) shunt undersluice
10 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
A A
pengambilan
utama pembilas
dinding pemisah
denah bendung
gerak dengan
pintu radial
jembatan
pintu radial
blok
halang
potongan A-A
pelat pancang
pelat pancang
Gambar 1-2. Denah dan Potongan Melintang Bendung Gerak dan Potongan Melintang
Bendung Saringan Bawah
12 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Saluran primer
pangkal pangkal
bendung bendung
A pintu pengambilan A
pengambilan utama
pembilas
Pembilas bawah
POTONGAN A - A
mercu
bendung
kolam olak
POTONGAN B-B
POTONGAN C-C
Kantong lumpur mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari fraksi
pasir halus tetapi masih termasuk pasir halus dengan diameter butir berukuran 0,088
mm dan biasanya ditempatkan persis disebelah hilir pengambilan. Bahan-bahan yang
lebih halus tidak dapat ditangkap dalam kantong lumpur biasa dan harus diangkut
melalui jaringan saluran ke sawah-sawah. Bahan yang telah mengendap di dalam
kantong kemudian dibersihkan secara berkala. Pembersihan ini biasanya dilakukan
dengan menggunakan aliran air yang deras untuk menghanyutkan bahan endapan
tersebut kembali ke sungai. Dalam hal-hal tertentu, pembersihan ini perlu dilakukan
dengan cara lain, yaitu dengan jalan mengeruknya atau dilakukan dengan tangan.
2. BAB II
DATA
2.1 Pendahuluan
Data-data yang dibutuhkan untuk perencanaan bangunan utama dalam suatu jaringan
irigasi adalah:
(a) Data kebutuhan air multisektor: merupakan data kebutuhan air yang diperlukan
dan meliputi jumlah air yang diperlukan untuk irigasi pertanian, jumlah
kebutuhan air minum, jumlah kebutuhan air baku untuk rumah tangga,
penggelontoran limbah kota dan air untuk stabilitas aliran sungai dan
kehidupan biota alami.
(b) Data topografi: peta yang meliputi seluruh daerah aliran sungai peta situasi
untuk letak bangunan utama; gambar-gambar potongan memanjang dan
melintang sungai di sebelah hulu maupun hilir dari kedudukan bangunan
utama.
(c) Data hidrologi: data aliran sungai yang meliputi data banjir yang andal. Data
ini harus mencakup beberapa periode ulang, daerah hujan, tipe tanah dan
vegetasi yang terdapat di daerah aliran. Elevasi tanah dan luas lahan yang akan
didrain menyusut luas.
(d) Data morfologi: kandungan sedimen, kandungan sedimen dasar (bedload)
maupun layang (suspended load) termasuk distribusi ukuran butir, perubahan-
perubahan yang terjadi pada dasar sungai, secara horisontal maupun vertikal,
unsur kimiawi sedimen.
(e) Data geologi: kondisi umum permukaan tanah daerah yang bersangkutan;
keadaan geologi lapangan, kedalaman lapisan keras, sesar, kelulusan
(permeabilitas) tanah, bahaya gempa bumi, parameter yang harus dipakai.
16 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
(f) Data mekanika tanah: bahan pondasi, bahan konstruksi, sumber bahan
timbunan, batu untuk pasangan batu kosong, agregat untuk beton, batu belah
untuk pasangan batu, parameter tanah yang harus digunakan.
(g) Standar untuk perencanaan: peraturan dan standar yang telah ditetapkan secara
nasional, seperti PBI beton, daftar baja, konstruksi kayu Indonesia, dan
sebagainya.
(h) Data lingkungan dan ekologi
(i) Data elevasi bendung sebagai hasil perhitungan muka air saluran dan dari luas
sawah yang diairi.
Dalam Lampiran A disajikan sebuah daftar lembaga-lembaga dan instansi-instansi
pemerintah yang menyediakan informasi dan data mengenai pokok masalah yang
telah disebutkan di atas.
pencatat muka air otomatis (AWLR) dan papan duga harus ditunjukkan dan
titik nolnya harus diukur.
(iv) Pengukuran situasi bendung dengan skala 1:200 atau 1:500 untuk areal seluas
kurang lebih 50 ha (1.000 x 500 m2). Peta tersebut harus memperlihatkan
bagian-bagian lokasi bangunan utama secara lengkap, termasuk lokasi kantong
lumpur dan tanggul penutup dengan garis ketinggian setiap 0,25 m.
Foto udara jika ada akan sangat bermanfaat untuk penyelidikan lapangan. Apabila
foto udara atau citra satelit dari berbagai tahun pengambilan juga tersedia, maka ini
akan lebih menguntungkan untuk penyelidikan perilaku dasar sungai.
Bangunan yang ada di sungai di hulu dan hilir bangunan utama yang direncanakan
harus diukur dan dihubungkan dengan hasil-hasil pengukuran bangunan utama.
Untuk bangunan yang akan dibuat di hilir waduk, banjir rencana maksimum akan
diambil sebagai debit dengan periode ulang 100 tahun dari daerah antara dam dan
bangunan bendung, ditambah dengan aliran dari outflow waduk setelah dirouting
yang disebabkan oleh banjir dengan periode ulang 100 tahun.
Elevasi tanggul hilir sungai dari bangunan utama didasarkan pada tinggi banjir
dengan periode ulang 5 sampai 24 tahun.
Periode ulang tersebut (5-25 tahun) akan ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk
yang terkena akibat banjir yang mungkin terjadi, serta pada nilai ekonomis tanah dan
semua prasarananya. Biasanya di sebelah hulu bangunan utama tidak akan dibuat
tanggul sungai untuk melindungi lahan dari genangan banjir.
Saluran pengelak, jika diperlukan selama pelaksanaan, biasanya direncana
berdasarkan banjir dengan periode ulang 25 tahun, kecuali Jika perhitungan resiko
menghasilkan periode ulang lain yang lebih cocok (lihat Bab 10.2).
Rangkaian data debit banjir untuk berbagai periode ulang harus andal. Hal ini berarti
bahwa harga-harga tersebut harus didasarkan pada catatan-catatan banjir yang
sebenarnya yang mencakup jangka waktu lama (sekitar 20 tahun).
Apabila data semacam ini tidak tersedia (dan begitulah yang sering terjadi), kita harus
menggunakan cara lain, misalnya berdasarkan data curah hujan di daerah aliran
sungai. Jika ini tidak berhasil, kita usahakan cara lain berdasarkan data yang
diperoleh dari daerah terdekat (untuk penjelasan lebih lanjut, lihat KP-01,
Perencanaan Jaringan Irigasi).
Debit banjir dengan periode-periode ulang berikut harus diperhitungkan 1, 5, 25, 50,
100, 1.000 tahun.
Debit andalan dihitung berdasarkan data debit aliran rendah, dengan panjang data
minimal 20 tahun, debit andalan dibutuhkan untuk menilai luas daerah potensial yang
dapat diairi dari sungai yang bersangkutan.
20 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Perhitungan debit rendah andalan dengan periode ulang yang diperlukan (biasanya 5
tahun), dibutuhkan untuk menilai luas daerah potensial yang dapat diairi dari sungai
yang bersangkutan.
Adalah penting untuk memperkirakan debit ini seakurat mungkin. Cara terbaik untuk
memenuhi persyaratan ini adalah dengan melakukan pengukuran debit (atau
membaca papan duga) tiap hari. Jika tidak tersedia data mengenai muka air dan debit,
maka debit rendah harus dihitung berdasarkan curah hujan dan data limpasan air
hujan dari daerah aliran sungai.
Neraca air (water balance) seluruh sungai harus dibuat guna mempertimbangkan
perubahan alokasi/penjatahan air akibat dibuatnya bangunan utama.
Hak atas air, penyadapan air di hulu dan hilir sungai pada bangunan bendung serta
kebutuhan air di masa datang, harus ditinjau kembali.
2.5.1 Morfologi
(a) Data-data fisik yang diperlukan dari sungai untuk perencanaan bendung adalah:
- Kandungan dan ukuran sedimen disungai tersebut
- Tipe dan ukuran sedimen dasar yang ada
- Pembagian (distribusi) ukuran butir dari sedimen yang ada
- Banyaknya sedimen dalam waktu tertentu
- Pembagian sedimen secara vertikal dalam sungai.
Data 21
- Floting debris.
(b) Data historis profil melintang sungai dan gejala terjadinya degradasi dan agradasi
sungai dimana lokasi bendung direncanakan dibangun.
Data geometri sungai yang dibutuhkan berupa bentuk dan ukuran dasar sungai
terdalam, alur palung dan lembah sungai secara vertikal dan horisontal mencakup
parameter-parameter yang disebut di bawah.
- lebar
- kemiringan
- ketinggian
Profil sungai, mencakup profil dasar, tebing alur dan palung sungai. Data tersebut
merupakan data topografi (lihat uraian Data Topografi).
2.6.1 Geologi
Geologi permukaan suatu daerah harus diliput pada peta geologi permukaan. Skala
peta yang harus dipakai adalah:
(a) Peta daerah dengan skala 1:100.000 atau 1:50.000
(b) Peta semidetail dengan skala 1:25.000 atau 1:5.000
(c) Peta detail dengan skala 1:2.000 atau 1:100.
Peta-peta tersebut harus menunjukkan geologi daerah yang bersangkutan, daerah
pengambilan bahan bangunan, detail-detail geologis yang perlu diketahui oleh
perekayasa, seperti: tipe batuan, daerah geser, sesar, daerah pecahan, jurus dan
kemiringan lapisan.
Berdasarkan pengamatan dari sumuran dan paritan uji, perubahan-perubahan yang
terjadi dalam formasi tanah maupun tebal dan derajat pelapukan tanah penutup
(overburden) harus diperkirakan.
22 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Dalam banyak hal, pemboran mungkin diperlukan untuk secara tepat mengetahui
lapisan dan tipe batuan. Hal ini sangat penting untuk pondasi bendung. Adalah perlu
untuk mengetahui kekuatan pondasi maupun tersedianya batu di daerah sekitar untuk
menentukan lokasi bendung itu sendiri, dan juga untuk keperluan bahan bangunan
yang diperlukan, seperti misalnya agregat untuk beton, batu untuk pasangan atau
untuk batu candi, pasir dan kerikil. Untuk memperhitungkan stabilitas bendung,
kekuatan gempa perlu diketahui.
Cara terbaik untuk memperoleh data tanah pada lokasi bangunan bendung ialah
dengan menggali sumur dan parit uji, karena sumuran dan paritan ini akan
memungkinkan diadakannya pemeriksaan visual dan diperolehnya contoh tanah yang
tidak terganggu. Apabila pemboran memang harus dilakukan karena adanya lapisan
air tanah atau karena dicatat dalam borlog.
Kelulusan tanah harus diketahui agar gaya angkat dan perembesan dapat
diperhitungkan.
Bangunan Bendung 23
3. BAB III
BANGUNAN BENDUNG
3.1 Umum
Lokasi bangunan bendung dan pemilihan tipe yang paling cocok dipengaruhi oleh
banyak faktor, yaitu:
- Tipe, bentuk dan morfologi sungai
- Kondisi hidrolis antara lain elevasi yang diperlukan untuk irigasi
- Topografi pada lokasi yang direncanakan,
- Kondisi geologi teknik pada lokasi,
- Metode pelaksanaan
- Aksesibilitas dan tingkat pelayanan
Faktor-faktor yang disebutkan di atas akan dibicarakan dalam subbab-subbab berikut.
Subbab terakhir akan memberikan tipe-tipe bangunan yang cocok untuk digunakan
sebagai bangunan bendung dalam kondisi yang berbeda-beda.
1. Pertimbangan Topografi
Lembah sungai yang sempit berbentuk huruf V dan tidak terlalu dalam adalah lokasi
yang ideal untuk lokasi bendung, karena pada lokasi ini volume tubuh bendung dapat
menjadi minimal. Lokasi seperti ini mudah didapatkan pada daerah pegunungan,
tetapi di daerah datar dekat pantai tentu tidak mudah mendapatkan bentuk lembah
seperti ini. Di daerah transisi (middle reach) kadang-kadang dapat ditemukan
disebelah hulu kaki bukit. Sekali ditemukan lokasi yang secara topografis ideal untuk
lokasi bendung, keadaan topografi di daerah tangkapan air juga perlu dicek. Apakah
topografinya terjal sehingga mungkin terjadi longsoran atau tidak. Topografi juga
harus dikaitkan dengan karakter hidrograf banjir, yang akan mempengaruhi kinerja
bendung. Demikian juga topografi pada daerah calon sawah harus dicek. Yang paling
dominan adalah pengamatan elevasi hamparan tertinggi yang harus diairi.
Analisa ketersediaan selisih tinggi energi antara elevasi puncak bendung pada lokasi
terpilih dan elevasi muka air pada sawah tertinggi dengan keperluan energi untuk
membawa air ke sawah tersebut akan menentukan tinggi rendahnya bendung yang
diperlukan. Atau Jika perlu menggeser ke hulu atau ke hilir dari lokasi yang
sementara terpilih. Hal ini dilakukan mengingat tinggi bendung sebaiknya dibatasi 6-
7 m. Bendung yang lebih tinggi akan memerlukan kolam olak ganda (double jump)
2. Kemantapan Geoteknik Pondasi Bendung
Keadaan geoteknik pondasi bendung harus terdiri dari formasi batuan yang baik dan
mantap. Pada tanah aluvial kemantapan pondasi ditunjukkan dengan angka standart
penetration test (SPT) > 40. Bila angka SPT < 40 sedang batuan keras jauh dibawah
permukaan, dalam batas-batas tertentu dapat dibangun bendung dengan tiang
pancang. Namun jika tiang pancang terlalu dalam dan mahal sebaiknya
dipertimbangkan pindah lokasi.
Stratigrafi batuan lebih disukai menunjukkan lapisan miring ke arah hulu. Kemiringan
ke arah hilir akan mudah terjadinya kebocoran dan erosi buluh. Sesar tanah aktif
Bangunan Bendung 25
harus secara mutlak dihindari, sesar tanah pasif masih dapat dipertimbangkan
tergantung justifikasi ekonomis untuk melakukan perbaikan pondasi.
Geoteknik tebing kanan dan kiri bendung juga harus dipertimbangkan terhadap
kemungkinan bocornya air melewati sisi kanan dan kiri bendung. Formasi batuan hilir
kolam harus dicek ketahanan terhadap gerusan air akibat energi sisa air yang tidak
bisa dihancurkan dalam kolam olak.
Akhirnya muara dari pertimbangan geoteknik ini adalah daya dukung pondasi
bendung dan kemungkinan terjadi erosi buluh dibawah dan samping tubuh bendung,
serta ketahanan batuan terhadap gerusan.
3. Pengaruh Hidraulik
Keadaan hidraulik yang paling ideal bila ditemukan lokasi bendung pada sungai yang
lurus. Pada lokasi ini arah aliran sejajar, sedikit arus turbulen, dan kecenderungan
gerusan dan endapan tebing kiri kanan relatif sedikit. Dalam keadaan terpaksa, bila
tidak ditemukan bagian yang lurus, dapat ditolerir lokasi bendung tidak pada bagian
sungai yang lurus betul. Perhatian khusus harus diberikan pada posisi bangunan
pengambilan yang harus terletak pada tikungan luar sungai. Hal ini dimaksudkan agar
pengambilan air irigasi bisa lancar masuk ke intake dengan mencegah adanya
endapan didepan pintu pengambilan. Maksud ini akan lebih ditunjang apabila terdapat
bagian sungai yang lurus pada hulu lokasi bendung.
Kadang-kadang dijumpai keadaan yang dilematis. Semua syarat-syarat pemilihan
lokasi bendung sudah terpenuhi, tetapi syarat hidraulik yang kurang menguntungkan.
Dalam keadaan demikian dapat diambil jalan kompromi dengan membangun bendung
pada kopur atau melakukan perbaikan hidraulik dengan cara perbaikan sungai (river
training). Jika alternatif kopur yang dipilih maka bagian hulu bendung pada kopur
harus lurus dan cukup panjang untuk mendapatkan keadaan hidraulis yang cukup
baik.
4. Pengaruh Regime Sungai
Regime sungai mempunyai pengaruh yang cukup dominan dalam pemilihan lokasi
bendung. Salah satu gambaran karakter regime sungai yaitu adanya perubahan
26 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
geometri sungai baik secara horizontal ke kiri dan ke kanan atau secara vertikal akibat
gerusan dan endapan sungai. Bendung di daerah pegunungan dimana kemiringan
sungai cukup besar, akan terjadi kecenderungan gerusan akibat gaya seret aliran
sungai yang cukup besar. Sebaliknya di daerah dataran dimana kemiringan sungai
relatif kecil akan ada pelepasan sedimen yang dibawa air menjadi endapan tinggi di
sekitar bendung. Jadi dimanapun kita memilih lokasi bendung tidak akan terlepas dari
pengaruh endapan atau gerusan sungai. Kecuali di pegunungan ditemukan lokasi
bendung dengan dasar sungai dari batuan yang cukup kuat, sehingga mempunyai
daya tahan batuan terhadap gerusan air yang sangat besar, maka regime sungai
hampir tidak mempunyai pengaruh terhadap lokasi bendung.
Yang perlu dihindari adalah lokasi dimana terjadi perubahan kemiringan sungai yang
mendadak, karena ditempat ini akan terjadi endapan atau gerusan yang tinggi.
Perubahan kemiringan dari besar menjadi kecil akan mengurangi gaya seret air dan
akan terjadi pelepasan sedimen yang dibawa air dari hulu. Dan sebaliknya perubahan
kemiringan dari kecil ke besar akan mengkibatkan gerusan pada hilir bendung.
Meskipun keduanya dapat diatasi dengan rekayasa hidraulik, tetapi hal yang demikan
tidak disukai mengingat memerlukan biaya yang tinggi.
Untuk itu disarankan memilih lokasi yang relatif tidak ada perubahan kemiringan
sungai.
5. Tingkat Kesulitan Saluran Induk
Lokasi bendung akan membawa akibat arah trace saluran induk. Pada saat lokasi
bendung dipilih dikaki bukit, maka saluran induk biasanya berupa saluran kontur
pada kaki bukit yang pelaksanaannya tidak terlalu sulit. Namun hal ini biasanya
elevasi puncak bendung sangat terbatas, sehingga luas layanan irigasi juga terbatas.
Hal ini disebabkan karena tinggi bendung dibatasi 6-7 m saja.
Untuk mengejar ketinggian dalam rangka mendapatkan luas layanan yang lebih luas,
biasanya lokasi bendung digeser ke hulu. Dalam keadaan demikian saluran induk
harus menyusuri tebing terjal dengan galian yang cukup tinggi. Sejauh galian lebih
kecil 8 m dan timbunan lebih kecil 6 m, maka pembuatan saluran induk tidak terlalu
Bangunan Bendung 27
sulit. Namun yang harus diperhatikan adalah formasi batuan di lereng dimana saluran
induk itu terletak. Batuan dalam volume besar dan digali dengan teknik peledakan
akan mengakibatkan biaya yang sangat mahal, dan sebisa mungkin dihindari. Jika
dijumpai hal yang demikian, lokasi bendung digeser sedikit ke hilir untuk
mendapatkan solusi yang kompromistis antara luas area yang didapat dan kemudahan
pembuatan saluran induk.
6. Ruang untuk Bangunan Pelengkap Bendung
Meskipun dijelaskan dalam butir 1 bahwa lembah sempit adalah pertimbangan
topografis yang paling ideal, tetapi juga harus dipertimbangkan tentang perlunya
ruangan untuk keperluan bangunan pelengkap bendung. Bangunan tersebut adalah
kolam pengendap, bangunan kantor dan gudang, bangunan rumah penjaga pintu,
saluran penguras lumpur, dan komplek pintu penguras, serta bangunan pengukur
debit. Kolam pengendap dan saluran penguras biasanya memerlukan panjang
300 - 500 m dengan lebar 40 - 60 m, diluar tubuh bendung. Lahan tambahan
diperlukan untuk satu kantor, satu gudang dan 2-3 rumah penjaga bendung.
Pengalaman selama ini sebuah rumah penjaga bendung tidak memadai, karena
penghuni tunggal akan terasa jenuh dan cenderung meninggalkan lokasi.
7. Luas Layanan Irigasi
Lokasi bendung harus dipilih sedemikian, sehingga luas layanan dan pengembangan
irigasi dapat layak. Lokasi bendung kearah hulu akan mendapatkan luas layanan
cenderung lebih besar dari hilir bendung. Namun demikian justifikasi dilakukan untuk
mengecek hubungan antara tinggi luas layanan irigasi. Beberapa bendung yang sudah
definitif, kadang-kadang dijumpai penurunan 1 m, yang dapat menghemat biaya
pembangunan hanya mengakibatkan pengurangan luas beberapa puluh hektar saja.
Oleh karena itu kajian tentang kombinasi tinggi bendung dan luas layanan irigasi
perlu dicermati sebelum diambil keputusan final.
8. Luas Daerah Tangkapan Air
Pada sungai bercabang lokasi bendung harus dipilih sebelah hulu atau hilir cabang
anak sungai. Pemilihan sebelah hilir akan mendapatkan daerah tangkapan air yang
28 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
lebih besar, dan tentunya akan mendapatkan debit andalan lebih besar, yang
muaranya akan mendapatkan potensi irigasi lebih besar. Namun pada saat banjir
elevasi deksert harus tinggi untuk menampung banjir 100 tahunan ditambah tinggi
jagaan (free board) atau menampung debit 1.000 tahunan tanpa tinggi jagaan.
Lokasi di hulu anak cabang sungai akan mendapatkan debit andalan dan debit banjir
relatip kecil, namun harus membuat bangunan silang sungai untuk membawa air di
hilirnya. Kajian teknis, ekonomis, dan sosial harus dilakukan dalam memilih lokasi
bendung terkait dengan luas daerah tangkapan air.
9. Tingkat Kemudahan Pencapaian
Setelah lokasi bendung ditetapkan secara definitif, akan dilanjutkan tahap
perencanaan detail, sebagai dokumen untuk pelaksanaan implementasinya. Dalam
tahap pelaksanaan inilah dipertimbangkan tingkat kemudahan pencapaian dalam
rangka mobilisasi alat dan bahan serta demobilisasi setelah selesai pelaksanaan fisik.
Memasuki tahap operasi dan pemeliharaan bendung, tingkat kemudahan pencapaian
juga amat penting. Kegiatan pemeliharaan, rehabilitasi, dan inspeksi terhadap
kerusakan bendung memerlukan jalan masuk yang memadai untuk kelancaran
pekerjaan.
Atas dasar pertimbangan tersebut maka dalam menetapkan lokasi bendung harus
dipertimbangkan tingkat kemudahan pencapaian lokasi.
10. Biaya Pembangunan
Dalam pemilihan lokasi bendung, perlu adanya pertimbangan pemilihan beberapa
alternatif, dengan memperhatikan adanya faktor dominan. Faktor dominan tersebut
ada yang saling memperkuat dan ada yang saling melemahkan. Dari beberapa
alternatif tersebut selanjutnya dipertimbangkan metode pelaksanaannya serta
pertimbangan lainnya antara lain dari segi O & P. Hal ini antara lain akan
menentukan besarnya biaya pembangunan. Biasanya biaya pembangunan ini adalah
pertimbangan terakhir untuk dapat memastikan lokasi bendung dan layak
dilaksanakan.
Bangunan Bendung 29
belokan tajam. Pilih bagian sungai yang lurus mempunyai kemiringan relatif tetap
sepanjang penggal tertentu.
5. Saluran induk: Pilih lokasi bendung sedemikian sehingga pembangunan saluran
induk dekat bendung tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mahal. Hindari trace
saluran menyusuri tebing terjal apalagi berbatu. Usahakan ketinggian galian
tebing pada saluran induk kurang dari 8 m dan ketinggian timbunan kurang dari
6 m.
6. Ruang untuk bangunan pelengkap: Lokasi bendung harus dapat menyediakan
ruangan untuk bangunan pelengkap bendung, utamanya untuk kolam pengendap
dan saluran penguras dengan panjang dan lebar masing-masing kurang lebih 300
– 500 m dan 40 – 60 m.
7. Luas layanan irigasi: Lokasi bendung harus sedemikian sehingga dapat
memberikan luas layanan yang memadai terkait dengan kelayakan sistem irigasi.
Elaborasi tinggi bendung (yang dibatasi sampai dengan 6 – 7 m), menggeser
lokasi bendung ke hulu atau ke hilir, serta luas layanan irigasi harus dilakukan
untuk menemukan kombinasi yang paling optimal.
8. Luas daerah tangkapan air: Lokasi bendung harus dipilih dengan
mempertimbangkan luas daerah tangkapan, terkait dengan debit andalan yang
didapat dan debit banjir yang mungkin terjadi menghantam bendung. Hal ini
harus dikaitkan dengan luas layanan yang didapat dan ketinggian lantai layanan
dan pembangunan bangunan melintang anak sungai (Jika ada).
9. Pencapaian mudah: Lokasi bendung harus relatif mudah dicapai untuk keperluan
mobilisasi alat dan bahan saat pembangunan fisik maupun operasi dan
pemeliharaan. Kemudahan melakukan inspeksi oleh aparat pemerintah juga harus
dipertimbangkan masak-masak.
10. Biaya pembangunan yang efisien : dari berbagai alternatif lokasi bendung dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang dominan, akhirnya dipilih lokasi bendung
yang biaya konstruksinya minimal tetapi memberikan ouput yang optimal.
Bangunan Bendung 31
Kemiringan dasar sungai bisa bervariasi dari sangat curam sampai hampir datar di
dekat laut. Dalam beberapa hal, ukuran bahan dasar akan bergantung kepada
kemiringan dasar. Gambar 3-1 memberikan ilustrasi berbagai bagian sungai
berkenaan dengan kemiringan ini.
Di daerah pegunungan, kemiringan sungai curam dan bahan-bahan dasar berkisar
antara batu-batu sangat besar sampai pasir. Batu berdiameter sampai 1000 mm bisa
hanyut selama banjir besar dan berhenti di depan pengambilan serta mengganggu
berfungsinya bangunan pengambilan.
Di daerah-daerah aliran sungai dimana terdapat kegiatan gunung api, banjir besar
dapat menghanyutkan endapan bahan-bahan volkanik menjadi banjir lahar. Dalam
perencanaan bangunan, lahar ini tidak dapat diperhitungkan, tindakan-tindakan
mencegah terjadinya banjir lahar demikian sebaiknya diambil di tempat lain.
32 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Di daerah-daerah gunung api muda (Jawa, Sumatera dan Bali), tinggi dasar ruas-ruas
sungai yang curam biasanya belum stabil dan degredasi atau agradasi umumnya
tinggi.
Kecenderungan degradasi mungkin untuk sementara waktu berbalik menjadi agradasi,
jika lebih banyak lagi sedimen masuk ke dasar sungai setelah terjadi tanah longsor
atau banjir lahar di sepanjang sungai bagian atas.
Sungai-sungai yang sudah stabil dapat dijumpai di daerah-daerah gunung atau gunung
api tua dan pengaruh dari gejala-gejala agradasi atau degradasi terhadap tinggi dasar
sungai tidak akan tampak sepanjang umur proyek. Gunung-gunung yang lebih tua
terdapat di Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya serta di pulau-pulau lain yang lebih
kecil di seluruh kepulauan Nusantara.
Terdapatnya batu singkapan atau rintangan alamiah berupa batu-batu besar dapat
menstabilkan tinggi dasar sungai sampai beberapa kilometer di sebelah hulu, cek ini
penting sehubungan dengan degradasi. Apabila di dasar sungai terdapat cek dam
alamiah berupa batu besar, maka stabilitas dam tersebut selama terjadi banjir besar
hendaknya diselidiki, sebab kegagalan akan berakibat degradasi yang cepat di sebelah
hulu.
34 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Apabila sungai mengalir ke laut atau danau, maka kemiringan dasarnya kecil, dan
tergantung pada banyaknya sedimen yang diangkut oleh sungai itu, sebuah delta
dapat terbentuk.
Terbentuknya delta merupakan pertanda pasti bahwa ruas bawah sungai dalam
keadaan agradasi.
kerucut aluvial
delta laut
laut
Apabila tanggul sungai terdiri dari batu, konglomerat sementasi atau batu-batu, maka
dapat diandaikan bahwa sungai itu stabil dengan dasarnya yang sekarang.
Jika dasar sungai penuh dengan batu-batu dan kerikil-kerikil, maka arah sungai tidak
akan tetap dan palung kecil akan berpindah-pindah selama terjadi banjir besar.
Vegetasi alamiah bisa membuat tanggul menjadi stabil. Tanggul yang tidak ditumbuhi
pepohonan dan semak belukar akan mudah terkena erosi.
Sebaliknya, di daerah-daerah lahar tanggul-tanggul batu yang stabil dapat terkikis dan
palung besar yang lebar bisa terbentuk di sungai itu.
36 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Dalam keadaan aslinya, hanya sedikit saja sungai yang lurus sampai jarak yang jauh.
Bahkan pada ruas lurus mungkin terdapat pasir, kerikil atau bongkah-bongkah batu.
Kecenderungan alamiah suatu sungai yang mengalir melalui daerah-daerah endapan
alluvial adalah terjadinya meandering atau anyaman (braiding), tergantung apakah
terbentuk alur tunggal atau beberapa alur kecil. Bahkan pada ruas yang berbeda dapat
terbentuk meander dan anyaman.
tanggul stabil
il
g kec
palun
tanggul stabil
dasar
palung kecil stabil
berpindah
batas meander
tanggul stabil
sungai bermeander sungai berayam
Untuk perencanaan bangunan utama, kita perlu mengetahui apakah meander di lokasi
bangunan yang direncana stabil atau rawan terhadap erosi selama terjadi banjir.
Apabila tersedia peta-peta foto udara lama, maka peta-peta ini akan diperiksa dengan
seksama guna membuat penyesuaian-penyesuaian morfologi sungai.
Penduduk setempat mungkin dapat memberikan keterangan yang bermanfaat
mengenai stabilitas tanggul sungai.
Pada waktu mengevaluasi stabilitas tanggul sungai, naiknya muka air setelah
selesainya pelaksanaan bangunan bendung harus diperhitungkan. Ada satu hal yang
harus mendapat perhatian khusus, yakni apakah vegetasi yang ada mampu bertahan
hidup pada muka air tinggi, atau akan lenyap beberapa waktu kemudian. Tindakan-
tindakan apa saja yang akan diambil guna mempertahankan stabilitas tanggul?
Ruas-ruas yang teranyam tidak akan memberikan kondisi yang baik untuk
perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bendung, karena aliran-aliran rendah tersebut
akan tersebar di dasar sungai lebar yang terdiri dari pasir.
Ruas-ruas demikian sebaiknya dihindari, Jika mungkin, atau dipilih bagian yang
sempit dengan aliran alur yang terkonsentrasi.
Sungai-sungai tertentu mempunyai bantaran pada ruas-ruas yang landai yang akan
tergenang banjir beberapa kali setiap tahunnya. Di sepanjang sungai mungkin
terbentuk tanggul-tanggul rendah alamiah akibat endapan pasir halus dan lanau.
Selama banjir besar tanggul-tanggul ini bisa bobol dan mengakibatkan arah dasar
sungai berubah sama sekali.
(4) beda tinggi energi yang diperlukan untuk meredam energi pada kolam olak.
Untuk elevasi muka air yang diperlukan, tinggi, kedalaman air dan kehilangan tinggi
energi berikut harus dipertimbangkan:
- elevasi sawah yang akan diairi
- kedalaman air di sawah
- kehilangan tinggi energi di saluran dan boks tersier
- kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier
- variasi muka air untuk eksploitasi di jaringan primer
- panjang dan kemiringan saluran primer
- kehilangan tinggi energi pada bangunan-bangunan di jaringan primer sipon,
pengatur, flum, dan sebagainya
- kehilangan tinggi energi di bangunan utama
3.4 Topografi
Yang paling penting adalah pondasi bangunan utama. Daya dukung dan kelulusan
tanah bawah merupakan hal-hal penting yang sangat berpengaruh terhadap
perencanaan bangunan utama besar sekali.
Bangunan Bendung 39
Masalah-masalah lain yang harus diselidiki adalah kekuatan bahan terhadap erosi,
tersedianya bahan bangunan (sumber bahan timbunan) serta parameter-parameter
tanah untuk stabilitas tanggul.
Metode pelaksanaan akan dipertimbangkan juga dalam pemilihan lokasi yang cocok
pada tahap awal penyelidikan.
Pada Gambar 3-8 diberikan 2 alternatif pelaksanaan yang biasa diterapkan yaitu:
(a) pelaksanaan di sungai
(b) pelaksanaan pada sodetan/kopur di samping sungai
Lokasi yang dipilih harus cocok dengan metode pelaksanaan dan pekerjaan-pekerjaan
sementara yang dibutuhkan.
Pekerjaan-pekerjaan sementara yang harus dipertimbangkan adalah:
- Kemungkinan pembuatan saluran pengelak
Saluran pengelak akan dibuat jika konstruksi dilaksanakan di dasar sungai yang
dikeringkan. Kemudian aliran sungai akan dibelokkan untuk sementara.
- Bendungan sementara
Bendungan sementara (cofferdam) adalah bangunan sementara di sungai untuk
melindungi lokasi pekerjaan.
- Tempat kerja (construction pit)
Tempat kerja adalah tempat dimana bangunan akan dibuat. Biasanya lokasi cukup
dalam dan perlu dijaga tetap kering dengan jalan memompa air di dalamnya.
- Kopur (sudetan)
Jika pekerjaan dilakukan di luar alur sungai di tempat yang kering dan dilakukan
dengan memintas (disodet), maka ini disebut kopur, dimana lengan sungai lama
kemudian harus ditutup.
- Dewatering (pengeringan air permukaan dan penurunan muka air tanah)
- Tanggul penutup
40 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Tanggul penutup diperlukan untuk menutup saluran pengelak atau lengan sungai
lama setelah pelaksanaan konstruksi bendung pengelak selesai.
Kemudahan transportasi, sarana dan prasarana menuju lokasi bangunan akan sangat
membantu dalam persiapan pelaksanaan pekerjaan, pelaksanaan pembangunan
bendung maupun dalam melaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan bila
bangunan bendung telah selesai dibangun dan mulai dioperasikan.
3.8.1 Umum
Bangunan dapat digolongkan menjadi dua, yakni bangunan yang mempengaruhi dan
yang tidak mempengaruhi muka air hulu.
Termasuk dalam kategori pertama adalah bendung pelimpah dan bendung gerak.
Kedua tipe tersebut mampu membendung air sampai tinggi minimum yang
diperlukan. Pintu bendung gerak mempunyai pintu yang dapat dibuka selama banjir
guna mengurangi tinggi pembendungannya. Bendung pelimpah tidak bisa
mengurangi tinggi muka air hulu sewaktu banjir.
alternatif A alternatif B
bendung gerak
sodetan
bendung
tanggul
ruang kerja penutup
sungai lama
tanggul tanggul sementara
sementara tahap ke-2
Kategori bangunan kedua meliputi pengambilan bebas, pompa dan bendung saringan
bawah. Tak satu pun dari tipe-tipe bangunan ini yang mempengaruhi muka air.
Semua bangunan ini dapat dibuat dari pasangan batu atau beton, atau campuran kedua
bahan ini yang masing-masing bahan bangunannya mempengaruhi bentuk dan
perencanaan bangunan tersebut.
Bahan-bahan lain jarang dipakai di Indonesia dan tidak akan dibicarakan di sini.
(i) Pasangan batu
Sampai saat ini pasangan batu dilaksanakan dengan cara tidak standar dan belum
ditemukan cara mengontrol kekuatan pasangan batu. Kualitas pasangan batu kali
sangat ditentukan oleh komposisi campuran dan kerapatan adukan dalam speci
antar batu. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kedisiplinan tukang dalam
merocok adukan dan tingkat kejujuran pengawas lapangan. Perilaku tukang dan
pengawas yang kurang memadai dapat mengakibatkan rendahnya mutu pasangan
batu kali.
Pasangan batu kali dapat dipakai pada bangunan melintang sungai dengan syarat-
syarat batasan sebagai berikut :
a. Tinggi bendung maksimum 3 m
b. Lebar sungai maksimum 30 m
c. Debit sungai per satuan lebar dengan periode ulang 100 tahun maksimum 8
m3/dt/m.
d. Tinggi tembok penahan tanah maksimum 6 m
Bangunan atau bagian bangunan diluar syarat-syarat batasan di atas akan
memakai material lain misalnya beton, yang tentunya memerlukan biaya lebih
mahal, namun lebih memberikan jaminan kualitas dan keamanan bangunan.
Pasangan batu akan dipakai apabila bahan bangunan ini (batu-batu berukuran
besar) dapat ditemukan di atau dekat daerah itu.
Permukaan bendung yang terkena abrasi langsung dengan air dan pasir, biasanya
dilindungi dengan lapisan batu keras yang dipasang rapat-rapat. Batu ini disebut
42 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
batu candi, yaitu batu-batu yang dikerjakan dengan tangan dan dibentuk seperti
kubus agar dapat dipasang serapat mungkin.
(ii) Beton
Di Indonesia beton digunakan untuk bendung pelimpah skala besar dan tinggi
melebihi syarat-syarat batasan seperti tersebut dalam butir (i). Meskipun
biayanya tinggi, tetapi lebih memberikan jaminan kualitas dan keamanan
bangunan. Hal ini bisa tercapai karena prosedur pelaksanaan dan kontrol
kekuatan bahan mengacu pada standar yang sudah baku. Di samping itu di
daerah-daerah dimana tidak terdapat batu yang cocok untuk konstruksi pasangan
batu, beton merupakan alternatif.
(iii) Beton Komposit
Bendung skala besar dan/atau tinggi melebihi batasan syarat-syarat dalam butir
(i) yang terbuat dari beton, akan memerlukan biaya yang mahal mengingat
volumenya yang besar. Dalam hal demikian tanpa mengurangi syarat-syarat
keamanan struktur bangunan diperbolehkan menggunakan beton komposit, yaitu
struktur beton yang di dalam tubuhnya diisi dengan pasangan batu kali.
Tebal lapisan luar beton minimal 60 cm.
Bendung Pelimpah
Tipe bangunan bendung yang paling umum dipakai di Indonesia adalah bendung
pelimpah. Bendung ini dibuat melintang sungai untuk menghasilkan elevasi air
minimum agar air tersebut bisa dielakkan. Perencanaan hidrolis, bendung pelimpah
akan dibicarakan secara rinci pada Bab VI.
Bendung Gerak
Dengan pintu-pintunya (pintu sorong, pintu radial dan sebagainya), bendung gerak
dapat mengatur muka air di sungai. Di daerah-daerah aluvial yang datar dimana
meningginya muka air di sungai mempunyai konsekuensi yang luas (tanggul banjir
yang panjang), pemakaian konstruksi bendung gerak dibenarkan. Karena
Bangunan Bendung 43
4. BAB IV
PERENCANAAN HIDROLIS
4.1 Umum
Untuk sungai-sungai yang mengangkut bahan-bahan sedimen kasar yang berat, lebar
bendung tersebut harus lebih disesuaikan lagi terhadap lebar rata-rata sungai, yakni
jangan diambil 1,2 kali lebar sungai tersebut.
Agar pembuatan bangunan peredam energi tidak terlalu mahal, maka aliran per satuan
lebar hendaknya dibatasi sampai sekitar 12-14 m3/dt.m1, yang memberikan tinggi
energi maksimum sebesar 3,5 – 4,5 m (lihat Gambar 4-1.)
Lebar efektif mercu (Be) dihubungkan dengan lebar mercu yang sebenarnya (B),
yakni jarak antara pangkal-pangkal bendung dan/atau tiang pancang, dengan
persamaan berikut:
Be = B – 2 (nKp + K a) H1 .......................................................................... 4-1
dimana:
n = jumlah pilar
Kp = koefisien kontraksi pilar
Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
H1 = tinggi energi, m
Harga-harga koefisien Ka dan Kp diberikan pada Tabel 4-1.
Perencanaan Hidrolis 49
I II
H1
pembilas
B1 B2 B3
II B1e B2e Bs
H1
Ka.H1
ka.H1
Bs = 0.8Bs
B = B1 + B2 + B3
Be = B1e + B2e + Bs
Bentuk Pilar Kp
Untuk pilar berujung segi empat dengan sudut-sudut yang dibulatkan pada jari-jari 0,02
yang hampir sama dengan 0,1 dari tebal pilar
Untuk pilar berujung bulat 0,01
Untuk pilar berujung runcing 0
Di Indonesia pada umumnya digunakan dua tipe mercu untuk bendung pelimpah :
tipe Ogee dan tipe bulat (lihat Gambar 4-2.).
R1 R
2
R
Kedua bentuk mercu tersebut dapat dipakai baik untuk konstruksi beton maupun
pasangan batu atau bentuk kombinasi dari keduanya.
Kemiringan maksimum muka bendung bagian hilir yang dibicarakan di sini
berkemiringan 1 banding 1 batas bendung dengan muka hilir vertikal mungkin
menguntungkan jika bahan pondasinya dibuat dari batu keras dan tidak diperlukan
kolam olak. Dalam hal ini kavitasi dan aerasi tirai luapan harus diperhitungkan
dengan baik.
(1) Mercu bulat
Bendung dengan mercu bulat (lihat Gambar 4-2.) memiliki harga koefisiensi debit
yang jauh lebih tinggi (44%) dibandingkan dengan koefisiensi bendung ambang lebar.
Pada sungai, ini akan banyak memberikan keuntungan karena bangunan ini akan
Perencanaan Hidrolis 51
mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisiensi debit menjadi lebih
tinggi karena lengkung streamline dan tekanan negatif pada mercu.
Tekanan pada mercu adalah fungsi perbandingan antara H1 dan r (H1 /r) (lihat
Gambar 4-4.). Untuk bendung dengan dua jari-jari (R2) (lihat Gambar 4-2.), jari-jari
hilir akan digunakan untuk menemukan harga koefisien debit.
Untuk menghindari bahaya kavitasi lokal, tekanan minimum pada mercu bendung
harus dibatasi sampai – 4 m tekanan air jika mercu terbuat dari beton untuk pasangan
batu tekanan subatmosfir sebaiknya dibatasi sampai –1 m tekanan air.
Dari Gambar 4-3. tampak bahwa jari-jari mercu bendung pasangan batu akan berkisar
antara 0,3 sampai 0,7 kali H1maks dan untuk mercu bendung beton dari 0,1 sampai 0,7
kali H.1maks
Persamaan tinggi energi-debit untuk bendung ambang pendek dengan pengontrol segi
empat adalah:
1,5
Q = Cd 2/3√2/3g 𝑏 𝐻1 ........................................................................ 4-2
dimana: Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit (Cd = C0C1C2)
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8 m/dt2)
52 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
b = panjang mercu, m
H1 = tinggi energi di atas mercu, m
Koefisien debit Cd adalah hasil dari:
- C0 yang merupakan fungsi H1/r (lihat Gambar 4-5.)
- C1 yang merupakan fungsi p/H1 (lihat Gambar 4-6.), dan
- C2 yang merupakan fungsi p/H1 dan kemiringan muka hulu bendung (lihat
Gambar 4-7.).
C0 mempunyai harga maksimum 1,49 jika H1/r lebih dari 5,0 seperti diperlihatkan
pada Gambar 4-5.
Gambar 4-4. Tekanan pada Mercu Bendung Bulat sebagai Fungsi Perbandingan H1/r
Harga-harga C0 pada Gambar 4-5 sahih (valid) apabila mercu bendung cukup tinggi
di atas rata-rata alur pengarah (p/H1 sekitar 1,5).
Dalam tahap perencanaan p dapat diambil setengah jarak dari mercu sampai dasar
rata-rata sungai sebelum bendung tersebut dibuat. Untuk harga-harga p/h1 yang
kurang dari 1,5, maka Gambar 4-6. dapat dipakai untuk menemukan faktor
pengurangan C1.
Perencanaan Hidrolis 53
1.5
1.4
x
1.3
catatan sahih jika P/H1 > 1.5
1.2 +
+x x
x
1.1 x x
x
x
1.0 x
x
koefisien Co
x 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0
0.9 x
x
x r = 0.025 m. - G.D.MATTHEW 1963 perbandingan H1/r
0.8 o r = ............. - A.L. VERWOERD 1941
0.7 + r = 0.030 m. - A.W.v.d.OORD 1941
r = 0.0375 m. L.ESCANDE &
0.6 r = 0.075 m. F.SANANES 1959
0
Gambar 4-5. Harga-Harga Koefisien C0 untuk Bendung Ambang Bulat Sebagai Fungsi
Perbandingan H1/r
P/H1 ~ 1.5
1.0
0.99
0.9 +
Faktor pengurangan koefisien
+
0.8 +
Harga-harga koefisien koreksi untuk pengaruh kemiringan muka bendung bagian hulu
terhadap debit diberikan pada Gambar 4-7. Harga koefisien koreksi C2, diandaikan
kurang lebih sama dengan harga faktor koreksi untuk bentuk-bentuk mercu tipe Ogee.
54 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Gambar 4-7. Harga-Harga Koefisien C2 untuk Bendung Mercu Tipe Ogee dengan Muka Hulu
Melengkung (Menurut USBR, 1960)
1.0
0.9
0.8
H2/H1
0.7 +
0.6 +
0.5
aliran tenggelam
data dari :
+ A.L.VERWOERD 1941
perbandingan
0.4 +
W.J.v.d.OORD 1941
H2/H1=1/3
0.3 +
+
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
faktor pengurangan aliran tenggelam f
dimana x dan y adalah koordinat-koordinat permukaan hilir (lihat Gambar 4-9.) dan
hd adalah tinggi energi rencana di atas mecu. Harga-harga K dan n adalah parameter.
Harga-harga ini bergantung kepada kecepatan dan kemiringan permukaan belakang.
Tabel 4-2. menyajikan harga-harga K dan n untuk berbagai kemiringan hilir dan
kecepatan pendekatan yang rendah.
Bagian hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir (lihat
Gambar 4-9.).
Persamaan antara tinggi energi dan debit untuk bendung mercu Ogee adalah:
Q = Cd 2/3√2/3gbH11,5 ...................................................................................... 4-4
dimana: Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit (Cd = C0C1C2)
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8 m/dt2)
b = lebar mercu, m
H1 = tinggi energi di atas ambang, m
56 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
3 - 4 h1 maks
X 1.85 = 2.0hd 0.85 y 1.810 0.810
X = 1.939 hd y
H1
hd 0.282 hd
asal 0.214 hd
H1
0.175 hd koordinat hd 0.115 hd
x X
R=0.2 hd Y R=0.22 hd y
R=0.5 hd 0.67
1
R=0.48 hd
sumbu mercu
diundurkan
0.237 hd
H1 H1
hd 0.139 hd hd 0.119 hd
x x
1 Y
R = 0.21 hd Y
0.33 1
1
R = 0.68 hd
R = 0.45 hd
Gambar 4-10. Faktor Koreksi untuk Selain Tinggi Energi Rencana pada Bendung Mercu Ogee
(Menurut Ven Te Chow, 1959, Berdasarkan Data USBR dan WES)
Perencanaan Hidrolis 57
-0.2
0.98
1.0
H1
-0.1 H2
0.995
0.96 0.97
0.99
p p2
0
0.94
0.1
0.92
1.0 1.0
0.2
0.90
0.995
0.995
0.3 0.99
0.85
H2/H1
9
0.9
0.98
0.98
perbandingan aliran tenggelam
0.5 0.97
0.97
0.96
0.6 0.96
0.94
0.7 0.94
0.92
0.92
0.90
0.8 0.90
0.85
0.85
0.80
0.80 0.70
0.9 0.70
0.60 0.60
0.40 0.40
0.20 0.20
1.0
0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
perbandingan P2/H1
Gambar 4-11. Faktor Pengurangan Aliran Tenggelam Sebagai Fungsi p2/H1 dan H2/H1.
(Disadur dari US Army Corps of Engineers Waterways Experimental Station)
1.20
1.15
koefisien kecepatan
1.10
datang Cv
1.05
1.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
perbandingan luas 1 Cd A*/A1
Gambar 4-12. Harga-Harga Cv Sebagai Fungsi Perbandingan Luas √α1 Cd A*/A1 untuk Bagian
Pengontrol Segi Empat (dari Bos, 1977)
Gambar ini memberikan harga-harga Cv untuk bendung segi empat sebagai fungsi
perbandingan luas.
Perbandingan luas = √α1Cd A*/A1 ............................................................................ 4-5
dimana:
1 = koefisiensi pembagian/distribusi kecepatan dalam alur pengarah
(approach channel). Untuk keperluan-keperluan praktis harga tersebut boleh
diandaikan sebagai konstan; = 1,04
A1 = luas dalam alur pengarah
A* = luas semu potongan melintang aliran di atas mercu bendung jika kedalaman
aliran akan sama dengan h1 (lihat Gambar 4-13.).
60 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
benturan yang dapat merusak tubuh bendung atau tumpukan sampah yang dapat
mengakibatkan penurunan kapasitas pelimpahan bendung.
(3) Radius atau jari-jari mercu perlu diambil lebih besar atau sama dengan
0,10 m.
A A
a
h
Udik p
b 2a
Arah Aliran
c
a
hilir
denah untuk jenis lantai hilir datar Potongan A-A untuk jenis lantai hilir
A A
h
p
Udik
b 2a
Arah Aliran
c
a
hilir
𝑙𝑔
= perbandingan antara panjang mercu pelimpah gergaji yang terbentuk
𝑏
dengan besar debit pelimpahan jika digunakan pelimpah lurus biasa dengan
lebar bentang yang sama.
0.50 m
R1>h1
=3
0-
45 . R2>0.5h2 R=1.5a
maks 1:1 ° R3>1m maks 1:1 a
Q100
h2
Q100
hmaks
h1
h3
Elevasi pangkal bendung di sisi hulu bendung sebaiknya lebih tinggi daripada elevasi
air (yang terbendung) selama terjadi debit rencana. Tinggi jagaan yang harus
diberikan adalah 0,75 m sampai 1,50 m, bergantung kepada kurve debit sungai di
tempat itu, untuk kurve debit datar 0,75 m akan cukup, sedang untuk kurve yang
curam akan diperlukan 1,50 m untuk memberikan tingkat keamanan yang sama.
y2 h2
A B
yu
y2=h2 y2 h2
C D
Semua tahap ini bisa terjadi di bagian hilir bendung yang di bangun di sungai. Kasus
D adalah keadaan yang tidak boleh terjadi, karena loncatan air akan menghempas
bagian sungai yang tak terlindungi dan umumnya menyebabkan penggerusan luas.
Debit Rencana
Untuk menemukan debit yang akan memberikan keadaan terbaik untuk peredaman
energi, semua debit harus dicek dengan muka air hilirnya. Jika degradasi mungkin
terjadi, maka harus dibuat perhitungan dengan muka air hilir terendah yang mungkin
terjadi untuk mengecek apakah degradasi mungkin terjadi. Degradasi harus dicek
jika:
(a) bendung dibangun pada sodetan (kopur)
(b) sungai itu sungai alluvial dan bahan tanah yang dilalui rawan terhadap erosi.
(c) terdapat waduk di hulu bangunan.
Bila degradasi sangat mungkin terjadi, tetapi tidak ada data pasti yang tersedia, maka
harga sembarang degradasi 2,50 m harus digunakan dalam perencanaan kolam olak,
tetapi dengan fungsi sebagai berikut:
(a) Untuk analisa stabilitas bendung
(b) Untuk menyiapkan cut off end sill / analisa dimensi curve
(c) Untuk keperluan perhitungan piping/seepage
(d) Untuk perhitungan kolam olak/dimensi
penurunan
2/3H1
H
tinggi dasar
v1
dimana : Fr =
√ g yu
Panjang Kolam
Panjang kolam loncat air dibelakang Potongan U (Gambar 4-18) biasanya kurang dari
panjang bebas loncatan tersebut adanya ambang ujung (endsill). Ambang yang
berfungsi untuk memantapkan aliran ini umumnya ditempatkan pada jarak
Lj = 5 (n + y2) ................................................................................................... 4-8
dimana:
Lj = panjang kolam, m
n = tinggi ambang ujung, m
y2 = kedalaman air di atas ambang, m.
di belakang Potongan U. Tinggi yang diperlukan ambang ujung ini sebagai fungsi
bilangan Froude (Fr), kedalaman air yang masuk yu, dan tinggi muka air hilir, dapat
ditentukan dari Gambar 4-19.
bagian pengontrol
H1 yc
q H
ambang
>2 ujung
Hu
Z sudut 1
t air
runcing lonca
yu H2 n y2
bidang persamaan
panjang kemiringan Lj
potongan U
bulat r ~ 0.5H1
alternatif peralihan
1
Z
1
panjang
kemiringan
diperpendek
Gambar 4-19. Hubungan Percobaan Antara Fru, y2/yu untuk Ambang Ujung Pendek (Menurut Forster dan Skrinde, 1950)
Perencanaan Hidrolis 69
n3 =
yu(4+Fru) 0.5 yu 0.675 n3
6 yu
yu 0.75 n3
ambang ujung
yu 0.75 n3
blok halang
yu(18+Fru)
n=
18
1
1
yu n3 n
0.82 y2
2.7 y2
potongan U
Gambar 4-20. Karakteristik Kolam Olak untuk Dipakai dengan Bilangan Froude di atas 4,5
Kolam USBR Tipe III (Bradley dan Peterka, 1957)
Jika kolam itu dibuat dari pasangan batu, blok halang dan blok muka dapat dibuat
seperti ditunjukkan pada Gambar 4-20.
70 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
pelat baja
kerangka
besi siku
balok beton
bertulang dengan:
-blok muka
-blok halang
pasangan batu
Tipe Kolam
Terlepas dari kondisi hidrolis, yang dapat dijelaskan dengan bilangan Froude dan
kedalaman air hilir, kondisi dasar sungai dan tipe sedimen yang diangkut memainkan
peranan penting dalam pemilihan tipe kolam olak:
(a) Bendung di sungai yang mengangkut bongkah atau batu-batu besar dengan dasar
yang relatif tahan gerusan, biasanya cocok dengan kolam olak tipe bak
tenggelam/submerged bucket (lihat Gambar 4-21.);
(b) Bendung di sungai yang mengangkut batu-batu besar, tetapi sungai itu
mengandung bahan aluvial, dengan dasar tahan gerusan, akan menggunakan
kolam loncat air tanpa blok-blok halang (lihat Gambar 4-17.) atau tipe bak
tenggelam/peredam energi.
(c) Bendung sungai yang hanya mengangkut bahan-bahan sedimen halus dapat
direncanakan dengan kolam loncat air yang diperpendek dengan menggunakan
blok-blok halang (lihat Gambar 4-19.)
Perencanaan Hidrolis 71
Untuk tipe kolam olak yang terakhir, daya gerus sedimen yang terangkut harus
dipertimbangkan dengan mengingat bahan yang harus dipakai untuk membuat blok.
Jika kedalaman konjugasi hilir dari loncat air terlalu tinggi dibanding kedalaman air
normal hilir, atau Jika diperkirakan akan terjadi kerusakan pada lantai kolam yang
panjang akibat batu-batu besar yang terangkut lewat atas bendung, maka dapat
dipakai peredam energi yang relatif pendek tetapi dalam. Perilaku hidrolis peredam
energi tipe ini terutama bergantung kepada terjadinya kedua pusaran, satu pusaran
permukaan bergerak ke arah berlawanan dengan arah jarum jam di atas bak, dan
sebuah pusaran permukaan bergerak ke arah putaran jarum jam dan terletak di
belakang ambang ujung. Dimensi-dimensi umum sebuah bak yang berjari-jari besar
diperlihatkanpada Gambar 4-21.
tinggi kecepatan
H
q
hc muka air
hilir
1 a=0.1R
1
lantai lindung
R 90° T
elevasi
dasar lengkung
Kolam olak tipe bak tenggelam telah digunakan sejak lama dengan sangat berhasil
pada bendung-bendung rendah dan untuk bilangan-bilangan Fruode rendah. Kriteria
yang dipakai untuk perencanaan diambil dari bahan-bahan oleh Peterka dan hasil-
hasil penyelidikan dengan model. Bahan ini telah diolah oleh Institut Teknik
Hidrolika di Bandung guna menghasilkan serangkaian kriteria perencanaan untuk
kolam dengan tinggi energi rendah ini.
72 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
dimana:
hc = kedalaman air kritis, m
q = debit per lebar satuan, m3/dt.m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8 m/dt2)
Jari-jari minimum bak yang diizinkan (Rmin) diberikan pada Gambar 4-22., dimana
garis menerus adalah garis asli dari kriteria USBR. Di bawah H/hc = 2,5 USBR tidak
memberikan hasil-hasil percobaan. Sejauh ini penyelidikan dengan model yang
dilakukan oleh IHE menunjukkan bahwa garis putus-putus pada Gambar 4-23. ini
menghasilkan kriteria yang bagus untuk jari-jari minimum bak yang diizinkan bagi
bangunan-bangunan dengan tinggi energi rendah ini.
Perencanaan Hidrolis 73
Batas minimum tinggi air hilir (Tmin) diberikan pada Gambar 4-24.
Untuk H/hc di atas 2,4 garis tersebut merupakan “envelope” batas tinggi air hilir
yang diberikan oleh USBR bagi batas minimum tinggi air hilir (bak bercelah),
“sweep-out limit”, batas minimum tinggi air hilir yang dipengaruhi oleh jari-jari bak
dan batas tinggi air hilir untuk bak tetap.
Dibawah H/hc = 2,4 garis tersebut menggambarkan kedalaman konjugasi suatu
loncat air. Dengan pertimbangan bahwa kisaran harga H/hc yang kurang dari 2,4
berada di luar jangkauan percobaan USBR, maka diputuskanlah untuk mengambil
kedalaman konjugasi sebagai kedalaman minimum air hilir dari bak untuk harga
H/hc yang lebih kecil dari 2,4.
Pengalaman telah menunjukkan bahwa banyak bendung rusak akibat gerusan lokal
yang terjadi tepat di sebelah hilirnya dan kadang-kadang kerusakan ini diperparah lagi
oleh degradasi dasar sungai. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menentukan
kedalaman air hilir berdasarkan perkiraan degradasi dasar sungai yang akan terjadi di
masa datang.
74 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Dari penyelidikan model terhadap bak tetap, IHE menyimpulkan bahwa pengaruh
kedalaman tinggi air hilir terhadap bekerjanya bak sebagai peredam energi,
ditentukan oleh perbandingan h2/h1 (lihat Gambar 4-25.).
Jika h2/h1 lebih tinggi dari 2/3, maka aliran akan menyelam ke dalam bak dan tidak
ada efek peredaman yang bisa diharapkan.
3 h2
h1
2
h2 dalam m
2 /3
h2 =
h1
1
bias yang dipakai
0
0 1 2 3 4 5
h1 dalam m
hc=2/3 H q²
z hc = g
r
r
r z
r r jika 0.5 < < 2.0
hc
1
1
R R D t = 2.4 hc + 0.4 z (1)
z
jika 2.0 < < 15.0 :
hc
alternatif
a 2a t t = 3.0 hc + 0.1 z (2)
a = 0.28 hc hc (3)
z
L
D=R=L (4)
(ukuran dalam m)
Kolam Vlugter, yang detail rencananya diberikan pada Gambar 4-25., telah terbukti
tidak andal untuk dipakai pada tinggi air hilir di atas dan di bawah tinggi muka air
76 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Ada beberapa modifikasi peredam energi tipe Vlugter, Schoklizt yang telah dilakukan
penelitiannya dan dapat digunakan dalam perencanaan dengan mengacu RSNI T-04-
2002 dapat digunakan antara lain adalah tipe-tipe MDO, MDS.
Peredam energi tipe MDO terdiri dari lantai datar, di ujung hilir lantai dilengkapi
dengan ambang hilir tipe gigi ompong dan dilengkapi dengan rip rap. Sedangkan
peredam energi tipe MDS terdiri dari lantai datar, di ujung hilir lantai dilengkapi
dengan ambang hilir tipe gigi ompong ditambah dengan bantalan air dan dilengkapi
dengan rip rap. Bantalan air yang dimaksud di sini adalah ruang di atas lantai
disediakan untuk lapisan air sebagai bantalan pencegah atau pengurangan daya bentur
langsung batu gelundung terhadap lantai dasar peredam energi.
Sebelum mendesain tipe ini perlu ditentukan terlebih dahulu nilai parameter:
a) tipe mercu bendung harus bentuk bulat dengan satu atau dua jari-jari.
b) permukaan tubuh bendung bagian hilir dibuat miring dengan perbandingan
kemiringan 1 : m atau lebih tegak dari kemiringan 1:1.
c) tubuh bendung dan peredam energi harus dilapisi dengan lapisan tahan aus.
d) elevasi dasar sungai atau saluran di hilir tubuh bendung yang ditentukan, dengan
memperhitungkan kemungkinan terjadinya degradasi dasar sungai.
e) elevasi muka air hilir bendung yang dihitung, berdasarkan elevasi dasar sungai
dengan kemungkinan perubahan geometri badan sungai.
Selain parameter di atas kriteria desain yang disyaratkan yaitu:
a) tinggi air udik bendung dibatasi maksimum 4 meter;
b) tinggi pembendungan (dihitung dari elevasi mercu bendung sampai dengan
elevasi dasar sungai di hilir) maksimum 10 meter.
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 77
Dalam hal tinggi air udik bendung lebih dari 4 meter dan atau tinggi pembangunan
lebih dari 10 meter tata cara peredam energi tipe MDO dan MDS ini masih dapat
digunakan asalkan dimensinya perlu diuji dengan model test.
Penggunaan tipe MDO dan MDS dapat juga dimodifikasi dan dilakukan
pengembangan pemakaiannya.
1) dimensi hidraulik peredam energi tipe MDO dapat diterapkan di hilir tubuh
bendung dengan bidang miring lebih tegak dari perbandingan 1:1.
2) tubuh bendung dengan peredam energi tipe MDO dapat dilengkapi dengan
pembilas sedimen tipe undersluice tanpa mengubah dimensi hidraulik peredam
energi tipe MDO.
Data awal yang harus ditentukan terlebih dahulu adalah:
a) debit desain banjir dengan memperhitungkan tingkat keamanan bangunan air
terhadap bahaya banjir.
b) debit desain penggerusan, dapat diambil sama dengan debit alur penuh.
c) lengkung debit sungai di hilir rencana bendung berdasarkan data geometri-
hidrometri-hidraulik morfologi sungai.
Grafik-grafik yang dipakai dalam desain hidraulik bendung dengan kelengkapannya,
meliputi :
a) grafik pengaliran melalui mercu bendung dapat dilihat dalam grafik MDO-1 pada
lampiran A1 (RSNI T-04-2002)
b) grafik untuk mengetahui bahaya kavitasi di hilir mercu bendung dapat dilihat
dalam MDO-1a pada lampiran A2 (RSNI T-04-2002)
c) grafik untuk menentukan dimensi peredam energi tipe MDO dan MDS dapat
dilihat dalam grafik MDO-2 dan MDO-3 pada lampiran A3 dan A4 (RSNI T-04-
2002)
Rumus-rumus yang digunakan dalam desain hidraulik ini meliputi :
1) debit desain persatuan lebar pelimpah :
- untuk bahaya banjir : qdf = Qdf/Bp ..................................................... 4-10
- untuk bahaya penggerusan : qdf = Qdp/Bp .......................................... 4-11
78 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
11) Ujung tembok pangkal bendung tegak ke arah hilir (Lpi) ditempatkan lebih
kurang di tengah-tengah panjang lantai peredam energi:
Lpi = Lp + ½ Ls ......................................................................................... 4-23
12) Panjang tembok sayap hilir (Lsi) dihitung dari ujung hilir lantai peredam energi
diambil :
Ls Lsi 1,5 Ls ......................................................................................... 4-24
Tebing sungai yang tidak jauh dari tepi sisi lantai peredam energi, maka ujung
hilir tembok sayap hilir dilengkungkan masuk ke dalam tebing sungai. Dan bagi
tebing sungai yang jauh dari tepi sisi lantai peredam energi maka ujung tembok
sayap hilir dilengkungkan balik ke udik sehingga tembok sayap hilir berfungsi
sebagai tembok pengarah arus hilir bendung. Bentuk ini dapat diperhatikan pada
contoh gambar dalam lampiran D2.
13) Panjang tembok pangkal bendung di bagian udik (Lpu) bagian yang tegak
dihitung dari sumbu mercu bendung :
0,5 Ls Lpu Ls ......................................................................................... 4-25
14) Panjang tembok sayap udik ditentukan :
- Bagi tebing sungai yang tidak jauh dari sisi tembok pangkal bendung, ujung
tembok sayap udik dilengkungkan masuk ke tebing dengan panjang total
tembok pangkal bendung ditambah sayap udik:
0,50 Ls Lsu 1,50 Ls ....................................................................... 4-26
- Bagi tebing sungai yang jauh dari sisi tembok pangkal bendung atau palung
sungai di udik bendung yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan
lebar pelimpah bendung maka tembok sayap udik perlu diperpanjang dengan
tembok pengarah arus yang panjangnya diambil minimum
2 x Lp ................................................................................................ 4-27
15) Kedalaman bantalan air pada tipe MDS ditentukan:
S = Ds + (1,00 m sampai dengan 2,00 m) ............................................. 4-28
80 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Dengan:
Qdf = debit desain untuk bahaya banjir (m³/s)
Qdp = debit desain untuk bahaya penggerusan (m³/s)
Bp = lebar pelimpah (m)
qdf = Qdf/Bp (m³/s/m’)
qdp = Qdp/Bp (m³/s/m’)
D2 = tinggi muka air sungai di hilir bendung dengan dasar sungai
terdegradasi (m)
R = radius mercu bendung diambil antara 1,00 meter sampai dengan
3,00 meter.
Hudf = tinggi air diatas mercu bendung pada debit desain banjir (m)
Hudp = tinggi air diatas mercu bendung pada debit desain penggerusan (m)
Hidp = tinggi air dihilir bendung pada debit desain penggerusan (m)
Hidf = tinggi air dihilir bendung pada debit desain banjir (m)
Zdf = perbedaan elevasi muka air udik dan hilir pada debit desain banjir (m)
Zdp = perbedaan elevasi muka air udik dan hilir pada debit desain
penggerusan (m)
Dzu = elevasi dekzerk tembok pangkal bendung bagian udik (m)
Dzi = elevasi dekzerk tembok pangkal bendung bagian hilir (m)
Fb = tinggi jagaan diambil antara 1,00 meter s/d 1,50 meter
E = parameter tidak berdimensi
Ls = panjang lantai peredam tinggi
Lb = jarak sumbu mercu bendung sampai perpotongan bidang miring dengan
lantai dasar bendung (m)
Lpi = panjang tembok sayap hilir dari ujung hilir lantai peredam energi ke
hilir (m)
S = kedalaman bantalan air peredam energi tipe MDS (m)
Lpu = panjang tembok pangkal udik bendung dari sumbu mercu bendung ke
udik (m)
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 81
17) tentukan tata letak, elevasi puncak, panjang, kemiringan dan kedalaman
tembok pengarah arus;
18) lengkapi kaki-kaki tembok sayap hilir dan di hilir ambang hilir peredam
energi dengan rip rap.
Gambar 4-27. Potongan Memanjang Bendung Tetap dengan Peredam Energi Tipe MDO
Gambar 4-28. Potongan Memanjang Bendung Tetap dengan Peredam Energi Tipe MDS
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 83
Gambar 4-30. Grafik MDO – 1a Penentuan Bahaya Kavitasi di Hilir Mercu Bendung
84 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Pada umumnya bendung gerak adalah bangunan yang sangat rumit dan harus
direncana oleh ahli-ahli yang berpengalaman dibantu oleh ahli-ahli di bidang
hidrolika, teknik mekanika dan konstruksi baja.
Bendung gerak dibangun untuk memenuhi keperluan muka air normal dalam rangka
pengambilan dan mengurangi efek genangan akibat muka air banjir yang
diakibatkannya.
Prinsip pembangunan bendung gerak seperti ini membawa implikasi pengaturan
muka air banjir sebagai berikut :
a) Muka Air Banjir Tetap
Muka air banjir dipertahankan tetap, baik sebelum maupun sesudah
pembangunan. Jika lebar efektif bendung gerak dipertahankan sama dengan lebar
sungai asli sebelum pembangunan maka elevasi ambang tubuh bendung dibuat
sama dengan elevasi dasar sungai.
Dalam keadaan ini tidak ada penumpukan sedimen di depan bendung, diperlukan
peredam energi lebih sederhana dan seluruh tekanan hidrodinamis air pada
kondisi muka air normal dilimpahkan sepenuhnya ke pintu air. Namun demikian
untuk kemudahan operasi dan pemeliharaan pintu, dimensi pintu air dibatasi
sesuai dengan tipenya.
b) Muka Air Banjir Berubah
Karena pertimbangan tertentu muka air banjir dimungkinkan lebih tinggi
dibanding dengan muka air banjir sebelum pembangunan.
Elevasi ambang tubuh bendung dibuat lebih tinggi dari elevasi dasar sungai asli,
dengan maksud mengurangi beban tekanan hidrodinamis air pada pintu.
Kombinasi tinggi tubuh bendung dan pintu air dijelaskan pada subbab 4.3.4.
86 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Bendung gerak harus memiliki paling sedikit 2 bukaan, agar bangunan itu tetap dapat
berfungsi, jika salah satu pintu rusak. Karena alasan itu pula, bangunan ini harus
aman pada waktu mengalirkan debit maksimum sementara sebuah pintu tidak
berfungsi.
Ada dua kriteria saling bertentangan yang mempengaruhi lebar total bendung gerak,
yakni:
(1) Makin tinggi bangunan, makin melonjak harga pintu dan pilar, dengan alasan ini
lebih disukai Jika bangunan itu dibuat lebih lebar, bukan lebih tinggi;
(2) Kapasitas lolosnya sedimen akan lebih baik pada bangunan yang lebih sempit
serta kecepatan aliran yang lebih tinggi.
Dalam kasus-kasus tertentu, mungkin akan menguntungkan untuk merencanakan
bangunan campuran, sebagian bendung gerak dan sebagian bendung tetap.
Hal-hal semacam itu mungkin terjadi jika bangunan dibuat di:
(1) Sungai yang sangat lebar dengan perbedaan yang besar antara debit rendah dan
debit puncak atau
(2) Sungai dengan dasar air normal yang sempit tetapi bantaran lebar, yang
digunakan jika harus mengalirkan banjir tinggi.
Dalam perencanaan harus diandaikan bahwa dalam keadaan kritis sebuah pintu akan
tersumbat dalam posisi tertutup.
Bila pintu dibuat terlalu lebar, maka akan sulit untuk mengatur muka air. Jika dibuat
lebih banyak bukaan, maka aliran mudah diarahkan agar sedimen tidak masuk ke
pengambilan.
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 87
4.3.3 Pintu
Tinggi pembendungan air sungai dibagi menjadi dua yaitu bagian tinggi
pembendungan bawah yang ditahan oleh tubuh bendung dan bagian tinggi
pembendungan atas yang ditahan oleh pintu air. Kombinasi keduanya
ditentukan oleh pertimbangan teknis, sosial dan ekonomi.
Tubuh bendung yang tinggi menyebabkan volume tubuh bendung yang besar,
pondasi yang kuat, kolam olak yang mahal, elevasi muka air banjir dan
tanggul penutup lebih tinggi, kemungkinan timbulnya permasalahan
resetlement penduduk akibat elevasi muka air banjir yang tinggi, relative
biaya pembangunan tubuh bendung dan kolam olak lebih mahal. Sebagai
kombinasinya pintu air yang rendah mengakibatkan pintu ringan, alat
penggerak pintu berkapasitas rendah, biaya operasional pintu lebih murah.
Namun sebaliknya tubuh bendung yang rendah menyebabkan volume tubuh
bendung yang kecil, pondasi lebih ringan, kolam olak relatif murah, elevasi
muka air banjir dan tanggul penutup lebih rendah, tidak ada permasalahan
resetlement penduduk akibat elevasi muka air banjir, relative biaya
pembangunan tubuh bendung dan kolam olak lebih murah.
Sebaliknya kombinasinya pintu air yang tinggi mengakibatkan pintu berat,
diperlukan alat penggerak pintu berkapasitas tinggi, biaya operasional pintu
lebih mahal.
(2) Kemudahan dan keamanan operasional pintu.
Pintu yang ringan tetapi memiliki kekakuan cukup sangat diperlukan agar
pintu tidak mudah melendut dan bergetar bila terkena tekanan dan arus air,
sehingga memudahkan pengoperasian dan pintu tidak cepat rusak.
(3) Biaya operasional dan pemeliharaan (O & P) yang rendah
Pintu yang berat memerlukan pasokan daya listrik besar untuk mengubah
tenaga listrik menjadi tenaga mekanik yang kuat pada saat mengangkat pintu,
dan mengingat mahalnya harga listrik maka akan berdampak pada
peningkatan biaya operasi. Disamping itu pintu yang terlalu besar
memerlukan biaya pelumasan dan pengecatan pintu yang relatif lebih besar.
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 89
Pintu sorong Pintu stoney Pintu riol Dua pintu ( segmen ganda )
Pintu segmen atau radial Pintu segmen atau radial dengan katup
Gambar 4-33. Macam-Macam Tipe Pintu Bendung Gerak Vertikal
(a) Lantai dasar (crest) yang tinggi biasanya maksimum 0,5 m tingginya dari dasar
sungai dipilih bila diperlukan pembendungan untuk menahan batu-batu yang
terbawa arus sungai sehingga batu-batu tersebut tidak mempersulit penutupan
pintu karena batu-batu itu akan mengganjal pintu bila terjadi penutupan pintu
sehingga pintu menjadi cepat rusak, biasanya untuk sungai dengan material
berupa kerikil dan kerakal diperlukan lantai dasar bendung gerak yang tebal dan
kuat untuk mengatasi gaya angkat air (up lift) dan sebagai tumpuan bagi beban
pintu yang berat.
(b) Lantai dasar rendah:
- Lantai dasar (crest) yang rendah dipilih apabila kemiringan dasar sungai atau
elevasi dasar sungai akan dipertahankan tetap seperti semula.
- Gaya angkat air tidak terlalu besar dan pintu tidak terlalu berat sehingga tidak
memerlukan lantai atau dudukan pintu yang tebal dan kuat.
- Peredam energi yang di pilih dapat lebih sederhana.
Peralatan penggerak atau pengatur pintu ditempatkan diatas pilar-pilar berupa motor
penggerak dan terpisah untuk tiap-tiap pintu dengan sistem kendali (kontrol) yang
terpusat pada bangunan pengendali yang terletak tidak jauh dari lokasi bendung dan
disekitar hulu bendung, dimana pintu-pintu tersebut dapat dioperasikan secara
bersamaan atau satu persatu.
Lebar bendung supaya diupayakan sama dengan lebar normal alur sungai dan dibatasi
oleh kemampuan produsen tabung karet dan kemudahan pengangkutan bahan tabung
karet ke lokasi.
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 91
Lantai hilir
Ruang
Petugas
Pilar Tubuh bendung
Pompa &
Ruang genset
kontrol
Instrumen
otomatisasi
Tubuh
bendung Jembatan penyeberangan
Lantai hulu
Bangunan pengambilan
Saluran pembilas
Jembatan
Pilar
Tubuh
Lantai hulu bendung
Fondasi Lantai hilir
Secara hidrolis bendung karet harus memiliki taraf muka air yang direncanakan dan
dapat dikempiskan secara cepat bila terjadi banjir, tinggi bendung karet umumnya
tidak melebihi 5 m karena konstruksi bendung karet dengan tinggi lebih dari 5 m
sudah tidak efisien lagi. Mercu bendung diletakkan pada elevasi yang diperlukan
92 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
untuk pelayanan muka air pengambilan atau didasarkan pada perhitungan bagi
penyediaan volume tampungan air dihilir bendung.
Debit Limpasan pada Pembendungan Maksimum
Total debit limpasan pada pembendungan maksimum dihitung dengan rumus:
Qw = Cw L h13/2 ...................................................................................... 4-29
dengan :
Qw = debit limpasan pada pembendungan maksimum (m3/s)
Cw = koefisien limpasan (m1/2/s),
L = panjang bentang bendung (m),
h1 = tinggi pembendungan maksimum (m).
Besarnya Cw bisa didekati dengan rumus:
Cw = 1,77 (h1/H) + 1,05 (untuk 0 < h1/H < 0,3) ................................ 4-30
Debit Spesifik pada V-Notch
Debit pada V-notch dihitung dengan asumsi karet pada pusat V-notch mengempis
total, sedangkan di bagian lain masih mengembang sempurna. Sementara itu, muka
air hulu sama dengan muka air pada pembendungan maksimum.
Besarnya debit dihitung dengan rumus:
qV = Cv (H+h1)3/2 ................................................................................. 4-31
dengan:
qv = debit spesifik pada V-notch (m3/s)
Cv = koefisien aliran yang bisa diambil 1,38 (m1/2/s)
H = tinggi bendung (m)
h1 = tinggi pembendungan maksimum (m)
qV = debit limpasan pada pembendungan maksimum (m3/s)
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 93
4.4.3 Pembendungan
Untuk penampungan dan pelepasan air dilakukan dengan pengisian udara pada
tabung karet sehingga terjadi pengembangan tabung karet karena adanya
pengempangan, pada bendung dengan volume tampungan yang besar dengan debit
yang relatif kecil, pengisian tampungan memerlukan waktu yang lama untuk
menghindari pelepasan volume tampungan yang besar, pengempangan dapat
dilakukan secara bertahap.
Limpasan air diatas mercu bendung menimbulkan terjunan dan olakan dihilir
bendung karet yang menyebabkan terjadinya gerusan lokal. Olakan dihilir bendung
berupa loncatan air yang tempatnya dapat diperkirakan dengan analisa hidrolis.
Loncatan air ini akan menimbulkan olakan air yang akan menggerus dasar sungai
sehingga mengakibatkan terganggunya stabilitas bendung. Untuk menghindari
gangguan ini diperlukan perlindungan dasar sungai berupa lantai dari beton atau
pasangan batu untuk meredam sisa energi loncatan air.
(a) Hitungan panjang air loncat dilakukan dengan asumsi loncatan air sempurna
dengan panjang loncat air Lj akibat peralihan dari aliran superkritik ke aliran
subkritik.
Lj = 6 (Yi – Y1) .............................................................................. 4-32
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 95
yi
yo yl
Ls Lj
Karena dasar sungai yang harus dilindungi adalah dari bendung sampai ujung hilir air
loncat maka dapat dirumuskan sebagai:
Lhi = Lt + Lj + Lo ............................................................................ 4-33
Lo LI LIi
H yi
Lt Lj
1
Gambar 4-39. Sketsa Panjang Lantai Hilir untuk yi Besar
4.5 Pompa
(a) Bangunan hidrolis yang terdiri dari bangunan pengambilan, pintu-pintu, kantong
lumpur termasuk bangunan pembilas diperlukan untuk mengurangi bahan
endapan. Bangunan ini diperlukan mengingat air sungai banyak mengandung
sedimen membuat pompa akan bekerja lebih berat dan mengakibatkan motor
penggerak kipas menjadi lebih cepat panas dan mudah terbakar.
(b) Pompa harus terlindung dari panas matahari dan hujan agar tidak cepat rusak,
untuk itu harus dibuat rumah pelindung atau rumah pompa/stasiun pompa yang
konstruksinya cukup kuat terhadap getaran pompa, gempa dan tahan kebakaran.
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 97
(c) Bangunan generator diperlukan untuk meletakkan mesin generator dan tangki
bahan bakar.
(d) Gudang penyimpanan suku cadang, bahan pelumas, bahan bakar dan generator
termasuk suku cadangnya terletak tidak jauh dari rumah pompa/stasiun pompa
dan ada jalan dari gudang ke rumah pompa untuk keperluan kemudahan operasi
dan pemeliharaan (O & P) pompa.
Tenaga yang diperlukan untuk mengangkat air dalam suatu satuan waktu adalah:
Qh
HP = 76
.............................................................................................. 4-35
dimana:
HP = tenaga kuda (Horse Power)
Q = debit, lt/dt
h = gaya angkat vertikal, m
Kombinasi dengan efisiensi pompa menghasilkan:
Qh Ep
WHP = BHP x efisiensi = ....................................................... 4-36
76
dimana:
WHP = tenaga yang dihasilkan (tenaga air) dalam satuan tenaga kuda (HP)
BHP = tenaga yang dipakai (penahan) dalam satuan HP
Ep = persentase efisiensi
98 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
87
° a 65
0.80 = 15 0.80
h1 4
3.5
° 3
30
p
a 2.5
°
0.70 45 0.70
60°
75° h1
0.60 90° 0.60 h1
/a = 2.5
a
a b
0.50 0.50
1 3 5 7 9 11 13 0 30° 60° 90°
h1/
a
Gambar 4-40. Koefisien Debit untuk Permukaan Pintu Datar atau Lengkung
Efisiensi untuk pompa yang dioperasikan dengan baik adalah sekitar 75% dan untuk
mesin 90%, memberikan efisiensi total sekitar 65%.
Gambar 4-42. memperlihatkan berbagai tipe pompa serta karakteristik debitnya.
Efisiensi mesin yang dipakai akan berkurang dalam hal-hal berikut (lihat Tabel 4-3.)
rpm gpm *)
Ns =
H34
(b) 1000
(d) 3000
Gambar 4-41. Variasi dalam Perencanaan Roda Sudut (Impeller), Kecepatan Spesifik dan
Karakteristik Tinggi Energi-Debit Pompa
Tabel 4-4. memberikan jumlah kebutuhan bahan bakar maksimum untuk sebuah
instalasi pompa yang baik, yang mempunyai efisiensi pompa sekurang-kurangnya
75%.
100 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Tabel 4-4. Kebutuhan Bahan Bakar Maksimum untuk Stasiun Pompa yang Baik
Bahan
Debit
Tinggi Tenaga Bakar Gas
Air Propane Diesel Listrik
(m) Air Bensin/ alam
(m3/hr)
Traktor
20 7,5 4,2 2,7 3,5 350 8,5
100 50 18,5 10,5 6,2 8,5 860 21,0
70 26,0 14,7 9,0 11,7 1.200 29,0
20 11,0 6,2 3,7 5,2 510 12,5
150 50 28,0 15,7 9,5 13,0 1.290 32,0
70 39,0 22,0 13,5 18,2 1.800 44,0
20 15,0 8,5 5,2 6,7 690 17,0
200 50 37,0 21,0 12,5 16,5 1.710 42,0
70 52,0 29,5 17,7 23,5 2.400 59,0
20 19,0 10,7 6,5 8,5 880 22,0
250 50 46,5 26,5 16,0 21,0 2.150 53,0
70 65,0 36,7 22,2 20,2 3.000 73,0
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 101
Katup
Peralatan
pembersih
kisi-kisi Saluran
penyaring Balok pengangkat
kisi-kisi
penyaring Motor
Pipa tekan
Pompa
Gir siku
Motor
Saluran
Motor
Saluran
Pintu katup
Pompa Pompa
Bendung saringan bawah atau bendung Tyroller (lihat Gambar 4-43.) dapat
direncana dengan berhasil di sungai yang kemiringan memanjangnya curam,
mengangkut bahan-bahan berukuran besar dan memerlukan bangunan dengan elevasi
rendah.
Dalam perencanaannya hal-hal berikut hendaknya dipertimbangkan:
1) Bendung saringan bawah tidak cocok untuk sungai yang fluktuasi bahan
angkutannya besar. Sungai di daerah-daerah gunung api muda dapat mempunyai
agradasi dan degradasi yang besar dalam jangka waktu singkat.
2) Dasar sungai yang rawan gerusan memerlukan pondasi yang cukup dalam.
102 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Pintu pengambilan
Saluran primer
Pintu darurat
Saluran dengan
baja batangan
di bagian atas
Bangunan pembilas
Perencanaan saringan dan saluran akan didasarkan pada kebutuhan pengambilan serta
kecepatan yang dibutuhkan untuk mencegah masuknya sedimen ke dalam saluran
bertekanan.
Panjang saringan ke arah aliran di sungai yang diperlukan untuk mengelakkan air
dalam jumlah tertentu per meter lebar bendung, ditentukan dengan rumus di bawah
ini (lihat Gambar 4-34.). Rumus ini dijabarkan dengan mengandaikan garis energi
horisontal di atas saringan dan permukaan air eliptik.
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 103
qo
L = 2,561 ................................................................................... 4-37
√h1
garis energi
Hq n
h1
qo
L m
l Q potongan melintang
jeruji kisi-kisi
penyaring
θ0 c θ0 c
0 1,000 14 0,879
2 0,980 16 0,865
4 0,961 18 0,851
6 0,944 20 0,837
8 0,927 22 0,825
10 0,910 24 0,812
12 0,894 26 0,800
Debit dalam saluran bertekanan, dapat dijelaskan dengan rumus berikut (lihat Gambar
4-35.)
Q
dh Is −Ie − . q
gA2
= Q2 dA
........................................................................................... 4-38
dx (1− . )
gA3 dh
yang menghasilkan:
Q22 −Q12 v22 −v12
∆h = h2 − h1 = (Is − Ie )∆x − A +A 2
− .................................................... 4-39
2g
2g 1 2
2
v = kecepatan, m/dt
h = kedalaman air, m
d = diameter butir, m
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 105
q
1 2
Ie
Ie.x
Iw
h = h2-h1
h1
Q1=A1.V1
h2
Is
Is. x .
Q2=A2.V2
x X = X2 - X1
X1 X2
dimana:
I = kemiringan energi, m/m
d = diameter butir, m
q = v.h,m3/dt.m
v = kecepatan aliran, m/dt
h = kedalaman air, m.
penguras di depan pengambilan dan satu di awal saluran primer. Dengan cara
seperti ini diharapkan kandungan sedimen dalam air yang mengalir di jaringan
irigasi melalui seperti saluran induk menjadi minimal.
(b) Tembok pangkal bendung pada kedua sisi harus kokoh karena berfungsi sebagai
pemegang tubuh bendung dari tekanan air yang kuat dan juga berfungsi sebagai
tembok penahan tebing dari kelongsoran.
(c) Jeruji besi harus dilas pada dudukan plat besi yang dijangkar (angker) dengan
kedalaman minimal 40 cm dengan ujung jangkar dibengkokkan minimal 5 cm.
Jeruji besi dipilih dari profil besi baja I, dan atau H, dengan kekakuan cukup
sehingga tidak mudah melendut.
(d) Pintu pengambilan dan pintu penguras harus cukup kuat menahan tekanan
sedimen serta mudah pengoperasiannya dan tidak bocor.
Pengambilan dibuat di tempat yang tepat sehingga dapat mengambil air dengan baik
dan sedapat mungkin menghindari masuknya sedimen. Terlepas dari pemilihan lokasi
pengambilan yang benar di sungai, masuknya sedimen dipengaruhi oleh sudut antara
pengambilan dan sungai, penggunaan dan ketinggian ambang penahan sedimen
(skimming wall), kecepatan aliran masuk dan sebagainya.
Gambar 4-46. menunjukkan sebagian dari penyelidikan model yang dilakukan oleh
Habermaas yang memperlihatkan pengaruh situasi-jari-jari tikungan sungai, derajat
tikungan, posisi pengambilan-terhadap pembagian sedimen layang pada pengambilan
dan sungai.
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 107
250 50
pengambilan 46
su 78% 50%
R = 180
R = 300
100 ng 100 48°
ai
50
°
50%
30
22 22% 92
100
100 100
38%
62 40° 95
60 5%
144
62% 95%
100
R = 240
R = 120
100 60
39 °
11% 0%
48° 89% 100%
Agar mampu mengatasi tinggi muka air yang berubah-ubah di sungai, pengambilan
harus direncanakan sebagai pintu aliran bawah. Rumus debit yang dapat dipakai
adalah (lihat Gambar 4-28.):
Q = K a B √2gh1 ......................................................................................... 4-42
dimana:
Q = debit, m3/dt
K = faktor untuk aliran tenggelam (lihat Gambar 4-29.)
= koefisiensi debit (lihat Gambar 4-30.)
a = bukaan pintu, m
b = lebar pintu, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8 m/dt2)
h1 = kedalaman air di depan pintu di atas ambang,m
Pengambilan bebas sebaiknya diseliki dengan model agar pengambilan itu dapat
ditempatkan di lokasi yang tepat supaya jumlah sedimen yang masuk dapat
diusahakan sesedikit mungkin.
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 109
5. BAB V
BANGUNAN PENGAMBILAN DAN PEMBILAS
Bangunan pengambilan berfungsi untuk mengelakkan air dari sungai dalam jumlah
yang diinginkan dan bangunan pembilas berfungsi untuk mengurangi sebanyak
mungkin benda-benda terapung dan fraksi-fraksi sedimen kasar yang masuk ke
jaringan saluran irigasi.
Pengambilan sebaiknya dibuat sedekat mungkin dengan pembilas dan as bendung
atau bendung gerak.
Lebih disukai jika pengambilan ditempatkan di ujung tikungan luar sungai atau pada
ruas luar guna memperkecil masuknya sedimen.
Bila dengan bendung pelimpah air harus diambil untuk irigasi di kedua sisi sungai,
maka pengambilan untuk satu sisi (Jika tidak terlalu besar) bisa dibuat pada pilar
pembilas, dan airnya dapat dialirkan melalui siphon dalam tubuh bendung ke sisi
lainnya (lihat juga Gambar 1-3.).
Dalam kasus lain, bendung dapat dibuat dengan pengambilan dan pembilas di kedua
sisi.
Kadang-kadang tata letak akan dipengaruhi oleh kebutuhan akan jembatan. Dalam hal
ini mungkin kita terpaksa menyimpang dari kriteria yang telah ditetapkan.
Adalah penting untuk merencanakan dinding sayap dan dinding pengarah, sedemikian
rupa sehingga dapat sebanyak mungkin dihindari dan aliran menjadi mulus (lihat juga
Gambar 4-14.). Pada umumnya ini berarti bahwa lengkung-lengkung dapat diterapkan
dengan jari-jari minimum ½ kali kedalaman air.
Pembilas pengambilan dilengkapi dengan pintu dan bagian depannya terbuka untuk
menjaga jika terjadi muka air tinggi selama banjir, besarnya bukaan pintu bergantung
110 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
kepada kecepatan aliran masuk yang diizinkan. Kecepatan ini bergantung kepada
ukuran butir bahan yang dapat diangkut.
Kapasitas pengambilan harus sekurang-kurangnya 120% dari kebutuhan pengambilan
(dimension requirement) guna menambah fleksibilitas dan agar dapat memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi selama umur proyek.
Rumus dibawah ini memberikan perkiraan kecepatan yang dimaksud:
v2 ≥ 32 (h/d)1/3 d ........................................................................................... 5-1
dimana:
v : kecepatan rata-rata, m/dt
h : kedalaman air, m
d : diameter butir, m
Dalam kondisi biasa, rumus ini dapat disederhanakan menjadi:
v ≈ 10 d0,5 ..................................................................................................... 5-2
Dengan kecepatan masuk sebesar 1,0 – 2,0 m/dt yang merupakan besaran
perencanaan normal, dapat diharapkan bahwa butir-butir berdiameter 0,01 sampai
0,04 m dapat masuk.
Q = μ b a √2gz ........................................................................................... 5-3
dimana: Q = debit, m3/dt
μ = koefisiensi debit: untuk bukaan di bawah permukaan air dengan
kehilangan tinggi energi, μ = 0,80
b = lebar bukaan, m
a = tinggi bukaan, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈ 9,8 m/s2)
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan, m
Gambar 5-1. menyajikan dua tipe pintu pengambilan.
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 111
p 0.50 - 1.50 m
d 0.15 - 0.25 m
z 0.15 - 0.30 m
n 0.05 m
t 0.10 m
n
z
z
a
h
a
d
d
p
p
a b
Bila pintu pengambilan dipasangi pintu radial, maka μ = 0,80 jika ujung pintu bawah
tenggelam 20 cm di bawah muka air hulu dan kehilangan energi sekitar
10 cm.
Untuk yang tidak tenggelam, dapat dipakai rumus-rumus dan grafik-grafik yang
diberikan pada subbab 4.4.
Elevasi mercu bendung direncana 0,10 di atas elevasi pengambilan yang dibutuhkan
untuk mencegah kehilangan air pada bendung akibat gelombang.
Elevasi ambang bangunan pengambilan ditentukan dari tinggi dasar sungai. Ambang
direncana di atas dasar dengan ketentuan berikut:
- 0,50 m jika sungai hanya mengangkut lanau
- 1,00 m bila sungai juga mengangkut pasir dan kerikil
- 1,50 m Jika sungai mengangkut batu-batu bongkah.
Harga-harga itu hanya dipakai untuk pengambilan yang digabung dengan pembilas
terbuka, jika direncana pembilas bawah, maka kriteria ini tergantung pada ukuran
saluran pembilas bawah. Dalam hal ini umumnya ambang pengambilan direncanakan
0 < p < 20 cm di atas ujung penutup saluran pembilas bawah.
112 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Bila pengambilan mempunyai bukaan lebih dari satu, maka pilar sebaiknya
dimundurkan untuk menciptakan kondisi aliran masuk yang lebih mulus (lihat
Gambar 5-2.).
R=
5h
0.
0.
R=
5h
Gambar 5-2. Geometri Bangunan Pengambilan
Pengambilan hendaknya selalu dilengkapi dengan sponeng skot balok di kedua sisi
pintu, agar pintu itu dapat dikeringkan untuk keperluan-keperluan pemeliharaan dan
perbaikan.
Guna mencegah masuknya benda-benda hanyut, puncak bukaan direncanakan di
bawah muka air hulu. Jika bukaan berada di atas muka air, maka harus dipakai kisi-
kisi penyaring. Kisi-kisi penyaring direncana dengan rumus berikut:
Kehilangan tinggi energi melalui saringan adalah:
hf = c (v2/2g) ..................................................................................................... 5-4
dimana: c = β (s/b)4/3 sin δ ......................................................................... 5-5
dimana: hf = kehilangan tinggi energi
v = kecepatan datang (approach velocity)
g = percepatan gravitasi m/dt2 (≈ 9,8 m/dt2)
c = koefisien yang bergantung
β = faktor bentuk (lihat Gambar 5-3.)
s = tebal jeruji, m
L = panjang jeruji, m (lihat Gambar 5-3.)
b = jarak bersih antar jeruji b (b > 50 mm), m
= sudut kemiringan dari horisontal, dalam derajat.
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 113
s s b s
s s b s
L (l/s = 5)
= 2.24 = 1.8
5.3 Pembilas
Tinggi tanggul
Tinggi tanggul
-70
60
~ 0.6 w
As Bendung
Pintu pada pembilas dapat direncana dengan bagian depan terbuka atau tertutup (lihat
juga Gambar 5-11.)
Pintu dengan bagian depan terbuka memiliki keuntungan-keuntungan berikut:
- ikut mengatur kapasitas debit bendung, karena air dapat mengalir melalui pintu-
pintu yang tertutup selama banjir.
- pembuangan benda-benda terapung lebih mudah, khususnya bila pintu dibuat
dalam dua bagian dan bagian atas dapat diturunkan (lihat juga Gambar 5-13c).
Kelemahan-kelemahannya:
- sedimen akan terangkut ke pembilas selama banjir, hal ini bisa menimbulkan
masalah, apalagi Jika sungai mengangkut banyak bongkah. Bongkah-bongkah ini
dapat menumpuk di depan pembilas dan sulit disingkirkan.
- benda-benda hanyut bisa merusakkan pintu.
- karena debit di sungai lebih besar daripada debit di pengambilan, maka air akan
mengalir melalui pintu pembilas, dengan demikian kecepatan menjadi lebih tinggi
dan membawa lebih banyak sedimen.
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 115
Sekarang kebanyakan pembilas direncana dengan bagian depan terbuka. Jika bongkah
yang terangkut banyak, kadang-kadang lebih menguntungkan untuk merencanakan
pembilas samping (shunt sluice), lihat Gambar 5-5. Pembilas tipe ini terletak di luar
bentang bersih bendung dan tidak menjadi penghalang jika terjadi banjir.
Saluran Primer
Alat Ukur
Bagian atas pemisah berada di atas muka air selama pembilasan berlangsung. Untuk
menemukan elevasi ini, eksploitasi pembilas tersebut harus dipelajari. Selama
eksploitasi biasa dengan pintu pengambilan terbuka, pintu pembilas secara berganti-
ganti akan dibuka dan ditutup untuk mencegah penyumbatan.
Pada waktu mulai banjir pintu pengambilan akan ditutup (tinggi muka air sekitar 0,50
m sampai 1,0 m di atas mercu dan terus bertambah), pintu pembilas akan dibiarkan
tetap tertutup. Pada saat muka air surut kembali menjadi 0,50 sampai 1,0 m di atas
mercu dan terus menurun, pintu pengambilan tetap tertutup dan pintu pembilas
dibuka untuk menggelontor sedimen.
116 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Karena tidak ada air yang boleh mengalir di atas dinding pemisah selama pembilasan
(sebab aliran ini akan mengganggu), maka elevasi dinding tersebut sebaiknya diambil
0,50 atau 1,0 m di atas tinggi mercu.
Jika pembilasan harus didasarkan pada debit tertentu di sungai yang masih cukup
untuk itu muka dinding pemisah, dapat ditentukan dari Gambar 5-6.
Biasanya lantai pembilas pada kedalaman rata-rata sungai. Namun demikian, jika hal
ini berarti terlalu dekat dengan ambang pengambilan, maka lantai itu dapat
ditempatkan lebih rendah asal pembilasan dicek sehubungan dengan muka air hilir
(tinggi energi yang tersedia untuk menciptakan kecepatan yang diperlukan).
Kurve debit
pembilas
tinggi dinding pemisah
Kurve debit bendung
.
hw
Qw
dinding pembilas d.p
(d.p) Qs
Q1
debit banjir
Pembilas bawah direncana untuk mencegah masuknya angkutan sedimen dasar fraksi
pasir yang lebih kasar ke dalam pengambilan.
“Mulut” pembilas bawah ditempatkan di hulu pengambilan dimana ujung penutup
pembilas membagi air menjadi dua lapisan, lapisan atas mengalir ke pengambilan dan
lapisan bawah mengalir melalui saluran pembilas bawah lewat bendung
(lihat Gambar 5-7.).
Pintu di ujung pembilas bawah akan tetap terbuka selama aliran air rendah pada
musim kemarau pintu pembilas tetap ditutup agar air tidak mengalir. Untuk membilas
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 117
kandungan sedimen dan agar pintu tidak tersumbat, pintu tersebut akan dibuka setiap
hari selama kurang lebih 60 menit.
Apabila benda-benda hanyut mengganggu eksploitasi pintu pembilas sebaiknya di
pertimbangkan untuk membuat pembilas dengan dua buah pintu, dimana pintu atas
dapat diturunkan agar benda-benda hanyut dapat lewat (lihat juga Gambar 5-13c).
118 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Aliran ke pengambilan
Aliran melalui pembilas bawah
Saluran primer B
A A
DENAH
Penutup atas
pembilas bawah
B
Pembilas bawah
POTONGAN A - A ( 1 )
POTONGAN B - B ( 2 )
POTONGAN A - A ( 2 )
Jika kehilangan tinggi energi bangunan pembilas kecil, maka hanya diperlukan satu
pintu, dan jika dibuka pintu tersebut akan memberikan kehilangan tinggi energi yang
lebih besar di bangunan pembilas.
Bagian depan pembilas bawah biasanya direncana di bawah sudut dengan bagian
depan pengambilan.
Dimensi-dimensi dasar pembilas bawah adalah:
- tinggi saluran pembilas bawah hendaknya lebih besar dari 1,5 kali diameter
terbesar sedimen dasar di sungai
- tinggi saluran pembilas bawah sekurang-kurangnya 1,0 m,
- tinggi sebaiknya diambil 1/3 sampai 1/4 dari kedalaman air di depan pengambilan
selama debit normal.
Dimensi rata-rata dari pembilas bawah yang direncanakan dan dibangun berkisar dari:
- 5 sampai 20 m untuk panjang saluran pembilas bawah
- 1 sampai 2 m untuk panjang tinggi saluran pembilas bawah
- 0,20 sampai 0,35 m untuk tebal beton bertulang.
Luas saluran pembilas bawah (lebar kali tinggi) harus sedemikian rupa sehingga
kecepatan minimum dapat dijaga (v = 1,0 – 1,5 m/dt). Tata letak saluran pembilas
bawah harus direncana dengan hati-hati untuk menghindari sudut mati (dead corner)
dengan kemungkinan terjadinya sedimentasi atau terganggunya aliran.
Sifat tahan gerusan dari bahan dipakai untuk lining saluran pembilas bawah
membatasi kecepatan maksimum yang diizinkan dalam saluran bawah, tetapi
kecepatan minimum bergantung kepada ukuran butir sedimen yang akan dibiarkan
tetap bergerak.
Karena adanya kemungkinan terjadinya pusaran udara, di bawah penutup atas saluran
pembilas bawah dapat terbentuk kavitasi, lihat Gambar 5-8. Oleh karena itu, pelat
baja bertulang harus dihitung sehubungan dengan beton yang ditahannya.
120 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
h2
kavitasi penuh
kavitasi sebagian
Gambar 5-8. Pusaran (Vortex) dan Kantong Udara Dibawah Penutup Atas
Saluran Pembilas Bawah
5.5 Pintu
5.5.1 Umum
rencana jarak
1/n
balok untuk pintu
pintu sorong
plat baja
1/n
l
1/n
1/n
pintu radial
karet
pintu
pelat karet
pelat baja
di dasar bangunan pintu
bentuk asli
Gambar 5-10. Sekat Air dari Karet untuk Bagian Samping (A), Dasar (B) dan Atas (C) pada
Pintu Baja
Biasanya pintu pengambilan adalah pintu sorong kayu sederhana (lihat Gambar 5-
11.). Bila di daerah yang bersangkutan harga kayu mahal, maka dapat dipakai baja.
Jika air di depan pintu sangat dalam, maka eksploitasi pintu sorong mungkin sulit.
Jika demikian halnya, pintu radial atau segmen akan lebih baik (lihat Gambar 5-12.).
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 123
D B
A Bagian
depan
C terbuka
Bagian
depan
tertutup
B B
D D
T
T
A C
Gambar 5-11. Tipe-Tipe Pintu Pengambilan: Pintu Sorong Kayu dan Baja
rantai atau
kabel pengangkat
dimana:
qudara = udara yang diperlukan untuk aerasi per m’ lebar pintu, m3/dt
qair = debit di atas pintu, m3/dt.m
yp = kedalaman air di atas tirai luapan, m
h1 = kedalaman air di atas pintu, m
Bangunan Pengambilan dan Pembilas 125
Pembilas Pembilas
bawah bawah
A B
C D
Untuk menemukan dimensi pipa, kecepatan udara maksimum di dalam pipa boleh
diambil 40-50 m/dt.
Stang pengangkat dari pintu dengan bagian depan terbuka, ditempatkan di luar
bukaan bersih (di dalam sponeng) guna melindunginya dari benda-benda terapung.
yp
6. BAB VI
PERENCANAAN BANGUNAN
6.1 Umum
Tipe dan ukuran sedimen yang diangkut oleh sungai akan mempengaruhi pemilihan
bahan yang akan dipakai untuk membuat permukaan bangunan yang langsung
bersentuhan dengan aliran air. Ada tiga tipe bahan yang bisa dipakai untuk
melindungi bangunan terhadap gerusan (abrasi), yakni:
- Batu Candi, yakni pasangan batu keras alamiah yang dibuat bentuk blok-blok segi
empat atau persegi dan dipasang rapat-rapat. Pasangan batu tipe ini telah terbukti
sangat tahan abrasi dan dipakai pada banyak bendung yang terkena abrasi keras.
- Bila tersedia batu-batu keras yang berkualitas baik, seperti andesit, basal, diabase,
diorit, gabro, granit atau grano-diorit, maka dianjurkan untuk membuat
permukaan dari bahan ini pada permukaan bendung yang dibangun di sungai-
sungai yang mengangkut sedimen abrasif (berdaya gerus kuat).
- Beton, jika direncana dengan baik dan dipakai di tempat yang benar, merupakan
bahan lindungan yang baik pula, beton yang dipakai untuk lindungan permukaan
sebaiknya mengandung agregat berukuran kecil, bergradasi baik dan berkekuatan
tinggi.
- Baja, kadang-kadang dipakai di tempat yang terkena hempasan berat oleh air
yang mengandung banyak sedimen. Khususnya blok halang di kolam olak dan
lantai tepat di bawah pintu dapat dilindungi dengan pelat-pelat baja.
128 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Pada kolam olak tipe bak tenggelam, kadang-kadang dipakai rel baja guna
melindungi bak terhadap benturan batu-batu bongkah.
Pasangan batu kosong (rip-rap) dipakai sebagai selimut lindung bagi tanah asli (dasar
sungai) tepat di hilir bangunan.
Batu yang dipakai untuk pasangan batu kosong harus keras, padat dan awet, serta
berberat jenis 2,4.
Panjang lindungan dari pasangan batu kosong sebaiknya diambil 4 kali kedalaman
lubang gerusan lokal, dihitung dengan rumus empiris.
Rumus ini adalah rumus empiris Lacey untuk menghitung kedalaman lubang gerusan:
Q1/3
R = 0,47 f ................................................................................................... 6-1
dimana: R = kedalaman gerusan dibawah permukaan air banjir, m
Q = debit, m3/dt
f = faktor lumpur Lacey (1,76 Dm0,5)
Dm = Diameter nilai tengah (mean) untuk bahan jelek, mm
Untuk menghitung turbulensi dan aliran yang tidak stabil, R ditambah 1,5 nya lagi
(data empiris).
Tebal lapisan pasangan batu kosong sebaiknya diambil 2 sampai 3 kali d40, dicari dari
kecepatan rata-rata aliran dengan bantuan Gambar 6-1.
Gambar 6-1. dapat dipakai untuk menentukan d40 dari campuran pasangan batu
kosong dari kecepatan rata-rata selama terjadi debit rencana di atas ambang
bangunan. d40 dari campuran berarti bahwa 60% dari campuran ini sama diameternya
atau lebih besar. Ukuran batu hendaknya hampir serupa ke semua arah.
Perencanaan Bangunan 129
2.0
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.1
0.000001 0.00001 0.0001 0.001 0.01 0.1 1.0 10 100
berat butir dalam kg
6.2.3 Filter
Filter (saringan) berfungsi mencegah hilangnya bahan dasar halus melalui bangunan
lindung. Filter harus ditempatkan antara pasangan batu kosong dan tanah bawah atau
antara pembuang dan tanah bawah.
Ada tiga tipe filter yang bisa dipakai:
- filter kerikil-pasir yang digradasi
- kain filter sintetis
- ijuk.
Di sini akan dijelaskan pembagian butir filter.
Kain filter sintetis makin mudah didapat dan Jika direncanakan dengan baik bisa
memberi keuntungan-keuntungan ekonomis.
Mereka yang akan memakai kriteria ini dianjurkan untuk mempelajari brosur
perencanaan dari pabrik.
130 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Gambar 6-2. Contoh Filter antara Pasangan Batu Kosong dan Bahan Asli (Tanah Dasar)
Filter yang digradasi (lihat Gambar 6-2.) hendaknya direncana menurut aturan-aturan
berikut:
(1) *Kelulusan tanah (USBR,1973):
d15 lapisan 3 d lapisan 2 d15 lapisan 1
d15 lapisan 2
, d15 lapisan 1 , d = 5 sampai 40
15 15 tanah dasar
dengan:
(a) butir bulat homogen (kerikil) 5 – 10
(b) butir runcing homogen (pecahan kerikil, batu) 10 – 30
(c) butir bergradasi baik 12 – 60
Agar filter tidak tersumbat, maka d5 harus sama atau lebih besar dari 0,75 mm
untuk semua lapisan filter.
Perencanaan Bangunan 131
Tebal minimum untuk filter yang dibuat di bawah kondisi kering adalah:
(1) pasir, kerikil halus 0,05 sampai 0,10 m
(2) kerikil 0,10 sampai 0,20 m
(3) batu 1,50 sampai 2 kali diameter batu yang lebih besar.
Bila filter harus ditempatkan di bawah air, maka harga-harga ini sebaiknya
ditambah 1,5 sampai 2 kali.
6.2.4 Bronjong
Bronjong dibuat di lapangan, berbentuk bak dari jala-jala kawat yang diisi dengan
batu yang cocok ukurannya. Matras jala-jala kawat ini diperkuat dengan kawat-kawat
besar atau baja tulangan pada ujung-ujungnya. Ukuran yang biasa adalah 2 m x 1 m x
0,5 m. Bak-bak yang terpisah-pisah ini kemudian diikat bersama-sama untuk
membentuk satu konstruksi yang homogen.
Bronjong tidak boleh digunakan untuk bagian-bagian permanen dari bangunan utama,
bronjong hanya boleh dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan pengatur sungai di hulu atau
hilir bangunan bendung dari batu atau beton.
Keuntungan menggunakan bronjong adalah:
- kemungkinan membuat lindungan berat dengan batu-batu yang berukuran lebih
kecil dan lebih murah.
- fleksibilitas konstruksi tersebut untuk dapat mengikuti tinggi permukaan yang
terkena erosi.
Untuk mencegah agar tidak ada bahan pondasi yang hilang, di antara tanah dasar dan
lindungan dari bronjong harus selalu diberi filter yang memadai. Ijuk adalah saringan
yang baik dan dapat ditempatkan di bawah semua bronjong.
Pada Gambar 6-3. disajikan detail bronjong.
132 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
200 - 300 cm
100 - 200 cm
50
Penggerusan
Metode untuk menghitung besarnya daya dukung (bearing pressure) serta harga-
harga perkiraan diberikan dalam KP - 06 Parameter Bangunan.
Parameter bahan seperti sudut gesekan dalam dan kohesi untuk bahan-bahan pondasi
yang sering dijumpai, diberikan pada Tabel 6-1. dan Tabel 6-2. bersama-sama dengan
perkiraan daya dukung sebagai harga-harga teoritis untuk perhitungan-perhitungan
pendahuluan.
Perencanaan Bangunan 133
Daya Dukung
Jenis
kN/m2 kgf/cm2
Bangunan bendung biasanya dibangun pada permukaan dasar yang keras seperti
batuan keras atau kerikil dan pasir yang dipadatkan dengan baik. Dalam hal ini
penurunan bangunan tidak menjadi masalah. Jika bahan pondasi ini tidak dapat
diperoleh, maka pondasi bangunan harus direncana dengan memperhitungkan gaya-
134 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
gaya sekunder yang ditimbulkan oleh penurunan yang tidak merata maupun resiko
terjadinya erosi bawah tanah (piping) akibat penurunan tersebut.
Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan bendung dan mempunyai arti penting dalam
perencanaan adalah:
(a) tekanan air, dalam dan luar
(b) tekanan lumpur (sediment pressure)
(c) gaya gempa
(d) berat bangunan
(e) reaksi pondasi.
Gaya tekan air dapat dibagi menjadi gaya hidrostatik dan gaya hidrodinamik.
Tekanan hidrostatik adalah fungsi kedalaman di bawah permukaan air. Tekanan air
akan selalu bekerja tegak lurus terhadap muka bangunan. Oleh sebab itu agar
perhitungannya lebih mudah, gaya horisontal dan vertikal dikerjakan secara terpisah.
Tekanan air dinamik jarang diperhitungkan untuk stabilitas bangunan bendung
dengan tinggi energi rendah.
Gaya tekan ke atas. Bangunan bendung mendapat tekanan air bukan hanya pada
permukaan luarnya, tetapi juga pada dasarnya dan dalam tubuh bangunan itu. Gaya
tekan ke atas, yakni istilah umum untuk tekanan air dalam, menyebabkan
berkurangnya berat efektif bangunan diatasnya.
Rumus gaya tekan ke atas untuk bangunan yang didirikan pada pondasi batuan adalah
(lihat Gambar 6-4.):
Wu = cw [h2 + ½ ξ (h1 – h2)] A ....................................................................... 6-2
Perencanaan Bangunan 135
dimana:
c = proposi luas dimana tekanan hidrostatik bekerja (c = 1, untuk semua tipe
pondasi)
w = berat jenis air, kN/m3
h2 = kedalaman air hilir, m
ξ = proposi tekanan (proportion of net head) diberikan pada Tabel 6-3.
h1 = kedalaman air hulu, m
A = luas dasar, m2
Wu = gaya tekan ke atas resultante, kN
h1
h2
batuan
batuan
Wu Ywh2
½ (h1 – h2) Yw .
Gambar 6-4. Gaya Angkat untuk Bangunan yang Dibangun pada Pondasi Buatan
Gaya tekan ke atas untuk bangunan pada permukaan tanah dasar (subgrade) lebih
rumit. Gaya angkat pada pondasi itu dapat ditemukan dengan membuat jaringan
136 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
aliran (flownet), atau dengan asumsi-asumsi yang digunakan oleh Lane untuk teori
angka rembesan (weighted creep theory).
Gaya tekan ke atas untuk bangunan pada permukaan tanah dasar (subgrade) lebih
rumit. Gaya angkat pada pondasi itu dapat ditemukan dengan membuat jaringan
aliran (flownet). Dalam hal ditemui kesulitan berupa keterbatasan waktu pengerjaan
dan tidak tersedianya perangkat lunak untuk menganalisa jaringan aliran, maka
perhitungan dengan asumsi-asumsi yang digunakan oleh Lane untuk teori angka
rembesan (weighted creep theory) bisa diterapkan.
Jaringan aliran dapat dibuat dengan:
(1) plot dengan tangan
(2) analog listrik atau
(3) menggunakan metode numeris (numerical method) pada komputer.
Dalam metode analog listrik, aliran air melalui pondasi dibandingkan dengan aliran
listrik melalui medan listrik daya-antar konstan. Besarnya voltase sesuai dengan
tinggi piezometrik, daya-antar dengan kelulusan tanah dan aliran listrik dengan
kecepatan air (lihat Gambar 6-5).
Untuk pembuatan jaringan aliran bagi bangunan utama yang dijelaskan disini,
biasanya cukup diplot dengan tangan saja.
Contoh jaringan aliran di bawah bendung pelimpah diberikan pada Gambar 6-6.
+ -
pengukuran volt
garis-garis
ekuipotensial
medan listrik
garis-garis
ekuipotensial garis-garis aliran
Gambar 6-6. Contoh Jaringan Aliran Dibawah Dam Pasangan Batu pada Pasir
Dalam teori angka rembesan Lane, diandaikan bahwa bidang horisontal memiliki
daya tahan terhadap aliran (rembesan) 3 kali lebih lemah dibandingkan dengan bidang
vertikal.
Ini dapat dipakai untuk menghitung gaya tekan ke atas di bawah bendung dengan cara
membagi beda tinggi energi pada bendung sesuai dengan panjang relatif di sepanjang
pondasi.
138 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Hx 1 H
H 4 5
2 3 6 14
7
8 9 hx
x h
10 11
12 13
Lx
1 23 4 5 67 89 10 11 12 13 14
Qx h
(10-11)/3
(4-5)/3
H
(6-7)/3 (8-9)/3 (12-13)/3
(2-3)/3
Px=Hx - Lx . H
L
Dalam bentuk rumus, ini berarti bahwa gaya angkat pada titik x disepanjang dasar
bendung dapat dirumuskan sebagai berikut:
Px = Hx – (Lx/L) ΔH .......................................................................................... 6-3
dimana: Px = gaya angkat pada x, kg/m2
L = panjang total bidang kontak bendung dan tanah bawah, m
Lx = jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x, m
ΔH = beda tinggi energi, m
Hx = tinggi energi di hulu bendung, m
Perencanaan Bangunan 139
Dan dimana L dan Lx adalah jarak relatif yang dihitung menurut cara Lane,
bergantung kepada arah bidang tersebut. Bidang yang membentuk sudut 450 atau
lebih terhadap bidang horisontal, dianggap vertikal.
Tekanan lumpur yang bekerja terhadap muka hulu bendung atau terhadap pintu dapat
dihitung sebagai berikut:
τs h2 1−sinϕ
Ps = 2 1+sinϕ
.............................................................................................. 6-4
dimana:
Ps = gaya yang terletak pada 2/3 kedalaman dari atas lumpur yang bekerja secara
horizontal
s = berat lumpur, kN
h = dalamnya lumpur, m
𝜙 = sudut gesekan dalam, derajat.
Beberapa andaian/asumsi dapat dibuat seperti berikut:
G−1
τs = τs′ ( G
) ................................................................................................ 6-5
mengalikannya dengan massa bangunan sebagai gaya horisontal menuju ke arah yang
paling tidak aman, yakni arah hilir.
Berat bangunan bergantung kepada bahan yang dipakai untuk membuat bangunan itu.
Untuk tujuan-tujuan perencanaan pendahuluan, boleh dipakai harga-harga berat
volume di bawah ini.
pasangan batu 22 kN/m3 (≈ 2.200 kgf/m3)
beton tumbuk 23 kN/m3 (≈ 2.300 kgf/m3)
beton bertulang 24 kN/m3 (≈ 2.400 kgf/m3)
Berat volume beton tumbuk bergantung kepada berat volume agregat serta ukuran
maksimum kerikil yang digunakan.
Untuk ukuran maksimum agregat 150 mm dengan berat volume 2,65, berat
volumenya lebih dari 24 kN/m3 (≈ 2.400 kgf/m3).
Reaksi pondasi boleh diandaikan berbentuk trapesium dan tersebar secara linier.
Perencanaan Bangunan 141
W1
W2
W3
R
(W)
P1
(P)
U' U
P2
Pusat Grafitasi
9 1 2
p'' 3
e
7
p'
4 5
6
z
y m'' m' 8
m = jarak dari titik pusat luas dasar sampai ke titik dimana tekanan
dikehendaki (m)
Untuk dasar segi empat dengan panjang ℓ dan lebar 1,0 m, I = ℓ3/12 dan A = 1, rumus
tadi menjadi:
Σ(W) 12e
p= {1 + m} ............................................................................................... 6-8
1 ℓ2
sedangkan tekanan vertikal pondasi pada ujung bangunan ditentukan dengan rumus:
Σ(W) 6e
p′ = {1 + } .................................................................................................... 6-9
ℓ ℓ2
dengan m’ = m” = ½ ℓ
Σ(W) 6e
p" = {1 + } ........................................................................................... 6-10
ℓ ℓ2
Bila harga e dari Gambar 6-8. dan persamaan (6-7) lebih besar dari 1/6 (lihat pula
Gambar 6-8.), maka akan dihasilkan tekanan negatif pada ujung bangunan. Biasanya
tarikan tidak diizinkan, yang memerlukan irisan yang mempunyai dasar segi empat
sehingga resultante untuk semua kondisi pembebanan jatuh pada daerah inti.
(a) Pondasi
Pondasi bendung karet dapat dibedakan yaitu pondasi langsung yang dibangun
diatas lapisan tanah yang kuat dan pondasi tidak langsung (dengan tiang
pancang) yang dibangun pada lapisan lunak.
Pada pondasi langsung menahan bangunan atas dan relatif ringan membutuhkan
massa yang lebih besar untuk menjaga stabilitas terhadap penggulingan dan
penggeseran. Untuk menghemat biaya konstruksi, pondasi dibuat dari beton
bertulang sebagai selimut dan diisi dengan pasangan beton komposit.
(b) Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan
(1) Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pelimpah adalah:
- Tekanan air, dari dalam dan luar
- Gaya gempa
- Berat bangunan
Perencanaan Bangunan 143
- Reaksi pondasi
Lantai pondasi pada bendung karet mendapat tekanan air bukan hanya pada
permukaan luarnya, tetapi juga pada dasarnya dan dalam tubuh bangunan itu. Gaya
tekan ke atas, yakni istilah umum untuk tekanan air didalam menyebabkan
berkurangnya berat efektif bangunan di atasnya.
Rumus gaya ini dapat dilihat pada subbab 6.4.2.
Tangen θ, sudut antara garis vertikal dan resultante semua gaya, termasuk gaya
angkat, yang bekerja pada bendung di atas semua bidang horisontal, harus kurang dari
koefisien gesekan yang diizinkan pada bidang tersebut.
∑(H) f
∑(V−U)
= tan θ < S ......................................................................................... 6-11
dimana:
∑ (H) = keseluruhan gaya horizontal yang bekerja pada bangunan, kN
∑ (V-U) = keseluruhan gaya vertikal (V), dikurangi gaya tekan ke atas yang bekerja
pada bangunan, kN
144 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Bahan f
Pasangan batu pada pasangan batu 0,60 – 0,75
Batu keras berkualitas baik 0,75
Kerikil 0,50
Pasir 0,40
Lempung 0,30
Harga-harga faktor keamanan jika geser juga dicakup, sama dengan harga-harga yang
hanya mencakup gesekan saja, yakni 2,0 untuk kondisi normal dan 1,25 untuk kondisi
ekstrem.
Untuk beton, c (satuan kekuatan geser) boleh diambil 1.100 kN/m2 (= 110 Tf/m2)
Persamaan 6-10 mungkin hanya digunakan untuk bangunan itu sendiri. Jika rumus
untuk pondasi tersebut akan digunakan, perencana harus yakin bahwa itu kuat dan
berkualitas baik berdasarkan hasil pengujian. Untuk bahan pondasi nonkohesi, harus
digunakan rumus yang hanya mencakup gesekan saja (persamaan 6-9).
6.5.2 Guling
Agar bangunan aman terhadap guling, maka resultante semua gaya yang bekerja pada
bagian bangunan di atas bidang horisontal, termasuk gaya angkat, harus memotong
bidang ini pada teras. Tidak boleh ada tarikan pada bidang irisan mana pun.
Besarnya tegangan dalam bangunan dan pondasi harus tetap dipertahankan pada
harga-harga maksimal yang dianjurkan.
Untuk pondasi, harga-harga daya dukung yang disebutkan dalam Tabel 6-1. bisa
digunakan. Harga-harga untuk beton adalah sekitar 4,0 N/mm2 atau 40 kgf/cm2,
pasangan batu sebaiknya mempunyai kekuatan minimum 1,5 sampai 3,0 N/mm2 atau
15 sampai 30 kgf/cm2.
Tiap bagian bangunan diandaikan berdiri sendiri dan tidak mungkin ada distribusi
gaya-gaya melalui momen lentur (bending moment). Oleh sebab itu, tebal lantai
kolam olak dihitung sebagai berikut (lihat Gambar 6-9.):
Px −Wx
dx ≥ S .......................................................................................................... 6-13
τ
dimana:
dx = tebal lantai pada titikx, m
Px = gaya angkat pada titik x, kg/m2
Wx = kedalaman air pada titik x, m
= berat jenis bahan, kg/m3
146 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Wx
dx
x px
Metode Lane diilustrasikan pada Gambar 6-10. dan memanfaatkan Tabel 6-5. Metode
ini membandingkan panjang jalur rembesan di bawah bangunan di sepanjang bidang
kontak bangunan/pondasi dengan beda tinggi muka air antara kedua sisi bangunan.
Di sepanjang jalur perkolasi ini, kemiringan yang lebih curam dari 450 dianggap
vertikal dan yang kurang dari 450 dianggap horisontal. Jalur vertikal dianggap
memiliki daya tahan terhadap aliran 3 kali lebih kuat daripada jalur horisontal.
Oleh karena itu, rumusnya :
ΣLv + 1/3ΣLH
CL = H
...................................................................................... 6-14
B C E F
G H
BC EF GH
3 CD DE 3 FG 3
AB
s = kedalaman tanah, m
a = tebal lapisan pelindung, m
hs = tekanan air pada kedalaman s, kg/m2
Gambar 6-11. memberikan penjelasan simbol-simbol yang digunakan.
Tekanan air pada titik C dapat ditemukan dari jaringan aliran atau garis angka
rembesan Lane.
Rumus di atas mengandaikan bahwa volume tanah dibawah air dapat diambil 1 (w =
s = 1). Berat volume bahan lindung dibawah air adalah 1. Harga keamanan S
sekurang-kurangnya 2.
hy
y
bendung
K a
hs
h 2/2g
h1 T T
Y
D=H
Fw
Tu Ti
dimana:
T = gaya tarik pada selubung tabung karet (N/m)
H = tinggi bendung (m)
ρb = tekanan udara dalam tabung karet (Pa)
Fw = gaya tekanan air dari hulu pada tubuh bendung (N/m)
w = berat jenis air, diambil 9810 N/m3
Y = tinggi air dihulu bendung (m)
h1 = air dihulu bendung, diatas mercu maksimum (m)
v = kecepatan rata-rata aliran air dihulu bendung (m/s)
g = gravitasi, diambil 9,81 m/s2
Ti = gaya pada angker hilir (N/m)
Tu = gaya pada angker hulu (N/m)
Kekuatan tarik lembaran karet pada arah aliran air ditetapkan dengan rumus :
KT = n Ti ....................................................................................................... 6-20
dimana:
KT = kekuatan tarik karet searah aliran air (N/m)
n = angka keamanan, diambil 8
Kekuatan tarik searah as bendung ditentukan sebesar 600/KT.
Tebal lembaran karet ditentukan oleh tebal susunan benang nilon ditambah lapisan
penutup di kedua sisinya untuk menjamin kedap udara. Lapisan penutup sisi luar
dibuat lebih tebal untuk pengamanan terhadap goresan ataupun abrasi oleh benda
keras. Tebal lapisan penutup diambil minimal 3 mm dipermukaan dalam dan 7 mm
dipermukaan luar.
(1) Sistem penjepitan
Pencetakan tabung karet pada pondasi berupa penjepitan dengan menggunakan
baja yang diangker. Untuk bendung rendah dengan H ≤ 1,00 m dapat digunakan
angker tunggal, sedangkan untuk H ≥ 1,00 m digunakan angker ganda, untuk
daerah pasang surut harus digunakan angker ganda.
152 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
dimana:
L = panjang total lembaran karet (m)
W = lebar lembaran karet (m)
Lo = lebar dasar panel bendung (m)
Ls = panjang tambahan bahan karet untuk lekukan samping bendung (m)
m = faktor horisontal kemiringan tembok tepi atau pilar
Bo = setengah keliling tabung karet (m)
Referensi pada buku T-09-2004-A
Dinding penahan gravitasi setinggi tidak lebih dari 3 m bisa direncana dengan
potongan melintang empiris seperti diberikan pada Gambar 6-12.
Perencanaan Bangunan 153
Dengan :
b = 0,260 h untuk dinding dengan bagian depan vertikal
B = 0,425 h
b = 0,230 h untuk dinding dengan bagian depan kurang dari 1:1/3
B = 0,460 h.
b=0.260h b=0.230h
30 cm 30 cm
30 cm 30 cm
h h
B=0.425h B=0.425h
C
A A
b
c
DENAH BENDUNG
Pelat pancang ( balok , kayu atau beton bertulang )
Pelat pancang
POTONGAN A - A
Pelat pancang
POTONGAN B POTONGAN C
Dinding penahan yang lebih tinggi dan dinding penahan yang mampu menahan
momen lentur (beton bertulang atau pelat pancang baja) harus direncana berdasarkan
hasil-hasil perhitungan stabilitas. Perhitungan pembebanan tanah dan stabilitas di
belakang dinding penahan dijelaskan dalam KP-06 Parameter Bangunan.
Karena dinding penahan di sebelah hulu bangunan utama mungkin tidak dilengkapi
dengan sarana-sarana pembuang akibat adanya bahaya rembesan, maka dalam
melakukan perhitungan kita hendaknya mengandaikan tekanan air penuh di belakang
dinding.
Kebutuhan stabilitas untuk bangunan-bangunan ini dapat dijelaskan seperti dalam
subbab 6.4.2.
Untuk melindungi bangunan dari bahaya erosi bawah tanah, ada beberapa cara yang
bisa ditempuh. Kebanyakan bangunan hendaknya menggunakan kombinasi beberapa
konstruksi lindung.
Pertimbangan utama dalam membuat lindungan terhadap erosi bawah tanah adalah
mengurangi kehilangan beda tinggi energi per satuan panjang pada jalur rembesan
serta ketidakterusan (discontinuities) pada garis ini.
Dalam perencanaan bangunan, pemilihan konstruksi-konstruksi lindung berikut dapat
dipakai sendiri-sendiri atau dikombinasi dengan:
- lantai hulu
- dinding halang
- filter pembuang
- konstruksi pelengkap.
Penting disadari bahwa erosi bawah tanah adalah masalah tiga dimensi dan bahwa
semua konstruksi lindung harus bekerja ke semua arah dan oleh sebab itu termasuk
pangkal bendung (abutment) dan bangunan pengambilan (lihat Gambar 6-13).
156 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Lantai Hulu
Lantai hulu akan memperpanjang jalur rembesan. Karena gaya tekan ke atas di bawah
lantai diimbangi oleh tekanan air di atasnya, maka lantai dapat dibuat tipis.
Persyaratan terpenting adalah bahwa lantai kedap air, demikian pula sambungannya
dengan tubuh bendung. Sifat kedap air ini dapat dicapai dengan foil plastik atau
lempung kedap air di bawah lantai dan sekat karet yang menghubungkan lantai dan
tubuh bendung. Contoh sambungan yang dianjurkan antara lantai dan tubuh bendung
diberikan pada Gambar 6-15.
tubuh
bendung
lantai hulu dari
beton (tebal 15 cm) lempung
Salah satu penyebab utama runtuhnya konstruksi ini adalah bahaya penurunan tidak
merata (diferensial) antara lantai dan tubuh bendung.
Oleh sebab itu, sambungan harus direncana dan dilaksanakan dengan amat hati-hati.
Lantai itu sendiri dapat dibuat dari beton bertulang dengan tebal 0,10 m, atau
pasangan batu setebal 0,20 – 0,25 cm. Adalah penting untuk menggunakan sekat air
dari karet yang tidak akan rusak akibat adanya penurunan tidak merata.
Keuntungan dari pembuatan lantai hulu adalah bahwa biayanya lebih murah
dibanding dinding halang vertikal yang dalam, karena yang disebut terakhir ini
memerlukan pengeringan dan penggalian. Tapi, sebagaimana dikemukakan oleh Lane
dalam teorinya, panjang horisontal rembesan adalah 3 kali kurang efektif dibanding
panjang vertikal dengan panjang yang sama.
Perencanaan Bangunan 157
Gambar 6-16. Dinding-Dinding Halang Dibawah Lantai Hulu atau Tubuh Bendung
Alur Pembuang/Filter
Alur pembuang dibuat untuk mengurangi gaya angkat di bawah kolam olak bendung
pelimpah karena di tempat-tempat ini tidak cukup tersedia berat pengimbang dari
tubuh bendung.
Untuk mencegah hilangnya bahan padat melalui pembuang ini, konstruksi sebaiknya
dibuat dengan filter yang dipasang terbalik dari kerikil atau pasir bergradasi baik atau
bahan filter sintetis.
158 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Gambar 6-17. memperlihatkan lokasi yang umum dipilih untuk menempatkan filter
serta detail konstruksinya.
Konstruksi Pelengkap
Jika bagian-bagian bendung mempunyai kedalaman pondasi yang berbeda-beda,
maka ada bahaya penurunan tidak merata yang mengakibatkan retak-retak dan
terjadinya jalur-jalur pintasan erosi bawah tanah. Adalah penting untuk mencek
kemungkinan-kemungkinan ini, serta memantapkan konstruksi di tempat-tempat ini,
jika diperlukan.
pipa pembuang
tanah dasar
saringan
Selama pelaksanaan perlu selalu diingat untuk membuat sambungan yang bagus
antara bangunan dan tanah bawah. Jika tanah bawah menjadi jenuh air akibat hujan,
maka lapisan atas ini harus ditangani sedemikian sehingga mencegah kemungkinan
terjadinya erosi bawah tanah atau jalur gelincir (sliding path).
Beda tinggi energi di atas bendung terhadap air hilir dibatasi sampai 7 m. Jika
ditemukan tinggi terjunan lebih dari 7 m dan keadaan geologi dasar sungai relatif
tidak kuat sehingga perlu kolam olak maka perlu dibuat bendung tipe cascade yang
mempunyai lebih dari satu kolam olak. Hal ini dimaksudkan agar energi terjunan
dapat direduksi dalam dua kolam olak sehingga kolam olak sebelah hilir tidak terlalu
berat meredam energi.
Keadaan demikian akan mengakibatkan lantai peredam dan dasar sungai dihilir
koperan (end sill) dapat lebih aman.
Perencanaan Kantong Lumpur 159
7. BAB VII
PERENCANAAN KANTONG LUMPUR
7.1 Pendahuluan
Walaupun telah ada usaha untuk merencanakan sebuah bangunan pengambilan dan
pengelak sedimen yang dapat mencegah masuknya sedimen ke dalam jaringan
saluran irigasi, masih ada banyak partikel-partikel halus yang masuk ke jaringan
tersebut. Untuk mencegah agar sedimen ini tidak mengendap di seluruh saluran
irigasi, bagian awal dari saluran primer persis di belakang pengambilan direncanakan
untuk berfungsi sebagai kantong lumpur.
Kantong lumpur itu merupakan pembesaran potongan melintang saluran sampai
panjang tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran dan memberi kesempatan kepada
sedimen untuk mengendap.
Untuk menampung endapan sedimen ini, dasar bagian saluran tersebut diperdalam
atau diperlebar. Tampungan ini dibersihkan tiap jangka waktu tertentu (kurang lebih
sekali seminggu atau setengah bulan) dengan cara membilas sedimennya kembali ke
sungai dengan aliran terkonsentrasi yang berkecepatan tinggi.
7.2 Sedimen
Jika tidak ada data yang tersedia, ada beberapa harga praktis yang bisa dipakai untuk
bangunan utama berukuran kecil. Dalam hal ini volume bahan layang yang harus
diendapkan, diandaikan 0,60/00 (permil) dari volume air yang mengalir melalui
kantong.
Ukuran butir yang harus diendapkan bergantung kepada kapasitas angkutan sedimen
di jaringan saluran selebihnya. Dianjurkan bahwa sebagian besar (60 – 70%) dari
pasir halus terendapkan: partikel-partikel dengan diameter di atas 0,06 – 0,07 mm.
Jaringan saluran direncana untuk membuat kapasitas angkutan sedimen konstan atau
makin bertambah di arah hilir. Dengan kata lain: sedimen yang memasuki jaringan
saluran akan diangkut lewat jaringan tersebut ke sawah-sawah. Dalam kaitan dengan
perencanaan kantong lumpur, ini berarti bahwa kapasitas angkutan sedimen pada
bagian awal dari saluran primer penting artinya untuk ukuran partikel yang akan
diendapkan.
Biasanya ukuran partikel ini diambil 0,06 – 0,07 mm guna memperkecil kemiringan
saluran primer.
a C
1.00 1.00
2.00 2.00
b d
1.00 1.00
2.00 2.00
Bila kemiringan saluran primer serta kapasitas angkutan jaringan selebihnya dapat
direncana lebih besar, maka tidak perlu menambah ukuran minimum partikel yang
diendapkan. Umumnya hal ini akan menghasilkan kantong lumpur yang lebih murah,
karena dapat dibuat lebih pendek.
7.3.3 Topografi
Keadaan topografi tepi sungai maupun kemiringan sungai itu sendiri akan sangat
berpengaruh terhadap kelayakan ekonomis pembuatan kantong lumpur.
Kantong lumpur dan bangunan-bangunan pelengkapnya memerlukan banyak ruang,
yang tidak selalu tersedia. Oleh karena itu, kemungkinan penempatannya harus ikut
dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi bangunan utama.
Kemiringan sungai harus curam untuk menciptakan kehilangan tinggi energi yang
diperlukan untuk pembilasan disepanjang kantong lumpur.Tinggi energi dapat
diciptakan dengan cara menambah elevasi mercu, tapi hal ini jelas akan memperbesar
biaya pembuatan bangunan.
Pada Gambar 7-2. diberikan tipe tata letak kantong lumpur sebagai bagian dari
bangunan utama.
a
gai
sun
b2 b1
f
d1
a bendung d1 pembilas d2
e
b1 pembilas d2 pengambilan saluran primer
b2 pengambilan utama e saluran primer
c kantong lumpur f saluran pembilas
L B
H L Q
Jadi: w
= v, dengan v = HB .............................................................................. 7-1
dimana: H = kedalaman aliran saluran, m
w = kecepatan endap partikel sedimen, m/dt
L = panjang kantong lumpur, m
v = kecepatan aliran air, m/dt
Q = debit saluran, m3/dt
B = lebar kantong lumpur, m
Q
ini menghasilkan: LB = W ............................................................................ 7-2
Karena sangat sederhana, rumus ini dapat dipakai untuk membuat perkiraan awal
dimensi-dimensi tersebut. Untuk perencanaan yang lebih detail, harus dipakai faktor
koreksi guna menyelaraskan faktor-faktor yang mengganggu, seperti:
- turbulensi air
- pengendapan yang terhalang
164 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Dimana:
L = panjang kantong lumpur, m
B = lebar kantong lumpur, m
Q = debit saluran, m3/dt
w = kecepatan endap partikel sedimen, m/dt
= koefisiensi pembagian/distribusi Gauss
adalah fungsi D/T, dimana D = jumlah sedimen yang diendapkan dan T = jumlah
sedimen yang diangkut
= 0 untuk D/T = 0,5 ; = 1,2 untuk D/T = 0,95 dan
= 1,55 untuk D/T = 0,98
v = kecepatan rata-rata aliran, m/dt
H = kedalaman aliran air di saluran, m
Dimensi kantong sebaiknya juga sesuai dengan kaidah bahwa L/B > 8, untuk
mencegah agar aliran tidak “meander” di dalam kantong.
Apabila topografi tidak memungkinkan diturutinya kaidah ini, maka kantong harus
dibagi-bagi ke arah memanjang dengan dinding-dinding pemisah (devider wall) untuk
mencapai perbandingan antara L dan B ini.
Dalam rumus-rumus ini, penentuan kecepatan endap amat penting karena sangat
berpengaruh terhadap dimensi kantong lumpur. Ada dua metode yang bisa dipakai
untuk menentukan kecepatan endap, yakni:
(1) Pengukuran di tempat
(2) Dengan rumus/grafik
(3) Pengukuran kecepatan endap terhadap contoh-contoh yang diambil dari sungai
adalah metode yang paling akurat jika dilaksanakan oleh tenaga berpengalaman.
Perencanaan Kantong Lumpur 165
F.B 0.3
F.B 0.7
F.B=0.9
=1.0
=
=
F.B
10.00 10
8.00 8
Ps = 2650 kg/m ³
6.00 6
Pw = 1000 kg/m ³
F.B = faktor bentuk = C a.b
4.00 4
(F.B = 0.7 untuk pasir alamiah)
c kecil ; a besar ; b sedang
a tiga sumbu yang saling
2.00 tegak lurus 2
Red = butir bilangan
00
Reynolds = w.do/U
= 10
1.00 1
0.80
Red
0.60
0.40
=1
0
= 10
R ed
0.20
1
R ed
= 0.
diameter ayak do dalam mm
Red
= 10
0.10
01
Red
0.08
= 0.
0.06
Red
001
0.04
= 0.
Red
0.02
0°
t=
0°
° 2 ° 0.2 0.4 0.6 2 4 6 8 20 40 60 0.2 0.4 0.6 1 2 4
10 ° 40 1 10 100 mm/dt = 0.1 m/dt
30
kecepatan endap w dalam mm/dt-m/dt
Gambar 7-4. Hubungan Antara Diameter Saringan dan Kecepatan Endap untuk Air Tenang
pembilas
pengambilan
potongan melintang
pada pengambilan
potongan melintang
pada ujung kantong lumpur kantong lumpur
pembilas
pembilas
pengambilan
IL d1 I IL
Is ds ISL
kantong lumpur ISL ds
Is
ds = diperdalam kantong lumpur
L L
Gambar 7-5. Potongan Melintang dan Potongan Memanjang Kantong Lumpur yang
Menunjukkan Metode Pembuatan Tampungan
Banyaknya sedimen yang terbawa oleh aliran masuk dapat ditentukan dari: (1)
pengukuran langsung di lapangan (2) rumus angkutan sedimen yang cocok (Einstein
– Brown, Meyer – Peter Mueller), atau Jika tidak ada data yang andal: (3) kantong
lumpur yang ada di lokasi lain yang sejenis. Sebagai perkiraan kasar yang masih
168 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
harus dicek ketepatannya, jumlah bahan dalam aliran masuk yang akan diendapkan
adalah 0,5‰.
Kedalaman tampungan di ujung kantong lumpur (ds pada Gambar 7-5) biasanya
sekitar 1,0 m untuk jaringan kecil (sampai 10 m3/dt), hingga 2,50 m untuk saluran
yang sangat besar (100 m3/dt).
7.5 Pembersihan
Pembilasan secara hidrolis membutuhkan beda tinggi muka air dan debit yang
memadai pada kantong lumpur guna menggerus dan menggelontor bahan yang telah
terendap kembali ke sungai. Frekuensi dan lamanya pembilasan bergantung pada
banyaknya bahan yang akan dibilas, tipe bahan (kohesif atau nonkohesif) dan
tegangan geser yang tersedia oleh air.
Kemiringan dasar kantong serta pembilasan hendaknya didasarkan pada besarnya
tegangan geser yang diperlukan yang akan dipakai untuk menggerus sedimen yang
terendap.
Dianjurkan untuk mengambil debit pembilasan sebesar yang dapat diberikan oleh
pintu pengambilan dan beda tinggi muka air. Untuk keperluan-keperluan
Perencanaan Kantong Lumpur 169
perencanaan, debit pembilasan diambil 20% lebih besar dari debit normal
pengambilan. Tegangan geser yang diperlukan tergantung pada tipe sedimen yang
bisa berupa:
(1) Pasir lepas, dalam hal ini parameter yang terpenting adalah ukuran butirnya, atau
(2) Partikel-partikel pasir, lanau dan lempung dengan kohesi tertentu.
Jika bahan yang mengendap terdiri dari pasir lepas, maka untuk menentukan besarnya
tegangan geser yang diperlukan dapat dipakai grafik Shields. Lihat Gambar 7-6.
Besarnya tegangan geser dan kecepatan geser untuk diameter pasir terbesar yang akan
dibilas sebaiknya dipilih di atas harga kritis. Dalam grafik ini ditunjukkan dengan
kata “bergerak” (movement).
Untuk keperluan perhitungan pendahuluan, kecepatan rata-rata yang diperlukan
selama pembilasan dapat diandaikan sebagai berikut:
1,0 m/dt untuk pasir halus
1,5 m/dt untuk pasir kasar
2,0 m/dt untuk kerikil dan pasir kasar.
Bagi bahan-bahan kohesif, dapat dipakai Gambar 7-7., yang diturunkan dari data
USBR oleh Lane.
170 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
1.0 100
0.8 80
0.6 60
0.5 50
0.4 d 40
r:
0.3 c 30
BERGERAK
0.2 20
d
r ::
U. c
0.10 10
0.08 8
0.06 cr = 800d 6
0.05 -3 5
d > 4.10
0.04 4
0.03 3
0.02 2
g ( ) dalam m/dt
2
N/m
0.006 0.6
0.005
DS cr 0.5
C
U
0.004 EL 0.4
cr dalam
S HI
0.003 0.3
u.cr =
0.002 0.2
3
Ps = 2.650 kg/m
0.001 0.1
0.01 2 3 4 5 6 8 0.1 2 3 4 5 6 8 1.0 2 3 4 5 6 8 10 2 3 4 5 6 8 100
d dalam milimeter
Gambar 7-6. Tegangan Geser Kritis dan Kecepatan Geser Kritis sebagai Fungsi Besarnya
Butir untuk s = 2.650 kg/m3 (Pasir)
Makin tinggi kecepatan selama pembilasan, operasi menjadi semakin cepat. Namun
demikian, besarnya kecepatan hendaknya selalu dibawah kecepatan kritis, karena
kecepatan superkritis akan mengurangi efektivitas proses pembilasan.
Perencanaan Kantong Lumpur 171
10
8
data - ussr
6
(ref.11,LANE 1955)
5
4
2 l em
p un
g
pa
si lepas
ra
n
(k
ad
ar
1.0 pa
si cukup
0.8 r padat
tan ku
ra
nilai banding r0ngga dalam %
ah n
0.6 lem
g
pu
0.5 ng
da
ku
ri
ru padat
0.4 s
50
pasir non-kohesit
%
<0.2 mm
)
0.3
sangat
padat
0.2
0.1
0.8 1.0 2 3 4 5 6 8 10 20 30 40 50 60 80 100
gaya geser dalam N/m2
Untuk mencek efisiensi kantong lumpur, dapat dipakai grafik pembuangan sedimen
dari Camp. Grafik pada Gambar 7-8. memberikan efisiensi sebagai fungsi dari dua
parameter.
Kedua parameter itu adalah w/w0 dan w/v0
dimana:
w = kecepatan endap partikel-partikel yang ukurannya di luar ukuranpartikel yang
direncana, m/dt
w0= kecepatan endap rencana, m/dt
v0 = kecepatan rata-rata aliran dalam kantong lumpur, m/dt
Dengan menggunakan grafik Camp, efisiensi proses pengendapan untuk partikel-
partikel dengan kecepatan endap yang berbeda-beda dari kecepatan endap partikel
rencana, dapat dicek.
Suspensi sedimen dapat dicek dengan menggunakan kriteria Shinohara Tsubaki.
Bahan akan tetap berada dalam suspensi penuh jika:
𝑣∗ 5
𝑤
> 3
................................................................................................ 7-4
dimana:
v (kecepatan geser) = (g h I)0,5, m/dt
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8 m/dt2)
h = kedalaman air, m
Perencanaan Kantong Lumpur 173
I = kemiringan energi
w = kecepatan endap sedimen, m/dt
Efisiensi pengendapan sebaiknya dicek untuk dua keadaan yang berbeda:
- untuk kantong kosong
- untuk kantong penuh
Untuk kantong kosong, kecepatan minimum harus dicek. Kecepatan ini tidak boleh
terlalu kecil yang memungkinkan tumbuhnya vegetasi atau mengendapnya partikel-
partikel lempung.
Menurut Vlugter, untuk:
w
v > 1,6 l ................................................................................................... 7-5
daerah sedimentasi
0.9 W 2.0
Wo
0.8 1.5
1.2
0.7 1.1
1.0
0.9
0.6 0.8
0.7
0.5
0.6
0.5
0.4
0.4
0.3
0.3
efisiensi
0.2 0.2
0.1 0.1
0
0.001 2 3 4 6 8 2 3 4 6 8 2 3 4 6 8
0.01 0.1 1.0
W/vo
Gambar 7-8.Grafik Pembuangan Sedimen Camp untuk Aliran Turbelensi (Camp, 1945)
Apabila kantong penuh, maka sebaiknya dicek apakah pengendapan masih efektif dan
apakah bahan yang sudah mengendap tidak akan menghambur lagi. Yang pertama
dapat dicek dengan menggunakan grafik Camp (lihat Gambar 7-8.) dan yang kedua
dengan grafik Shields (lihat Gambar 7-6.).
Perencanaan Kantong Lumpur 175
Efisiensi pembilasan bergantung kepada terbentuknya gaya geser yang memadai pada
permukaan sedimen yang telah mengendap dan pada kecepatan yang cukup untuk
menjaga agar tetap dalam keadaan suspensi sesudah itu.
Gaya geser dapat dicek dengan grafik Shields (lihat Gambar 7-6.); dan kriteria
suspensi dari Shinohara/Tsubaki (lihat persamaan 7-3).
Tata letak terbaik untuk kantong lumpur, saluran pembilas dan saluran primer adalah
bila saluran pembilas merupakan kelanjutan dari kantong lumpur dan saluran primer
mulai dari samping kantong (lihat Gambar 7-9.).
Ambang pengambilan di saluran primer sebaiknya cukup tinggi di atas tinggi
maksimum sedimen guna mencegah masuknya sedimen ke dalam saluran.
Kemungkinan tata letak lain diberikan pada Gambar 7-10. Di sini saluran primer
terletak di arah yang sama dengan kantong lumpur.
176 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
prim ran
er
salu
pintu pengambilan pembilas
. L .
peralihan
s
pem ran
bila
salu
pintu pengambilan pintu
pengambilan
dinding
pengarah rendah
pintu
pengambilan
tampungan sedimen
Gambar 7-10. Tata Letak Kantong Lumpur dengan Saluran Primer Berada pada Trase yang
Sama dengan Kantong
Kecepatan aliran dalam saluran pengarah harus cukup memadai agar dapat
mengangkut semua fraksi sedimen yang masuk ke jaringan saluran pada lokasi
pengambilan ke kantong lumpur. Di mulut kantong lumpur kecepatan aliran harus
banyak dikurangi dan dibagi secara merata di seluruh lebar kantong. Oleh karena itu
peralihan/transisi antara saluran pengarah dan kantong lumpur hendaknya direncana
dengan seksama menggunakan dinding pengarah dan alat-alat distribusi aliran
lainnya.
7.7.2 Pembilas
Dianjurkan agar aliran pada pembilas direncana sebagai aliran bebas selama
pembilasan berlangsung. Dengan demikian pembilasan tidak akan terpengaruh oleh
tinggi muka air di hilir pembilas.
178 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Kriteria utama dalam perencanaan bangunan ini adalah bahwa operasi pembilasan
tidak boleh terganggu atau mendapat pengaruh negatif dari lubang pembilas dan
bahwa kecepatan untuk pembilasan akan tetap dijaga.
Dianjurkan untuk membuat bangunan pembilas lurus dengan kantong lumpur.
denah
saluran
primer
A A
kantong
lumpur
dinding
pengarah
kehilangan
tinggi energi saluran
sangat kecil pembilas
pengambilan
saluran primer
pengelak sedimen
potongan A-A
Agar aliran melalui pembilas bisa mulus, lebar total lubang pembilas termasuk pilar
dibuat sama dengan lebar rata-rata kantong lumpur.
Pintu bangunan pembilas harus kedap air dan mampu menahan tekanan air dari kedua
sisi. Pintu-pintu itu dibuat dengan bagian depan tertutup.
Perencanaan Kantong Lumpur 179
Pengambilan dari kantong lumpur ke saluran primer digabung menjadi satu bangunan
dengan pembilas agar seluruh panjang kantong lumpur dapat dimanfaatkan. Agar
supaya air tidak mengalir kembali ke saluran primer selama pembilasan, pengambilan
harus ditutup (dengan pintu) atau ambang dibuat cukup tinggi agar air tidak mengalir
kembali.
6-10
1
saluran pengarah
kantong
dinding pengarah lumpur
1
6-10
Selain mengatur debit, bangunan ini juga harus bisa mengukurnya. Kedua fungsi
tersebut, mengukur dan mengatur, dapat digabung atau dipisah.
Untuk tipe gabungan, pintu Romijn atau Crump-de Gruyter dapat dianjurkan untuk
dipakai sebagai pintu pengambilan.
Khususnya untuk mengukur dan mengatur debit yang besar, kedua fungsi ini lebih
baik dipisah. Dalam hal ini fungsi mengatur dilakukan dengan pintu sorong atau pintu
radial, dan fungsi mengukur dengan alat ukur ambang lebar.
Pintu dari alat-alat ukur diuraikan dalam KP – 04 Bangunan.
180 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Selama pembilasan, air yang penuh dengan sedimen dialirkan kembali ke sungai asal,
atau sungai yang sama tetapi di hilir bangunan utama, sungai lain atau ke cekungan.
Untuk perencanaan potongan memanjang saluran, diperlukan kurve muka air – debit
sungai pada aliran keluar dan bagan frekuensi terjadinya muka air tinggi di tempat itu.
Pengalaman telah menunjukkan bahwa perencanaan yang didasarkan pada
kemungkinan pembilasan dengan menggunakan muka air sungai dengan periode
ulang 20% - 40%, akan memberikan hasil yang memadai.
Lebih disukai jika saluran pembilas dihubungkan langsung dengan dasar sungai. Bila
sungai sangat dalam pada aliran keluar, maka pembuatan salah satu dari
kemungkinan-kemungkinan berikut hendaknya dipertimbangkan:
- bangunan terjun dengan kolam olak dekat sungai
- got miring di sepanjang saluran
- bangunan terjun dengan kolam olak dengan kedalaman yang cukup, tepat di hilir
bangunan pembilas.
8. BAB VIII
PENGATURAN SUNGAI DAN BANGUNAN PELENGKAP
Bangunan yang dibuat di sungai akan menyebabkan terganggunya aliran normal dan
akan menimbulkan pola aliran baru di sekitar bangunan, yang dapat menyebabkan
terjadinya penggerusan lokal/setempat (local scouring) di dasar dan tepi sungai.
Adalah mungkin untuk melindungi bagian sungai di sekitar bangunan utama terhadap
efek penggerusan semacam ini. Harap dicatat bahwa konstruksi-konstruksi lindung
yang dibicarakan di sini tidak akan bermanfaat untuk mengatasi penurunan dasar
sungai yang meliputi jangka waktu lama (degradasi). Hanya perencanaan bangunan
itu sendiri yang akan mampu melindungi bangunan itu terhadap degradasi sungai.
Penggerusan lokal di hilir kolam olak dapat diatasi dengan lindungan dari pasangan
batu kosong. Jika di daerah itu cukup tersedia batu-batu yang berkualitas baik dan
beratnya memadai, maka dapat dibuat lapisan pasangan batu kosong. Bila direncana
dengan baik, lapisan ini sangat menguntungkan dan awet (lihat subbab 6.2.2). Agar
tanah asli tidak hanyut, maka pasangan batu kosong sebaiknya selalu ditempatkan
pada filter yang sesuai (lihat subbab 6.2.3).
Bronjong (lihat subbab 6.2.4) merupakan alternatif yang bagus, jika hanya batu-batu
berukuran kecil saja yang tersedia, misalnya batu kali. Bronjong pun, karena
merupakan perlindungan terbuka, sebaiknya ditempatkan pada filter yang sesuai:
filter pasir-kerikil atau filter kain sintetis.
Bronjong tidak boleh digunakan untuk bagian-bagian bangunan utama yang
permanen. Bronjong paling sesuai untuk konstruksi pengaturan sungai.
182 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Pada umumnya tidak dianjurkan untuk memakai lindungan tertutup seperti pasangan
batu di hilir bangunan di sungai, karena ini akan memperpanjang jalur rembesan dan
menambah gaya tekan ke atas (uplift).
Penggerusan lokal tepat di hulu tubuh bendung atau pilar bendung gerak, umum
terjadi. Perlindungan terhadap penggerusan semacam ini adalah dengan membuat
pasangan batu atau lantai beton di depan bangunan. Disini lindungan tertutup akan
menguntungkan karena akan dapat mengurangi gaya tekan ke atas.
Karena pengaruh pencepatan aliran biasanya jauh lebih kecil daripada pengaruh
penurunan kecepatan, maka panjang lindungan hulu terhadap gerusan lokal akan
berkisar antara 2 sampai 3 kali kedalaman air rencana. Di hilir, panjang lindungan ini
sekurang-kurangnya 4 kali kedalaman lubang gerusan (lihat subbab 6.2.2).
Pekerjaan lindungan sungai berupa bronjong, pasangan batu kosong pasangan batu
atau pelat beton.
Harus diperhatikan bahwa kedalaman pondasi lindungan memadai atau bagian dari
konstruksi tersebut bisa mengikuti penggerusan dasar sungai tanpa hilangnya
stabilitas bangunan secara keseluruhan.
Mungkin diperlukan pekerjaan pengaturan sungai guna memperbaiki pola aliran di
hulu bangunan atau untuk memantapkan bagian tanggul sungai yang belum stabil.
Di ruas atas yang curam, palung kecil sungai itu mungkin tidak stabil dan diperlukan
beberapa krib untuk menstabilkan dasar sungai di dekat pengambilan (lihat Gambar
8-1).
Di ruas-ruas tengah dan bawah, biasanya lokasi bendung akan dipilih di ruas yang
stabil. Pada sungai teranyam (braided river) atau sungai dengan tanggul pasir yang
berpindah-pindah, ruas stabil seperti yang dimaksud mungkin tidak ada.
Setelah pembuatan bendung atau bendung gerak di sungai semacam itu, dasar sungai
di bagian hulu akan naik dan cenderung kurang stabil daripada sebelumnya. Mungkin
Pengaturan Sungai dan Bangunan Pelengkap 183
er
tanggul banjir im
pr
an
l ur
sa
krib
pengambilan
bendung
gerak
bantaran terancam
krib
bendungan
tanggul banjir
Di hilir bangunan utama, bahaya penggerusan tanggul sungai biasanya lebih besar
karena turbulensi dan kecepatan air lebih tinggi.
Di sungai yang relatif lebar dan dalam, krib mungkin merupakan cara pemecahan
yang ekonomis.
Jarak antara masing-masing krib adalah:
C2 h
L<𝛼 .................................................................................................... 8-1
2g
denah
aliran sungai
krib
Tinggi mercu krib sebaiknya paling tidak sama dengan elevasi bantaran. Kemiringan
lapis lindung tanggul dan krib biasanya berkisar antara 1:2,5 sampai 1:3,5 untuk
kemiringan di bawah muka air dan 1:1,5 sampai 1:2,5 untuk kemiringan di luar air.
Kemiringan ujung krib kadang-kadang diambil 1:5 sampai 1:10 untuk mengurangi
pusaran air/vortex dan efeknya.
Pengaturan Sungai dan Bangunan Pelengkap 185
potongan A
Krib dapat dibuat dengan tipe “terbuka” seperti ditunjukkan pada Gambar 8-3. air
bisa mengalir melalui bangunan ini, yang biasanya dibuat dari pilar-pilar kayu yang
dipancang ke dasar sungai dan dipasang rapat satu sama lain, guna menahan aliran.
Bangunan terbuka ini kurang kuat dan mudah rusak selama banjir.
186 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
8.2 Tanggul
Tanggul banjir sebaiknya selalu jauh dari dasar air rendah sungai, atau dilindungi dari
bahaya erosi akibat aliran yang cepat.
Kemirin h
gan I
Tanggul banjir akan direncana dengan lebar atas 3 m. Jika tanggul itu harus juga
menyangga jalan di atasnya, maka lebar itu hendaknya ditambah sesuai dengan
kebutuhan.
Kemiringan hulu dan hilir diambil menurut harga-harga yang diberikan pada Tabel
8-1. di bawah ini. Harga-harga itu dianjurkan untuk tanggul tanah homogen (seragam)
dengan pondasi yang stabil. Tanggul tanah tidak homogen harus direncana sesuai
dengan teori yang sudah ada.
188 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
tanah seragam
dipadatkan
H/3
8.2.5 Pembuang
Pembuangan air (drainase) daerah di belakang tanggul banjir sampai ke sungai harus
dipertimbangkan, khususnya jika tanggul sejajar dengan sungai (lihat Gambar 8-6).
Kebutuhan pembuangan air dapat dipenuhi dengan membuat saluran pembuang
paralel yang mengalirkan airnya ke kantong lumpur, atau dengan pembuang yang
Pengaturan Sungai dan Bangunan Pelengkap 189
memintas melalui tanggul dan dilengkapi dengan pintu otomatis yang menjaga agar
air tidak masuk selama muka air tinggi.
Kemudian akan terjadi genangan dan oleh karena itu sistem ini tidak cocok untuk
daerah-daerah yang berpenduduk.
Bila tidak dapat dipakai pintu otomatis, maka dapat dipilih pintu sorong jika tenaga
eksploitasinya tersedia.
pembuang sejajar
sungai bendung
pintu
Gambar 8-6. Cara Memecahkan Masalah Pembuangan Air
sodetan (kopur) C
A = A’
bendung baru
tanggul penutup
denah
sun
B
ga i
bendung
baru
A
B A’
potongan memanjang
Gambar 8-7. Kapur atau Sodetan
Gambar 8-7. memberikan contoh sodetan pada sungai berminder. Jarak antara A dan
C diperpendek dengan sodetan. Dasar sungai akan turun guna mendapatkan kembali
Pengaturan Sungai dan Bangunan Pelengkap 191
tanggul penutup
sementara (batu berat)
Gambar 8-8. Tipe Tanggul Penutup
192 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Penyelidikan Model Hidrolis 193
9. BAB IX
PENYELIDIKAN MODEL HIDROLIS
9.1 Umum
Model hidrolis dipakai untuk mensimulasi perilaku hidrolis pada prototip bendung
atau bendung gerak yang direncanakan dengan skala lebih kecil.
Kemungkinan lain untuk mensimulasi perilaku hidrolis adalah membuat model
matematika pada komputer. Pengukuran langsung di lapangan atau dalam model fisik
harus dilakukan untuk memantapkan hasil-hasil yang diperoleh dari perhitungan
komputer.
Penyelidikan model dilakukan untuk meyelidiki perilaku (performance) hidrolis dari
seluruh bangunan atau masing-masing komponennya. Model komputer dipakai untuk
studi banjir dan gejala morfologi seperti agradasi dan degradasi yang akan terjadi di
sungai itu.
Ahli yang bertanggung jawab atas perencanaan jaringan irigasi, harus memutuskan
apakah penyelidikan model diperlukan atau tidak, berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan berikut:
- apakah kondisi lokasi sedemikian rupa sehingga akan timbul masalah-masalah
yang tidak bisa dipecahkan dengan pengalaman yang ada sekarang.
- apakah masalah-masalah bangunan begitu kompleks sehingga dengan parameter-
parameter dan standar perencanaan yang ada tidak mungkin dibuat suatu
perencanaan akhir yang dapat diterima.
- apakah hasil-hasil penyelidikan model itu akan berarti banyak menghemat biaya.
- apakah aturan-aturan pendahuluan untuk eksploitasi dan pemeliharaan bangunan
nanti tidak dapat ditetapkan berdasarkan pengalaman sebelumnya.
- Apakah biaya pelaksanaan penyelidikan model tidak besar dibandingkan dengan
seluruh biaya pelaksanaan bangunan.
194 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Sebelum memulai pelaksanaan model, lokasi harus dipilih dan tata letak umum harus
dibuat. Kriteria yang harus dipertimbangkan untuk pemilihan lokasi dan penentuan
dimensi-dimensi utama telah dibicarakan dalam Bab 3.
Penyelidikan model biasanya tidak dipakai untuk pemilihan lokasi. Alasan utamanya
adalah bahwa perencanaan hidrolis hanyalah merupakan salah satu dari banyak
kriteria yang menentukan pemilihan lokasi. Tata letak pendahuluan bangunan utama
bisa dicek dalam model, yang dilakukan untuk pekerjaan-pekerjaan bangunanyang
Penyelidikan Model Hidrolis 195
besar dan rumit. Untuk bangunan utama yang sederhana, pengecekan semacam ini
tidak perlu.
Apabila bangunan bendung akan dibuat di salah satu dari saluran cabang di daerah
delta sungai, maka penyelidikan akan diperlukan untuk menentukan konsekuensi-
konsekuensi hidrolik dan morfologi untuk jaringan sungai pada umumnya dan saluran
cabang dari bangunan utama khususnya. Dalam hal ini, lokasi bangunan di sungai
harus diselidiki secara lebih mendetail.
Walaupun masalah-masalah ini dapat diselidiki dalam model fisik, namun sudah
tersedia pula model-model komputer untuk mensimulasi perilaku hidrolis dan
morfologis sungai, dengan mengandaikan bahwa proyek berada di tempat yang benar.
Penggunaan model-model komputer akan lebih murah, cepat dan tergantung pada
data yang tersedia, hasil-hasilnya akan mempunyai tingkat ketepatan yang sama
dibanding dengan hasil-hasil model fisik.
Lokasi bendung biasanya akan dipilih di ruas sungai yang stabil. Tetapi pada sungai
teranyam atau sungai dengan sistem tanggul pasir yang berpindah-pindah, ruas stabil
seperti ini mungkin tidak ada.
Setelah pembuatan bendung atau bendung gerak di sungai semacam ini, dasar sungai
di sebelah hulu akan naik dan cenderung kurang stabil daripada sebelumnya.
Pekerjaan pengaturan sungai perlu dilaksanakan secara menyeluruh (ekstensif) guna
menstabilkan aliran di hulu bendungan yang baru.
Dalam perencanaan pekerjaan pengaturan sungai, pola aliran yang menuju ke
pengambilan harus diperhitungkan sehubungan dengan banyaknya sedimen yang
akan masuk ke jaringan saluran irigasi. Hal ini penting khususnya bila air diambil
pada kedua sisi sungai.
Oleh sebab itu, untuk bendung atau bendung gerak semacam ini, dianjurkan untuk
menyelidiki pola aliran dan tata letak pekerjaan sungai dalam model hidrolis, karena
sifatnya yang kompleks, perencanaan pendahuluan mungkin tidak bisa memenuhi
semua persyaratan dan penyelidikan model dapat menunjukan banyak kemungkinan
untuk perbaikan. Hasil-hasil penyelidikan model akan banyak memungkinkan
penghematan biaya pelaksanaan.
Sampai saat ini telah banyak dilakukan penyelidikan bentuk mercu bendung dengan
model dan hasil-hasilnya telah banyak diterbitkan dalam buku-buku teks.
Mercu-mercu tipe Ogee dan tipe bulat yang umum dipakai di Indonesia telah banyak
diselidiki; parameter-parameter perencanaannya diberikan dalam subbab 4.2.2.
Penyelidikan model diperlukan hanya Jika situasi tertentu menimbulkan masalah
yang sulit dipecahkan dengan kemampuan yang ada serta parameter-parameter yang
tersedia tidak dapat diterapkan.
Penyelidikan Model Hidrolis 197
Sudah banyak metode yang dipakai untuk merencanakan pintu bendung gerak,
bergantung kepada persyaratan-persyaratan khusus proyek serta selera seni pada
waktu perencanaan sedang dibuat.
Kebanyakan perencanaan modern menggunakan pintu radial atau pintu sorong; pintu
sorong besar tidak praktis karena gaya gesekannya besar.
Pintu ini biasanya direncana sebagai pintu aliran bawah (undershot), dan asal saja
beberapa kriteria dasar perencanaannya diikuti, maka tidak lagi diperlukan pengujian
dengan model untuk mengecek harga-harga koefisien debit atau perilaku getaran
(vibrasi) untuk ukuran-ukuran pintu yang biasa direncana.
Apabila digunakan pintu radial atau sorong sebagai gabungan antara pintu aliran
bawah dan aliran atas, maka masalah-masalah hidromekanik yang timbul akan lebih
rumit. Debit pembuang, misalnya yang digunakan untuk membersihkan benda-benda
hanyut di pengempangan hulu, tidak akan memerlukan penyelidikan dengan model
secara teliti. Tetapi pintu yang dapat diturunkan sampai rendah sekali, atau pintu yang
mempunyai katup yang besar di bagian atasnya untuk mengatur tinggi muka
pengempangan, biasanya harus diselidiki dengan model untuk mengecek unjuk kerja
hidrolis dan perilaku hidromekanik pintu tersebut. Pengujian semacam ini amat rumit
dan sedapat mungkin hindari perencanaan tipe pintu ini dalam perencanaan bangunan
utama biasa untuk irigasi.
Perencanaan hidrolis ambang dapat dilakukan tanpa penyelidikan dengan model.
Kecepatan aliran di hilir pintu dapat dihitung; bahan yang akan dipakai untuk
menahan derasnya kecepatan aliran harus dipilih dengan seksama dengan
mempertimbangkan abrasi akibat bahan-bahan dasar yang tajam.
198 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Sudah banyak penyelidikan baik dengan prototip maupun dengan model yang telah
dilakukan dengan menentukan parameter-parameter yang akan menghasilkan
perencanaan yang andal dan irit biaya.
Kriteria utama yang harus dipenuhi agar kolam olak dapat berfungsi dengan baik
adalah energi harus dapat diredam secara efisien di dalam air sehingga dasar sungai di
sebelah hilir tidak akan tergerus terlalu dalam atau rusak berat sehingga usaha
perbaikannya akan berada di luar jangkauan pekerjaan pemeliharaan biasa.
Kolam loncat air (hydraulic jump basin) telah banyak diselidiki dan keandalannya
terbukti baik di lapangan. Kolam ini dapat direncana tanpa penyelidikan model, asal
saja parameter-parameter perencanaan yang sesungguhnya berada dalam ruang
lingkup penerapan. Masalah pokoknya adalah degradasi atau menurunnya dasar
sungai setelah bendung atau bendung gerak dibangun. Besarnya degradasi ini harus
diperkirakan dan kolam olak direncana sesuai dengan keadaan yang akan terjadi ini
dan dengan keadaan tinggi muka air dan dasar sungai yang sekarang. Bila parameter-
parameter perencanaan kolam olak ternyata tidak dapat memberikan cara pemecahan
yang memuaskan atas kedua keadaan tersebut di atas, maka akan diperlukan
tambahan penyelidikan dengan model guna memperoleh hasil perencanaan yang
seimbang dan paling efektif dari segi biaya.
Peredam energi tipe bak tenggelam (submerged bucked dissipator) telah diselidiki
oleh USBR. Sebagian besar dari penyelidikan itu dilakukan terhadap tipe bak
berlubang (slotted bucket) untuk pelimpah energi tinggi.
Jika tinggi energi masih dapat dikerjakan dengan data-data yang diberikan oleh
Puslitbang Air, maka data-data ini dapat dipakai untuk menyelesaikan perencanaan
akhir. Dalam perencanaan ini degradasi dasar sungai yang mungkin akan terjadi di
waktu yang akan datang, harus dipertimbangkan.
Penyelidikan Model Hidrolis 199
Untuk bendung gerak berpintu banyak dan mungkin dengan pengambilan di kedua
sisi sungai, cara terbaik eksploitasi pintu-pintu ini dapat diselidiki dengan model. Ada
dua fenomena/gejala yang akan diselidiki dengan model demikian, yakni: (1)
masuknya sedimen ke dalam jaringan saluran irigasi, dan (2) kedalaman maksimum
penggerusan sehubungan dengan cara eksploitasi pintu ini.
Untuk debit saluran dengan besaran normal, tidak diperlukan penyelidikan dengan
model secara mendetail untuk pengambilan dan pembilas. Kini sudah banyak sekali
tipe pengambilan untuk berbagai keadaan lapangan. Di samping itu juga telah tersedia
hasil-hasil penyelidikan dengan model. Kriteria perencanaan untuk pengambilan dan
pembilas, akan memberikan dasar yang cukup memadai untuk menyelesaikan
perencanaan hidrolis akhir.
Bila sungai mengangkut batu-batu besar selama banjir, bisa dipertimbangkan untuk
memasang saringan (screen) agar batu-batu tersebut tetap jauh dari pengambilan.
Kemampuan kerja saringan semacam itu dapat diselidiki dengan model. Kriteria
perencanaan bagi saringan ini hampir tidak mungkin ditetapkan, karena melihat
banyak faktor yang tidak diketahui.
Saluran pengarah (feeder canal) biasanya berupa bagian saluran melengkung yang
mengantarkan debit dari pengambilan ke kantong lumpur.
Kecepatan aliran di dalam saluran pengarah harus cukup tinggi untuk mengangkut
semua fraksi sedimen yang masuk ke jaringan saluran pada pengambilan. Di mulut
kantong lumpur, kecepatan aliran akan sangat diperlambat dan distribusinya merata di
seluruh lebar kantong. Oleh sebab itu, peralihan antara saluran pengarah dan kantong
200 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
lumpur harus direncana secara seksama, dilengkapi dengan dinding pengarah dan
alat-alat pengatur distribusi aliran lainnya.
Penyelidikan dengan model secara mendetail akan sangat membantu menciptakan
distribusi aliran yang seragam/merata.
Kemampuan kerja kantong lumur tidak bisa diselidiki di laboratorium, karena adanya
efek skala.
Pada tabel-tabel itu disebutkan apakah penyelidikan model dianjurkan atau tidak.
Ruang lingkup proyek, yang dijelaskan pada tabel-tabel tersebut, berada di luar
jangkauan bangunan yang dianggap sahih/valid bagi standar perencanaan. Hal ini
dicantumkan karena, pertama: tidak dapat diberikan definisi yang tepat untuk istilah
proyek “yaitu”, dan kedua yaitu ruang lingkup itu memberikan indikasi mengenai
penyelidikan model bagaimana yang diperlukan untuk bangunan-bangunan yang
lebih besar.
202 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Metode Pelaksanaan 203
10. BAB X
METODE PELAKSANAAN
10.1 Umum
Sungai harus dibelokkan selama pelaksanaan berlangsung. Untuk ini sebagian dari
sungai tersebut dikeringkan, atau seluruh aliran sungai dibelokkan melalui saluran
atau terowongan pengelak. Untuk merencanakan elevasi tanggul pengelak (coffer
dam) yang menutup sungai dan melindungi ruang kerja, maka kemungkinan
melimpahnya banjir dan banjir rencana selama pelaksanaan berlangsung harus
ditentukan.
Untuk mengukur resiko ini dapat digunakan grafik pada Gambar 10-1. yang
memberikan perhitungan resiko yang diterima selama umur bangunan.
Umur sebuah saluran atau bendung pengelak biasanya dua sampai tiga tahun,
bergantung kepada waktu pelaksanaan.
Apakah resiko melimpahnya bendungan pengelak akan menjadi tanggungan pihak
kontraktor atau perencana diputuskan dengan jelas dalam dokumen kontrak. Pada
umumnya itu menjadi tanggung jawab kontraktor dengan pihak Pemberi Pekerjaan
menunjukkan tinggi keamanan yang terendah.
204 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
200
50%
100
80
60
40
30
20
10
8
6
4
3
2
1
1 2 3 4 5 6 8 10 20 30 40 50 60 80 100
umur bangunan yang diinginkan d dalam tahun
Berkenaan dengan jadwal waktu, kadang-kadang orang bisa bekerja di dasar sungai
tanpa memerlukan terlalu banyak perlindungan dengan merencanakan pekerjaan itu
menurut musim: kebanyakan daerah di Indonesia mempunyai musim kering dan
penghujan yang berlainan dan dengan demikian terdapat perbedaan-perbedaan besar
dalam hal ini debit sungai.
Dalam banyak hal, metode pelaksanaan ini akan lebih disukai. Bangunan dibuat di
luar dasar sungai, kemudian sungai itu dielakkan sesudah pelaksanaan selesai.
Metode ini disebut “pelaksanaan pada sudetan” (kopur).
Resiko kerusakan yang diakibatkan oleh penggenaan ruang kerja, kecil saja dan
dijumpai sedikit saja hambatan pelaksanaan.
Jika ternyata layak, maka metode pelaksanaan ini akan dipilih, bahkan Jika biayanya
mahal sekali pun. Baik resiko kerusakan bahan maupun kerusakan-kerusakan lain
selama pelaksanaan harus sedapat mungkin dihindari. Hal ini hendaknya mendapat
perhatian khusus.
Pembelokan aliran sungai setelah pembuatan bendung atau bendung gerak selesai,
dilakukan dengan tanggul penutup. Tanggul tersebut akan dibangun sedekat mungkin
dengan mulut sodetan. Guna mengurangi beda muka air pada tanggul penutup selama
pelaksanaan, muka air di depan bangunan utama yang baru harus dijaga agar tetap
rendah, dengan cara membuka pintu pengambilan dan melewatkan air sebanyak
mungkin melalui pintu-pintu itu. Tanggul penutup merupakan tanggul sementara saja,
jika tanggul permanen akan dibuat di tempat lain mungkin lebih ekonomis.
206 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Daftar Pustaka 207
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN I
Data Topografi:
BAKOSURTANAL Jl. Raya Jakarta Bogor, Km. 46 Cibinong,
- Peta-peta topografi dan foto-foto udara Tlp. 82062-82063
Data Hidrologi:
DPMA seksi Hidrologi Jl. Ir.H.Juanda 193, Bandung
- Data sebagian besar sungai pusat koleksi data
juga kumpulan data-data dari masa sebelum
P.D.II
PLN Bagian Tenaga Air Jl. Hasan Mustopo 55, Tlp.72053, Bandung
LAMPIRAN II
LAMPIRAN III
Tabel A.3.1. Penyelidikan dengan Model untuk Bangunan Utama di Ruas Atas Sungai
214 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Tabel A.3.2. Penyelidikan dengan Model untuk Bangunan Utama di Ruas Tengah Sungai
Lampiran III 215
Tabel A.3.2. Penyelidikan dengan Model untuk Bangunan Utama di Ruas Tengah Sungai (Lanjutan)
Lokasi dan Tata Pekerjaan Bentuk Mercu Pengambilan dan Saluran Pengarah
Data Sungai Kolam Olak Eksploitasi Pintu
Letak Umum Pengaturan Sungai Bendung Pembilas dan Kantong Lumpur
- Bendung Gerak - penyelidikan - penyelidikan - penyelidikan - penyelidikan - penyelidikan model - penyelidikan - penyelidikan
- Lebar Dasar sungai 50 - 150 mmodel dianjurkan model dianjurkan model dianjurkan model dianjurkan dianjurkan model dianjurkan model dianjurkan
- debit Q 10 - 15 m3/dt/m - tata letak dan - pekerjaan - untuk pintu-pintu - verifikasi hasil - aturan eksploitasi pintu- sebaiknya dipakai - selidiki tata letak &
- sungai mengangkut pasir lokasi di cek pengaturan sungai di khusus (tipe perencanaan - sedimen yang masuk pembilas bawah morfologi saluran
dan kerikil sampai ukuran 64 dengan model optimasi gabungan aliran atas pendahuluan saluran irigasi sedikit pengarah &
- debit saluran 10 - 50 m3/dt dan aliran bawah), dengan model - gerusan lokal terbatas peralihan untuk
- elevasi pengempangan uji untuk fungsi kolam yang sangat
tinggi gabungan lebar
216 Kriteria Perencanaan – Bangunan Utama
Tabel A.3.3. Penyelidikan dengan Model untuk Bangunan Utama di Ruas Bawah Sungai
Lokasi dan Tata Pekerjaan Bentuk Mercu Pengambilan dan Saluran Pengarah
Data Sungai Kolam Olak Eksploitasi Pintu
Letak Umum Pengaturan Sungai Bendung Pembilas dan Kantong Lumpur
- Bendung Gerak - penyelidikan - penyelidikan - penyelidikan - penyelidikan - penyelidikan model - penyelidikan - penyelidikan
- Lebar Dasar sungai 50 - 150 mmodel dianjurkan model dianjurkan model dianjurkan model dianjurkan dianjurkan model dianjurkan model dianjurkan
- debit Q 10 - 15 m3/dt/m - tata letak dan - pekerjaan - untuk pintu-pintu - verifikasi hasil - aturan eksploitasi pintu- selidiki & - untuk kantong yg
- sungai mengangkut pasir lokasi di cek pengaturan sungai di khusus (tipe perencanaan tingkatkan efisiensi lebar, selidiki tata
dan lanau dengan model optimasi gabungan aliran atas pendahuluan sistem pengelak letak & morfologi
- debit saluran < 10 m3/dt dan aliran bawah), dengan model - dianjurkan saluran pengarah &
- elevasi pengempangan uji untuk fungsi pembilas bawah, peralihan ke kantong
lebih tinggi dari tanah gabungan kecuali sungai lumpur dengan
sekitarnya hanya mengangkut model, jika
pasir, lanau, dan diperkirakan ada
lempung sangat masalah
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
D I R E K T O R AT I R I G A S I D A N R A WA
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
BANGUNAN UTAMA
(HEAD WORKS)
KP-02
2013
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
DIREKTORAT IRIGASI DAN RAWA
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI
KP-01
2013
ii Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Sambutan iii
SAMBUTAN
Keberadaan sistem irigasi yang handal merupakan sebuah syarat mutlak bagi
terselenggaranya sistem pangan nasional yang kuat dan penting bagi sebuah negara.
Sistem Irigasi merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh air
dengan menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk mengairi lahan
pertaniannya. Upaya ini meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia. Terkait prasarana irigasi,
dibutuhkan suatu perencanaan yang baik, agar sistem irigasi yang dibangun
merupakan irigasi yang efektif, efisien dan berkelanjutan, sesuai fungsinya
mendukung produktivitas usaha tani.
Pengembangan irigasi di Indonesia yang telah berjalan lebih dari satu abad, telah
memberikan pengalaman yang berharga dan sangat bermanfaat dalam kegiatan
pengembangan irigasi dimasa mendatang. Pengalaman-pengalaman tersebut
didapatkan dari pelaksanaan tahap studi, perencanaan hingga tahap pelaksanaan dan
lanjut ke tahap operasi dan pemeliharaan.
Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap
pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah
dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria
Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi.
Akhirnya, diucapkan selamat atas terbitnya Kriteria Perencanaan Irigasi, dan patut
diberikan penghargaan sebesar-besarnya kepada para narasumber dan editor untuk
sumbang saran serta ide pemikirannya bagi pengembangan standar ini.
KATA PENGANTAR
Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap
pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah
dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria
Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi
edisi sebelumnya dengan menyesuaikan beberapa parameter serta menambahkan
perencanaan bangunan yang dapat meningkatan kualitas pelayanan bidang irigasi.
Kriteria Perencanaan Irigasi ini telah disiapkan dan disusun dalam 3 kelompok:
1. Kriteria Perencanaan (KP-01 s.d KP-09)
2. Gambar Bangunan irigasi (BI-01 s.d BI-03)
3. Persyaratan Teknis (PT-01 s.d PT-04)
Semula Kriteria Perencanaan hanya terdiri dari 7 bagian (KP – 01 s.d KP – 07). Saat
ini menjadi 9 bagian dengan tambahan KP – 08 dan KP – 09 yang sebelumnya
merupakan Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi. Review ini menggabungkan
Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi kedalam 9 Kriteria Perencanaan sebagai
berikut:
KP – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi
KP – 02 Bangunan Utama (Head Works)
KP – 03 Saluran
KP – 04 Bangunan
KP – 05 Petak Tersier
KP – 06 Parameter Bangunan
KP – 07 Standar Penggambaran
KP – 08 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Perencanaan, Pemasangan,
Operasi dan Pemeliharaan
KP – 09 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
vi Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Persyaratan Teknis terdiri atas 4 bagian, berisi syarat-syarat teknis yang minimal
harus dipenuhi dalam merencanakan pembangunan Irigasi. Tambahan persyaratan
dimungkinkan tergantung keadaan setempat dan keperluannya. Persyaratan Teknis
terdiri dari bagian-bagian berikut:
PT – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi
PT – 02 Topografi
PT – 03 Penyelidikan Geoteknik
PT – 04 Penyelidikan Model Hidrolis
Hal yang sama juga berlaku bagi masalah-masalah, yang meskipun terletak dalam
batas-batas dan syarat berlakunya standar ini, mempunyai tingkat kesulitan dan
kepentingan yang khusus.
DAFTAR ISI
S A M B U T A N ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................v
TIM PERUMUS REVIEW KRITERIA PERENCANAAN IRIGASI ................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1
1.1 Umum............................................................................................................1
1.2 Kesahihan/Validitas dan Keterbatasan ..........................................................2
1.3 Tingkat-Tingkat Jaringan Irigasi ...................................................................5
1.3.1 Unsur dan Tingkatan Jaringan .........................................................5
1.3.2 Irigasi Sederhana ..............................................................................6
1.3.3 Jaringan Irigasi Semiteknis ..............................................................7
1.3.4 Jaringan Irigasi Teknis .....................................................................8
BAB II JARINGAN IRIGASI ..................................................................................13
2.1 Pendahuluan ................................................................................................13
2.2 Petak Ikhtisar ...............................................................................................13
2.2.1 Petak Tersier...................................................................................14
2.2.2 Petak Sekunder ...............................................................................15
2.2.3 Petak Primer ...................................................................................15
2.3 Bangunan.....................................................................................................16
2.3.1 Bangunan Utama ............................................................................16
2.3.2 Jaringan Irigasi ...............................................................................18
2.3.3 Bangunan Bagi dan Sadap .............................................................20
2.3.4 Bangunan-Bangunan Pengukur dan Pengatur ................................21
2.3.5 Bangunan Pengatur Muka Air ........................................................22
2.3.6 Bangunan Pembawa .......................................................................23
2.3.7 Bangunan Lindung .........................................................................25
2.3.8 Jalan dan Jembatan.........................................................................27
2.3.9 Bangunan Pelengkap ......................................................................27
2.4 Standar Tata Nama ......................................................................................28
2.4.1 Daerah Irigasi .................................................................................28
2.4.2 Jaringan Irigasi Primer ...................................................................29
2.4.3 Jaringan Irigasi Tersier ...................................................................32
2.4.4 Jaringan Pembuang ........................................................................33
2.4.5 Tata Warna Peta .............................................................................35
2.5 Definisi mengenai Irigasi ............................................................................35
BAB III PENAHAPAN PERENCANAAN IRIGASI .............................................37
3.1 Pendahuluan ................................................................................................37
3.2 Tahap Studi .................................................................................................43
xii Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
5.4
Perencanaan Saluran .................................................................................109
5.4.1 Perencanaan Pendahuluan ............................................................109
5.4.2 Perencanaan Akhir .......................................................................119
5.5 Perencanaan Bangunan Utama untuk Bendung Tetap, Bendung Gerak,
dan Bendung Karet ...................................................................................121
5.5.1 Taraf Perencanaan Pendahuluan ..................................................121
5.5.2 Taraf Perencanaan Akhir..............................................................131
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................133
LAMPIRAN I RUMUS BANJIR EMPIRIS .........................................................135
LAMPIRAN II KEBUTUHAN AIR DI SAWAH UNTUK PADI ......................161
LAMPIRAN III ANALISIS DAN EVALUASI
DATA HIDROMETEOROLOGI ..........................................................................189
DAFTAR PERISTILAHAN IRIGASI ..................................................................213
xiv Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Daftar Tabel xv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi ini merupakan bagian dari Standar Kriteria
Perencanaan Irigasi dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
Kriteria perencanaan yang diuraikan disini berlaku untuk perencanaan jaringan irigasi
teknis.
Dalam Bab II diberikan uraian mengenai berbagai unsur jaringan irigasi teknis: petak-
petak irigasi, bangunan utama, saluran dan bangunan. Pada persiapan pembangunan
sampai dengan perencanaan akhir dibagi menjadi dua tahap yaitu, Tahap Studi dan
Tahap Perencanaan. Tahap Studi dibicarakan untuk melengkapi pada persiapan
proyek.
Bab III menyajikan uraian mengenai berbagai tahap studi dan tahap perencanaan.
Pada permulaan Tahap Perencanaan, kesimpulan yang diperoleh dari Tahap Studi
akan ditinjau kembali sejauh kesimpulan tersebut berkenaan dengan perencanaan
2 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
jaringan irigasi. Peninjauan semacam ini perlu, karena dalam Tahap-tahap Studi dan
Perencanaan banyak instansi pemerintah yang terlibat didalamnya.
Kriteria Perencanaan ini memberikan petunjuk, standar dan prosedur yang digunakan
dalam perencanaan jaringan irigasi teknis penuh.
Kriteria Perencanaan ini terutama dimaksudkan untuk dipakai sebagai kriteria dalam
praktek perencanaan dengan menghasilkan desain yang aman bagi mereka yang
Pendahuluan 3
Adalah penting bagi para perencana untuk cepat menyesuaikan dengan semua metode
dan pertimbangan-pertimbangan yang mempengaruhi pengumpulan data dan metode
untuk sampai pada tahap kesimpulan mengenai ukuran dan tipe jaringan yang akan
dipakai. Oleh karena itu, Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi semata-mata
membicarakan aspek-aspek proses perencanaan saja.
Hanya jaringan dan teknik irigasi yang umum dipakai di Indonesia saja yang akan
dibicarakan. Pokok bahasan ditekankan pada perencanaan sistem irigasi gravitasi,
dimana air diperoleh dari bangunan pengambilan (intake) di sungai dan bendung
pelimpah tetap, karena keduanya merupakan tipe-tipe yang paling umum digunakan.
Kriteria Perencanaan tersebut tidak dimaksudkan untuk membahas teknik irigasi yang
memiliki masalah khusus atau jaringan irigasi dengan ukuran yang besar, atau
perencanaan jaringan yang memerlukan penggunaan teknik yang lebih tepat, demi
memperoleh penghematan-penghematan ekonomis yang penting.
4 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Kriteria Perencanaan ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk berasumsi bahwa
tanggung jawab perencanaan dapat dilimpahkan kepada personel/tenaga yang kurang
ahli, tetapi lebih untuk menunjukkan pentingnya suatu latihan keahlian dan
mendorong digunakannya secara luas oleh tenaga ahli yang berpendidikan dan
berpengalaman di bidang teknik.
Efisiensi secara Tinggi 50% - 60% Sedang 40% – 50% Kurang < 40%
5
keseluruhan (Ancar-ancar) (Ancar-ancar) (Ancar-ancar)
6 Ukuran Tak ada batasan Sampai 2.000 ha Tak lebih dari 500 ha
7 Jalan Usaha Tani Ada keseluruh areal Hanya sebagian areal Cenderung tidak ada
- Ada instansi yang
menangani Tidak ada
8 Kondisi O&P Belum teratur
- Dilaksanakan O&P
teratur
6 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Dalam konteks Standarisasi Irigasi ini, hanya irigasi teknis saja yang ditinjau. Bentuk
irigasi yang lebih maju ini cocok untuk dipraktekkan disebagian besar pembangunan
irigasi di Indonesia.
Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok,
yaitu:
Didalam irigasi sederhana, lihat Gambar 1-1. pembagian air tidak diukur atau diatur,
air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Para petani pemakai air itu tergabung
dalam satu kelompok jaringan irigasi yang sama, sehingga tidak memerlukan
keterlibatan pemerintah didalam organisasi jaringan irigasi semacam ini. Persediaan
air biasanya berlimpah dengan kemiringan berkisar antara sedang sampai curam. Oleh
karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk sistem pembagian
airnya.
Jaringan irigasi yang masih sederhana itu mudah diorganisasi tetapi memiliki
kelemahan-kelemahan yang serius. Pertama-tama, ada pemborosan air dan karena
pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang itu tidak
selalu dapat mencapai daerah rendah yang lebih subur. Kedua, terdapat banyak
Pendahuluan 7
penyadapan yang memerlukan lebih banyak biaya lagi dari penduduk karena setiap
desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri. Karena bangunan
pengelaknya bukan bangunan tetap/permanen, maka umurnya mungkin pendek.
Pengambilan bebas
28
Gabungan
34 35
saluran irigasi
dan pembuang
27 Areal persawahan
33
27 2 3 32
26
26
25
25
Dalam banyak hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi sederhana dan
jaringan semiteknis adalah bahwa jaringan semiteknis ini bendungnya terletak di
sungai lengkap dengan bangunan pengambilan dan bangunan pengukur di bagian
hilirnya. Mungkin juga dibangun beberapa bangunan permanen di jaringan saluran.
Sistem pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana (lihat Gambar 1-2).
Adalah mungkin bahwa pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang
8 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
lebih luas dari daerah layanan pada jaringan sederhana. Oleh karena itu biayanya
ditanggung oleh lebih banyak daerah layanan. Organisasinya akan lebih rumit jika
bangunan tetapnya berupa bangunan pengambilan dari sungai, karena diperlukan
lebih banyak keterlibatan dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan
Umum.
Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah pemisahan antara
jaringan irigasi dan jaringan pembuang/pematus. Hal ini berarti bahwa baik saluran
irigasi maupun pembuang tetap bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing, dari
pangkal hingga ujung. Saluran irigasi mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan
Pendahuluan 9
Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang
idealnya maksimum 50 ha, tetapi dalam keadaan tertentu masih bisa ditolerir sampai
seluas 75 ha. Perlunya batasan luas petak tersier yang ideal hingga maksimum adalah
agar pembagian air di saluran tersier lebih efektif dan efisien hingga mencapai lokasi
sawah terjauh.
Permasalahan yang banyak dijumpai di lapangan untuk petak tersier dengan luasan
lebih dari 75 ha antara lain:
- dalam proses pemberian air irigasi untuk petak sawah terjauh sering tidak
terpenuhi,
- kesulitan dalam mengendalikan proses pembagian air sehingga sering terjadi
pencurian air,
- banyak petak tersier yang rusak akibat organisasi petani setempat yang tidak
terkelola dengan baik.
Semakin kecil luas petak dan luas kepemilikan maka semakin mudah organisasi
setingkat P3A/GP3A untuk melaksanakan tugasnya dalam melaksanakan operasi dan
pemeliharaan. Petak tersier menerima air di suatu tempat dalam jumlah yang sudah
diukur dari suatu jaringan pembawa yang diatur oleh Institusi Pengelola Irigasi.
Pembagian air didalam petak tersier diserahkan kepada para petani. Jaringan saluran
tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung didalam suatu
jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan
pembuang primer.
Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsip diatas adalah cara
pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktu merosotnya
10 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Jika petak tersier hanya memperoleh air pada satu tempat saja dari jaringan
(pembawa) utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit di
saluran primer, eksploitasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebih murah
dibandingkan dengan apabila setiap petani diizinkan untuk mengambil sendiri air dari
jaringan pembawa.
Dalam hal-hal khusus, dibuat sistem gabungan (fungsi saluran irigasi dan pembuang
digabung). Walaupun jaringan ini memiliki keuntungan tersendiri, dan kelemahan-
kelemahannya juga amat serius sehingga sistem ini pada umumnya tidak akan
diterapkan.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari jaringan gabungan semacam ini adalah
pemanfaatan air yang lebih ekonomis dan biaya pembuatan saluran lebih rendah,
karena saluran pembawa dapat dibuat lebih pendek dengan kapasitas yang lebih kecil.
Kelemahan-kelemahannya antara lain adalah bahwa jaringan semacam ini lebih sulit
diatur dan dioperasikan sering banjir, lebih cepat rusak dan menampakkan pembagian
air yang tidak merata. Bangunan-bangunan tertentu didalam jaringan tersebut akan
memiliki sifat-sifat seperti bendung dan relatif mahal.
Pendahuluan 11
2. BAB II
JARINGAN IRIGASI
2.1 Pendahuluan
Bab ini membicarakan berbagai unsur sebuah jaringan irigasi teknis, yang selanjutnya
hanya akan disebut "jaringan irigasi" saja. Disini akan diberikan definisi praktis
mengenai petak primer, sekunder dan tersier.
Peta ikhtisar adalah cara penggambaran berbagai macam bagian dari suatu jaringan
irigasi yang saling berhubungan. Peta ikhtisar tersebut dapat dilihat pada peta tata
letak.
Peta ikhtisar umum dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi dengan garis-
garis kontur dengan skala 1:25.000. Peta ikhtisar detail yang biasa disebut peta petak,
dipakai untuk perencanaan dibuat dengan skala 1:5.000, dan untuk petak tersier
1:5.000 atau 1:2.000.
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak tersier. Petak ini
menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (off take) tersier
yang menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan
airnya ke saluran tersier.
Di petak tersier pembagian air, operasi dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab
para petani yang bersangkutan, dibawah bimbingan pemerintah. Ini juga menentukan
ukuran petak tersier. Petak yang kelewat besar akan mengakibatkan pembagian air
menjadi tidak efisien. Faktor-faktor penting lainnya adalah jumlah petani dalam satu
petak, jenis tanaman dan topografi. Di daerah-daerah yang ditanami padi luas petak
tersier idealnya maksimum 50 ha, tapi dalam keadaan tertentu dapat ditolelir sampai
seluas 75 ha, disesuaikan dengan kondisi topografi dan kemudahan eksploitasi dengan
tujuan agar pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan lebih mudah. Petak tersier harus
mempunyai batas-batas yang jelas seperti misalnya parit, jalan, batas desa dan batas
perubahan bentuk medan (terrain fault).
Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kuarter, masing-masing seluas kurang lebih
8-15 ha.
Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran sekunder atau saluran
primer. Perkecualian: jika petak-petak tersier tidak secara langsung terletak di
sepanjang jaringan saluran irigasi utama yang dengan demikian, memerlukan saluran
tersier yang membatasi petak-petak tersier lainnya, hal ini harus dihindari.
Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1.500 m, tetapi dalam kenyataan
kadang-kadang panjang saluran ini mencapai 2.500 m. Panjang saluran kuarter lebih
baik dibawah 500 m, tetapi prakteknya kadang-kadang sampai 800 m.
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu
saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang
terletak di saluran primer atau sekunder.
Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas,
seperti misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda,
tergantung pada situasi daerah.
Saluran sekunder sering terletak di punggung medan mengairi kedua sisi saluran
hingga saluran pembuang yang membatasinya. Saluran sekunder boleh juga direncana
sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah
saja.
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air langsung dari
saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya
langsung dari sumber air, biasanya sungai. Proyek-proyek irigasi tertentu mempunyai
dua saluran primer. Ini menghasilkan dua petak primer.
Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan
cara menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang
16 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
garis tinggi, daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari
saluran primer.
2.3 Bangunan
Bangunan utama (head works) dapat didefinisikan sebagai kompleks bangunan yang
direncanakan di dan sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke
dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi. Bangunan utama
bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan, serta mengukur banyaknya air
yang masuk.
Bangunan utama terdiri dari bendung dengan peredam energi, satu atau dua
pengambilan utama pintu bilas kolam olak dan (jika diperlukan) kantong lumpur,
tanggul banjir pekerjaan sungai dan bangunan-bangunan pelengkap.
Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk meninggikan muka air di
sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran
irigasi dan petak tersier. Ketinggian itu akan menentukan luas daerah yang diairi
(command area). Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu yang
dapat dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan ditutup
apabila aliran kecil. Di Indonesia, bendung adalah bangunan yang paling umum
dipakai untuk membelokkan air sungai untuk keperluan irigasi.
b. Bendung Karet
Bendung karet memiliki dua bagian pokok yaitu tubuh bendung yang terbuat dari
karet dan pondasi beton berbentuk plat beton sebagai dudukan tabung karet serta
Jaringan Irigasi 17
c. Pengambilan Bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang mengalirkan air
sungai ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka air di sungai. Dalam
keadaan demikian, jelas bahwa muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah yang
diairi dan jumah air yang dibelokkan harus dapat dijamin cukup.
Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada waktu terjadi surplus
air di sungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu terjadi kekurangan air. Jadi, fungsi
utama waduk adalah untuk mengatur aliran sungai.
Waduk yang berukuran besar sering mempunyai banyak fungsi seperti untuk
keperluan irigasi, tenaga air pembangkit listrik, pengendali banjir, perikanan dsb.
Waduk yang berukuran lebih kecil dipakai untuk keperluan irigasi saja.
e. Stasiun Pompa
a. Saluran Irigasi
a.1. Jaringan Irigasi Utama
- Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan ke petak-
petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan
bagi yang terakhir, lihat juga Gambar 2-1.
- Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier
yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini adalah
pada bangunan sadap terakhir.
- Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan sumber
yang memberi air pada bangunan utama proyek) ke jaringan irigasi primer.
- Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak
tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran ini termasuk
dalam wewenang Dinas Irigasi dan oleh sebab itu pemeliharaannya menjadi
tanggung jawabnya.
a.2. Jaringan Saluran Irigasi Tersier
- Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan utama ke
dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah
boks bagi kuarter yang terakhir.
- Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap
tersier atau parit sawah ke sawah-sawah.
- Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter sepanjang
itu memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan persetujuan petani
setempat pula, karena banyak ditemukan di lapangan jalan petani yang rusak
sehingga akses petani dari dan ke sawah menjadi terhambat, terutama untuk
petak sawah yang paling ujung.
- Pembangunan sanggar tani sebagai sarana untuk diskusi antar petani sehingga
partisipasi petani lebih meningkat, dan pembangunannya disesuaikan dengan
Jaringan Irigasi 19
6000 ha
4000 ha
Bendung 1 Bsngunan bagi
terakhir
1
2
2
2
2 1000 ha
4000 ha
2000 ha 3000 ha
Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan pintu dan alat
pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah dan pada waktu
tertentu.
Namun dalam keadaan tertentu sering dijumpai kesulitan-kesulitan dalam operasi dan
pemeliharaan sehingga muncul usulan sistem proporsional. Yaitu bangunan bagi dan
sadap tanpa pintu dan alat ukur tetapi dengan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Elevasi ambang ke semua arah harus sama.
2. Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama.
3. Lebar bukaan proporsional dengan luas sawah yang diairi.
Tetapi disadari bahwa sistem proporsional tidak bisa diterapkan dalam irigasi yang
melayani lebih dari satu jenis tanaman dari penerapan sistem golongan.
Untuk itu kriteria ini menetapkan agar diterapkan tetap memakai pintu dan alat ukur
debit dengan memenuhi tiga syarat proporsional.
a. Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang
dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.
b. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke
saluran tersier penerima.
c. Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu rangkaian bangunan.
Jaringan Irigasi 21
d. Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau lebih
(tersier, subtersier dan/atau kuarter).
Aliran akan diukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran jaringan primer
dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Bangunan ukur dapat dibedakan
menjadi bangunan ukur aliran atas bebas (free overflow) dan bangunan ukur aliran
bawah (underflow). Beberapa dari bangunan pengukur dapat juga dipakai untuk
mengatur aliran air.
Bangunan pengatur mempunyai potongan pengontrol aliran yang dapat distel atau
tetap. Untuk bangunan-bangunan pengatur yang dapat disetel dianjurkan untuk
menggunakan pintu (sorong) radial atau lainnya.
meninggi atau menurunnya muka air di saluran dipakai mercu tetap atau celah kontrol
trapesium (trapezoidal notch).
Bangunan-bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir saluran.
Aliran yang melalui bangunan ini bisa superkritis atau subkritis.
b. 2. Talang
Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat diatas saluran lainnya, saluran
pembuang alamiah atau cekungan dan lembah-lembah. Aliran didalam talang adalah
aliran bebas.
b. 3. Sipon
Sipon dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan gravitasi dibawah
saluran pembuang, cekungan, anak sungai atau sungai. Sipon juga dipakai untuk
melewatkan air dibawah jalan, jalan kereta api, atau bangunan-bangunan yang lain.
Sipon merupakan saluran tertutup yang direncanakan untuk mengalirkan air secara
penuh dan sangat dipengaruhi oleh tinggi tekan.
b. 4. Jembatan Sipon
Jembatan sipon adalah saluran tertutup yang bekerja atas dasar tinggi tekan dan
dipakai untuk mengurangi ketinggian bangunan pendukung diatas lembah yang
dalam.
b. 5. Flum (Flume)
Ada beberapa tipe flum yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi melalui situasi-
situasi medan tertentu, misalnya:
- flum tumpu (bench flume), untuk mengalirkan air disepanjang lereng bukit yang
curam.
- flum elevasi (elevated flume), untuk menyeberangkan air irigasi lewat diatas
saluran pembuang atau jalan air lainnya.
- flum, dipakai apabila batas pembebasan tanah (right of way) terbatas atau jika
bahan tanah tidak cocok untuk membuat potongan melintang saluran trapesium
biasa.
Flum mempunyai potongan melintang berbentuk segi empat atau setengah bulat.
Aliran dalam flum adalah aliran bebas.
Jaringan Irigasi 25
b. 6. Saluran Tertutup
Saluran tertutup dibuat apabila trase saluran terbuka melewati suatu daerah dimana
potongan melintang harus dibuat pada galian yang dalam dengan lereng-lereng tinggi
yang tidak stabil. Saluran tertutup juga dibangun di daerah-daerah permukiman dan di
daerah-daerah pinggiran sungai yang terkena luapan banjir. Bentuk potongan
melintang saluran tertutup atau saluran gali dan timbun adalah segi empat atau bulat.
Biasanya aliran didalam saluran tertutup adalah aliran bebas.
b. 7. Terowongan
Terowongan dibangun apabila keadaan ekonomi/anggaran memungkinkan untuk
saluran tertutup guna mengalirkan air melewati bukit-bukit dan medan yang tinggi.
Biasanya aliran didalam terowongan adalah aliran bebas.
Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari luar. Dari luar
bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air buangan yang
berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang berlebihan akibat kesalahan
eksploitasi atau akibat masuknya air dari luar saluran.
Sipon dipakai jika saluran irigasi kecil melintas saluran pembuang yang besar. Dalam
hal ini, biasanya lebih aman dan ekonomis untuk membawa air irigasi dengan sipon
lewat dibawah saluran pembuang tersebut.
Overchute akan direncana jika elevasi dasar saluran pembuang disebelah hulu saluran
irigasi lebih besar daripada permukaan air normal di saluran.
26 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
b. Pelimpah (Spillway)
Ada tiga tipe lindungandalam yang umum dipakai, yaitu saluran pelimpah, sipon
pelimpah dan pintu pelimpah otomatis. Pengatur pelimpah diperlukan tepat di hulu
bangunan bagi, di ujung hilir saluran primer atau sekunder dan di tempat-tempat lain
yang dianggap perlu demi keamanan jaringan. Bangunan pelimpah bekerja otomatis
dengan naiknya muka air.
f. Saluran Gendong
Saluran gendong adalah saluran drainase yang sejajar dengan saluran irigasi,
berfungsi mencegah aliran permukaan (run off) dari luar areal irigasi yang masuk ke
dalam saluran irigasi. Air yang masuk saluran gendong dialirkan keluar ke saluran
alam atau drainase yang terdekat.
Jaringan Irigasi 27
Apabila saluran dibangun sejajar dengan jalan umum didekatnya, maka tidak
diperlukan jalan inspeksi di sepanjang ruas saluran tersebut. Biasanya jalan inspeksi
terletak disepanjang sisi saluran irigasi. Jembatan dibangun untuk saling
menghubungkan jalan-jalan inspeksi di seberang saluran irigasi/pembuang atau untuk
menghubungkan jalan inspeksi dengan jalan umum.
Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter sepanjang itu
memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan persetujuan petani setempat
pula, karena banyak ditemukan di lapangan jalan petani yang rusak atau tidak ada
sama sekali sehingga akses petani dari dan ke sawah menjadi terhambat, terutama
untuk petak sawah yang paling ujung.
Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat, atau desa
penting di daerah itu, yang biasanya terletak dekat dengan jaringan bangunan utama
atau sungai yang airnya diambil untuk keperluan irigasi. Contohnya adalah Daerah
Irigasi Jatiluhur atau Daerah Irigasi Cikoncang. Apabila ada dua pengambilan atau
lebih, maka daerah irigasi tersebut sebaiknya diberi nama sesuai dengan desa-desa
terkenal di daerah-daerah layanan setempat.
Jaringan Irigasi 29
Untuk pemberian nama-nama bangunan utama berlaku peraturan yang sama seperti
untuk daerah irigasi, misalnya bendung Elak Cikoncang melayani Daerah Irigasi
Cikoncang.
Sebagai contoh, lihat Gambar 2-2. Bendung Barang merupakan salah satu dari
bangunan-bangunan utama di sungai Dolok. Bangunan-bangunan tersebut melayani
daerah Makawa dan Lamogo, keduanya diberi nama sesuai dengan nama-nama desa
utama di daerah itu.
Saluran irigasi primer sebaiknya diberi nama sesuai dengan daerah irigasi yang
dilayani, contoh: Saluran Primer Makawa.
Saluran sekunder sering diberi nama sesuai dengan nama desa yang terletak di petak
sekunder. Petak sekunder akan diberi nama sesuai dengan nama saluran sekundernya.
Sebagai contoh saluran sekunder Sambak mengambil nama desa Sambak yang
terletak di petak sekunder Sambak.
30 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Bendung LEGENDA
BARANG
RM 1 RL 1
BL 1
Bangunan bagi dengan
A = 3891 ha A = 517 ha
Q = 6.731 m3/dt Q = 0.894 m3/dt pintu sadap
Saluran primer MAKAWA
BM 3
BM 2
L1 Ka
RM 3 RM 2 22 ha 31 l/dt Bangunan sadap
A = 2031 ha A = 3184 ha
Q = 3.514 m3/dt Q = 5.508 m3/dt
BM 1
H1 Ki. 1
Q = 0.856 m3/dt
19 ha 27 l/dt
Q = 0.957 m3/dt
A = 495 ha
H2 K. 3 H2 K. 1 H1 K. 2
116 ha 162 l/dt 76 ha k16 l/dt 68 ha 95 l/dt
A = 620 ha
RL 2
Q = 1.349 m3/dt
BK 2
H2 K. 2
RK 1
96 ha 134 l/dt
A = 865 ha
K2 ka
RK 2
BK 1 BL 2
KALI DOLOK
RS 1
Q = 0.608 m3/dt
Q = 0.734 m3/dt
BS 1
A = 390 ha
A = 424 ha
S1 Ka S1 Ki 50 ha 70 l/dt
148 ha 207 l/dt 57 ha 60 l/dt RK 3
Q = 1.030 m3/dt
RL 3
SAMBAK
sekunder
A = 560 ha
Saluran
BL 3
BK 3
RS 2
L3 Ki
K3. Ki 107 ha 150 l/dt
125 ha 175 l/dt
BS 2
Q = 0.548 m3/dt
Q = 0.413 m3/dt
S2 Ka S2 Ki
A = 317 ha
183 ha 256 l/dt 97 ha 136 l/dt
A = 255 ha
Q = 0.590 m3/dt
RL 4
RK 4
A = 380 ha
RS 3
LEGENDA
RM 1 RL 1
BL 1
Saluran primer MAKAWA
Bendung Bangunan bagi dengan
BM 2a
BM 2a
BM 2d
BM 2b
BM 2c
BARANG BL 2a pintu sadap
BM 3
BM 2
KALI DOLOK
RM 3
BM 1a Bangunan sadap
BL 2b
BM 1
BL 2c Gorong - gorong
RK 1
RL 2
BL 2d
BK 2a
BS 1a
BK 2
Talang
BK 1a
BS 1b RK 2 BK 1b
Saluran sekunder SAMBAK
Sipon
BK 1 BL 2
BS 1c
Bangunan terjun
BK 3a
RS 1
BS 1d BL 3a Jembatan
RL 3
BK 3c
BS 2a
BS 2b BL 3
BK 3
BS 2c BL 4a
RS 2
BK 4a
BL 4b
BS 2 BK 4b BL 4c
BK 4c
RL 4
RK 4
RS 3
Bangunan pengelak atau bagi adalah bangunan terakhir di suatu ruas. Bangunan itu
diberi nama sesuai dengan ruas hulu tetapi huruf R (Ruas) diubah menjadi B
(Bangunan). Misalnya BS 2 adalah bangunan pengelak di ujung ruas RS 2.
Bagian KP–07 Standar Penggambaran dan BI–01 Tipe Bangunan irigasi memberikan
uraian lebih rinci mengenai sistem tata nama.
Petak tersier diberi nama seperti bangunan sadap tersier dari jaringan utama.
Misalnya petak tersier S1 kiri mendapat air dari pintu kiri bangunan bagi BS 1 yang
terletak di saluran Sambak.
1. Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang terletak di
antara kedua boks. misalnya (T1 - T2), (T3 - K1), (lihat Gambar 2-4).
2. Boks Tersier diberi kode T, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum jam,
mulai dari boks pertama di hilir bangunan sadap tersier: T1, T2 dan sebagainya.
Penahapan Perencanaan Irigasi 33
3. Petak kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti dengan nomor urut
menurut arah jarum jam. Petak rotasi diberi kode A, B, C dan seterusnya menurut
arah jarum jam.
4. Boks kuarter diberi kode K, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum jam,
mulai dari boks kuarter pertama di hilir boks tersier dengan nomor urut tertinggi:
K1, K2 dan seterusnya.
A A1 B1 B2 B C1
C2
T1 T2 T3 K2
K1 K3 C3
A3 A2 D3 D2 D1 D C
5. Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang dilayani
tetapi dengan huruf kecil, misalnya a1, a2 dan seterusnya.
6. Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang dibuang
airnya, menggunakan huruf kecil diawali dengan dk, misalnya dka1, dka2 dan
seterusnya.
7. Saluran pembuang tersier, diberi kode dt1, dt2 juga menurut arah jarum jam.
Pembuang sekunder pada umumnya berupa sungai atau anak sungai yang lebih kecil.
Beberapa di antaranya sudah mempunyai nama yang tetap bisa dipakai, jika tidak
sungai/anak sungai tersebut akan ditunjukkan dengan sebuah huruf bersama-sama
dengan nomor seri. Nama-nama ini akan diawali dengan huruf d (d = drainase).
Pembuang tersier adalah pembuang kategori terkecil dan akan dibagi-bagi menjadi
ruas-ruas dengan debit seragam, masing-masing diberi nomor. Masing-masing petak
tersier akan mempunyai nomor seri sendiri-sendiri.
27
34
A4 -A
33
dR g
32
an
bu
31
em
0
P
29 3
A3
dR
28
26
27
d2
d2 d3
d1
26
d2
d2
A2
d1
25
dR
25 d1
d1
d1 d RA 1
d RM 2 d RM 3 d RM 4
d RM 1
Gambar 2-5 diatas adalah contoh sistem tata nama untuk saluran pembuang.
Penahapan Perencanaan Irigasi 35
a. Daerah Studi adalah Daerah Proyek ditambah dengan seluruh Daerah Aliran
Sungai (DAS) dan tempat-tempat pengambilan air ditambah dengan daerah-
daerah lain yang ada hubungannya dengan daerah studi
yang tidak diairi, jalan utama, rawa-rawa dan daerah-daerah yang tidak akan
dikembangkan untuk irigasi dibawah proyek yang bersangkutan.
d. Daerah Irigasi Netto/Bersih adalah tanah yang ditanami (padi) dan ini adalah
daerah total yang bisa diairi dikurangi dengan saluran-saluran irigasi dan
pembuang primer, sekunder, tersier dan kuarter, jalan inspeksi, jalan setapak dan
tanggul sawah. Daerah ini dijadikan dasar perhitungan kebutuhan air, panenan
dan manfaat/keuntungan yang dapat diperoleh dari proyek yang bersangkutan.
Sebagai angka standar luas netto daerah yang dapat diairi diambil 0,9 kali luas
total daerah-daerah yang dapat diairi.
f. Daerah Fungsional adalah bagian dari Daerah Potensial yang telah memiliki
jaringan irigasi yang telah dikembangkan. Daerah fungsional luasnya sama atau
lebih kecil dari Daerah Potensial.
Saluran + pembuang
Primer dan Sekunder + Tanggul , jalan
Daerah tak bisa diairi Desa Jalan primer Jalan petani Saluran tersier dan kuarter setapak
Daerah proyek
Luas total yang bisa diairi
3. BAB III
PENAHAPAN PERENCANAAN IRIGASI
3.1 Pendahuluan
Perencanaan pembangunan irigasi dibagi menjadi dua tahap utama yaitu Tahap
Perencanaan Umum (studi) dan Tahap Perencanaan Teknis (seperti tercantum dalam
Tabel 3-1.). Tabel 3-1. menyajikan rincian S-I-D menjadi dua tahap. Tahap Studi dan
Tahap Perencanaan Teknis. Masing-masing tahap (phase) dibagi menjadi taraf
(phase), yang kesemuanya mempunyai tujuan yang jelas.
Pada Tabel 3-1. diberikan ciri-ciri utama masing-masing taraf persiapan proyek
irigasi. Suatu proyek meliputi seluruh atau sebagian saja dari taraf-taraf ini
bergantung kepada investasi/modal yang tersedia dan kemauan atau keinginan
masyarakat serta pengalaman mengenai pertanian irigasi di daerah yang
bersangkutan. Lagi pula batas antara masing-masing tahap bisa berubah-ubah:
- Seluruh taraf pengenalan bisa meliputi inventarisasi dan identifikasi proyek;
sedangkan kegiatan-kegiatan dalam studi pengenalan (reconnaissance study)
detail mungkin bersamaan waktu dengan kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam
ruang lingkup studi prakelayakan;
- Studi kelayakan detail akan meliputi juga perencanaan pekerjaan irigasi
pendahuluan.
Sesuai dengan Undang-undang Sumber Daya Air bahwa dalam wilayah sungai akan
dibuat Pola Pengembangan dan Rencana Induk wilayah sungai, terkait dengan hal
tersebut pada kondisi wilayah sungai yang belum ada Pola Pengembangan dan
Rencana Induk, tetapi sudah perlu pengembangan irigasi, maka pada tahap studi awal
dan studi identifikasi hasilnya sebagai masukan untuk pembuatan pola pengembangan
wilayah sungai. Namun jika pola pengembangan wilayah sungai sudah ada, maka
tahap studi awal dan studi identifikasi tidak diperlukan lagi.
Rencana induk (master plan) pengembangan sumber daya air di suatu daerah
(wilayah sungai, unit-unit administratif) dimana irigasi pertanian merupakan bagian
utamanya, dapat dibuat pada tahapan studi yang mana saja sesuai ketersedian dana.
Akan tetapi biasanya rencana induk dibuat sebagai bagian (dan sebagai hasil) dari
studi pengenalan. Pada Gambar 3-1 diberikan ilustrasi mengenai, hubungan timbal
balik antara berbagai taraf termasuk pembuatan Rencana Induk.
Penahapan Perencanaan Irigasi 39
TAHAP STUDI
- Analisa dari segi teknis dan ekonomis untuk proyek yang sedang
STUDI KELAYAKAN
dirumuskan.
40 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
TAHAP PERENCANAAN
Strategi
nasional dan propinsi Pemilihan
Pusat atau Pola
kriteria dan pertimbangan
pertimbangan khusus Daerah
Pemilihan
Investarisasi study lebih
tanah dan air Lanjut
Pemantauan
dan
evaluasi
Alokasi Pemilihan
daya study lebih
Lanjut
Pengukuran
dan
Anggaran penyelidikan Anggaran
dan dan
perencanaan perencanaan
program program
Keputusan
bahwa proyek study
bisa diteruskan kelayakan
Alokasi perencanaan dan
daya pelaksanaan proyek
perencanaan Pemilihan
dan proyek sederhana
pembiayaan
proyek pasti
bagi perlengkapan
dan pelaksanaan
Kegiatan perencanaan
Hasil kegiatan dan keputusan
atau induk ( garis yang lebih tebal menunjukan -
urutan persiapan pokok )
Uraian lain mengenai teknik dan kriteria yang memberikan panduan dalam Tahap
Studi, diberikan dalam pedoman perencanaan dari Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air, Bina Program dan buku-buku petunjuk perencanaan. Buku-buku Standar
Perencanaan lrigasi memberikan petunjuk dan kriteria untuk melaksanakan studi dan
membuat perencanaan pendahuluan dan perekayasaan detail baik Tahap Studi
maupun Tahap Perencanaan Teknis akan dibicarakan dalam pasal-pasal berikut ini,
agar para ahli irigasi menjadi terbiasa dengan latar belakang dan ruang lingkup
pekerjaan ini, serta memberikan panduan yang jelas guna mencapai ketelitian yang
disyaratkan.
Dalam Tahap Studi ini konsep proyek dibuat dan dirinci mengenai irigasi pertanian
ini pada prinsipnya akan didasarkan pada faktor-faktor tanah, air dan penduduk,
namun juga akan dipelajari berdasarkan aspek-aspek lain. Aspek-aspek ini antara lain
meliputi ekonomi rencana nasional dan regional, sosiologi dan ekologi. Berbagai
studi dan penyelidikan akan dilakukan. Banyaknya aspek yang akan dicakup dan
mendalamnya penyelidikan yang diperlukan akan berbeda-beda dari proyek yang satu
dengan proyek yang lain. Pada Gambar 3-2 ditunjukkan urut-urutan kegiatan suatu
proyek.
SA : Studi awal
SI : Studi identifikasi
SP : Studi pengenalan
44 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
SK : Studi kelayakan
PP : Perencanaan pendahuluan
PD : Perencanaan detail
RI : Rencana induk
Klasifikasi sifat-sifat proyek dapat ditunjukkan dengan matriks sederhana (lihat
Gambar 3-2).
'Ekonomis' berarti bahwa keuntungan dan biaya proyek merupakan data evaluasi yang
punya arti penting.
Pada dasarnya semua proyek harus dianalisis dari segi ekonomi. Oleh sebab itu,
kombinasi 4 tidak realistis.
Bagan arus yang diberikan pada Gambar 3-3. menunjukkan hubungan antara berbagai
taraf dalam Tahap Studi dan Tahap Perencanaan.
Penahapan Perencanaan Irigasi 45
Ide
STUDI IDENTIFIKASI
Memenuhi Tidak
Persyaratan Batal
Ekonomi
dominan
Ya PKM
Ide usulan:
Pengembangan daerah irigasi
rancangan langkah
Survey & analisis studi pengenalan
pengembangan
STUDI PENGENALAN
PERENCANAAN PENDAHULUAN
PKM
KELAYAKAN
A
Penentuan
sempadan saluran
pendahuluan
Rencana
Peta Petak
Perencanaan
pendahuluan
definitif
PERENCANAAN PENDAHULUAN
ya
Luas areal
Irigasi Analisa Data
kelayakan non teknis
Tidak
PERENCANAAN PENDAHULUAN
Layak? Batal
- Tinjau kembali data
- Pengumpulan data
tambahan ya
- Survey dan penyelidikan
tambahan
Pemutakhiran
ijin alokasi air
irigasi
Penyelusuran
bersama Sipil
Geoteknik, Geodesi
untuk cheking elevasi,
PERENCANAAN DETAIL
Penyelusuran ahli
arah saluran dan situasi Sipil, Geoteknik,
Geodetik:
Cek lokasi bangunan
dan rencana
penyelidikan
Modifikasi
Permasalahan Ada rencana Pengukuran jaringan
peta petak utama
- trase saluran dan
situasi bangunan
Penyelidikan Geoteknik
Peta petak
akhir
B
Gambar 3-4. Bagan Kegiatan-Kegiatan pada Tahap Studi dan Perencanaan (Lanjutan)
Penahapan Perencanaan Irigasi 47
Penyesuaian
Perlu Perencanaan Ya
Ya Pendahuluan Modifikasi
Penyesuaian? Uji Hidrolis perencanaan
dengan
Keadaan lapangan
Tidak
Penyesuaian
Rencana perencanaan Final
elevasi muka air pendahuluan perencanaan
PERENCANAAN DETAIL
di saluran dengan jaringan utama
keadaan lapangan
PERENCANAAN DETAIL
Perencanaan
jaringan tersier
Tambahan
pengukuran
dan Updating ijin
penyelidikan alokasi
air irigasi
Perencanaan
akhir
Pelaksanaan
Perencanaan Perencanaan
bangunan Perencanaan Bangunan-
utama saluran Bangunan
Manajemen aset
Operasi dan
pemeliharaan
Gambar 3-5. Bagan Kegiatan-Kegiatan pada Tahap Studi dan Perencanaan (Lanjutan)
48 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Mulai
Penyesuaian perencanaan
Perlu pendahuluan dengan keadaan
Penyesuaian? lapangan
Analisa Sedimen
Perhitungan debit
Perlu
saluran definitif
kantong
Perhitungan dimensi
kantong lumpur
Optimasi biaya
pengurasan
kantong lumpur, El.
dg hidrolis dan
mekanis
Elevasi Mercu
bangunan utama
Tidak Modifikasi
Uji hidraulis ? perencanaan
Final perencanaan
jaringan utama
Pemutakhiran
Sempadan Saluran
Perencanaan Jaringan
Tersier
Manual O dan P
Perencanaan Akhir
Selesai
Gambar 3-7. Bagan Kegiatan-Kegiatan pada Tahap Studi Detail Desain (Lanjutan)
50 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Kebanyakan masalah dicakup didalam studi yang berbeda-beda detail dan analisa
akan menjadi lebih akurat dengan dilakukannya studi-studi berikutnya. Pada Tabel 3-
2 dan 3-3 diuraikan kegiatan-kegiatan, data produk akhir rekomendasi dan derajat
ketelitian yang diperlukan dalam berbagai taraf studi dan perencanaan.
Pada setiap taraf studi, ada tujuh persyaratan perencanaan proyek irigasi yang akan
dianalisis dan dievaluasi. Persyaratan yang dimaksud adalah:
- Lokasi dan perkiraan luas daerah irigasi; 5.
- Garis besar rencana pertanian;
- Sumber air irigasi dengan penilaian mengenai banyaknya air yang tersedia serta
perkiraan kebutuhan akan air irigasi, kebutuhan air minum, air baku, industri dan
rumah tangga;
- Deskripsi tentang pekerjaan prasarana infrastruktur baik yang sedang
direncanakan maupun yang sudah ada dengan perkiraan lokasi-lokasi
alternatifnya;
- Program pelaksanaan dan skala prioritas pengembangannya; terpenuhinya
kedelapan persyaratan pengembangan dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
(lihat subbab 3.2.2);
- Dampaknya terhadap pembangunan sosial-ekonomi dan lingkungan.
Ide untuk menjadikan suatu daerah menjadi daerah irigasi datang dari lapangan atau
kantor. Konsep atau rencana membuat suatu proyek terbentuk melalui pengamatan
kesempatan fisik di lapangan atau melalui analisa data-data topografi dan hidrologi.
Dalam taraf lapangan ini proyek akan dievaluasi sesuai dengan garis besar dan tujuan
pengembangan proyek yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
Tujuan tersebut meliputi aspek-aspek berikut:
- Kesuburan tanah
- Tersedianya air dan air yang dibutuhkan (kualitas dan kuantitas) populasi sawah,
petani (tersedia dan kemauan)
- Pemasaran produksi
- Jaringan jalan dan komunikasi
- Status tanah
- Banjir dan genangan
- Lain-lain (potensi transmigrasi, pertimbangan-pertimbangan nonekonomis)
Studi Identifikasi harus menghasilkan suatu gambaran yang jelas mengenai kelayakan
(teknis) proyek yang bersangkutan. Akan tetapi studi ini akan didirikan pada data
yang terbatas dan survei lapangan ini akan bersifat penjajakan/eksploratif, termasuk
penilaian visual mengenai keadaan topografi daerah itu. Tim identifikasi harus terdiri
dari orang-orang profesional yang sudah berpengalaman. Tim ini paling tidak terdiri
dari:
- seorang ahli irigasi
- seorang perencana pertanian
- seorang ahli geoteknik, jika aspek-aspek geologi teknik dianggap penting dan jika
diperkirakan akan dibuat waduk.
Studi Identifikasi akan didasarkan pada usulan (proposal) proyek yang dibuat pada
taraf Studi Awal. Studi Identifikasi akan menilai kelayakan dari usulan tersebut serta
menelaah ketujuh persyaratan perencanaan yang disebutkan dalam pendahuluan pasal
52 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
ini. Selanjutnya hasil dari studi ini akan dituangkan dalam Pola Pengembangan Irigasi
yang merupakan bagian dari Pola Pengembangan Wilayah Sungai.
Tujuan utama studi ini ialah untuk memberikan garis besar pengembangan
pembangunan multisektor dari segi-segi teknis yang meliputi hal-hal berikut:
- Irigasi, hidrologi dan teknik sipil
- Pembuatan rencana induk pengembangan irigasi sebagai bagian dari Rencana
Induk Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang dipadu serasikan
dengan RUTR Wilayah.
- Agronomi
- Geologi
- Ekonomi
- Bidang-bidang yang berhubungan, seperti misalnya perikanan, tenaga air dan
ekologi.
- Pengusulan ijin alokasi air irigasi.
Berbagai ahli dilibatkan didalam studi multidisiplin ini. Data dikumpulkan dari
lapangan dan kantor. Studi ini terutama menekankan irigasi dan aspek-aspek yang
berkaitan langsung dengan irigasi. Beberapa disiplin ilmu hanya berfungsi sebagai
pendukung saja; evaluasi data dan rencana semua diarahkan ke pengembangan irigasi.
Penahapan Perencanaan Irigasi 53
c. Pengenalan - ada survey - seperti Studi - analisis - seperti Studi - buat garis - seperti pada - isi laporan studi - teruskan dengan Rekayasa
Studi terbatas Identifikasi frekuensi banjir Identifikasi besar Studi pengenalan studi kelayakan 60%
- peta situasi skala tapi lebih dan kekeringan tapi lebih perencanaan Identifikasi - lokasi - kumpulkan data
peta detail - perkiraan detail dengan sketsa tapi lebih alternatif tambahan untuk
1:10.000 - pastikan sedimen, - parameter tata letak & detail bangunan studi kelayakan Biaya:
dengan selang kecocokan limpasan air perencanaan uraian - identifikasi utama 70%
kontur 1m tanah untuk hujan, erosi geologi teknik pekerjaan komponen trase saluran
pertanian - neraca air pendahuluan dengan skala proyek tersedianya
54 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Jika perlu, Studi Kelayakan bisa didahului dengan Studi Prakelayakan. Tujuan utama
Studi Prakelayakan adalah untuk menyaring berbagai proyek alternatif yang sudah
dirumuskan dalam Studi Pengenalan berdasarkan perkiraan biaya dan keuntungan
yang dapat diperoleh. Alternatif untuk studi lebih lanjut akan ditentukan. Pada taraf
ini tidak diadakan pengukuran lapangan, tetapi hanya akan dilakukan pemeriksaan
lapangan saja. Tujuan utama studi kelayakan adalah untuk menilai kelayakan
pelaksanaan untuk proyek dilihat dari segi teknis dan ekonomis. Studi kelayakan
bertujuan untuk:
- Memastikan bahwa penduduk setempat akan mendukung dilaksanakannya proyek
yang bersangkutan;
- Memastikan bahwa masalah sosial dan lingkungan lainnya bisa diatasi tanpa
kesulitan tinggi
- Mengumpulkan dan meninjau kembali hasil-hasil studi yang telah dilakukan
sebelumnya;
- Mengumpulkan serta menilai mutu data yang sudah tersedia;
Para petani pemakai air sekarang dan dimasa mendatang
Topografi
Penahapan Perencanaan Irigasi 57
Untuk mencapai tingkat ketelitian yang tinggi pada studi kelayakan dibutuhkan data
yang lebih lengkap guna merumuskan semua komponen proyek yang direncanakan.
Dengan memasukkan masalah sosial dan lingkungan, diharapkan saat pelaksanaan
konstruksi nanti tidak timbul gejolak sosial dan permasalahan lingkungan.
Perencanaan pendahuluan untuk pekerjaan prasarana yang diperlukan hanya dapat
dibuat berdasarkan data topografi yang cukup lengkap. Studi Kelayakan biasanya
memerlukan pengukuran topografi tambahan. Perekayasaan untuk Studi Kelayakan
harus mengikuti persyaratan untuk perencanaan pendahuluan seperti yang diuraikan
dalam subbab 3.3.1.
Ahli irigasi yang ambil bagian dalam Tahap Perencanaan, sering belum terlibat
didalam Tahap studi. Oleh karena itu ahli irigasi diwajibkan untuk mengadakan
verifikasi dan mempelajari kesimpulan-kesimpulan yang dicapai pada Tahap Studi
sebelum ia memulai pekerjaannya. Jika demikian halnya, maka boleh jadi diperlukan
studi ulang atau penyelidikan tambahan.
a. Pengukuran
a. 1. Peta topografi
Program pemetaan dimulai dengan peninjauan cakupan, ketelitian dan kecocokan
peta-peta dan foto udara yang sudah ada. Lebih Ianjut akan direncanakan
pengukuran-pengukuran, pemotretan udara dan pemetaan dengan ketentuan-ketentuan
yang mendetail. Biasanya akan dibuat sebuah peta topografi baru yang dilengkapi
dengan garis-garis tinggi untuk proyek-itu.
Peta topografi itu terutama akan digunakan dalam pembuatan tata letak pendahuluan
jaringan irigasi yang bersangkutan. Peta-peta topografi dibuat dengan skala 1:25.000
untuk tata letak umum, dan 1:5.000 untuk tata letak detail.
Pemetaan topografi sebaiknya didasarkan pada foto udara terbaru, dengan skala foto
sekitar 1:10.000. Hal ini akan mempermudah perubahan peta-peta ortofoto atau
mosaik yang dilengkapi dengan garis-garis ketinggian yang memperlihatkan detail
lengkap topografi. Seandainya tidak belum tersedia foto udara dan pembuatan foto
udara baru akan meminta terlalu banyak biaya, maka sebagai gantinya dapat dibuat
peta terestris yang dilengkapi dengan garis-garis tinggi.
Bila foto udara tersebut dibuat khusus untuk proyek, maka skalanya adalah sekitar
1:10.000, digunakan baik untuk taraf perencanaan maupun studi kelayakan. Biasanya
pembuatan peta untuk proyek irigasi seluas 10.000 ha atau lebih, didasarkan pada
hasil pemotretan udara.
60 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Hidrologi Kesimpulan
Tahap Perencanaan Lokasi Tanah Aspek Aspek Derajat
dan tersedianya Perekayasaan Produk Akhir &
Jaringan Utama Topografi Pertanian Geoteknik Multisektor ketelitian
air Rekomendasi
bangunan bangunan pendahuluan instansi- perencanaan pelaksanaan Biaya:
pelengkap utama, saluran, menjadi instansi gambar- pembebasan
95%
dengan skala bangunan, perencanaan untuk aspek- gambar tanah
1:200 - pola tanam - perhitungan sumber bahan akhir aspek yang pelaksanaan
- laporan akhir akhir - akhir untuk galian/timbuna - perencanaan berhubungan: rincian volume
(definitif) laporan n detail, gambar jalan, & biaya
perencanaan - parameter perencanaan transmigrasi, perkiraan
- perencanaan Rincian volume pertanian, biaya
geoteknik yang dan biaya dan PEMDA metode &
dianjurkan Dokumentasi program
- perhitungan Tender pelaksanaan
- akhir untuk - Laporan dokumen
laporan Perencanaan tender
perencanaan - Biaya dan buku petunjuk
metode E&P
pelaksanaan
62 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Untuk melakukan penelitian ini harus sudah tersedia peta dasar topografi atau foto
udara. Penelitian kemampuan tanah harus diadakan sampai tingkat setengah-detail,
dengan pengamatan tanah per 25 ha sampai 50 ha.
Penahapan Perencanaan Irigasi 63
Penelitian kemampuan tanah untuk studi kelayakan serupa dengan penelitian yang
sudah dijelaskan diatas.
b. Perencanaan pendahuluan
Tujuan yang akan dicapai oleh tahap perencanaan pendahuluan adalah untuk
menentukan lokasi dan ketinggian bangunan-bangunan utama, saluran irigasi dan
pembuang, dan luas daerah layanan yang kesemuanya masih bersifat pendahuluan.
Walaupun tahap ini masih disebut perencanaan "pendahuluan", namun harus
dimengerti bahwa hasilnya harus diusahakan setepat mungkin.
Pekerjaan dan usaha yang teliti dalam tahap perencanaan pendahuluan akan
menghasilkan perencanaan detail yang bagus.
Hasil perencanaan pendahuluan yang jelek sering tidak diperbaiki lagi dalam taraf
perencanaan detail demi alasan-alasan praktis.
yang mungkin timbul selama perencanaan, bagaimana pun kurang pentingnya, akan
ditinjau pada tahap ini.
Selain cek trase dan elevasi saluran pengecekan lapangan harus mencakup hasil-hasil
pengukuran ulang ketinggian-ketinggian penting yang dilakukan pada tarat
perencanaan pendahuluan, misalnya bangunan utama, bangunan-bangunan silang
utama, beberapa benchmark, dan alat pencatat otomatis tinggi muka air.
Pada tahap perencanaan pendahuluan akan dibuat analisis hidrologi proyek yang
meliputi:
- Tersedianya air
- Kebutuhan air
- Neraca air.
Analisis itu dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa tersedia cukup air untuk irigasi
dan tujuan-tujuan lain khususnya air minum di daerah proyek yang direncanakan.
Analisis hidrologi ini didasarkan pada data-data yang diperoleh pada Tahap Studi
Analisis ini mutlak perlu apabila air yang tersedia terbatas tapi daerah yang harus
diairi sangat luas. Berdasarkan jumlah air yang tersedia, dibuatlah perhitungan detail
mengenai daerah maksimum yang akan diairi. Baru kemudian tata letak dapat dibuat.
Berdasarkan hasil analisa kebutuhan air maka pemutakhiran ijin alokasi air irigasi
dapat dibuat.
a. 1. Pengukuran topografi
- Pengukuran trase saluran
- Pengukuran situasi bangunan-bangunan khusus
a. 2. Penyelidikan geologi teknik
- Geologi
- Mekanika tanah
a. 3. Penyelidikan model hidrolis.
a. 1. Pengukuran topografi
Pengukuran trase saluran dilakukan menyusul masuknya hasil-hasil tahap
perencanaan pendahuluan. Adalah penting bahwa untuk pengukuran sipat datar trase
saluran hanya dipakai satu basis (satu tinggi benchmark acuan). Tahap ini telah
selesai dan menghasilkan peta tata letak dengan skala 1:5.000 dimana trase saluran
diplot.
Penahapan Perencanaan Irigasi 67
Ahli irigasi harus sudah menyelidiki trase ini sampai lingkup tertentu dan sudah
memahami ketentuan-ketentuan khusus pengukuran (lihat subbab 3.3.1.b).
Pengukuran-pengukuran situasi juga dilaksanakan pada taraf ini yang meliputi:
- Saluran-pembuang silang yang besar dimana topografi terlalu tidak teratur untuk
menentukan lokasi as saluran pada lokasi persilangan;
- Lokasi bangunan-bangunan khusus.
Disini ahli irigasi harus memberikan ketentuan-ketentuan/spesifikasi dan bertanggung
jawab atas hasil-hasilnya.
Analisis dan evaluasi datanya akan dikerjakan oleh ahli geologi teknik dan hasilnya
harus siap pakai untuk perencanaan. Dari awal keikutsertaannya, ahli itu harus
memiliki pengetahuan yang jelas mengenai bangunan-bangunan yang direncanakan.
Akan tetapi, perencanaan akhir diputuskan oleh perencana.
Perlu diingat bahwa sebagian dari kegiatan-kegiatan penyelidikan geologi teknik
diatas, telah dilakukan untuk studi kelayakan proyek. Biasanya data-data ini tidak
cukup untuk perencanaan detail, khususnya yang menyangkut pondasi bangunan-
bangunan besar.
Tahap perencanaan akhir akan disusul dengan perkiraan biaya, program dan metode
pelaksanaan, pembuatan dokumen tender dan pelaksanaan.
Perencanaan akhir akan disajikan sebagai laporan perencanaan yang berisi semua data
yang telah dijadikan dasar perencanaan tersebut serta kriteria yang diterapkan,
maupun gambar-gambar perencanaan dan rincian volume dan biaya (bill of
quantities). Laporan itu juga memuat informasi mengenai urut-urutan pekerjaan
pelaksanaan dan ekspoitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.
4. BAB VI
DATA, PENGUKURAN DAN PENYELIDIKAN
UNTUK PERENCANAAN IRIGASI
4.1 Umum
Kegiatan-kegiatan Tahap Perencanaan dapat dibagi menjadi dua bagian seperti yang
diperlihatkan dalam bab terdahulu, yaitu:
- Tahap perencanaan pendahuluan, dan
- Tahap perencanaan akhir.
Data-data yang dikumpulkan selama Tahap Studi hanya seperti data yang
dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan dan penyelidikan lapangan. Tidak dibutuhkan
pengumpulan data secara sistematis seperti dalam Tahap Perencanaan. Disini ada satu
perkecualian, yakni pengumpulan data untuk Studi Kelayakan. Seperti yang
dibicarakan dalam Bab 3, data-data ini dikumpulkan menurut. Persyaratan seperti
pada tahap Perencanaan Pendahuluan.
Dalam bab ini hanya akan dirinci data-data yang diperlukan untuk Tahap
Perencanaan. Untuk tahap-tahap perencanaan data-data yang dibutuhkan adalah yang
berhubungan dengan informasi mengenai hidrologi, topografi dan geologi teknik.
Gejala-gejala hidrologi seperti aliran sungai dan curah hujan bervariasi dalam hal
waktu, dan hanya bisa dipelajari dengan tepat melalui data-data dasar yang telah
terkumpul sebelum studi ini. Sering tersedianya catatan historis mengenai gejala ini
72 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
terbatas hanya dari beberapa tahun saja, atau bahkan tidak ada sama sekali.
Penyelidikan di lapangan hanya akan menghasilkan informasi mengenai gejala-gejala
yang ada sekarang pengetahuan mengenai hidrologi di daerah-daerah yang berdekatan
dan metode, metode perkiraan hidrologi yang sudah mapan akan merupakan dasar
untuk memperkirakan parameter hidrologi yang diperlukan.
Untuk informasi mengenai topografi dan keadaan geologi teknik situasinya berbeda.
Pengukuran-pengukuran khusus menjelang tahap perencanaan akan dilakukan untuk
memperoleh data-data yang diperlukan untuk perencanaan.
Data yang diperlukan untuk tahap-tahap studi berbeda dengan yang diperlukan untuk
tahap perencanaan dalam hal sifat, ketelitian dan kelengkapan (lihat Tabel 3-2 dan 3-
3). Dalam Tahap Studi tingkat ketelitian untuk Studi Identifikasi harus sekitar 40%
sampai 50%, Studi Pengenalan harus mencapai tingkat ketelitian 60% untuk rekayasa
dan 70% untuk perkiraan biaya.
4.2 Hidrometeorologi
4.2.1 Data
a. Parameter
Dalam Tabel 4-1. diringkas parameter perencanaan. Data-data hidrologi dan kriteria
perencanaan. Kriteria ini akan diuraikan lebih lanjut dalam pasal-pasal berikut ini.
b. Pencatatan data
Catatan informasi mengenai analisis hidrologi terdiri dari peta-peta, aliran sungai dan
meteorologi. Informasi tersebut dapat diperoleh dari instansi-instansi yang disebutkan
dalam Bab III.
c. Penyelidikan lokasi
Penyelidikan di daerah aliran sungai dan irigasi akan lebih melengkapi catatan data
dan lebih memperdalam pengetahuan mengenai gejala-gejala hidrologi. Tempat-
tempat pencatatan akan dikunjungi dan metode yang digunakan diperiksa.
Penyelidikan lapangan dipusatkan pada keadaan aliran sungai dan daerah
pembuangan. Data-data yang akan dikumpulkan berkenaan dengan tinggi muka air
maksimum, peluapan tanggul sungai, penggerusan, sedimentasi dan erosi tanggul.
Potongan melintang tinggi tanggul (bankfull cross-sections) akan diperkirakan;
koefisien kekasaran saluran dan kemiringan dasar diukur dimana perlu.
Untuk analisis curah hujan efektif, curah hujan di musim kemarau dan penghujan
akan sangat penting artinya. Untuk curah hujan lebih, curah hujan di musim
penghujan (bulan-bulan turun hujan) harus mendapat perhatian tersendiri. Untuk
kedua tujuan tersebut data curah hujan harian akan dianalisis untuk mendapatkan
Data, Pengukuran dan Penyelidikan untuk Perencanaan Irigasi 75
tingkat ketelitian yang dapat diterima. Data curah hujan harian yang meliputi periode
sedikitnya 10 tahun akan diperlukan.
Analisis curah hujan yang dibicarakan disini diringkas pada Tabel 4-1.
- transportasi/perubahan
jika seringnya terlalu Hujan lebat
pendek Curah hujan sehari maksimum
- hujan lebat dengan kemungkinan tak
terpenuhi 20%, 4%-1%, 0,1%
dengan distribusi frekuensi yang
eksterm
4.2.3 Evapotranspirasi
Data-data iklim yang diperlukan untuk perhitungan ini adalah yang berkenaan
dengan :
- Temperatur: harian maksimum, minimum dan rata-rata
- Kelembaban relatif
76 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode
ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa membahayakan
proyek irigasi dan stabilitas bangunan- bangunan.
Jika saluran irigasi primer bisa rusak akibat banjir sungai, maka perentase
kemungkinan tak terpenuhi sebaiknya diambil kurang dari 4%, kadang-kadang turun
sampai 1% debit banjir ditetapkan dengan cara menganalisis debit puncak, dan
biasanya dihitung berdasarkan hasil pengamatan harian tinggi muka air. Untuk
keperluan analisis yang cukup tepat dan andal, catatan data yang dipakai harus paling
tidak mencakup waktu 20 tahun. Persyaratan ini jarang bisa dipenuhi (lihat juga Tabel
4-4)
Faktor lain yang lebih sulit adalah tidak adanya hasil pengamatan tinggi muka air
(debit) puncak dari catatan data yang tersedia. Data debit puncak yang hanya
mencakup jangka waktu yang pendek akan mempersulit dan bahkan berbahaya bagi si
pengamat.
Pada kenyataannya bahwa ternyata debit banjir dari waktu kewaktu mengalami
kenaikan, semakin membesar seiring dengan penurunan fungsi daerah tangkapan air.
Perhitungan debit rencana yang sudah dibicarakan disini diringkas pada Tabel 4-3.
78 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan
terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk irigasi. Kemungkinan
terpenuhi ditetapkan 80% (kemungkinan bahwa debit sungai lebih rendah dari debit
andalan adalah 20%). Debit andalan ditentukan untuk periode tengah – bulanan. Debit
minimum sungai diantalisis atas dasar data debit harian sungai. Agar analisisnya
cukup tepat dan andal, catatan data yang diperlukan harus meliputi jangka waktu
paling sedikit 20 tahun. Jika persyaratan ini tidak bisa dipenuhi, maka metode
hidrologi analitis dan empiris bisa dipakai.
Data, Pengukuran dan Penyelidikan untuk Perencanaan Irigasi 79
Dalam menghitung debit andalan, kita harus mempertimbangkan air yang diperlukan
dari sungai di hilir pengambilan.
Dalam praktek ternyata debit andalan dari waktu kewaktu mengalami penurunan
seiring dengan penurunan fungsi daerah tangkapan air.
4.3 Pengukuran
Studi Awal dan Studi ldentifikasi didasarkan pada peta-peta yang ada. Instansi-
instansi yang dapat memberikan informasi yang diperlukan ini didaftar pada Bab 3.
Pengukuran pemetaan merupakan kegiatan yang dimulai didalam Studi ldentifikasi
sampai tahap perencanaan pendahuluan suatu proyek.
Pemetaan bisa didasarkan pada pengukuran medan (terestris) penuh yang sudah
menghasilkan peta-peta garis topografi lengkap dengan garis-garis konturnya. lni
adalah cara pemetaan yang relatif murah untuk daerah-daerah kecil. Pemetaan
fotogrametri, walaupun lebih mahal, jauh lebih menguntungkan karena semua detail
topografi dapat dicakup didalam peta. Ini sangat bermanfaat khususnya untuk
perencanaan petak tersier. Yang paling tidak menguntungkan adalah apabila
diperlukan foto udara dan biaya-biaya yang tinggi. Untuk proyek-proyek kecil
pembuatan foto udara akan terlalu mahal dan kurang praktis perencanaannya.
Kemudian pemecahan yang mungkin adalah pada waktu yang bersamaan mengambil
potret untuk proyek-proyek yang bersebelahan/didekatnya.
Proyek seluas 10.000 ha atau lebih biasanya didasarkan pada peta foto udara. Untuk
itu (jika dianggap perlu) akan dibuat foto udara yang baru, dengan skala foto
1:10.000.
Peta-peta yang dihasilkan dari pemetaan fotogrametri biasanya peta-peta foto; peta-
peta garis yang dihasilkan dari foto akan banyak kehilangan detail topografi.
Data, Pengukuran dan Penyelidikan untuk Perencanaan Irigasi 81
Bila peta itu dibuat dengan cara pemetaan ortofoto, pada umumnya skala peta diambil
1: 5000. Jika tidak, skala peta harus 1:2.000 agar peta tersebut dapat dipakai. untuk
tujuan-tujuan perencanaan tersier. Jika tidak, skala peta sebaiknya 1:2.000.
Persyaratan Teknis untuk Pengukuran Topografi (Bagian PT-02) dan Standar
Penggambaran (KP - 07) memberikan detail-detail yang lebih terinci.
Di daerah yang bermedan curam layanan irigasi dan pembuang jarang merupakan
masalah relief mikro lokal adalah lebih penting daripada ketepatan ketinggian.
- Ketelitian planimetris:
Identifikasi lapangan dilakukan relatif sampai titik yang sudah ditentukan di
lapangan dan ketepatan peta sekitar 1 mm dapat diterima.
- Jaringan irigasi dan pembuang:
Bila jaringan irigasi yang baru akan dibangun pada jaringan yang sudah ada, maka
jaringan lama ini juga harus ikut diukur.
- Beberapa titik di sungai pada lokasi bendung akan dicakup dalam pengukuran
topografi.
- Batas-batas administratif kecamatan dan desa akan digambar.
- Data-data dasar tanah seperti misalnya tipe medan, jenis utama vegetasi dan cara
pengolahan tanah, daerah-daerah berbatu singkapan, atau daerah-daerah yang
berpasir dan berbatu-batu akan dicatat.
- Jika peta-peta topografi yang dibuat juga akan dipakai untuk perencanaan tersier,
saluran-saluran kecil yang ada akan diukur pula.
- Peta bagian sungai dimana bangunan utama akan dibangun. Skala peta ini adalah
1: 2.000 atau lebih besar, yang meliput 1 km ke hulu dan 1 km ke hilir bangunan
utama dan melebar hingga 250 m ke masing-masing sisi sungai. Daerah bantaran
harus terliput semuanya. Kegiatan Pengukuran ini juga mencakup pembuatan peta
daerah rawan banjir. Peta itu harus dilengkapi dengan garis-garis kontur pada
interval 1,0 m, kecuali di dasar sungai dimana diperlukan garis-garis kontur pada
interval 0,50 m. Peta itu juga harus memuat batas-batas penting seperti batas-
Data, Pengukuran dan Penyelidikan untuk Perencanaan Irigasi 83
batas desa, sawah dan semua prasarananya. Disitu harus pula ditunjukkan tempat-
tempat titik tetap (benchmark) disekeliling daerah itu lengkap dengan koordinat
elevasinya.
Uraian yang lebih rinci diberikan pada bagian PT–02 Persyaratan Teknis untuk
Pengukuran Topografi, KP – 07 Standar Penggambaran dan KP – 02 Bangunan
Utama.
Setelah tata letak pendahuluan selesai (yang didasarkan dan digambarkan pada peta
topografi umum) trase saluran akan diukur dan, dipetakan pada peta baru. Pengukuran
ini merupakan dasar topografis untuk perencanaan potongan memanjang saluran.
geoteknik. Tujuan pengecekan lapangan ini adalah menentukan lokasi yang tepat
untuk trase saluran dan bangunan-bangunan pelengkap.
Merancang persyaratan pengukuran akan menjadi tanggung jawab ahli irigasi lagi
karena dia sudah terbiasa dengan kepekaan dalam perencanaan pendahuluan dan
dialah yang tahu keadaan lapangan. Pengukuran trase saluran biasanya mencakup
jaringan irigasi maupun pembuang.
Pengukuran trase saluran (pengukuran strip) akan sebanyak mungkin mengikuti trase
saluran yang diusulkan pada tata letak pendahuluan. Pengukuran ini akan meliputi
jarak 75 m dari as saluran, atau bisa kurang dari itu, menurut petunjuk ahli irigasi.
Pada tahap studi proyek data geologi teknik dikumpulkan untuk memperoleh
petunjuk mengenai keadaan geologi teknik yang dijumpai di proyek. Sebelum
dilakukan penyelidikan lokasi, semua informasi mengenai geologi permukaan dan
Data, Pengukuran dan Penyelidikan untuk Perencanaan Irigasi 85
tanah di daerah proyek dan sekitarnya akan dikumpulkan. Banyak informasi berharga
yang dapat diperoleh dari:
- Laporan-laporan dan peta-peta geologi daerah tersebut
- Hasil-hasil penyelidikan mekanika tanah untuk proyek-proyek didekatnya
- Foto-foto udara
- Peta-peta topografi. Termasuk foto-foto lama.
Khususnya dengan pengecekan foto udara yang diperkuat lagi dengan hasil-hasil
pemeriksaan tanah, maka akan diperoleh gambaran daerah itu, misalnya :
- Perubahan kemiringan
- Daerah yang pembuangnya jelek
- Batu singkapan
- Bekas-bekas tanah longsoran
- Sesar
- Perubahan tipe tanah
- Tanah tidak stabil
- Terdapatnya bangunan-bangunan buatan manusia
- Peninjauan lokasi akan lebih banyak memberikan informasi mengenai
Pengolahan tanah dan vegetasi yang ada sekarang
- Tanah-tanah yang strukturnya sulit (gambut berplastisitas tinggi) dan lempung
- Bukti-bukti tentang terjadinya erosi dan parit
- Terdapatnya batu-batu bongkah di permukaan
- Klasifikasi tanah dengan jalan melakukan pemboran tanah dengan tangan
Untuk pembuatan tata letak dan perencanaan saluran, adalah penting untuk
mengetahui hal-hal berikut:
- Batu singkapan
- Lempung tidak stabil berplastisitas tinggi
- Pasir dan kerikil
- Bahan-bahan galian yang cocok.
86 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Yang disebut terakhir ini tidak hanya terbatas sampai pada bangunan utama saja,
tetapi harus dilakukan sampai hulu dan hilir dari lokasi ini.
Seluruh informasi akan dievaluasi dan dituangkan pada peta pendahuluan dengan
skala 1:50.000, atau lebih besar lagi.
Aspek-aspek geologi teknik dalam tahap studi pengenalan ditangani oleh ahli irigasi
yang berpengalaman. Hanya dalam pembuatan waduk atau bangunan-bangunan
utama yang besar yang melibatkan keadaan-keadaan geologi teknik yang kompleks
saja maka seorang ahli geologi diikut sertakan.
Ahli irigasi hendaknya cukup memiliki pengalaman yang memadai di bidang geologi
dan mekanika tanah untuk tujuan-tujuan teknik. Konsultasi dengan seorang ahli
geologi yang sudah berpengalaman sangat dianjurkan, terutama mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan keadaan-keadaan geologi. Perumusan detail penyelidikan
geologi teknik akan didasarkan pada hasil-hasil studi pengenalan.
Data, Pengukuran dan Penyelidikan untuk Perencanaan Irigasi 87
Pada tahap ini lokasi pekerjaan yang direncanakan ditentukan oleh perencanaan
pendahuluan. Perencanaan penyelidikan detail akan didasarkan pada peta geologi.
Kadang-kadang informasi tambahan mengenai tanah sudah bisa dikumpulkan dari
penelitian tanah pertanian. Pengamatan dari pengukuran topografi yang berkenaan
dengan batu singkapan, tata guna tanah dan bentuk topografi yang tidak teratur
(terjadinya parit-parit, longsoran) akan lebih memperjelas gambaran geologi teknik.
Pada sumuran dan paritan uji, penyelidikan dapat dilakukan sampai pada kedalaman
tertentu tergantung pada kondisi geologi. Untuk penyelidikan lapisan tanah bawah
yang lebih dalam (lebih dari 5 m), akan diperlukan pemboran. Jumlah lubang bor
88 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
(jarak yang diperlukan) sangat bergantung pada keseragaman keadaan tanah dan
batuan.
Penyelidikan geologi teknik detail pada trase saluran yang direncanakan akan terdiri
dari sekurang-kurangnya satu titik (pemboran tanah atau pembuatan sumuran uji) per
km jika kondisi tanah tidak teratur. Petunjuk indikasi kualitas dari sifat-sifat batuan
dan tanah diperoleh dari bagan Klasifikasi Batuan dan Tanah. Cara ini akan cukup
memadai untuk konstruksi saluran biasa (gali/timbunan sampai 5,0 m) dan untuk
kondisi tanah pada umumnya. Untuk pembuatan bangunan-bangunan irigasi,
khususnya bangunan utama di sungai, diperlukan pengetahuan yang mendetail
mengenai parameter perencanaan geologi teknik demi tercapainya hasil perencanaan
yang aman dan ekonomis.
Batu kali (batu pejal dan keras), bila cocok dan tersedia dalam jumlah yang cukup,
merupakan sumber umum bahan-bahan bangunan demikian. Apabila sumber ini tidak
mencukupi atau letaknya terlalu jauh dari tempat pelaksanaan, maka akan diusahakan
lokasi alternatif penggalian bahan. Untuk timbunan tanggul, biasanya bahannya digali
dari daerah di dekatnya. Untuk tujuan ini klasifikasi umum mengenai sifat-sifat teknik
tanah akan memberikan informasi yang cukup memadai pada tahap studi proyek.
Daerah galian sebaiknya diusahakan yang sitat tanahnya homogen. Volume galian
yang ada harus paling tidak 1,5 kali volume timbunan yang diperlukan. Hasil
pengamatan sifat-sitat tanah akan merupakan dasar perencanaan detail. bahan
timbunan yang dipakai untuk konstruksi harus paling tidak pas atau lebih baik dari
sifat-sifat tanah ini.
Penyelidikan detail untuk pasangan batu pasangan batu kosong batu candi dan batu
kerikil akan dipusatkan pada endapan di dasar sungai dan batu singkapan. Endapan
sungai adalah yang paling umum diselidiki dan diketahui untuk mempelajari derajat
kekerasan dan gradasinya. Apabila diperlukan penggalian dan dibutuhkan suatu
90 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
jumlah yang besar maka survei identifikasi dan klasifikasi batuan harus diadakan
secara intensif. Yang penting adalah derajat kekerasan. Jumlah/kuantitas dan gradasi
setelah penggalian.
Perencanaan hidrolis bangunan utama dan bangunan irigasi didasarkan pada rumus-
rumus empiris. Untuk bangunan-bangunan di saluran dan tipe-tipe umum bangunan
utama, perilaku hidrolis saluran sudah cukup banyak diketahui. Perencanaan detail
dapat dengan aman didasarkan pada kriteria perencanaan seperti yang disajikan
dalam Bagian KP - 02 Bangunan Utama dan KP - 04 Bangunan.
Apabila keadaan sungai ternyata lebih kompleks, maka dianjurkan untuk mengecek
perilaku hidrolis bangunan dengan menggunakan model. Rencana pendahuluan
bangunan yang akan diselidiki didasarkan pada KP - 02 Bangunan Utama. Buku ini
juga menguraikan situasi dimana dianjurkan dilakukannya penyelidikan model
hidrolis.
Ruang lingkup pekerjaan penyelidikan model biasanya juga meliputi tinjauan dan
evaluasi data-data dasar yang dipakai untuk perencanaan pendahuluan (lihat Bagian
PT-04, Persyaratan Teknis untuk Penyelidikan Model Hidrolis). Perencanaan
pendahuluan itu sendiri juga dibicarakan dengan perencana.
Model hidrolis biasanya dibuat sampai skala 1 : 33,3 dengan dasar tetap di hulu dan
dasar gerak di hilir bangunan utama. Akan tetapi, skala model bergantung kepada
ukuran bangunan. Model pertama dipakai untuk mengecek. kemiripan hidrolis antara
model dan prototip tanpa adanya bangunan untuk tujuan ini grafik lengkung debit
akan diverifikasi. Penyelidikan model berikutnya dengan menggunakan bangunan
dimaksudkan untuk:
- Mengecek efisiensi dan berfungsinya perencanaan bangunan;
- Memperbaiki tata letak dan penampilan kerja (performance) hidrolis bangunan
utama dan komponen-komponennya.
Data, Pengukuran dan Penyelidikan untuk Perencanaan Irigasi 91
Perlu dicatat bahwa sejauh berkenaan dengan angkutan sedimen, degradasi dan
penggerusan lokal, hanya indikasi kualitatif dapat diperoleh dari penyelidikan model.
Seorang ahli hidrolika (yang berpengalaman) yang bertanggung jawab melakukan
penyelidikan model hidrolis akan dapat memberikan, rekomendasi yang jelas
mengenai modifikasi perencanaan pendahulu. Penyelidikan terhadap hasil-hasil
modifikasi ini biasanya akan merupakan bagian dari penyelidikan model hidrolis.
Sebanyak kurang lebih 10% dari seluruh lokasi yang diamati, digali paritan sedalam
1,5 m dan kondisi tanah dijelaskan secara terinci. Dari paritan-paritan tersebut
diambil contoh tanah untuk diselidiki di laboratorium. Penyelidikan perkolasi
dilakukan di lokasi paritan.
tanaman padi dan palawija (jagung, kacang tanah atau jenis lainnya yang lebih
disukai di daerah yang bersangkutan). Kriteria standarnya dapat ditemukan di Balai
Penelitian Tanah di Bogor. Bila ada keragu-raguan, sebaiknya mintalah nasihat dari
seorang ahli tanah, dan hasil-hasil pengukuran dicek kembali dengan seksama.
Peta tanah dan kemampuan tanah yang dihasilkan akan memberikan keterangan
kuantitatif mengenal kecocokan tanah untuk pola tanam. Keputusan mengenai
daerah-daerah yang bisa diairi, pemilihan jenis tanaman, metode pengolahan
tanaman, kebutuhan air tanaman, kesuburan tanah dan panenan akan dibuat
berdasarkan hasil-hasil penelitian tanah.
Biasanya penyelidikan tanah semi detail sudah cukup untuk menetapkan rencana
pertanian akhir dan perencanaan akhir skema irigasi. Akan tetapi, jika kondisi tanah
irigasi pertanian ternyata tidak teratur (daerah cocok dan tidak cocok berselang-
seling), maka mungkin diperlukan penyelidikan tanah secara mendetail, dengan
mengamati satu lokasi tiap 5 ha sampai 15 ha.
94 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Perekayasaan 95
5. BAB V
PEREKAYASAAN
Perekayasaan yang dibicarakan dalam bab ini hanya berkenaan dengan perencanaan
jaringan utama saja. Perencanaan petak tersier akan dilakukan kemudian, berdasarkan
gambaran batas-batas tersier serta tinggi muka air rencana dari perencanaan jaringan
utama.
Dalam subbab 5.1.1 sampai 5.1.3 akan dibicarakan ketiga tahap perekayasaan untuk
jaringan utama yang telah disebutkan diatas.
Perencanaan garis besar atau perencanaan dasar bertujuan memberikan dasar atau
garis besar pengembangan pembangunan multisektor dari segi teknis. Hasilnya adalah
Rencana Induk Pengembangan Irigasi sebagai bagian Rencana Induk Pengelolaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang merupakan bagian dari RTRW Wilayah.
Perencanaan ini adalah hasil akhir Studi Pengenalan (jika tidak dilakukan Studi
Kelayakan) dilanjutkan pada Perencanaan Pendahuluan dan pada umumnya
didasarkan pada informasi topografi yang ada. Skala peta boleh dibuat 1:25.000 atau
96 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
lebih besar lagi. Tidak dilakukan pengukuran topografi untuk menunjang perencanaan
garis besar ini. Yang dijadikan dasar adalah peta-peta yang sudah ada.
Perencanaan garis besar akan menghasilkan sketsa tata letak yang menggambarkan
perkiraan batas-batas daerah irigasi dan rencana tata letak saluran. Informasi
mengenai garis-garis kontur bisa memberikan petunjuk tentang kemiringan tanah di
sepanjang trase saluran. Bangunan-bangunan utama sudah dapat ditunjukkan pada
sketsa tata letak. Pembuatan pembuang silang akan mendapat perhatian khusus.
Dalam tahap studi diambil keputusan sementara mengenai tipe dan perkiraan lokasi
bangunan-bangunan utama. Juga tipe saluran irigasi, saluran tanah atau pasangan,
akan diputuskan sementara.
Tinjauan mengenai keadaan geologi dan tanah akan memberikan pengetahuan yang
lebih mendalam mengenai keadaan-keadaan geologi teknik yang diharapkan.
Terdapatnya batu dalam jumlah cukup akan memberi pertanda bahwa mungkin bisa
direncanakan bangunan yang memakai bahan pasangan batu. Jika tidak, akan
diperlukan konstruksi yang diperkuat dengan beton.
Persyaratan survei untuk pembuatan peta topografi ditentukan atas dasar sketsa tata
letak.
Tujuan yang akan dicapai dalam tahap perencanaan pendahuluan adalah untuk
menentukan lokasi dan ketinggian bangunan utama, saluran irigasi dan pembuang,
bangunan serta daerah layanan pada taraf pendahuluan. Dari hasil perencanaan
pendahuluan akan memungkinkan dirumuskannya secara tepat pengukuran dan
penyelidikan detail yang diperlukan untuk perencanaan detail.
irigasi dan tata letaknya. Laporan ini serupa/mirip dengan laporan perencanaan akhir
dan menunjukkan dasar pembenaran rancangan irigasi pendahuluan serta menegaskan
keandalan data-data yang dijadikan dasar. Uraian lengkap mengenai persyaratan
perencanaan pendahuluan diberikan dalam Bagian PT - 01, Persyaratan Teknis untuk
Perencanaan Jaringan Irigasi.
Hasil-hasil pengukuran ini akan dicek di lapangan oleh ahli irigasi didampingi oleh
ahli geoteknik dan ahli topografi. Pengecekan ini bertujuan untuk memastikan
ketelitian garis tinggi dan akan menghasilkan tata letak akhir (definitif) jaringan itu.
menyisihkan saja daerah-daerah yang lebih tinggi dari jangkauan irigasi (dengan
gravitasi) dan/atau memindahkan trase saluran.
Jika kita harus menentukan pilihan dari beberapa alternatif, maka alternatif-alternatif
itu harus dicantumkan dalam laporan perencanaan pendahuluan.
Contoh yang sudah diberikan tadi sebenarnya umum dalam perencanaan irigasi dan
menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh menjadi tujuan tahap perencanaan
pendahuluan. Perumusan dan penemuan cara untuk memecahkan suatu masalah
dengan baik akan sangat bergantung pada pengalaman dan ketepatan penilaian dari
ahli irigasi. Dalam keadaan tertentu penilaian bisa dianggap memadai; dalam keadaan
lain mungkin masih harus dipikirkan cara pemecahan alternatif dan harus
mempertimbangkan unsur-unsur lain sebelum bisa diputuskan dicapainya pemecahan-
pemecahan "terbaik".
Agar dapat dicapai pemecahan yang "terbaik", ada satu hal yang harus selalu diingat,
yaitu bahwa keputusan-keputusan yang besar/penting harus didahulukan, baru
kemudian diambil keputusan-keputusan kecil berikutnya. Itulah sebabnya maka
dalam membuat perencanaan pendahuluan, Perencana tidak boleh terjebak dalam hal-
hal teknis yang kurang penting. Pemecahan terhadap masalah ini hendaknya ditunda
dahulu. Pertama-tama seluruh gambaran perencanaan jaringan utama dengan lokasi
dan perkiraan elevasi pengambilan pada bangunan utama harus ditentukan.
Pembuatan rencana akhir merupakan taraf akhir dalam perekayasaan teknik sipil
jaringan irigasi. Pada tahap ini gambar-gambar tata letak, saluran dan bangunan akan
dibuat menjadi detail yang sudah jadi atau detail akhir.
akan dipastikan. Apabila peta garis tinggi tidak terlalu banyak menyimpang dari
hasil-hasil pengukuran saluran, maka hanya diperlukan penyesuaian-penyesuaian
kecil terhadap tata letak dan trase saluran.
Sebelum selesainya peta tata letak, ahli irigasi akan memeriksa semua trase saluran,
lokasi bangunan utama dan bangunan-bangunan besar di lapangan. Seluruh keadaan
fisik harus diketahuinya.
Jika tata letak dan ketinggian sudah jadi/final, maka perhitungan perencanaan detail
saluran dan bangunan akan segera diselesaikan bersama-sama dengan semua
pekerjaan gambar yang berhubungan.
Hasil perencanaan akhir akan disajikan sebagai laporan perencanaan sesuai dengan
tata letak dan ukuran-ukuran standar yang telah ditentukan. Laporan tersebut berisi
perencanaan akhir yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar tata letak, saluran
dan bangunan yang dibuat secara detail Laporan ini mencakup hal-hal sebagai
berikut.
- Uraian Mengenai Tata Letak Usulan
- Dasar Pembenaran Hasil Perencanaan yang Diusulkan)
- Dasar Pembenaran Banjir Rencana dan Debit Rencana yang Dipakai)
- Basis Data dan Hasil-Hasil Pengukuran dan Penyelidikan
- Kebutuhan Pembebasan Tanah
- Rincian Rencana Anggaran (Bill of Quantities) serta Perkiraan Biaya
)termasuk pertimbangan-pertimbangan alternatif (jika ada)
Perekayasaan 101
Terlepas dari dasar pembenaran perencanaan, laporan perencanaan itu harus memuat
informasi yang digunakan untuk perancangan pekerjaan-pekerjaan konstruksi,
termasuk rintangan-rintangan dalam pelaksanaan, persyaratan dan hambatan-
hambatan eksploitasi jaringan irigasi tersebut.
Penghitungan neraca air dilakukan untuk mengecek apakah air yang tersedia cukup
memadai untuk memenuhi kebutuhan air irigasi di proyek yang bersangkutan.
Perhitungan didasarkan pada periode mingguan atau tengah bulanan.
Dibedakan adanya tiga unsur pokok :
- Tersedianya Air,
- Kebutuhan Air dan
- Neraca Air.
Perhitungan pendahuluan neraca air dibuat pada tahap studi proyek. Pada taraf
perencanaan pendahuluan ahli irigasi akan meninjau dasar-dasar perhitungan ini. Jika
dipandang perlu akan diputuskan mengenai pengumpulan data-data tambahan,
inspeksi dan uji lapangan. Ahli irigasi harus yakin akan keandalan data-data tersebut.
Tabel 5-1. menyajikan berbagai unsur penghitungan neraca air yang akan
dibicarakan secara singkat dibawah ini :
102 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Analisis debit sungai dan penentuan debit andalan dibicarakan dalam subbab 4.2.
Debit andalan didefinisikan sebagai debit minimum rata-rata mingguan atau tengah-
bulanan. Debit minimum rata-rata mingguan atau tengah-bulanan ini didasarkan pada
debit mingguan atau tengah bulanan rata-rata untuk kemungkinan tidak terpenuhi
20%. Debit andalan yang dihitung dengan cara ini tidak sepenuhnya dapat dipakai
untuk irigasi karena aliran sungai yang dielakkan mungkin bervariasi sekitar harga
rata-rata mingguan atau tengah-bulanan; dengan debit puncak kecil mengalir diatas
bendung. Sebagai harga praktis dapat diandaikan kehilangan 10%. Hasil analisis
variasi dalam jangka waktu mingguan atau tengah bulanan dan pengaruhnya terhadap
pengambilan yang direncanakan akan memberikan angka yang lebih tepat.
Untuk proyek-proyek irigasi yang besar dimana selalu tersedia data-data debit harian,
harus dipertimbangkan studi simulasi.
Perekayasaan 103
Pengamatan di bagian hilir dapat lebih membantu memastikan debit minimum hilir
yang harus dijaga. Para pengguna air irigasi di daerah hilir harus sudah diketahui pada
tahap studi. Hal ini akan dicek lagi pada tahap perencanaan. Kebutuhan mereka akan
air irigasi akan disesuaikan dengan perhitungandebit dan waktu. Juga di daerah irigasi
air mungkin saja dipakai untuk keperluan selain irigasi.
Disini dibedakan tiga bidang utama seperti yang dirinci pada Tabel 5-1, bidang-
bidang yang dimaksud adalah:
- Meteorologi
- Agronomi dan tanah serta
- Jaringan irigasi
Ada berbagai unsur yang akan dibicarakan secara singkat dibawah ini. Lampiran 2
menyajikan uraian yang lebih terinci dengan contoh-contoh.
a. Evaporasi
Subbab 4.2 menguraikan cara penentuan evaporasi dan merinci data-data yang
dibutuhkan.
Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah-bulanan diambil 70% dari
curah hujan rata-rata mingguan atau tengah-bulanan dengan kemungkinan tidak
terpenuhi 20% (selanjutnya lihat subbab 4.2).
Untuk proyek-proyek irigasi besar dimana tersedia data-data curah hujan harian,
hendaknya dipertimbangkan studi simulasi. Hal ini akan mengarah pada diperolehnya
kriteria yang lebih mendetail.
104 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
c. Pola tanam
Pola tanam seperti yang diusulkan dalam Tahap Studi akan ditinjau dengan
memperhatikan kemampuan tanah menurut hasil-hasil survei. Jika perlu akan
diadakan penyesuaian-penyesuaian.
d. Koefisien tanaman
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi
akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah. Tes kelulusan tanah akan
merupakan bagian dari penyelidikan ini.
Apabila padi sudah ditanam di daerah proyek, maka pengukuran laju perkolasi dapat
dilakukan langsung di sawah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah
dilakukan penggenangan berkisar antara 1 mm/hr sampai 3 mm/hr. Di daerah-daerah
miring perembesan dari sawah ke sawah dapat mengakibatkan banyak kehilangan air.
Di daerah-daerah dengan kemiringan diatas 5%, paling tidak akan terjadi kehilangan
5 mm/hari akibat perkolasi dan rembesan.
f. Penyiapan lahan
Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan lahan adalah 1,5
bulan. Bila penyiapan lahan terutama dilakukan dengan peralatan mesin, jangka
waktu satu bulan dapat dipertimbangkan.
Perekayasaan 105
Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah (puddling) bisa diambil 200 mm. Ini
meliputi penjenuhan (presaturation) dan penggenangan sawah; pada awal
transplantasi akan ditambahkan lapisan air 50 mm lagi.
Angka 200 mm diatas mengandaikan bahwa tanah itu "bertekstur berat, cocok
digenangi dan bahwa lahan itu belum berair (tidak ditanami) selama lebih dari 2,5
bulan. Jika tanah itu dibiarkan berair lebih lama lagi, ambillah 250 mm sebagai
kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan termasuk
kebutuhan air untuk persemaian.
g. Efisiensi Irigasi
h. Rotasi/Golongan
Dalam perhitungan neraca air, kebutuhan pengambilan yang dihasilkannya untuk pola
tanam yang dipakai akan dibandingkan dengan. debit andalan untuk tiap setengah
bulan dan luas daerah yang bisa diairi. Apabila debit sungai melimpah, maka luas
daerah proyek irigasi adalah tetap karena luas maksinum daerah layanan (command
area) dan proyek akan direncanakan sesuai dengan pola tanam yang dipakai. Bila
debit sungai tidak berlimpah dan kadang-kadang terjadi kekurangan debit maka ada 3
pilihan yang bisa dipertimbangkan:
bagian-bagian tertentu dari daerah yang bisa diairi (luas maksimum daerah
layanan) tidak akan diairi
dapat diadakan perubahan dalam pemilihan tanaman atau tanggal tanam untuk
mengurangi kebutuhan air irigasi di sawah (l/dt/ha) agar ada kemungkinan untuk
mengairi areal yang lebih luas dengan debit yang tersedia.
106 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
untuk mengurangi kebutuhan puncak air irigasi. Rotasi teknis atau golongan
mengakibatkan eksploitasi yang lebih kompleks dan dianjurkan hanya untuk
proyek irigasi yang luasnya sekitar 10.000 ha atau lebih. Untuk penjelasan lebih
lanjut, lihat Lampiran 2
Kebutuhan air yang dihitung untuk minum, budidaya ikan, industri akan meliputi
kebutuhan-kebutuhan air untuk minum, budidaya ikan, keperluan rumah tangga,
pertanian dan industri.
Untuk pembuatan tata letak pendahuluan akan digunakan peta topografi dengan skala
1:25.000 dan 1:5.000. Peta dengan skala ini cukup untuk memperlihatkan keadaan-
keadaan medan agar dapat ditarik interpretasi yang tepat mengenai sifat-sifat utama
medan tersebut. Garis-garis kontur harus ditunjukkan dalam peta ini dengan interval
0,50 m untuk daerah-daerah datar dan 1,00 m untuk daerah-daerah dengan
kemiringan medan lebih dari 2%.
Perekayasaan 107
- Daerah pedesaan dan daerah-daerah yang dicadangkan untuk perluasan desa serta
kebutuhan air di pedesaan;
- Tata guna tanah yang sudah ada serta tanah-tanah yang tidak bisa diolah, juga
diidentifikasi pada peta kemampuan tanah;
- Jaringan irigasi yang ada dengan trase saluran; bangunan-bangunan tetap dan
daerah-daerah layanan;
- Daerah-daerah hutan dan perhutanan yang tidak akan dicakup dalam proyek
irigasi;
108 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
- Daerah-daerah persawahan, daerah tinggi dan rawa-rawa; tambak ikan dan tambak
garam.
Keadaan utama fisik medan seperti sungai, anak sungai dan pola-pola pembuang
alamiah harus dianggap sebagai batas proyek irigasi atau batas dari sebagian proyek
itu. Langkah pertama dalam perencanaan tata letak adalah penentuan petak-petak
sekunder. Saluran sekunder direncana pada punggung medan (ridge) atau, jika tidak
terdapat punggung medan yang jelas, kurang lebih diantara saluran-saluran pembuang
yang berbatasan. Jalan-jalan besar kereta api atau jalan-jalan raya boleh dianggap
sebagai batas-batas petak tersier.
Berdasarkan pada peta tata letak, lokasi dan tipe-tipe bangunan akan dipastikan.
Bangunan-bangunan lindung seperti pelimpah dan pembuang silang harus mendapat
perhatian khusus. Bangunan-bangunan dan pemakaiannya didaftar dalam Bab 2 dan
uraiannya diberikan didalam Bagian KP - 04 Bangunan.
Tata letak pendahuluan yang dibuat seperti diterangkan diatas akan berfungsi sebagai
dasar untuk perencanaan pendahuluan saluran. Penyesuaian tata letak sering
diperlukan untuk mendapatkan hasil perencanaan saluran yang lebih baik (lebih
ekonomis). Sebelum diperoleh tata letak pendahuluan yang terbaik, akan ditinjau tata
letak alternatif.
Trase saluran yang ditunjukkan pada tata letak ini akan diukur dan diberi patok di
lapangan. Ini menghasilkan trase dan potongan melintang dengan elevasi-elevasinya,
Perekayasaan 109
yang selanjutnya akan digunakan untuk mengecek keadaan trase fisik di lapangan
(ahli irigasi bersama-sama dengan ahli geodesi dan ahli geoteknik) dan untuk
memantapkan ketelitian peta topografi dasar. Jika semua sudah selesai, dapat
disiapkan tata letak akhir.
Dalam perencanaan akhir tata letak pendahuluan akan ditinjau berdasarkan data-data
baru topografi dan geologi teknik dari hasil pengukuran trase saluran. Perlu tidaknya
diadakan modifikasi akan tergantung pada perbedaan-perbedaan yang ditemukan
antara peta trase saluran dan peta topografi, yang akan dicetak di lapangan (lihat
subbab 4.3.3).
Angka-angka akhir dan peta tata letak akhir untuk daerah irigasi lalu ditetapkan dan
kebutuhan pengambilan juga ditentukan. Lokasi dan ketinggian akhir pengambilan di
bangunan utama akan diputuskan bersama-sama dalam perencanaan bangunan utama.
Dalam menentukan elevasi muka air saluran diatas ketinggian tanah, hal-hal berikut
harus dipertimbangkan.
- Untuk menghemat biaya pemeliharaan, muka air rencana di saluran harus sama
atau dibawah ketinggian tanah, hal ini sekaligus untuk lebih mempersulit
pencurian air atau penyadapan liar.
- Agar biaya pelaksanaan tetap minimal, galian dan timbunan ruas saluran harus
tetap seimbang.
- Muka air harus cukup tinggi agar dapat mengairi sawah-sawah yang letaknya
paling tinggi di petak tersier.
Tinggi bangunan sadap tersier di saluran primer atau sekunder dihitung dengan rumus
berikut (lihat Gambar 5-1.)
P = A + a + b + c + d + e + f + g + Dh + Z
dimana :
Dari perhitungan tinggi muka air diatas ternyata bahwa untuk mengairi sawah
langsung dari saluran disebelahnya, muka air yang diperlukan adalah sekitar 0,50 m
diatas muka tanah. Tinggi muka air rencana yang lebih rendah akan menghemat biaya
pelaksanaan dan pemeliharaan. Akan tetapi, adalah penting untuk sebanyak mungkin
mengairi sawah-sawah di sepanjang saluran sekunder. Strip/jalur yang tidak kebagian
air irigasi selalu menimbulkan masalah pencurian air dari saluran sekunder atau
pembendungan air di saluran tersier.
Harga-harga yang diambil untuk kehilangan tinggi energi dan kemiringan dasar
merupakan harga-harga asumsi landaian yang kelak akan dihitung lagi untuk
merencanakan harga-harga pada tahap perencanaan akhir. Debit kebutuhan air telah
dihitung, dan didapat debit kebutuhan air selama setahun serta debit maksimum
kebutuhan air pada periode satu mingguan atau dua mingguan tertentu.
112 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Debit maksimum (Q maks) yang didapat dalam kenyataan operasinya hanya dialirkan
selama satu minggu atau dua minggu pada periode sesuai kebutuhannya.
Selain dari debit, dalam melakukan desain saluran, elevasi muka air di saluran
ditentukan berdasarkan ketinggian sawah, kemiringan saluran dan kehilangan tinggi
di bangunan tersier, dimana elevasi tersebut harus terpenuhi supaya jumlah air yang
masuk ke sawah sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan pemikiran diatas maka elevasi muka air direncanakan pada Q yang
mempunyai frekuensi kejadian paling sering selama setahun tetapi tidak terlalu jauh
dari Q maks sehingga perbedaan variasi ketinggian yang dibutuhkan antara Q maks
dengan Q terpakai tidak terlalu tinggi. Angka yang cukup memadai adalah
penggunaan Q 85% dengan ketinggian 0,90 H.
Elevasi sawah A adalah elevasi sawah yang menentukan (decisive) di petak tersier
yang mengakibatkan diperlukannya muka air tertinggi di saluran sekunder.
Seandainya diambil permukaan yang tertinggi di petak tersier, ini akan menghasilkan
harga P yang berada jauh diatas muka tanah di saluran sekunder dan menyimpang
jauh dari tinggi muka air yang diperlukan untuk bangunan-bangunan sadap yang lain.
Dalam kasus-kasus seperti itu, akan lebih menguntungkan untuk tidak memberi jatah
air irigasi kepada daerah kecil itu.
Apabila saluran sekunder menerobos tanah perbukitan (tanah tinggi lokal) mungkin
lebih baik tidak mengairi daerah itu. Dalam Gambar 5-2 kedua hal tersebut
diilustrasikan sebagai a dan b.
Perekayasaan 113
Akan tetapi hanya dalam hal-hal tertentu saja hal ini dapat dilakukan. Gambar 5-2
menunjukkan beberapa pilihan tata letak dalam keadaan seperti itu. Untuk saluran-
saluran punggung (ridge canal) dengan kemiringan besar, cara pemecahan (c) pada
Gambar 5-2 adalah yang terbaik dilihat dari segi tata letak.
Namun demikian hal ini tidak selalu mungkin, misalnya penggabungan bangunan-
bangunan sadap tersier dalam cara pemecahan (d) menyebabkan komplikasi
(kerumitan). Petak tersier sebelah kiri terletak disebelah hilir saluran pembuang
setempat. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya penyadapan air irigasi tanpa izin. Cara
mengatasi hal ini adalah membuat dua bangunan sadap tersier pada (d) dan (do).
Pada cara pemecahan (e) ditunjukkan cara pemecahan lain dengan “irigasi aliran
melingkar” (counter flow irrigation), disebelah hulu petak tersier. Lebar bidang tanah
ini bisa menjadi puluhan meter dan bisa menyebabkan kehilangan tanah irigasi yang
tidak dapat diterima. Cara pemecahan saluran tersier mengalir ke arah yang
berlawanan (hulu) saluran utama dan ada sebidang tanah yang tidak diairi
memberikan alternatif dengan bangunan sadap hulu berada di luar kontrol bangunan
pengatur muka air. Cara pemecahan (e) dan (f) adalah cara yang dianjurkan.
b. Trase
- Tinggi muka air tanah mendekati tinggi muka air rencana atau sedikit lebih rendah
- Perencanaan potongan yang berimbang dengan jumlah bahan galian sama atau
lebih banyak dari jumlah bahan timbunan.
Dalam jaringan irigasi trase saluran primer pada umumnya kurang lebih paralel
dengan garis-garis tinggi (saluran garis tinggi) dengan saluran-saluran sekundernya di
sepanjang punggung medan. Oleh sebab itu perencanaan trase saluran sekunder
dengan kemiringan tanah sedang merupakan prosedur langsung. Penentuan trase
Perekayasaan 115
Untuk penentuan trase saluran primer, ada dua keadaan yang mungkin terjadi,
yakni :
a. Debit yang tersedia untuk irigasi berlimpah dibandingkan dengan tanah irigasi
yang ada;
b. Air irigasi terbatas akibat tanah yang dapat diairi diambil maksimum.
Pada a, setelah perkiraan lokasi dan tinggi pengambilan diketahui, maka luas daerah
irigasi bergantung kepada kemiringan dasar saluran primer yang dipilih dan
kehilangan tinggi energi yang diperlukan di bangunan-bangunannya. Kehilangan
tinggi energi di saluran primer akan dipertahankan sampai tingkat minimum sejauh
hal ini dapat dibenarkan dari segi teknis (sedimentasi) dan ekonomis (ukuran saluran
dan bangunan yang besar). Berbagai trase alternatif yang baik dari segi teknis harus
pula diperhitungkan segi ekonomisnya agar bisa dicapai pemecahan yang terbaik.
Pada b, dengan luas daerah irigasi yang tetap, perencanaan saluran primer tidak
begitu menentukan. dan kehilangan tinggi energi tidak harus dibuat minimum. Tinggi
muka air dan trase yang dipilih untuk saluran primer harus memadai untuk bisa
mencukupi kebutuhan air maksimum di daerah yang bisa diairi. Biaya pelaksanaan
saluran bisa diusahakan lebih rendah karena saluran dan bangunan dapat dibuat
dengan ukuran yang lebih kecil. Untuk menentukan secara tepat as saluran primer
garis tinggi utama, pada umumnya ada dua pilihan;
(a) saluran primer timbunan/urugan dengan tinggi muka air diatas muka tanah pada
as;
(b) saluran primer galian dengan tinggi muka air kurang lebih sama dengan muka
tanah.
116 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Keuntungan dari cara pemecahan (a) ialah bahwa semua tanah disebelahnya dapat
diairi dari saluran primer. Tetapi biaya pembuatan saluran akan lebih mahal. Dalam
cara pemecahan (b) biaya akan lebih murah dan cara ini lebih menarik jika tanah yang
harus diairi luas sekali sedangkan air irigasi yang tersedia sangat terbatas. Tanah-
tanah yang tidak bisa diairi, seperti jalur-jalur di sepanjang saluran dapat dicadangkan
untuk tempat-tempat pemukiman. Pada waktu merencanakan proyek irigasi dengan
pemukiman (trans) migrasi hal ini harus diingat.
Trase sedapat mungkin harus merupakan garis-garis lurus. Sambungan antara ruas-
ruas lurus berbentuk kurve bulat dengan jari-jari yang makin membesar dengan
bertambahnya ukuran saluran. Untuk saluran-saluran garis tinggi yang besar,
khususnya yang terletak di suatu medan yang garis-garis tingginya tidak teratur, trase
saluran tidak bisa dengan tepat mengikuti garis-garis tersebut dan akan diperlukan
pintasan (short cut) melalui galian atau timbunan; lihat Gambar 5-3. Hal-hal berikut
layak dipertimbangkan.
- jari-jari minimum saluran adalah 8 kali lebar muka air rencana, dan dengan
demikian bergantung pada debit rencana;
- pintasan mengurangi panjang total tetapi dapat memperbesar biaya pembuatan per
satuan panjang;
- karena pintasan berarti mengurangi panjang total, hal ini juga berarti mengurangi
besarnya kehilangan;
- pintasan menyebabkan irigasi dan pembuatan di ruas sebelumnya lebih rumit dan
lebih mahal; lihat Gambar 5-3.
Perekayasaan 117
Gambar 5-3. Trase Saluran Primer pada Medan yang Tidak Teratur
c. Potongan Memanjang
Kemiringan memanjang ditentukan oleh garis-garis tinggi dan lereng saluran akan
sebanyak mungkin mengikuti garis ketinggian tanah. Akan tetapi disini keadaan tanah
dasar (subsoil) dan sedimen yang terkandung dalam air irigasi akan merupakan
hambatan. Bahaya erosi pada saluran tanah akan membatasi kemiringan maksimum
dasar saluran, di lain pihak sedimentasi akan membatasi kemiringan minimum dasar
saluran. Jika kemiringan maksimum yang diizinkan lebih landai daripada kemiringan
medan, maka diperlukan bangunan terjun. Apabila kemiringan tanah lebih landai,
daripada kemiringan minimum, maka kemiringan dasar saluran akan sama dengan
kemiringan tanah. Ini menyebabkan sedimentasi; konstruksi sebaiknya dihindari.
sedimen diendapkan di sawah petani yang mengakibatkan elevasi sawah makin lama
makin tinggi.
Dalam keadaan khusus dimana kemiringan lahan relatif datar dan/atau tidak
seluruhnya sedimen diijinkan masuk ke sawah, maka sebagian sedimen boleh
diendapkan pada tempat-tempat tertentu.
- Bila kemiringan saluran pada langkah 1 untuk suatu ruas tertentu akan lebih
landai daripada yang diperlukan untuk garis IR, maka kemiringan tersebut
akan ditambah dan akan dibuat dalam galian.
Selanjutnya lihat bagian KP – 03 Saluran.
Pada permulaan tahap perencanaan akhir, hasil-hasil yang diperoleh pada tahap
perencanaan pendahuluan akan ditinjau lagi berdasarkan data-data dari pengukuran
topografi dan geologi teknik. Modifikasi terhadap rencana bendung bisa lebih
mempengaruhi hasil-hasil rencana pendahuluan saluran.
Dalam tinjauan ini dibedakan langkah-langkah berikut
- Jelaskan tinggi muka air rencana di ruas pertama saluran primer dan pastikan
bahwa perencanaan bangunan utama akan menghasilkan tinggi muka air yang
diperlukan di tempat tersebut;
- Cek ketinggian bangunan sadap tersier berdasarkan peta trase saluran; buat
penyesuaian-penyesuaian bila perlu;
- Bandingkan peta strip saluran dengan peta topografi dan periksa apakah
diperlukan modifikasi tata letak (lihat juga subbab 5.3 mengenai tata letak)
- Tentukan as saluran;
- Alokasikan kehilangan-kehilangan energi ke bangunan-bangunan;
- Tentukan tinggi muka air rencana di saluran;
- Tentukan kapasitas rencana saluran;
- Rencanakan potongan memanjang dan melintang saluran
- Pemutakhiran garis sempadan saluran
- Pemutakhiran ijin alokasi air irigasi
120 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Jika lokasi, kapasitas dan muka rencana sudah ditentukan maka perencanaan detail
saluran dan bangunan akan dimulai. Kriteria untuk perencanaan detail diberikan
dalam Bagian KP - 03 Saluran dan KP - 07 Standar Penggambaran.
5.5 Perencanaan Bangunan Utama untuk Bendung Tetap, Bendung Gerak, dan
Bendung Karet
Disini tidak akan dibicarakan seluruh ruang lingkup pekerjaan perencanaan akhir
bangunan utama Seluruh ruang lingkup perencanaan ahli (bangunan utama diberikan
dalam Bagian PT - 01 Persyaratan Teknis untuk Perencanaan Jaringan Irigasi).
Untuk perencanaan pendahuluan akan dipakai kriteria seperti yang diberikan dalam
Bagian KP - 02 Bangunan Utama.
maka pengambilan harus - dibuat di ujung tikungan luar yang stabil jika sungai
mengangkut terutama bongkah dan kerikil, maka bendung sebaiknya dibangun di
ruas lurus sungai
- Sawah tertinggi yang akan diairi dan lokasinya
- Lokasi bendung harus sedemikian rupa sehingga trase saluran primer bisa dibuat
sederhana dan ekonomis
- Beda tinggi energi diatas bendung terhadap air hilir dibatasi sampai 7 m. Jika
ditemukan tinggi terjunan lebih dari 7 m dan keadaan geologi dasar sungai relatif
tidak kuat sehingga perlu kolam olak maka perlu dibuat bendung tipe cascade
yang mempunyai lebih dari satu kolam olak. Hal ini dimaksudkan agar energi
terjunan dapat direduksi dalam dua kolam olak sehingga kolam olak sebelah hilir
tidak terlalu berat meredam energi.
Keadaan demikian akan mengakibatkan lantai peredam dan dasar sungai dihilir
koperan (end sill) dapat lebih aman.
- Lokasi kantong lumpur dan kemudahan pembilasan, bilamana perlu topografi pada
lokasi bendung yang diusulkan; lebar sungai
- Kondisi geologi dari subbase untuk keperluan pondasi
- Metode pelaksanaan (di luar sungai atau di sungai)
- Angkutan sedimen oleh sungai
- Panjang dan tinggi tanggul banjir
- Mudah dicapai.
Perencanaan saluran pada tahap pendahuluan akan menghasilkan angka untuk tinggi
muka air yang diperlukan di saluran primer. Dalam angka tersebut kedalaman air dan
kehilangan-kehilangan tinggi energi berikut harus diperhitungkan, lepas dari elevasi
medan pada sawah tertinggi:
- Tinggi medan
Perekayasaan 123
(a) Pengambilan bebas dari sungai di suatu titik di hulu dengan tinggi energi cukup
Kemungkinan (b) dapat mengacu kepada bendung yang tinggi dan tanggul-tanggul
banjir yang relatif tinggi dan panjang. Dalam kebanyakan hal, kemungkinan (c) akan
memberikan penyelesaian yang lebih baik karena biaya pembuatan bendung dan
tanggul akan lebih murah.
b. Tinggi Bendung
Tinggi bendung harus dapat memenuhi dua persyaratan (lihat Gambar 5-6. yang
menunjukkan denah bangunan utama)
124 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
a
b1
ai
b2 ng
Su
d1
f
d2
a . Bendung d1 . Pembilas
b1 . Pembilas e
b2 . Pengambilan saluran primer
b2 . Pengambilan utama e . Saluran primer
c . Kantong lumpur c . Kantong lumpur
b. 1. Bangunan Pengambilan
Untuk membatasi masuknya pasir, kerikil dan batu, ambang pintu pengambilan perlu
dibuat dengan ketinggian-ketinggian minimum berikut diatas tinggi dasar rata-rata
sungai:
- 0,50 m untuk sungai yang hanya mengangkut lumpur
- 1,00 m untuk sungai yang juga mengangkut pasir dan kerikil
- 1,50 m untuk sungai yang juga mengangkut batu-batu bongkah
Lantai pembilas bawah diambil sama dengan tinggi rata-rata dasar sungai. Tinggi
minimum bendung ditentukan bersama-sama dengan bukaan pintu pengambilan
seperti pada Gambar 5-7. (lihat juga Bagian KP – 02 Bangunan Utama).
126 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
b. 2. Pembilasan Sendimen
Apabila dibuat kantong lumpur, maka perlu diciptakan kecepatan aliran yang
diinginkan guna membilas kantong lumpur. Kehilangan tinggi energi antara pintu
pengambilan dan sungai di ujung saluran bilas harus cukup. Bagi daerah-daerah
dengan kondisi topografi yang relatif datar diperlukan tinggi bendung lebih dari yang
diperlukan untuk pengambilan air irigasi saja, sehingga tinggi bendung yang
direncanakan dtentukan oleh kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan sedimen.
Harus diingat bahwa proses pembilasan mekanis memerlukan biaya dan tenaga yang
terampil sedangkan pengurasan secara hidrolis memerlukan bendung yang relatif
tinggi, untuk itu harus dipilih cara yang paling efisien diantara keduannya.
Dalam hal demikian agar dipertimbangkan cara pembilasan dengan cara mekanis atau
hidrolis.
Eksploitasi pembilas juga memerlukan beda tinggi energi minimum diatas bendung.
Selanjutnya lihat Bagian KP – 02 Bangunan utama.
Perekayasaan 127
c. Kantong Lumpur
Untuk mencegah agar sedimen ini tidak mengendap diseluruh jaringan saluran maka
bagian pertama dari saluran primer tepat di belakang pengambilan biasanya
direncanakan untuk berfungsi sebagai kantong lumpur (lihat Gambar 5-5.).
Kantong lumpur adalah bagian potongan melintang saluran yang diperbesar untuk
memperlambat aliran dan memberikan waktu bagi sedimen untuk mengendap.
Untuk menampung sendimen yang mengendap tersebut, dasar saluran itu diperdalam
dan/atau diperlebar. Tampungan ini dibersihkan secara teratur (dari sekali seminggu
sampai dua minggu sekali), dengan jalan membilas endapan tersebut kembali ke
sungai dengan aliran yang terkonsentrasi dan berkecepatan tinggi.
Kantong lumpur harus mampu menangkap semua sedimen yang tidak diinginkan
yang tidak bisa diangkut oleh jaringan saluran irigasi ke sawah-sawah. Kapasitas
pengangkutan sendimen kantong lumpur harus lebih rendah daripada yang dimiliki
oleh jaringan saluran irigasi.
Harga parameter angkutan sendimen relatif kantong sedimen harus lebih rendah
daripada harga parameter jaringan irigasi. Dalam prakteknya ini berarti bahwa
kemiringan dasar dari kantong lumpur yang terisi harus lebih landai dari pada
kemiringan dasar ruas pertama saluran primer.
128 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Evaluasi keadaan dan kriteria perencanaan diatas akan menghasilkan perkiraan lokasi
bendung. Keadaan-keadaan setempat akan lebih menentukan lokasi ini.
Apabila pada titik dimana pengambilan diperkirakan bisa dibuat ternyata tidak ada
tikungan luarnya, maka bisa dipertimbangkan untuk menempatkan pengambilan itu
pada tikungan luar lebih jauh ke hulu.
Perekayasaan 129
Dalam beberapa hal, alur sungai dapat diubah untuk mendapatkan posisi yang lebih
baik. Ini lebih menguntungkan. Konstruksi pada sodetan (Coupure) yang agak
melengkung bisa dipertimbangkan. Keuntungannya adalah konstruksi bisa dikontrol
dengan baik dan aman di tempat kering. Biaya pelaksanaan lebih rendah, tetapi
pekerjaan tanah untuk penggalian sodetan dan tanggul penutup akan lebih
memperbesar biaya itu.
Di ruas-ruas sungai bagian atas dimana batu-batu besar terangkut, bendung sebaiknya
ditempatkan di ruas yang lurus.
Apabila daerah irigasi terletak dikedua sisi sungai, hal-hal berikut harus
dipertimbangkan dalam menentukan lokasi pengambilan:
Bila sedimen yang diangkut oleh sungai relatif sedikit, atau di ruas hulu sungai
mengangkut sedikit batu-batu besar, maka bangunan utama dapat ditempatkan di ruas
lurus yang stabil dengan pengambilan di kedua tanggul sungai.
Tinggi tanggul penutup di lokasi bendung sebaiknya dibuat kurang, lebih sama
dengan bagian atas tumpuan (abutment) bendung. Ini memberikan penyelesaian yang
murah untuk pekerjaan tumpuan. Tanggul penutup yang terlalu tinggi atau terlalu
curam menjadi mahal karena tanggal-tanggal itu memerlukan pekerjaan galian yang
mahal untuk membuat pengambilan, Tumpuan bendung dan saluran primer atau
kantong lumpur. Tanggul penutup yang terlalu rendah memerlukan tanggul banjir
yang mahal dan mengakibatkan banjir.
Keadaan geologi teknik pada lokasi bendung harus cocok untuk pondasi, jadi
kelulusannya harus rendah dan daya dukungnya harus memadai. Keadaan tanah ini
bisa bervariasi diruas sungai dimana terletak bangunan utama. Lebih disukai lagi jika
di lokasi yang dipilih itu terdapat batu singkapan dengan tebal yang cukup memadai.
Lokasi titik temu sungai kecil dapat mempengaruhi pemilihan lokasi bendung. Untuk
memperoleh debit andalan yang baik mungkin bendung terpaksa harus ditempatkan
disebelah hilir titik temu kedua sungai. Hal ini berakibat bahwa bendung harus dibuat
lebih tinggi.
Muka air banjir akan naik di sebelum hulu akibat dibangunannya bendung, untuk itu
konstruksi bangunan utama akan dilengkapi dengan sarana-sarana perlindungan.
Evaluasi letak bendung mencakup pertimbangan-pertimbangan mengenai ruang
lingkup dan besarnya pekerjaan lindungan terhadap banjir.
Perekayasaan 131
Apabila kondisi perencanaan hidrolis dari bangunan utama dan sungai ternyata amat
rumit dan tidak bisa dipecahkan dengan cara pemecahan teknis standar, maka
mungkin diperlukan penyelidikan model hidrolis. Hasil-hasil dari percobaan ini akan
memperjelas dan memperbaiki perencanaan pendahuluan bangunan utama.
- Pengukuran topografi
Langkah pertama dalam perencanaan akhir adalah meninjau kembali hasil-hasil serta
kesimpulan-kesimpulan dari taraf perencanaan pendahuluan. Kesahihan asumsi-
asumsi perencanaan dicek.
DAFTAR PUSTAKA
DPMA and Institute of Hydrology Wallingford: Flood design manual for Java and
Sumatra, 1983.
FAO: Crop Water Requirements, Irrigation And Drainage Paper 24, Rome, 1975.
LAMPIRAN I
RUMUS BANJIR EMPIRIS
A.1.1 Umum
Qn = µ b qn A ...................................................................................... (A.1.1)
Dimana
Ketiga metode tersebut telah menetapkan hubungan empiris untuk a, b dan q. Waktu
konsentrasi (periode dari mulanya turun hujan sampai terjadinya debit puncak)
diambil sebagai fungsi debit puncak, panjang sungai dan kemiringan rata-rata sungai.
Untuk mensiasati kondisi iklim yang sering berubah akibat situasi global maka
diperlukan langkah untuk melakukan perhitungan hidrologi (debit andalan & debit
banjir) yang mendekati kenyataan. Sehingga diputuskan untuk merevisi angka koreksi
untuk mengurangi 15% untuk debit andalan dan menambah 20% untuk debit banjir.
(Angka koreksi disesuaikan dengan kondisi perubahan DAS).
136 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Hal ini dilakukan mengingat saat ini perhitungan berdasar data seri historis
menghasilkan debit banjir semakin lama semakin membesar dan debit andalan
semakin lama semakin mengecil.
Metode Melchior untuk perhitungan banjir diterbitkan pertama kali pada tahun 1913.
hubungan dasarnya adalah sebagai berikut.
Koefisien limpasan air hujan a diambil dengan harga tetap. Pada mulanya dianjurkan
harga–harga ini berkisar antara 0,41 sampai 0,62. Harga–harga ini ternyata sering
terlalu rendah. Harga-harga yang diajurkan dapat dilihat pada Tabel A.1.1. dibawah
ini. Harga–harga tersebut diambil dari metode kurve bilangan US Soil Conservation
Service yang antara lain diterbitkan dalam USBR Design of Small Dams.
Kelompok C: Tanah-tanah dengan laju infiltrasi rendah pada saat dalam keadaan
sama sekali basah, dan terutama terdiri dari tanah, yang terutama terdiri dari tanah-
tanah yang lapisannya menghalangi gerak turun air atau tanah dengan tekstur agak
halus sampai halus. Tanah-tanah ini memiliki laju infiltrasi air yang sangat lambat.
Lampiran I 137
Tanah dalam kelompok ini memiliki laju infiltrasi sangat rendah pada waktu tanah
dalam keadaan sama sekali basah, dan terutama terdiri dari tanah lempung dengan
potensi mengembang yang tinggi, tanah dengan muka air-tanah yang tinggi dan
permanen, tanah dengan lapis lempung penahan (claypan) atau dekat permukaan serta
tanah dangkal diatas bahan yang hampir kedap air. Tanah ini memiliki laju infiltrasi
air yang sangat lambat.
Curah hujan q diambil sebagai intensitas rata-rata curah hujan sampai waktu
terjadinya debit puncak. Ini adalah periode T (waktu konsentrasi) setelah memulainya
turun hujan. Curah hujan q ditentukan sebagai daerah hujan terpusat (point reainfall)
dan dikonversi menjadi luas daerah hujan bq.
Dalam Gambar A.1.1. luas daerah curah hujan bq (m3/dt.km²) diberikan sebagai
fungsi waktu dan luas untuk curah hujan sehari sebesar 200 mm. q untuk F = 0 dan
T = 24 jam dihitung sebagai berikut :
0,2 x 1000 x 1000
βq = = 2,31 m3 /dt. km2 .............................................. (A.1.2)
24 x 3600
Bila curah hujan dalam sehari qn berbeda, maka harga-harga pada gambar tersebut
akan berubah secara proporsional, misalnya untuk curah hujan sehari 240 mm, harga
qn dari
25
30
150 40
Sahih/berlaku untuk
Daerah curah hujan dalam m3/dt . km2
15 50 F=0
curah hujan sehari R(1)
2
200 4
dari 200m/hari
75 6
250 10
100 15
300
20
25
150
400
40
10 200 50
500
250 75
300 100
750
400 150
1000 500 200
300
1500 750
400
2000 1000 500
5 2500
1500 750
3500 1000
4 5000 2000
2500 1500
3500 2000 F=0
3 7500 5000 2500
3500
50
100
7500
2 10000 10000
5000
500
1000
10000
1 2500
5000
0 10000
0 15 30 45 60 1 2 3 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Lamanya dalam jam
Daerah curah hujan dalam m3/dt . km2
4
F=0
50
100
3
F=0
500
100
2 500
2500 1000
2500
5000
1 7500 5000
10000
10000
0
14 15 16 17 18 19 20 20 22 24 25 28 30 32 34 36 38 40
42 44 46 48
Lamanya dalam jam
Variasi curah hujan di tiap daerah diperkirakan bentuk bundar atau elips. Untuk
menemukan luas daerah hujan disuatu daerah aliran sungai, sebuah elips digambar
mengelilingi batas-batas daerah aliran sungai (lihat Gambar A. 1.2.) As yang pendek
sekurang-kurangnya harus 2/3 dari panjang as.
Garis elips tersebut mungkin memintas ujung daerah pengaliran yang memanjang.
Daerah elips F diambil untuk menentukan harga bq untuk luas
daerah aliran sungai A. Pada Gambar A.1.1. diberikan harga-harga bq untuk luas-luas
F.
13.8 km
13.8 km
20.0 km 20.0 km
+ 750 m
+ 700 m
H = 600 m
+ 100 m
+0m
0.1L 0.9 L
L = 50 km
Waktu Konsentrasi
Dimana :
Tc = waktu konsentrasi, jam
L = panjang sungai, km
Q = debit puncak, m³/dt
I = kemiringan rata-rata sungai
Untuk penentuan kemiringan sungai, 10% bagian hulu dari panjang sungai tidak
dihitung. Beda tinggi dan panjang diambil dari suatu titik 0,1 L dari batas hulu daerah
aliran sungai (lihat Gambar A.1.2)
F To F To
km2 Jam km2 Jam
100 7,0 500 12,0
150 7,5 700 14,0
200 8,5 1.000 16,0
300 10,0 1.500 18,0
400 11,0 3.000 24,0
Metode perhitungan banjir Der Weduwen diterbitkan pertama kali pada tahun 1937.
Metode tersebut sahih untuk daerah seluas 100 km2.
Qn = ⍺ qn A ......................................................................................... (A.1.5)
Dimana:
4,1
α=1− ......................................................................................... (A.1.6)
βq+7
t+1
120+ A
t+9
β= 120+A
................................................................................................. (A.1.7)
n R 67,65
qn = 240 t+1,45
...................................................................................... (A.1.8)
Dimana :
Kemiringan rata-rata sungai I ditentukan dengan cara yang sama seperti pada metode
Melchior. 10% hulu (bagian tercuram) dari panjang sungai dan beda tinggi tidak
dihitung.
Perlu diingat bahwa waktu t dalam metode Der Weduwen adalah saat-saat kritis curah
hujan yang mengacu pada terjadinya debit puncak. Ini tidak sama dengan waktu
konsentrasi dalam metode Melchior.
Dalam persamaan (A.1.8) curah hujan sehari rencana (Rn) harus diisi untuk
memperoleh harga curah hujan qn. Perlu dicatat pula bahwa rumus-rumus Der
Weduwen dibuat untuk curah hujan sehari sebesar 240 mm.
Perhitungan dilakukan berkali-kali dengan persamaan A.1.5, A1.6, A.1.7, A.1.8 dan
A.1.9 seperti disajikan dalam subbab A.1.3.1.
a. Hitunglah A, L dan I dari peta garis tinggi daerah aliran sungai dan substitusikan
harga-harga tersebut dalam persamaan.
b. Buatlah harga perkiraan untuk Qo dan gunakan persamaan dari (subbab A.1.2.3)
untuk menghitung besarnya debit Qc (Q Konsentrasi)
Pada Gambar A.13. sampai A.1.7. diberikan penyelesaian persamaan dari subbab
A.1.2.1. Debit-debit puncak dapat ditemukan dengan interpolasi dari grafik perlu
dicatat bahwa untuk sungai yang panjangnya lebih dari yang disebut dalam
persamaan (A.1.10), harga-harga debit puncak yang diambil dari grafik tersebut lebih
tinggi.
Harga-harga debit puncak Qo dari grafik tersebut dapat dipakai sebagai harga mula/
awal untuk proses perhitungan yang dilakukan secara berulang-ulang sebagaimana
dijelaskan pada b dan c diatas.
144 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
100
90
80
R = 80 mm
70
60
50
40
30
001
20 0.0
002
0.0 03
1=
005
0.0
0
01
0.0 2
0.0
0.0 03
0
0.0
0.0
05
0.1 .05
1
0.0
3
2
0. 0
0.0
0
10
9
8
7
6
5
4
3
A dalam km2
1
2 3 4 5 6 8 10 20
2 30 40 50 60 80 100
Q dalam m3/dt
Gambar A.1.3 Debit Q untuk curah hujan harian R = 80 m
Gambar A.1.3 Debit Q untuk Curah Hujan Harian R = 80 mm
Lampiran I 145
100
90
80
R = 120 mm
70
60
50
40
30
001
002
0.0
0.0 03
005
20
0.0
0
1=
01
0.0
02
0.0
0.0 03
0.0
05
0.0
0.1 0.05
1
0.0
3
2
0.0
0.0
10
9
8
7
6
5
4
3
A dalam km2
1
4 5 6 8 10 20 30 40 50 60 80 100 200 300
Q dalam m3/dt
Gambar A.1.4 Debit Q untuk curah hujan harian R = 120 m
Gambar A.1.4 Debit Q untuk Curah Hujan Harian R = 120 mm
146 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
100
90
80
70 R = 160 mm
60
50
40
30
001
0. 0 2
0.0
003
00
0.0 05
0.0
1=
0
01
20
0.0
0.0002
0.0 03
0.0 5
0.
0
1
0.002
0. 0 3
0.1 5
0.
10
9
8
7
6
5
4
A dalam km2
1
6 8 10 20 30 40 50 60 80 100 200 300 400
Q dalam m3/dt
Gambar A.1.5 Debit Q untuk curah hujan harian R = 160 m
Gambar A.1.5 Debit Q untuk Curah Hujan Harian R = 160 mm
Lampiran I 147
100
90
80
70 R = 200 mm
60
50
40
30
001
0.0
0.0 02
0.0 03
1=
005
0
0.0
20
01
0.0 02
0.0
0.0 3
0.0 05
0
0.0
1
0.0 2
0. 3
0.0
0.105
10
9
8
7
6
5
4
A dalam km2
1
8 10 20 30 40 50 60 80 100 200 300 400 600
Q dalam m3/dt
Gambar
Gambar A.1.6 DebitDebit
A.1.6 Q untuk
Q Curah
untuk Hujan
curahHarian
hujanRharian
= 200 R
mm= 200 m
148 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
100
90
80
R = 240 mm
70
60
50
40
30
001
0.0
0.0 02
0.0 03
1=
005
20 0.0
0
01
02
0.0 003
0.0
0.0
05
0. 0 1
0.
0.0
0 2
0.0.03
0.1 5
10
9
8
7
6
5
4
A dalam km2
1
10 20 30 40 50 60 80 100 200 300 400 600 800
Q dalam m3/dt
1+0,012f0,7
α= 1+0,075f
......................................................................................... (A.1.12)
Rt
q = 3,6t ................................................................................................. (A.1.15)
R t = Sx U ................................................................................................. (A.1.16)
Keterangan:
t = waktu curah hujan (jam)
q = hujan maksimum (m3/km2/detik)
R = curah hujan maksimum rata-rata (mm)
Sx = simpangan baku
U = variabel simpangan untuk kala ulang T tahun
Rt = curah hujan dengan kala ulang T tahun (mm)
24 t.R
R t = t+1−0,0008 (260−R 2
............................................................. (A.1.17)
24 )(2−t)
t x R24
Rt = ............................................................................................ (A.1.18)
t+1
keterangan:
t = waktu curah hujan (hari)
R3 = curah hujan dalam 24 jam (mm)
R1 = curah hujan dalam t jam (mm)
Debit banjir dapat dihitung dengan metode empiris apabila data debit tidak tersedia.
Parameter yang didapat bukan secara analitis, tetapi berdasarkan korelasi antara hujan
dan karakteristik DPS terhadap banjir, dalam hal ini metode empiris yang dipakai
antara lain:
Yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah hujan efektif, aliran dasar dan
hidrograf limpasan. Dalam menentukan besarnya banjir dengan hidrograf satuan
diperlukan data hujan jam-jaman.
1. Hujan efektif dapat dihitung dengan menggunakan metode indeks dan
metode Horton
Metode indeks, mengasumsikan bahwa besarnya kehilangan hujan dari jam
kejam adalah sama, sehingga kelebihan dari curah hujan akan sama dengan
volume dari hidrograf aliran.
Metode Horton, mengasumsikan bahwa kehilangan debit aliran akan berupa
lengkung eksponensial.
2. Hidrograf Limpasan, terdiri dari dua komponen pokok yaitu: debit aliran
permukaan dan aliran dasar.
Lampiran I 151
Gambar A.1.11 Debit Aliran Dasar Ditarik dari Titik Permulaan Hujan
Sampai Titik Belok Di Akhir Hidrograf Satuan
Lampiran I 153
Cara ini dikembangkan dari berbagai data pertanian dan hujan, dengan rumus:
(1−0,25)2
Q= ............................................................................................................ (A.1.20)
1+0,95
keterangan:
Q = debit aliran permukaan (mm)
I = besarnya hujan (mm)
S = jumlah maksimum perbedaan antara hujan dan debit aliran (mm)
Tabel A.1.3. Nomor Lengkung untuk Kelompok Tanah dengan Kondisi Hujan Sebelumnya
Tipe III dan Ia= 0,2S
Perlakukan Terhadap Kondisi Kelompok Jenis Tanah
Lahan Penutup
Tanaman Hidrologi A B C D
- Belum ditanami Berjajar lurus 77 86 91 94
- Tanaman berjajar Berjajar lurus Jelek 72 81 88 91
Berjajar lurus bagus 67 78 85 89
Dengan kontur Jelek 70 79 84 88
Dengan kontur Bagus 65 75 82 86
Dengan teras Jelek 66 74 80 82
Dengan teras bagus 62 71 78 81
- Tanaman berbutir (jagung, Berjajar lurus Jelek 65 76 84 88
gandum, dan lain-lain) Berjajar lurus bagus 63 75 83 87
Dengan kontur Jelek 63 75 83 87
Dengan kontur Bagus 63 74 81 85
Dengan teras Jelek 61 72 79 82
Dengan teras bagus 59 70 78 81
- Tanaman legunne (petai Berjajar lurus Jelek 66 77 85 89
cina, turi) Berjajar lurus bagus 58 72 81 85
Dengan kontur Jelek 64 75 83 85
Dengan kontur Bagus 55 69 78 83
Dengan teras Jelek 63 73 80 83
Dengan teras bagus 51 67 76 80
- Padang rumput untuk Jelek 68 79 86 89
gembala Sedang 49 69 79 84
Bagus 39 61 74 80
Dengan kontur Jelek 47 67 81 88
Dengan kontur Sedang 25 59 75 83
Dengan kontur baik 6 35 70 79
- Tanaman rumput bagus 30 58 71 78
- Pepohonan jelek 45 66 77 83
Sedang 36 60 73 79
Baik 25 55 70 79
- Pertanian lahan kering 59 74 82 86
- Jalan raya 74 84 90 92
Kondisi Group
Lahan Penutup
Hidrologi A B C
tanaman berjajar jelek 0,89 1,09 1,12
tanaman berjajar bagus 0,86 1,09 1,14
tanaman berbutir jelek 0,86 1,11 1,16
tanaman berbutir bagus 0,84 1,11 1,16
tanaman rumput putaran bagus 0,81 1,13 1,18
padang rumput bagus 0,64 1,21 1,31
pohon keras bagus 0,45 1,27 1,40
Tabel A. 1.6. Kondisi Hujan Sebelumnya dan Nomer Lengkung untuk Ia = 0,2S
1. Satuan hidrograf sintetik Gama I dibentuk oleh tiga komponen dasar yaitu waktu
naik (TR), debit puncak (Qp), waktu dasar (TB) dengan uraian sebagai berikut:
L 3
TR = 0,43 ( ) + 1,0665 SIM + 1,2775 .......................................... (A.1.22)
100SF
keterangan:
TR = waktu naik (jam)
L = panjang sungai (km)
SF = faktor sumber yaitu perbandingan antara jumlah panjang sungai
tingkat 1 dengan jumlah panjang sungai semua tingkat
SIM = faktor simetri ditetapkan sebagai hasil kali antara faktor
lebar (WF) dengan luas relatif DAS sebelah hulu (RUA)
WF = faktor lebar adalah perbandingan antara lebar DPS yang diukur
dari titik di sungai yang berjarak ¾ L dan lebar DPS yang diukur
dari titik yang berjarak ¼ L dari tempat pengukuran (lihat Gambar
A.1.13.).
Keterangan :
QP = debit puncak (m3/det)
JN = jumlah pertemuan sungai (lihat Gambar A.1.14.)
TR = waktu naik (jam)
Keterangan :
TB = waktu dasar (jam)
TR = waktu naik (jam)
S = landai sungai rata-rata
158 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
2. Hujan efektif didapat dengan cara metode indeks yang dipengaruhi fungsi luas
DPS dan frekuensi sumber SN, dirumuskan sebagai berikut :
4
∅ = 10,4903 − 3,859. 10−6 A2 + 1,6985. 10−13 (A⁄SN) ............ (A.1.25)
Keterangan :
= indeks dalam mm/jam
A = luas DPS, dalam km2
SN = frekuensi sumber, tidak berdimensi
Lampiran I 159
3. Aliran dasar dapat didekati sebagai fungsi luas DPS dan kerapatan jaringan
sungai yang dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
QB = aliran dasar (m3/det)
A = luas DPS (km2)
D = kerapatan jaringan sungai (km/km2)
Besarnya hidrograf banjir dihitung dengan mengalikan bulan efektif dengan kala
ulang tertentu dengan hidrograf satuan yang didapat dari rumus-rumus diatas
selanjutnya ditambah dengan aliran dasar.
160 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Lampiran II 161
LAMPIRAN II
KEBUTUHAN AIR DI SAWAH UNTUK PADI
A.2.1.1 Umum
Kebutuhan total air di sawah (GFR) mencakup faktor 1 sampai 5. Kebutuhan bersih
air di sawah (NFR) juga memperhitungkan curah hujan efektif.
Kebutuhan air di sawah dinyatakan dalam mm/hari atau 1/dt/ha tidak disediakan
kelonggaran untuk efisiensi irigasi di jaringan tersier dan utama.
Faktor-faktor tersebut saling berkaitan. Kondisi sosial budaya yang ada di daerah
penanaman padi akan mempengaruhi lamanya waktu yang diperlukan untuk
penyiapan lahan. Untuk daerah-daerah proyek baru, jangka waktu penyiapan lahan
akan ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di daerah-daerah di dekatnya.
Sebagai pedoman diambil jangka waktu 1,5 bulan untuk menyelesaikan penyiapan
lahan di seluruh petak tersier.
Bilamana untuk penyiapan lahan diperkirakan akan dipakai peralatan mesin secara
luas, maka jangka waktu penyiapan lahan akan diambil satu bulan.
Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat ditentukan
berdasarkan kedalaman serta porositas tanah di sawah. Rumus berikut dipakai untuk
memperkirakan kebutuhan air untuk penyiapan lahan.
(Sa −Sb )N.d
PWR = + Pd + F1 .......................................................................... (A.2.1)
104
dimana :
PWR = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan, (mm)
Sa = Derajat kejenuhan tanah setelah, penyiapan lahan dimulai, (%)
Sb = Derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai, (%)
Lampiran II 163
Untuk tanah berstruktur berat tanpa retak-retak kebutuhan air untuk penyiapan lahan
diambil 200 mm. Ini termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah. Pada
permulaan transplantasi tidak akan ada lapisan air yang tersisa di sawah. Setelah
transplantasi selesai, lapisan air di sawah akan ditambah 50 mm. Secara keseluruhan,
ini berarti bahwa lapisan air yang diperlukan menjadi 250 mm untuk menyiapkan
lahan dan untuk lapisan air awal setelah transpantasi selesai.
Bila lahan telah dibiarkan beda selama jangka waktu yang lama (2,5 bulan atau lebih),
maka lapisan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300 mm, termasuk
yang 50 mm untuk penggenangan setelah transplantasi.
Untuk tanah-tanah ringan dengan laju perkolasi yang lebih tinggi, harga-harga
kebutuhan air untuk penyelidikan lahan bisa diambil lebih tinggi lagi. Kebutuhan air
untuk penyiapan lahan sebaiknya dipelajari dari daerah-daerah di dekatnya yang
kondisi tanahnya serupa dan hendaknya didasarkan pada hasil-hasil penyiapan di
lapangan. Walau pada mulanya tanah-tanah ringan mempunyai laju perkolasi tinggi,
tetapi laju ini bisa berkurang setelah lahan diolah selama beberapa tahun.
Kemungkinan ini hendaknya mendapat perhatian tersendiri sebelum harga-harga
kebutuhan air untuk penyiapan lahan ditetapkan menurut ketentuan diatas.
Kebutuhan air untuk persemaian termasuk dalam harga-harga kebutuhan air diatas.
Dimana:
IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/hari
M = Kebutuhan air untuk mengganti/mengkompensasi kehilangan air akibat
evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan M = Eo + P, mm/hari
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1, ETo selama penyiapan lahan, mm/hari
P = Perkolasi
k = MT/S
T = jangka waktu penyiapan lahan, (hari)
S = Kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm, yakni
200 + 50 = 250 mm seperti yang sudah diterangkan diatas.
Untuk menyikapi perubahan iklim yang selalu berubah dan juga dalam rangka
penghematan air maka diperlukan suatu metode penghematan air pada saat pasca
konstruksi.
Pada saat ini perhitungan kebutuhan air dihitung secara konvensional yaitu dengan
metode genangan, yang berkonotasi bahwa metode genangan adalah metode boros
air.
Metode perhitungan kebutuhan air yang paling menghemat air adalah metode
Intermitten yang di Indonesia saat ini dikenal dengan nama SRI atau System Rice
Intensification.
SRI adalah metode penghematan air dan peningkatan produksi dengan jalan
pengurangan tinggi genangan disawah dengan sistem pengaliran terputus putus
(intermiten). Metode ini tidak direkomendasi untuk dijadikan dasar perhitungan
kebutuhan air, tetapi bisa sebagai referensi pada saat pasca konstruksi.
Tabel A.2.1 memperlihatkan kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan yang
dihitung menurut rumus diatas.
Lampiran II 165
M Eo + T = 30 hari T = 45 hari
PMm/hari
S = 250 mm S = 300 mm S = 250 mm S = 300 mm
5,0 11,1 12,7 8,4 9,5
5,5 11,4 13,0 8,8 9,8
6,0 11,7 13,3 9,1 10,1
6,5 12,0 13,6 9,4 10,4
7,0 12,3 13,9 9,8 10,8
7,5 12,6 14,2 10,1 11,1
8,0 13,0 14,5 10,5 11,4
8,5 13,3 14,8 10,8 11,8
9,0 13,6 15,2 11,2 12,1
9,5 14,0 15,5 11,6 12,5
10,0 14,3 15,8 12,0 12,9
10,5 14,7 16,2 12,4 13,2
11,0 15,0 16,5 12,8 13,6
a. Evapotranspirasi
- Kelembaban
- Angin
Harga-harga faktor pun mungkin sangat bervariasi bergantung kepada lamanya angin
bertiup, vegetasi di daerah sekitar dan lokasi pan. Evaporasi pan diukur secara harian,
demikian pula harga-harga ETo.
Untuk rumus Penman yang dimodifikasi ada 2 metode yang dapat digunakan :
Metode Nedeco/Prosida yang lihat terbitan Dirjen Pengairan, Bina Program PSA 010,
1985 Metode FAO lebih umum dipakai dan dijelaskan dalam terbitan FAO Crop
Water Requirments, 1975.
Harga-harga ET0 dari rumus penman menunjuk pada tanaman acuan apabila
digunakan albedo 0,25 (rerumputan pendek). Koefisien-koefisien tanaman yang
dipakai untuk penghitungan ETc harus didasarkan pada ETo ini dengan albedo 0,25
Seandainya data-data meteorologi untuk daerah tersebut tidak tersedia maka harga-
harga ETo boleh diambil sesuai dengan daerah-daerah disebelahnya. Keadaan-
keadaan meteorologi hendaknya diperiksa dengan seksama agar transposisi data
Lampiran II 167
b. Koefisien Tanaman
Harga- harga koefisien tanaman padi terdapat pada Tabel A.2.2. dibawah ini
1
Harga-harga koefisien ini akan dipakai dengan rumus evapotranspirasi Penman yang sudah
dimodifikasi, dengan menggunakan metode yang diperkanakan oleh Nedeco/Prosida atau FAO.
2
Varietas padi biasa adalah varietas padi yang masa tumbuhnya lama
3 3
Varietas unggul adalah barietas padi yang jangka waktu tumbuhnya pendek Selama setengah bulan
terakhir pemberian air irigasi ke sawah dihentikan;
4
Kemudian koefisien tanaman diambil ”nol” dan padi akan menjadi masak dengan air yang tersedia
168 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
A.2.1.4 Perkolasi
Laju perkolasi sangat bergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah-tanah lempung
berat dengan karakteristik pengelolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dapat
mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan; laju perkolasi bisa lebih
tinggi.
Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali,
masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/ hari selama ½ Bulan) selama sebulan dan dua
bulan setelah transplantasi.
Untuk irigasi pada curah hukan efektif bulanan diambil 70% dari curah hujan
minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun
1
𝑅𝑒 = 0,7𝑥 15 𝑅(𝑠𝑒𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛) ................................................................. (A.2.5)
Lampiran II 169
Di daerah-daerah proyek yang besar dimana tersedia data-data curah hujan harian,
harus dipertimbangkan untuk diadakan studi simulasi untuk menghasilkan kriteria
yang lebih terinci.
Pada Tabel A.2.3. dan A.2.4 diberikan contoh perhitungan dalam bentuk tabel untuk
kebutuhan air di sawah bagi dua tanaman padi varietas unggul di petak tersier.
Disamping penjelasan yang telah diuraikan dalam bagian A.2.1.2. sampai A. 2.1.6,
telah dibuat asumsi-asumsi berikut :
Jan 1 4,5 2,0 3,8 1,7 1,1 1,1 1,1 5,04) 4,85)
2 1,7 1,05 1,1 1,08 4,9 4,8
Feb 1 4,7 2,0 4,1 1,7 1,05 1,05 1,05 4,9 4,5
2 1,7 0,95 1,05 1,0 4,7 4,3
Mei 1 3,8 2,0 5,1 1,7 1,1 1,1 1,1 4,2 2,8
2 1,7 1,05 1,1 1,08 4,1 2,7
Jun 1 3,6 2,0 4,2 1,7 1,05 1,05 1,05 3,8 3,3
2 1,7 0,95 1,05 1,0 3,6 3,1
Feb 1 4,7 2,0 4,1 2,2 1,05 1,05 1,1 1,07 5,0 5,1
2 1,1 0,95 1,05 1,05 1,02 4,8 3,8
Mar 1 4,8 2,0 5,0 1,1 0 0,95 1,05 0,67 3,2 1,3
2 0 0,95 0,32 1,6 0
Jun 1 3,6 2,0 4,2 2,2 1,05 1,1 1,1 1,08 3,9 3,9
2 2,2 1,05 1,05 1,1 1,07 3,9 3,9
Jul 1 4,0 2,0 2,9 1,1 0,95 1,05 1,05 1,02 4,1 4,3
2 1,1 0 0,95 1,05 0,67 2,7 2,9
Masa prairigasi diperlukan guna menggarap lahan untuk ditanami dan untuk
menciptakan kondisi lembap yang memadai untuk persemaian yang baru tumbuh.
Banyaknya air yang dibutuhkan bergantung kepada kondisi tanah dan pola tanam
yang diterapkan. Jumlah air 50 sampai 100 mm dianjurkan untuk tanaman ladang dan
100 sampai 120 mm untuk tebu, kecuali jika terdapat kondisi-kondisi khusus
(misalnya ada tanaman lain yang ditanam segera sesudah padi).
Seperti halnya untuk padi, dianjurkan bahwa untuk indeks evapotranspirasi dipakai
rumus evapotranspirasi Penman yang dimodifikasi, sedangkan cara perhitungannya
bisa menurut cara FAO atau cara Nedeco/Prosida.
Harga-harga koefisien tanaman disajikan pada Tabel A.2.5. Harga-harga koefisien ini
didasarkan pada data-data dari FAO (dengan data-data untuk negara-negara yang
paling mirip) dan menggunakan metode untuk menjabarkan koefisien tanaman.
Dalam penjabaran harga-harga koefisien ini untuk dipakai secara umum di Indonesia,
diasumsikan harga-harga berikut :
(a) evapotranspirasi harian 5 mm,
(b) kecepatan angin antara 0 dan 5 m/dt,
(c) kelembapan relatif minimum 70%
(d) frekuensi irigasi/curah hujan per 7 hari.
Apabila harga-harga kisaran tersebut dirasa terlalu menyimpang atau tidak sesuai
dengan keadaan daerah proyek, maka dianjurkan agar harga-harga koefisien
dijabarkan langsung dari FAO Guideline.
Lampiran II 173
Untuk tanaman tebu, harga-harga koefisien tanaman ditunjukkan pada Tabel A.2.6.
Harga-harga tersebut diambil langsung dari FAO Guideline. Untuk tanaman-tanaman
lainnya, ambil harga-harga secara langsung dari FAO Guideline.
A.2.2.3 Perkolasi
Pada tanaman lading, perkolasi air ke dalam lapisan tanah bawah hanya akan terjadi
setelah pemberian air irigasi. Dalam mempertimbangkan efisiensi irigasi, perkolasi
hendaknya dipertimbangkan.
Curah hujan efektif dihitung dengan metode yang diperkenalkan oleh USDA Soil
Conservation Service seperti ditunjukkan pada Tabel A.2.7 dibawah ini, dan air tanah
yang tersedia diperlihatkan pada Tabel A.2.8; keduanya diambil dari FAO Guideline.
Perlu dicatat bahwa metode ini tidak berlaku untuk tanaman padi yang digenangi.
Harus diingat pula bahwa harga-harga yang ditunjukkan pada Tabel A.2.7 tidak
berlaku untuk laju infiltrasi tanah dan intensitas curah hujan; dan bahwa jika laju
infiltrasi rendah serta intensitas curah hujan tinggi, maka kehilangan air karena
melimpas mungkin sangat besar sedangkan hal ini tidak diperhitungkan dalam
metode ini.
Agar diperoleh angka-angka efisiensi yang realistis untuk tanaman lading dan tebu,
diperlukan penelitian/riset. Tetapi dengan pemilikan tanah yang kecil serta pertanian
yang intensif, khususnya di Jawa, tingkat efisiensi yang tinggi bisa dicapai.
174 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Jangka ½
Tanaman tumbuh/ bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
hari No.
Jagung
80 0,5 0,59 0,96 1,05 1,02 0,95*
Kacang
tanah 130 0,5 0,51 0,66 0,85 0,95 0,95 0,95 0,55 0,55*
Catatan :
1. Diambil dari FAO Guideline for Crop Water Requirements (Ref.FAO, 1977)
2. Untuk diterapkan dengan metode ET Prosida, kalikan harga-harga koefisien tanaman itu dengan 1,15
Tabel A.2.6 Harga-Harga Koefisien Tanaman Tebu yang Cocok untuk Diterapkan
denganRumus Evapotranspirasi FAO
RH RH
Umur tanaman min < 70% min < 20%
angin
angin kecil
Tahap pertumbuhan kecil angin angin
12 bulan 24 bulan sampai
sampai kencang kencang
sedang
sedang
0-1 0 – 2,5 Saat tanam sampai 0,25 rimbun *) 0,55 0,60 0,40 0,45
1-2 2,5 – 3,5 0,25 – 0,5 rimbun 0,80 0,85 0,75 0,80
2 – 2,5 3,5 – 4,5 0,5 – 0,75 rimbun 0,90 0,95 0,95 1,00
2,5 - 4 4,5 - 6 0,75 sampai air puncak 1,00 1,10 1,10 1,20
4 - 10 6 - 17 Penggunaan air puncak 1,05 1,15 1,25 1,30
10 - 11 17 - 22 Awal berbunga 0,80 0,85 0,95 1,05
11 - 12 22 - 24 Menjadi masak 0,60 0,65 0,70 0,75
Catatan :
1. Sumber : Ref (FAO, 1977)
2. Untuk diterapkan dengan metode ET Prosida, kalikan masing-masing harga koefisien dengan 1,15
*) rimbun = full canopy, maksudnya pada saat tanaman telah mencapai tahap berdaun rimbun, sehingga
bila dilihat dari atas tanah di sela-selanya tidak tampak
176 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Tabel A.2.7 Curah Hujan Efektif Rata-Rata Bulanan Dikaitkan dengan Et Tanaman Rata-Rata
Bulanan dan Curah Hujan Mean Bulanan (Mean Monthly Rainfall) (USDA (SCS), 1969)
Curah hujan
bulanan
12,
Mean
(mm)
25 37,5 50 62,5 75 87,5 100 112,5 125 137,5 150 162,5 175 187,5 200
5
25 8 16 24
50 8 17 25 32 39 46
75 9 18 27 34 41 48 56 62 69
ET tanaman ratarata bulan/mm
100 9 19 28 35 43 52 59 66 73 80 87 94 100
Apabila kedalaman bersih air yang dapat ditampung dalam tanah pada waktu irigasi lebih besar atau
lebih kecil dari 75 mm, harga-harga
Faktor koreksi yang akan dipakai adalah:
CONTOH :
Diketahui:
Curah hujan mean bulanan = 100 mm; ET tanaman = 150 mm; tampungan efektif = 175 mm
Pemecahan:
Faktor koreksi untuk tampungan efektif = 1,07
Curah hujan efektif 1,07 x 74 = 79 mm
Sumber : Ref (FAO, 1977)
Lampiran II 177
Tabel A.2.9 Harga-Harga Efisiensi Irigasi untuk Tanaman Ladang (Upland Crops)
Peningkatan yang
Awal
Dapat Dicapai
Untuk membentuk sistem rotasi teknis, petak tersier dibagi-bagi menjadi sejumlah
golongan, sedemikian rupa sehingga tiap golongan terdiri dari petak–petak tersier
yang tersebar di seluruh daerah irigasi.
Petak–petak tersier yang termasuk dalam golongan yang sama akan mengikuti pola
penggarapan tanah yang sama; penyiapan lahan dan tanam akan dimulai pada waktu
yang sama. Kebutuhan air total pada waktu tertentu ditentukan dengan menambahkan
besarnya kebutuhan air di berbagai golongan pada waktu itu.
178 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Didalam petak tersier tidak ada rotasi, oleh sebab itu seluruh petak termasuk dalam
satu golongan. Petak-petak tersier, yang tergabung dalam satu golongan, biasanya
tersebar diseluruh daerah irigasi. Praktek ini memanfaatkan tenaga kerja, ternak
penghela dan air yang tersedia. Untuk menyederhanakan pengelolaan air, dianjurkan
agar tiap golongan mempunyai jumlah hektar yang sama.
Kadang-kadang rotasi teknis hanya diterapkan di petak sekunder saja. Seluruh petak
tersier yang dilayani oleh satu saluran sekunder termasuk dalam golongan yang sama.
Sistem rotasi teknis semacam ini eksploitasinya tidak begitu rumit, tetapi kurang
menguntungkan dibanding sistem rotasi pada petak tersier, karena :
- tidak ada dampak pengurangan debit rencana pada saluran sekunder
- kesempatan untuk berbagi tenaga kerja dan ternak penghela diantara petak tersier
terbatas karena seluruh petak sekunder mulai menggarap tanah dalam waktu yang
bersamaan.
Agar kebutuhan pengambilan puncak dapat dikurangi, maka areal irigasi harus
dibagi-bagi menjadi sekurang-kurangnya tiga atau empat golongan. Dengan
sendirinya hal ini agak mempersulit eksploitasi jaringan irigasi. Lagi pula usaha
pengurangan debit puncak mengharuskan diperkenalkannya sistem rotasi. Jumlah
golongan umumnya dibatasi sampai maksimum 5.
Dalam menilai apakah sistem rotasi teknis diperlukan, ada beberapa pertanyaan
penting yang harus terjawab, yakni :
a. dilihat dari pertimbangan-pertimbangan sosial, apakah sistem tersebut dapat
diterima dan apakah pelaksanaan dan eksploitasi secara teknis layak
Lampiran II 179
Gambar A.2.1 menyajikan hasil-hasil yang diperoleh dari Tabel A.2.3 dan Tabel
A.2.4.
180 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Nov 1 - - - -
2 - - - -
Agt 1 0 0
2 0 0
Sep 1
2
Okt 1
2
Tabel A.2.12 Kebutuhan Pengambilan dengan 3 Golongan dan Jangka Waktu Penyiapan
Lahan Satu Bulan
NFR
Bulan DR 4)
G1 1) G2 2) G3 G 3)
(1) (6)
(2) (3) (4) (5)
Nov 1
2
Sep 1
2
Okt 1
2
Tabel A.2.13 Kebutuhan Pengambilan dengan 4 Golongan dan Jangka Waktu Penyiapan
Lahan Satu Bulan
NFR
Bulan DR4)
G11) G22) G3 G4 G3)
(1) (7)
(2) (3) (4) (5) (6)
Nov 1
2
Sep 1 0 0 0
2
Okt 1
2
Tabel A.2.14 Kebutuhan Pengambilan dengan 5 Golongan dan Jangka Waktu Penyiapan
Lahan Satu Bulan
NFR
Bulan DR4)
G11) G22) G3 G4 G5 G3)
(1) (8)
(2) (3) (4) (5) (6) (7)
Nov 1
2 11,3 2,3 0,40
Sep 1 0 0 0
2
Okt 1
2
Tabel A.2.15 Kebutuhan Pengambilan dengan 4 Golongan dan Jangka Waktu Penyiapan
Lahan 1,5 Bulan
NFR
Bulan 1) 2) DR4)
G1 G2 G3 G4 G3)
(1) (7)
(2) (3) (4) (5) (6)
Nov 1
2
Okt 1
2
Tabel A.2.16 Kebutuhan Pengambilan dengan 5 Golongan dan Jangka Waktu Penyiapan
Lahan 1,5 Bulan
NFR
Bulan 1) 2) DR4)
G1 G2 G3 G4 G5 G3)
(1) (8)
(2) (3) (4) (5) (6) (7)
Nov 1
2 7,7 1,5 0,27
Okt 1 0 0
2
Pengolahan tanah
0.4
1.5
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT
Gambar A.2.1 Kebutuhan Pengambilan Tanpa Rotasi Teknis Periode Satu Mingguan
Gambar A.2.1
A.2.3.3 Kebutuhan Kebutuhan
Pengambilan denganpengambilan tanpa rotasi teknis
Rotasi Teknis
Ini ditunjukkan dalam bentuk tabel seperti terlihat pada Tabel A.2.9 sampai A.2.16.
Efisiensi irigasi total pada contoh-contoh Tabel tersebut diambil 65%. Areal masing-
masing golongan diandaikan sama luasnya.
Gambar A.2.2 dan A.2.3 memperlihatkan hasil-hasilnya dalam bentuk grafik. Hasil-
hasil tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa dengan adanya sistem golongan,
kebutuhan pengambilan menjadi lebih efektif dan efisien.
Lampiran II 187
3 Golongan
4 Golongan
0.4
5 Golongan
0.4
Kebutuhan diversi dalam l/dt . ha
Gambar A.2.3 Kebutuhan Pengambilan dengan Rotasi Teknis Periode 1,5 Bulan
LAMPIRAN III
ANALISIS DAN EVALUASI DATA HIDROMETEOROLOGI
Sebelum melakukan pemrosesan data apa pun, buku-buku data curah hujan perlu
dicek dahulu secara visual. Curah hujan tertinggi harian harus realistis, jika tidak
jangan dipakai.
Secara kebetulan jumlah curah hujan bulanan yang diulangi bisa saja bulan-bulan
yang sama. Angka-angka harian yang dibulatkan mungkin menunjukkan pembacaan
yang tidak tepat atau tidak andal.
Data curah hujan bulanan atau tahunan akan dicek dengan double massplot antara
stasiun-stasiun hujan dan/atau dengan tempat pengukuran terdekat di luar daerah studi
untuk mengetahui perubahan lokasi atau exposure penakar hujan (lihat Gambar
A.3.1). Bila jangka waktu pengamatan terlalu pendek, maka data-data antar tempat
pengukuran akan diperbandingkan.
Menjelang penentuan parameter perencanaan akan ada lebih banyak studi umum
mengenai curah hujan (tinggi curah hujan) di daerah aliran sungai. Jumlah curah
hujan tahunan serta distribusinya untuk setiap bulannya akan ditetapkan. Hal-hal yang
sifatnya musiman dan variasi sepanjang tahun/bulan maupun tempat akan ditentukan.
Perbedaan-perbedaan tempat akan memperjelas pengaruh/efek ketinggian dan
orografis (pegunungan).
190 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
50
stasiun X dalam meter
1940
Akumulasi curah hujan
40
1945
1945
30
1950
1950
1955 1965
0
0 10 20 30 40 50 0 10 20 30 40 50
Akumulasi kelompok curah hujan
rata-rata dalam meter
Analisis ini dapat mengacu kepada peta isohet untuk curah hujan tahunan rata-rata
(lihat Gambar A.3.2). Dengan informasi ini akan diperoleh pengetahuan tertentu
mengenai curah hujan untuk membimbing ahli irigasi dalam tahap studi dan
pengenalan.
An-1
An A2 A1
R1
R n-2 R2
R n-1
Isohet curah hujan
normal tahunan
Jumlah stasiun hujan yang diperlukan untuk analisis seperti ini tidak bisa dipastikan
dengan aturan yang sederhana. Jumlah yang diperlukan sangat bergantung pada
besarnya variasi curah hujan menurut waktu dan daerah, dan ketepatan yang menjadi
dasar variasi yang akan dicatat ini. Dengan mempertimbangkan catatan curah hujan
harian, maka suatu pedoman dapat mempunyai sekurang-kurangnya satu tempat
stasiun hujan per 50 km2 untuk daerah yang berbukit-bukit/bergunung-gunung, dan
satu untuk daerah-daerah pantai yang landai sampai per 100 km2.
Persyaratan ini pada umumnya tidak akan bisa dipenuhi pada waktu dilakukan studi
daerah aliran sungai. Studi mengenai curah hujan lokal/daerah mungkin akan
menghasilkan pedoman umum untuk interpretasi; studi ini mungkin sudah
dilaksanakan dalam rangka kegiatan-kegiatan lain. Transposisi (pemindahan) data
dari daerah aliran sungai disebelahnya yang memiliki persamaan-persamaan adalah
suatu cara pemecahan yang dapat diterima guna memperluas basis data curah hujan
pada daerah aliran yang bersangkutan. Elevasi, musim (seasonality) dan orientasi
harus sungguh-sungguh diperhatikan sewaktu melakukan transposisi data curah
hujan. Isohet yang didasarkan pada data jangka panjang diseluruh daerah studi dan
daerah aliran sungai disekitarnya harus dipakai untuk mengecek ketepatan dan
kesahihan transposisi tahunan. Data bulanan rata-rata untuk seluruh tempat-tempat
penakaran yang berdekatan harus diperiksa untuk memastikan kemiripan di antara
tempat-tempat penakaran tersebut.
Untuk menentukan harga koefisien pengurangan luas daerah hujan B, akan diperlukan
studi curah hujan yang terinci guna mengetahui curah hujan efektif, curah hujan lebih
dan curah hujan badai. Distribusi curah hujan yang meliputi jangka waktu pendek dan
areal seluas 100 ha akan diselidiki.
Analisis curah hujan efektif dan curah hujan lebih didasarkan pada data-data curah
hujan harian. Parameter curah hujan efektif didasarkan pada jumlah curah hujan
tengah-bulanan dan curah hujan lebih didasarkan pada jumlah curah hujan 1 dan 3-
harian untuk setiap bulannya.
Harga-harga curah hujan efektif dan curah hujan lebih dengan ditentukan dengan
kemungkinan tak terpenuhi 20%, ditentukan dengan menggunakan cara analisis
frekuensi. Distribusi frekuensi normal atau log-normal dan harga-harga sekali setiap
20% bisa dengan mudah diketemukan dengan cara interpretasi grafik pada kertas
pencatat kemungkinan normal dan kemudian log-normal.
Untuk analisis frekuensi curah hujan harian yang ekstrem, dapat digunakan harga-
harga yang dipakai dalam perhitungan banjir Gumbel, Weibull, Pearson atau
distribusi ekstrem. Distribusi yang dianjurkan disini hanyalah suatu sarana untuk
menilai harga-harga ekstrem tersebut dengan frekuensi kejadiannya. Distribusi yang
diterapkan adalah yang paling cocok.
Untuk menentukan banjir rencana ada 3 metode analisis yang dapat diikuti, yakni :
- analisis frekuensi data banjir
- perhitungan banjir empiris dengan menggunakan hubungan curah hujan-
limpasan air hujan
- pengamatan lapangan
Analisis frekuensi debit membutuhkan rangkaian catatan dasar data banjir yang
lengkap yang mencakup jangka waktu 20 tahun, jika mungkin.
Gumbel. Banjir rencana didapat dengan cara memperpanjang kurve frekuensi sampai
pada periode ulang rencana yang diperlukan.
Biasanya catatan data bajir, jika ada, hanya meliputi jangka waktu yang lebih pendek,
atau meliputi jangka waktu yang lama tetapi tidak teratur. Metode POT (peaks over
threshold: debit puncak diatas ambang) dapat dipakai apabila tersedia catatan banjir
yang meliputi paling tidak jangka waktu 2 tahun berturut-turut. Dari catatan tersebut
debit puncak yang melebihi harga ambang yang disepakati secara sembarang q0, dapat
diketahui. Ini menghasilkan harga puncak M dengan harga rata-rata qp diatas jangka
waktu pencatatan total N tahun.
Banjir rata-rata tahunan dihitung dengan cara yang diperkenalkan oleh DPMA, 1903
sebagai berikut :
dimana :
2
Q / MAF
Kurangnya data banjir, keadaan yang umum dijumpai dan perencanaan irigasi,
berakibat dikembangkannya suatu hubungan curah hujan-limpasan air hujan yang
didasarkan pada rumus rasional berikut :
Q = αβ q A ........................................................................................... (A.3.2)
dimana:
Q = debit banjir (puncak), dalam m3/dt
α = koefisien limpasan air hujan
β = koefisien pengurangan luas daerah hujan
q = curah hujan, m3/dt.km2
A = luas daerah aliran sungai, km2
Pengamatan langsung mengenai tinggi banjir oleh penduduk setempat atau dari tanda-
tanda yang ada dapat memberikan informasi mengenai debit-debit puncak. Konversi
keterangan tentang tinggi banjir menjadi data debit puncak dapat dilakukan dengan
ketepatan yang terbatas saja. Penilaian tentang koefisien kekasaran saluran,
kemiringan energi dan kedalaman gerusan selama terjadinya bajir puncak akan
menghasilkan perhitungan yang tidak pasti dan tidak tepat. Tetapi metode itu
merupakan cara yang bagus untuk menilai apakah harga banjir puncak yang diperoleh
untuk A.3.2.1 dan A.3.2.2 adalah masuk akal. Apabila dijumpai tinggi banjir yang
terjadi secara luar biasa, maka debit puncak yang didapat mungkin sangat membantu
dalam menentukan kurve frekuensi banjir untuk periode-periode ulang yang lebih
tinggi. Seandainya luas daerah aliran sungai terlalu sulit ditentukan, maka cara itu
adalah cara satu-satunya untuk menentukan debit banjir.
Analisis debit rencana yang dibicarakan dalam pasal ini disimpulkan pada Tabel 4.4,
Bab 4.
A.3.3.1 Umum
Untuk penentuan debit andalan ada 3 metode analisis yang dapat dipakai, yaitu :
- analisis frekuensi data debit,
- neraca air,
- pengamatan lapangan.
Lampiran III 197
Debit andalan pada umumnya dianalisis sebagai debit rata-rata untuk periode tengah-
bulanan. Kemungkinan tak terpenuhi ditetapkan 20% (kering) untuk menilai
tersedianya air berkenaan dengan kebutuhan pengambilan (diversion requirement).
a. Data cukup
Untuk keperluan analisis frekuensi, akan lebih baik jika tersedia catatan debit yang
mencakup jangka waktu 20 tahun atau lebih. Dalam prakteknya hal ini sulit dipenuhi.
Catatan debit biasanya didasarkan pada catatan tinggi muka air di tempat-tempat
pengukuran debit di sungai. Muka air harian dikonversi menjadi debit dengan
menggunakan hubungan antara tinggi muka air – debit (kurve Q-h). Kurve ini harus
dicek secara teratur dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang mungkin
terjadi di dasar sungai. Rata-rata tengah-bulanan dihitung dari harga-harga debit
harian.
rata-rata di daerah aliran sungai dengan debit rata-rata tahunan dan perkiraan
kehilangan rata-rata tahunan. Gunakan harga-harga kehilangan rata-rata tahunan
untuk membuat perbandingan antara curah hujan tahunan di daerah aliran sungai
dengan debit tahunan. Selidiki perkembangan-perkembangan yang terjadi di daerah
aliran sungai dan di sungai disebelah hulu tempat-tempat pengukuran yang mungkin
telah mempengaruhi debit sungai. Pengembangan irigasi di hulu akan mempengaruhi
aliran yang lebih rendah di tempat-tempat pengukuran di hilir; catatan debit akan
dikoreksi untuk abstraksi (ringkasan) ini.
Jika hanya tersedia catatan data dengan liputan waktu yang pendek (5 tahun), maka
analisis frekuensi dapat dilakukan dengan menilai frekuensi relatif masing-masing
harga tengah-bulanan musim kering. Debit musim kering dibandingkan dengan curah
hujan di daerah aliran sungai menjelang musim kering tersebut dan diberi frekuensi
yang sama dengan curah hujan sebelumnya. Hal ini mengandaikan tersedianya
catatan curah hujan yang mencakup jangka waktu yang lama, berdasarkan data
tersebut kemungkinan/probabilitas dapat dinilai dengan lebih mantap.
Dengan menggunakan model neraca air (water balance) harga-harga debit bulanan
dapat dihitung dari curah hujan bulanan, evapotranspirasi, kelembapban tanah dan
tampungan air tanah. Hubungan antara komponen-komponen terdahulu akan
bervariasi untuk tiap daerah aliran sungai.
Model neraca air Dr.Mock memberikan metode penghitungan yang relatif sederhana
untuk bermacam-macam komponen berdasarkan hasil riset daerah aliran sungai di
seluruh Indonesia. Curah hujan rata-rata bulanan di daerah aliran sungai dihitung dari
data pengukuran curah hujan dan evapotranspirasi yang sebenarnya di daerah aliran
sungai dari data meteorologi (rumus Penman) dan karakteristik vegetasi. Perbedaan
antara curah hujan dan evapotranspirasi mengakibatkan limpasan air hujan langsung
Lampiran III 199
(direct runoff), aliran dasar/air tanah dan limpasan air hujan lebat (storm run off).
Debit-debit ini dituliskan lewat persamaan-persamaan dengan parameter daerah aliran
sungai yang disederhanakan. Memberikan harga-harga yang benar untuk parameter
ini merupakan kesulitan utama. Untuk mendapatkan hasil-hasil yang dapat
diandalkan, diperlukan pengetahuan yang luas mengenai daerah aliran sungai dan
pengalaman yang cukup dengan model neraca air dari Dr.Mock. Berikut ini uraian
dari beberapa metode yang biasa dipakai dalam menghitung neraca air:
1. Metode Mock
limited
precipitation
evapotranspiration base flow
infiltrattion interflow
ground water
storage
Data dan asumsi yang diperlukan untuk perhitungan metode Mock adalah sebagai
berikut:
200 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Dengan:
E = Beda antara evapotranspirasi potensial dengan
evapotranspirasi terbatas (mm)
Et = Evapotranspirasi terbatas (mm)
Lampiran III 201
keterangan:
Et = Evapotranspirasi
Besar kandungan tanah tergantung dari harga As. bila harga As negatif. maka
kapasitas kelembaban tanah akan berkurang dan bila As positif maka
kelembaban tanah akan bertambah.
8. Aliran dan Penyimpangan Air Tanah (run off dan Ground water storage)
Nilai run off dan ground water tergantung dari keseimbangan air dan kondisi
tanahnya.
9. Koefisien Infiltrasi
karena air akan sulit terinfiltrasi ke dalam tanah. Batasan koefisien infiltrasi
adalah 0 – 1.
Faktor Resesi adalah perbandingan antara aliran air tanah pada bulan ke n
dengan aliran air tanah pada awal bulan tersebut. Faktor resesi aliran tanah
dipengaruhi oleh sifat geologi DPS. Dalam perhitungan ketersediaan air metode
FJ Mock, besarnya nilai k didapat dengan cara coba-coba sehingga dapat
dihasilkan aliran seperti yang diharapkan.
11. Initial Storage (IS)
Initial Storage atau tampungan awal adalah perkiraan besarnya volume air pada
awal perhitungan. IS di lokasi studi diasumsikan sebesar 100 mm.
12. Penyimpangan air tanah (Ground Water Storage)
Penyimpangan air tanah besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat dan
waktu. Sebagai permulaan dari simulasi harus ditentukan penyimpanan awal
(initial storage) terlebih dahulu.
Persamaan yang digunakan dalam perhitungan penyimpanan air tanah adalah
sebagai berikut:
Vn = k x Vn-1 + 0,5 (1 + k) I ...................................................................... (A.3.7)
Vn = vn - vn-1 .............................................................................................. (A.3.8)
Dimana:
Vn = Volume air tanah periode ke n
K = qt/qo = faktor resesi aliran tanah
qt = aliran air tanah pada waktu periode ke t
qo = aliran air tanah pada awal periode (periode ke 0)
vn-1 = volume air tanah periode ke (n-1)
vn = perubahan volume aliran air tanah
13. Aliran Sungai
Aliran Dasar = Infiltrasi – Perubahan aliran air dalam tanah
204 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
2. Metode NRECA
Cara perhitungan ini sesuai untuk daerah cekungan yang setelah hujan berhenti masih
ada aliran air di sungai selama beberapa hari. Kondisi ini terjadi bila tangkapan hujan
cukup luas. Secara diagram prinsip metode Nreca dapat digambarkan sebagai
berikut :
evaporasi (mm)
hujan (mm)
aliran langsung
SIMPANAN KELENGASAN (m3/dt)
lengas lebih (PSUB)
(moisture storage)
lapisan tanah (0 - 2 M)
imbuhan ke air
tanah (mm)
Perhitungan debit aliran masuk embung metode NRECA, dilakukan kolom perkolom
dari kolom 1 sampai kolom 20 dengan langkah sebagai berikut :
1. Nama bulan dari Januari sampai Desember tiap-tiap tahun pengamatan.
2. Periode 10 harian dalam 1 bulan.
3. Nilai hujan rerata 10 harian (Rb).
4. Nilai penguapan peluh potensial (PET atau ETo)
5. Nilai tampungan kelengasan awal (Wo). Nilai awal ini harus dicoba-coba dan di
cek agar nilai pada bulan januari mendekati nilai pada bulan Desember , jika
selisih nilai melebihi 200 mm, harus diulang lagi.
Lampiran III 207
6. Tampungan kelengasan tanah (soil moisture storage, Wi) dan dihitung dengan
rumus :
o W
Wt = Nominal ........................................................................................... (A.3.9)
7. Rasio Rb/PET
8. Rasio AET/PET
AET= Penguapan peluh aktual yang dapat diperoleh dari Gambar 4.10. nilainya
bergantung dari rasio Rb/PET dan Wi
Koefisien reduksi diperoleh dari fungsi kemiringan lahan, seperti pada tabel
berikut :
Kemiringan
Koef. Reduksi
(m/Km)
0 - 50 0,9
51 - 100 0,8
101 - 200 0,6
> 200 0,4
11. Rasio kelebihan kelengasan (excess moisture) yang dapat diperoleh sbb :
Bila neraca air positif (+), maka rasio tersebut dapat diperoleh dari Gambar 4.11.
dengan memasukkan harga Wi. Bila neraca air negatif (-) rasio = 0.
15. Tampungan air tanah awal yang harus dicoba-coba dengan nilai awal = 2
16. Tampungan air tanah akhir = tampungan air tanah + tampungan air tanah awal
(kolom 14 + 15)
17. Aliran air tanah = GWF x tampungan air tanah akhir (kolom 16)
0,8
0,6
g
0,4
0,2
0,0
0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6
1,0
1,6
0,8 1,2
0,8
Storage Ratio
4
0,6 0,
AET/PET
0
0,
0,4
0,2
0,0
0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6
18. Aliran langsung (direct run off) = kelebihan kelengasan - tampungan air tanah
(kolom 12 - 14)
19. Aliran total = aliran langsung + aliran air tanah (kolom 18 + 17) dalam mm
20. Aliran total dalam kolom 19 dalam mm diubah ke dalam satuan m3/dtk. (kolom
19 x luas)/(10 harian x 24 x 3600).
Tampungan air tanah = tampungan air tanah akhir + aliran air tanah (kolom 16 + 17).
semuanya dari bulan sebelumnya.
Sedangkan volume air yang dapat mengisi kolam waduk selama musim hujan (Vb)
dapat dihitung dari jumlah air permukaan dari seluruh daerah tadah hujan dan air
hujan efektif yang langsung jatuh diatas permukaan kolam. Dengan demikian jumlah
air yang masuk ke dalam waduk dapat dinyatakan seperti berikut :
Dengan:
Vb = volume air yang dapat mengisi kolam waduk selama musim hujan (m3)
Vj = aliran bulanan pada bulan j (m3/bulan) dengan cara NRECA
A = luas permukaan kolam waduk (Ha.)
Rj = curah hujan bulanan pada bulan j (mm/bulan)
Bulan Hari Curah Evapotransparasi Tampungan Rasio Rasio Rasio AET Neraca Rasio Kelebihan Perubahan Tampungan Tampungan Tampungan Aliran Aliran Aliran Aliran
Hujan Potensial Ketengasan Tampungan (3) / (4) AET/PET Air Kelebihan Kelengasan Tampungan Air Tanah Air Tanah Air Tanah Air Tanah Langsung Total Total
(PET) (Wo) Tanah Kelengasan Awal Akhir
(mm) (mm) (mm) (Wi) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m/c)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Januari 1 10 151 31.912 758.370 1.157 4.732 1.000 12.765 138.235 0.620 85.763 52.472 77.187 44.706 121.893 24.379 8.576 32.955 1.298
2 10 71 31.912 810.842 1.238 2.225 1.000 12.765 58.235 0.701 40.845 17.390 36.761 97.514 134.275 26.855 4.085 30.940 1.219
3 11 127 35.103 828.232 1.264 3.618 1.000 14.041 112.959 0.729 82.371 30.587 74.134 107.420 181.554 36.311 8.237 44.548 1.595
Februari 1 10 137 32.391 858.819 1.311 4.230 1.000 12.956 124.044 0.779 96.674 27.370 87.007 145.244 232.250 46.450 9.667 56.117 2.211
2 10 45 32.391 886.189 1.353 1.389 1.000 12.956 32.044 0.825 26.452 5.592 23.807 185.800 209.607 41.921 2.645 44.567 1.756
3 8 95 25.913 891.780 1.361 3.666 1.000 10.365 84.635 0.835 70.676 13.958 63.609 167.685 231.294 46.259 7.068 53.326 2.626
Maret 1 10 178 29.860 905.739 1.382 5.961 1.000 11.944 166.056 0.859 142.675 23.381 128.408 185.036 313.443 62.689 14.268 76.956 3.032
2 10 234 29.860 929.120 1.418 7.837 1.000 11.944 222.056 0.900 199.918 22.138 179.926 250.754 430.680 86.136 19.992 106.128 4.181
3 11 103 32.846 951.258 1.452 3.136 1.000 13.138 89.862 0.940 84.472 5.389 76.025 344.544 420.570 84.114 8.447 92.561 3.315
April 1 10 106 27.556 956.647 1.460 3.847 1.000 11.022 94.978 0.950 99.211 4.706 81.190 336.456 417.646 83.629 9.021 92.660 3.646
2 10 150 27.556 961.413 1.467 5.443 1.000 11.022 138.978 0.950 133.211 5.706 119.850 334.117 454.007 90.801 13.321 104.123 4.102
3 10 23 27.556 967.179 1.476 0.835 0.957 10.545 12.455 0.969 17.070 0.385 10.863 363.205 374.068 74.814 1.201 75.021 2.995
Mei 1 10 74 25.178 967.564 1.477 2.939 1.000 10.071 63.929 0.969 61.997 1.932 55.797 299.255 355.052 71.010 6.200 77.210 3.042
2 10 85 25.178 969.496 1.480 3.376 1.000 10.071 74.929 0.970 72.931 1.998 65.638 284.042 349.679 69.936 7.293 77.229 3.043
3 11 0 27.696 971.494 1.483 0000 0.741 8.213 -8213 0.973 0000 -8213 0000 279.744 279.744 55.949 0000 55.949 2.004
Juni 1 10 8 24.433 963.280 1.470 0327 0.822 8.032 -0032 0000 0000 -0032 0000 223.795 223.795 44.759 0000 44.759 1.763
2 10 0 24.433 963.249 1.470 0000 0.735 7.184 -7184 0000 0000 -7184 0000 179.036 179.036 35.807 0000 35.807 1.411
3 10 0 24.433 956.065 1.459 0000 0.730 7.130 -7130 0000 0000 -7130 0000 143.225 143.229 28.646 0000 28.646 1.129
Juli 1 10 0 26.756 948.934 1.448 0000 0.724 7.750 -7750 0000 0000 -7750 0000 114.583 114.583 22.917 0000 22.917 903
2 10 0 26.756 941.184 1.436 0000 0.718 7.687 -7687 0000 0000 -7687 0000 91.666 91.666 18.333 0000 18.333 222
3 11 0 29.432 933.497 1.425 0000 0.712 8.387 -8387 0000 0000 -8387 0000 73.333 73.333 14.667 0000 14.667 525
Agustus 1 10 0 28.025 925.110 1.412 0000 0.706 7.914 -7914 0000 0000 -7914 0000 58.666 58.666 11.733 0000 11.733 462
2 10 0 28.025 917.196 1.400 0000 0.700 7.846 -7846 0000 0000 -7846 0000 46.933 46.933 9.387 0000 9.387 370
3 11 0 30.820 909.350 1.388 0000 0.694 8.557 -8557 0000 0000 -8557 0000 37.547 37.547 7.509 0000 7.509 269
September 1 10 0 29.040 900.792 1.375 0000 0.687 7.985 -7985 0000 0000 -7985 0000 30.037 30.037 6.007 0000 6.007 237
2 10 0 29.040 892.807 1.363 0000 0.681 7.914 -7914 0000 0000 -7914 0000 24.030 24.030 4.806 0000 4.806 139
3 10 0 29.040 884.893 1.351 0000 0.675 7.844 -7844 0000 0000 -7844 0000 19.224 19.224 3.845 0000 3.845 151
Oktober 1 10 64 29.503 877.049 1.339 2.169 1.000 11.801 52.199 0.810 42.279 9.920 38.051 15.379 53.430 10.686 4.228 14.914 588
2 10 33 29.503 886.969 1.354 1.119 1.000 11.801 21.199 0.827 17.528 3.671 15.775 42.744 58.519 11.704 1.753 13.457 530
3 11 213 32.454 890.680 1.359 6.563 1.000 12.981 200.019 0.833 166.639 33.379 149.975 46.815 196.790 39.358 16.664 56.022 2.005
November 1 10 264 31.090 924.019 1.410 8.491 1.000 12.436 251.564 0.891 224.210 27.354 201.789 157.432 359.221 71.844 22.421 94.265 3.716
2 10 146 31.090 951.374 1.452 4.696 1.000 12.436 133.564 0.940 125.582 7.982 113.024 287.377 400.400 80.080 12.558 92.638 3.660
3 10 63 31.090 959.356 1.464 2.026 1.000 12.436 50.564 0.955 48.276 7.288 43.448 370.320 363.769 72.754 4.828 77.681 3.066
Desember 1 10 118 30.201 961.644 1.468 3.907 1.000 12.080 105.920 0.959 101.570 4.350 91.413 291.015 387.428 76.485 10.152 86.643 3.411
2 10 98 30.201 965.993 1.474 3.245 1.000 12.080 85.920 0.967 83.076 2.344 74.768 305.842 380.716 76.142 8.308 84.450 1.125
3 11 190 33.22 968.837 1.479 5.719 1.000 11.288 176.712 0.972 171.214 4.326 154.567 304.141 430.176 91.414 12.025 160.604 1.334
212 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
Kalibrasi model di daerah aliran sungai yang diselidiki debitnya dan data-data
meteorologi akan menambah keandalan hasil-hasil model. Pada waktu mengerjakan
pengamatan debit berjangka waktu panjang dan rangkaian data curah hujan yang
meliputi jangka waktu lama, kemungkinan/probabilitas debit yang diamati bisa dinilai
secara lebih tepat dan demikian juga debit andalan bulanan dengan kemungkinan tak
terpenuhi 20%. Apabila data sangat kurang, usahakan jangan menggunakan model
karena hal ini akan mengakibatkan banyak sekali kesalahan pada hasil penghitungan
aliran bulanan; semua hasil yang diperoleh harus diperlakukan dengan hati-hati.
Pengetahuan yang luas mengenai hasil-hasil riset daerah-daerah aliran sungai di
Indonesia merupakan prasyarat.
Jika metode ini diikuti, maka yang mungkin dapat diperoleh hanyalah suatu kesan
tentang muka air rendah tahunan. Rekonstruksi hidrograf tahunan akan menjadi sulit,
karena hanya muka air terendah saja yang diingat. Informasi semacam ini dapat
dipakai untuk pemeriksaan susulan terhadap hasil-hasil yang diperoleh dari
pengamatan langsung di lapangan. Selama dilakukannya penyelidikan dapat dibuat
hidrograf (sebagian). Informasi demikian akan dapat digunakan untuk kalibrasi model
neraca air dan akan menambah keandalan hasil-hasil model.
Daftar Peristilahan Irigasi 213
(braiding)
aliran terkonsentrasi Aliran pada penampang yang lebih sempit, misal
di dasar kantong lumpur terjadi aliran terkon-
sentrasi pada saat pengurasan
aliran turbulen Aliran tidak tetap dimana kecepatan aliran pada
suatu titik tidak tetap
aliran/debit moduler Aliran melalui suatu bangunan, pengontrol
(bendung, ambang, dsb), dimana aliran di hulu
tidak dipengaruhi oleh aliran di bagian hilir, aliran
sempurna
alur pengarah Alur untuk mengarahkan aliran
aluvial Endapan yang terbentuk masa sekarang yang
tanahnya berasal dari tempat lain
ambang lebar Ambang dengan lebar (panjang) lebih besar dari
1,75 x tinggi limpasan
ambang moduler Ambang dengan aliran moduler/sempurna
ambang tajam teraerasi Ambang tajam dengan tekanan dibawah
pelimpahan sebesar 1 atm, dengan
menghubungkannya dengan udara luar
ambang ujung Ambang di ujung hilir kotam otak (end sill)
angka pori Perbandingan antara volume pori/rongga dengan
volume butir padat
angka rembesan Perbandingan antara panjang jalur rembesan total
dengan beda tinggi energi (lihat angka rembesan
Lane)
artifisial Buatan manusia
AWLR Automatic Water Level Recorder, alat duga muka
air otomatis
bagian atas pangkal Elevasi puncak pangkal bendung (top of abut-
ment)
bagian normal Bagian saluran dengan aliran seragam
bagian peralihan Bagian pada penyempitan/pelebaran
bak tenggelam Bentuk bak (bucket), dimana pada muka air di
ujung belakang konstruksi tidak terjadi loncatan
air
bakosurtanal Badan koordinasi survey dan pemetaan nasional
bangunan akhir Bangunan paling ujung saluran kuarter, sebelum
Daftar Peristilahan Irigasi 215
efisiensi irigasi Perbandingan antara air yang dipakai dan air yang
disadap, dinyatakan dalam %
efisiensi irigasi total Hasil perkalian efisiensi petak tersier, saluran
sekunder dan saluran primer, dalam %
efisiensi pompa Perbandingan antara daya yang dihasilkan dan
daya yang dipakai
eksploitasi pintu Tata cara pengoperasian pintu
energi kinetis Energi kecepatan aliran
energi potensial Energi perbedaan ketinggian
erodibilitas Kepekaan terhadap erosi
erosi bawah tanah Aliran air melalui bawah dan samping konstruksi
dengan membawa butiran (piping)
erosi bawah tanah Terbawanya butir tanah pondasi akibat gaya
rembesan (piping)
evaporasi Penguapan
evapotranspirasi Kehilangan air total akibat penguapan dari muka
tanah dan transpirasi tanaman
F.A.O. Food and Agriculture Organization organisasi
pangan dunia dibawah naungan PBB
faktor frekuensi tumbuh Faktor pengali terhadap rata-rata banjir tahunan
untuk mendapatkan debit banjir dengan periode
ulang lainnya
faktor reduksi debit Faktor perbandingan antara aliran bebas dan aliran
tenggelam tenggelam pada suatu bangunan ukur
faktor tahanan rembesan Faktor pengali panjang jalur rembesan
sehubungan kondisi bentuk pondasi dan jenis
tanah
faktor tulangan Hubungan antara perbandingan tulangan tarik dan
tekan dengan kekuatan batas baja rencana
fenomena (gejala) aliran Menyatakan sifat yang dimiliki oleh aliran yang
bersangkutan
filter Konstruksi untuk melewatkan air tanpa membawa
butiran tanah
fleksibilitas Perbandingan antara besarnya perubahan debit
suatu bukaan dengan bukaan lainnya
fleksibilitas eksploitasi Kapasitas pemompaan dibagi-bagi kepada
pompa beberapa pompa untuk memudahkan E &P
Daftar Peristilahan Irigasi 219
sebenarnya
relief mikro Bentuk cekungan-cekungan atau tonjolan-tonjolan
kecil permukaan tanah
resistensi Tahanan/hambatan aliran karena kekasaran
saluran
ripples Suatu bentuk dasar sungai karena tipe
pengangkutan sedimen dasar
risiko proyek Kemungkinan terjadinya suatu hal yang tidak
diinginkan, misal kegagalan pada proyek pada
periode waktu tertentu (misal: selama
pelaksanaan, umur efektif proyek dst)
rotasi permanen Sistem pembagian air secara berselang-seling ke
petak-petak kuarter tertentu ruang bebas jembatan
jarak antara bagian terbawah konstruksi dengal
muka air rencana
S.O.R. Secondary Off-take Water Requirement besarnya
kebutuhan air pada pintu sadap sekunder
saluran cacing Cabang saluran kuarter, mengalirkan air dari
saluran kuarter ke petak sawah
saluran gali dan timbun Saluran tertutup yang dibuat dengan cara
penggalian dan kemudian ditutup kembali
(saluran conduit)
saluran irigasi Saluran pembawa air untuk menambah air ke
saluran lain/daerah lain
saluran pembuang Misal anak atau cabang sungai
alamiah
saluran pintasan Saturan melintasi lembah atau memotong bukit
pada saluran garis tinggi (biasanya saluran besar),
karena akan terlalu mahal jika harus terus
mengikuti garis tinggi
sedimen abrasif Sedimen yang terdiri dari pasir keras dan tajam,
bersama dengan aliran dapat menimbulkan erosi
pada permukaan konstruksi
sedimen dasar Sedimen pada dasar sungai/saluran
sedimen layang Sedimen didalam air yang melayang karena
gerakan air
simulasi Peniruan, suatu metode perhitungan
hidrologi/hidrolis untuk mempelajari karakteristik
aliran sungai/perilaku konstruksi
228 Kriteria Perencanaan – Perencanaan Jaringan Irigasi
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
SALURAN
KP-03
2013
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
DIREKTORAT IRIGASI DAN RAWA
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
SALURAN
KP-03
2013
ii Kriteria Perencanaan – Saluran
Sambutan iii
SAMBUTAN
Keberadaan sistem irigasi yang handal merupakan sebuah syarat mutlak bagi
terselenggaranya sistem pangan nasional yang kuat dan penting bagi sebuah negara.
Sistem Irigasi merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh air
denganmenggunakanbangunan dan saluran buatan untuk mengairi lahan
pertaniannya. Upaya ini meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia. Terkait prasarana irigasi,
dibutuhkan suatu perencanaan yang baik, agar sistem irigasi yang dibangun
merupakan irigasi yang efektif, efisien dan berkelanjutan, sesuai fungsinya
mendukung produktivitas usaha tani.
Pengembangan irigasi di Indonesia yang telah berjalan lebih dari satu abad, telah
memberikan pengalaman yang berharga dan sangat bermanfaat dalam kegiatan
pengembangan irigasi di masa mendatang. Pengalaman-pengalaman tersebut
didapatkan dari pelaksanaan tahap studi, perencanaan hingga tahap pelaksanaan dan
lanjut ke tahap operasi dan pemeliharaan.
Hasil pengalaman pengembangan irigasi sebelumnya, Direktorat Jenderal Pengairan
telah berhasil menyusun suatu Standar Perencanaan Irigasi, dengan harapan didapat
efisiensi dan keseragaman perencanaan pengembangan irigasi. Setelah pelaksanaan
pengembangan irigasi selama hampir dua dekade terakhir, dirasa perlu untuk
melakukan review dengan memperhatikan kekurangan dan kesulitan dalam penerapan
standar tersebut, perkembangan teknologi pertanian, isu lingkungan (seperti
iv Kriteria Perencanaan – Saluran
pemanasan global dan perubahan iklim), kebijakan partisipatif, irigasi hemat air, serta
persiapan menuju irigasi modern (efektif, efisien dan berkesinambungan).
Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap
pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah
dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria
Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi.
Dengan tersedianya Kriteria Perencanaan Irigasi, diharapkan para perencana irigasi
mendapatkan manfaat yang besar, terutama dalam keseragaman pendekatan konsep
desain, sehingga tercipta keseragaman dalam konsep perencanaan.
Penggunaan Kriteria Perencanaan Irigasi merupakan keharusan untuk dilaksanakan
oleh pelaksana perencanaan di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
Penyimpangan dari standar ini hanya dimungkinkan dengan izin dari Pembina
Kegiatan Pengembangan Irigasi.
Akhirnya, diucapkan selamat atas terbitnya Kriteria Perencanaan Irigasi, dan patut
diberikan penghargaan sebesar–besarnya kepada para narasumber dan editor untuk
sumbang saran serta ide pemikirannya bagi pengembangan standar ini.
KATA PENGANTAR
Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap
pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah
dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria
Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi
edisi sebelumnya dengan menyesuaikan beberapa parameter serta menambahkan
perencanaan bangunan yang dapat meningkatan kualitas pelayanan bidang
irigasi.Kriteria Perencanaan Irigasi ini telah disiapkan dan disusun dalam 3
kelompok:
1. Kriteria Perencanaan (KP-01 s.d KP-09)
2. Gambar Bangunan irigasi (BI-01 s.d BI-03)
3. Persyaratan Teknis (PT-01 s.d PT-04)
Semula Kriteria Perencanaan hanya terdiri dari 7 bagian (KP – 01 s.d KP – 07). Saat
ini menjadi9 bagian dengan tambahan KP – 08 dan KP – 09 yang sebelumnya
merupakan Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi. Review ini menggabungkan
Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi kedalam 9 Kriteria Perencanaan sebagai
berikut:
KP – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi
KP – 02 Bangunan Utama (Head Works)
KP – 03 Saluran
KP – 04 Bangunan
KP – 05 Petak Tersier
KP – 06 Parameter Bangunan
KP – 07 Standar Penggambaran
KP – 08 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Perencanaan,Pemasangan,
Operasi dan Pemeliharaan
KP – 09 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
vi Kriteria Perencanaan – Saluran
Persyaratan Teknis terdiri atas 4 bagian, berisi syarat-syarat teknis yang minimal
harus dipenuhi dalam merencanakan pembangunan Irigasi. Tambahan persyaratan
dimungkinkan tergantung keadaan setempat dan keperluannya.Persyaratan
Teknisterdiri dari bagian-bagian berikut:
PT – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi
PT – 02 Topografi
PT – 03 Penyelidikan Geoteknik
PT – 04 Penyelidikan Model Hidrolis
Hal yang sama juga berlaku bagi masalah-masalah, yang meskipun terletak dalam
batas-batas dan syarat berlakunya standar ini, mempunyai tingkat kesulitan dan
kepentingan yang khusus.
DAFTAR ISI
S A M B U T A N ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................v
TIM PERUMUS REVIEW KRITERIA PERENCANAAN IRIGASI ................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1
1.1 Umum ..................................................................................................................1
BAB II DATA PERENCANAAN IRIGASI ..............................................................3
2.1 Data Topografi .....................................................................................................3
2.2 Kapasitas Rencana ...............................................................................................5
2.2.1 Debit Rencana ...........................................................................................5
2.2.2 Kebutuhan Air Di Sawah ..........................................................................6
2.2.3 Efisiensi.....................................................................................................7
2.2.4 Rotasi Teknis (Sistem golongan) ............................................................10
2.3 Data Geoteknik ..................................................................................................11
2.4 Data Sedimen .....................................................................................................12
BAB III SALURAN TANAH TANPA PASANGAN ..............................................15
3.1 Tahap Studi ........................................................................................................15
3.1.1 Aliran Irigasi Tanpa Sedimen di Saluran Tanah .....................................16
3.1.2 Air Irigasi Bersedimen di Saluran Pasangan ...........................................17
3.1.3 Aliran Irigasi Bersedimen di Saluran Tanah ...........................................17
3.2 Rumus dan Kriteria Hidrolis ..............................................................................17
3.2.1 Rumus Aliran ..........................................................................................17
3.2.2 Koefisien Kekasaran Strickler ................................................................18
3.2.3 Sedimentasi .............................................................................................20
3.2.4 Erosi ........................................................................................................21
3.3 Potongan Melintang Saluran..............................................................................26
3.3.1 Geometri .................................................................................................26
3.3.2 Kemiringan Saluran ................................................................................26
3.3.3 Lengkung Saluran ...................................................................................27
3.3.4 Tinggi Jagaan ..........................................................................................28
3.3.5 Lebar Tanggul .........................................................................................29
3.3.6 Garis Sempadan Saluran .........................................................................31
3.3.7 Perencanaan Saluran Gendong................................................................34
xii Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
5.2.2.3 Lengkung.........................................................................................67
5.2.2.4 Ukuran Minimum ............................................................................67
5.3 Perencanaan Hidrolis .........................................................................................67
5.3.1 Rumus Aliran ..........................................................................................67
5.3.2 Koefisien Kekasaran dan Kecepatan Maksimum ...................................67
5.3.3 Kemiringan Hidrolis .............................................................................68
5.3.4 Tinggi Jagaan .........................................................................................68
5.3.5 Perencanaan Potongan Melintang .........................................................69
5.3.6 Kehilangan Total Tinggi Energi ..........................................................69
5.3.7 Kehilangan Tinggi Energi pada Siku dan Tikungan
Saluran Tertutup ....................................................................................70
BAB VI PERENCANAAN SALURAN PEMBUANG ...........................................73
6.1 Data Topografi ...................................................................................................73
6.2 Data Rencana .....................................................................................................74
6.2.1 Jaringan Pembuang .................................................................................74
6.2.2 Kebutuhan Pembuang untuk Tanaman Padi .........................................75
6.2.3 Kebutuhan Pembuang untuk Sawah Non Padi.....................................80
6.2.4 Debit Pembuang .....................................................................................82
6.3 Data Mekanika Tanah ........................................................................................85
BAB VII RENCANA SALURAN PEMBUANG ....................................................87
7.1 Perencanaan Saluran Pembuang yang Stabil .....................................................87
7.2 Rumus dan Kriteria Hidrolis ..............................................................................88
7.2.1 Rumus Aliran ..........................................................................................88
7.2.2 Koefisien Kekasaran Strickler ................................................................88
7.2.3 Kecepatan Maksimum yang Diizinkan ...................................................89
7.2.4 Tinggi Muka Air .....................................................................................91
7.3 Potongan Melintang Saluran Pembuang ............................................................94
7.3.1 Geometri .................................................................................................94
7.3.2 Kemiringan Talut Saluran Pembuang ...................................................95
7.3.3 Lengkung Saluran Pembuang .................................................................95
7.3.4 Tinggi Jagaan ..........................................................................................96
BAB VIII PERENCANAAN SALURAN GENDONG ..........................................99
8.1 Gambaran Umum...............................................................................................99
8.2 Tata Cara dan Dasar Perhitungan ....................................................................100
8.2.1 Metode Rasional ...................................................................................100
8.2.2 Metode Lama Hujan dan Frekuensi Hujan ...........................................102
8.2.3 Metode Hidrograf Komplek ..................................................................104
8.3 Tata Cara dan Dasar Perhitungan ....................................................................106
8.3.1 Standar Kapasitas Saluran Gendong .....................................................106
8.3.2 Karakteristik Saluran Gendong .............................................................106
xiv Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum
2. BAB II
DATA PERENCANAAN IRIGASI
Foto-foto satelit ini bisa dipakai untuk studi awal, studi identifikasi dan studi
pengenalan.
Kelemahan foto citra satelit tidak stereometris sehingga aspek beda tinggi kurang
dapat diperoleh informasi detailnya tidak seperti pengukuran teristris, sedangkan
dalam perencanaan irigasi presisi dalam pengukuran beda tinggi sangat penting.
Meskipun demikian banyak informasi lain yang dapat dipakai sebagai pelengkap
perencanaan jaringan irigasi antara lain sebagai crosscheck untuk perencanaan
jaringan irigasi.
Data-data pengukuran topografi dan saluran yang disebutkan diatas merupakan
data akhir untuk perencanaan detail saluran. Letak trase saluran sering baru dapat
ditetapkan setelah membanding-bandingkan berbagai alternatif. Informasi yang
diperoleh dari pengukuran trase saluran dapat dipakai untuk peninjauan trase
pendahuluan, misalnya pemindahan as saluran atau perubahan tikungan saluran.
Letak as saluran pada silangan dengan saluran pembuang (alamiah) sering sulit
ditentukan secara tepat dengan menggunakan peta topografi sebelum diadakan
pengukuran saluran. Letak akhir bangunan utama dan bangunan silang tersebut hanya
dapat ditentukan berdasarkan survei lapangan (dengan skala 1: 200 atau 1: 500).
Lokasi trase saluran garis tinggi akan lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan
topografi setempat daripada saluran yang mengikuti punggung medan.
Saluran – saluran sekunder sering mengikuti punggung medan. Pengukuran trase
untuk saluran tipe ini dapat dibatasi sampai pada lebar 75 m yang memungkinkan
penempatan as saluran dan perencanaan potongan melintang dengan baik. Untuk
saluran garis tinggi, lebar profil yang serupa cukup untuk memberikan perencanaan
detail. Akan tetapi, karena menentukan as saluran dari sebuah peta topografi sebelum
pengukuran saluran lebih sulit, pengukuran peta trase umumnya ditentukan dengan as
saluran yang ditentukan di lapangan.
Data Perencanaan Irigasi 5
................................................................................................. 2-1
2.2.3 Efisiensi
Untuk tujuan-tujuan perencanaan, dianggap bahwa seperlima sampai seperempat dari
jumlah air yang diambil akan hilang sebelum air itu sampai di sawah. Kehilangan ini
disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi dan perembesan. Kehilangan akibat
evaporasi dan perembesan umumnya kecil saja jika dibandingkan dengan jumlah
kehilangan akibat kegiatan eksploitasi. Penghitungan rembesan hanya dilakukan
apabila kelulusan tanah cukup tinggi.
Pemakaian air hendaknya diusahakan seefisien mungkin, terutama untuk daerah
dengan ketersediaan air yang terbatas. Kehilangan-kehilangan air dapat diminimalkan
melalui :
1. Perbaikan sistem pengelolaan air :
- Sisi operasional dan pemeliharaan (O&P) yang baik
- Efisiensi operasional pintu
- Pemberdayaan petugas (O&P)
- Penguatan institusi (O&P)
- Meminimalkan pengambilan air tanpa ijin
- Partisipasi P3A
2. Perbaikan fisik prasarana irigasi :
- Mengurangi kebocoran disepanjang saluran
- Meminimalkan penguapan
- Menciptakan sistem irigasi yang andal, berkelanjutan, diterima petani
8 Kriteria Perencanaan - Saluran
Kehilangan yang sebenarnya di dalam jaringan bisa jauh lebih tinggi, dan
efisiensi yang sebenarnya yang berkisar antara 30 sampai 40 % kadang- kadang
lebih realistis, apalagi pada waktu-waktu kebutuhan air rendah. Walaupun
demikian, tidak disarankan untuk merencanakan jaringan saluran dengan
efisiensi yang rendah itu. Setelah beberapa tahun diharapkan efisiensi akan dapat
dicapai.
Keseluruhan efisiensi irigasi yang disebutkan diatas, dapat dipakai pada proyek-
proyek irigasi yang sumber airnya terbatas dengan luas daerah yang diairi sampai
10.000 ha. Harga-harga efisiensi yang lebih tinggi (sampai maksimum 75 %)
dapat diambil untuk proyek- proyek irigasi yang sangat kecil atau proyek irigasi
yang airnya diambil dari waduk yang dikelola dengan baik.
Di daerah yang baru dikembangkan. yang sebelumnya tidak ditanami padi,
dalam tempo 3 - 4 tahun pertama kebutuhan air di sawah akan lebih tinggi
10 Kriteria Perencanaan - Saluran
daripada kebutuhan air di masa-masa sesudah itu. Kebutuhan air di sawah bisa
menjadi 3 sampai 4 kali lebih tinggi daripada yang direncana,ini untuk
menstabilkan keadaan tanah itu.
Dalam hal-hal seperti ini, kapasitas rencana saluran harus didasarkan pada
kebutuhan air maksimum dan pelaksanaan proyek itu harus dilakukan secara
bertahap.
Oleh sebab itu, luas daerah irigasi harus didasarkan pada kapasitas jaringan
saluran dan akan diperluas setelah kebutuhan air di sawah berkurang.
Untuk daerah irigasi yang besar, kehilangan-kehilangan air akibat perembesan
dan evaporasi sebaiknya dihitung secara terpisah dan kehilangan – kehilangan
lain harus diperkirakan.
Karena alasan-alasan diatas, biasanya untuk proyek irigasi tertentu yang mencakup
daerah yang bisa diairi seluas 10.000 ha dan mengambil air langsung dari sungai,
tidak ada pengurangan debit rencana (koefisien pengurangan c = 1). Pada jaringan
yang telah ada, faktor pengurangan c < 1 mungkin dipakai sesuai dengan pengalaman
O & P. Lihat juga KP - 01, Lampiran 2.
Hal utama yang harus diperhatikan dalam perencanaan saluran adalah stabilitas
tanggul, kemiringan talut galian serta rembesan ke dan dari saluran. Data tanah
yang diperoleh dari hasil penyelidikan tanah pertanian akan memberikan petunjuk
umum mengenai sifat-sifat tanah di daerah trase saluran yang direncanakan.
Perhatian khusus harus diberikan kepada daerah - daerah yang mengandung :
- Batu singkapan, karena rawan terhadap dislokasi dan kebocoran atau laju
resapan yang tinggi.
- Lempung tak stabil dengan plastisitas tinggi, karena pada tanah lempung
dengan diameter butir yang halus variasi kadar air sangat mempengaruhi
plastisitas tanah, disamping itu pada tanah lempung dengan kandungan mineral
Montmorillonite merupakan tanah yang expansif, sangat mudah mengembang
oleh tambahan kadar air.
- Tanah gambut dan bahan – bahan organik, karena merupakan tanah yang
tidak stabil, rawan terhadap proses pelapukan biologis yang berpotensi merubah
struktur kimia dan merubah volume tanah akibat proses pembusukan/pelapukan.
- Pasir dan kerikil, karena mempunyai koefisien permeabilitas yang tinggi dan
sifat saling ikat antar butir (kohesi) yang lemah sehingga rawan terhadap
terjadinya rembesan yang besar serta erosi atau gerusan (scouring).
- Tanah (bahan) timbunan, karena masih berpotensi besar terjadinya proses
konsolidasi lanjut sehingga masih terjadi settlement lanjutan oleh karena itu
dalam pelaksanaan kualitas hasil pemadatan perlu diperhatikan. Tanah (bahan)
timbunan yang digunakan harus sesuai dengan kriteria bahan timbunan yang ada.
12 Kriteria Perencanaan - Saluran
- Muka air tanah, karena muka air tanah yang dalam akan mempunyai
kecenderungan menyebabkan kehilangan air yang besar.
- Formasi batuan kapur/limestone, karena punya kecenderungan larut dalam air
sehingga akan menyebabkan kehilangan air besar dan tanah menjadi keropos.
Pengujian gradasi dan batas cair terhadap bahan-bahan sampel pada umumnya
akan menghasilkan klasifikasi yang memadai untuk perencanaan talut galian dan
timbunan. Untuk talut yang tinggi (lebih dari 5 m) diperlukan analisis yang
mendetail mengenai sifat-sifat tanah. Klasifikasi menurut Unified Soil
ClassificationUSBR akan memberikan data - data yang diperlukan untuk
perencanaan saluran. Klasifikasi ini disajikan pada Tabel A.3.1, Lampiran 3,
termasuk batas-batas Atterberg.
Sumuran uji untuk pengambilan sampel dengan bor tangan, yang digali sampai
kedalaman tertentu dibawah ketinggian dasar saluran, harus dibuat dengan
interval minimal 0,5 km. Interval ini harus dikurangi jika tanah pada trase itu
sangat bervariasi. Pemeriksaan visual dan tes kelulusan juga harus dilakukan, jika
memang perlu Persyaratan Teknis untuk Penyelidikan Geoteknik (PT - 03)
memberikan uraian yang lebih terinci tentang hal ini, dan harus dipakai untuk
menentukan data yang akan dikumpulkan di lapangan.
Pengujian tanah di lokasi bangunan saluran pada umumnya akan menambah
informasi mengenai sifat-sifat tanah di dalam trase saluran.
Untuk perencanaan saluran irigasi yang mantap kita harus mengetahui konsentrasi
sedimen dan pembagian (distribusi) ukuran butirnya. Data-data ini akan menentukan
faktor-faktor untuk perencanaan kemiringan saluran dan potongan melintang yang
mantap, dimana sedimentasi dan erosi harus tetap berimbang dan terbatas.
Faktor yang menyulitkan mengendapkan sedimen di kantong lumpuradalah
keanekaragaman dalam hal waktu dan jumlah sedimen di sungai. Selama aliran
rendah konsentrasi kandungan sedimen kecil, dan selama debit puncak konsentrasi
kandungan sedimen meninggi. Perubahan-perubahan ini tidak dihubungkan dengan
variasi dalam kebutuhan air irigasi. Pola yang dominan tidak dapat diramalkan.
Lebih-lebih lagi, data sedimen untuk kebanyakan sungai hampir tidak tersedia, atau
hanya meliputi data - data hasil pengamatan yang diadakan secara insidentil.
Selanjutnya pemilihan kondisi rencana hanya merupakan taksiran dari kondisi yang
sebenarnya.
Dan tatacara pengambilan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi
kedalaman berdasarkan pembagian debit sesuai SNI 3414 – 2008. Untuk
memperoleh distribusi butir dari sedimen melayang dalam air dengan menggunakan
metode gravimetri sesuai Sk SNI – M-31-1991 -03.
Selanjutnya lihat KP-02 Bangunan Utama. Apabila volume sedimen setahun dibagi
luas dasar seluruh saluran max 0,5 % dari kedalaman air maka tidak dibutuhkan
kantong lumpur. Untuk keperluan perhitungan tersebut diperlukan penyelidikan
terhadap sedimen di sungai, jika hal ini tidak dapat dilakukan maka dapat
diasumsikan jumlah sedimen sebesar 0,5 o/o dari volume air yang masuk.
Jika karena keterbatasan waktu dan biaya sehingga tidak dapat dilakukan
penyelidikan terhadap sedimen maka diasumsikan batas endapan yang ditangkap
diperbesar menjadi (0,088) mm (ayakan no. 140) yaitu batas silt dan pasir halus,
dengan syarat di saluran harus dilengkapi dengan sedimen excluder yang kemudian
dibuang lagi ke sungai yang bersilangan dengan saluran.
14 Kriteria Perencanaan - Saluran
Saluran Tanah Tanpa Pasangan 15
3. BAB III
SALURAN TANAH TANPA PASANGAN
Sistem irigasi di Indonesia secara umum menerapkan saluran irigasi tanpa pasangan
sejauh secara teknis bisa dipertanggung jawabkan.
Pada ruas tertentu jika keadaan tidak memungkinkan dapat digunakan saluran
pasangan.
Gaya erosi diukur dengan gaya geser yang ditimbulkan oleh air di dasar dan lereng
saluran. Untuk mencegah terjadinya erosi pada potongan melintang gaya geser ini
harus tetap dibawah batas kritis.
Dalam Kriteria Perencanaan ini, dipakai kecepatan aliran dengan harga-harga
maksimum yang diizinkan, bukan gaya geser, sebagai parameter untuk gaya erosi.
Untuk perencanaan hidrolis sebuah saluran, ada dua parameter pokok yang harus
ditentukan apabila kapasitas rencana yang diperlukan sudah diketahui, yaitu :
- perbandingan kedalaman air dengan lebar dasar
- kemiringan memanjang saluran
Rumus aliran hidrolis menentukan hubungan antara potongan melintang dan
kemiringan memanjang. Sebagai tambahan, perencanaan harus mengikuti kriteria
angkutan sedimen dan erosi.
Persyaratan untuk angkutan sedimen dan air membatasi kebebasan untuk memilih
parameter-parameter diatas.
Ruas saluran di dekat bangunan utama menentukan persyaratan pengangkutan
sedimen ruas-ruas saluran lebih jauh ke hilir pada jaringan itu. Untuk mencegah
sedimentasi, ruas saluran hilir harus direncana dengan kapasitas angkut sedimen
relatif yang paling tidak, sama dengan ruas hulu. Di lain pihak gaya erosi harus tetap
dibawah batas kritis untuk semua ruas saluran di jaringan tersebut.
Untuk perencanaan saluran, ada tiga keadaan yang harus dibedakan sehubungan
dengan terdapatnya sedimen dalam air irigasi dan bahan tanggul yaitu :
1. Aliran irigasi tanpa sedimen di saluran tanah
2. Air irigasi bersedimen di saluran pasangan
3. Aliran irigasi bersedimen di saluran tanah
Keadaan ini akan terjadi bila air diambil dari waduk secara langsung. Perencanaan
saluran sekarang banyak dipengaruhi oleh kriteria erosi dan dengan demikian oleh
Saluran Tanah Tanpa Pasangan 17
Masalah sedimen dan saluran tanah adalah situasi yang paling umum dijumpai dalam
pelaksanaan irigasi di Indonesia. Kini perencanaan irigasi sangat dipengaruhi oleh
kriteria erosi dan angkutan sedimen.
Biasanya sedimentasi memainkan peranan penting dalam perencanaan saluran primer.
Saluran ini sering direncana sebagai saluran garis tinggi dengan kemiringan dasar
yang terbatas. Saluran sekunder yang dicabangkan dari saluran primer dan mengikuti
punggung sering mempunyai kemiringan dasar sedang dan dengan demikian
kapasitas angkut sedimen relatif lebih tinggi, sehingga kriteria erosi bisa menjadi
faktor pembatas.
Untuk perencanaan ruas, aliran saluran dianggap sebagai aliran tetap, dan untuk itu
diterapkan rumus Strickler.
...............................................................................................3-1
( )
( √ )
18 Kriteria Perencanaan - Saluran
Q= vxA
b = nxh
Dimana :
Q = debit saluran, m3/dt
v = kecepatan aliran, m/dt
A = potongan melintang aliran, m2
R = jari – jari hidrolis, m
P = keliling basah, m
b = lebar dasar, m
h = tinggi air, m
I = kemiringan energi (kemiringan saluran)
k = koefisien kekasaran Stickler, m1/3/dt
m = kemiringan talut (1 vertikal : m horizontal)
Rumus aliran diatas juga dikenal sebagai rumus Manning. Koefisien kekasaran
Manning (n) mempunyai harga bilangan 1 dibagi dengan k.
Debit Rencana k
m1/3/dt
m3/dt
Q > 10 45,0
5 < Q < 10 42,5
1<Q<5 40,0
Q < 1 dan saluran tersier 35,0
3.2.3 Sedimentasi
Kecepatan minimum yang diizinkan adalah kecepatan terendah yang tidak akan
menyebabkan pengendapan partikel dengan diameter maksimum yang diizinkan
(0,088 mm).
Tetapi secara kuantitas baru sedikit yang diketahui mengenaihubungan antara
karakteristik aliran dan sedimen yang ada. Untuk perencanaan saluran irigasi
yang mengangkut sedimen, aturan perencanaan yang terbaik adalah menjaga
agar kapasitas angkutan sedimen per satuan debit masing-masing ruas saluran di
sebelah hilir setidak-tidaknya konstan.
Dengan berdasarkanrumus angkutan sedimen Einstein-Brown dan Englund
Hansen, maka kriteria ini akan mengacu kepada Ih yang konstan
(lihat Lampiran 1).
Karena rumus-rumus ini dihubungkan dengan saluran yang relatif lebar, dianjurkan
agar harga Ih bertambah besar ke arah hilir guna mengkompensasi pengaruh yang
Saluran Tanah Tanpa Pasangan 21
ditimbulkan oleh kemiringan talut saluran. Ini menghasilkan kriteria bahwa IR
adalah konstan atau makin besar ke arah hilir. Kecuali pada penggal saluran
sebelah hulu bangunan pengeluar sedimen (sediment excluder).
Profil saluran yang didasarkan pada rumus Haringhuizen (yang disadur dari teori
regim sungai) kurang lebih mengikuti kriteria IR konstan.
Jika diikuti kriteria IR konstan, sedimentasi terutama akan terjadi pada ruas hulu
jaringan saluran. Biasanya jaringan saluran akan direncana dilengkapi dengan
kantong lumpur atau excluder (bangunan penangkap sedimen kasar yang mengalir
didasar saluran ) yang dibangun dekat dengan bangunan pengambilan di sungai.
Jika semua persyaratan telah dipenuhi, bangunan ini akan memberikan harga IR
untuk jaringan saluran hilir.
3.2.4 Erosi
2.0
a
1.9
v b d ala m m /dt
GC CH 1.8
1.7
1.6
M
SC
,G 1.5
CL H
,O
MH 1.4
1.3
SM
1.2
L,
O
20.000 ppm
M
1.1
1.0
10 12 14 16 18 20 22 24
indeks plastisitas PI
GC CH
SC
1.0 CL,
M,
G , OH
0.9
MH
k e c e p a ta n d a s a r v b
0.8
SM
L,
da lam m /dt
O
0.7 L,
M aliran bermuara sedimen
1.000 ppm
0.6
0.5
10 12 14 16 18 20 22 24
indeks plastisitas PI
........................................................................................ 3-2
dimana :
Vmaks = kecepatan maksimum yang diizinkan, m/dt
Vb = kecepatan dasar, m/dt
A = faktor koreksi untuk angka pori permukaan saluran
B = faktor koreksi untuk kedalaman air
C = faktor koreksi untuk lengkung
Dan kecepatan dasar yang diizinkan Vba = Vb x A
Kecepatan dasar dipengaruhi oleh konsentrasi bahan layang di dalam air. Pada
Gambar 3-2. dibedakan adanya dua keadaan :
- Air bebas sedimen dengan konsentrasi kurang dari 1.000ppm sedimen layang.
Konsentrasi bahan-bahan yang melayang dianggap sangat rendah sehingga tidak
24 Kriteria Perencanaan - Saluran
3.3.1 Geometri
Untuk menekan biaya pembebasan tanah dan penggalian, talut saluran direncana
securam mungkin. Bahan tanah, kedalaman saluran dan terjadinya rembesan akan
menentukan kemiringan maksimum untuk talut yang stabil.
Kemiringan galian minimum untuk berbagai bahan tanah disajikan pada Tabel 3-3.
Saluran Tanah Tanpa Pasangan 27
Talut yang lebih landai daripada yang telah disebutkan dalam tabel diatas harus
dipakai apabila diperkirakan akan terjadi rembesan ke dalam saluran.
Untuk tanggul yang tingginya lebih dari 3 m lebar bahu (berm) tanggul harus
dibuat sekurang-kurangnya 1 m (setiap 3 m). Bahu tanggul harus dibuat setinggi
muka air rencana di saluran. Untuk kemiringan luar, bahu tanggul (jika perlu)
harus terletak di tengah-tengah antara bagian atas dan pangkal tanggul.
Jari-jari minimum lengkung seperti yang diukur pada as harus diambil sekurang-
kurangnya 8 kali lebar atas pada lebar permukaan air rencana.
Jika lengkung saluran diberi pasangan, maka jari-jari minimumnya dapat dikurangi.
Pasangan semacam ini sebaiknya dipertimbangkan apabila jari – jari lengkung saluran
tanpa pasangan terlalu besar untuk keadaan topografi setempat. Panjang pasangan
harus dibuat paling sedikit 4 kali kedalaman air pada tikungan saluran.
Jari-jari minimum untuk lengkung saluran yang diberi pasangan harus seperti berikut:
- 3 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran kecil (< 0,6 m3/dt); dan
sampai dengan
- 7 kali lebar permukaan air untuk saluran-saluran yang besar (> 10 m 3/dt).
sempadan sempadan
saluran saluran Q m³/dt W (cm)
300 b 100
sempadan saluran
batas garis
var
< 0,5 40
batas garis
sempadan
sempadan
saluran
500 b (var) 200 saluran
5 < Q 10 m³/dt
sempadan
100 300 100 b (var) 150 saluran 1 Q < 5 m³/dt
sempadan saluran
batas garis
1 : 20 sempadan saluran
batas garis
1 w
1 1 h (var)
m 1
m kupasan 20 cm
1 m³/dt Q 10 m³/dt
30 Kriteria Perencanaan - Saluran
sempadan
sempadan
saluran
sempadan saluran
500 b (var) 350 saluran
batas garis
sempadan saluran
1 : 20 1 : 20
w 1
batas garis
1 1
1 1 h (var)
m 1
m kupasan 20 cm
10 m³/dt Q 15 m³/dt
sempadan
sempadan saluran
sempadan saluran
batas garis
batas garis
1 : 20 1 : 20
w 1
1
1 h (var)
Q 15 m³/dt m 1
m kemiringan
kedalaman talud min
galian cm hor. / ver.
D = h+w D < 100 1
D > 200 2
ukuran dalam cm
Jalan inspeksi terletak ditepi saluran di sisi yang diairi agar bangunan sadap dapat
dicapai secara langsung dan usaha penyadapan liar makin sulit dilakukan. Lebar jalan
inspeksi dengan perkerasan adalah 5,0 m atau lebih, dengan lebar perkerasan
sekurang-kurangnya 3,0 meter.
Saluran Tanah Tanpa Pasangan 31
Untuk pertimbangan stabilitas tanggul, lebar tanggul yang diberikan pada Tabel 3-6
dan/atau talut luar dapat ditambah (lihat Bab 9 Bagian KP - 04 Bangunan).
Penetapan garis sempadan jaringan irigasi ditujukan untuk menjaga agar fungsi
jaringan irigasi tidak terganggu oleh aktivitas yang berkembang disekitarnya.
Prinsip dasar penentuan garis sempadan saluran adalah untuk memperoleh ruang
keamanan saluran irigasi sehingga aktivitas yang berkembang diluar garis tersebut
tidak mempengaruhi kestabilan saluran, yang ditunjukkan oleh batas daerah gelincir.
Lihat Gambar 3-5.
Sempadan = T
O
Kedalaman
:n
=H
1
Bidang gelincir
Pada saluran bertanggul, batas gelincir dipengaruhi oleh jenis tanah yang dipakai
sebagai bahan badan tanggul, jenis tanah dasar, ketinggian tanggul dan kemiringan
tanggul. Pada saluran galian, batas gelincir dipengaruhi oleh jenis tanah asli,
kemiringan galian dan tinggi galian.
Pada kasus dimana bahan timbunan untuk tanggul saluran diambil dari galian tanah
disekitar saluran, maka galian tanah harus terletak diluar garis sempadan saluran.
32 Kriteria Perencanaan - Saluran
Jalan Inspeksi
Kedalaman
Saluran = H
Sisi terluar
Jaringan Irigasi
Jalan Inspeksi
S empadan S empadan
= T = T
K etinggian
Tanggul = T
S is i terluar
J aringan Irigas i
Kedalaman
m
Saluran = H
Ketinggian
1
Tanggal = T
:m
Sempadan = T
Saluran gendong adalah saluran drainase yang diletakkan sejajar dengan saluran
irigasi. Saluran gendong ini berfungsi mencegah aliran permukaan (run off) di luar
daerah irigasi (ekstern area) masuk kedalam saluran irigasi. Air di saluran gendong
ini dialirkan keluar ke saluran alam atau saluran drainase buatan yang terdekat.
Saluran gendong ini dibangun/dikonstruksi apabila suatu saluran irigasi melintasi
suatu daerah-daerah di perbukitan. Tata letak saluran gendong dan saluran irigasi
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Saluran Gendong
Saluran Irigasi
Kapasitas drainase untuk satu jenis daerah dataran tinggi (up land) atau dataran
rendah (low land) umumnya menggunakan periode ulang curah hujan 5 tahunan.
Sedang periode 20 tahunan khusus digunakan pada areal yang mempunyai dua jenis
dataran yaitu dataran tinggi dan dataran rendah.
Debit drainase ditentukan untuk menentukan kapasitas dan dimensi bangunan saluran
drainase untuk membuang kelebihan air yang ada di permukaan (drainase permukaan)
terutama yang berasal dari daerah perbukitan (hilly area). Kapasitas debit drainase ini
menentukan dimensi saluran dan kemiringan memanjang dari saluran.
Dalam hal memfasilitasi internal drain maka digunakan perhitungan dengan cara
drainase modul sedangkan untuk eksternal drain digunakan metode rasional.
Perhitungan debit dapat dilihat pada KP-01.
A. Standar Kapasitas
Saluran irigasi yang melintasi suatu perbukitan, untuk mencegah aliran runoff air
hujan dan erosi dari areal perbukitan tersebut masuk ke saluran irigasi maka perlu
dibuat saluran drainase yang sejajar saluran irigasi tersebut untuk membuang
aliran run off tersebut ke saluran alam yang terdekat.
Besar aliran di saluran gendong direncanakan pada puncak aliran yang dihitung
seperti metode yang telah dijelaskan pada sub-bab diatas.
Menurut Pedoman Hidrolis DPMA (1984) standar kapasitas saluran ditentukan
sebagai berikut:
1. Menggunakan debit minimum 1,00 m3/dt sampai 2,00 m3/dt dengan kenaikan
0,25 m3/dt.
2. Melebihi 2,00 m3/dt menggunakan kenaikan 0,5 m3/dt
36 Kriteria Perencanaan - Saluran
Fungsi saluran gendong untuk menampung air aliran runoff dari daerah tangkapan sisi
atas selama waktu tertentu sehingga tidak menyebabkan erosi pada sisi luar saluran
irigasi, kelemahan pemilihan cara ini:
a. Diperlukan lebar yang cukup luas untuk penempatan dua saluran di tebing.
b. Debit saluran gendong jika tidak memenuhi kapasitas debit air buangan akan
masuk ke saluran. Cara mengatasinya dengan saluran pelimpah pada lokasi
tertentu.
c. Memerlukan perawatan akibat intensitas sedimen dari sisi atas sangat tinggi.
d. Dimensi saluran gendong dapat cukup besar jika area tangkapan hujannya cukup
luas.
Tinggi muka air yang diinginkan dalam jaringan utama didasarkan pada tinggi
muka air yang diperlukan di sawah-sawah yang diairi. Prosedurnya adalah
pertama-tama menghitung tinggi muka air yang diperlukan di bangunan sadap
tersier. Lalu seluruh kehilangan di saluran kuarter dan tersier serta bangunan
dijumlahkan menjadi tinggi muka air di sawah yang diperlukan dalam petak
tersier. Ketinggian ini ditambah lagi dengan kehilangan tinggi energi di bangunan
sadap tersier dan longgaran (persediaan) untuk variasi muka air akibat eksploitasi
jaringan utama pada tinggi muka air parsial (sebagian).
Gambar 3-10. berikut memberikan ilustrasi mengenai cara perhitungannya.
Selanjutnya untuk kehilangan tinggi energi standar yang dipilih lihat Bagian KP -
05 Petak Tersier.
38 Kriteria Perencanaan - Saluran
I a / 00
a
A
L L L
P = A + b + c + d + e + f + g + h + Z
dimana:
P = muka air di saluran sekunder
A = elevasi tertinggi di sawah
a = lapisan air di sawah, 10 cm
b = kehilangan tinggi energi di saluran kuarter ke sawah 5 cm
c = kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter 5 cm/boks
d = kehilangan tinggi energi selama pengaliran disaluran irigasi, I x L
e = kehilangan tinggi energi di boks bagi tersier, 10 cm
f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong, 5 cm
g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier
h = variasi tinggi muka air, 0,10 h100 (kedalaman rencana)
Z = kehilangan tinggi energi di bangunan-bangunan tersier yang lain.
Kelemahan perhitungan secara konvensional dapat menghasilkan elevasi
bangunan irigasi yang terlalu aman, namun cara ini lebih sederhana sehingga
dapat diterapkan untuk irigasi sederhana dan irigasi skala kecil.
Saluran Tanah Tanpa Pasangan 39
Untuk irigasi yang lebih luas (skala besar) perlu perhitungan yang lebih teliti
mendekati kebenaran. Yaitu dengan memperhitungkan adanya pengaruh
pembendungan (back water) dari bangunan hilir (downstream) terhadap
bangunan hulu (up stream). Hal ini akan menyebabkan pengurangan kehilangan
tinggi yang dibutuhkan.
Akumulasi pengurangan tinggi dalam seluruh sistem dapat mempunyai nilai
yang perlu dipertimbangkan.
Setelah debit kebutuhan air dihitung, maka didapatkan debit kebutuhan air
selama setahun serta debit maksimum kebutuhan air pada periode satu mingguan
atau dua mingguan tertentu. Debit maksimum (Q maks) yang didapat dalam
kenyataan operasinya hanya dialirkan selama satu minggu atau dua minggu pada
periode sesuai kebutuhannya.
Selain dari debit, dalam melakukan desain saluran, elevasi muka air di saluran
ditentukan berdasarkan ketinggian sawah, kemiringan saluran dan kehilangan
tinggi di bangunan tersier, dimana elevasi tersebut harus terpenuhi supaya
jumlah air yang masuk ke sawah sesuai dengan kebutuhan.
Jika dalam perhitungan dimensi saluran menggunakan Q maks dengan ketinggian
muka air H yang kejadiannya selama satu minggu atau dua minggu saja selama
setahun, maka ketika Q lebih kecil dari Qmaks akibatnya ketinggian muka air lebih
kecil dari H dan akan mengakibatkan tidak terpenuhinya elevasi muka air yang
dibutuhkan untuk mengalirkan air ke sawah sehingga debit yang dibutuhkan
petak tersier tidak terpenuhi. Untuk mengatasi ini maka pintu pengatur muka air
diturunkan sedemikian sehingga muka air naik pada elevasi yang dibutuhkan
untuk air sampai di sawah.
Berdasarkan pemikiran diatas yang menjadi permasalahan adalah berapa
pengurangan debit yang masih ditolerir sehingga pembagian air tidak terganggu
tanpa menyetel bangunan pengatur muka air. Kalau toleransi pengurangan debit
kecil, maka frekuensi penyetelan bangunan pengatur akan menjadi lebih sering;
sebaliknya jika toleransi debit besar maka frekuensi penyetelan menjadi jarang.
40 Kriteria Perencanaan - Saluran
Angka yang cukup memadai adalah penggunaan Q85% dengan ketinggian 0,90 H.
Longgaran untuk variasi muka air h ditetapkan: 0,10 hlOO (0,10 x kedalaman
air rencana); 0,90 hlOO adalah kedalaman air perkiraan pada 85 % dari Qrencana.
Apabila prosedur ini menyebabkan muka air jaringan utama naik diatas muka
tanah, maka pengurangan tinggi muka air tersier dapat dipertimbangkan. Situasi
demikian dapat terjadi pada topografi yang sangat datar dimana kehilangan
tinggi energi yang terjadi pada bangunan-bangunan di petak tersier dapat
menambah tinggi muka air yang diperlukan di jaringan utama jauh diatas muka
tanah. Dalam hal-hal seperti itu jaringan tersier harus dibenahi kembali dan kalau
mungkin kehilangan tinggi energi harus diperkecil sebagian daerah mungkin
terpaksa tidak diairi.
Operasi muka air parsial sangat umum terjadi di jaringan irigasi di Indonesia.
Kebutuhan air irigasi pada debit rencana berlangsung sebentar saja di musim
tanam pada harga rencana maksimum. Di samping itu, tersedianya air, di sungai
tidak akan selamanya cukup untuk mengoperasikan jaringan pada debit rencana.
hilir, demikian pula harga IR; bahkan apabila harga R berkurang pada waktu
saluran mengecil.
Bila mana kondisi bahan tanah pada trase sudah diketahui, maka kecepatan dasar
yang diizinkan vvb untuk mencegah erosi dapat ditentukan bagi ruas saluran,
sebagaimana telah dibicarakan dalam Subbab 3.2.4. Perlu dicatat bahwa kecepatan
rencana yang biasanya diambil untuk tanah-tanah kohesif, pada umumnya lebih
rendah daripada kecepatan maksimum yang diizinkan untuk tanah ini. Erosi pada
saluran irigasi jarang sekali.
Untuk perencanaan kemiringan saluran, akan dipakai Gambar A.2.1. Dalam grafik ini
tiap titik dengan debit rencana Q dan kemiringan saluran I merupakan potongan
melintang saluran dengan v, h, b, R, m dan k. Untuk tiap titik, akan dihitung harga
IR dan kecepatan dasar rencana vbd (kecepatan rencana yang sesungguhnya
dikonversi menjadi kecepatan untuk saluran yang dalamnya 1 m dengan Gambar
3.3.b) Selanjutnya garis – garis IR konstan dan kecepatan dasar rencana vbd diplot
pada grafik. Harga-harga m, n dan k untuk potongan melintang diambil dari Subbab
3.2 dan 3.3 pada perencanaan ini.
Dalam keadaan khusus dimana kemiringan lahan relatif datar dan/atau tidak
seluruhnya sedimen diijinkan masuk ke sawah, maka sebagian sedimen boleh
diendapkan pada tempat-tempat tertentu.
Ditempat ini sedimen diendapkan dan direncanakan bangunan pengeluar sedimen
(sediment excluder) untuk membuang endapan di tempat persilangan sungai atau
tempat lain yang memungkinkan. Untuk itu harga I-R dapat lebih kecil dari ruas
sebelumnya.
Gambar A.2.1 akan digunakan untuk perencanaan kemiringan saluran. Dalam bagian
ini masing-masing titik dengan debit rencana Qd dan kemiringan saluran I adalah
42 Kriteria Perencanaan - Saluran
potongan melintang saluran dengan ukuran tetap untuk (b, h, dan m), koefisien
kekasaran dan kecepatan aliran.
Dalam perencanaan saluran, sebaiknya diikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tentukan debit rencana serta kemiringan yang terbaik untuk tiap ruas saluran
berdasarkan kemiringan medan yang ada dan elevasi bangunan sadap tersier yang
diperlukan.
2. Plotkan data-data Q-I untuk masing-masing ruas saluran berikutnya mulai dari
bangunan utama hingga ujung saluran sekunder.
3. Tentukan harga kecepatan dasar yang diizinkan vba bagi setiap ruas saluran
berdasarkan kondisi tanah dengan gambar 3-2.b dan 3-3.a.
4. Cek apakah garis IR semakin bertambah besar ke arah hilir.
5. Cek apakah kecepatan dasar rencana bvd tidak melampaui kecepatan dasar yang
diizinkan vba.
6. Jika pada langkah 4 dan 5 tidak dijumpai masalah apa pun, maka perencanaan
saluran akan diselesaikan dengan harga-harga kemiringan yang dipilih dari
langkah 1.
7. Kemiringan saluran dapat dimodifikasi sebagai berikut:
- Bila kecepatan rencana melebihi kecepatan yang diizinkan, maka besarnya
kemiringan saluran akan dipilih dan mungkin akan diperlukan bangunan
terjun.
- Bila kemiringan saluran pada langkah 1 untuk suatu ruas tertentu akan lebih
landai daripada yang diperlukan untuk garis IR, maka kemiringan tersebut
akan ditambah dan akan dibuat dalam galian.
Dalam Lampiran A diberikan rincian lebih lanjut mengenai perencanaan saluran.
Dalam prosedur perencanaan saluran dapat timbul kesulitan-kesulitan berikut :
1. Kemiringan medan yang curam
Kecepatan dasar rencana vbd dengan kemiringan medan yang ada mungkin
melampaui batas kecepatan dasar yang diizinkan vba. Guna mengurangi kecepatan
Saluran Tanah Tanpa Pasangan 43
rencana, kemiringan saluran akan diambil lebih landai daripada kemiringan tanah.
Kehilangan tinggi energi akan diperhitungkan pada bangunan terjun. Gambar 3-6
akan digunakan untuk memilih kemiringan rencana saluran.
2. Kemiringan minimum saluran primer garis tinggi
Kemiringan dasar minimum yang benar-benar tepat untuk jaringan irigasi yang
mengangkut sedimen, sulit ditentukan. Jumlah data mengenai angkutan sedimen
halus, sangat sedikit. Di samping itu, data-data statistik tentang sedimen sering
kurang memadai.
Harga IR yang dipakai untuk saluran primer harus lebih besar dari harga IR
kantong lumpur dalam keadaan penuh.
3. Saluran sekunder dengan kemiringan medan kecil
Untuk saluran sekunder demikian, harga IR sebaiknya paling tidak sama dengan
harga IR ruas saluran sebelah hulu. Hal ini mengacu pada dibuatnya bagian hulu
saluran sekunder dalam timbunan agar kemiringan bertambah.
Pembuatan sipatan ini dimaksudkan bisa sebagai benchmark/acuan dari desain awal,
dengan demikian untuk menelusuri saluran kembali sangat mudah dengan melihat
pada posisi sipatan.
Lebar 0,5 - 1 m
Lining :
Pasangan
Batu kali / beton
4. BAB IV
SALURAN PASANGAN
Banyak bahan yang dapat dipakai untuk pasangan saluran (lihat FAO Kraatz,
1977). Tetapi pada prakteknya di Indonesia hanya ada empat bahan yang
dianjurkan pemakaiannya:
1. Pasangan batu
2. Beton,
3. Tanah
4. Dapat juga menggunakan beton Ferrocement
Pembuatan pasangan dari bahan-bahan lain tidak dianjurkan, dengan alasan
sulitnya memperoleh persediaan bahan, teknik pelaksanaan yang lebih rumit dan
kelemahan-kelemahan bahan itu sendiri.
Pasangan batu dan beton lebih cocok untuk semua keperluan, kecuali untuk
perbaikan stabilitas tanggul. Pasangan tanah hanya cocok untuk pengendalian
rembesan dan perbaikan stabilitas tanggul.
48Kriteria Perencanaan - Saluran
Liningpermukaan keras, dapat terdiri dari plesteran pasangan batu kali atau
beton.Tebal minimum untuk pasangan batu diambil 30 cm. Untuk beton tumbuk
tebalnya paling tidak 8 cm, untuk saluran kecil yang dikonstruksi dengan baik
(sampai dengan 6 m3/dt), dan 10 cm untuk saluran yang lebih besar. Tebal minimum
pasangan beton bertulang adalah 7 cm. Tebal minimum pasangan beton Ferrocement
adalah 3 cm. Untuk pasangan semen tanah atau semen tanah yang dipadatkan, tebal
minimum diambil 10 cm untuk saluran kecil dan 15 cm untuk saluran yang lebih
besar.
Stabilitas pasangan permukaan keras hendaknya dicek untuk mengetahui tekanan air
tanah di balik pasangan. Jika stabilitas pasangan terganggu (pembuang), maka
sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat konstruksi pembebas tekanan (lubang
pembuang). Selanjutnya lihat Bagian KP - 04, Bangunan.
Saluran Pasangan49
4.2.2 Tanah
Tebal pasangan tanah diambil 60 cm untuk dasar saluran dan 75 cm untuk talut
saluran.
Pasangan campuran (kombinasi) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4-2. dapat
dipakai juga. Pemilihan jenis pasangan akan bergantung kepada kondisi dan bahan
yang tersedia. Detail konstruksi pasangan diperlihatkan dalam Gambar Perencanaan
Standar.
4.2.3 LiningFerrocement
Ferrocement adalah suatu tipe dinding tipis beton bertulang yang dibuat dari
mortar semen hidrolis diberi tulangan dengan kawat anyam/kawat jala (wiremesh)
yang menerus dan lapisan yang rapat serta ukuran kawat relatif kecil. Anyaman
ini bisa berasal dari logam atau material lain yang tersedia. Kehalusan dan
komposisi matriks mortar seharusnya sesuai dengan sistem anyaman dan selimut
(pembungkusnya). Mortar yang digunakan dapat juga diberi serat/fiber.
w = 0,20
( ) ( ) .......................................................... 4-2
Dimana :
Fr = bilangan Froude
v = kecepatan aliran, m/dt
w = lebar pada permukaan air, m
A = luas potongan melintang basah, m²
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8m/dt2)
m = kemiringan talut saluran, 1 vertikal : m horizontal
n = perbandingan lebar dasar/kedalaman air
(∑ ) ......................................................................................4-3
Dimana:
k = koefisien kekasaran Strickler untuk potongan melintang, m 1/3/dt
Saluran Pasangan55
p = keliling basah, m
Pi = keliling basah bagian i dari potongan melintang, m
ki = koefisien kekasaran bagian i dari potongan melintang, m 1/3/dt.
Khususnya saluran-saluran yang lebih besar, stabilitas talut yang diberi pasangan
harus diperiksa agar tidak terjadi gelincir dan sebagainya. Tekanan air dari belakang
pasangan merupakan faktor penting dalam keseimbangan ini.
Jari-jari minimum lengkung untuk saluran pasangan diambil tiga kali lebar
permukaan air. Jika dibutuhkan tikunganyang lebih tajam, maka mungkin diperlukan
kincir pengarah (guide vane) agar sebaran aliran di ujung tikungan itu lebih merata
Kehilangan tinggi energi tambahan juga harus diperhitungkan.
Harga-harga minimum untuk tinggi jagaan adalah seperti yang disajikan pada Tabel
4-4. Harga-harga tersebut diambil dari USBR. Tabel ini juga menunjukkan tinggi
jagaan tanggul tanah yang sama dengan tanggul saluran tanah tanpa pasangan.
5. BAB V
TEROWONGAN DAN SALURAN TERTUTUP
5.1 Pemakaian
5.1.1 Topografi
Trase saluran terpendek mungkin melintasi dataran/tanah tinggi atau, daerah berbukit-
bukit. Dalam hal ini akan dipertimbangkan penggalian yang dalam atau pembuatan
terowongan sebagai alternatif dari pembuatan trase yang panjang dengan tinggi muka
tanah yang lebih rendah. Biaya pembuatan saluran juga akan dibandingkan dengan
biaya per meter untuk pembuatan terowongan atau saluran tertutup.
5.1.2 Geologi
Tipe serta kualitas tanah dan batuan penutup mempengaruhi cara pelaksanaan dan
biayanya. Dibutuhkan keterangan mengenai tanah dan batuan pada trase yang
58 Kriteria Perencanaan - Saluran
5.2.1 Terowongan
Terowongan yang dipakai dalam jaringan irigasi akan direncana sebagai aliran bebas
(sebagian penuh). Perbedaan tinggi energi yang berlebihan pada as untuk
memperhitungkan tekanan terowongan jarang ada.
Terowongan dan Saluran Tertutup 59
Bentuk yang paling umum untuk sebuah terowongan aliran bebas adalah tipe tapal
kuda, portal bulat dan bulat (lihat Gambar 5-1).
Bentuk tapal kuda dan portal bulat tersebut memiliki karakteristik hidrolis yang bagus
untuk kondisi aliran bebas. Jagaan dapat diperoleh tanpa terlalu banyak kehilangan
luas potongan melintang, dan langit-langit yang bulat memberikan penyangga
bangunan.
Bentuk yang bulat lebih cocok untuk pipa tekan dimana tekanan dalam dan/atau luar,
tinggi. Sebagai terowongan aliran bebas, karakteristik hidrolisnya tidak sebaik bentuk
tapal kuda dan portal bulat. Akan tetapi, jika dijumpai adanya beban luar, maka
bentuk terowongan bulat dapat dipilih karena sifat-sifat bangunannya yang lebih baik.
Terowongan tradisional dengan bentuk segiempat tanpa lining/pasangan yang dibuat
masyarakat setempat, kurang dapat dipertanggungjawabkan dari sisi kualitas dan
keamanan bangunan. Semua pembuatan terowongan disyaratkan untuk diawasi oleh
tenaga ahli, memakai lining/pasangan, dan memakai perkuatan sementara atau tidak.
60 Kriteria Perencanaan - Saluran
5.2.1.4 Lengkungan
Tipe A dapat dipakai untuk terowongan yang digali di dalam batuan terbaik tanpa
retakan, dan juga untuk terowongan-terowongan yang mampu berdiri cukup lama
untuk pemasangan penyangga tanpa mengendorkan batu besar yang bisa
menyebabkan keruntuhan bangunan. Pasangan yang diperlukan untuk tipe
terowongan pada umumnya ini adalah beton tumbuk.
Tipe B dapat dipakai untuk terowongan yang digali didalam batu dengan sedikit
retakan, dan juga untuk terowongan-terowongan yang tidak mampu berdiri cukup
lama untuk memungkinkan pemasangan penyangga dengan mengendorkan batu besar
dan bisa menyebabkan runtuhnya bangunan. Biasanya dibutuhkan penyangga baja
bentuk busur terowongan. Pasangannya adalah beton tumbuk.
Tipe C dipakai untuk terowongan yang digali di dalam tanah keras, batuan lapuk dan
daerah tanah patahan (fracture zones); membutuhkan pemasangan penyangga secara
cepat, segera setelah dilakukan peledakan.
Tipe D dipakai untuk terowongan yang digali di dalam batu yang sangat lapuk (lapuk
hingga lapisan yang dalam), daerah tanah pecahan dan patahan, serta tanah lunak
yang mengandung air tanah.
Untuk perencanaan pasangan harga-harga standar pada Tabel 5-2 dan Gambar 5-2
dapat diambil. Harga-harga tersebut disadur dari USBR. Pasangan akan direncanakan
sebagai bangunan guna menahan beban dalam dan luar, termasuk tekanan rembesan.
5.2.1.6 Peralihan
Pada bagian masuk (inlet) dan bagian keluar (outlet) terowongan, peralihan berguna
untuk memperkecil kehilangan tinggi energi. Biasanya peralihan terdiri dari dua
bagian:
a. dari potongan melintang saluran ke potongan segi empat terowongan
(pintu/portal terowongan).
b. dari potongan segi empat ke potongan terowongan
Terowongan dan Saluran Tertutup 65
Bagian a direncana seperti untuk peralihan boks gorong-gorong dan dibuat dari
pasangan batu. Bagian b merupakan peralihan tertutup dengan panjang yang sama
dengan diameter terowongan, minimum 2 m.
Apabila tekanan tanah dan air di luar kecil, maka pada umumnya konstruksi akan
terdiri dari pasangan batu dengan atap dari beton bertulang. Untuk debit rencana yang
kecil dan luaspotongan melintang yang kecil pula, dapat dipertimbangkan
penggunaan pipa-pipa beton bulat.
Jika tekanan di luar kuat maka pipa dari beton bertulang akan lebih cocok. Untuk
debit kecil dan potongan-potongan melintang yang kecil diperlukan pipa bentuk bulat.
Terowongan dan Saluran Tertutup 67
Kecepatan aliran yang tinggi dan luas potongan melintang yang besar mungkin
memerlukan bentuk segi empat untuk pertimbangan-pertimbangan pelaksanaan.
5.2.2.3 Lengkung
Jari-jari horizontal dibuat lebar, biasanya untuk membatasi panjang dan penggalian
yang diperlukan. Jari-jari minimum adalah 5 kali tinggi saluran.
Karena dipakai metode pelaksanaan galian terbuka, maka ukuran minimum boleh
diambil 1,0 m dan 0,70 m untuk saluran pendek.
Untuk penghitungan aliran hidrolis di dalam terowongan atau saluran tertutup dipakai
rumus Strickler :
va = k R2/3 I1/2 ...................................................................................................................5-1
Dimana :
va = kecepatan aliran yang dipercepat didalam terowongan atau saluran tertutup,
m/dt
k = koefisien kekasaran Strickler, m1/3/dt
R = jari-jari hidrolis, m
I = garis kemiringan energi (kemiringan hidrolis)
Koefisien kekasaran Strickler (k) dan kecepatan maksimum ditunjukkan pada Tabel
5-4. Harga-harga yang diberikan di sini sudah cukup lama digunakan konservatif,
untuk konstruksi-konstruksi besar boleh diambil harga-harga yang lebih tinggi
tergantung pada metode pelaksanaannya.
68 Kriteria Perencanaan - Saluran
Pasangan batu 2 60
Beton 3 70
Biaya pembuatan terowongan agak mahal dan oleh karena itu, perlu berhemat dalam
membuat diameternya. Kemiringan hidrolis kemiringan terowongan dibuat curam jika
tinggi energi yang tersedia cukup. Kecepatan rencana yang dihasilkan tidak boleh
melampaui kecepatan maksimum dan tidak boleh dibawah kecepatan kritis dengan
0,75 kali kecepatan kritis sebagai harga praktis.
Konstruksi galian terbuka memperkecil potongan melintang saluran tertutup karena
tanah harus dipindahkan. Bagaimanapun juga luas potongan melintang yang kecil
tetap lebih murah daripada yang besar.
Ditinjau dari segi hidrolika, tinggi jagaan sebuah terowongan 0,2 D dengan ukuran
minimum sekitar 0,5 m umumnya dapat diterima secara internasional. Ini akan
memberikan sekitar 10% kapasitas cadangan yang dinilai terlalu rendah untuk
ketidakpastian perencanaan di Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu dipakai
tinggi jagaan 0,25 D yang berarti menambah kapasitas cadangan sampai kurang lebih
15 % dari debit rencana untuk terowongan bentuk tapal kuda.
Untuk saluran terhadap segi empat, tinggi jagaan akan diambil pada 0,2 H. H adalah
tinggi bagian dalam saluran.
Agar benda-benda terapung dapat melewati terowongan dan saluran tertutup, maka
tinggi minimum jagaannya diambil sama dengan tinggi jagaan saluran terbuka.
Terowongan dan Saluran Tertutup 69
Untuk perencanaan potongan melintang berbentuk tapal kuda dan lingkaran dapat
dipakai Tabel A.3.4 dan A.3.5 Lampiran 3. Dimensi potongan melintang dan
kehilangan tinggi energi (kemiringan hidrolis I) dapat dievaluasi dengan
menggunakan tabel-tabel ini setelah dipilih va dan k seperti yang telah dibicarakan
diatas.
Untuk potongan-potongan segi empat evaluasi kehilangan tinggi energi dan potongan
melintang dilakukan langsung dengan menggunakan rumus Strickler. Lebar potongan
melintang dibagi tinggi akan berkisar antara 1 dan 2.
dimana :
Hmasuk, Hkeluar = kehilangan tinggi energi masuk dan keluar, m
Hfr = kehilangan tinggi energi akibat gesekan disepanjangpipa, m
HB = kehilangan tinggi energi pada tikungan, m
Kehilangan tinggi energi masuk dan keluar dinyatakan dengan rumus berikut :
Hmasuk: masuk =
( )
................................................................................................. 5-3
Hkeluar : keluar =
( )
................................................................................................. 5-4
dimana :
Hmasuk, Hkeluar = kehilangan tinggi energi masuk dan keluar, m
masuk, keluar = koefisien kehilangan tinggi energi masuk dan keluar
Sudut derajat 5° 10° 15° 22,5° 30° 45° 60° 70° 90°
Profil bulat 0,02 0,03 0,04 0,05 0,11 0,24 0,47 0,80 1,10
Profil segi empat 0,02 0,04 0,05 0,06 0,14 0,30 0,60 1,00 1,40
Terowongan dan Saluran Tertutup 71
Persamaan
Pipa gorong-gorong
sampai ke peralihan 5.3 5.4
samping saluran masuk keluar
I 0,50 1,00
Pipa gorong-
Dianjurkan
gorong sampai di
dinding hulu
melalui saluran
II 0,50 1,00
Peralihan punggung
patah dengan sudut
pelebaran 1:1 atau 1:2
dengan
peralihan yang
dibulatkan
dengan jari-jari
lebih dari 0,1 y
IV 0,25 0,50
Peralihan
Dianjurkan
punggung
patah dengan
sudut
pelebaran
sekitar 1:5 V 0,20 0,40
Peralihan berangsur
antara potongan
melintang segiempat
dan trapesium
VI 0,10 0,20
Gambar 5-3. Harga-Harga Koefisien Kehilangan Tinggi Energi Masuk dan Keluar
72 Kriteria Perencanaan - Saluran
0.5 1.2
b
koefisien kehilangan di tikungan K
1.0
0.4
Rb 0.8
D
0.3
0.6
faktor koreksi
0.2
0.4
0.1
0.2
0.07
0 0
0 2 4 6 8 10 0 20 40
Perbandingan Rb/D sudut tiku
Gambar 5-4. Harga-Harga Kb untuk Tikungan 900 pada Saluran Tertutup (USBR)
1.2
1.0
Rb 0.8
0.6
faktor koreksi
0.4
0.2
0.07
0
6 8 10 0 20 40 60 80 100 120
n Rb/D sudut tikungan dalam derajat
Gambar 5-5.Faktor Koreksi untuk Koefisien Kehilangan di Tikungan pada Saluran Tertutup
PerencanaanSaluranPembuang73
6. BAB VI
PERENCANAAN SALURAN PEMBUANG
Kelemahan foto citra satelit tidak stereometris sehingga aspek beda tinggi kurang
dapat diperoleh informasi detailnya tidak seperti pengukuran teristris, sedangkan
dalam perencanaan irigasi presisi dalam pengukuran beda tinggi sangat penting.
Meskipun demikian banyak informasi lain yang dapat dipakai sebagai pelengkap
perencanaan jaringan irigasi antara lain sebagai cross check untuk perencanaan
jaringan irigasi.
misalnya pintu otomatis yang tertutup selama muka airsungai naik mencegah agar air
sungai tidak masuk lagi ke saluran pembuang.
Di daerah-daerah yang diairi secara irigasi teknis, jaringan pembuang mempunyai dua
fungsi:
a. Sebagai pembuang intern untuk mengalirkan kelebihan air dari sawah untuk
mencegah terjadinya genangan dan kerusakan tanaman atau untuk mengatur
banyaknya air tanah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman.
b. Pembuang ekstern untuk mengalirkan air dari daerah luar irigasi yang mengalir
melalui daerah irigasi.
Dalam hal pembuang intern, kelebihan air ditampung di dalam saluran pembuang
kuarter dan tersier yang akan mengalirkannya ke dalam jaringan pembuang utama
dari saluran pembuang sekunder dan primer.
Aliran buangan dari luar daerah irigasi biasanya memasuki daerah proyek irigasi
melalui saluran-saluran pembuang alamiah yang akan merupakan bagian dari jaringan
pembuang utama di dalam proyek tersebut.
4) Perkolasi tanah
5) Tampungan di sawah-sawah selama atau pada akhir periode yang bersangkutan
6) Luasnya daerah
7) Sumber-sumber kelebihan air yang lain.
Pembuang permukaan untuk petak dinyatakan sebagai:
D(n) = R(n)T + n (I – ET – P) –S ........................................................................ 6-1
dimana :
n = jumlah hari berturut-turut
D(n) = limpasan pembuang permukaan selama n hari, mm
R(n)T = curah bujan dalam n hari berturut-turut dengan periode ulang T tahun,mm
I = pemberian air irigasi, mm/hari
ET = evapotranspirasi, mm/hari
P = perkolasi, mm/hari
S = tampungan tambahan, mm.
Untuk penghitungan modulus pembuangan, komponennya dapat diambil sebagai
berikut:
a. Dataran Rendah
- Pemberian air irigasi I sama dengan nol jika irigasi di hentikan atau
- Pemberian air irigasi I sama dengan evapotranspirasi ET jika irigasi
diteruskan
- Kadang-kadang pemberian air irigasi dihentikan di dalam petak tersier, tetapi
air dari jaringan irigasi utama dialirkan kedalam jaringan pembuang
- Tampungan tambahan disawah pada 150 mm lapisan air maksimum,
tampungan tambahan S pada akhir hari-hari berturutan n diambil maksimum
50 mm
- Perkolasi P sama dengan nol
78 Kriteria Perencanaan - Saluran
b. Daerah Terjal
Seperti untuk kondisi dataran rendah tetapi dengan perkolasi P sama dengan 3
mm/ hari.
Untuk modulus pembuang rencana dipilih curah hujan 3 hari dengan periode
ulang 5 tahun. Kemudian modulus pembuang tersebut adalah:
( )
............................................................................................................ 6-2
dimana :
Dm = modulus pembuang, ltr/dt. ha
D(3) = limpasan pembuang permukaan selama 3 hari, mm
1 mm/ hari = 1/8,64 ltr/dt.ha
Dalam Gambar 6-1,persamaan diatas disajikan dalam bentuk grafik sebagai
contoh. Dengan menganggap harga-harga untuk R, ET, I dan S, modulus
pembuang dapat dihitung.
Untuk daerah-daerah sampai seluas 400 ha pembuang air per petak di ambil
konstan. Jika daerah-daerah yang akan dibuang airnya yang lebih besar akibat
menurunnya curah hujan (pusat curah hujan sampai daerah curah hujan) dan
dengan demikian tampungan sementara yang relatif lebih besar, maka dipakai
harga pembuang yang lebih kecil per petak; lihat Gambar 6-2.).
Debit pembuang rencana dari sawah dihitung sebagai berikut:
Qd= 1,62 Dm A0,92 .........................................................................................6-3
dimana :
Qd = debit pembuang rencana, l/dt
Dm = modulus pembuang, l/dt.ha
A = luar daerah yang dibuang airnya, ha
Faktor pengurangan luas yang dibuang airnya 1,62 A0,92 diambil dari Gambar 6-2
yang digunakan untuk daerah tanaman padi di Jawa dan juga dapat digunakan di
seluruh Indonesia.
1.00
faktor pengurangan
0.90
0.80
0.70
120 200 3 4 5 6 1000 2 3 4 5 6 10.000 2
luas pembuangan dalam ha
c. Daerah Kering
Pada daerah kering dengan ketersediaan air terbatas maka dapat diterapkan budaya
tanam padi dengan pola intensif atau pola kering yaitu sistem SRI, dimana tidak
dilakukan penggenangan air pada kisaran 5 sampai 15 cm. Hal ini menyebabkan
petani akan membuka galengan selama musim hujan. Oleh sebab itu akan
menyebabkan drainage modul mempunyai nilai lebih besar sehingga diperlukan
penelitian lebih lanjut. Dimensi saluran pembuang pada cara ini diduga lebih besar
dari pada dimensi saluran pembuang cara konvensional/biasa.
Untuk pembuang sawah yang ditanami selain padi, ada beberapa daerah yang perlu
diperhatikan yakni:
- Daerah-daerah aliran sungai yang berhutan
- Daerah-daerah dengan tanaman-tanaman ladang (daerah-daerah terjal)
- Daerah-daerah permukiman
Dalam merencanakan saluran-saluran pembuang untuk daerah-daerah dimana padi
tidak ditanam, ada dua macam debit yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
- debit puncak maksimum dalam jangka waktu pendek dan
- debit rencana yang dipakai untuk perencanaan saluran
a. Debit Puncak
Debit puncak untuk daerah-daerah yang dibuang airnya sampai seluas 100 km2
dihitung dengan rumus “Der Weduwen”, yang didasarkan pada pengalaman mengenai
sungai-sungai di Jawa; rumus-rumus lain bisa digunakan juga.
Rumus tersebut adalah :
Qd = q A .................................................................................................................. 6-4
dimana :
Qd = debit puncak, m3/dt
= koefisien limpasan air hujan (run off)
= koefisien pengurangan luas daerah hujan
PerencanaanSaluranPembuang81
Debit rencana akan dipakai untuk merencanakan kapasitas saluran pembuang dan
tinggi muka air. Debit pembuang terdiri dari air buangan dari :
- sawah, seperti dalam Subbab 6.2.2 atau dari
- tempat-tempat lain di luar sawah. seperti dalam Subbab 6.2.3
Jaringan pembuang akan direncanakan untuk mengalirkan debit pembuang rencana
dari daerah-daerah sawah dan non sawah di dalam maupun di luar (pembuang silang).
Muka air yang dihasilkan tidak boleh menghalangi pembuangan air dari sawah-sawah
di daerah irigasi.
Debit puncak akan dipakai untuk menghitung muka air tertinggi jaringan pembuang.
Muka air tertinggi ini akan digunakan untuk merencanakan sarana pengendalian
PerencanaanSaluranPembuang83
banjir dan bangunan. Selama terjadi debit puncak terhalangnya pembuangan air dari
sawah dapat diterima. Tinggi muka air puncak sering melebihi tinggi muka tanah,
dalam hal ini sarana-sarana pengendali banjir akan dibuat di sepanjang saluran
pembuang, dimana tidak boleh terjadi penggenangan.
Periode ulang untuk debit puncak dan debit rencana berbeda untuk debit puncak,
periode ulang dipilih sebagai berikut :
- 5 tahun untuk saluran pembuang kecil di daerah irigasi atau
- 25 tahun atau lebih, bergantung pada apa yang akan dilindungi, untuk sungai
periode ulangnya diambil sama dengan saluran pembuang yang besar.
Periode ulang debit rencana diambil 5 tahun.
Perlu dicatat bahwa debit puncak yang sudah dihitung bisa dikurangi dengan cara
menampung debit puncak tersebut. Tampungan dapat dibuat didalam atau di luar
daerah irigasi.
Misalnya ditempat dimana pembuang silang memasuki daerah irigasi melalui gorong-
gorong yang disebelah hulunya boleh terdapat sedikit genangan. Didalam jaringan
irigasi tampungan dalam jaringan saluran dan daerah cekungan akan dapat meratakan
debit puncak di bagian hilir. Debit puncak juga akan dikurangi dengan cara
membiarkan penggenangan terbatas (untuk jangka waktu yang pendek) didalam
daerah irigasi. Akan tetapi, penggenangan terbatas mungkin tidak dapat diterima.
Pada pertemuan dua saluran pembuang dimana dua debit puncak bertemu, debit
puncak yang tergabung dihitung sebagai berikut :
1. Apabila dua daerah yang akan dibuang airnya kurang lebih sama luasnya (40
sampai 50% dari luas total), debit puncak dihitung sebagai 0,8 kali jumlah kedua
debit puncak.
2. Jika daerah yang satu jauh lebih kecil dari daerah yang satunya lagi (kurang 20%
dari luas keseluruhan), maka gabungan kedua debit puncak dihitung sebagai
daerah total.
3. Bila %tase itu berkisar antara 20 dan 40% maka gabungan kedua debit puncak
dihitung dengan interpolasi antara harga-harga dari no.1 dan 2 diatas.
84 Kriteria Perencanaan - Saluran
Untuk menghitung debit rencana pada pertemuan dua saluran pembuang, debit
rencana yang tergabung dihitung sebagai jumlah debit rencana dari kedua saluran
pembuang hulu.
Pada pertemuan saluran pembuang dari daerah irigasi dengan saluran pembuang dari
luar daerah irigasi dapat didekati dengan memakai koefisien seperti pada kriteria
perencanaan pertemuan dua saluran pembuang intern dengan jalan :
1. Dihitung lebih dahulu besarnya debit aliran dari daerah irigasi
2. Dihitung debit aliran pembuang luar dengan mempertimbangkan jarak atau
panjang saluran, kemiringan, luas daerah pengaliran, lengkung intensitas hujan
3. Besaran koefisien yang dipakai sebagai perbandingan adalah besar debit sebagai
pengganti perbandingan luas dari daerah pembuangan.
Besarnya koefisien yang dipakai pada pertemuan aliran internal dan aliran external,
tergantung perbandingan besar debit aliran yaitu :
- Jika selisih perbandingan besar debit antara 0,40 - 0,50 dari jumlah debit maka
dipakai koefisien 0,8.
- Jika perbandingan besar debit kurang dari 0,20 dari jumlah debit maka debit di
hilir adalah jumlah dari kedua debit.
- Jika perbandingan besar debit antara 0,20 – 0,40 dari jumlah debit maka
dihitung dengan cara interpolasi.
Perhitungan debit pembuang/drainase dapat dihitung dengan tata cara perhitungan
debit dalam SNI. Salah satu cara yang sering dipakai adalah dengan cara Rasional,
metode/cara ini merupakan metode lama yang masih digunakan untuk
memperkirakan debit aliran daerah dengan luasan kecil, umumnya kurang dari 500ha.
Asumsi dasar metode ini antara lain, puncak limpasan terjadi pada saat seluruh daerah
ikut melimpas, yang merupakan fungsi dari intensitas hujan yang durasinya sama
dengan waktu konsentrasi. Intensitas hujan diasumsikan tetap dan seragam di seluruh
daerah.
PerencanaanSaluranPembuang85
Masalah utama dalam perencanaan saluran pembuang adalah ketahanan bahan saluran
terhadap erosi dan stabilitas talut.
Data- data yang diperlukan untuk tujuan ini mirip dengan data-data yang dibutuhkan
untuk perencanaan saluran irigasi.
Pada umumnya data yang diperoleh dari penelitian tanah pertanian akan memberikan
petunjuk/ indikasi yang baik mengenai sifat-sifat mekanika tanah yang akan dipakai
untuk trase saluran pembuang.
Karena trase tersebut biasanya terletak di cekungan (daerah depresi) tanah cenderung
untuk menunjukkan sedikit variasi. Dalam banyak hal, uji lapisan dan batas cair
(liquid limit) pada interval 0,5 km akan memberikan cukup informasi mengenai
klasifikasi seperti dalam Unified Soil Classification System (lihat Tabel 2-4.). Apabila
dalam pengujian tersebut sifat-sifat tanah menunjukkan banyak variasi, maka interval
tersebut harus dikurangi.
86 Kriteria Perencanaan - Saluran
Rencana Saluran Pembuang 87
7. BAB VII
RENCANA SALURAN PEMBUANG
dengan air buangan yang relatif bersih dari sawah, hal ini tidak akan merupakan
masalah yang berarti. Keadaan ini harus dihindari apabila air buangan yang
bersedimen harus dialirkan.
Bila saluran air alamiah digunakan sebagai saluran pembuang, maka umumnya akan
lebih baik untuk tidak mengubah trasenya karena saluran alamiah ini sudah
menyesuaikan potongan melintang dan kemiringannya dengan alirannya sendiri.
Dasar dan talutnya mempunyai daya tahan yang lebih tinggi terhadap kikisan jika
dibandingkan dengan saluran pembuang yang baru dibangun dengan kemiringan talut
yang sama.
Pemantapan saluran air dan sungai alamiah untuk menambah kapasitas pembuang
sering terbatas pada konstruksi tanggul banjir dan sodetan dari lengkung meander.
Air dari saluran pembuang mempunyai pengaruh negatif pada muka air tanah atau
pada air yang masuk dari laut dan sebagainya. Oleh sebab itu perencana harus
mempertimbangkan faktor tersebut dengan hati-hati guna memperkecil dampak yang
mungkin timbul.
Untuk perencanaan potongan saluran pembuang, aliran dianggap sebagai aliran tetap
dan untuk itu diterapkan rumus Strickler (Manning) lihat juga Subbab 3.2.1.
v = k R2/3 I1/2 ...................................................................................................................7-1
dimana :
v = kecepatan aliran, m/dt
k = koefisien kekasaran Strickler, m1/3/dt
R = jari-jari hidrolis, m
I = kemiringan energi
Untuk saluran-saluran alamiah tidak ada harga umum k yang dapat diberikan. Cara
terbaik untuk memperkirakan harga itu ialah membandingkan saluran-saluran alamiah
tersebut dengan harga-harga k dijelaskan didalam keputusan yang relevan (sebagai
contoh, lihat Ven Te Chow ,1985).
1)
h = kedalaman air di saluran pembuang, m.
90 Kriteria Perencanaan - Saluran
tahun menyebabkan terjadinya sedikit kerusakan akibat erosi. Ini dinyatakan dengan
menerima v maks yang lebih tinggi untuk keadaan semacam ini; lihat Gambar 7-1 untuk
1.7
1.6
1.5
1.4
faktor koreksi D
1.3
1.2
1.1
1.0
10 15 20 25 30 40 50 60 70 80 90 100
periode ulang dalam tahun
Untuk jaringan pembuangan intern, air akan dihitung sebagai bebas sedimen. Untuk
aliran pembuang silang, asal air harus diperiksa. Jika air itu berasal dari daerah-
daerah yang berpembuang alamiah, maka konsentrasi sedimen dapat diambil 3.000
ppm. Air dihitung sebagai bebas sedimen, apabila air pembuang silang berasal dari
daerah persawahan.
Untuk konstruksi pada tanah-tanah nonkohesif, kecepatan dasar yang diizinkan
adalah 0,6 m/dt.
Apabila dikehendaki saluran pembuang juga direncanakan mempunyai fungsi untuk
menunjang pemeliharaan lingkungan dan cadangan air tanah maka kecepatan saluran
pembuang pada daerah yang memerlukan konservasi lingkungan tersebut dapat
dikurangi. Hal ini dimaksudkan untuk memperbesar waktu dan tekanan infiltrasi dan
sehingga akan menambah kapasitas peresapan air kedalam tanah, namun perlu
Rencana Saluran Pembuang 91
Tinggi muka air saluran pembuang di jaringan intern bergantung kepada fungsi
saluran.
Di jaringan tersier, saluran tanah membuang airnya langsung kesaluran pembuangan
(kuarter dan tersier) dan tinggi muka air pembuang rencana mungkin sama dengan
tinggi permukaan air tanah.
Jaringan pembuang primer menerima air buangan dari petak-petak tersier dilokasi
yang tepat. Tinggi muka air rencana di jaringan utama ditentukan dengan muka air
yang diperlukan di ujung saluran pembuang tersier.
Tinggi muka air di jaringan pembuang primer yang berfungsi untuk pembuang air
dari sawah dan mungkin daerah-daerah bukan sawah dihitung sebagai berikut:
- Untuk pengaliran debit rencana, tinggi muka air mungkin naik sampai sama
dengan tinggi permukaan tanah.
- Untuk pengaliran debit puncak, pembuang air dari sawah dianggap nol; harga-
harga tinggi muka air yang diambil ditunjukan padaGambar 7-2.
Konsep dasar perencanaan saluran pembawa tidak menghendaki adanya pengendapan
di saluran sedangkan pada perencanaan saluran pembuang diusahakan agar air cepat
dapat dibuang sehingga tidak menyebabkan penggenangan yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman/padi.
Sejalan dengan menguatnya aspek lingkungan maka saluran pembuang dapat
direncanakan dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi dengan tujuan agar terjadi
infiltrasi yang besar sebelum mengalir kembali ke sungai. Hal ini dimaksudkan untuk
membantu kualitas lingkungan yang lebih hijau, memperbesar cadangan air tanah dan
mengurangi debit air di saluran pembuang.
Batas atas kecepatan atas yang diizinkan adalah kecepatan yang tidak menyebabkan
erosi untuk jenis tanah tertentu pada saluran dan dapat dihitung berdasar gaya seret.
Batas atas kecepatan yang diizinkan atau yang tidak menyebabkan erosi, untuk
92 Kriteria Perencanaan - Saluran
saluran lurus dengan kemiringan kecil serta kedalaman aliran lebih kecil dari 0,90 m
menurut U.S Bereau of Reclamation (Fortier dan Scobey 1925) sebagai berikut :
Tabel 7-2. Kecepatan Maksimum yang Diizinkan (oleh Portier dan Scobey)
V m/det
V m/det
Material N (air yang mengangkut
(air bersih)
lanau koloid)
Pasir halus, non kolloidal 0,020 0,457 0,762
Lempung kepasiran, non kolloidal 0,020 0,533 0,762
Silt loam, non kolloidal 0,020 0,610 0,914
Lumpur alluvial, non kolloidal 0,020 0,610 1,067
Ordinary ferm loam 0,020 0,762 1,067
Abu vulkanis 0,020 0,762 1,067
Lempung kaku sangat kolloidal 0,025 1,143 1,524
Lumpur alluvial, kolloidal 0,025 1,143 1,524
Lempung keras 0,025 1,829 1,829
Kerikil halus 0,020 0,762 1,524
Graded loam to cobbles, non colloidal 0,030 1,143 1,524
Graded silt to cobbles when colloidal 0,030 1,219 1,676
Kerikil kasar, non colloidal 0,025 1,219 1,829
Cobbles and shingles 0,035 1,524 1,678
Sumber: Pedoman Perencanaan Saluran Terbuka, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan Dep.
PU, 1986.
Batas bawah kecepatan air dalam saluran pembuang disesuaikan dengan data
kandungan sedimen, sedemikian sehingga tidak terjadi akumulasi pengendapan yang
dapat menyebabkan pendangkalan dan menghalangi aliran yang memungkinkan
terjadinya efek pembendungan. Batas kecepatan bawah 0,3 m/det dapat menghindari
pengendapan. Beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan adalah :
- Keliling basah yang lebih besar akan memperbesar infiltrasi
- Makin besar lebar penampang saluran akan memperbesar pembebasan tanah,
tetapi dapat mengurangi perubahan kedalaman air.
- Makin lambat kecepatan air dalam saluran tanpa terjadi pengendapan akan
memperbesar kapasitas peresapan/infiltrasi.
- Hubungan antara data sedimen dan kecepatan rencana dapat didekati dengan cara
perencanaan saluran kantong lumpur/sand trap.
Rencana Saluran Pembuang 93
Metode penghitungan ini hanya boleh diterapkan untuk debit-debit sampai 30 m3/dt
saja. Bila diperkirakan akan terjadi debit lebih besar, maka debit puncak dari daerah-
daerah nonsawah dan debit pembuang sawah yang terjadi secara bersamaan harus
dipelajari secara bersama-sama dengan kemungkinan pengurangan debit puncak dan
pengaruh banjir sementara yang mungkin juga terjadi.
Muka air rencana pada titik pertemuan antara dua saluran pembuang sebaiknya
diambil sebagai berikut:
- Evaluasi muka air yang sesuai dengan banjir dengan periode ulang 5 kali per
tahun untuk sungai,
- Muka air rencana untuk saluran pembuangan intern yang tingkatnya lebih tinggi
lagi,
- Mean muka air laut (MSL) untuk laut.
7.3.1 Geometri
Potongan melintang saluran pembuang direncana relatif lebih dalam daripada saluran
irigasi dengan alasan sebagai berikut :
- Untuk mengurangi biaya pelaksanaan dan pembebasan tanah
- Variasi tinggi muka air lebih besar, perubahan-perubahan pada debit pembuangan
dapat diterima untuk jaringan pembuang permukaan
- Saluran pembuang yang dalam akan memiliki aliran yang lebih stabil pada debit-
debit rendah, sedangkan saluran pembuang yang lebih besar akan menunjukkan
aliran yang berbelok-belok.
Rencana Saluran Pembuang 95
Perbandingan kedalam lebar dasar air (n = b/h) untuk saluran pembuang sekunder
diambil antara 1 dan 3. Untuk saluran pembuang yang lebih besar, nilai banding ini
harus paling tidak 3. Tipe-tipe potongan melintang disajikan pada Gambar 7-2.
Untuk saluran pembuang sekunder dan primer, lebar dasar minimum
diambil 0,60 m.
Mungkin diperlukan kemiringan talut yang lebih landai jika diperkirakan akan terjadi
aliran rembesan yang besar kedalam saluran.
Jari-jari minimum lengkung sebagai yang diukur dalam as untuk saluran pembuang
buatan adalah sebagai berikut:
96 Kriteria Perencanaan - Saluran
Jika diperlukan jari-jari yang lebih kecil, jari- jari tersebut boleh dikurangi sampai 3 x
lebar dasar dengan cara memberi pasangan bagian luar lengkungan saluran.
Karena debit pembuang rencana akan terjadi dengan periode ulang rata-rata 5 tahun,
maka tinggi muka air rencana maksimum diambil sama dengan tinggi muka tanah.
Galian tambahan tidak lagi diperlukan.
Apabila jaringan pembuang utama juga mengalirkan air hujan buangan dari daerah-
daerah bukan sawah dan harus memberikan perlindungan penuh terhadap banjir,
maka tinggi jagaan akan diambil 0,4 - 0,1 m (lihat Gambar 7-2. dan Gambar 7-3.).
Rencana Saluran Pembuang 97
40.0
n
ga ul
20.0 dun l gg
lin ggu tan
10.0 tan
kapasitas debit dalam m3/dt
6.0
4.0
2.0
1.0
0.6
0.4
0.2
0.1
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2
meter di atas permukaan air
8. BAB VIII
PERENCANAAN SALURAN GENDONG
Saluran gendong adalah saluran drainase yang diletakkan sejajar dengan saluran
irigasi. Saluran gendong ini berfungsi mencegah aliran permukaan (run off) di luar
daerah irigasi (extern area) masuk kedalam saluran irigasi .
Air yang masuk saluran gendong ini dialirkan keluar ke saluran alam atau saluran
drainase yang terdekat.
Saluran gendong ini dibangun/dikonstruksi apabila suatu saluran irigasi melintasi
suatu daerah-daerah di perbukitan. Tata letak saluran gendong dan saluran irigasi
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Saluran Gendong
Saluran Irigasi
Kapasitas drainase untuk satu jenis daerah dataran tinggi (up land) atau dataran
rendah (low land) umumnya menggunakan periode ulang curah hujan 5 tahunan.
Sedang periode 50 tahunan khusus digunakan pada areal yang mempunyai dua jenis
dataran yaitu dataran tinggi dan dataran rendah.
100 Kriteria Perencanaan - Saluran
R24 = Curah hujan harian maksimum (mm) pada periode ulang 5 tahunan
Tc = Waktu konsentrasi (jam) =
Tabel 8-1.Koefisien Run off (C) yang Digunakan untuk Luas Drainase Kurangdari 500 ha
Direkomendasi
Kondisi Permukaan Tanah Minimum Maksimum untuk Digunakan
dalam Desain
Areal pegunungan berumput
0,75 0,9 0,85
Tinggi , curam dan gundul
Berumput, curam dan berpohon 0,8 0,9 0,75
Metode ini digunakan untuk menilai besar debit drainase yang diperlukan untuk
daerah dataran rendah atau daerah pertanian.
Q = β x q x A ………………………………………………………………………8-6
Perencanaan Saluran Gendong 103
Dimana :
Q = Debit drainase (m3/dt)
= Faktor reduksi luas (Gambar 8-2.)
A 2
A1
R1
R 2
A 3 A 42
R 3
R 4
∑
(∑ )
Dimana :
R = Curah hujan
A = Luas Catchment
104 Kriteria Perencanaan - Saluran
Metode ini digunakan untuk luas daerah drainase lebih dari 500 Ha dengan sistim tata
jaringan irigasi utama, sekunder, dan tersier sehingga tidak perlu diuraikan pada
perencanaan saluran gendong.
Hal ini disebabkan karena saluran gendong ini umumnya merupakan sistim irigasi
tunggal. Kecuali pada kondisi khusus, jika sistim saluran gendong harus melalui suatu
perkotaan atau pemukiman maka tata jaringan saluran gendong harus terdiri dari
saluran gendong primer, saluran gendong sekunder dan saluran gendong tersier
seperti terlihat pada Gambar 8-3 berikut :
- Untuk daerah tangkapan (daerah aliran) ≥ 100 km2, digunakan metode
Rasional-Weduwen.
- Untuk daerah aliran < 100 km2 , metode Weduwen atau Hasper akan lebih cocok
dan juga rumus Chezy.
Perencanaan Saluran Gendong 105
Gambar 8-3. Situasi Tata Jaringan Saluran Gendong yang Melalui Pemukiman atau Perkotaan
dan Perbukitan
106 Kriteria Perencanaan - Saluran
Besar aliran di saluran gendong direncanakan pada puncak aliran yang dihitung
seperti metode yang dijelaskan pada Bab 8.2 diatas.
Standar saluran gendong ditentukan sebagai berikut:
1. Untuk luas daerah aliran kurang dari 5 ha menggunakan lebar dasar minimum
0,40 m atau sesuai kapasitas debit hasil analisa .
2. Untuk luas daerah aliran lebih dari 100 ha Menggunakan debit minimum 1,00
m3/dt sampai 2,00 m3/dt dengan kenaikan 0,25 m3/dt.
3. Melebihi 2,00 m3/dt dengan kenaikan 0,50 m3/dt.
Fungsi saluran gendong untuk menampung aliran air dari sisi atas sehingga tidak
masuk saluran irigasi dan tidak menyebabkan erosi pada sisi luar saluran irigasi,
kelemahan pemilihan cara ini adalah :
1) Diperlukan lebar yang cukup luas untuk menempatkan dua saluran di tebing.
2) Debit saluran gendong jika memenuhi kapasitas debit , air buangan akan masuk
saluran irigasi. Cara mengatasinya dengan dibuatkan saluran pelimpah pada
lokasi tertentu.
3) Memerlukan perawatan yang intensif akibat intensitas sedimen dari tebing atas
sangat tinggi.
4) Dimensi saluran gendong dapat dibuat cukup besar jika area drainase saluran
luas.
Daftar Pustaka 107
DAFTAR PUSTAKA
Vlugter, H.: Het Transport Van Vaste Stoffen Door Stroomed Water. DeIngenieur in
Ned.-Indie No.3, 1941.
Vos, H.C.P.de: Transport Van Vaste Stoffen Door Stroomed Water. De
waterstaatsingenieur, no.7, Juli 1925.
Weduwen, J.P.der: Het Berekensen Van Den Maximum Afvoer Van Stroomgebieden
Met een Oppervlak Van 0-100 km2. De Ingenieur in Ned.-Indie, no.10, 1937.
Lampiran I 109
LAMPIRAN I
KAPASITAS ANGKUTAN SEDIMEN
Dalil utama untuk perencanaan saluran yang stabil adalah bahwa semua sedimen yang
masuk ke dalam saluran harus seluruhnya terangkut tanpa terjadi penggerusan atau
sedimentasi.
Oleh sebab itu, kapasitas angkutan relatif T/Q (T = angkutan sedimen, Q = debit)
harus konstan sepanjang ruas saluran. Jika kapasitas angkutannya mengecil, akan
terjadi sedimentasi dan jika kapasitasnya membesar, saluran akan tergerus.
Ada dua cara angkutan sedimen, yakni:
1) Angkutan bahan dalam keadaan melayang (sedimen layang)
2) Angkutan sedimen dasar
2. Bahan-bahan yang lebih besar dari sekitar 0,06 mm (pasir halus atau lanau) akan
diangkut terutama di sepanjang dasar saluran. untuk angkutan bahan ini, bisa
dipakai rumus angkutan sedimen Einstein – Brown, yakni :
T b h3 I3 ................................................................................. (A.1.2)
dimana :
b = lebar dasar, m
h = kedalaman air, m
T dan I sama dengan pada rumus A.1.1.
Jika rumus angkutan sedimen ini digabungkan dengan rumus debit
Strikler/Manning, maka :
T/Q h8/15 I .............................................................................. (A.1.3)
Jika digabungkan dengan rumus debit Chezy, rumus kapasitas angkutan sedimen
relatif menjadi :
T/Q h6/10 I .............................................................................. (A.1.4)
Penggabungan dengan rumus debit Lacey (v ks h3/4 I1/2) menghasilkan :
T/Q h1/2 I .............................................................................. (A.1.5)
Rumus Angkutan
Rumus Debit Dalil Tipe Angkutan
Sendimen
De Vos - vI Layang
Vlugter Chezy v² I Layang, bahan halus
Einstein – Brown Chezy h6/10 I Dasar, bahan halus
Einstein – Brown Strickler h8/15 I Dasar, bahan halus
Einstein – Brown Rumus regim h1/2 I v2x I Dasar, bahan halus
Lampiran I 111
Kesimpulan :
- Kriteria yang terbaik untuk perencanaan saluran yang stabil yang harus
mengangkut bahan sedimen adalah bahwa kapasitas angkutan sedimen
relatif T/Q tidak boleh berkurang ke arah hilir, atau jika ada bahaya
penggerusan, kapasitas angkutan sedimen harus tetap konstan ke arah hilir.
- Kriteria perencanaan yang akan diikuti bergantung kepada tipe dan volume
sedimen yang akan diangkut, dengan kata lain bergantung pada rumus
angkutan sedimen dan rumus debit yang dipakai, kriteria bahwa :
H1/2 I = konstan
Memberikan perkiraan yang dapat diterima untuk keadaan yang biasa ditentukan
pada saluran irigasi.
112 Kriteria Perencanaan - Saluran
Lampiran II 113
LAMPIRAN II
PERENCANAAN PROFIL SALURAN
Q k I H B V Ih vbd
m n
m3/dt k1/3/dt 10-3 m m m/dt 10-4 m/dt
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0,30 1,0 1,0 35,0 0,56 0,62 0,62 0,39 3,19 0,42
0,50 1,0 1,2 35,0 0,50 0,73 0,88 0,42 3,16 0,44
0,75 1,5 1,3 35,0 0,46 0,78 1,02 0,44 3,07 0,46
1,50 1,5 1,8 40,0 0,39 0,92 1,66 0,54 2,92 0,55
3,00 1,5 2,3 40,0 0,32 1,16 2,66 0,59 2,76 0,57
4,50 1,5 2,7 40,0 0,28 1,32 3,57 0,61 2,63 0,58
6,00 1,5 3,1 42,5 0,25 1,41 4,37 0,66 2,46 0,61
7,50 1,5 3,5 42,5 0,23 1,50 5,25 0,67 2,36 0,62
9,00 1,5 3,7 42,5 0,21 1,60 5,93 0,67 2,24 0,61
11,00 2,0 4,2 45,0 0,20 1,60 6,71 0,70 2,14 0,64
15,00 2,0 4,9 45,0 0,17 1,76 8,64 0,70 1,94 0,63
25,00 2,0 6,5 45,0 0,15 2,00 12,98 0,74 1,87 0,64
40,00 2,0 9,0 45,0 0,13 2,19 19,73 0,74 1,79 0,65
Q k I H B V Ih vbd
m n
m3/dt k1/3/dt 10-3 m m m/dt 10-4 m/dt
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0,30 1,0 1,0 35,0 0,440 0,65 0,65 0,36 2,56 0,39
0,50 1,0 1,2 35,0 0,380 0,77 0,92 0,38 2,46 0,40
0,75 1,5 1,3 35,0 0,350 0,82 1,07 0,40 2,40 0,41
1,50 1,5 1,8 40,0 0,300 0,97 1,74 0,49 2,30 0,49
3,00 1,5 2,3 40,0 0,250 1,21 2,79 0,54 2,21 0,52
4,50 1,5 2,7 40,0 0,225 1,38 3,71 0,57 2,51 0,53
6,00 1,5 3,1 42,5 0,200 1,47 4,55 0,60 2,01 0,56
7,50 1,5 3,5 42,5 0,190 1,55 5,44 0,62 1,99 0,57
9,00 1,5 3,7 42,5 0,175 1,66 6,14 0,63 1,90 0,57
11,00 2,0 4,2 45,0 0,160 1,67 7,00 0,64 1,75 0,58
15,00 2,0 4,9 45,0 0,145 1,82 8,91 0,66 1,68 0,59
25,00 2,0 6,5 45,0 0,130 2,05 13,34 0,70 1,64 0,61
40,00 2,0 9,0 45,0 0,120 2,23 20,03 0,73 1,62 0,62
118 Kriteria Perencanaan - Saluran
Lampiran III 119
LAMPIRAN III
Tentukan persentase kerikil dan pasri dasri kurve ukuran butir. Bergantung kepada persentase bahan
persentase pasir dan kerikil, ukuran maks;
halus (fraksi yang lebih kecil dan ayak No.200), tanah berbutir kasar diklasifikasi sebagai berikut :
persikuan, kondisi permukaan, dan kekasaran
butir; nama setempat atau geologis dan informasi ( )
deskriptif yang relevan lainnya; dan simbol dalam
tanda kurung ( ).
Batas Atterberg di
bawah garis “A” atau
PI kurang dari A Di atas garis “A” dengan
PI antara 4 dan 7 berarti
Batas Atterberg di ada di garis batas dan
atas garis “A” dengan memerlukan dua simbol
PI lebih besar dari 7
CONTOH :
bahan halus)
Ada satu ukuran dominan, atau berbagai ukuran dengan GP Kerikil gradasi jelek, campuran kerikil-pasir,
beberapa ukuran sedang hilang dengan sedikit/tak berbahan halus
ayak No.4
KERIKIL
KERIKIL DENGAN Bahan halus nonplastis (untuk prosedur identifikasi lihat GM Kerikil lanauan, campuran kerikil-pasir lanau
TANAH BERBUTIR KASAR
sedikit/tanpa bahan halus) sedang dalam jumlah besar sedikit atau tanpa bahan halus
fraksi kasar lebih
kecil dari ukuran
Ada satu ukuran dominan, tau berbagai ukuran dengan SP Pasir gradasi jelek, pasir kerikilan; dengan
beberapa ukuran sedang hilang sedikit/tanpa bahan halus
ayak No.4
PASIR DENGAN BAHAN Bahan halus nonplastis (untuk prosedur identifikasi lihat SM Pasir lanauan, campuran pasri-lanau bergradasi
PASIR
50 Sedang sampai tinggi Nol sampai sangat lambat Sedang CL Lempung liat inorganik dengan plastisitas
rendah sampai sedang, lempung lanauan pasiran,
kerikilan, dan lempung kurus
Rendah sampai sedang Lambat Rendah OL Lanau organik dan lanau-lempung dengan
plastisitas rendah
LANAU DAN Rendah sampai sedang Lambat sampai nol Rendah sampai sedang MH Lanau inorganik, pasri halus bermika/diatomea
ayak No. 200
Klasifikasi berdasarkan prosentase butiran halus; Kurang dari 50% lilos saringan no. 200: GM, GP, SW, SP. Lebih dari 12%
Kerikil 50% atau lebih dari fraksi kasar tertahan saringan no.
baik dan
lolos saringan no. 200: GM, GC, SM, SC, 5% - 12% lolos saringan no. 200: Batasan klasifikasi yang mempunyai simbol dobel.
campuran pasir-
GW kerikil, sedikit ( )
antara 1 dan 3
atau tidak
Kerikil bersih mengandung
(sedikit atau butiran halus
tak ada butiran Kerikil gradasi
halus) buruk dan
campuran pasir-
(4,75 mm)
mengandung
butiran halus
Batas-batas Bila batas
GM Atterbergdibawah Atterberg
garis A atau PI < 4 berada di
Kerikil banyak
daerah arsir
kandungan
dari diagram
butiran halus Batas-batas plastisitas,
GC Atterberg dibawah maka dipakai
garis A atau PI > 7
dobel simbol
Pasir gradasi >4
baik, pasir
berkerikil,
Pasir lebih dari 50% fraksi kasar lolos saringan no. 4
SW sedikit atau ( )
antara 1 dan 3
tidak
mengandung
butiran halus
Pasir gradasi
buruk, pasir
berkerikil,
Tidak memenuhi kedua kriteria
(4,75 mm)
SP sedikit atau
untuk SW
tidak
mengandung
butiran halus
Pasir berlanau, Batas-batas Bila batas
SM campuran pasir- Atterbergdibawah Atterberg
lanau garis A atau PI < 4 berada di
Pasir bersih
daerah arsir
kandungan
dari diagram
butiran halus Pasir berlanau, Batas-batas plastisitas,
SC campuran pasir- Atterberg dibawah maka dipakai
lempung garis A atau PI > 7 dobel simbol
122 Kriteria Perencanaan - Saluran
Tanah berbutir halus 50% atau lebih lolos saringan no. Lanau tak organik dan pasir
sangat halus, serbuk batuan
ML
atau pasir halus berlanau atau
berlempung 60
Diagram plastisitas:
Lanau dan lempung batas cair Untuk mengklasifikasi kadar
Lempung tak organik dengan 50 butiran halus yang terkandung CH
50% atau kurang plastisitas rendah sampai dalam tanah berbutir halus dan
tanah berbutir kasar.
sedang, lempung berkerikil, 40 Batas atterberg yang termasuk is
A
CL dalam daerah yang diarsir ber- ar
lempung berpasir, lempung arti batasan klasifikasinya
G
30
berlanau, lempung kurus (clean menggunakan dua simbol.
CL
clays) 20
Lanau organik dan lempung CL-ML
ML
10 MH atau CH
OL berlanau organik dengan 7
atau
plastisitas rendah 4 OL
Tabel A.3.5 Parameter Perencanaan Hidrolis untuk Saluran Pipa Tapal Kuda
d = kedalaman aliran (m) k = koefisien kekasaran Strickler (m0,33/dtk)
D = diameter tapal kuda (m) s = kemiringan dasar saluran dan permukaan air
A = luas aliran (m2) hvc = tinggi kecepatan untuk kedalaman kritis d (m)
r = radius hidrolis (m) Qc = debit apabila kedalaman kritis adalah d (m/dtk)
Q = debit (m3/dtk)
0,01 0,0019 0,0066 0,0001 0,0033 0,0005 0,51 0,4466 0,2602 0,182 0,2234 0,9346
,02 ,0053 ,0132 ,0003 ,0067 ,0019 ,53 ,4566 ,2630 ,187 ,2285 0,9665
,03 ,0097 ,0198 ,0007 ,0100 ,0044 ,53 ,4666 ,2657 ,193 ,2337 ,9989
,04 ,0150 ,0264 ,0013 ,0134 ,0077 ,54 ,4766 ,2683 ,198 ,2391 1,0318
,05 ,0209 ,0329 ,0021 ,0168 ,0120 ,55 ,4865 ,2707 ,204 ,2445 1,0652
,06 ,0275 ,0394 ,0032 ,0201 ,0172 ,56 ,4965 ,2733 ,209 ,2500 1,0993
,07 ,0346 ,0459 ,0044 ,0235 ,0235 ,57 ,5064 ,2757 ,215 ,2557 1,1338
,08 ,0421 ,0524 ,0059 ,0269 ,0306 ,58 ,5163 ,2781 ,220 ,2615 1,1690
,09 ,0502 ,0590 ,0076 ,0305 ,0388 ,59 ,5261 ,2804 ,226 ,2674 1,2047
,10 ,0585 ,0670 ,0097 ,0351 ,0485 ,60 ,5359 ,2824 ,231 ,2735 1,2410
,11 ,0670 ,0748 ,0119 ,0397 ,0590 ,61 ,5457 ,2844 ,236 ,2797 1,2780
,12 ,0753 ,0823 ,0142 ,0443 ,0702 ,62 ,5555 ,2864 ,242 ,2861 1,3155
,13 ,0839 ,0895 ,0168 ,0489 ,0821 ,63 ,5651 ,2884 ,247 ,2926 1,3537
,14 ,0925 ,0964 ,0194 ,0534 ,0946 ,64 ,5748 ,2902 ,252 ,2994 1,3925
,15 ,1012 ,1031 ,0223 ,0579 ,1078 ,65 ,5843 ,2920 ,257 ,3063 1,4319
,16 ,1100 ,1097 ,0252 ,0624 ,1216 ,66 ,5938 ,2937 ,262 ,3134 1,4721
,17 ,1188 ,1161 ,0283 ,0669 ,1361 ,67 ,6033 ,2953 ,268 ,3208 1,5129
,18 ,1277 ,1222 ,0314 ,0714 ,1511 ,68 ,6126 ,2967 ,273 ,3283 1,5544
,19 ,1367 ,1282 ,0347 ,0758 ,1667 ,69 ,6219 ,2981 ,277 ,3362 1,5968
,20 ,1457 ,1341 ,0382 ,0803 ,1829 ,70 ,6312 ,2994 ,283 ,3443 1,6398
,21 ,1549 ,1398 ,0417 ,0847 ,1996 ,71 ,6403 ,3006 ,287 ,3528 1,6838
,22 ,1640 ,1454 ,0454 ,0891 ,2169 ,72 ,6493 ,3018 ,292 ,3615 1,7267
,23 ,1733 ,1508 ,0491 ,0936 ,2347 ,73 ,6582 ,3028 ,297 ,3707 1,7744
,24 ,1825 ,1560 ,0529 ,0980 ,2530 ,74 ,6671 ,3036 ,302 ,3802 1,8212
,25 ,1919 ,1611 ,0568 ,1024 ,2720 ,75 ,6758 ,3044 ,306 ,3902 1,8690
,26 ,2013 ,1662 ,0608 ,1069 ,2913 ,76 ,6844 ,3050 ,310 ,4006 1,9180
,27 ,2107 ,1710 ,0649 ,1113 ,3113 ,77 ,6929 ,3055 ,314 ,4116 1,9628
,28 ,2202 ,1758 ,0691 ,1158 ,3318 ,78 ,7012 ,3060 ,318 ,4232 2,0198
,29 ,2297 ,1804 ,0734 ,1202 ,3527 ,79 ,7094 ,3064 ,322 ,4354 2,0728
,30 ,2393 ,1850 ,0777 ,1247 ,3742 ,80 ,7175 ,3067 ,326 ,4484 2,1275
,31 ,2489 ,1895 ,0821 ,1292 ,3961 ,81 ,7254 ,3067 ,330 ,4623 2,1839
,32 ,2586 ,1938 ,0866 ,1337 ,4186 ,82 ,7332 ,3066 ,333 ,4771 2,2424
,33 ,2683 ,1981 ,0912 ,1382 ,4415 ,83 ,7408 ,3064 ,337 ,4930 2,3031
,34 ,2780 ,2023 ,0958 ,1427 ,4649 ,84 ,7482 ,3061 ,340 ,5102 2,3665
,35 ,2878 ,2063 ,1005 ,1472 ,4888 ,85 ,7554 ,3056 ,343 ,5389 2,4327
,36 ,2975 ,2103 ,1052 ,1518 ,5132 ,86 ,7625 ,3050 ,345 ,5494 2,5024
,37 ,3074 ,2142 ,1100 ,1563 ,5381 ,87 ,7693 ,3042 ,348 ,5719 2,5761
,38 ,3172 ,2181 ,1149 ,1609 ,5634 ,88 ,7759 ,2032 ,350 ,5969 2,6545
,39 ,3271 ,2217 ,1199 ,1655 ,5893 ,89 ,7823 ,3020 ,352 ,6251 2,7387
,40 ,3370 ,2252 ,1248 ,1702 ,6155 ,90 ,7884 ,3005 ,354 ,6570 2,8298
,41 ,3469 ,2287 ,1298 ,1749 ,6423 ,91 ,7943 ,2988 ,355 ,6939 2,9297
,42 ,3568 ,2322 ,1348 ,1795 ,6694 ,92 ,7999 ,2969 ,356 ,7371 3,0408
,43 ,3667 ,2356 ,1399 ,1843 ,6971 ,93 ,8052 ,2947 ,357 ,7889 3,1665
,44 ,3767 ,2390 ,1451 ,1890 ,7252 ,94 ,8101 ,2922 ,357 ,8528 3,3124
,45 ,3867 ,2422 ,1503 ,1938 ,7537 ,95 ,8146 ,2893 ,356 ,9345 3,4869
,46 ,3955 ,2454 ,1555 ,1986 ,7828 ,96 ,8188 ,2858 ,355 1,0446 3,7054
,47 ,4066 ,2484 ,1607 ,2035 ,8122 ,97 ,8224 ,2816 ,353 1,2053 3,9981
,48 ,4166 ,2514 ,1660 ,2084 ,8421 ,98 ,8256 ,2766 ,351 1,4742 4,4660
,49 ,4266 ,2544 ,1713 ,2133 ,8725 ,99 ,8280 ,2696 ,345 2,0804 5,2880
,50 ,4366 ,2574 ,1767 ,2183 ,9033 1,00 ,8293 ,2538 ,332 -------- --------
Daftar Peristilahan Irigasi 125
0,01 0,0013 0,0066 0,0001 0,0033 0,0003 0,51 0,4027 0,2531 0,161 0,2014 0,800
,02 ,0037 ,0132 ,0002 ,0067 ,0014 ,53 ,4127 ,2562 ,166 ,2065 ,830
,03 ,0069 ,0197 ,0005 ,0101 ,0030 ,53 ,4227 ,2592 ,172 ,2117 ,861
,04 ,0105 ,0262 ,0009 ,0134 ,0054 ,54 ,4327 ,2621 ,177 ,2170 ,892
,05 ,0147 ,0325 ,0015 ,0168 ,0084 ,55 ,4426 ,2649 ,182 ,2224 ,924
,06 ,0192 ,0389 ,0022 ,0203 ,0121 ,56 ,4526 ,2676 ,188 ,2279 ,957
,07 ,0242 ,0451 ,0031 ,0237 ,0165 ,57 ,4625 ,2703 1,93 ,2335 ,990
,08 ,0294 ,0513 ,0041 ,0271 ,0215 ,58 ,4724 ,2728 ,198 ,2393 1,023
,09 ,0350 ,0575 ,0052 ,0306 ,0271 ,59 ,4822 ,2753 ,204 ,2451 1,057
,10 ,0409 ,0635 ,0065 ,0341 ,0334 ,60 ,4920 ,2776 ,209 ,2511 1,092
,11 ,0470 ,0695 ,0079 ,0376 ,0404 ,61 ,5018 ,2799 ,215 ,2572 1,127
,12 ,0534 ,0755 ,0095 ,0411 ,0479 ,62 ,5115 ,2821 ,220 ,2635 1,163
,13 ,0600 ,0813 ,0113 ,0446 ,0561 ,63 ,5212 ,2842 ,226 ,2699 1,199
,14 ,0668 ,0871 ,0131 ,0482 ,0649 ,64 ,5308 ,2862 ,231 ,2765 1,236
,15 ,0739 ,0929 ,0151 ,0517 ,0744 ,65 ,5404 ,2882 ,236 ,2833 1,274
,16 ,0811 ,0985 ,0173 ,0553 ,0845 ,66 ,5499 ,2900 ,241 ,2902 1,312
,17 ,0885 ,1042 ,0196 ,0589 ,0952 ,67 ,5594 ,2917 ,246 ,2974 1,351
,18 ,0961 ,1097 ,0220 ,0626 ,1064 ,68 ,5687 ,2933 ,251 ,3048 1,390
,19 ,1039 ,1152 ,0246 ,0662 ,1184 ,69 ,5780 ,2948 ,256 ,3125 1,431
,20 ,1118 ,1206 ,0273 ,0699 ,1309 ,70 ,5872 ,2962 ,261 ,3204 ,1472
,21 ,1199 ,1259 ,0302 ,0736 ,1440 ,71 ,5964 ,2975 ,266 ,3286 1,514
,22 ,1281 ,1312 ,0331 ,0773 ,1577 ,72 ,6054 ,2987 ,271 ,3371 1,556
,23 ,1365 ,1364 ,0361 ,0811 ,1720 ,73 ,6143 ,2998 ,275 ,3459 1,600
,24 ,1449 ,1416 ,0394 ,0848 ,1869 ,74 ,6231 ,3008 ,280 ,3552 1,644
,25 ,1535 ,1466 ,0427 ,0887 ,2025 ,75 ,6319 ,3017 ,284 ,3648 1,690
,26 ,1623 ,1516 ,0462 ,0925 ,2185 ,76 ,6405 ,3024 ,289 ,3749 1,736
,27 ,1711 ,1566 ,0497 ,0963 ,2351 ,77 ,6489 ,3031 ,293 ,3855 1,784
,28 ,1800 ,1614 ,0534 ,1002 ,2524 ,78 ,6573 ,3036 ,297 ,3967 1,833
,29 ,1890 ,1662 ,0571 ,1042 ,2701 ,79 ,6655 ,3039 ,301 ,4085 1,883
,30 ,1982 ,1709 ,0610 ,1081 ,2885 ,80 ,6736 ,3042 ,305 ,4210 1,935
,31 ,2074 ,1756 ,0650 ,1121 ,3074 ,81 ,6815 ,3043 ,308 ,4343 1,989
,32 ,2167 ,1802 ,0691 ,1161 ,3269 ,82 ,6893 ,3043 ,312 ,4485 2,044
,33 ,2260 ,1847 ,0733 ,1202 ,3469 ,83 ,6969 ,3041 ,315 ,4638 2,101
,34 ,2355 ,1891 ,0776 ,1243 ,3675 ,84 ,7043 ,3038 ,318 ,4803 2,161
,35 ,2450 ,1935 ,0820 ,1284 ,3887 ,85 ,7115 ,3033 ,321 ,4982 2,224
,36 ,2546 ,1978 ,0864 ,1326 ,4104 ,86 ,7168 ,3026 ,324 ,5177 2,229
,37 ,2642 ,2020 ,0909 ,1368 ,4326 ,87 ,7154 ,3018 ,326 ,5392 2,358
,38 ,2739 ,2062 ,0956 ,1411 ,4554 ,88 ,7320 ,3007 ,328 ,5632 2,432
,39 ,2836 ,2120 ,1003 ,1454 ,4787 ,89 ,7384 ,2995 ,330 ,5900 2,511
,40 ,2934 ,2142 ,1051 ,1497 ,5026 ,90 ,7445 ,2980 ,332 ,6204 2,597
,41 ,3032 ,2182 ,1099 ,1541 ,5270 ,91 ,7505 ,2963 ,334 ,6555 2,690
,42 ,3130 ,2220 ,1147 ,1586 ,5519 ,92 ,7560 ,2944 ,334 ,6966 2,794
,43 ,3229 ,2258 ,1197 ,1631 ,5774 ,93 ,7612 ,2921 ,335 ,7459 2,911
,44 ,3328 ,2295 ,1248 ,1676 ,6034 ,94 ,7662 ,2895 ,335 ,8065 3,047
,45 ,3428 ,2331 ,1298 ,1723 ,6299 ,95 ,7707 ,2865 ,335 ,8841 3,209
,46 ,3527 ,2366 ,1353 ,1769 ,6569 ,96 ,7749 ,2829 ,334 ,9885 3,411
,47 ,3627 ,2401 ,1400 ,1817 ,6845 ,97 ,7785 ,2787 ,332 1,1410 3,682
,48 ,3727 ,2435 ,1454 ,1865 ,7127 ,98 ,7817 ,2735 ,329 1,3958 4,089
,49 ,3827 ,2468 ,1508 ,1914 ,7413 ,99 ,7841 ,2666 ,325 1,9700 4,873
,50 ,3927 ,2500 ,1561 ,1964 ,7705 1,00 ,7854 ,2500 ,312 -------- --------
126 Kriteria Perencanaan - Saluran
Daftar Peristilahan Irigasi 127
Fr = v/gh, dimana
bitumen sejenis aspal, dapat berbentuk cair maupun padat
blok halang blok (biasanya dari beton) yang dipasang pada talut
belakang bendung atau pada dasar kolam olak, dengan
maksud memperbesar daya redam energi sehingga
kolam olak bisa diperpendek
blok halang blok-blok (biasanya beton) yang dipasang pada kolam
olak, berfungsi sebagai peredam energi
blok muka blok halang pada lereng hilir pelimpah untuk menutup
aliran sungai pada saat pelaksanaan
bor log penampang yang menggambarkan lapisan tanah
pondasi, disertai dengan keterangan-keterangan
132 Kriteria Perencanaan - Saluran
debit andalan debit dari suatu sumber air (missal : sungai) yang
diharapkan dapat disadap dengan resiko kegagalan
tertentu, misal 1 kali dalam 5tahun
debit puncak debit yang terbesar pada suatu periode tertentu
debit rencana debit untuk perencanaan bangunan atau saluran
debit rencana debit untuk perencanaan suatu bangunan air
degradasi penurunan dasar sungai akibat penggerusan
depresi daerah cekungan yang sulit pembuangannya
dewatering usaha pengeringan dengan berbagai cara, misal
pemompaan
diluvium endapan sungai data lingkungan dan ekologi data-data
yang meliputi data fisik, biologi, kimiawi, sosio
ekonomi dan budaya
dinding halang dinding vertikal/miring dibawah bendung, berfungsi
memperpanjang jalur/garis rembesan (cut-off)
double massplot kurve akumulasi dua data, misalnya curah hujan dari
suatu stasiun, dengan data dari stasiun sekitarnya,
untuk mendapatkan suatu perbandingan
efisiensi irigasi perbandingan antara air yang dipakai dan air yang
disadap, dinyatakan dalam %
efisiensi irigasi total hasil perkalian efisiensi petak tersier, saluran sekunder
dan saluran primer, dalam %
efisiensi pompa perbandingan antara daya yang dihasilkan dan daya
yang dipakai
eksploitasi pintu tata cara pengoperasian pintu
energi kinetis energi kecepatan aliran
134 Kriteria Perencanaan - Saluran
batas plastis
irigasi melingkar salah satu metode perencanaan trase saluran-saluran
tersier dimana arah aliran berlawanan dengan aliran
jaringan utama (counterflow irrigation)
jalan inspeksi jalan sepanjang saluran irigasi dan pembuang untuk
keperluan inspeksi
jalur rembesan jalur lintasan rembesan antara bagian udik dan hilir
suatu konstruksi, melalui dasar atau samping
konstruksi
jalur- jalur barisan petak-petak sawah yang diairi
jari- jari hidrolis perbandingan antara penampang basah dan keliling
basah
jaringan aliran jala-jala aliran air tanah yang terdiri dari garis aliran
dan garis ekuipotensialjaringan bongkah saringanpada
mulut pintu pengambilan untuk mencegah bongkah-
bongkah batu dan sampah agar tidak ke jaringan
saluran
jaringan irigasi seluruh bangunan dan saluran irigasi
jaringan irigasi teknis jaringan yang sudah memisahkan antara sistem irigasi,
pembuang dan jaringan tersier
jaringan pembuang seluruh bangunan dan saluran pembuang
jaringan saluran sistim saluran, hubungan antara satu saluran dengan
saluran lainnya
kantong lumpur bangunan untuk mengendapkan dan menampung
lumpur yang pada waktu tertentu dibilas
karakteristik saluran data saluran berupa debit, kemiringan talut, dsb
kavitasi terjadinya tekanan lebih kecil dari 1 atm, yang
138 Kriteria Perencanaan - Saluran
daerah irigasi
pembuang intern saluran pembuangan air dari daerah irigasi
penampang kontrol penampang dimana aliran melalui ambang pengatur
aliran, di sini terjadi aliran kritis
pengambilan bebas penyadapan langsung dari sungai secara gravitasi,
tanpa konstruksi peninggi muka air
pengarah aliran konstruksi yang mengarahkan aliran ke arah tertentu
biasanya menjauhi tanggul
penggerusan berpindah atau terangkutnya, butiran pasir/kerikil
akibat kecepatan aliran
penggunaan (air) konsumtif air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk proses
evapotranspirasi atau evapotranspirasi dari tanaman
acuan
pengolahan lahan pelumpuran sawah, tindakan menghaluskan struktur
tanah untuk mereduksi porositas dan kelulusan dengan
cara, misalnya pembajakan sawah
penyadapan liar pengambilan air tidak resmi pada saluran irigasi tanpa
menggunakan pipa
perencanaan hidrolis perhitungan hidrolis untuk menetapkan dimensi
bangunan
periode tengah bulanan periode sehubungan dengan perhitungan satuan
kebutuhan air irigasi, atau pergeseran pola tanam pada
sistem golongan
periode ulang suatu periode dimana diharapkan terjadi hujan atau
debit maksimum
perkolasi gerakan air dalam tanah dengan arah vertikal ke bawah
peta geologi peta yang menggambarkan keadaan geologi,
144 Kriteria Perencanaan - Saluran
sistem golongan teknis sistim golongan yang direncanakan secara teknis pada
petak sekunder atau primer, sehubungan dengan
penggeseran masa penanaman disini dilakukan
pemberian air secara kontinyu
sistim rotasi sistem pemberian air secara giliran pada beberapa
petak kuarter atau tersier yang digabungkan. Di sini
pemberian air dilakukan tidak kontinyu
sponeng alur (coak) untuk naik turunnya pintu
studi simulasi suatu cara mengevaluasi perilaku suatu kon-
struksi/proyek (misalnya waduk, bendung, jaringan
irigasi dsb), dengan masukkan parameter historis (data
curah hujan, debit) pada jangka waktu tertentu
sudetan atau kopur alur baru yang dibuat di luar alur sungai lama, untuk
keperluan-keperluan pengelakan aliran, penurunan
muka air banjir dan pembangunan bendung
sudut gradien energi sudut kemiringan garis energi terhadap garis horizontal
sudut lentur (pada got miring) sudut kemiringan muka air pada got miring yang harus
memenuhi persyaratan tertentu, untuk mencegah
terjadinya gelombang
sudut mati bagian di manasedimen tidak dapatdikuras/dibilas
dengan kecepatan aliran(dead comer)
sumber bahan timbunan tempat pengambilan bahan timbunan tanah dan pasir
surface roller gerakan aliran yang menggelinding pada permukaan
konstruksi
T.O.R. Tertiary Off-take Requirement besarnya kebutuhan air
pada pintu sadap tersier
talang sipon sipon melintasi alur sungai dimana dasar sipon terletak
148 Kriteria Perencanaan - Saluran
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
BANGUNAN
KP-04
2013
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
DIREKTORAT IRIGASI DAN RAWA
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
BANGUNAN
KP-04
2013
ii Kriteria Perencenaan - Bangunan
Sambutan iii
SAM B UTAN
Keberadaan sistem irigasi yang handal merupakan sebuah syarat mutlak bagi
terselenggaranya sistem pangan nasional yang kuat dan penting bagi sebuah negara.
Sistem irigasi merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh air
denganmenggunakanbangunan dan saluran buatan untuk mengairi lahan
pertaniannya. Upaya ini meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia. Terkait prasarana irigasi,
dibutuhkan suatu perencanaan yang baik, agar sistem irigasi yang dibangun
merupakan irigasi yang efektif, efisien dan berkelanjutan, sesuai fungsinya
mendukung produktivitas usaha tani.
Pengembangan irigasi di Indonesia yang telah berjalan lebih dari satu abad, telah
memberikan pengalaman yang berharga dan sangat bermanfaat dalam kegiatan
pengembangan irigasi dimasa mendatang. Pengalaman–pengalaman tersebut
didapatkan dari pelaksanaan tahap studi, perencanaan hingga tahap pelaksanaan dan
lanjut ke tahap operasi dan pemeliharaan.
Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap
pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah
dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria
Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi.
Akhirnya, diucapkan selamat atas terbitnya Kriteria Perencanaan Irigasi, dan patut
diberikan penghargaan sebesar–besarnya kepada para narasumber dan editor untuk
sumbang saran serta ide pemikirannya bagi pengembangan standar ini.
KATA PENGANTAR
Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap
pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah
dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria
Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi
edisi sebelumnya dengan menyesuaikan beberapa parameter serta menambahkan
perencanaan bangunan yang dapat meningkatan kualitas pelayanan bidang
irigasi.Kriteria Perencanaan Irigasi ini telah disiapkan dan disusun dalam 3
kelompok:
1. Kriteria Perencanaan (KP-01 s.d KP-09)
2. Gambar Bangunan irigasi (BI-01 s.d BI-03)
3. Persyaratan Teknis (PT-01 s.d PT-04)
Semula Kriteria Perencanaan hanya terdiri dari 7 bagian (KP – 01 s.d KP – 07). Saat
ini menjadi9 bagian dengan tambahan KP – 08 dan KP – 09 yang sebelumnya
merupakan Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi. Review ini menggabungkan
Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi kedalam 9 Kriteria Perencanaan sebagai
berikut:
KP – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi
KP – 02 Bangunan Utama (Head Works)
KP – 03 Saluran
KP – 04 Bangunan
KP – 05 Petak Tersier
KP – 06 Parameter Bangunan
KP – 07 Standar Penggambaran
KP – 08 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Perencanaan,Pemasangan,
Operasi dan Pemeliharaan
KP – 09 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
vi Kriteria Perencenaan - Bangunan
DAFTAR ISI
S A M B U T A N ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................v
TIM PERUMUS REVIEW KRITERIA PERENCANAAN IRIGASI ................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xxi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1
1.1 Ruang Lingkup .................................................................................................1
BAB II BANGUNAN PENGUKUR DEBIT ...........................................................3
2.1 Umum ...............................................................................................................3
2.2 Alat Ukur Ambang Lebar .................................................................................4
2.2.1 Tipe ...................................................................................................6
2.2.2 Perencanaan Hidrolis ..............................................................................8
2.2.3 Flum Dasar Rata ...................................................................................10
2.2.4 Batas Moduler ......................................................................................10
2.2.5 Besaran Debit .......................................................................................12
2.2.6 Papan Duga ..........................................................................................12
2.2.7 Tabel Debit ...........................................................................................13
2.2.8 Karakteristik Alat Ukur Ambang Lebar ...............................................14
2.2.9 Kelebihan Alat Ukur Ambang Lebar ...................................................15
2.2.10 Kelemahan Alat Ukur Ambang Lebar ..................................................15
2.2.11 Penggunaan Alat Ukur Ambang Lebar ................................................15
2.3 Orifice Constant Head ....................................................................................16
2.3.1 Alat Ukur Orifice Constant Head.........................................................16
2.3.2 Bentuk Hidrolis ....................................................................................16
2.3.3 Kapasitas dan Karakteristik ..................................................................17
2.3.4 Perhitungan Hidrolis.............................................................................18
2.3.5 Dimensi ................................................................................................18
2.4 Throated Flume ..............................................................................................18
2.4.1 Alat Ukur Long-Throated Flume..........................................................18
2.4.1.1 Perencanaan Hidrolis ...............................................................20
2.4.1.2 Batas Modular .........................................................................23
2.4.1.3 Kelebihan Alat Ukur LongThroated Flume.............................24
2.4.1.4 Kelemahan Alat Ukur Long Throat Flume..............................24
2.4.1.5 Batas Penggunaan Alat Ukur LongThroated Flume ................25
xii Kriteria Perencenaan - Bangunan
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1. Alat Ukur Ambang Lebar dengan Mulut Pemasukan yang
Dibulatkan............................................................................................7
Gambar 2-2. Alat Ukur Ambang Lebar dengan Pemasukan Bermuka Datar dan
Peralihan Penyempitan ........................................................................8
Gambar 2-3. Cv Sebagai Fungsi Perbandingan CdA*/A1.........................................9
Gambar 2-4. Ilustrasi Peristilahan yang Digunakan ...............................................10
Gambar 2-5. Dimensi Flum dan Alat Ukur.............................................................11
Gambar 2-7. Bilangan-Bilangan Pengali untuk Satuan-Satuan yang Dipakai
pada Papan Duga Miring ...................................................................13
Gambar 2-8. Alat Ukur Orifice Constan Head .......................................................17
Gambar 2-9. Bentuk-Bentuk Transisi Rectangular Long Throated Flume ............19
Gambar 2-10. Potongan Memanjang Alat Ukur Long Throated Flume ...................20
Gambar 2-11. Grafik Hubungan Cd dengan Fungsi H1/L.........................................22
Gambar 2-12. Koefisien Kecepatan Datang untuk Berbagai Bentuk Bagian
Pengontrolan ......................................................................................23
Gambar 2-13. Sketsa Cut Throat Flume ...................................................................26
Gambar 2-14. Generalisasi Koefisien Aliran Bebas dan Nilai Eksponen N,
Serta St untuk Ctf (Satuan dalam Metrik)..........................................28
Gambar 2-15. Cut ThroathFlume (Pandangan Atas dan Samping) ..........................30
Gambar 2-16. Sketsa Cut-ThroatFlumepada Uji Saluran Laboratorium ..................31
Gambar 2-17. Pemasangan Cut-ThroatFlume ..........................................................31
Gambar 2-19. Sketsa Isometris Alat Ukur Romijn....................................................35
Gambar 2-20. Dimensi Alat Ukur Romijndengan Pintu Bawah ...............................36
Gambar 2-21. Perencanaan yang Dianjurkan untuk Alat Ukur Crump-de Gruyter..40
Gambar 2-22. Karakteristik Alat Ukur Crump-de Gruyter .......................................41
Gambar 2-23. Diagram dan Kurva Operasi untuk Dinding Pembagi Tunggal .........44
Gambar 2-24. Diagram dan Kurva Operasi untuk Dinding Pembagi Ganda ............45
Gambar 2-25. Pengambilan Dalam Pipa Aliran Tenggelam (Submerged) ...............47
Gambar 2-26. Pengambilan Dalam Pipa Aliran Jatuh Bebas (Free Fall).................48
Gambar 2-27. Bangunan Sadap Pipa Sederhana .......................................................50
Gambar 3-1. Koefisien Debit untuk Aliran Diatas Skot Balok Potongan Segi
Empat (Cv 1,0) ................................................................................52
Gambar 3-2. Aliran Dibawah Pintu Sorong dengan Dasar Horizontal ...................55
Gambar 3-3. Koefisien K untuk Debit Tenggelam (dari Schmidt) .........................55
Gambar 3-5. Bentuk-Bentuk Mercu Bangunan Pangatur Ambang Tetap yang
Lazim Dipakai....................................................................................57
Gambar 3-6. Alat Ukur Mercu Bulat ......................................................................58
Gambar 3-7. Gambar Diagram Susunan Suatu Kontrol Muka Air .........................60
xxii Kriteria Perencanaan - Bangunan
Gambar 5-20. Kehilangan Tinggi Muka Air (Jenis Peralihan Punggung Patah) ....127
Gambar 5-21. Potongan Melintang Saluran Flume Beton Bertuang ......................131
Gambar 5-22. Contoh Flum Tumpu ........................................................................134
Gambar 5-23. Ilustrasi Peristilahan yang Berhubungan dengan Bangunan
Peredam Energi ................................................................................134
Gambar 5-24. Ilustrasi Peristilahan yang Berhubungan dengan Lebar Efektif
dan Ruang Olak Di Bangunan Terjun Lurus ...................................135
Gambar 5-25. Penggabungan Kurva Q – y1 dan Q – h1 Sebuah Bangunan ............137
Gambar 5-26. Grafik Tak Berdimensi dari Geometri Bangunan Terjun Tegak
(Bos, Replogle and Clemmens, 1984) ..............................................139
Gambar 5-27. Sketsa Dimensi untuk Tabel A.2.6 (Lampiran II)............................140
Gambar 5-28. Kriteria Aliran Getar dan Kriteria bentuk (dari USBR, 1978) .........147
Gambar 6-1. Diagram untuk Memperkirakan Tipe Bangunan yang Akan
Digunakan untuk Perencanaan Detail
(Disadur dari Bos. Replogle and Clemments, 1984) ........................150
Gambar 6-2. Hubungan Percobaan antara Fru, y2/y1 dan n/y2 untuk Ambang
Pendek (Menurut Foster dan Skrinde, 1950) ...................................151
Gambar 6-3. Diagram HidrolisKolam Olak .......................................................152
Gambar 6-4. Dimensi Kolam Olak Tipe IV (USBR, 1973) ..................................154
Gambar 6-5. Dimensi Kolam Olak Tipe Blok-Halang
(Bos, Reploge and Clemmens, 1984) ...............................................155
Gambar 6-6. Karakteristik Kolam Olak untuk Dipakai dengan Bilangan Froude
diatas 4,5; Kolam USBR tipe III (Bradley dari Peterka. 1957) .......156
Gambar 6-7. Kolam Olak Menurut Vlugter ..........................................................157
Gambar 6-8. Potongan Memanjang Bangunan Terjun Tetap dengan Peredam
Energi Tipe MDO ............................................................................164
Gambar 6-9. Potongan Memanjang Bangunan Terjun Tetap dengan Peredam
Energi Tipe MDS .............................................................................164
Gambar 6-10. Grafik MDO – 1 Pengaliran Melalui Mercu Bangunan Terjun .......165
Gambar 6-11. Grafik MDO – 1a Penentuan Bahaya Kavitasi Di Hilir Mercu
Bangunan Terjun..............................................................................165
Gambar 6-12. Grafik MDO – 2 Penentuan Kedalaman Lantai Peredam Energi ....166
Gambar 6-13. Grafik MDO – 3 Penentuan Panjang Lantai Peredam Energi .........166
Gambar 6-14. Hubungan Antara Keceparan Rata-Rata diatas Ambang Ujung
Bangunan dan Ukuran Butir Yang Stabil (Bos, 1978) .....................168
Gambar 6-15. Contoh Filter Diantara Batu Kosong dan Bahan Asli
(Tanah Dasar) ..................................................................................168
Gambar 7-1. Pelimpah Corong dan Pembuang .....................................................173
Gambar 7-2. Profil-Profil Aliran Disepanjang Pelimpah Samping ......................175
Gambar 7-3. Sketsa Definisi untuk Saluran dengan Pelimpah Samping ..............176
Gambar 7-4. Muka Air Di Saluran Disepanjang Pelimpah Samping untuk
Aliran Subkritis ................................................................................178
xxiv Kriteria Perencanaan - Bangunan
1 BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kondisi lapangan, dimana jaringan irigasi memerlukan jenis atau tipe
bangunan irigasi yang belum tercantum dalam buku kriteria ini, maka perencana
2 Kriteria Perencanaan - Bangunan
harus mendiskusikan dengan tim ahli. Perencana harus membuat argumen, serta
mempertimbangkan segala kekurangan dan kelebihan dari jenis bangunan tersebut.
Bab-bab dalam laporan ini dibagi sesuai dengan tingkat kemanfaatan bangunan. Di
sini diberikan rekomendasi pemakaian tipe-tipe bangunan yang lebih disukai.
Rekomendasi ini didasarkan pada:
(1) Kesesuaian dengan fungsi yang dibebankan kepada bangunan,
(2) Mudahnya perencanaan dan pelaksanaan
(3) Mudahnya operasional dan pemeliharaan
(4) Biaya konstruksi dan pemeliharaan
(5) Terbiasanya petugas operasi dengan tipe bangunan tersebut
Bangunan Pengukur Debit 3
2 BAB II
BANGUNAN PENGUKUR DEBIT
2.1 Umum
Agar pengelolaan air irigasi menjadi efektif, maka debit harus diukur (dan diatur)
pada hulu saluran primer, pada cabang saluran dan pada bangunan sadap tersier.
Berbagai macam bangunan dan peralatan telah dikembangkan untuk maksud ini.
Namun demikian, untuk menyederhanakan pengelolaan jaringan irigasi hanya
beberapa jenis bangunan saja yang boleh digunakan di daerah irigasi. Bangunan-
bangunan yang dianjurkan untuk dipakai di uraikan dalam subbab 2.2 dan seterusnya.
Bangunan-bangunan pengukur debit lainnya yang dianjurkan pemakaiannya
disebutkan dalam Lampiran I.
Bangunan ukur ambang lebar dianjurkan karena bangunan itu kokoh dan mudah
dibuat. Karena biasmempunyai berbagai bentuk mercu,bangunan ini mudah
disesuaikan dengan tipe saluran apa saja.
Hubungan tunggal antara muka air hulu dan debit mempermudah pembacaan debit
secara langsung dari papan duga, tanpa memerlukan tabel debit.
Bangunan Pengukur Debit 5
Tabel 2-1. Perbandingan antara Bangunan-Bangunan Pengukur Debit yang Umum Dipakai
BANGUNAN PENGUKUR DEBIT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) KETERANGAN
ALAT UKUR 1,6 2(2)
% 0,1 h1 + + +(5) 1(6) rendah
Dianjurkan untuk (1) = Eksponen U dalam
BANGUNAN PENGUKUR DEBIT (1) (3) (4) (7) KETERANGAN
AMBANG sampai pengukur debit jika Q=Kh1U
LEBAR 0,33 h1 dianjurkan
muka untuk
air harus tetap 1.(2)Eksponen
= % kesalahan dalam tabel
U
ALAT UKUR 0,1
(2) 1
h pengukur debit
BANGUNAN PENGUKUR DEBIT (1) (3) (4) (5) (6) (7)
bebasair KETERANGAN dalam Q=
debit
AMBANG 1,6 2% sampai + ++ 1 rendah jika muka u
Kh
LEBAR 0,33 h1 harus tetap (3) =1Kehilangan
dianjurkan untuk energi
1. yang
Eksponen U
ALAT UKUR 0,1 h1 2. % kesalahan
pengukur debit
bebas diperlukan padadalam
h1 u Q =
MENGUKUR SAJA
BANGUNAN PENGUKUR DEBIT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) KETERANGAN
CIPOLETTI 0,05 m bebas3. kehilangan
melewatkan sedimen
MENGUKUR SAJA
harus
ROMIJN ROMIJN 2 1
2 harus 1,6
6. Jumlah pada aliran
2
moduler moduler
1 7. Biaya bacaan moduler
ALAT UKUR dianjurkan jika u 7. Biaya
papan duga
1,6 ≤ 3h% 0,03 h1 + + atau mahal pembuatan
+ + baik sekali 7. Biaya
MENGUKUR DAN MENGATUR
w
ALAT ROMIJN
UKUR
ALAT UKUR 0,5 1
3% ≤ hh1 w - + - 2dianjurkan
2 sedang Dianjurkan jika U harus 1,6
relatif pada aliran pembuatan
-≤
w= jika u pembuatan
DAN MENGATUR
CRUMP DE
ALATUKUR
UKUR 0,5 3% 1- ≤ 2h1 sedang
+ w moduler +relatif
baik
CRUMP DE wW
bukaan harus = 0,5 relatif
ALAT GRUYTER
pintu = w =
+ + baik sekali harus7.0,5
dianjurkan jika
Biayau
dianjurkan jika u
CRUMP
CRUMP DE
DE
GRUYTER 0,5 3%
0,5 3 %
W = -+ - - + 2 - sedang
+ 2baik sedang pembuatan - + memadai
≤ hbukaan
1 w bukaan - + memadaiharus = 0,5 harus = 0,5 sekali
GRUYTER
ALAT UKUR
GRUYTERORIFIS bukaan pintu
w =pintu dianjurkan
- tidak jika u
relatif ++ - baik
tidak memadai+ + baik sekali
CRUMP DE 0,5 3 % - + - 2 sedang
MENGUKURMENGUKUR
2.2.1 Tipe
Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas (overflow), untuk ini tinggi
energi hulu lebih kecil dari panjang mercu. Karena pola aliran diatas alat ukur
ambang lebar dapat ditangani dengan teori hidrolika yang sudah ada sekarang, maka
bangunan ini bisa mempunyai bentuk yang berbeda-beda, sementara debitnya tetap
serupa. Gambar 2-1. dan Gambar 2-2. memberikan contoh alat ukur ambang lebar.
Mulut pemasukan yang dibulatkan pada alat ukur Gambar 2-1. dipakai apabila
konstruksi permukaan melengkung ini tidak menimbulkan masalah dalam
pelaksanaan, atau jika berakibat diperpendeknya panjang bangunan. Hal ini sering
terjadi bila bangunan dibuat dari pasangan batu.
Tata letak pada Gambar 2-2. hanya menggunakan permukaan datar saja. Ini
merupakan tata letak paling ekonomis jika bangunan dibuat dari beton.
Gambar 2-1. memperlihatkan muka hilir vertikal bendung; Gambar 2-2. menunjukkan
peralihan pelebaran miring 1:6. Yang pertama dipakai jika tersedia kehilangan tinggi
energi yang cukup diatas alat ukur. Peralihan pelebaran hanya digunakan jika energi
kinetik diatas mercu dialihkan kedalam energi potensial di sebelah hilir saluran. Oleh
karena itu, kehilangan tinggi energi harus sekecil mungkin. Kalibrasi tinggi debit
pada alat ukur ambang lebar tidak dipengaruhi oleh bentuk peralihan pelebaran hilir.
Bangunan Pengukur Debit 7
Gambar 2-1. Alat Ukur Ambang Lebar dengan Mulut Pemasukan yang Dibulatkan
Penggunaan peralihan masuk bermuka bulat atau datar dan peralihan penyempitan
tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap kalibrasi. Permukaan-permukaan ini
harus mengarahkan aliran ke atas mercu alat ukur tanpa kontraksi dan pemisahan
aliran. Aliran diukur diatas mercu datar alat ukur horizontal.
8 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Gambar 2-2. Alat Ukur Ambang Lebar dengan Pemasukan Bermuka Datar dan
PeralihanPenyempitan
Persamaan debit untuk alat ukur ambang lebar dengan bagian pengontrol segi empat
adalah:
√ ............................................................................ 2-1
Dimana:
Q = debit m3/dt
Cd = koefisien debit
= 0,93 + 0,10 H1/L, untuk 0,1 <H1/L < 1,0
H1 = tinggi energi hulu, m
L = panjang mercu, m
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8m/dt2)
Bangunan Pengukur Debit 9
bc = lebar mercu, m
h1 = kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur, m
Harga koefisien kecepatan datang dapat dicari dari Gambar 2-3., yang memberikan
harga-harga Cv untuk berbagai bentuk bagian pengontrol.
Persamaan debit untuk alat ukur ambang lebar bentuk trapesium adalah:
* +* ( )+ ............................................................... 2-2
Dimana:
bc = lebar mercu pada bagian pengontrol, m
yc = kedalaman air pada bagian pengontrol, m
m = kemiringan samping pada bagian pengontrol (1 : m)
Arti simbol-simbol lain seperti pada persamaan 2-1.Gambar 2-4. memberikan ilustrasi
arti simbol-simbol yang digunakan oleh kedua tipe alat ukur ambang lebar ini.
10 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Rumus untuk alat ukur ambang lebar yang dipakai untuk merencanakan flum leher
panjang bangunan dengan tinggi ambang nol. Dalam hal ini panjang peralihan serta
panjang ambang diwujudkan ke dalam dimensi kontraksi. Flum dan alat ukur pada
Gambar 2-5. adalah bangunan-bangunan air serupa dengan kemampuan ukur yang
sama.
Batas moduler untuk alat ukur ambang lebar bergantung kepada bentuk bagian
pengontrol dan nilai banding ekspansi hilir (lihat Tabel 2-2.).
Bangunan Pengukur Debit 11
Nilai banding ekspansi 1:6 diilustrasikan pada Gambar 2-6. dibawah ini. Dalam
gambar itu ditunjukkan cara untuk memotong ekspansi, yang hanya akan sedikit saja
mengurangi efektivitas peralihan.
12 Kriteria Perencanaan - Bangunan
......................................................................................................... 2-3
Untuk alat ukur segi empat γ= 35, untuk alat ukur trapesium γ= 55 untuk alat ukur
besar dan 210 untuk alat ukur kecil.
Adalahbagian untuk menandai papan duga dengan saluran liter/detik atau meter
kubik/detik, selain dengan skala sentimeter. Dalam hal ini tidak diperlukan tabel
debit.
Sebuah contoh jarak pandangan papan duga untuk pembacaan langsung papan duga
yang dipasang pada dinding, diberikan pada Tabel 2-3. Tabel tersebut menggunakan
Gambar 2-7. sebagai bilangan pengali.
Bangunan Pengukur Debit 13
Untuk alat ukur ambang lebar bentuk segi empat, disini diberikan tabel debit (Tabel
A.2.1) Pada Lampiran II.
Untuk alat ukur trapesium dan saluran dengan lebar dasar yang tidak standar, harus
digunakan rumus tinggi energi (head) – debit. Tabel A.2.2 (Lampiran II) memberikan
harga-harga yc/H1 sebagai fungsi m dan H1/b untuk bagian pengontrol trapesium yang
akan digunakan dengan persamaan 2-2.
14 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Tabel 2-3. Contoh Hubungan Antara Jarak Vertikal dan Kemiringan Samping
pada Papan Duga untuk Saluran dengan Kemiringan Talut 1:1,5
Tinggi Jarak Kemiringan
Debit Q Samping hs
Vertikal H1
(m3/dt) (m)
(m)
0,20 0,117 0,211
0,60 0,229 0,413
0,80 0,273 0,492
1,00 0,311 0,561
1,20 0,347 0,626
1,40 0,379 0,683
1,60 0,410 0,739
1,80 0,439 0,792
2,00 0,466 0,840
2,20 0,492 0,887
2,40 0,517 0,932
2,60 0,541 0,975
2,80 0,564 1,016
3,00 0,586 1,057
- Asal saja kehilangan tinggi energi pada alat ukur cukup untuk menciptakan aliran
krisis, tabel debit dapat dihitung dengan kesalahan kurang dari 2%.
- Kehilangan tinggi energi untuk memperoleh aliran moduler (yaitu hubungan khusus
antara tinggi energi hulu dengan mercu sebagai acuan dan debit) lebih rendah jika
dibandingkan dengan kehilangan tinggi energi untuk semua jenis bangunan yang
lain.
- Sudah ada teori hidrolika untuk menghitung kehilangan tinggi energi yang
diperlukan ini, untuk kombinasi alat ukur dan saluran apa saja.
- Karena peralihan penyempitan yang bertahap (gradual), alat ukur ini mempunyai
masalah sedikit saja dengan benda-benda hanyut.
- Pembacaan debit dilapangan mudah, khususnya jika papan duga diberi satuan debit
Bangunan Pengukur Debit 15
(misal m3/dt).
- Asalkan mercu datar searah dengan aliran, maka tabel debit pada dimensi
purnalaksana (as-built dimensions) dapat dibuat, bahkan jika terdapat kesalahan
pada dimensi rencana selama pelaksanaan sekali pun. Kalibrasi purnalaksana
demikian juga memungkinkan alat ukur untuk diperbaiki kembali, bila perlu.
- Dibawah kondisi hidrolis dan batas yang serupa, ini adalah yang paling ekonomis
dari semua jenis bangunan lain untuk pengukuran debit secara tepat.
- Alat ukur ini hanya dapat dipergunakan untuk aliran yang tidak tenggelam
- Eksploitasi mudah
Alat ukur ambang lebar dan flum leher panjang adalah bangunan-bangunan pengukur
debit yang dipakai di saluran dimana kehilangan tinggi energi merupakan hal pokok
16 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Alat ukur ini dipakai untuk penyadapan air untuk areal yang relatif kecil.
Penempatannya diperhitungankan terhadap keadaan topografi dan ekonominya seperti
dalam Gambar 2-8.
1) Kolam penenang muka air dengan dibatasi dengan dua pintu pengatur muka air.
Pintu penyadap di hulu kolam dan pintu pengeluaran di hilir nya yaitu dengan pipa.
Perbedaan muka air di saluran yang disadap dan kolam dapat dibuat konstan
dengan penyetelan kedua pintu tersebut diatas.
Alat ukur ini dipasang tegak lurus terhadap saluran yang disadap.
Bangunan Pengukur Debit 17
2.3.4 PerhitunganHidrolis
2.3.5 Dimensi
Bangunan ini terdiri dari bagian transisi, yaitu bagian yang menghubungkan saluran
dengan flume, bagian ini berbentuk prismatik dimana transisi dinding dan lantai bisa
lurus (plane) atau cylindrical, jika menggunakan cylindrical disarankan menggunakan
r sama dengan 2 H1 maksimal. Sedangkan jika berbentuk lurus (plane) disarankan
dengan kemiringan 1:3.
Hubungan tunggal antara muka air hulu dan debit mempermudah pembacaan debit
secara langsung dari papan duga, tanpa memerlukan tabel debit. Selain itu yang
Bangunan Pengukur Debit 19
cukup menjadi alasan penting untuk memilih tipe ini adalah kehilangan energi antara
hulu dan hilirnya yang kecil.
Dalam hal bangunan ini menggunakan lantai flume yang rata maka, lantai dari transisi
masuk harus rata dan tidak boleh lebih tinggi terhadap awal dari flume, panjang
transisi lebih dari 1,0 H (tinggi muka air maksimum pada upstream the head
measurement station. The head measurement station (papan duga) diletakkan di
upstream flume dengan jarak setara 2 sampai 3 kali tinggi muka air maksimum yang
terukur.
Persamaan debit untuk alat ukur Long-throated flume, ditulis sebagai berikut sesuai
dengan bentuk ambang kontrolnya:
B = Bc
h1
. / ............................................................................................2-5
dimana:
Q = debit m3/dt
Cd = koefisien debit
Cd = fungsi dari ratio H1/L, Gambar 2-11. menunjukan hubungan tersebut.
Bangunan Pengukur Debit 21
H1 = tinggi energi, m
L = panjang mercu, m
Cv = koefisien kecepatan dating
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8 m/dt2)
B = lebar, m
h1 = kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur, m.
22 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Harga koefisien kecepatan datang dapat dicari dari Gambar 2-12., yang memberikan
harga-harga Cv untuk berbagai bentuk bagianpengontrol.
Gambar 2-12. Koefisien Kecepatan Datang untuk Berbagai Bentuk Bagian Pengontrolan
Batas modular tergantung dari bentuk transisi hulu (upstream) dan transisi hilir
(downstream). Untuk menghitung batas modular pada bagian pengeluaran dihitung
dengan cara sebagai berikut:
Jika dituliskan persamaan debit untuk long throated flume seperti persamaan 2-6:
........................................................................................... 2-6
Pada persamaan diatas Cd adalah koefisien yang mengoreksi tinggi energi bagian
upstream H1 menjadi energy head H pada bagian kontrol, dalam kondisi 0,1 < H1/L
< 0,33 maka nilai H1 dapat diganti dengan H menjadi:
24 Kriteria Perencanaan - Bangunan
.................................................................................................. 2-7
Sehingga kombinasi dari persamaan 2-6 dan 2-7 menjadi:
( ) ....................................................... 2-8
Dari substitusi persamaan 2-8 dan 2-9 maka persamaan berikut ini memberikan nilai
batas modular dari alat ukur long throat flume:
( )
– 2-10
Agar kecermatan dalam pengukuran dapat dicapai, maka batasan-batasan dibawah ini
perlu diperhatikan:
- Batasan paling rendah dari h1 adalah berhubungan dengan besarnya pengaruh
terhadap properti aliran, batas kekasaran, namun direkomendasikan 0,06 m atau
0,1 L, dari keduanya diambil yang lebih besar.
- Angka Froude pada saluran tidak lebih 0,5.
- Ratio H1/L sebaiknya antara 0,1 sampai 1,0.Hal ini untuk mencegah aliran pada
flume tidak bergelombang.
- Lebar permukaan air B di throat pada kondisi maksimal tidak boleh kurang dari
0,30 m, atau kurang dari H1 max, atau kurang dari L/5.
Alat ukur ini mirip dengan long throated flume, tetapi tidak mempunyai throated.
Alat ukur ini hanya boleh digunakan dalam hal ruang yang tersedia tidak mencukupi
jika menggunakan alat ukur long throated flume, karena perilaku hidrolisnya yang
lebih rumit.
Selain itu Cut Throated Flume (CTF) dikembangkan akhir-akhir ini untuk
menanggulangi beberapa kerumitan dalam pembuatan dan konstruksi Parshall Flume
(PF).
26 Kriteria Perencanaan - Bangunan
3 6
1 1
3
1
Gambar 2-13. memperlihatkan bentuk dari Cut Throat Flume. Flume ini mempunyai
lantai dasar yang datar dan dinding vertikal. Seperti pada Parshal Flume, Cut Throat
Flume dapat beroperasi baik pada kondisi aliran bebas maupun tenggelam.
............................................................................................................... 2-11
dimana:
Q = debit m3/s
C = koefisien aliran bebas (free flow coefficient)
Ha = kedalaman aliran sebelah hulu (upstream flow depth) (m)
............................................................................................................ 2-12
dimana:
Nilai K dan n (flow exponent) didapat dari Tabel 2-4. untuk panjang flume (L)
tertentu. Untuk pengukuran debit yang teliti nisbah Ha/L harus 0,4.
Tabel 2-4. Nilai K, n dan St untuk Berbagai Panjang Cut Throat Flume
Gambar 2-14. Generalisasi Koefisien Aliran Bebas dan Nilai Eksponen N, Serta St untuk Ctf
(Satuan dalam Metrik)
Untuk tujuan rancangan, head loss dapat diambil sebagai perubahan elevasi muka air
antara bagian yang masuk dengan yang keluar dari flume. Kedalaman downstream
sama dengan kedalaman semula sebelum pemasangan flume, sedangkan kedalaman
aliran di upstream akan naik sebesar head loss.
Kenaikkan ini dibatasi oleh tinggi jagaan di upstream. Karena W dihitung dalam
rumus debit, maka W harus dipasang secara tepat. Jika Cut Throat Flume akan
dibangun dari beton, maka pada tenggorokan harus dipasang besi siku supaya ukuran
W tepat.
Sebagai pedoman yang harus diikuti adalah Ha/L ≤0,4. Pengukuran head (Ha atau
Hb) dapat menggunakan peilschaal atau sumuran pada jarak yang telah ditetapkan.
Prosedur pemasangan Cut Throat Flume supaya beroperasi dalam kondisi aliran
bebas adalah sebagai berikut:
(a) Tentukan debit maksimum yang akan diukur
(b) Pada lokasi dimana Cut Throat Flume akan dipasang, buat garis muka air pada
tanggul dan maksimum kedalaman aliran yang diijinkan
(c) Dengan menggunakan persamaan Q = C Ha n, hitung Ha pada debit maksimum
pada ukuran Cut Throat Flume yang akan digunakan
(d) Tempatkan lantai Cut Throat Flume pada kedalaman Hb yang tidak boleh
melebihi Ha x St atau (Hb≤Ha x St)
Tidak ada aturan baku mengenai besarnya perbandingan antara W dengan L atau W
dengan Ha. Oleh karena itu direkomendasikan perbandingan W dengan L
menggunakan data seperti tercantum pada Tabel 2-7. yang didasarkan pada hasil uji-
coba di laboratorium. Prosedur tersebut diatas diperagakan dengan ilustrasi seperti
pada Gambar 2-15. berikut ini:
30 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Untuk pengukuran debit di petak tersier sebagai pegangan umum dapat digunakan
Tabel 2-5. dibawah ini.
Tabel 2-5. Pegangan Umum Penggunaan Cut Throat Flume Di Petak Tersier
Debit Lokasi Pengukuran dari
Maksimum L (m) W (m) B (m) Tenggorokan (m)
(lt/dtk) Ha Hb
< 10 0,5 0,10 0,21 0,11 0,28
10 – 50 0,5 0,30 0,41 0,11 0,28
50 – 100 1,0 0,60 0,82 0,22 0,56
> 100 1,5 1,00 1,33 0,33 0,83
Pintu Romijnadalah alat ukur ambang lebar yang bisa digerakkan untuk mengatur dan
mengukur debit di dalam jaringan saluran irigasi. Agar dapat bergerak, mercunya
dibuat dari pelat baja dan dipasang diatas pintu sorong Pintu ini dihubungkan dengan
alat pengangkat.
Sejak pengenalannya pada tahun 1932, pintuRomijn telah dibuat dengan tiga bentuk
mercu (Gambar 2-18.), yaitu:
(i) Bentuk mercu datar dan lingkaran gabungan untuk peralihan penyempitan hulu
(Gambar 2-18.A)
(ii) Bentuk mercu miring ke atas 1:25 dan lingkaran tunggal sebagai peralihan
penyempitan (Gambar 2-18.B)
(iii) Bentuk mercu datar dan lingkaran tunggal sebagai peralihan penyempitan
(Gambar 2-18. C)
Dipandang dari segi hidrolis, ini merupakan perencanaan yang baik. Tetapi
pembuatan kedua lingkaran gabungan sulit, padahal tanpa lingkaran-lingkaran itu
pengarahan air diatas mercu pintu bisa saja dilakukan tanpa pemisahan aliran.
Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air 33
A B C
- Bagian pengontrol tidak berada diatas mercu, melainkan diatas tepi tajam hilirnya,
dimana garis-garis aliran benar-benar melengkung. Kerusakan terhadap tepi ini
menimbulkan perubahan pada debit alat ukur.
- Karena garis-garis aliran ini, batas moduler menjadi 0,25; bukan 0,67 seperti
anggapan umumnya. Pada aliran tenggelam H2/H1 = 0,67, pengurangan dalam aliran
berkisar dari 3% untuk aliran rendah sampai 10% untuk aliran tinggi (rencana).
Karena mercu kemiringan 1:25 juga lebih rumit pembuatannya dibandingkan dengan
mercu datar, maka penggunaan mercu dengan kemiringan ini tidak dianjurkan.
34 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Ini adalah kombinasi yang bagus antara dimensi hidrolis yang benar dengan
perencanaan konstruksi. Jika dilaksanakan pintu Romijn, maka sangat dianjurkan
untuk menggunakan bentuk mercu ini.
Dilihat dari segi hidrolis, pintu Romijn dengan mercu horizontal dan peralihan
penyempitan lingkaran tunggal serupa dengan alat ukur ambang lebar yang telah
dibicarakan pada subbab 2.2. Untuk kedua bangunan tersebut, persamaan antara
tinggi dan debitnya adalah:
⁄ √ ⁄ ................................................................................ 2-13
dimana:
Q = debit m3/dt
Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8m/dt2)
bc = lebar meja, m
h1 = tinggi energi hulu diatas meja, m
dimana koefisien debit sama dengan
⁄ 2-14
dengan
.............................................................................................. 2-15
dimana:
H1 = tinggi energi diatas meja, m
Lebar standar untuk alat ukur Romijn adalah 0,50m, 0,75m, 1,00m, 1,25m dan 1,50m
untuk harga-harga lebar standar ini semua pintu, kecuali satu tipe, mempunyai
panjang standar mercu 0,50 untuk mercu horizontal dan jari-jari 0,10 m untuk meja
berunjung bulat. Satu pintu lagi ditambahkan agar sesuai dengan bangunan sadap
tersier yang debitnya kurang dari 160 ltr/dt. Lebar pintu ini 0,50 m, tetapi mercu
horizontalnya 0,33 m dari jari-jari 0,07 m untuk ujung meja.
Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air 37
Kehilangan tinggi energi H yang diperlukan diatas alat ukur yang bisa digerakkan
diberikan di bagian bawah Tabel A.2.5, Lampiran II. Harga-harga ini dapat dipakai
bila alat ukur mempunyai saluran hilir segi empat dengan potongan pendek, seperti
ditunjukkan pada contoh Gambar 2-18. Jika dipakai saluran hilir yang lebih besar,
maka kehilangan tinggi energi sebaiknya diambil 0,4 Hmaks.
Harga-harga besaran debit yang dianjurkan untuk standar alat ukur Romijn diberikan
pada Tabel 2-6.
Tabel 2-6. Besaran Debit yang Dianjurkan untuk Alat Ukur Romijn Standar
Lebar, m H1maks, m Besar debit, m3/dt
0,50 0,33 0 – 0,160
0,50 0,50 0,030 – 0,300
0,75 0,50 0,040 – 0,450
1,00 0,50 0,050 – 0,600
1,25 0,50 0,070 – 0,750
1,50 0,50 0,080 – 0,900
Untuk pengukuran debit secara sederhana, ada tiga papan duga yang harus dipasang,
yaitu:
- Skala papan duga muka air disaluran
- Skala sentimeter yang dipasang pada kerangka bangunan
- Skala liter yang ikut bergerak dengan meja pintu Romijn
Skala sentimeter dan liter dipasang pada posisi sedemikian rupa sehingga pada waktu
bagian atas meja berada pada ketinggian yang sama dengan muka air di saluran (dan
oleh sebab itu debit diatas meja nol), titik nol pada skala liter memberikan bacaan
pada skala sentimeter yang sesuai dengan bacaan muka air pada papan duga di
saluran (lihat Gambar 2-18.).
38 Kriteria Perencanaan - Bangunan
- Kalau alat ukur Romijn dibuat dengan mercu datar dan peralihan penyempitan sesuai
dengan Gambar 2-18.C, tabel debitnya sudah ada dengan kesalahan kurang dari 3%.
- Debit yang masuk dapat diukur dan diatur dengan satu bangunan.
- Kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk aliran moduler adalah dibawah 33%
dari tinggi energi hulu dengan mercu sebagai acuannya yang relatif kecil.
- Karena alat ukur Romijn ini bisa disebut “berambang lebar”, maka sudah ada teori
hidrolika untuk merencanakan bangunan tersebut.
- Alat ukur Romijn dengan pintu bawah bisa dieksploitasi oleh orang yang tak
berwenang, yaitu melewatkan air lebih banyak dari yang di izinkan dengan cara
mengangkat pintu bawah lebih tinggi lagi.
Alat ukur Romijn adalah bangunan pengukur dan pengatur serba bisa yang dipakai di
Indonesia sebagai bangunan sadap tersier. Untuk ini tipe standar paling kecil (lebar
0,50m) adalah yang paling cocok. Tetapi, alat ukur Romijn dapat juga dipakai sebagai
bangunan sadap sekunder.
Eksploitasi bangunan itu sederhana dan kebanyakan juru pintu telah terbiasa
dengannya. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu bawah yang dapat disalahgunakan
jika pengawasan kurang.
Alat ukur Crump – de Gruyter yang dapat disetel adalah saluran ukur leher panjang
yang dipasangi pintu gerak vertikal yang searah aliran (streamline). Pintu ini
merupakan modifikasi/penyempurnaan modul proporsi yang dapat disetel (adjustable
proportional module), yang diperkenalkan oleh Crump pada tahun 1922. De Gruyter
(1926) menyempurnakan trase flum tersebut dan mengganti “blok – atap” (roof block)
seperti yang direncanakan oleh Crump dengan pintu sorong yang dapat disetel.
Bangunan yang dihasilkan dapat dipakai baik untuk mengukur maupun mengatur
debit (lihat Gambar 2-21.)
40 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Gambar 2-21. Perencanaan yang Dianjurkan untuk Alat Ukur Crump-de Gruyter
√ ( ) ................................................................................ 2-15
dimana:
Q = debit m3/dt
Cd = koefisien debit (= 0,94)
b = lebar bukaan, m
w = bukan pintu, m (w ≤ 0,63 h1)
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8 m/dt2)
h1 = tinggi air diatas ambang, m
Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air 41
Tabel debit diberikan dalam Lampiran II, Tabel A.2.4 untuk harga-harga lebar standar
alat ukur Crump-de Gruyter, disini dilampirkan beberapa grafik dalam Lampiran II,
Gambar A.2.1. Gambar A.2.1. sampai A.2.5.
( ⁄ )
2-16
secara teori b minimum diperbolehkan sebesar 0,20 m, tetapi untuk kemudahan
pembuatannya di lapangan ditentukan b minimum untuk alat ukur ini adalah 0,30 m.
Grafik pada Gambar 2-22. dapat digunakan untuk merencanakan alat ukur Crump-de
Gruyter. Grafik tersebut memberikan karakteristik hidrolis orifis yang didasarkan
pada dua nilai banding.
- ∆h = h1 – h2 cukup untuk menciptakan aliran kritis dibawah pintu. Ini benar jika ∆h
= h1 – w, tetapi mungkin kurang bila peralihan pelebaran direncana sedemikian rupa
sehingga sebagian dari tinggi kecepatan di dalam leher diperoleh kembali. Apabila
terjadi aliran kritis, maka rencana peralihan pelebaran yang sebenarnya tidak
berpengaruh pada kalibrasi tinggi energi – bukaaan – debit dari bangunan tersebut.
- Untuk menghindari lengkung garis aliran pada pancaran dibawah pintu, panjang
leher L tidak boleh kurang dari h1.
- Untuk mendapatkan aliran kritis dibawah pintu, dan untuk menghindari pusaran air
di depan pintu, bukaan pintu harus kurang dari 0,63 h1. Untuk pengukuran yang
teliti, bukaan pintu harus lebih dari 0,02 m.
- Bagian pintu geraknya harus seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2-24.
- Orifis/lubang yang dapat disetelah dapat dikerjakan dengan teori hidrolika yang
sudah ada. Asalkan aliran kritis terjadi dibawah pintu, tabel debitnya sudah ada
dengan kesalahan kurang dari 3% (Tabel A.2.6 Lampiran II).
- Kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk aliran moduler kurang dari h 1 –
w.Kehilangan ini bisa diperkecil lagi jika peralihan pelebaran bertahap dipakai di
belakang (hilir) leher. Sebagai contoh untuk peralihan pelebaran berkemiringan 1:6,
tinggi energi yang diperlukan ∆h diperkecil hingga 0,5 (h1 – w). Kehilangan ini
lebih kecil daripada kehilangan yang diperlukan untuk bukaan-bukaan yang lain.
Alat ukur Crump-de Gruyter dapat dipakai dengan berhasil jika keadaan muka air
disaluran selalu mengalami fluktuasi atau jika orifis harus berkerja pada keadaan
muka air rendah di saluran. Alat ukur Crump-de Gruyter mempunyai kehilangan
tinggi energi yang lebih besar daripada alat ukur Romijn.
Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang memadai, alat ukur Crump-de Gruyter
mudah dioperasikan, pemeliharaannya tidak sulit dan lebih mudah dibanding
bangunan–bangunan serupa lainnya.
2.7.1 Umum
Selama ini telah dikenal tipe pintu Romijn dan Crump de Gruyter sebagai alat
pembagi sekaligus pengukur debit yang masuk ke petak tersier. Kedua pintu tersebut
mempunyai kelemahan dan kelebihannya masing-masing, tetapi setelah dipergunakan
beberapa tahun ini di lapangan kelemahan yang sama dari kedua pintu itu adalah
44 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Menyadari kondisi tersebut maka terdapat tipe pintu yang relatif dapat mengatasi
permasalahan diatas, yaitu Neyrpic Module. Selain lebih sulit dicuri tipe ini sangat
mudah pengoperasiannya.
Neyrpic module ini adalah terdiri dari beberapa modul yang terpasang dalam satu set
pintu yang dapat digerakkan/diangkat secara terpisah. Pada setiap pintu-pintu tersebut
sudah ditentukan dimensinya sedemikian sehingga pada bukaan dan ketinggian muka
air tertentu mempunyai debit sesuai yang diharapkan. Sehingga operasi pintu ini
hanya ada dua pilihan yaitu buka penuh atau ditutup. Jadi besaran debit yang lewat
ditentukan oleh jumlah pintu yang dibuka bukan berdasarkan tinggi bukaan pintu
seperti tipe pintu yang lain.
Gambar 2-23. Diagram dan Kurva Operasi untuk Dinding Pembagi Tunggal
Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air 45
Gambar 2-24. Diagram dan Kurva Operasi untuk Dinding Pembagi Ganda
- Referensi perhitungan hidrolis tipe ini tidak terlalu banyak, sehingga agak
menyulitkan perencana dalam perhitungan hidrolis.
- Tipe ini belum dikenal di Indonesia sehingga dalam aplikasinya perlu sosialisasi
yang lama
- Hanya bisa digunakan pada fluktuasi tinggi muka air dengan debit rencana Q+5%
sampai dengan Q-5%, jika terjadi debit diluar angka tersebut maka tinggi muka air
harus diatur sedemikian rupa pada range angka diatas.
Pipa sadap sederhana berupa sebuah pipa dengan diameter standar 0,15m, 0,20m,
0,25m, 0,30m, 0,40m, 0,50m atau 0,60m yang bisa ditutup dengan pintu sorong.
Dalam kondisi tersedia head yang mencukupi pipa dapat terpasang dengan aliran
jatuh bebas (Free fall flow), tetapi jika tidak tersedia head yang mencukupi pipa dapat
juga dipasang dengan aliran tenggelam (Submerge). Aliran melalui bangunan ini tidak
dapat diukur tapi dibatasi sampai debit maksimum, yang bergantung kepada diameter
pipa dan beda tinggi energi.
Pada saluran besar dimana ada sadapan untuk tersier kecil, tidak ekonomis untuk
membangun kompleks bangunan pengatur, maka direkomendasikan dibangun
bangunan pipa sadap sederhana.
Pada bangunan sadap yang memerlukan debit lebih besar maka tidak boleh
menggunakan pipa sadap sederhana dengan pintu sorong, tetapi harus menggunakan
bangunan sadap dengan alat ukur meskipun tanpa pintu pengatur. Hal ini bertujuan
untuk menghindari dan meminimalisasi penggunaan air yang tidak terkontrol pada
jaringan irigasi.
0 1 .............................................................................................. 2-17
dimana:
Q = Debit (m3/dt)
Dp = Diameter dalam pipa (m)
g = percepatan gravitasi(m/dt2)
Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air 47
Dalam kondisi panjang pipa 6 Dp < L < 20 Dp, maka besaran = 2,1
Dalam kondisi pipa dalam keadaan tenggelam maka kehilangan tinggi energi pipa
dihitung sebagai = f L/Dp . v2/2g
0 1 .............................................................................................. 2-18
dimana:
Q = Debit (m3/det)
Dp = Diameter dalam pipa (m)
g = percepatan gravitasi (≈ 9,8 m/dt2)
Δh = tinggi muka air di hulu ke titik pusat pipa di hilir (m)
= Koefisien kehilangan tinggi
=, -
Gambar 2-26. Pengambilan Dalam Pipa Aliran Jatuh Bebas (Free Fall)
Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air 49
Pipa sadap sederhana dipakai sebagai bangunan sadap tersier apabila petak tersier
mengambil air dari saluran primer besar tanpa menimbulkan pengaruh terhadap tinggi
muka air di saluran itu; karena jika debit di saluran berubah maka muka air akan
mengalami fluktuasi besar. Mungkin terdapat beda tinggi energi yang besar, sehingga
selama muka air disaluran primer rendah air tetap bisa diambil, jadi diperlukan
pengambilan dengan elevasi rendah. Guna mengatur muka air di saluran primer,
diperlukan jumlah air yang akan dialirkan melalui bangunan sadap.
Pada petak tersier dengan areal sama dengan atau dibawah 25 ha, dimana penggunaan
alat ukur tidak memungkinkan karena debit yang dialirkan terlalu kecil pipa sadap
sederhana ini diperbolehkan untuk dipergunakan.
Untuk menjamin air selalu dapat masuk ke petak tersier, tetapi sedimen dasar (bed
load) tidak menutupi lubang pipa, maka pipa sadap diletakan 10-20 cm diatas dasar
saluran.
50 Kriteria Perencanaan - Bangunan
3 BAB III
BANGUNAN PENGATUR TINGGI MUKA AIR
3.1 Umum
Banyak jaringan saluran irigasi dioperasikan sedemikian rupa sehingga muka air
disaluran primer dan saluran cabang dapat diatur pada batas-batas tertentu oleh
bangunan-bangunan pengatur yang dapat bergerak. Dengan keadaan eksploitasi
demikian, muka air dalam hubungannya dengan bangunan sadap (tersier) tetap
konstan.
Apakah nantinya akan digunakan pintu sadap dengan permukaan air bebas (pintu
Romijn) atau pintu bukaan bawah (alat ukur Crump-de Gruyter), hal ini bergantung
kepada variasi tinggi muka air yang diperkirakan (lihat Tabel 2-1.).
Bab ini akan membahas empat jenis bangunan pengatur muka air, yaitu: pintu skot
balok, pintu sorong, mercu tetap dan kontrol celah trapesium. Kedua bangunan
pertama dapat dipakai sebagai bangunan pengontrol untuk mengendalikan tinggi
muka air di saluran. Sedangkan kedua bangunan yang terakhir hanya mempengaruhi
tinggi muka air.
Pada saluran yang lebar (lebar dari 2m) mungkin akan menguntungkan untuk
mengkombinasi beberapa tipe bangunan pengatur muka air, misalnya:
- skot balok dengan pintu bawah
- mercu tetap dengan pintu bawah
- mercu tetap dengan skot balok
Dilihat dari segi konstruksi, pintu skot balok merupakan peralatan yang sederhana.
Balok-balok profil segi empat itu ditempatkan tegak lurus terhadap potongan segi
empat saluran. Balok-balok tersebut disangga di dalam sponeng/alur yang lebih besar
52 Kriteria Perencanaan - Bangunan
0,03 m sampai 0,05 m dari tebal balok-balok itu sendiri. Dalam bangunan-bangunan
saluran irigasi, dengan lebar bukaan pengontrol 2,0 m atau lebih kecil lagi, profil-
profil balok seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3-1. biasa dipakai.
Gambar 3-1. Koefisien Debit untuk Aliran Diatas Skot Balok Potongan Segi Empat (Cv 1,0)
Aliran pada skot balok dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan tinggi
debit berikut:
⁄ √ ⁄ ................................................................................... 3-1
dimana:
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan datang
Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air 53
Koefisien debit Cd untuk potongan segi empat dengan tepi hulu yang tajamnya 90°,
sudah diketahui untuk nilai banding H1/L kurang dari 1,5 (lihat Gambar 3-1.).
Untuk harga-harga H1/L yang lebih tinggi, pancaran air yang melimpah bisa sama
sekali terpisah dari mercu skot balok. Bila H1/L menjadi lebih besar dari sekitar 1,5
maka pola alirannya akan menjadi tidak mantap dan sangat sensitif terhadap
“ketajaman” tepi skot balok bagian hulu. Juga, besarnya airasi dalam kantong udara
dibawah pancaran, dan tenggelamnya pancaran sangat mempengaruhi debit pada skot
balok.
Karena kecepatan datang yang menuju ke pelimpah skot balok biasanya rendah,
h1/(h1 + P1) < 0,35 kesalahan yang timbul akibat tidak memperhatikan harga tinggi
kecepatan rendah berkenaan dengan kesalahan dalam Cddengan menggunakan
persamaan 3-1. dikombinasi dengan Gambar 3-2. aliran pada skot balok dapat
diperkirakan dengan baik.
Jelaslah bahwa tinggi muka air hulu dapat diatur dengan cara
menempatkan/mengambil satu atau lebih skot balok. Pengaturan langkah demi
langkah ini dipengaruhi oleh tinggi sebuah skot balok. Seperti yang sudah disebutkan
dalam Gambar 3-1., ketinggian yang cocok untuk balok dalam bangunan saluran
irigasi adalah 0,20 m.
Seorang operator yang berpengalaman akan mengatur tinggi muka air di antara papan
balok 0,20 m dengan tetap membiarkan aliran sebagian dibawah balok atas.
54 Kriteria Perencanaan - Bangunan
√ ................................................................................................. 3-2
dimana :
Q = debit, (m3/dt)
K = faktor aliran tenggelam (lihat Gambar 3-3.)
µ = koefisien debit (lihat Gambar 3-4.)
A = bukaan pintu, m
b = lebar pintu, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2( 9,8 m/dt2)
h1 = kedalaman air di depan pintu diatas ambang, m.
Lebar standar untuk pintu pembilas bawah (undersluice) adalah 0,50 m; 0,75 m; 1,00
Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air 55
m; 1,25 m dan 1,50 m. Kedua ukuran yang terakhir memerlukan dua setang
pengangkat.
3.3.3 Kelemahan-Kelemahannya
Pintu khususdari pintu sorong adalah pintu radial. Pintu ini dapat dihitung dengan
persamaan 3-2. dan harga koefisiennya diberikan pada Gambar 3-4.
h1/a ß
Gambar 3-4. Koefisien Debit Masuk Permukaan Pintu Datar atau Lengkung
Mercu tetap dengan dua bentuk seperti pada Gambar 3-5 sudah umum dipakai. Jika
panjang mercu rencana seperti tampak pada gambar sebelah kanan adalah sedemikian
rupa sehingga H1/L ≤ 1,0 maka bangunan tersebut dinamakan bangunan pengatur
ambang lebar. Hubungan antara tinggi energi dan debit bangunan semacam ini sudah
diketahui dengan baik (lihat subbab 2.2).
r r r
Ada perbedaan pokok dalam hubungan antara tinggi energi dan debit untuk bangunan
pengatur mercu bulat dan bangunan pengatur ambang lebar. Perbedaan itu dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Untuk mercu yang dipakai di saluran irigasi, nilai-nilai itu dapat dipakai dalam rumus
berikut:
dimana:
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit
alat ukur ambang lebar Cd = 1,03
Dengan rumus ini, diandaikan bahwa koefisien kecepatan datang adalah 1,0.
- Bangunan pengatur ini dapat direncana untuk melewatkan sedimen yang terangkut
oleh saluran peralihan.
- Bangunan ini kuat; tidak mudah rusak.
- Aliran pada bendung menjadi nonmoduler jika nilai banding tenggelam H2/H1
melampaui 0,33.
- Hanya kemiringan permukaan hilir 1:1 saja yang bisa dipakai.
- Aliran tidak dapat disesuaikan.
3.6.1 Umum
Bangunan pengatur tinggi muka air dengan tipe U (tipe cocor bebek) ini merupakan
pengembangan dari bangunan pengatur muka air dengan mercu tetap pada saluran-
saluran lebar (lebar >2 m). Perbedaan dengan mercu tetap yang sudah lama
dikembangkan di Indonesia adalah sumbu atau as yang tegak lurus saluran sedangkan
pelimpah (tipe cocor bebek) ini berbentuk lengkung. Penjelasan gambaran mercu
tetap tipe cocor bebek terlihat pada gambar dibawah ini.
60 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Struktur bangunan mercu tetap tipe U (tipe cocor bebek) ini mengacu pada komponen
bendung gergaji. Sesuai SNI 03. 1972-1989 dan SNI 03-2401.1991 dengan jenis
lantai hilir datar seperti terlihat pada Gambar 3-8. dibawah ini.
Gambar 3-8. Denah dan Potongan Peluap Mercu Tipe U (Tipe Cocor Bebek)
Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air 61
dengan besar debit pelimpahan jika digunakan pelimpah lurus biasa dengan
lebar bentang yang sama.
Qn = c . B . H1.5...................................................................................................3-4
dimana:
Qn = debit rencana saluran (m3/dt)
B = panjang mercu
c = 1,95 (pedoman bendung gergaji)
- Berdasarkan harga Qg desain dan Qn maks, dapat dihitung besar pembesaran
Pada Gambar 3-9. untuk pelimpah dengan mercu ambang tajam. Berdasarkan
grafik tersebut diketahui besar harga kebutuhan pelipatan panjang mercu
pelimpah . / = 5,5
- Untuk harga f tersebut, besar harga pelipatan panjang pelimpah bentuk mercu
setengah lingkaran yang sesungguhnya dapat dihitung sebagai berikut:
( ) ( )
a = 0,25 m
Gambar 3-9. Grafik untuk Desain Pelimpah Jenis Gergaji untuk Gigi Trapesium
a).Pertimbangan
- Dalam rencana penerapan bangunan pengatur dan pelimpah tipe ini hendaknya
dilakukan evaluasi perbandingan dengan kemungkinan tipe lain, seperti
64 Kriteria Perencanaan - Bangunan
- Tipe ini bisa diaplikasikan di saluran dengan mengacu pada pelimpah tipe
gergaji, dengan nilai n = 1.
- Pelimpah tipe U ini tidak bisa dipakai sebagai alat ukur debit (untuk
menggantikan ambang lebar), karena ketelitiannya dipengaruhi oleh muka air
hilir (aliran kurang sempurna).
b). Persyaratan
- Lokasi, tinggi mercu, debit saluran rencana dan stabilitas perlu didesain dengan
mengacu pada acuan yang ada pada pelimpah ambang tetap biasa.
- Bangunan tipe ini diletakkan jika jarak antara dua bangunan bagi/sadap
terlalu jauh dan pengaruh kemiringan saluran sehingga pengambilan-
pengambilan yang terletak diantara bangunan tersebut tidak dapat berfungsi.
- Struktur tubuh pelimpah mercu relatif ramping, berkaitan dengan hal ini maka
stabilitas dan kekuatan bagian-bagian struktur serta penyaluran gaya ke pondasi
bangunan perlu dianalisis dengan cermat.
- Kalau dipakai disaluran, tipe ini memerlukan kehilangan energi (ΔH) yang
relatif besar, supaya bisa disadap.
- Tinggi maksimum di peluap h = 0,20 m. Atau 1/3 tinggi jagaan saluran dimana
bangunan peluap tersebut dibangun.
Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air 65
Seperti halnya mercu tetap, celah kontrol trapesium juga dipakai untuk mengatur
tinggi muka air disaluran. Pengaturan tinggi muka air dengan menggunakan kedua
alat tersebut didasarkan pada pencegahan terjadinya fluktuasi yang besar yang
mengakibatkan berubah-ubahnya debit. Hal ini dicapai dengan jalan menghubung-
hubungkan tinggi muka air dengan lengkung debit untuk saluran dan pengontrol atau
bangunan pengatur (lihat Gambar 3-11.).
66 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Tinggi ambang bangunan pengatur dapat dibuat sedemikian rupa sehingga untuk 2
debit di saluran dan di pengontrol sama besar. Untuk debit-debit antara jarak nilai ini,
tinggi muka air akan berbeda-beda dan akan menyebabkan tinggi muka air di saluran
meninggi atau menurun.
Dengan sebuah celah kontrol trapesium tinggi muka air di saluran dan di pengontrol
dapat dijaga agar tetap sama untuk berbagai besaran debit. Jika dipakai tanpa ambang,
celah kontrol itu akan menimbulkan gangguan kecil pada aliran air dan pengangkutan
sedimen. Untuk ukuran-ukuran sebuah celah lihat Gambar 3-12.
Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air 67
dimana:
Cd = koefisien debit ( 1,05)
b = lebar dasar, m
yc = kedalaman kritis pada pengontrol, m
m = kemiringan dinding samping celah, m
H = kedalaman energi di saluran, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8 m/dt2)
Persamaan ini dapat dipecahkan untuk b dan s yang ada. Grafik celah kontrol
untuk berbagai b dan s ditunjukkan pada Gambar A.2.6 sampai A.2.12, Lampiran
II. Untuk membuat grafik-grafik ini Cd diambil 1,05.
dari Q rencana)
( )
( )
................................................................................... 3-6
3. Masukkan salah satu dari grafik – grafik tersebut dengan h100 (kedalaman
energi dalam saluran untuk 100% debit rencana) dan Q 100 lalu carilah harga s-
nya. Lakukan hal yang sama untuk h20 dan Q20 jika didapat s yang sama, maka
ini adalah celah kontrol yang harus dipilih, setelah itu grafik berikutnya harus
diperiksa.
Karena bentuknya yang demikian, celah kontrol cocok untuk saluran dengan
besar debit yang berbeda-beda.
- Bangunan ini tidak menaikkan atau menurunkan muka air di saluran untuk berbagai
besaran debit.
- Bangunan ini kuat dan memberikan panjang ekstra disebelah hulu bangunan terjun
dan dapat dengan mudah dilengkapi dengan pelimpah searah saluran.
- Bangunan ini tidak memakai ambang dan oleh karena itu dapat melewatkan benda-
benda terapung dan sedimen dengan baik.
- Bangunan ini hanya baik untuk aliran tidak tenggelam melalui celah kontrol
Bangunan Pengatur Tinggi Muka Air 69
Pintu skot balok dan pintu sorong adalah bangunan-bangunan yang cocok untuk
mengatur tinggi muka air di saluran. Karena Pintu harganya mahal untuk lebih
ekonomis maka digunakan bangunan pengatur muka air ini yang mempunyai fungsi
ketelitiannya.
Kelebihan lain adalah bahwa pintu lebih mudah dioperasikan, mengontrol muka air
dengan lebih baik dan dapat dikunci di tempat agar setelahnya tidak diubah oleh
orang yang tidak berwenang.
Kelemahan utama yang dimiliki oleh pintu sorong adalah bahwa pintu ini kurang
peka terhadap perubahan tinggi muka air dan, jika dipakai bersama dengan bangunan
pelimpah (alat ukur Romijn), bangunan ini memiliki kepekaan yang sama terhadap
perubahan muka air. Jika dikombinasi demikian, bangunan ini sering memerlukan
penyesuaian.
Sebagai bangunan pengatur, tipe bangunan ini dianjurkan pemakaiannya karena tahan
lama dan eksploitasinya mudah, walaupun mempunyaikelemahan seperti yang telah
disebutkan tadi.
Penggunaan celah trapesium lebih disukai apabila pintu sadap tidak akan dikombinasi
dengan pengontrol.
Jika bangunan sadap akan dikombinasi dengan pengontrol, maka bangunan pengatur
tetap lebih disukai, karena dinding vertikal bangunan ini dapat dengan mudah di
kombinasi dengan pintu sadap.
70 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Bangunan Bagi dan Sadap 71
4 BAB IV
BANGUNAN BAGI DAN SADAP
Apabila air irigasi dibagi dari saluran primer sekunder, maka akan dibuat bangunan
bagi. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan
mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran. Salah satu dari pintu-pintu bangunan
bagi berfungsi sebagai pintu pengatur muka air, sedangkan pintu-pintu sadap lainnya
mengukur debit (lihat Gambar 4-1.).
Pada cabang saluran dipasang pintu pengatur untuk saluran terbesar dan dipasang
alat-alat pengukur dan pengatur di bangunan-bangunan sadap yang lebih kecil (lihat
Gambar 4-3.).
Untuk membatasi sudut aliran dalam percabangan bangunan bagi dibuat sudut aliran
antara 0° sampai 90°.
Bangunan pengatur akan mengatur muka air saluran di tempat-tempat dimana terletak
bangunan sadap dan bagi. Tabel 4-1. memberikan perbandingan bangunan-bangunan
pengatur muka air.
Gambar 4-1. Saluran dengan Bangunan Pengatur dan Sadap ke Saluran Sekunder
Bangunan Bagi dan Sadap 73
= Kh1u
Pintu Sorong Mahal + ++ + -- Ya (2) = Kemudahan
pengoperasian
(3) = Ketepatan pengaturan
Sangat
Pintu Radial ++ + + + Ya (4) = Muka air
Mahal
Kontrol - + memadai
Celah Sedang + ++ + Tidak - tidak memadai
Trapesium
- - jelek
Mercu Tipe
U (Cocor Sedang -+ -- + Tidak
Bebek)
74 Kriteria Perencanaan – Bangunan
Gambar 4-2. Perubahan Debit dengan Variasi Muka Air untuk Pintu Aliran Atas
dan Aliran Bawah.
Bangunan Bagi dan Sadap 75
Lebar bangunan pengatur berkaitan dengan kehilangan tinggi energi yang diizinkan
serta biaya pelaksanaan: bangunan yang lebar menyebabkan sedikit kehilangan tinggi
energi dibanding bangunan yang sempit, tetapi bangunan yang lebar lebih mahal
(diperlukan lebih banyak pintu). Untuk saluran primer garis tinggi, kehilangan tinggi
energi harus tetap kecil, yaitu 5 sampai 10 cm. Akibatnya bangunan pengatur di
saluran primer lebar.
Saluran sekunder biasanya tegak lurus terhadap garis-garis kontur dan oleh sebab itu,
kehilangan tinggi energi lebih besar dan bangunan pengaturnya lebih sempit.
Gambar 4-3. Saluran Sekunder dengan Bangunan Pengatur dan Sadap ke Berbagai Arah
Bangunan Bagi dan Sadap 77
Gambar 4-4. Bangunan Pengatur: Pintu Aliran Bawah dengan Mercu Tetap
Lebar pintu didesain sedemikian sehingga pada waktu pintu dibuka penuh, mercu
samping belum mempunyai pengaruh terhadap pembendungan positif pada debit air
sebesar 85% kali debit rencana maksimum (Q85%).
Bangunan sadap sekunder akan memberi air ke saluran sekunder dan oleh sebab itu,
melayani lebih dari satu petak tersier. Kapasitas bangunan-bangunan sadap ini secara
umum lebih besar daripada 0,250 m3/dt.
Ada empat tipe bangunan yang dapat dipakai untuk bangunan sadap sekunder, yakni:
Tipe mana yang akan dipilih bergantung pada ukuran saluran sekunder yang akan
diberi air serta besarnya kehilangan tinggi energi yang diizinkan.
Untuk kehilangan tinggi energi kecil, alat ukur Romijn dipakai hingga debit sebesar
2 m3/dt ; dalam hal ini dua atau tiga pintu Romijn dipasang bersebelahan. Untuk
debit-debit yang lebih besar, harus dipilih pintu sorong yang dilengkapi dengan alat
ukur yang terpisah, yakni alat ukur ambang lebar.
Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang memadai, maka alat ukur Crump-de
Gruyter merupakan bangunan yang bagus. Bangunan ini dapat direncanakan dengan
pintu tunggal atau banyak pintu dengan debit sampai sebesar 0,9 m3/dt setiap pintu.
Bangunan sadap tersier akan memberi air kepada petak-petak tersier. Kapasitas
bangunan sadap ini berkisar antara 50 lt/dt sampai 250 lt/dt Bangunan sadap yang
paling cocok adalah alat ukur Romijn, jika muka air hulu diatur dengan bangunan
pengatur dan jika kehilangan tinggi energi merupakan masalah.
Bila kehilangan tinggi energi tidak begitu menjadi masalah dan muka air banyak
mengalami fluktuasi, maka dapat dipilih alat ukur Crump-de Gruyter. Harga antara
debit Qmaks/Qmin untuk alat ukur Crump-de Gruyter lebih kecil daripada harga antara
debit untuk pintu Romijn.
Di saluran irigasi yang harus tetap memberikan air selama debit sangat rendah, alat
ukur Crump-de Gruyter lebih cocok karena elevasi pengambilannya lebih rendah
daripada elevasi pengambilan pintu Romijn.
Sebagai aturan umum, pemakaian beberapa tipe bangunan sadap tersier sekaligus di
satu daerah irigasi tidak disarankan. Penggunaan satu tipe bangunan akan lebih
mempermudah pengoperasiannya.
Untuk bangunan sadap tersier yang mengambil air dari saluran primer yang besar,
Bangunan Bagi dan Sadap 79
dimana pembuatan bangunan pengatur akan sangat mahal dan muka air yang
diperlukan di petak tersier rendah dibanding elevasi air selama debit rendah disaluran,
akan menguntungkan untuk memakai bangunan sadap pipa sederhana dengan pintu
sorong sebagai bangunan penutup. Debit maksimum melalui pipa sebaiknya
didasarkan pada muka air rencana di saluran primer dan petak tersier. Hal ini berarti
bahwa walaupun mungkin debit terbatas sekali, petak tersier tetap bisa diairi bila
tersedia air di saluran primer pada elevasi yang cukup tinggi untuk mengairi petak
tersebut.
Pada daerah irigasi yang letaknya cukup terpencil, masalah pengoperasian pintu sadap
bukan masalah yang sederhana, semakin sering jadwal pengoperasian semakin sering
juga pintu tidak dioperasikan. Artinya penjaga pintu sering tidak mengoperasikan
pintu sesuai jadwal yang seharusnya dilakukan. Menyadari keadaan seperti ini untuk
mengatasi hal tersebut ada pemikiran menerapkan pembagian air secara proporsional.
Sistem proporsional ini tidak memerlukan pintu pengatur, pembagi, dan pengukur.
(konvensional), maka dibuat alternatif bangunan bagi dan sadap dengan kombinasi
kedua sistem tersebut yang kita sebut dengan sistem kombinasi.
Bangunan ini dapat berfungsi ganda yaitu melayani sistem konvensional maupun
sistem proporsional. Dalam implementasi pembagian air diutamakan menerapkan
sistem konvensional. Namun dalam kondisi tertentu yang tidak memungkinkan untuk
mengoperasikan pintu-pintu tersebut, maka diterapkan sistem proporsional.
- Elevasi ambang setiap bangunan sadap adalah sama, yaitu sama dengan elevasi
ambang dari petak tersier yang mempunyai elevasi sawah tertinggi.
Kebutuhan air (lt/det/ha) setiap bangunan sadap harus sama, sehingga perbandingan
luas petak tersier, debit dan lebar ambang pada setiap bangunan sadap adalah sama.
Bangunan bagi sadap seperti diuraikan subbab diatas terdiri dari bangunan sadap
tersier; bangunan/pintu sadap ke saluran sekunder dengan kelengkapan pintu sadap
dan alat ukur; serta bangunan/pintu pengatur muka air. Tata letak dari bangunan bagi
sadap ini bisa dibuat 2 alternatif, yaitu:
- Bentuk Menyamping
- Bentuk Numbak
a. Bentuk Menyamping
Posisi bangunan/pintu sadap tersier atau sekunder berada disamping kiri atau kanan
saluran dengan arah aliran ke petak tersier atau sekunder mempunyai sudut tegak
lurus (pada umumnya) sampai 45°. Bentuk ini mempunyai kelemahan kecepatan
datang kearah lurus menjadi lebih besar dari pada yang kearah menyamping, sehingga
jika diterapkan sistem proporsional ku°rang akurat. Sedangkan kelebihannya
Bangunan Bagi dan Sadap 81
peletakan bangunan ini tidak memerlukan tempat yang luas, karena dapat langsung
diletakkan pada saluran tersier/saluran sekunder yang bersangkutan.
b. Bentuk Numbak
Bentuk numbak meletakkan bangunan bagi sekunder, sadap tersier dan bangunan
pengatur pada posisi sejajar, sehingga arah alirannya searah.
Bentuk seperti ini mempunyai kelebihan kecepatan datang aliran untuk setiap
bangunan adalah sama. Sehingga bentuk ini sangat cocok diterapkan untuk sistem
proporsional. Tetapi bentuk ini mempunyai kelemahan memerlukan areal yang luas,
semakin banyak bangunan sadapnya semakin luas areal yang diperlukan.
82 Kriteria Perencanaan – Bangunan
5 BAB V
BANGUNAN PEMBAWA
5.1 Pendahuluan
Dalam saluran terbuka, ada berbagai bangunan yang digunakan untuk membawa air
dari satu ruas hulu ke ruas hilir. Bangunan-bangunan ini bisa dibagi menjadi dua
kelompok sesuai jenis aliran hidrolisnya yaitu:
Contoh untuk kelompok bangunan pertama adalah gorong-gorong (lihat Gambar 5.-
1.), flum (lihat Gambar 5.-2.), talang (lihat Gambar 5.-3.) dan sipon (lihat Gambar 5.-
4.). Contoh untuk kelompok kedua adalah bangunan-bangunan pengukur dan
pengatur debit (Bab II), bangunan terjun serta got miring. Kelompok subkritis
bangunan pembawa akan dibicarakan dalam subbab 5.2 sampai 5.5, bangunan terjun
dan got miring dalam subbab 5.7 dan 5.8.
......................................................................................... 5-1
√
dimana:
Fr = bilangan Froude
va = kecepatan rata-rata dalam bangunan, m/dt
g = percepatan gravitasi, m/dt2(9,8m/dt2)
A = luas aliran, m2
B = lebar permukaan air terbuka, m
Untuk pipa sipon beraliran penuh, lebar permukaan air sama dengan nol, jadi
bilangan Froude tidak bisa ditentukan. Kecepatan yang diizinkan di dalam pipa
diakibatkan oleh optimasi ekonomis bahan konstruksi, biaya, mutu konstruksi dan
kehilangan tinggi energi yang ada. Untuk sipon yang relatif pendek, biasanya
kecepatan alirannya kurang dari 2m/dt.
.............................................................................. 5-2
dimana:
A = luas basah, m²
P = keliling basah, m
C = koefisien Chezy (=k R1/6)
k = koefisien kekasaran Strickler, m1/3/dt (lihat tabel Tabel 5-1.)
g = percepatan gravitasi, m/dt² (9,8m/dt²)
Untuk peralihan dalam saluran terbuka dimana bilangan Froude aliran yang
dipercepat tidak melebihi 0,5 kehilangan energi pada peralihan masuk dan peralihan
keluar ΔHmasuk atau ΔHkeluar dinyatakan mamakai rumusan Borda:
( )
.............................................................................. 5-3
( )
.............................................................................. 5-4
dimana:
Harga-harga faktor kehilangan energi untuk peralihan yang biasa dipakai dengan
86 Kriteria Perencanaan – Bangunan
permukaan air bebas diperlihatkan pada Gambar 5-1. Faktor-faktor yang diberikan
untuk perencanaan-perencanaan ini tidak hanya berlaku untuk gorong-gorong, tetapi
juga untuk peralihan talang dan saluran flum pembawa.
Dalam hal ini ada tiga tipe peralihan yang dianjurkan. Anjuran ini didasarkan pada
kekuatan peralihan, jika bangunan dibuat dari pasangan batu. Jika peralihan itu dibuat
dari beton bertulang, maka akan lebih leluasa dalam memilih tipe yang dikehendaki,
dan pertimbangan-pertimbangan hidrolik mungkin memainkan peranan penting.
Bila permukaan air di sebelah hulu gorong-gorong sedemikian sehingga pipa gorong-
gorong itu mengalirkan air secara penuh, maka bangunan ini biasa disebut sipon.
Aliran penuh demikian sering diperoleh karena pipa sipon condong ke bawah di
belakang peralihan masuk dan condong ke atas lagi menjelang sampai di peralihan
keluar.
Kehilangan peralihan masuk dan keluar untuk sipon seperti ini, atau saluran pipa pada
umumnya, lain dengan kehilangan untuk peralihan aliran bebas.
Bangunan Pembawa 87
Persamaan
Pipa gorong-gorong sampai ke
5.3 5.4
peralihan samping saluran
masuk keluar
I 0,50 1,00
Pipa gorong-gorong
Dianjurkan
II 0,50 1,00
peralihan yang
dibulatkan dengan
jari-jari lebih dari 0,1
y IV 0,25 0,50
Peralihan punggung
Dianjurkan
V 0,20 0,40
VI 0,10 0,20
Gambar 5-1. Koefisien Kehilangan Tinggi Energi untuk Peralihan-Peralihan dari Bentuk
Trapesium ke Segi Empat dengan Permukaan Air Bebas (dan Sebaliknya) (dari Bos and
Reinink, 1981; dan Idel’cik, 1960)
88 Kriteria Perencanaan – Bangunan
Persamaan
Saluran pipa sampai pada
DIANJURKAN
masuk keluar
0,65 1,00
Gambar 5-2. Koefisien Kehilangan Tinggi Energi untuk Peralihan-Peralihan dari Saluran
Trapesium ke Pipa dan Sebaliknya (Menurut Simons, 1964 dan Idel’cik, 1960)
Bangunan Pembawa 89
Harga-harga masuk dan keluar untuk peralihan yang biasa digunakan dari saluran
trapesium ke pipa dan sebaliknya, ditunjukkan pada Gambar 5-2. Alasan
dianjurkannya penggunaan tipe tersebut adalah karena dipandang dari segi konstruksi
tipe tersebut mudah dibuat dan kuat.
Bagian siku dan tikungan dalam sipon atau pipa menyebabkan perubahan arah aliran
dan sebagai akibatnya, perubahan pembagian kecepatan pada umumnya. Akibat
perubahan dalam pembagian kecepatan ini, ada peningkatan tekanan piesometris di
luar bagian siku atau tikungan, dan ada penurunan tekanan didalam. Penurunan ini
bisa sedemikian sehingga aliran terpisah dari dinding padat (solid boundary) dan
dengan demikian menyebabkan bertambahnya kehilangan tinggi energi akibat
turbulensi/olakan (lihat Gambar 5-3.).
Kehilangan energi pada bagian siku dan tikungan, Hb yang jumlahnya lebih besar
dari kehilangan akibat gesekan (lihat persamaan 5-2) bisa dinyatakan sebagai fungsi
tinggi kecepatan di dalam pipa itu:
................................................................................................. 5-5
90 Kriteria Perencanaan – Bangunan
Bagian Siku
Untuk perubahan arah aliran yang mendadak (pada bagian siku), koefisien kehilangan
energi Kb ditunjukkan pada Tabel 5-2. Seperti tampak pada Tabel, harga-harga Kb
untuk profil persegi ternyata lebih tinggi daripada untuk profil bulat. Hal ini
disebabkan oleh pembagian kecepatan yang kurang baik dan turbulensi yang timbul
di dalam potongan segi empat.
Tabel 5-2. Harga-Harga Kb untuk Bagian Siku Sebagai Fungsi Sudut dan Potongannya
SUDUT
POTONGAN
5o 10o 15o 22,5o 30o 45o 60o 75o 90o
Bulat 0,02 0,03 0,04 0,05 0,11 0,24 0,47 0,80 1,1
Segi Empat 0,02 0,04 0,05 0,06 0,14 0,30 0,60 1,00 1,4
Tikungan
Kehilangan energi pada tikungan di dalam saluran pipa tekan (conduit) yang
mengalirkan air secara penuh, di samping kehilangan akibat gesekan dalam
persamaan 5-2, dapat dinyatakan sebagai fungsi nilai banding Rb/D, dimana Rb adalah
jari-jari tikungan dan D adalah diameter pipa atau tinggi saluran segi empat pada
tikungan tersebut Gambar 5-4.a. menyajikan harga-harga Kb yang cocok untuk
tikungan saluran berdiameter besar dengan tikungan 90o.
Gambar tersebut menunjukkan bahwa jika nilai banding Rb/D melebihi 4, rnaka harga
Kb menjadi hampir konstan pada 0,07, jadi tikungan berjari-jari lebih besar tidak lebih
menghemat energi.
Untuk tikungan-tikungan yang tidak 90o, harga Kbpada Gambar 5-4.a. dikoreksi
Bangunan Pembawa 91
dengan sebuah faktor seperti yang disajikan pada Gambar 5-4.b. Harga-harga faktor
ini diberikan sebagai fungsi sudut .
Gambar 5-4. Harga-Harga Kb untuk Tikungan 90o pada Saluran Tertutup (USBR) dan
Faktor Koreksi untuk Koefisien Kehilangan di Tikungan pada Saluran Tertutup
Peralihan standar untuk saluran tekan adalah peralihan berdinding vertikal yang
berbentuk kuadran silinder atau peralihan dinding melebar bulat dengan sudut dinding
kurang dari 45o terhadap as saluran. Gambar 5-5. memperlihatkan standar peralihan-
peralihan ini.
92 Kriteria Perencanaan – Bangunan
Faktor-faktor kehilangan energi (lihat persamaan 5-3 dan 5-4) untuk standar peralihan
ini adalah:
masuk = 0,25
keluar = 0,50 untuk 5,5d keluar = 1,0
5.4 Gorong-Gorong
5.4.1 Umum
Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran
irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya saluran), bawah
jalan, atau jalan kereta api.
Bangunan Pembawa 93
Gorong-gorong (lihat Gambar 5-6.) mempunyai potongan melintang yang lebih kecil
daripada luas basah saluran hulu maupun hilir. Sebagian dari potongan melintang
mungkin berada diatas muka air. Dalam hal ini gorong-gorong berfungsi sebagai
saluran terbuka dengan aliran bebas.
Pada gorong-gorong aliran bebas, benda-benda yang hanyut dapat lewat dengan
mudah, tetapi biaya pembuatannya umumnya lebih mahal dibanding gorong-gorong
tenggelam. Dalam hal gorong-gorong tenggelam, seluruh potongan melintang berada
dibawah permukaan air. Biaya pelaksanaan lebih murah, tetapi bahaya tersumbat
lebih besar.
94 Kriteria Perencanaan – Bangunan
Hanya diameter dan panjang standar saja yang mempunyai harga praktis. Diameter
minimum pipa yang dipakai di saluran primer adalah 0,60 m.
Gambar dibawah ini menyajikan dimensi-dimensi dan detail khusus untuk pipa beton
standar.
96 Kriteria Perencanaan – Bangunan
Penutup diatas gorong-gorong pipa dibawah jalan atau tanggul yang menahan berat
kendaraan harus paling tidak sama dengan diameternya, dengan minimum 0,60m.
Gorong-gorong pembuang yang dipasang dibawah saluran irigasi harus memakai
penyambung yang kedap air, yaitu dengan ring penyekat dari karet. Seandainya sekat
penyambung ini tidak ada, maka semua gorong-gorong dibawah saluran harus
disambung dengan beton tumbuk atau pasangan.
Gorong-gorong segi empat dibuat dari beton bertulang atau dari pasangan batu
dengan pelat beton bertulang sebagai penutup. Gorong-gorong tipe pertama terutama
digunakan untuk debit yang besar atau bila yang dipentingkan adalah gorong-gorong
yang kedap air. Gorong-gorong dari pasangan batu dengan pelat beton bertulang
sangat kuat dan pembuatannya mudah. Khususnya untuk tempat-tempat terpencil,
gorong – gorong ini sangat ideal Gambar 5-8. menyajikan contoh tipe gorong-gorong
yang telah dijelaskan diatas.
Untuk gorong-gorong pendek (L < 20 m) seperti yang biasa direncana dalam jaringan
irigasi, harga-harga m seperti yang diberikan pada Tabel 5-4. dapat dianggap sebagai
mendekati benar atau untuk rumus
√ ............................................................................................................5-1
dimana:
Q = debit, m3/dt
= koefisien debit (lihat Tabel 5-3.)
A = luas pipa, m2
g = percepatan gravitasi, m/dt² ( 9,8m/dt²)
z = kehilangan tinggi energi pada gorong-gorong, m
Untuk gorong-gorong yang lebih panjang dari 20m atau di tempat-tempat dimana
diperlukan perhitungan yang lebih teliti, kehilangan tinggi energi berikut dapat
diambil:
( )
Kehilangan masuk: ..............................................................5-2
dimana:
C = kR1/6, k adalah koefisien kekasaran Strickler (k = 1/n = 70 untuk pipa beton)
R = jari-jari hidrolis, m untuk pipa dengan diameter D : R = ¼ D
100 Kriteria Perencanaan – Bangunan
L = panjang pipa, m
v = kecepatan aliran dalam pipa, m/dt
va = kecepatan aliran dalam saluran, m/dt
( )
Kehilangan keluar: ........................................................5-4
Gambar 5-2. memberikan harga-harga untuk masuk dan keluar untuk berbagai bentuk
geometri peralihan.
Perhitungan struktur didasarkan pada asumsi tanah lunak yang umumnya disebut
highly compressible, dengan mengambil hasil pembebanan terbesar/maksimum dari
kombinasi pembebanan sebagai berikut:
Parameter Nilai
Berat Jenis Beton γc = 2,40 t/m3
Tanah (kering) γd = 1,70 t/m3
Tanah (jenuh) γs = 2,00 t/m3
Kelas Jalan Kelas III (BM 50)
Pembebanan Beban Roda Tengah P=5t
Koefisien kejut (impact coefficient) Ii = 0,3 (D < 4,0 m)
(kelas jalan I - IV) 0 (D > 4,0 m)
Beban pejalan kaki
Tegangan beton qp= 0 t/m2
Tegangan tekan ijin beton σck = 225 kgf/m2
Tegangan geser ijin beton σca = 75 kgf/m2
Beton (K 225) Tegangan tarik ijin baja tulangan τa = 6,5 kgf/m2
Tegangan leleh baja σsa = 1.400 kgf/m2
Penulangan (U24, deformed) σsy = 3.000 kgf/m2
Angka ekivalensi n = 21
Koefisien tekanan tanah statis Ka = 0,5
5.4.7.3 Penulangan
Panjang gorong-gorong persegi, merupakan lebar jalan ditambah dua kali lebar bahu
jalan dan dua kali tebal dinding sayap.
Tabel 5-5. Standar Penulangan untuk Gorong-Gorong Segi Empat Tipe Single
a. Gorong-gorong Single
a b
D=1m
i j
t3
c d
H
Hf HT e f
k g h
Hf
t4
t1 t2
B l
BT
Dimensi b=B BT H HT t1 t2 t3 t4 Hf
Debit (h + w)
(m3/dt) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
0.09 - 0.50 1.0 1.4 1.0 1.40 0.20 0.20 0.20 0.20 0.15
0.50 - 1.00 1.5 1.8 1.4 1.79 0.20 0.20 0.20 0.20 0.15
1.00 - 1.50 2.0 2.5 1.5 1.97 0.24 0.24 0.24 0.24 0.15
1.50 - 2.00 2.5 3.1 1.7 2.21 0.28 0.28 0.28 0.28 0.20
Tulangan
Dimensi
Debit
(m3/dt) a b c d e f g h i j k l
0.09 - 0.50 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250
0.50 - 1.00 12@250 12@250 10@250 10@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250
1.00 - 1.50 12@250 12@150 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@150 12@150 12@250 12@250 12@250
1.50 - 2.00 12@250 12@150 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@125 12@125 12@250 12@250 12@150
104 Kriteria Perencanaan – Bangunan
Tabel 5-6. Standar Penulangan untuk Gorong-Gorong Segi Empat Tipe Double
a b c
Gwd
D
d e f
t2
g h i j
H HT
k l m
Hf
Hf n o p q
t3
t1 B t5 B t2
BT r s
Dimensi bsal B BT H HT t1 t2 t3 t4 t5 Hf
Debit (h + w)
(m3/dt) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
2.00 - 3.00 3.0 1.5 3.5 1.8 2.3 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.2
3.00 - 4.00 4.8 2.5 5.3 2.2 2.7 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.2
4.00 - 5.00 5.2 2.7 5.8 2.4 3.0 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.2
5.00 - 6.00 5.9 3.0 6.5 2.5 3.1 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.2
Tulangan
Dimensi
Debit
(m3/dt) a b c d e f g h i j k l m n o p q r s
2.00 - 3.00 12@250 12@150 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 10@250 12@250 12@250 12@250 12@150 12@150
3.00 - 4.00 12@250 16@125 16@250 12@250 16@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 16@250 16@150 16@150
4.00 - 5.00 12@250 19@150 16@150 12@250 16@150 12@250 16@150 12@250 12@250 16@150 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 16@150 16@150 19@150
5.00 - 6.00 12@250 19@125 16@150 12@250 16@150 12@250 16@125 12@250 12@250 16@125 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 16@150 16@125 19@125
Bangunan Pembawa 105
5.5 Sipon
5.5.1 Umum
Sipon (Gambar 5-9.) adalah bangunan yang membawa air melewati bawah saluran
lain (biasanya pembuang) atau jalan. Pada sipon air mengalir karena tekanan.
Perencanaan hidrolis sipon harus mempertimbangkan kecepatan aliran, kehilangan
pada peralihan masuk, kehilangan akibat gesekan, kehilangan pada bagian siku sipon
serta kehilangan pada peralihan keluar.
Diameter minimum sipon adalah 0,60 m untuk memungkinkan pembersihan dan
inspeksi.
Karena sipon hanya memiliki sedikit fleksibilitas dalam mengangkut lebih banyak air
daripada yang direncana, bangunan ini tidak akan dipakai dalam pembuang.
Walaupun debit tidak diatur, ada kemungkinan bahwa pembuang mengangkut lebih
banyak benda-benda hanyut.
Agar pipa sipon tidak tersumbat dan tidak ada orang atau binatang yang masuk secara
kebetulan, maka mulut pipa ditutup dengan kisi-kisi penyaring (trashrack).
Biasanya pipa sipon dikombinasi dengan pelimpah tepat di sebelah hulu agar air tidak
meluap diatas tanggul saluran hulu.
Di saluran-saluran yang lebih besar, sipon dibuat dengan pipa rangkap (double
barrels) guna menghindari kehilangan yang lebih besar di dalam sipon jika bangunan
itu tidak mengalirkan air pada debit rencana. Pipa rangkap juga menguntungkan dari
segi pemeliharaan dan mengurangi biaya pelaksanaan bangunan.
Sipon yang panjangnya lebih dari 100 m harus dipasang dengan lubang periksa
(manhole) dan pintu pembuang, jika situasi memungkinkan, khususnya untuk
jembatan sipon (lihat subbab 5.5.7).
Pemasangan sipon (yang panjangnya lebih dari 100 m) memerlukan seorang ahli
mekanik dan hidrolik.
106 Kriteria Perencanaan – Bangunan
Untuk mencegah sedimentasi kecepatan aliran dalam sipon harus tinggi. Tetapi,
kecepatan yang tinggi menyebabkan bertambahnya kehilangan tinggi energi. Oleh
sebab itu keseimbangan antara kecepatan yang tinggi dan kehilangan tinggi energi
yang diizinkan harus tetap dijaga. Kecepatan aliran dalam sipon harus dua kali lebih
tinggi dari kecepatan normal aliran dalam saluran, dan tidak boleh kurang dari 1m/dt,
lebih disukai lagi kalau tidak kurang dari 1,5m/dt Kecepatan maksimum sebaiknya
tidak melebihi 3m/dt.
Bagian atas lubang pipa berada sedikit dibawah permukaan air normal ini akan
mengurangi kemungkinan berkurangnya kapasitas sipon akibat masuknya udara ke
dalam sipon. Kedalaman tenggelamnya bagian atas lubang sipon disebut air perapat
(water seal).
Tinggi air perapat bergantung kepada kemiringan dan ukuran sipon, pada umumnya:
1,1 hv< air perapat < 1,5 hv (sekitar 0,45m, minimum 0,15m) dimana:
hv = beda tinggi kecepatan pada pemasukan.
Kisi-kisi penyaring (lihat Gambar 5-10.) harus dipasang pada bukaan/lubang masuk
bangunan dimana benda-benda yang menyumbat menimbulkan akibat-akibat yang
serius, misalnya pada sipon dan gorong-gorong yang panjang.
Kisi-kisi penyaring dibuat darijeruji-jeruji baja dan mencakup seluruh bukaan. Jeruji
tegak dipilih agar bisa dibersihkan dengan penggaruk (rake).
.......................................................................................................... 5-5
0 1 ......................................................................................... 5-6
dimana :
hf = kehilangan tinggi energi, m
v = kecepatan melalui kisi-kisi, m/dt
g = percepatan gravitasi, m/dt² ( 9,8m/dt²)
c = koefisien berdasarkan :
= fakor bentuk (2,4 untuk segi empat, dan 1,8 untuk jeruji bulat)
s = tebal jeruji, m
b = jarak bersih antar jeruji, m
= sudut kemiringan dari bidang horizontal
Bangunan Pembawa 109
5.5.6 Pelimpah
Biasanya sipon dikombinasi dengan pelimpah tepat di hulu bangunan itu (lihat
Gambar 5-9.). Dalam kondisi penempatan bangunan pengeluaran sedimen
direncanakan pada ruas ini, serta ketersediaan lahan/ruang mencukupi, maka
disarankan dilakukan penggabungan bangunan pelimpah dengan bangunan pengeluar
sedimen (sediment excluder). Pelimpah samping adalah tipe paling murah dan sangat
cocok untuk pengaman terhadap kondisi kelebihan air akibat bertambahnya air dari
luar saluran. Debit rencana pelimpah sebaiknya diambil 60% atau 120% dari Q rencana
(lihat Bab VII).
Talang (Gambar 5-11.) adalah saluran buatan yang dibuat dari pasangan beton
bertulang, kayu atau baja maupun beton ferrocement, didalamnya air mengalir dengan
permukaan bebas, dibuat melintas lembah dengan panjang tertentu (umumnya
dibawah 100 m), saluran pembuang, sungai, jalan atau rel kereta api,dan sebagainya.
Dan saluran talang minimum ditopang oleh 2 (dua) pilar atau lebih dari konstruksi
pasangan batu untuk tinggi kurang 3 meter (beton bertulang pertimbangan biaya) dan
konstruksi pilar dengan beton bertulang untuk tinggi lebih 3 meter.
Sedangkan flum (Gambar 5-12.) adalah saluran-saluran buatan yang dibuat dari
pasangan, beton baik yang bertulang maupun tidak bertulang, baja atau kayu maupun
beton ferrocement. Didalamnya air mengalir dengan permukaan bebas, dibuat
melintas lembah yang cukup panjang > 60 meter atau disepanjang lereng bukit dan
sebagainya. Dan dasar saluran flum tersebut terletak diatas muka tanah bervarasi
tinggi dari 0 meter dan maksimum 3 meter. Untuk menopang perbedaan tinggi antara
muka tanah dan dasar saluran flum dapat dilaksanakan dengan tanah timbunan atau
pilar pasangan batu atau beton bertulang.
5.6.1 Talang
Potongan melintang bangunan tersebut ditentukan oleh nilai banding b/h, dimana b
adalah lebar bangunan dan h adalah kedalaman air. Nilai-nilai banding berkisar antara
1 sampai 3 yang menghasilkan potongan melintang hidrolis yang lebih ekonomis.
tidak stabil. Untuk nilai banding potongan melintang pada subbab 5.6.1, ini
memberikan kemiringan maksimum I = 0,002.
5.6.1.3 Peralihan
Peralihan masuk dan keluar dapat diperkirakan dengan Gambar 5-1. dan menghitung
kehilangan tinggi energi dengan persamaan 5-3 dan 5-4.Untuk menentukan panjang
peralihan di hulu maupun dihilir dihitung dengan persamaan 5-12.
Tinggi jagaan untuk air yang mengalir dalam talang atau flum didasarkan pada debit,
kecepatan dan faktor-faktor lain. Harga-harga tinggi jagaan dapat diambil dari KP -
03 Saluran, subbab 4.3.6 Saluran Pasangan.
Untuk talang yang melintas sungai atau pembuang, harus dipakai harga-harga ruang
bebas berikut
- pembuang intern Q5+ 0,50 m
- pembuang ekstern Q25+ 1,00 m
- sungai: Q25 + ruang bebas bergantung kepada keputusan perencana, tapi tidak
kurang dari 1,50 m. Perencana akan mendasarkan pilihannya pada karakteristik
sungai yang akan dilintasi, seperti kemiringan, benda-benda hanyut, agradasi atau
degradasi.
5.6.1.5 Bahan
Pipa-pipa baja sering digunakan untuk talang kecil karena mudah dipasang dan sangat
kuat. Untuk debit kecil, pipa-pipa ini lebih ekonomis daripada tipe-tipe bangunan atau
bahan lainnya. Tetapi baja memiliki satu ciri khas yang harus mendapat perhatian
khusus baja mengembang (ekspansi) jika kena panas. Ekspansi baja lebih besar dari
bahan-bahan lainnya.
Oleh sebab itu harus dibuat sambungan ekspansi. Sambungan ekspansi hanya dapat
dibuat di satu sisi saja atau di tengah pipa, bergantung kepada bentang dan jumlah
titik dukung (bearing point).
Flum dibuat dari kayu, baja atau beton. Untuk menyeberangkan air lewat saluran
pembuang atau irigasi yang lain, petani sering menggunakan flum kayu. Flum baja
114 Kriteria Perencanaan – Bangunan
atau beton dipakai sebagai talang. Untuk debit-debit yang besar, lebih disukai flum
beton. Kedua tipe bangunan tersebut dapat berfungsi ganda jika dipakai sebagai
jembatan orang (baja) atau kendaraan (beton). Flum merupakan saluran tertutup jika
dipakai sebagai jembatan jalan.
a).Analisis Pembebanan
Pembebanan talang (aquaduct) irigasi selain beban air irigasi diperhitungkan juga
beban lalu lalang sesuai fungsi jembatan sebagai jembatan inspeksi.
Pembebanan akibat berat air sesuai volume air yang melalui talang yaitu debit x
panjang bentang talang.
Untuk talang yang box bagian atasnya seyogyanya dilengkapi dengan jembatan baik
sebagai jalan inspeksi yang digunakan atau direncanakan untuk memeriksa dan
memelihara jaringan irigasi atau sekaligus berfungsi sebagai jalan utama yang dipakai
oleh kendaraan komersial di pedesaan.
Kapasitas box talang dalam mengalirkan debit saluran irigasi dan kemiringan dasar
talang dirinci dalam Tabel 5-7.
Bangunan Pembawa 115
Kelas V 0.5 x 0.5 0.35 0.18 1.20 0.15 1.23 0.22 1.12 0.20 1.04 0.18 0.97 0.17 0.87 0.15
0.30 0.15 1.40 0.11 1.17 0.18 1.07 0.16 0.99 0.15 0.93 0.14 0.83 0.12
0.6 x 0.6 0.45 0.27 1.50 0.18 1.41 0.38 1.29 0.35 1.19 0.32 1.12 0.30 1.00 0.27
0.40 0.24 1.40 0.17 1.37 0.33 1.25 0.30 1.15 0.28 1.08 0.26 0.97 0.23
0.35 0.21 1.30 0.16 1.31 0.28 1.20 0.25 1.11 0.23 1.04 0.22 0.09 0.02
0.8 x 0.8 0.60 0.48 2.00 0.24 1.71 0.82 1.56 0.75 1.44 0.69 1.35 0.65 1.21 0.58
0.55 0.44 1.10 0.40 2.40 1.06 2.19 0.96 2.03 0.89 1.90 0.84 1.70 0.75
0.50 0.40 1.00 0.40 2.40 0.96 2.19 0.88 2.03 0.81 1.90 0.76 1.70 0.68
1x1 0.80 0.80 2.60 0.31 2.02 1.62 1.84 1.47 1.70 1.36 1.59 1.27 1.43 1.14
0.75 0.75 2.50 0.30 1.98 1.49 1.81 1.36 1.68 1.26 1.57 1.18 1.40 1.05
0.70 0.70 2.40 0.29 1.95 1.37 1.78 1.25 1.64 1.15 1.54 1.08 1.38 0.97
Kelas IV 1.5 x 1.5 1.30 1.95 4.10 0.48 2.70 5.27 2.46 4.80 2.28 4.45 2.13 4.15 1.91 3.72
1.25 1.88 4.00 0.47 2.67 5.01 2.44 4.58 2.26 4.24 2.11 3.96 1.89 3.54
1.20 1.80 3.90 0.46 2.64 4.75 2.41 4.34 2.23 4.01 2.09 3.76 1.87 3.37
2.0 x 2.0 1.80 3.60 5.60 0.64 3.30 11.87 3.01 10.84 2.79 10.03 2.61 9.39 2.33 8.39
1.75 3.50 5.50 0.64 3.28 11.46 2.99 10.47 2.77 9.69 2.59 9.06 2.32 8.11
1.70 3.40 5.40 0.63 3.25 11.06 2.97 10.09 2.75 9.34 2.57 8.74 2.30 7.82
1.65 3.30 5.30 0.62 3.23 10.65 2.95 9.72 2.73 9.00 2.55 8.42 2.28 7.53
Kelas III 2.5 x 2.5 2.25 5.63 7.00 0.80 3.83 21.54 3.49 19.67 3.23 18.21 3.03 17.03 2.71 15.23
2.20 5.50 6.90 0.80 3.81 20.93 3.47 19.11 3.22 17.69 3.01 16.55 2.69 14.80
2.10 5.25 6.70 0.78 3.76 19.76 3.44 18.03 3.18 16.70 2.98 15.62 2.66 13.97
2.00 5.00 6.50 0.77 3.72 18.58 3.39 16.97 3.14 15.71 2.94 14.69 2.63 13.14
3x3 2.80 8.40 8.60 0.98 4.36 36.62 3.98 33.43 3.68 30.91 3.45 28.98 3.08 25.87
2.75 8.25 8.50 0.97 4.34 35.81 3.96 32.67 3.67 30.28 3.43 28.30 3.07 25.33
2.70 8.10 8.40 0.96 4.32 34.99 3.94 31.91 3.65 29.57 3.42 27.70 3.06 24.79
3.5 x 2 1.80 6.30 7.10 0.89 4.09 25.75 3.73 23.51 3.46 21.77 3.23 20.36 2.89 18.21
1.75 6.13 7.00 0.88 4.05 24.81 3.70 22.66 3.42 20.98 3.20 19.63 2.86 17.56
1.70 5.95 6.90 0.86 4.01 23.86 3.66 21.78 3.39 20.17 3.17 18.87 2.84 16.90
1.65 5.78 6.80 0.85 3.97 22.93 3.62 20.95 3.36 19.39 3.14 18.14 2.81 16.24
4 x 2.5 2.25 9.00 8.50 1.06 4.60 41.39 4.20 37.79 3.89 34.98 3.64 32.72 3.25 29.27
2.20 8.80 8.40 1.05 4.57 40.19 4.17 36.69 3.86 33.97 3.61 31.77 3.23 28.42
2.10 8.40 8.20 1.02 4.50 37.79 4.11 34.50 3.80 31.94 3.56 29.88 3.18 26.72
2.00 8.00 8.00 1.00 4.43 35.42 4.04 32.33 3.74 29.94 3.50 28.00 3.13 25.04
116 Kriteria Perencanaan – Bangunan
- Klasifikasi
Semua jembatan diatas box talang digolongkan sebagai jalan kelas III atau lebih
rendah menurut standar Bina Marga sesuai RSNI. T02- 2005 dan merupakan
jembatan satu jalur.
Untuk jembatan diatas box talang dimanfaatkan juga untuk keperluan jalan inspeksi.
Jalan inspeksi tersebut direncanakan dengan mengikuti standar Bina Marga.
Lebar jembatan diatas talang untuk jalan-jalan kelas III, IV dan V disajikan dalam
Tabel berikut.
Kelas IV 3,0 m
Kelas V 1,5 m
1. Panjang Talang
Panjang talang atau panjang box talang satu ruas untuk membuat standarisasi
penulangan beton maka dibuat konstruksi maksimum 10 m dan minimum 3 m.
B b
............................................................................................. 5-7
dimana:
Total kehilangan tinggi muka air di talang (Δh) dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
...................................................................................... 5-8
dimana:
h1 = kehilangan tinggi muka air di bagian masuk (m)
h2 = kehilangan tinggi muka air di sepanjang talang (m)
= L2 x S2
h3 = kehilangan tinggi muka air di bagian keluar (m)
S2 = kemiringan memanjang talang
118 Kriteria Perencanaan – Bangunan
( ) ...................................................................................... 5-9
dimana:
dimana:
( ) ...................................................................................... 5-12
( )
...................................................................................... 5-13
Dimana:
f0/f1 = koefisien tinggi energi untukperalihan dari bentuk trapesium ke bentuk segi
empat dengan permukaan bebas.
Bangunan Pembawa 119
- Desain Parameter
Parameter Nilai
Berat Jenis Air γw = 1 tf/m3
Beton Bertulang γc = 2,4 tf/m3
Aspal γws = 2,3 tf/m3
Kelas Jembatan Klasifikasi Beban Kendaraan Class = 3 (3,5)
Beban Guna Beban Garis P0 P0 = 6 tf/m
Beban Garis P P = 2,2 tf/m
Beban Merata Ld Distribution Load Ld = 0,4 tf/m
Beban Roda Pt Pt = 5 t
Koef. Kejut im = 1 + 20/ (50 + Ln) im = 1,36
Perataan Beban (500 kg/m2) Ldc = 0 tf/m2
Beton Tegangan Karakteristik (sck) (K225) sck = 225 kgf/cm2
Tegangan Ijin Tekan (sca) sca = 75 kgf/cm2
Tegangan Ijin Geser (tm) tm = 6,5 kgf/cm2
Penulangan Tegangan Tarik Ijin Baja (ssa) (U32, ulir) ssa = 1.400 kgf/cm2
Tegangan Leleh Baja Tulangan ssy = 3.000 kgf/cm2
Young’s Modulus Ratio n = 21
- Penulangan
Konstruksi talang, dapat direncanakan dengan dimensi seperti terlihat pada matriks
berikut ini.
Bangunan Pembawa 121
Tabel
Tabel5-9.
5.9 Matriks Dimensi
Matriks Dimensi dandan Standar
Standar Penulangan
Penulangan Talang
Talang
Lantai talang terletak diatas tumpuan (abutment) di kedua sisi saluran. Tumpuan ini
meneruskan berat beban ke pondasi. Untuk talang dengan jembatan yang bentangnya
besar diperlukan satu atau lebih pilar di sungai atau saluran pembuang alam guna
mendukung bangunan atas agar mengurangi beban yang ditumpu.
Biasanya pondasi berupa “telapak sebar” (spread footing). Bila beban tanah dibawah
pondasi tidak cukup kuat, maka dipakai tiang pancang. Tiang pancang ini dapat
dibuat dari beton, baja atau kayu.
Kedalaman pondasi
Kedalaman pondasi tumpu harus berada dibawah garis kemiringan 1 sampai 4 dari
dasar sungai atau saluran pembuang seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
> 1,5 m
1,5
1,5
Sejajar dengan
L = 2,5 m talud saluran
Atau dibawah garis paralel dengan kemiringan samping pada jarak 1,5 m untuk tebing
sungai bertalud pasangan dan 2,5m untuk talud tanah.
- Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan atau ruang bebas talang yang dimanfaatkan sebagai jembatan yang
melintasi sungai atau saluran pembuang alam harus lebih 1,50m dari muka air pada
debit rencana.
- Debit Rencana
Debit rencana sungai yang sering digunakan pada adalah debit dengan periode ulang
20 tahun atau Q20.
Elevated flume merupakan saluran air melalui celah sempit yang ditinggikan dari
permukaan tanah. Kemiringan memanjang saluran flume dibuat curam daripada
saluran dihulu atau dibagian hilirnya.
Kecepatan maksimum yang diijinkan 4m/det, kecepatan normal 0,7 m/dt sampai 3
m/dt. Bila tingginya cukup maka kemiringan saluran flume dapat dibuat lebih besar
daripada 1/250 atau 1/400 (0,00285 atau 0,00250).
Secara umum aliran dielevated flume ini dihitung sebagai aliran merata dihilir dan
hulu saluran. Standar panjang saluran transisi sebagai berikut:
124 Kriteria Perencanaan – Bangunan
8m
Penentuan dimensi potongan flume segi empat dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara
yaitu:
- Menggunakan Grafik
Gambar 5-18. Grafik untuk Menentukan Dimensi Flume Berdasarkan b dan d Flume
126 Kriteria Perencanaan – Bangunan
dimana:
b = lebar saluran
d = tinggi aliran dalam saluran
n = koefisien kekasaran
I = kemiringan (slope) potongan memanjang
- Dengan perhitungan
Perhitungan yang digunakan sama dengan rumus untuk perhitungan saluran terbuka.
Tinggi jagaan (freeboard) dihitung dengan:
1. minimum tinggi jagaan sekitar 0,10 sampai 1,50 kali lining saluran dihulu dan
dihilir.
Outlet
Peralihan Hulu Elevated Flume Peralihan Hilir
I1 Dasar Saluran I2 I3
L1 = 3 m L2 = 92 m L3 = 3 m
Gambar 5-19. Potongan Memanjang Flume dan Kehilangan Tinggi Muka Air
Gambar 5-20. Kehilangan Tinggi Muka Air (Jenis Peralihan Punggung Patah)
( )
- Elevated Flume
Harga-harga koefisien kehilangan tinggi energi masuk (inlet) dan keluar (outlet) dapat
dilihat pada Tabel 5-3. pada Kriteria Perencanaan Saluran (KP-03).
Di Indonesia pada umumnya saluran flume diletakkan diatas timbunan (kurang dari
3m). Elevated flume diletakkan diatas pilar dengan pertimbangan antara lain:
2. Harga biaya timbunan tanah lebih mahal daripada biayapilar yang disebabkan
antara lain sumber tanah timbunan lokasinya jauh dari proyek.
Untuk memudahkan menentukan dimensi saluran Elevated Flume, maka dibuat daftar
yang terkait dimensi, debit, kecepatan dan kemiringan memanjang saluran seperti
yang terlihat pada tabel dibawah ini.
Bangunan Pembawa 129
0.5 x 0.5 0.35 0.18 1.20 0.15 1.23 0.22 1.12 0.20 1.04 0.18 0.97 0.17 0.87 0.15
0.30 0.15 1.40 0.11 1.17 0.18 1.07 0.16 0.99 0.15 0.93 0.14 0.83 0.12
0.6 x 0.6 0.45 0.27 1.50 0.18 1.41 0.38 1.29 0.35 1.19 0.32 1.12 0.30 1.00 0.27
0.40 0.24 1.40 0.17 1.37 0.33 1.25 0.30 1.15 0.28 1.08 0.26 0.97 0.23
0.35 0.21 1.30 0.16 1.31 0.28 1.20 0.25 1.11 0.23 1.04 0.22 0.09 0.02
0.8 x 0.8 0.60 0.48 2.00 0.24 1.71 0.82 1.56 0.75 1.44 0.69 1.35 0.65 1.21 0.58
0.55 0.44 1.10 0.40 2.40 1.06 2.19 0.96 2.03 0.89 1.90 0.84 1.70 0.75
0.50 0.40 1.00 0.40 2.40 0.96 2.19 0.88 2.03 0.81 1.90 0.76 1.70 0.68
1x1 0.80 0.80 2.60 0.31 2.02 1.62 1.84 1.47 1.70 1.36 1.59 1.27 1.43 1.14
0.75 0.75 2.50 0.30 1.98 1.49 1.81 1.36 1.68 1.26 1.57 1.18 1.40 1.05
0.70 0.70 2.40 0.29 1.95 1.37 1.78 1.25 1.64 1.15 1.54 1.08 1.38 0.97
1.5 x 1.5 1.30 1.95 4.10 0.48 2.70 5.27 2.46 4.80 2.28 4.45 2.13 4.15 1.91 3.72
1.25 1.88 4.00 0.47 2.67 5.01 2.44 4.58 2.26 4.24 2.11 3.96 1.89 3.54
1.20 1.80 3.90 0.46 2.64 4.75 2.41 4.34 2.23 4.01 2.09 3.76 1.87 3.37
2.0 x 2.0 1.80 3.60 5.60 0.64 3.30 11.87 3.01 10.84 2.79 10.03 2.61 9.39 2.33 8.39
1.75 3.50 5.50 0.64 3.28 11.46 2.99 10.47 2.77 9.69 2.59 9.06 2.32 8.11
1.70 3.40 5.40 0.63 3.25 11.06 2.97 10.09 2.75 9.34 2.57 8.74 2.30 7.82
1.65 3.30 5.30 0.62 3.23 10.65 2.95 9.72 2.73 9.00 2.55 8.42 2.28 7.53
2.5 x 2.5 2.25 5.63 7.00 0.80 3.83 21.54 3.49 19.67 3.23 18.21 3.03 17.03 2.71 15.23
2.20 5.50 6.90 0.80 3.81 20.93 3.47 19.11 3.22 17.69 3.01 16.55 2.69 14.80
2.10 5.25 6.70 0.78 3.76 19.76 3.44 18.03 3.18 16.70 2.98 15.62 2.66 13.97
2.00 5.00 6.50 0.77 3.72 18.58 3.39 16.97 3.14 15.71 2.94 14.69 2.63 13.14
3x3 2.80 8.40 8.60 0.98 4.36 36.62 3.98 33.43 3.68 30.91 3.45 28.98 3.08 25.87
2.75 8.25 8.50 0.97 4.34 35.81 3.96 32.67 3.67 30.28 3.43 28.30 3.07 25.33
2.70 8.10 8.40 0.96 4.32 34.99 3.94 31.91 3.65 29.57 3.42 27.70 3.06 24.79
3.5 x 2 1.80 6.30 7.10 0.89 4.09 25.75 3.73 23.51 3.46 21.77 3.23 20.36 2.89 18.21
1.75 6.13 7.00 0.88 4.05 24.81 3.70 22.66 3.42 20.98 3.20 19.63 2.86 17.56
1.70 5.95 6.90 0.86 4.01 23.86 3.66 21.78 3.39 20.17 3.17 18.87 2.84 16.90
1.65 5.78 6.80 0.85 3.97 22.93 3.62 20.95 3.36 19.39 3.14 18.14 2.81 16.24
4 x 2.5 2.25 9.00 8.50 1.06 4.60 41.39 4.20 37.79 3.89 34.98 3.64 32.72 3.25 29.27
2.20 8.80 8.40 1.05 4.57 40.19 4.17 36.69 3.86 33.97 3.61 31.77 3.23 28.42
2.10 8.40 8.20 1.02 4.50 37.79 4.11 34.50 3.80 31.94 3.56 29.88 3.18 26.72
2.00 8.00 8.00 1.00 4.43 35.42 4.04 32.33 3.74 29.94 3.50 28.00 3.13 25.04
130 Kriteria Perencanaan - Bangunan
- Desain Parameter
- Penulangan.
Konstruksi Flume, direncanakan dengan dimensi seperti terlihat pada gambar dan
matriks dibawah ini.
Bangunan Pembawa 131
t1 t1
H
Hf HT
Hf
t3
t2 B t2
BT
TabelTabel
5.115-12. Dimensi
Dimensi Desain
Desain Dandan PenulanganElevated
Penulangan Elevated Flume
Flume
Type flume H0.5m H0.6m H0.8m H1.0m H1.5m H2.0m H2.5m H3.0m
Lebar Saluran m 0.50 0.60 0.80 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00
Tinggi Saluran m 0.50 0.60 0.80 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00
Tinggi fillet / lengkungan sudut m 0.08 0.08 0.08 0.08 0.15 0.15 0.20 0.20
Ketebalan Dinding Saluran Atas cm 10.0 10.0 15.0 15.0 15.0 15.0 15.0 20.0
Bawah cm 10.0 10.0 15.0 15.0 20.0 20.0 22.0 25.0
Dasar Saluran cm 10.0 10.0 15.0 15.0 20.0 20.0 22.0 25.0
Selimut Beton
Dinding Saluran Luar cm 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0
Dalam cm - - - - 5.0 5.0 5.0 5.0
Dasar Saluran Atas cm 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0
Bawah cm - - - - 5.0 5.0 5.0 5.0
Upper outside Tensile bar mm 12@250 12@250 12@250 12@250 12@200 12@200 16@200 16@200
Distribution bar mm 10@150 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@200 12@250
Upper inside Compressive bar mm - - - - - - - 12@250
Distribution bar mm - - - - - - - 12@250
Dasar Lower edge Tensile bar mm 12@250 12@250 12@250 12@250 12@200 12@100 16@100 16@100
Saluran Distribution bar mm 10@150 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@200 12@200
Upper edge Compressive bar mm - - - - 12@250 12@250 12@250 12@250
Distribution bar mm - - - - 12@250 12@250 12@200 12@200
Lower middle Tensile/comp. bar mm 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250
Distribution bar mm 10@150 12@250 12@250 12@250 12@250 12@250 12@200 12@200
Upper middle Tensile/comp. bar mm - - - - 12@250 12@250 12@250 12@250
Distribution bar mm - - - - 12@250 12@250 12@200 12@200
Siku Tulangan Siku mm 12@250 12@250 12@250 12@250 12@200 12@200 12@200 12@200
Bangunan Pembawa 133
5.7.1 Umum
Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih
curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan semacam
ini mempunyai empat bagian fungsional, masing-masing memiliki sifat-sifat
perencanaan yang khas (lihat Gambar 5-23.)
3. bagian tepat di sebelah hilir potongan U dalam Gambar 5-23., yaitu tempat dimana
energi diredam
Pada bagian pertama dari bangunan ini, aliran diatas ambang dikontrol. Hubungan
tinggi energi yang memakai ambang sebagai acuan (h1) dengan debit (Q) pada
pengontrol ini bergantung pada ketinggian ambang (p 1), potongan memanjang mercu
bangunan, kedalaman bagian pengontrol yang tegak lurus terhadap aliran, dan lebar
bagian pengontrol ini.
Bangunan-bangunan pengontrol yang mungkin adalah alat ukur ambang lebar atau
flum leher panjang (subbab 2.3), bangunan pengatur mercu bulat (subbab 3.4) dan
bangunan celah pengontrol trapesium (subbab 3.5).
Pada waktu menentukan bagian pengontrol, kurva Q-h1 dapat diplot pada grafik. Pada
grafik yang sama harus diberikan plot debit versus kedalaman air saluran hulu, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 5-14. Dengan cara menganekaragamkan harga-harga
pengontrol, kedua kurva dapat dibuat untuk bisa digabung dengan harga-antara umum
134 Kriteria Perencanaan - Bangunan
h1 H1 y penurunan
y1 c
tirai luapan tinggi
p1 energi H
potongan u
ambang
bendung
Z y2
yd Hd
yu n
Lp Lj
panjang kolam L B
H
dc
Z Z+a
25 Cm
a
..................................................................................................5-14
Dimana:
Q = Debit (m3/dt)
m = Koefisien aliran = 1
⁄ ....................................................................................................... 5-15
( )
Dimana:
......................................................................................... 5-16
( ⁄ ) ( ⁄ )
Dimana:
Bangunan terjun tegak menjadi lebih besar apabila ketinggiannya ditambah. Juga
kemampuan hidrolisnya dapat berkurang akibat variasi di tempat jatuhnya pancaran
di lantai kolam jika terjadi perubahan debit. Bangunan terjun sebaiknya tidak dipakai
apabila perubahan tinggi energi,diatas bangunan melebihi 1,50 m.
Dengan bangunan terjun tegak, luapan yang jatuh bebas akan mengenai lantai kolam
dan bergerak ke hilir pada potongan U (lihat Gambar 5-18.). Akibat luapan dan
turbulensi (pusaran air) di dalam kolam dibawah tirai luapan, sebagian dari energi
direndam di depan potongan U. Energi selebihnya akan diredam di belakang
potongan U. Sisa tinggi energi hilir yang memakai dasar kolam sebagai bidang
persamaan, Hd, tidak berbeda jauh dari perbandingan Z/H1, dan kurang lebih sama
dengan 1,67H1 (lihat persamaan 5-13). Harga Hd ini dapat dipakai untuk menentukan
Z sebuah bangunan terjun tegak dan persamaan 5-12.
Bangunan terjun dengan bidang tegak sering dipakai pada saluran induk dan
138 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Menurut Perencanaan Teknis Direktorat Irigasi (1980) tinggi terjun tegak dibatasi
sebagai berikut:
(1) Tinggi terjun maksimum 1,50 meter untuk Q < 2,50 m3/dt.
(2) Tinggi terjun maksimum 0,75 meter untuk Q > 2,50 m3/dt
( ) ................................................................................. 5-17
................................................................................................... 5-18
√ . ................................................................................................. 5-19
dan selanjutnya,
⁄ .................................................................................................... 5-20
Aliran pada potongan U kemudian dapat dibedakan sifatnya dengan bilangan Froude
tak berimensi:
Bangunan Pembawa 139
......................................................................................... 5-21
√
Geometri bangunan terjun tegak dengan perbandingan panjang yd/z dan Lp/z kini
dapat dihitung dari Gambar 5-25.
Gambar 5-26. Grafik Tak Berdimensi dari Geometri Bangunan Terjun Tegak
(Bos, Replogle and Clemmens, 1984)
Permukaan miring yang menghantar air ke dasar kolam olak adalah praktek
perencanaan yang umum, khususnya jika tinggi energi jatuh melebihi 1,5 m. Pada
bangunan terjun, kemiringan permukaan belakang dibuat securam mungkin dan
relatif pendek. Jika peralihan ujung runcing dipakai di antara permukaan pengontrol
dan permukaan belakang (hilir), disarankan untuk memakai kemiringan yang tidak
lebih curam dari 1:2 (lihat Gambar 5-26.).
140 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Alasannya adalah untuk mencegah pemisahan aliran pada sudut miring. Jika
diperlukan kemiringan yang lebih curam, sudut runcing harus diganti dengan kurva
peralihan dengan jari-jari r 0,5 Hlmaks. Harga-harga yu dan Hd, yang dapat digunakan
untuk perencanaan kolam di belakang potongan U, mungkin dapat ditentukan dengan
menggunakan Tabel A.2.6, Lampiran II Tinggi energi Hu pada luapan yang masuk
kolam pada potongan U mempunyai harga yang jauh lebih tinggi jika digunakan
permukaan hilir yang miring, dibandingkan apabila luapan jatuh bebas seperti pada
bangunan terjun tegak. Sebabnya ialah bahwa dengan bangunan terjun tegak, energi
diredam karena terjadinya benturan luapan dengan lantai kolam dan karena pusaran
turbulensi air di dalam kolam dibawah tirai luapan. Dengan bangunan terjun miring,
peredaman energi menjadi jauh berkurang akibat gesekan dan aliran turbulensi diatas
permukaan yang miring.
Bila saluran mengikuti kemiringan lapangan yang panjang dan curam, maka
sebaiknya dibuat got miring.
Aliran dalam got miring (lihat Gambar 5-27.) adalah superkritis dan bagian
peralihannya harus licin dan berangsur agar tidak terjadi gelombang. Gelombang ini
bisa menimbulkan masalah di dalam potongan got miring dan kolam olak karena
gelombang sulit diredam.
5.8.1 Peralihan
(1) Kotangen sudut lentur permukaan air () tidak boleh kurang dari 3,375 kali
bilangan Froude aliran (Bila kriteria ini tidak berhasil mengontrol
pelenturan, maka pelenturan maksimum sebaiknya 30 o pada peralihan
142 Kriteria Perencanaan - Bangunan
......................................................................................... 5-22
dimana:
...................................................................................... 5-23
√( )
d = ( )
.................................................................................................... 5-24
( )
.......................................................................... 5-25
USBR membatasi harga K sampai dengan maksimum 0,5 untuk menjamin agar
tekanan positif pada lantai tetap ada.
(2) Peralihan masuk nonsimetris dan perubahan-perubahan pada trase tepat didepan
bangunan harus dihindari karena hal-hal tersebut bisa mengakibatkan terjadinya
gelombang-gelombang silang di dalam got miring dan arus deras di dalam kolam
olak.
(3) Kecepatan saluran di got miring tidak melebihi 2 m/dt untuk saluran pasangan
batu dan 3 m/dt untuk saluran dari pasangan beton.
.......................................................... 5-26
Dimana:
Kehilangan energi karena gesekan hf sama dengan sudut gesekan rata-rata Sa pada
ruas kali panjangnya L. Dengan rumus Manning/Strickler, sudut gesekan tersebut
144 Kriteria Perencanaan - Bangunan
adalah:
....................................................................................................... 5-27
dimana:
v = kecepatan, m/dt
k = koefisien kekasaran, m1/3/dt
R = jari-jari hidrolis, m
Kehilangan energi akibat gesekan, hf boleh diabaikan untuk got miring yang
panjangnya kurang dari 10 m.
Potongan biasa untuk bagian miring bangunan ini adalah segi empat. Tetapi,
andaikata ada bahaya terjadinya aliran yang tidak stabil dan timbulnya gelombang,
maka potongan dengan dasar berbentuk segi tiga dan dinding vertikal dapat dipilih.
Tinggi dinding got miring yang dianjurkan sama dengan kedalaman maksimum
ditambah dengan tinggi jagaan (lihat Tabel 5-12.) atau 0,4 kali kedalaman kritis di
dalam potongan got miring ditambah dengan tinggi jagaan, yang mana saja yang lebih
besar.
Tabel 5-13. Tinggi Minimum untuk Got Miring (dari USBR, 1973)
Kapasitas (m³/dt) Tinggi Jagaan (m)
Q < 3,5 0,30
3,5 < Q < 17,0 0,40
Q > 17,0 0,50
Bila kecepatan di dalam got miring lebih dari 9m/dt, maka kemungkinan volume air
tersebut bertambah akibat penghisapan udara oleh air. Peninggian dinding dalam
situasi ini termasuk persyaratan yang harus dipenuhi, di samping persyaratan bahwa
kedalaman air tidak boleh kurang dari 0,4 kali kedalaman kritis.
Jika kemiringan got miring ini kurang dari 1:2, maka bagian potongan curam yang
Bangunan Pembawa 145
( )
................................................................. 5-28
dimana:
Panjang Lt harus dipilih dengan bantuan persamaan (5-20), untuk mana K = 0,5 atau
kurang.
Pada got miring yang panjang ada bahaya timbulnya ketidak stabilan dalam aliran
yang disebut aliran getar (slug/pulsating flow). Bila got miring itu panjangnya lebih
dari
30 m, harus dicek dengan cara menghitung bilangan ‟Vedernikov‟ (V) :
........................................................................................... 5-29
√
................................................................................................ 5-30
146 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Dimana :
Harga-harga yang dihitung diplot pada Gambar 5-28a. Jika titiknya terletak di daerah
aliran getar, maka faktor bentuk d/P dihitung dan diplot pada Gambar 5-28b.
Gelombang akan timbul hanya apabila titik-titik itu terletak di dalam daerah getar di
kedua gambar.
Jika memang demikian halnya, maka kalau mungkin panjang, kemiringan atau
lebarnya harus diubah. Apabila hal ini tidak mungkin, maka harus disediakan
longgaran khusus untuk aliran deras di dalam kolam olak dengan menggunakan tinggi
jagaan tambahan dan mungkin alat peredam gelombang (wave suppressor).
Bangunan Pembawa 147
a. Kriteria aliran getar (dari USBR, 1978) b. Kriteria bentuk (dari USBR, 1978)
Gambar 5-28. Kriteria Aliran Getar dan Kriteria bentuk (dari USBR, 1978)
148 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Kolam Olak 149
6 BAB VI
KOLAM OLAK
6.1 Umum
Tipe kolam olak yang akan direncana disebelah hilir bangunan bergantung pada
energi air yang masuk, yang dinyatakan dengan bilangan Froude, dan pada bahan
konstruksi kolam olak.
(1) Untuk Fru ≤ 1,7 tidak diperlukan kolam olak; pada saluran tanah, bagian
hilir harus dilindungi dari bahaya erosi; saluran pasangan batu atau beton
tidak memerlukan lindungan khusus.
(2) Bila 1,7 < Fru ≤ 2,5 maka kolam olak diperlukan untuk meredam energi
secara efektif. Pada umumnya kolam olak dengan ambang ujung mampu
bekerja dengan baik. Untuk penurunan muka air Z < 1,5 m dapat dipakai
bangunan terjun tegak.
(3) Jika 2,5 < Fru ≤ 4,5 maka akan timbul situasi yang paling sulit dalam
memilih kolam olak yang tepat. Loncatan air tidak terbentuk dengan baik
dan menimbulkan gelombang sampai jarak yang jauh di saluran. Cara
mengatasinya adalah mengusahakan agar kolam olak untuk bilangan Froude
ini mampu menimbulkan olakan (turbulensi) yang tinggi dengan blok
halangnya atau menambah intensitas pusaran dengan pemasangan blok
depan kolam. Blok ini harus berukuran besar (USBR tipe IV).Tetapi pada
prakteknya akan lebih baik untuk tidak merencanakan kolam olak jika
2,5 < Fru< 4,5. Sebaiknya geometrinya diubah untuk memperbesar atau
memperkecil bilangan Froude dan memakai kolam dari kategori lain.
(4) Jika Fru ≥ 4,5 ini akan merupakan kolam yang paling ekonomis. karena
150 Kriteria Perencanaan - Bangunan
kolam ini pendek. Tipe ini, termasuk kolam olak USBR tipe III yang
dilengkapi dengan blok depan dan blok halang. Kolam loncat air yang sama
dengan tangga di bagian ujungnya akan jauh lebih panjang dan mungkin
harus digunakan dengan pasangan batu.
Gambar 6-1. Diagram untuk Memperkirakan Tipe Bangunan yang Akan Digunakan untuk
Perencanaan Detail (Disadur dari Bos. Replogle and Clemments, 1984)
Panjang kolam loncat air di sebelah hilir potongan U (Gambar 5-26. dan 5-27. pada
got miring) kurang dari panjang loncatan tersebut akibat pemakaian ambang ujung
(end sill). Ambang pemantap aliran ini ditempatkan pada jarak:
( ) ............................................................................................... 6-1
Kolam Olak 151
di sebelah hilir potongan U. Tinggi yang diperlukan untuk ambang ujung ini sebagai
fungsi bilangan Froude (Fru), kedalaman air masuk (yu), dan fungsi kedalaman air
hilir, dapat ditentukan dari Gambar 6-2.
8 yu V2 y2 i)
Vd yd as
ol n
Vu n er
p yu =4
7 t
iin
(d
3
=
6 n = 0.0238 m. yu
n = 0.0366 m. X n/ batas bawah
X
n = 0.0539 m. jangkauan percobaan
5 n = 0.0079 m. y2 X
=
n<0
yd X
harga y2/yu
4 X y c
s y2 =
teoreti
batas
3
n
2 yu =2 y2 < yc
n n
=1
yu =1/2 yu
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
harga Fru
Gambar 6-2. Hubungan Percobaan antara Fru, y2/y1 dan n/y2 untuk Ambang Pendek
(Menurut Foster dan Skrinde, 1950)
Pada waktu mengukur kolam adalah penting untuk menyadari bahwa kedalaman air
hilir, y2 disebabkan bukannya oleh bangunan terjun, tetapi oleh karakteristik aliran
saluran hilir. Apabila karakteristik ini sedemikian sehingga dihasilkan y2 yang
diperlukan, maka akan terjadi loncatan di dalam kolam jika tidak langkah-langkah
tambahan, seperti misalnya menurunkan lantai kolam dan meninggikan ambang
ujung, harus diambil untuk menjamin peredaman energi secara memadai.
Perhitungan nilai-nilai dasar loncat hidrolis yang perlu diketahui seperti (lihat
Gambar 6-3.):
Dimana tinggi muka air di ruang olak Y2 dipengaruhi oleh besarnya nilai
Froude Number (Fr) aliran masuk
( )
................................................................... 6-2
( )
⁄ ................................................................... 6-3
( )
Kolam Olak 153
................................................................................................. 6-5
Dimana:
6.3 Kolam Olak untuk Bilangan Froude Antara 2,5 dan 4,5
Pendekatan yang dianjurkan dahirit merencanakan kolam olak untuk besaran bilangan
Froude diatas adalah menambah atau mengurangi (tetapi lebih baik menambah)
bilangan Froude hingga melebihi besarnya besaran tersebut.
Dari rumusnya, bilangan Froude dapat ditambah dengan cara sebagai berikut:
.......................................................................................... 6-6
√ √
Bila pendekatan diatas tidak mungkin, maka ada dua tipe kolam olak yang dapat
dipakai, yaitu:
(1) Kolam olak USBR tipe IV, dilengkapi dengan blok muka yang besar yang
membantu memperkuat pusaran. Tipe kolam ini bersama-sama dengan
dimensinya ditunjukkan pada Gambar 6-4. Panjang kolam, L, dapat
154 Kriteria Perencanaan - Bangunan
diketemukan dari:
.√ / ........................................................................... 6-7
Gambar 6-5. Dimensi Kolam Olak Tipe Blok-Halang (Bos, Reploge and Clemmens, 1984)
Untuk bilangan-bilangan Froude diatas 4,5 loncatan airnya bisa mantap dan
peredaman energi dapat dicapai dengan baik. Kolam olak USBR tipe III khusus
dikembangkan untuk bilangan-bilangan itu. Pada Gambar 6-6. ditunjukan dimensi-
dimensi dasar kolam olak USBR tipe III.
Apabila penggunaan blok halang dan blok muka tidak layak (karena bangunan itu
dibuat dari pasangan batu) kolam harus direncana sebagai kolam loncat air dengan
ambang ujung (lihat Subbab 6-2). Kolam ini akan menjadi panjang tetapi dangkal.
156 Kriteria Perencanaan - Bangunan
n3 =
yu(4+Fru) 0.5 yu 0.675 n3
6 yu
yu 0.75 n3
ambang ujung
yu 0.75 n3
blok halang
yu(18+Fru)
n=
18
1
1
yu n3 n
0.82 y2
2.7 y2
potongan U
Gambar 6-6. Karakteristik Kolam Olak untuk Dipakai dengan Bilangan Froude diatas 4,5;
Kolam USBR tipe III (Bradley dari Peterka. 1957)
Kolam olak pada Gambar 6-6. khusus dikembangkan untuk bangunan terjun disaluran
irigasi. Batas-batas yang diberikan untuk z/hc 0,5; 2,0 dan 15,0 dihubungkan dengan
bilangan Froude 1,0; 2,8 dan 12,8. Bilangan-bilangan Froude itu diambil pada
kedalaman z dibawah tinggi energi hulu, bukan pada lantai kolam seperti untuk kolam
loncat air.
hc=2/3 H q²
z hc = g
r
r
r z
r r jika 0.5 < < 2.0
hc
1
1
R R D t = 2.4 hc + 0.4 z (1)
z
jika 2.0 < < 15.0 :
hc
alternatif
a 2a t t = 3.0 hc + 0.1 z (2)
a = 0.28 hc hc (3)
z
L
D=R=L (4)
(ukuran dalam m)
Ada beberapa modifikasi peredam energi tipe Vlugter, Schoklizt yang telah dilakukan
penelitiannya dan dapat digunakan dalam perencanaan, dengan mengacu RSNI T-04-
2002 dapat digunakan antara lain adalah tipe-tipe MDO dan MDS.
Peredam energi tipe MDO terdiri dari lantai datar, di ujung hilir lantai dilengkapi
dengan ambang hilir tipe gigi ompong dan dilengkapi dengan rip rap. Sedangkan
Peredam energi tipe MDS terdiri dari lantai datar, di ujung hilir lantai dilengkapi
dengan ambang hilir tipe gigi ompong ditambah dengan bantalan air dan dilengkapi
dengan rip rap. Bantalan air yang dimaksud disini adalah ruang diatas lantai
disediakan untuk lapisan air sebagai bantalan pencegah atau pengurangan daya bentur
langsung batu gelundung terhadap lantai dasar peredam energi.
Sebelum mendesain tipe ini perlu ditentukan terlebih dahulu nilai parameter:
a) tipe mercu bangunan terjun harus bentuk bulat dengan satu atau dua jari-jari.
b) permukaan tubuh bangunan terjun bagian hilir dibuat miring dengan perbandingan
kemiringan 1 m atau lebih tegak dari kemiringan 1:1
c) tubuh bangunan terjun dan peredam energi harus dilapisi dengan lapisan tahan aus;
d) elevasi dasar sungai atau saluran di hilir tubuh bangunan terjun yang ditentukan,
158 Kriteria Perencanaan - Bangunan
dalam hal tinggi air udik bangunan terjun lebih dari 4 meter dan atau tinggi
pembangunan terjunan lebih dari 10 meter tata cara peredam energi tipe MDO dan
MDS ini masih dapat digunakan asalkan dimensinya perlu diuji dengan model test.
Penggunaan tipe MDO dan MDS dapat juga dimodifikasi dan dilakukan
pengembangan pemakaiannya:
a). dimensi hidraulik peredam energi tipe MDO dapat diterapkan di hilir tubuh
bangunan terjun dengan bidang miring lebih tegak dari perbandingan 1 : 1;
b). tubuh bangunan terjun dengan peredam energi tipe MDO dapat dilengkapi dengan
pembilas sedimen tipe undersluice tanpa mengubah dimensi hidraulik peredam
energi tipe MDO.
a). debit desain banjir dengan memperhitungkan tingkat keamanan bangunan air
terhadap bahaya banjir;
b). debit desain penggerusan, dapat diambil sama dengan debit alur penuh;
c). lengkung debit sungai di hilir rencana bangunan terjun berdasarkan data geometri-
hidrometri-hidraulik morfologi sungai.
a) grafik pengaliran melalui mercu bangunan terjun dapat dilihat dalam grafik MDO-
1 pada lampiran A 1(RSNI T-04-2002)
b) grafik untuk mengetahui bahaya kavitasi di hilir mercu bangunan terjun dapat
dilihat dalam grafik MDO-1a pada lampiran A 2 (RSNI T-04-2002)
c) grafik untuk menentukan dimensi peredam energi tipe MDO dan MDS dapat
dilihat dalam grafik MDO-2 dan MDO-3 pada lampiran A 3 dan A 4 (RSNI T-04-
2002)
4) tinggi terjun:
5) Parameter energi (E) untuk menentukan dimensi hidraulik peredam energi tipe
160 Kriteria Perencanaan - Bangunan
( ) (07)
b=2xa (11)
11) Ujung tembok pangkal bangunan terjun tegak ke arah hilir (Lpi) ditempatkan
lebih kurang ditengah-tengah panjang lantai peredam energi:
Lpi = Lp + ½ Ls (14)
12) Panjang tembok sayap hilir (Lsi) dihitung dari ujung hilir lantai peredam energi
diambil:
Ls Lsi 1,5 Ls
Kolam Olak 161
Tebing sungai yang tidak jauh dari tepi sisi lantai peredam energi maka ujung
hilir tembok sayap hilir dilengkungkan masuk kedalam tebing sungai. Dan bagi
tebing sungai yang jauh dari tepi sisi lantai peredam energi maka ujung tembok
sayap hilir dilengkungkan balik ke udik sehingga tembok sayap hilir berfungsi
sebagai tembok pengarah arus hilir bangunan terjun. Bentuk ini dapat
diperhatikan pada contoh gambar dalam lampiran D2.
13) Panjang tembok pangkal bangunan terjun di bagian udik (Lpu) bagian yang tegak
dihitung dari sumbu mercu bangunan terjun:
bagi tebing saluran yang tidak jauh dari sisi tembok pangkal bangunan terjun,
ujung tembok sayap udik dilengkungkan masuk ke tebing dengan panjang total
tembok pangkal bangunan terjun ditambah sayap udik:
bagi tebing saluran yang jauh dari sisi tembok pangkal bangunan terjun atau
palung sungai di udik bangunan terjun yang relatif jauh lebih lebar
dibandingkan dengan lebar pelimpah bangunan terjun maka tembok sayap
udik perlu diperpanjang dengan tembok pengarah arus yang penjangnya
diambil minimum:
2 x Lp (17)
Dengan:
Perhitungan dan penentuan dimensi hidraulik tubuh bangunan terjun dan peredam
energinya dengan langkah sebagai berikut:
1) hitung debit desain untuk bahaya banjir dan untuk bahaya penggerusan;
2) hitung lebar pelimpah bangunan terjun efektif;
3) hitung debit desain persatuan lebar pelimpah;
4) tentukan nilai radius mercu bangunan terjun, r;
5) untuk nilai radius mercu bangunan terjun tersebut; periksa kavitasi di bidang hilir
tubuh bangunan terjun dengan bantuan grafik MDO 1a, jika tekanan berada di
daerah positif pemilihan radius mercu bangunan terjun; diijinkan;
6) jika tekanan berada di daerah negatif, tentukan nilai radius mercu bangunan
terjun yang lebih besar dan ulangi pemeriksaan kavitasi sehingga tekanan berada
di daerah positif;
7) hitung elevasi muka air udik bangunan terjun dengan bantuan grafik MDO-1;
8) hitung tinggi terjun bangunan terjun, Z;
9) hitung parameter tidak berdimensi, E;
10) hitung kedalaman lantai peredam energi,Ds;
11) hitung nilai panjang lantai datar, Ls;
12) tentukan tinggi bantalan air, S, untuk peredam energi tipe MDS;
13) tetepkan tinggi ambang hilir dan lebarnya, a dan b;
14) tentukan tata letak, elevasi puncak, panjang, kemiringan dan kedalaman tembok
pangkal bangunan terjun;
15) tentukan tata letak, elevasi puncak, panjang, kemiringan dan kedalaman tembok
sayap hilir;
16) tentukan tata letak, elevasi puncak, panjang, kemiringan dan kedalaman tembok
sayap udik;
17) tentukan tata letak, elevasi puncak, panjang, kemiringan dan kedalaman tembok
pengarah arus;
164 Kriteria Perencanaan - Bangunan
lengkapi kaki-kaki tembok sayap hilir dan di hilir ambang hilir peredam energi
dengan rip rap.
(1) tidak kurang dari 4 kali kedalaman normal maksimum di saluran hilir,
(2) tidak lebih pendek dari peralihan tanah yang terletak antara bangunan dan
saluran,
Jika dipakai pasangan batu kosong, maka diameter batu yang akan dipakai uttuk
pasangan ini dapat ditentukan dengan menggunakan Gambar 6-7. Gambar ini dapat
dimasukkan dengan kecepatan rata-rata diatas ambang kolam. Jika kolam olak tidak
diperlukan karena Fru 1,7, maka Gambar 6-14. harus menggunakan kecepatan
benturan (impact velocity) vu :
√ ..........................................................................................................6-8
Gambar 6-14. memberikan ukuran d40 campuran pasangan batu kosong. Ini berarti
bahwa 60% dari pasangan batu tersebut harus terdiri campuran dari batu-batu yang
berukuran sama, atau lebih besar.
168 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Semua pasangan batu kosong harus ditempatkan pada filter untuk mencegah
hilangnya bahan dasar yang halus. Filter terdiri dari lapisan-lapisan bahan khusus
seperti ditunjukkan pada Gambar 6-15., atau dapat juga dibuat dari ijuk atau kain
sintetis.
Gambar 6-15. Contoh Filter Diantara Batu Kosong dan Bahan Asli(Tanah Dasar)
Kolam Olak 169
3. Butir halus = 2 - 40
dengan
Untuk mencegah agar filter tidak tersumbat, d5 0,75 mm untuk semua lapisan
filter.
Pemilihan filter harus diputuskan oleh pihak yang berwenang dengan berdasarkan
pertimbangan:
- kekuatan
- kemampuan menahan air
- kemampuan menahan butiran
- ketahanan/keawetan
- kemudahan pemasangan
Bangunan Lindung 171
7 BAB VII
BANGUNAN LINDUNG
7.1 Umum
Kelompok bangunan ini dipakai untuk melindungi saluran dan bangunan terhadap
kerusakan yang diakibatkan oleh jumlah air yang berlebihan. Lindungan ini bisa
dicapai dengan beberapa tipe bangunan yang memerlukan persyaratan yang berbeda-
beda.
(1) Saluran pelimpah (overflow spillway), bangunan yang relatif murah, dibangun di
tanggul saluran untuk membuang air lebih.
(2) Sipon pelimpah (siphon spillway) memiliki kapasitas yang besar untuk besaran
muka air yang cukup konstan.
(3) Pintu otomatis mempertahankan tinggi muka air tetap untuk debit yang
bervariasi.
(4) Bangunan pembuang silang untuk mengalirkan air buangan dengan aman lewat
diatas, dibawah atau ke dalam saluran.
Bangunan pelimpah harus direncana untuk tinggi muka air maksimum tertentu di
saluran yang akan dilindungi, ditambah dengan debit maksimum yang dapat
dilimpahkan. Tinggi muka air yang merupakan dasar kerja bangunan pelimpah adalah
faktor yang sudah tertentu di dalam perencanaan.
Kapasitas bangunan pelimpah harus cukup untuk mengalirkan seluruh air lebih yang
berasal dari banjir atau kesalahan eksploitasi tanpa menyebabkan naiknya tinggi
muka air di saluran yang akan membahayakan tanggul (meluap).
Kapasitas bangunan saluran dibatasi sampai sekitar 120% dari debit rencana. Debit
rencana untuk bangunan pelimpah harus diperhitungkan dengan hati-hati berdasarkan
keadaan di lapangan. Keadaan-keadaan darurat yang mungkin timbul harus dianalisis
172 Kriteria Perencanaan - Bangunan
dan akibat-akibat tidak berfungsinya bangunan dan peluapan harus pula ditinjau.
Debit rencana harus sebesar 50% dari kapasitas maksimum bangunan di sebelah hilir
pelimpah tersebut. Jika bangunan dapat sepenuhnya diblokir, sebaiknya debit
rencananya diambil 120% dari Q rencana.
Bangunan pelimpah ini dapat dengan relatif mudah dibuat ada dua jenis di tepi
saluran dan selanjutnya disebut pelimpah samping. Bila bangunan ini dibuat di tengah
saluran, kemudian dikombinasi dengan bangunan pembuang silang, maka bangunan
ini disebut pelimpah corong/morning glory spillway (Gambar 7-1.).
Saluran pelimpah akan menguntungkan sekali jika jumlah air yang ada dilimpahkan
tidak diketahui dengan pasti, karena pertambahan tinggi energi yang kecil saja diatas
mercu panjang saluran pelimpah akan sangat memperbesar kapasitas debit.
Bangunan Lindung 173
Debit di saluran pelimpah samping tidak seragam dan oleh karena itu, persamaan
kontinyuitas untuk aliran mantap yang kontinyu (terus menerus) tidak berlaku. Jenis
aliran demikian disebut "aliran tak tetap berubah berangsur" (gradually varied flow).
Pada dasarnya aliran dengan debit yang menurun dapat dianggap sebagai cabang
aliran dimana air yang dibelokkan tidak mempengaruhi tinggi energi. Hal ini telah
dibuktikan kebenarannya baik dengan teori maupun eksperimen.
Bergantung kepada kondisi aliran di atau dekat lubang/pintu masuk pelimpah, ada
empat jenis aliran (Schmidt, 1954) seperti yang diperlihatkan pada Gambar 7-2.
Ada dua metode perencanaan pelimpah samping yang umum digunakan, yaitu:
metode bilangan dan metode grafik. Keduanya akan dijelaskan dibawah ini.
Bangunan Lindung 175
Metode ini didasarkan pada pemecahan masalah secara analitis yang diberikan oleh
De Marchi diberikan oleh De Marchi (lihat Gambar 7-3.).
(1) Di dekat ujung bangunan pelimpah, kedalaman aliran ho dan debit Qo sama
dengan kedalaman dan debit potongan saluran di belakang pelimpah. Dengan Ho
= ho + vo2/2g tinggi energi di ujung pelimpah dapat dihitung.
(2) Pada jarak Δx di ujung hulu dan hilir bangunan pelimpah tinggi energi juga Ho,
karena sudah diandaikan bahwa tinggi energi di sepanjang pelimpah adalah
konstan.
⁄ ⁄ ........................................................7-1
dimana Qx adalah debit Qo potongan hilir ditambah debit qx, yang mengalir pada
( ) ( )
√ ......................................................................... 7-2
Bangunan Lindung 177
Andaikan,
√ ( ) ............................................7-3
dan Qx = Qo + q .......................................................................................................7-4
Koefisien debit µ untuk mercu pelimpah harus diambil 5% lebih kecil daripada
koefisien serupa untuk mercu yang tegak lurus terhadap aliran.
(3) Setelah Hx dan Qx ditentukan, kedalaman air h2x dan debit Q2x akan dihitung
untuk suatu potongan pada jarak 2Δx di depan ujung pelimpah dengan cara yang
sama seperti yang dijelaskan pada no (2). Qo dan ho harus digantikan dengan Qx
dan hx ; dalam langkah kedua ini Qx dan hx menjadi Q2x, q2x dan h2x.
Perhitungan-perhitungan ini harus diteruskan sampai Qnx sama dengan debit banjir
rencana potongan saluran dibagian hulu bangunan pelimpah samping. Panjang
pelimpah adalah nΔx dan jumlah air lebih yang akan dilimpahkan adalah Qnx – Qo.
7.2.3 Catatan
Perhitungan yang diuraikan diatas hanya berlaku untuk kondisi aliran subkritis
sepanjang pelimpah samping. Untuk kondisi aliran superkritis, perhitungan harus
dimulai dari ujung hulu pelimpah, menurun ke arah hilir.
Kondisi aliran superkritis tidak diizinkan dalam saluran pembawa dan pembuang
yang rawan erosi. Kemiringan dasar saluran sebaiknya sedang-sedang saja dan lebih
kecil dari kemiringan kritis. Kemiringan yang lebih besar daripada kemiringan kritis
akan menimbulkan aliran yang lebih cepat dari superkritis. Bahkan pada kemiringan
yang lebih kecil dari kemiringan kritis, aliran superkritis pun dapat terjadi di
sepanjang pelimpah samping, yaitu apabila air yang diambil dari saluran terlalu
banyak, atau apabila mercu pelimpahnya rendah (c ≤ 2/3 H).
178 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Metode diatas dapat diterapkan hanya apabila perbedaan antara tinggi energi pada
pangkal dan ujung pelimpah tidak terlalu besar. Kalau tidak, maka pengandaian tinggi
energi konstan di sepanjang pelimpah tidak sahih/valid.
Metode ini sudah diuraikan dalam 'De Ingenieur in Ned. lndie' (1937, 12) untuk
potongan-potongan melintang saluran segi empat dan prisma. Metode ini bisa dipakai
baik untuk kondisi aliran subkritis maupun superkritis (lihat Gambar 7-4. dan Gambar
7-5.) dan didasarkan pada rumus De Marchi.
Untuk subkritis dan tinggi mercu pelimpah diatas 2/3 dari tinggi energi di saluran,
metode grafik ini juga mulai dari ujung hilir bangunan pelimpah.
Gambar 7-4. Muka Air Di Saluran Disepanjang Pelimpah Samping untuk Aliran Subkritis
Ada dua grafik yang harus dibuat dan diplot (lihat Gambar 7-5).
( ) √ ( ) ..................................................................................7-6
Bangunan Lindung 179
dimana :
( ) √ .......................................................... 7-7
Grafik ketiga yang harus diplot pada Gambar 7-5. adalah persamaan debit untuk
aliran pada pelimpah samping:
180 Kriteria Perencanaan - Bangunan
( ) √ ............................................................................................7-8
Dimana :
q = debit persatuan panjang, m3/dt.m
µ = koefisien debit (95% dari koefisien untuk pelimpah tegak)
c = tinggi mercu diatas dasar saluran, m
h = kedalaman air disaluran, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8m/dt2)
(1) Untuk kedalaman air h2 dibagian ujung, debit q‟ dapat dibaca pada grafik untuk
(h2 – c). Gambar ini menyajikan debit hingga meter terakhir pada pelimpah.
(2) Debit Q', pada potongan 1 m didepan pelimpah, adalah Q‟+ q‟. Dalam grafik
tersebut Q = (h),untuk Q‟ harga h‟ dapat dibaca.
(3) Untuk kedalaman air h‟ ini debit q” bisa dicari pada grafik untuk q, dengan (h'–
c). Pada grafik itu q” adalah aliran dua meter pada ujung pelimpah.
Panjang pelimpah dapat ditemukan bila titik N pada grafik Q = (h) bisa dicapai
(lihat Gambar 7-5). Titik N berhubungan dengan titik Q1 dan merupakan debit banjir
di saluran di hulu pelimpah (lihat Gambar 7-4).
Bila air mengalir dibawah kondisi superkritis disepanjang pelimpah samping, maka
metode ini dapat dipakai dengan memulainya dari ujung hulu pelimpah.
Sipon adalah saluran tertutup yang didalamnya, air mengalir dari saluran atau kolam
lain yang lebih rendah dan diantara kedua ketinggian ini titik yang lebih tinggi harus
dilalui. Di dalam saluran tersebut air akan mengalir berlawanan dengan gaya gravitasi
Bangunan Lindung 181
ke suatu titik dimana tinggi tekan lebih rendah daripada tekanan atmosfir (lihat
Gambar 7-6).
Kenyataan bahwa sipon bekerja di lingkungan sub atmosfir berarti bahwa konstruksi
pipa sipon harus kedap udara dan cukup kuat agar tidak retak.
Pada waktu sipon mengalir penuh, ukurannya dapat ditentukan dengan persamaan
sebagai berikut:
√ ............................................................................................ 7-9
Dimana:
Q = debit, m3/dt
= koefisien dimana semua kehilangan energi dimasukkan
A = luas pipa, m2
H = kehilangan energi pada sipon (H2 pada Gambar 7-6.), m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8m/dt2)
182 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Jika kehilangan-kehilangan akibat gesekan (α) dan tikungan (β) diberikan sebagai
faktor ini akan menghasilkan:
( ) ...........................................................................7-10
..................................................................................................7-11
√( )
.......................................................................................................7-12
Dimana :
k = koefisien kekasaran Strickler/Manning, m1/3/dt
R = jari-jari hidrolis, m
Dengan
Menghasilkan :
.......................................................................................7-13
= 1,4
Dimana:
= 1 + L/Ro = Ra = Ra/Ro
Bangunan Lindung 183
. ...............................................................................................7-14
√
dimana:
q = debit rencana untuk sipon, m3/dt.m
Ho= tekanan sub-atmosfir pada mercu, m
Dalam hal ini perencanaan didasarkan pada gradien tekanan (pressure, gradient) pada
lebar sipon yang semakin besar ke arah atas (dari mercu ke tudung). Keuntungan dari
gradien tekanan semacam ini adalah bahwa gelembung udara akan dipaksa turun dan
oleh sebab itu tidak sampai terkumpul di bagian atas sipon. Ini akan memperlancar
cara kerja sipon.
Pemecahan :
Ho/Ro = 5,13
√
λ = Ra/Ro Ra = 2,32 m
L = 2,32 – 1,66 = 0,66 m
7.3.2 Kavitasi
Karena tinggi energi di bagian atas sipon lebih rendah dari tekanan atmostif, kavitasi
bangunan harus dicek.
184 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Debit maksimum yang diizinkan melewati potongan mercu sipon adalah (menurut
Valembois, 1962):
√ .......................................................................................7-15
Untuk beda tinggi energi lebih dari 10 m (tekanan atmosfir pada ketinggian laut) akan
dihasilkan hampa udara total diatas mercu (lihat Gambar 7-8.). Untuk beton, tekanan
subatmosfir maksimum harus kurang dari -4 m tekanan air, mengurangi beda tinggi
energi maksimum sampai sekitar 6 m. Apabila sipon harus direncana untuk beda
tinggi energi yang lebih besar, maka aerasi harus dipasang 6 m dari muka air hulu.
Pada mercu sipon terjadi penurunan tekanan sebagai akibat dari bertambahnya
kecepatan. Untuk mercu dan tudung (hood) konsentris, pertambahan kecepatan ini
dapat diperkirakan sebagai nilai banding antara kecepatan pada mercu, v1, dengan
kecepatan rata-rata (untuk notasinya lihat Gambar 7-9.).
..........................................................................................................7-16
Bangunan Lindung 185
Gambar 7-8. Tekanan Sub Atmosfir Dalam Sipon dengan Beda Tinggi Energi Z Lebih Kecil
(1) dan Lebih Besar (2) dari 10 M (Tekanan Atmosfir pada Ketinggian Laut).
Tinggi kecepatan v12/2g yang termasuk ke dalam v1 harus tidak lebih dari 8 m. Kalau
tidak, maka jari-jari mercu harus diperbesar untuk mencegah kavitasi mercu.
186 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Tipe-tipe tata letak dan potongan melintang sipon ditunjukkan pada Gambar 7-10 dan
Gambar 7-11.
Gambar 7-11. adalah contoh sipon yang dipakai dengan pondasi yang terbuat dari
pasangan batu dan pipanya sendiri dibuat dari beton. Bentuk/konfigurasi aliran
masuknya juga berbeda dari Gambar 7-10., karena tipe ini tidak memakai pipa
pemisah sipon.
Detail rencana aliran masuk pada Gambar 7-11. menunjukkan metode yang dipakai
untuk mencampur udara dengan air yang mengalir masuk di ujung sipon yang
membuat eksploitasi dan pengaliran awal lebih mulus/tenang.
Pembuatan ambang awal adalah juga perencanaan lain lagi (lihat Gambar 7-11.).
Potongan aliran masuk harus direncana secara hati-hati dengan lengkung yang halus
pada denah untuk mengurangi kehilangan pada pemasukan.
Bangunan Lindung 187
Ada banyak tipe pintu otomatis yang dapat dipakai sebagai pelimpah darurat dari
tipe-tipe yang umum dipakai di Indonesia, beberapa diantaranya ditunjukkan pada
Gambar 7-12.
190 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Tipe yang dengan berhasil digunakan di Semarang memiliki bentuk seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 7-13. Gambar itu menyajikan hasil-hasil penyelidikan
model hidrolis yang diadakan di Semarang untuk tipe pintu ini (Vlugter,1940b).
Hasil-hasil penyelidikan dengan model seperti diberikan pada Gambar 7-13. dapat
dipakai untuk merencana tipe pintu yang sama dengan dimensi-dimensi yang lain.
Untuk ini dapat digunakan rumus berikut:
[ ]
dimana:
O2 = debit pintu yang menggunakan dimensi lain, m3/dt
Q1 = debit pintu yang diselidiki, m3/dt
B2 = lebar pintu baru, m
B1 = lebar pintu yang diselidiki, m
H2 = tinggi energi pintu baru di sebelah hulu, m
H1 = tinggi energi pintu yang diselidiki, m
Debit rencana untuk pintu adalah debit dimana tinggi muka air hilir sama elevasinya
dengan tinggi muka air rencana di sebelah hulu. Untuk debit-debit yang lebih besar
dari debit rencana, pintu tidak akan terbuka lebih besar lagi dan kehilangan tinggi
energi akan bertambah akibat kondisi aliran yang berubah serta koefisien debit yang
lebih besar.
Bangunan Lindung 191
7.5.2 Kapasitas
Kapasitas pintu penguras sebaiknya sama atau melebihi kapasitas rencana saluran
guna mengelakkan seluruh air saluran dalam keadaan darurat.
192 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Pintu penguras harus dapat mengalirkan debit rencana saluran sedemikian sehingga
pintu pengatur atau pelimpah samping di sebelah hilir tidak tenggelam karenanya.
Karena debit rencana saluran jarang dialirkan melalui pintu penguras, maka kecepatan
aliran melalui pintu itu diambil 3 m/dt.
Ini akan memerlukan banyak kehilangan tinggi energi pada pintu. Tetapi untuk
membatasi biaya pembuatan bangunan dan untuk menghindari masalah-masalah
pembuangan sedimen, maka bagian tengah bukaan pintu sebaiknya tidak direncana
dibawah elevasi dasar saluran.
7.6.1 Umum
Bangunan pembuang silang dibutuhkan karena adanya aliran air buangan atau air
hujan dari saluran atas ke saluran bawah. Untuk melindungi saluran dari bahaya aliran
semacam ini, dibuatlah bangunan pembuang silang.
Kalau trase saluran biasanya mengikuti garis-garis kontur tanah, maka atas dasar
pertimbangan-pertimbangan ekonomis, sering perlu untuk membuat pintasan pada
saluran pembuang alamiah atau melalui punggung medan. Bila melintas saluran
pembuang alamiah, aliran saluran bisa dilewatkan dibawah saluran pembuang itu
dengan sipon, atau aliran saluran pembuang dapat dilewatkan dibawah saluran dengan
menggunakan gorong-gorong. Jika tak terdapat saluran alamiah, atau karena
pertimbangan ekomomis, maka aliran buangan dapat diseberangkan melalui saluran
dengan overchute atau aliran-aliran kecil dapat dibiarkan masuk ke saluran melalui
lubang-lubang pembuang.
membawa air ke suatu saluran alamiah, melewati bawah saluran tersebut dengan
gorong-gorong; atau ke suatu titik penampungan dimana air diseberangkan lewat
saluran dengan overchute; atau ke saluran melalui lubang pembuang; atau
diseberangkan dengan sipon.
7.6.2 Sipon
Apabila saluran irigasi kecil harus melintas saluran pembuang yang besar, maka
kadang-kadang lebih ekonomis untuk mengalirkan air saluran tersebut lewat dibawah
saluran pembuang dengan menggunakan sipon, daripada mengalirkan air buangan
lewat dibawah saluran irigasi dengan gorong-gorong.
Sipon memberikan keamanan yang lebih besar kepada saluran karena sipon tidak
begitu tergantung pada prakiraan yang akurat mengenai debit pembuang di dalam
saluran pembuang yang melintas. Tetapi, sipon membutuhkan banyak kehilangan
tinggi energi dan jika saluran pembuang itu lebar dan dalam, maka biayanya tinggi.
Untuk perencanaan sipon, lihat subbab 5.5.
7.6.3 Gorong-Gorong
Apabila potongan saluran terutama dibangun di dalam timbunan karena potongan itu
melintas saluran pembuang, maka gorong-gorong merupakan bangunan yang baik
untuk mengalirkan air buangan lewat dibawah saluran itu.
(skew), maka biasanya akan lebih baik untuk menempatkan gorong-gorong pada
bagian yang asimetris dengan saluran, daripada mengubah garis saluran masuk atau
keluar. Jika saluran alamiah berubah arahnya antara lubang masuk dan lubang keluar
gorong-gorong, mungkin diperlukan tikungan horizontal dalam saluran tekan gorong-
gorong.
Apabila saluran tekan berada pada gradasi seragam, maka kemiringan saluran itu
sebaiknya cukup curam guna mencegah sedimentasi di dalam saluran tekan tersebut,
tetapi tidak terlalu curam supaya tidak perlu dibuat bangunan peredam energi. Dalam
praktek, ternyata sudah memuaskan untuk mengambil kemiringan minimum 0,005
serta kemiringan maksimum yang sedikit lebih curam daripada kemiringan kritis.
Jika kemiringan seragam jauh melampaui kemiringan kritis dan dengan demikian
memerlukan peredam energi, biasanya lebih disukai untuk memakai sebuah tikungan
vertikal dan dua kemiringan, i1 dan i2, seperti diperlihatkan pada Gambar 7-14.
Kemiringan hulu, i, sebaiknya jauh lebih curam daripada kemiringan kritis.
- bentuk boks segi empat dari beton bertulang yang dicor di tempat.
Bila dipakai tipe pipa beton, maka harus dipasang sambungan paking (gasket) karet
untuk mencegah kebocoran; kalau tidak pipa itu sebaiknya diberi koperan pada setiap
bagian sambungan
Rembesan dari saluran ke pipa gorong-gorong adalah salah satu sebab utama
kegagalan. Pemberian perapat (collar) pipa untuk menghindari rembesan di sepanjang
bagian luar pipa sangat dianjurkan. Letak perapat ini ditunjukkan pada Gambar 7-15.
Biasanya satu perapat ditempatkan dibawah as tanggul saluran hulu dan dua petapat
dibawah tanggul hilir : sebuah dibawah tepi dalam dan sebuah lagi 0,60 m di hilir
tepi luar.
7.6.4 Overchute
Overchute dipakai untuk membawa air buangan lewat diatas saluran. Bangunan ini
berupa potongan flum beton segi empat yang disangga dengan tiang-tiang pancang
(lihat Gambar 7-15) atau berupa saluran tertutup, seperti pipa baja. Potongan flum
beton terutama dipakai untuk aliran pembuang silang yang besar, atau untuk dipakai
di daerah-daerah dimana penggunaan pipa terancam bahaya tersumbat oleh sampah
yang hanyut.
Alur pembuang (lihat Gambar 7-16.) adalah bangunan yang dipakai untuk membawa
air buangan dalam jumlah kecil yaitu maksimal sebesar 15% dari debit rencana atau
50 lt/det (diambil yang terkecil). Untuk aliran yang lebih besar, biasanya lebih disukai
untuk menyeberangkan air lewat diatas atau dibawah saluran dengan overchute atau
gorong-gorong, yang selanjutnya di buang jauh di luar saluran. Hal ini baik sekali,
khususnya apabila aliran air diperkirakan mengangkut cukup banyak lanau, pasir atau
benda-benda hanyut. Akan tetapi, kadang-kadang lebih ekonomis untuk membawa air
bersih ke dalam saluran daripada membelokkannya ke luar saluran.
Alur pembuang bisa dibuat di saluran pembuang alamiah, atau di ujung saluran
pembuang yang sejajar dengan saluran irigasi. Karena ujung alur pembuang harus
berada diatas permukaan air, maka alur pembuang paling cocok digunakan jika
saluran seluruhnya berada dibawah permukaan tanah asli.
Bila suatu ruas saluran tidak diberi fasilitas pelimpah, maka jumlah kapasitas rencana
alur pembuang pada ruas itu harus dibatasi sampai 10% dari kapasitas rencana normal
saluran tersebut.
Jika tersedia fasilitas pelimpah untuk tiap ruas saluran, maka jumlah kapasitas
rencana masing-masing alur pembuang tidakboleh melebihi 10% dari kapasitas
rencana normal saluran. Jumlah aliran yang masuk dari alur pembuang pada ruas
tersebut tidak boleh melebihi 20% dari kapasitas rencana normal saluran tersebut.
Bangunan Lindung 199
7.7.1 Umum
Mengingat kandungan sedimen yang keluar dari kolam pengendap dengan diameter
<0,088 mm relatif masih tinggi, maka diperlukan bangunan pengeluar sedimen
(sediment excluder) pada daerah persilangan dengan sungai atau alur pembuang
alamiah. Bangunan ini dimaksudkan mengeluarkan sedimen dari saluran untuk
200 KriteriaPerencanaan - Bangunan
Gambar 7-17. Bangunan Pengeluar Sedimen (Sediment Excluder) Tipe Tabung Pusaran
Bangunan Lindung 201
Bangunan ini berfungsi memisahkan dan membuang endapan sedimen dasar aliran
sungai yang masuk saluran. Bangunan penangkap sedimen ini biasanya diletakkan
diujung atau hulu saluran induk dengan tujuan agar ketersediaan air untuk keperluan
penguras masih relatif terjamin.
Jumlah air di saluran yang masuk tabung atau bangunan penyaring ini disyaratkan
pada perbandingan tertentu, umumnya sekitar 10% sampai 25% debit saluran. Bila air
202 KriteriaPerencanaan - Bangunan
di saluran cukup maka pengurasan dapat dilakukan secara menerus (continue), namun
bila air tidak cukup maka pengurasan dapat dilakukan secara periodik (misalnya 3
hari sekali).
Kondisi-kondisi yang tepat untuk pembuatan saluran pengeluar sedimen antara lain :
1. Kebutuhan debit yang tersedia harus mencukupi kebutuhan irigasi karena untuk
membuang bahan sedimen yang tertangkap alat ini harus dibuang secara rutin ke
sungai melalui saluran penguras. Kebutuhan debit yang disyaratkan untuk
mengoperasikan sistem ini adalah 10% sampai 25% debit maksimum yang masuk
saluran.
2. Elevasi dasar saluran dan dasar sungai harus mempunyai perbedaan tinggi yang
cukup.
3. Efisiensi yang masuk kedalam bangunan pengeluar sedimen antara 40% sampai
80% sedimen yang terbawa aliran dalam saluran. Setelah melalui bangunan ini
debit menjadi berkurang. Jika saluran memerlukan efisiensi penangkap sedimen
yang besar, maka jenis tabung pusaran (vortex tube) atau terowongan penyaring
sedimen ini tidaklah sesuai, kecuali jika dengan menggunakan beberapa bangunan
penangkap sedimen kontrol lainnya.
4. Saluran pengeluar sedimen tidak cocok untuk saluran yang banyak mengandung
lumpur atau lempung, karena sedimen halus ini melayang tercampur merata dalam
aliran air.
Permukaan air
(1) Intake
Biasanya elevasi muka air di saluran lebih rendah dari muka air sungai, maka
posisi sedimen excluder dipilih cukup jauh dari bendung sedemikian sehingga
elevasi muka air saluran pembuang lebihtinggi dari muka air sungai.
(2) Kemiringan Dasar Sungai
Kemiringan dasar sungai biasanya lebih terjal atau curam daripada kemiringan
dasar saluran. Karena itu lebih lanjut dasar sungai di bagian aliran keluar saluran
pembuang bangunan pengeluar sedimen perbedaannya harus cukup dalam.
204 KriteriaPerencanaan - Bangunan
Jika Bangunan pengeluar sedimen ini akan dibangun di hilir kantong lumpur guna
memperbaiki kualitas air irigasi maupun mengurangi kadar lumpur yang tidak
terendap di kantong lumpur maka untuk menetapkan lokasi bangunan excluder ini
yang perlu dipertimbangkan antara lain:
(1) Lokasi pusat-pusat sedimen terendap di hilir kantong lumpur yang ditentukan
dengan survai lapangan.
(2) Saluran pembuang diusahakan dekat sungai atau pembuang alam.
Jika bangunan pengeluar sedimen ditempatkan dilokasi yang terbatas pada intake
daripada yang diprediksi penyesuaian panjang maka trapping efisiensi akan
berkurang.
Sebagai petunjuk membagi dua panjang penyesuaian yang diprediksi dan akan
mengurangi trapping efisiensi sebesar 50%. Disisi lain menambah jarak akan
menaikkan elevasi muka air di intake.
Bangunan Lindung 205
Pada saluran penyaring sedimen jenis tabung pusaran (vortex tube) merupakan
bangunan tersendiri berupa sendiri saluran tunggal atau lebih yang diletakkan didasar
saluran pembawa.
Salah satu ujung penyaring sedimen ini dipasang turbulen, sedang diujung yang lain
dipasang secara tertutup.
Proses penyaringan sedimen dalam aliran yang masuk kedalam tabung pusaran dapat
terlihat pada Gambar 7-20. dibawah ini.
Cara menentukan dimensi dan jumlah tabung pusaran yang diperlukan didasarkan
pada teori Sanmuganathan (1976), dengan dua kriteria perencanaan yaitu:
Kecepatan digaris singgung akhir tabung cukup besar untukmencegah
mengendapnya sedimen didalam tabung
206 KriteriaPerencanaan - Bangunan
Pemasangan tabung pusaran secara melintang tegak lurus saluran akan memperoleh
kecepatan dalam tabung maksimum dan panjang tabung yang diperlukan menjadi
lebih pendek (Lawrence & Sanmuganathan, 1983).
(i)Panjang total tabung pusaran (vortex tube) harus sama dengan lebar saluran
Desain awal menggunakan tabung tunggal (satu jalur) jika hasil perhitungan
kehilangan tinggi tidak memenuhi kriteria, maka digunakan lebih dari satu
tabung.
dimana :
( )
dimana:
Persamaan kehilangan tinggi energi sepanjang tabung (m) untuk tabung yang
panjang dihitung berdasarkan Miller (1971) dengan asumsi nilai kekasaran
besar.
2. Debit Penguras
3. Pemilihan Desain
Prosedur yang digunakan untuk memperoleh desain pilihan ditentukan dari segi
biaya dan kemudahan konstruksi.
Diameter desain ditetapkan tidak boleh lebih besar dari 1,50 m, jika terpaksa
maka disarankan untuk menggunakan gabungan dari beberapa tabung atau
208 KriteriaPerencanaan - Bangunan
Kajian Kinerja Bangunan Vortex Tube Daerah Irigasi Warujayeng dapat dilihat
pada Lampiran 4.
Terowongan penyaring sedimen (tunnel sediment excluder) yang terdiri dari jalur
terowongan ditempatkan didasar saluran yang akan membagi aliran air dan aliran
sedimen yang terdapat didekat dasar saluran.
Gambar 7-21. Prinsip Kerja Terowongan Penyaring Sedimen dan Elevasi Letak Terowongan
Bangunan Lindung 209
(2) total kehilangan energi atau tinggi hilang yang melintasi terowongan tidak
berlebihan
Tinggi terowongan ditetapkan dengan syarat untuk tidak terjadi endapan yang
berakibat menyumbat terowongan. Komponen atau bagian terowongan penyaring
sedimen ini terdiri atas tiga bagian yaitu:
- bagian masuk (inlet section)
210 KriteriaPerencanaan - Bangunan
- bagian lengkung
- bagian keluar (outlet)
dimana :
QT = aliran melalui terowongan (m3/dt)
M = jumlah jalur terowongan
Qpembuang = debit pembuang (m3/dt)
dimana:
XT = konsentrasi sedimen dalam terowongan (mpm)
XC = perkiraan konsentrasi sedimen di hulu bangunan pengeluar sedimen
(mpm)
TE25 = efisiensi trapping dari bangunan ini pada rasio 25%
dimana:
bt = lebar terowongan
Bangunan Lindung 211
Tinggi terowongan = Rt x bt
Kehilangan Tinggi
Kehilangan tinggi antara saluran utama sampai bagian aliran keluar harus lebih
kecil daripada tinggi yang tersedia.
dimana:
L = panjang bagian terowongan penyaring sedimen
H = prediksi kehilangan tinggi dari tabel (mm per m)
Untuk lengkung, tinggi hilang akan dikalikan dengan faktor ini tergantung pada
sudut dari lengkung dan jari-jari lengkung yang dapat dilihat pada Gambar 7-23.
dibawah ini:
Gambar 7-23. Faktor Perkalian untuk Kehilangan Tinggi Dibagian Lengkung Prasarana
Penyaring Sedimen
212 KriteriaPerencanaan - Bangunan
. /
Kehilangan tinggi saat keluar dari terowongan = ⁄
8 BAB VIII
JALAN DAN JEMBATAN
8.1 Umum
Jaringan jalan di suatu daerah irigasi melayani kebutuhan yang berbeda-beda dan
dipakai oleh pengguna yang berbeda-beda pula: jalan adalah jaringan angkutan
barang dan produksi. Dalam kaitan ini jalan digunakan oleh penduduk. Jalan juga
dipakai untuk keperluan-keperluan eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.
Dalam hubungan ini, jalan digunakan oleh staf dinas irigasi. Berbagai fungsi
jaringan jalan ini harus diperhitungkan selama perencanaan.
Sebagian besar dari jalan yang dibangun sebagai bagian dari jaringan irigasi, dan
dipelihara oleh dinas pengairan akan dibuat di sepanjang atau diatas tanggul saluran
irigasi dan pembuang. Tujuan utama pembangunan jalan-jalan ini adalah untuk
menyediakan jalan menuju jaringan irigasi dan pembuang.
Jembatan merupakan bagian yang penting dari jaringan tersebut. Jembatan dan jalan
inspeksi bagi kendaraan dan orang untuk menyeberang saluran irigasi dan pembuang
merupakan tanggung jawab perencana irigasi. Ia harus merencana pasangan –
pasangan ini dan pemeliharaannya di lakukan oleh staf O&P proyek irigasi yang
bersangkutan.
Jalan inspeksi direncana, dibangun dan dipelihara oleh dinas pengairan. Jalan ini
terutama digunakan untuk memeriksa, mengoperasikan dan memelihara jaringan
irigasi. Saluran pembuang, yakni saluran dan bangunan-bangunan pelengkap. Akan
tetapi, dikebanyakan daerah pedesaan, jalan-jalan ini juga sekaligus berfungsi
214 KriteriaPerencanaan - Bangunan
sebagai jalan utama dan oleh karena itu juga dipakai oleh kendaraan kendaraan
komersial dengan pembebanan as yang lebih berat dibandingkan dengan kendaraan-
kendaraan inspeksi.
8.2.1 Klasifikasi
Jalan inspeksi yang hanya dimanfaatkan untuk inspeksi saluran irigasi dan jalan
usaha tani saja mempunyai lebar total jalan 5 m, dengan lebar perkerasan 3 m.
Jalan inspeksi yang difungsikan untuk lalu lintas umum mengacu pada UU
No.38/2004 dan PP No.34/2006 diklasifikasikan sebagai jalan lokal dengan total
lebar jalan 7,5m dengan lebar perkerasan 5,5 m, dengan struktur jalan sesuai SNI
bidang jalan.
Jalan – jalan yang berada dibawah wewenang Direktorat irigasi disesuaikan Standar
jalan Bina Marga berdasarkan RSNI .T02 – 2005 yang telah diperluas menjadi,
Kelas I Jalan Nasional (Standar Bina Marga A) dengan lebar = (1 + 7 +1) m = 9,0 m
Kelas II Jalan Propinsi (Standar Bina Marga B) dengan lebar = (0,50 + 6 + 0,5)
m = 7,00 m
Kelas III Jalan Kabupaten, jalan desa, jalan inspeksi utama (StandarBina Marga C)
dengan lebar = (0,50+ 3,5+0,50) m
Kelas IV Jalan penghubung, jalan inspeksi sekunder (Standar Bina Marga) dengan
lebar = Kelas V Jalan setapak/jalan orang
Lebar jalan dan perkerasan untuk jalan-jalan Kelas III, IV dan V (yang punya arti
penting dalam proyek irigasi) disajukan pada Tabel 8-1.
Jalan kelas III dengan perkerasan; jalan kelas IV boleh dengan perkerasan (Untuk
yang lebih penting) atau tanpa perkerasan. Kelas V umumnya tanpa perkerasan.
Jalan dan Jembatan 215
Tabel 8-1. Lebar Perkerasan Jalan Standar Irigasi yang disesuaikan Standar Bina Marga
Klasifikasi Standar Jalan
Direktorat Bina Lebar Perkerasan Keterangan
Direktorat Irigasi
Marga
Kelas III Kelas C 3,50 m 1
Kelas IV - 3,50 m 2
Kelas V - 1,00 m 3
Tipe-tipe potongan melintang jalan inspeksi yang difungsikan hanya untuk inspeksi
saluran dan jalan usaha tani disajikan Gambar 8-1.a. dan Gambar 8-1.b.
8.2.3 Trase
Jalan inspeksi biasanya dibangun diatas tanggul saluran atau pembuang. Jika ini
dianggap tidak ekonomis, jarak maksimum antara jalan inspeksi dan saluran atau
pembuang adalah 300 m.
Tempat lewat atau tempat berputar harus tersedia sekurang-kurangnya tiap 600 m.
216 KriteriaPerencanaan - Bangunan
8.2.4 Pelaksanaan
1) Harga CBR (California Bearing Ratio) tidak boleh kurang dari 20 jika ditentukan
berdasarkan kepadatan di lapangan
2) Gradasi (menurut pemadatan 95% Mod. AASHO) harus mengikuti pedoman
yang diberikan pada Tabel 8-2.
Apabila jalan dibangun diatas tanggul yang didapatkan, maka daya dukung tanah
dasarnya (tanah yang dipadatkan) biasanya cukup. Akan tetapi jika jalan itu tidak
dibangun diatas tanggul yang didapatkan, maka harga CBR-nya paling tidak 6%
Mod. AASHTO yang dipadatkan ditempat.
Jalan inspeksi yang lebih penting yang dilewati oleh cukup banyak kendaraan
komersial dapat dibuat dengan lapisan sub base 15 – 40 cm, lapisan base 15 cm dan
lapisan permukaan dengan bitumen.
Tabel 8-2. Persyaratan Gradasi untuk Bahan Perkerasan dari Kerikil Alamiah
Tabel 8-3. dibawah ini menyajikan perkiraan harga-harga CBR tanah di lapangan
dan tanggul saluran yang dihubungkan dengan muka air tanah.
Jalan dan Jembatan 219
Tabel 8-3. Perkiraan Harga-Harga Minimum CBR untuk Perencanaan Tanah Dasar Dibawah
Jalan Perkerasan yang Dipadatkan Sampai 95% dari Berat Isi Kering Maksimum Proctor
(Road Note 31,1977)
CATATAN :
1. Karena harga-harga yang diberikan pada Tabel 8-3. merupakan perkiraan saja,
maka bilamana mungkin harga-harga CBR tersebut hedaknya dites di
laboratorium pada kandungan air tanah yang sesuai.
2. Tabel 8-3. tidak dapat dipakai untuk tanah-tanah yang mengandung mika atau
zat-zat organik dalam jumlah yang cukup banyak. Tanah demikian biasanya dapat
dikenali secara visual.
3. Uji CBR di laboratorium diperlukan untuk tanah dasar yang berupa lumpur murni
dengan muka air tanah yang dalamnya lebih dari 1,0 m.
Tabel 8-3. dapat dipakai untuk mengklasifikasi subgrade dan jika dikombinasi
dengan Gambar 8-3., maka tebal berbagai lapisan dapat diperkirakan.
220 KriteriaPerencanaan - Bangunan
lapisan permukaan
base 150 mm
0
tebal min. subbase 100 mm
dengan tanah dasar CBR 8 - 24
persen, bahan ditempat ini
memiliki CBR > 25 persen tanah dasar :
100
CBR 7%
CBR 6%
timbunan yang dipilih dalam mm
200 CBR 5%
CBR 4%
tebal subbase dan atau
300 CBR 3%
400 CBR 2%
500
iV &V III
kelas jalan
Gambar 8-2. sebaiknya digunakan untuk jalan-jalan kelas III, IV dan V. Apabila
harga CBR subgrade 25% atau lebih, maka tidak diperlukan sub base. Biasanya
bahan subbase adalah kerikil atau campuran pasir – kerikil lempung yang terjadi
secara alamiah.
Base yang bagus dan biasa digunakan adalah tipe makadam ikat – air (water – bound
macadam tipe). Ini dibuat terutama dari kricak (batu – batu pecahan). Tipe macadam
ikat – air berupa lapisan-lapisan batu berukuran seragam yang besar nominalnya
37,5 sampai 50 mm. Segera setalah lapisan diletakkan, bahan halus dituang dan
disiram dengan air di permukaan agar bahan menjadi padat. Tebal masing-masing
lapisan yang dipadatkan tidak boleh kurang dari 6 mm ukuran maksimum, lebih
Jalan dan Jembatan 221
disukai yang bergradasi baik dan bahan ini harus nonplastis. Bila konstruksi
makadam akan dikerjakan dengan tangan, hendaknya di pakai ukuran-ukuran batu
yang seragam 10 sampai 15 cm (lihat Gambar 8-3.).
Rongga dan celah-celah antara batu yang ditempatkan pada pondasi diisi dengan
batu-batu yang berukuran lebih kecil atau dengan bahan-bahan halus. Kemudian
lapisan itu disiram air sampai semua bahan halis dan batu yang lebih kecil bisa
masuk. Base batu tersebut didapatkan dengan mesin gilas (flat wheel roller seberat 8
– 10 ton).
Permukaan makadam ikat – air (WBM) tersebut lalu dilapisi dengan bahan bitumen.
Jumlah bahan pengikat dan bahan-bahan aus yang diperlukan di sajikan pada Tabel
8-4.
8.2.5 Pembuang
Pembuangan air dipermukaan jalan dan lapisan subbase sangat penting dalam
222 KriteriaPerencanaan - Bangunan
Tabel 8-4. Jumlah Bahan Pengikat dan Perata untuk Perkerasan Permukaan
(dari ESCAP, 1981)
Jumlah Penyusutan
Ukuran Bitumen
Agregat Terjalan per Pengikat Emulasi per 10 m², kg
Nominal per 10 m²,
per 10 m², 10 m², kg per 10 m², kg
mm kg
m3 kg
Untuk lapisan pertama pada WBM
Bergantung pada
12,5 0,14 - 0,15 17,1 - 19,5 17,1 - 22,0 19,5 - 22,0
kandungan bitumen
Pembuatan air dilapisan sub-base dan base dapat dilakukan dengan memperpanjang
lapisan ini sampai ke parit pembuang atau dengan membuat alur pembuang dari batu
pecahan kasar setiap jarak 10 m. Lebar alur ini harus 0,30 m dengan tinggi 0,15 m.
Batu-batu atau pecahan-pecahan batu di dalam alur pembuang ini harus dilengkapi
dengan bahan filter, yakni ijuk.
8.3 Jembatan
8.3.1 Tipe
Tipe-tipe jembatan yang dibicarakan di sini adalah jembatan kendaraan yang dipakai
di jalan inspeksi, penyeberangan saluran, pembuang atau sungai, jembatan orang
(footbridge), jembatan ternak dan jembatan eksploitasi.
8.3.2 Pembebanan
Bahan-bahan lain bisa dipakai untuk membuat jalan inspeksi dan jembatan orang,
jika bahan-bahan itu tidak mahal. Kayu dan baja atau bahan komposit (baja
dikombinasi dengan beton) sering dipakai untuk membuat jembatan. Khusus untuk
jembatan orang yang ringan bebannya dan dapat mempunyai bentang yang lebih
besar, jembatan kayu atau baja lebih ekonomis daripada jembatan beton.
Biaya pemeliharaan yang tinggi dan umur bangunan yang labil pendek pada
jembatan kayu dan jembatan baja, sebaiknya dipertimbangkan dalam evaluasi.
224 KriteriaPerencanaan - Bangunan
Lantai jembatan terletak diatas tumpu (abutment) di kedua sisi saluran. Tumpu
meneruskan berat beban ke pondasi. Untuk jembatan yang bentangnya besar,
diperlukan satu atau lebih tiang pancang di saluran guna mendukung bangunan atas
agar mengurangi beban tumpu.
Biasanya pondasi berupa “telapak sebar” (spread footing). Bila beban lebih besar
dan daya dukung tanah bawah tidak cukup kuat, dipakai tiang pancang. Tiang
pancang dapat dibuat dari beton, baja atau kayu.
Jalan dan Jembatan 225
Gambar 8-5. Tipe Potongan Melintang Jembatan Balok T dan Jembatan Pelat
Kedalaman pondasi tumpu diberikan pada Gambar 8-6. Dari Gambar tersebut
tampak bahwa pangkal jembatan harus berada dibawah garis dengan kemiringan 1
sampai 4 dari dasar saluran, ataudibawah garis, paralel dengan kemiringan samping
pada jarak 1,50 m untuk saluran pasangan dan 2,50 m untuk saluran tanah. Untuk
bagian yang diberi pasangan, sebaiknya kedalam pondasi diambil sekurang –
226 KriteriaPerencanaan - Bangunan
Ruang bebas jembatan paling tidak harus 0,30 m atau sama dengan setengah tinggi
jangan saluran. Untuk saluran pembuang jagaan tinggi minimum harus diambil
seperti Tabel 8-5. sebagai berikut:
Q < 10 0,30
10 < Q < 25 0,40
Q > 25 0,50
Jalan dan Jembatan 227
Untuk jembatan-jembatan sungai, tinggi jagaan harus lebih besar dari 1,50 m,
menurut Standar Bina Marga.
Gambar 8-7. Kedalaman Pondasi serta Lindungan Terhadap Erosi untuk Pilar Jembatan
228 KriteriaPerencanaan - Bangunan
Bangunan-Bangunan Pelengkap 229
9 BAB IX
BANGUNAN–BANGUNAN PELENGKAP
9.1 Tanggul
9.1.1 Kegunaan
Tanggul dipakai untuk melindungi daerah irigasi dari banjir yang disebabkan oleh
sungai, pembuang yang besar atau laut. Biaya pembuatan tanggul banjir bisa menjadi
sangat besar jika tanggul itu panjang dan tinggi. Karena fungsi lindungnya yang besar
terhadap daerah irigasi dan penduduk yang tinggal di daerah-daerah ini, maka
kekuatan dan keamanan tanggul harus benar-benar diselidiki dan direncana sebaik-
baiknya.
9.1.2 Bahan
Biasanya tanggul dibuat dari bahan timbunan yang digali di dekat atau sejajar dengan
garis tanggul. Apabila galian dibuat sejajar dengan lokasi tanggul, maka penyelidikan
untuk pondasi dan daerah galian dapat dilakukan sekaligus. Untuk tanggul-tanggul
tertentu, mungkin perlu membuka daerah sumber bahan timbunan khusus di luar
lapangan dan mengangkutnya ke lokasi. Jika kondisi tanah tidak stabil mungkin akan
lebih ekonomis untuk memindahkan lokasi tanggul daripada menerapkan metode
pelaksanaan yang mahal.
Elevasi tanggul hilir sungai dari bangunan utama didasarkan pada tinggi banjir
dengan periode ulang 5 sampai 25 tahun (Q5 tahunan untuk hutan tapi untuk
melindungi perkotaan Q 25 tahunan).
9.1.4 Trase
Tanggul di sepanjang sungai sebaiknya direncana pada trase pada jarak yang tepat
dari dasar air rendah. Bila hal ini tidak mungkin, maka harus dibuat lindungan
terhadap erosi di sepanjang tanggul.
5. Tata guna tanah dan peningkatan tanah pertanian guna menilai arti penting
daerah yang akan dilindungi dari segi ekonomi.
Tinggi rencana tanggul (Hd) akan merupakan jumlah tinggi muka air rencana (H) dan
tinggi jagaan (Hf). Ketinggian yang dibuat itu termasuk longgaran untuk
Bangunan-Bangunan Pelengkap 231
kemungkinan penurunan (Hs), yang akan bergantung kepada pondasi serta bahan
yang dipakai dalam pelaksanaan. Tinggi muka air rencana yang sebenarnya
didasarkan pada profil permukaan air.
Tinggi jagaan (Hf) merupakan longgaran yang ditambahkan untuk tinggi muka air
yang diambil, termasuk atau tidak termasuk tinggi gelombang. Tinggi minimum
jangaan tanggul sebaiknya diambil 0,60 m.
Untuk tanggul tanah yang direncana guna mengontrol kedalaman air ≤ 1,50 m, lebar
atas minimum tanggul dapat diambil 1,50 m. Jika kedalaman air yang akan dikontrol
lebih dari 1,50 m, maka lebar atas minimum sebaiknya diambil 3,0 m. Lebar atas
diambil sekurang-kurangnya 3,0 m jika tanggul dipakai untuk jalur pemeliharaan.
Pada Tabel 9-1. dibawah ini diberikan harga-harga kemiringan talut. Penggunaan
harga-harga itu dianjurkan untuk tanggul tanah homogen pada pondasi stabil yang
tingginya kurang dari 5 m.
Jika pondasi tanggul terdiri dari lapisan-lapisan lulus air atau lapisan yang rawan
terhadap bahaya erosi bawah tanah (piping), maka harus dibuat parit halang (cut-off
232 KriteriaPerencanaan - Bangunan
trench) yang dalamnya sampai 1/3 dari kedalaman air. Lihat Gambar 9-2.
Tabel 9-1. Harga-Harga Kemiringan Samping yang Dianjurkan untuk Tanggul Tanah
Homogen (menurut USBR, 1978)
Kemiringan Kemiringan
Klasifikasi Tanah1)
Sungai Talut Tanah
GW, GP, SW, SP Lulus air, tidak dianjurkan
GC, GM, SC, Sm 1:2,5 1:2,0
CL, ML 1:3,0 1:2,5
CH, MH 1:3,5 1:2,5
1)
Menurut The Unified Soil Classification System (lihat KP 06 Tabel 2-4.)
Tanggul yang tingginya lebih dari 5 m harus dicek stabilitasnya dengan metode
stabilitas tanggul yang dianggap sesuai. Metode yang disarankan dijelaskan dalam
Bagian KP-06 Parameter Bangunan.
Apabila tanggul melintas saluran lama, maka dasar tanggul harus diperlebar di bagian
samping luar. Lebar tambahan ini sekurang-kurangnya sama dengan tinggi tanggul
(Hd) diatas elevasi asli tanah. Bagian atas dasar yang diperlebar sebaiknya tidak
kurang dari 0,30 m diatas elevasi asli tanah serta kemiringannya harus cukup agar air
Bangunan-Bangunan Pelengkap 233
dapat melimpas dari tanggul. Kemiringan timbunan tambahan tidak boleh lebih curam
dari kemiringan asli tanggul. Lihat Gambar 9-3.
Untuk tanggul dengan kedalaman air rencana (H pada Gambar 9-1.) lebih dari 1,50
m, maka tempat galian bahan harus cukup jauh dari tanggul agar stabilitasnya dapat
dijamin. Garis yang ditarik dari garis air rencana pada permukaan tanggul melalui
pangkal asli tanggul (jika diperlebar) sebaiknya lewat dari bawah potongan melintang
galian bahan. Lihat Gambar 9-1.
Jika tanggul mempunyai lebar atas yang kecil/sempit, maka bahu (berm) bagian
tambahan harus cukup lebar guna mengakomodasi jalur pemeliharaan selama muka
air mencapai ketinggian kritis. Fasilitas ini harus disediakan di semua potongan jika
bagian atas tanggul tidak dipakai sebagai jalur pemeliharaan.
Galian bahan yang ada disepanjang tepi air harus dibuat dengan interval tertentu guna
memperlambat kecepatan air yang mengalir disepanjang pangkal timbunan. Galian
semacam ini juga berfungsi sebagai tempat menyeberangkan alat-alat pemeliharaan
selama muka air rendah. Intervalnya tidak lebih dari 400 m dan lebar minimum 10 m.
234 KriteriaPerencanaan - Bangunan
9.1.9 Pembuang
Fasilitas pembuang harus disediakan untuk tanggul yang harus menahan air untuk
jangka waktu yang lama (tanggul banjir biasanya tidak diberi pembuang).
ii) Saringan pemberat (reverse filter), baik yang direncanakan sebagai pembuang
pangkal tanggul maupun sebagai pembuang horizontal (untuk perencanaan filter
lihat subbab 6.6.1)
9.1.10 Lindungan
Lindungan lereng terhadap erosi oleh aliran air, baik yang berasal dari hujan maupun
sungai, bisa berupa tipe-tipe berikut:
- Rumput
- Pasangan batu kosong
- Pasangan (lining)
- Bronjong
Sedangkan jenis-jenis lindungan lainnya dipakai untuk lindungan terdapat aliran air di
sungai atau saluran. Karena ketiga jenis yang lain ini cukup mahal, mereka hanya
digunakan untuk bentang pendek.
9.2.1 Komunikasi
Komunikasi merupakan hal pokok bagi jaringan irigasi yang dikelola dengan baik.
Disini akan ditinjau dua metode komunikasi:
(1) Komunikasi fisik (dengan jaringan jalan)
(2) Komunikasi nonfisik (dengan radio, telepon)
Pentingnya jaringan jalan yang memadai sudah jelas. Jaringan jalan tidak hanya
diperlukan untuk inspeksi dan jalan masuk ke daerah irigasi, tetapi juga untuk
angkutan bahan ke lokasi dan angkutan hasil-hasil produksi ke luar daerah dan ke
pasar.
dibangun di sepanjang urat nadi jaringan irigasi, yaitu saluran primer dan sekunder.
Selain itu untuk keperluan pengangkutan hasil panen serta untuk jalan masuk alat
pertanian seperti traktor, maka perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier
dan kuarter sepanjang itu memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan
persetujuan petani setempat pula, karena banyak ditemukan di lapangan jalan petani
yang rusak atau tidak ada sama sekali sehingga akses petani dari dan ke sawah
menjadi terhambat, terutama untuk petak sawah yang paling ujung.
Jalan juga harus dibangun di sepanjang saluran-saluran pembuang yang besar dan
diatas tanggul-tanggul banjir. Konstruksi jalan-jalan tersebut harus dibangun
memadai agar dapat memenuhi kebutuhan keluar – masuknya staf E&P di daerah
proyek, khususnya selama musim hujan.
Bangunan-bangunan penting harus mudah dicapai sewaktu turun hujan lebat. Jika
kurang berfungsi maka bangunan-bangunan itu akan membahayakan keselamatan
proyek dan penduduk yang bermukim di daerah itu.
Kriteria bangunan untuk jalan telah dibahas dalam Bab 8. Dalam hubungan ini,
perencana jaringan jalan perlu memikirkan sarana angkutan yang dipakai oleh Staf
E&P dan para pengguna lain jaringan ini. Berdasarkan kategori sarana
angkutan/transpor dan perkiraan volume lalu lintas, perencana akan menentukan kelas
jalan dan parameter-parameter bangunannya.
Jaringan komunikasi telepon dan radio sama pentingnya dalam kegiatan eksploitasi
jaringan irigasi. Kedua jaringan, jalan dan telepon/radio, harus diinstalasi dan saling
melengkapi satu sama lain.
- Saluran telepon mudah rusak, khususnya selama hujan badai, justru sewaktu
sarana ini paling dibutuhkan
- Jarak yang bisa diliput oleh pemancar radio terbatas akibat jangkauan gelombang
radio yang terbatas (biasanya FM)
Karena alasan-alasan diatas, maka cara pemecahan yang dianjurkan adalah membuat
suatu sistem komunikasi yang merupakan kombinasi antara sambungan telepon dan
radio pemancar/penerima.
Perumahan harus disediakan untuk staf lapangan, seperti misalnya Juru Pengairan,
Mantri Pengairan dan Pengamat. Para petugas lapangan bermukim di lapangan dekat
dengan daerah kerja mereka atau dengan bangunan yang menjadi tanggung jawabnya.
Standar untuk rumah-rumah ini diberikan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya
bekerja sama dengan para pejabat setempat seperti Dinas Pekerjaan umum dan
Direktorat Tata Bangunan.
238 KriteriaPerencanaan - Bangunan
Sanggar tani sebagai sarana untuk interaksi antar petani, dan antara petani dan
petugas irigasi dalam rangka memudahkan penyelesaian permasalahan yang terjadi di
lapangan. Pembangunannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi petani
setempat serta letaknya di setiap bangunan sadap/offtake tersier dan bangunan bagi
sekunder.
Ukuran patok 20 x 20 cm, tinggi 1,6 m (1,60 m beton cor 1: 2 : 3 dan 1,10 m ditanam
0,50 m dicat kuning) sesuai Permen PU No 22/PRT/M/2006 tentang Pengamanan dan
Perkuatan Hak atas Tanah Departemen PU.
240 KriteriaPerencanaan - Bangunan
Pelat nama untuk saluran dan bangunan berfungsi untuk mempermudah identifikasi.
Pelat-pelat tersebut harus menunjukkan nama saluran dan daerah yang diairi dalam
ha. Pelat-pelat itu ditempatkan diawal saluran pada lereng dalam. Pelat nama untuk
setiap bangunan harus dipasang ditempat yang benar pada bangunan tersebut. Untuk
setiap pintu yang merupakan bagian dari bangunan bagi, namanya harus ditunjukkan
dengan baja atau pada skala liter (untuk alat ukur Romijn).
Pelat nama memiliki ukuran standar tersendiri; lihat Standar Bangunan Irigasi, BI –
02.
Bangunan-Bangunan Pelengkap 241
Papan pasten dipasang di setiap bangunan sadap atau bagi. Ukuran dan tulisan pada
papan pasten distandarisasi (lihat Standar Bangunan Irigasi BI – 02). Juru pintu akan
mengisi papan-papan ini secara teratur dengan data-data sebenarnya mengenai setelah
pintu dan besar debit. Petani dapat membaca dan mencek apakah pembagian air
ditangani sebagaimana mestinya.
Papan pasten juga menunjukkan berbagai daerah dengan tanamannya serta tahap
pertumbuhan tanaman-tanaman tersebut.
Papan duga untuk membaca tinggi muka air di saluran terbuat dari pelat baja yang
dilapisi bahan logam enamel. Warna-warna yang digunakan adalah putih untuk alas
dan biru untuk huruf dan angka.
Papan duga untuk alat ukur Romijn hanya memberikan tinggi muka air relatif saja dan
pembacaan yang sama disaluran dan pada skala cm pada kerangka bangunan.
Untuk alat ukur Crump-de Gruyter tinggi titik nol papan duga harus sesuai dengan
tinggi ambang pintu itu yang menunjukkan kedalam air diatas ambang.
Papan duga yang dipasang pada bangunan dan dipakai untuk menyetel pintu (dan
debit) dibuat dari aluminium dengan garis-garis dan huruf-huruf yang digoreskan.
Penggunaan baja berlapis enamel untuk papan-papan duga ini tidak dianjurkan karena
242 KriteriaPerencanaan - Bangunan
9.2.9 Pintu
Pintu bangunan di saluran biasanya dibuat dari baja. Dalam Standar Bangunan Irigasi
(BI – 02) diberikan detail-detail lengkap mengenai ukuran dan tipe standar pintu.
Ketiga tipe pintu standar adalah :
Pintu-pintu sorong dengan bukaan lebar biasanya dibuat dari kayu yang lebih murah
untuk ukuran ini.
Untuk pintu-pintu yang besar atau kompleks pintu biasanya dibuat rumah pintu untuk
tenaga eksploitasi agar terlindung dari keadaan cuaca.
Pintu keluar (outlet) pembuang adalah tipe pintu khusus karena harus dapat
menghalangi air yang telah dibuang agar tidak mengalir kembali ke daerah semula
jika muka air di luar lebih tinggi dari muka air di dalam pembuang. Keadaan ini dapat
terjadi pada pembuang ke sungai, pada waktu sungai banjir atau pada pembuang ke
laut yang dipengaruhi oleh pasang–surutnya air laut. Subbab 7.4. memberikan
beberapa contoh pintu otomatis yang bisa dipakai untuk keperluan-keperluan ini.
Tetapi biasanya dipakai tipe pintu katup yang lebih sederhana (lihat Tipe Bangunan
Irigasi, BI – 01).
Bangunan-Bangunan Pelengkap 243
9.2.10 AWLR
Dengan mempertimbangkan pemikiran diatas maka pada setiap daerah irigasi perlu
dipasang alat pengukur debit air secara kontinyu. Untuk itu pada awal saluran induk
perlu dipasang Automatic Water Level Recorder (AWLR).
AWLR adalah alat perekam tinggi muka air secara kontinyu, dengan menggunakan
rating curve yang sesuai akan dengan mudah diketahui debit serta volume dari air
yang melewati alat ini.
AWLR hanya dipasang pada daerah irigasi yang mempunya areal lebih besar atau
sama dengan 1.000 ha, dan dipasang di saluran induk setelah air masuk pintu intake
dan melewati kantong lumpur (jika direncanakan dengan kantong lumpur).
Tipe AWLR terdiri dari 2 tipe, yaitu tipe pencatatan grafik dan tipe pencatatan digital.
Tipe pencatatan digital lebih praktis karena pencatatan sudah langsung berupa
besaran numerik, namun harganya lebih mahal dari AWLR tipe pencatatan grafis.
1. Saluran harus merupakan saluran pasangan beton, supaya aliran air tidak
bergelombang.
2. Jarak dari pintu outlet kantong lumpur (jika direncanakan dengan kantong lumpur)
atau dari pintu intake adalah 50 m.
3. Saluran harus lurus mulai dari pintu outlet kantong lumpur (jika direncanakan
dengan kantong lumpur) atau dari pintu intake sampai 50 m di downstream stasiun
AWLR.
244 KriteriaPerencanaan - Bangunan
Para perencana harus menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh bangunan yang
direncana terhadap keamanan umum, terutama anak-anak.
pipa. Karena peralatan pengaman mahal harganya, maka harus benar-benar diselidiki
apakah alat-alat itu memang perlu dipasang.
Paling tidak lubang masuk sipon dan bangunan-bangunan dengan aliran air yang
cepat harus diberi perlindungan. Pagar atau instalasi kisi-kisi penyaring dimuka lebih
disukai untuk bangunan-bangunan ini, tetapi tali pengamanan di depan lubang masuk
dan tangga pada talut kadang-kadang lebih cocok.
Tempat cuci yang berupa tangga pada tanggul saluran akan memungkinkan penduduk
yang tinggal di daerah dekat saluran untuk mencapai air saluran. Dengan
menyediakan tempat-tempat cuci berarti mencegah penduduk agar mereka tidak
membuat fasilitas-fasilitas itu sendiri dengan cara merusak atau menghalangi saluran.
Standar Perencanaan tangga cuci diberikan dalam Standar Bangunan Irigasi, BI – 02.
Jika tersedia tempat, kolam ini akan dibuat diluar saluran tetapi diberi air dari saluran
dengan pipa.
Kalau tidak cukup tersedia tempat di luar saluran, kolam mandi ternak dapat dibuat
sebagai bagian dari saluran yang diperlebar dan diberi lindungan.
Satu kolam mandi ternak untuk satu desa akan cukup. Kolam-kolam ini yang
dibangun di sepanjang atau di dalam saluran irigasi, hanya diperlukan jika tak tersedia
kolam mandi ditempat-tempat lain, misal di saluran pembuang atau sungai.
246 KriteriaPerencanaan - Bangunan
9.4.1 Umum
Rembesan terjadi apabila bangunan harus mengatasi beda tinggi muka air dan jika
aliran yang diakibatkannya meresap masuk ke dalam tanag disekitar bangunan.
Aliran air ini mempunyai pengaruh yang merusakkan stabilitas bangunan karena
terangkutnya bahan-bahan halus dapat menyebabkan erosi bawah tanah. Jika erosi
bahwa tanah sudah terjadi, maka terbentuklah jalur rembesan antara bagian hulu dan
hilir bangunan. Ini biasanya mengakibatkan kerusakan akibat terkikisnya tanah
pondasi.
Terangkutnya bahan halus dan erosi bawah tanah yang diakibatkannya dapat dicegah
dengan cara (1) memperpanjang jalur rembesan dan/atau (2) menggunakan filter.
Dinding-dinding (cut-off wall) yang dibuat tegak lurus terhadap bangunan merupakan
lindungan yang efektif terhadap rembesan. Dalam teori angka rembesan Lane,
dinding vertikal diambil/dihitung penuh, sedangkan bidang horizontal hanya diambil
1/3 dari panjangnya.
Dinding halang ditempatkan dibawah dan di kedua sisi bangunan yang mungkin harus
menanggulangi beda tinggi energi yang besar, seperti: bangunan terjun, bangunan
pengatur dan pintu. Bangunan seperti pipa gorong–gorong dan pipa sipon sangat
memerlukan dinding halang di sekitar pipa untuk mencegah terjadinya rembesan di
sepanjang pipa bagian luar.
Gambar 9-8. menyajikan contoh dinding-dinding halang. Pada umumnya, akan lebih
baik untuk tidak membuat dinding yang lebih kecil dari yang diperlihatkan pada
Gambar 9-8. karena dua alasan:
- Akan terjadi kedalaman pondasi yang berbeda-beda untuk dinding itu dan dengan
demikian menyebabkan sebaran penurunan yang berbeda-beda, pada gilirannya
hal ini akan menyebabkan retak-retak dan dinding tidak dapat lagi berfungsi.
Dinding halang bisa dibuat tipis karena dinding ini tidak terkena gaya apa pun kecuali
menahan beratnya sendiri.
Pada bangunan pengatur, tepat terbaik untuk dinding halang adalah di lokasi yang
sama dengan lokasi pintu.
9.4.3 Koperan
Koperan dibuat di ujung lapis (lining) keras saluran atau bangunan. Koperan
mempunyai dua fungsi:
- Lindungan terhadap erosi
- Lindungan terhadap aliran rembesan yang terkonsentrasi
248 KriteriaPerencanaan - Bangunan
9.4.4 Filter
Filter diperlukan untuk mencegah kehilangan bahan akibat aliran air. Filter dapat
dibuat dengan (1) campuran pasir dan kerikil yang bergradasi baik, (2) dengan kain
sintetis atau filter alamiah (ijuk) atau (3) kombinasi keduanya.
Bangunan-Bangunan Pelengkap 249
Alur pembuang berfungsi seperti lubang pembuang. Kalau lubang pembuang ini
berupa titik lubang pembebas tekanan, maka alur pembuang lebih panjang lagi.
Kebanyakan alur pembuang dibuat di ujung lantai kolam olak atau dipangkal dinding
panahan. Kadang–kadang dibuat alur–alur pembuang pangkal khusus pada sisi kering
suatu tanggul (lihat subbab 9.1.9).
DAFTAR PUSTAKA
Bina Marga, 2005. Peraturan Muatan Untuk Jembatan Jalan Raya (Loading-
Specification For Highway Bridges). Direktorat Jenderal Bina Marga R.SNI
T 02 -2005 . Sesuai Keputusan Menteri PU no. 498/KPTS/M/2005.
Bina Marga, 1974. Penentuan Tebal Perkerasan (Flexible) (A Guide for Pavement
Design) (Flexible). Direktorat Jenderal Bina Marga No.04/PD/BM/1974.
Bos, M.G, 1985. Long Throated Flumes and Broad Crested Weir, Marthinus
Nijhoff/Dr.W.Junk Publisher, Dordrecht, The Netherlands, 141 pp.
252 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Bos, M.G, and REININK, Y, 1981. Head loss over long-throated flumes. Journal of
the Irrigation and Drainage Division, American Society of Civil Engineers.
Vol.107, IR 1 pp 87 -102.
Bos, M.G, REPLOGLE, J.A, and CLEMMENS, A.J., 1984. Flow Measuring Flumes
for Open Channel System, John Wiley, New York, U.S.A., 321 pp.
CAPPER, P.L., and FISHER CASSIE, W. 1976. 6th ed. The Mechanics of
Engineering Soils. E & F.N. Spon Ltd., London, UK.
ESCAP. 1981, Manual on rural road construction, Economic and Social Commision
for Asia and the Pasific, United Nations, Bangkok, Thailand.
Dep. Pekerjaan Umum. Tata Cara Desain Hidraulik Tubuh Bendung Tetap Dengan
Peredam Energi Tipe MDO Dan Tipe MDS. RSNI T – 04 – 2002.
FORSTER, J.W., and SKRINDE, R.A. 1950. Control of The Hidraulic Jump By Sills.
Transactions of the American Society of Civil Engineers, Vol.115, pp. 973 –
987.
GRUYTER, P.de. 1965. Een Nieuw Tipe Aftap Tevens Meet Sluis, De
Waterstaatsingenieur, 1926 (No.12) and 1927 (No.1), Batavia (Jakarta),
Indonesia.
ROMIJN, D.G. 1938. Meetsluizen Ten Behove Van Irrigatie Werken. Handleiding
door De Vereninging van Waterstaats Ingenieurs in Nederlandsch Indie,
Batavia (Jakarta), 58 pp.
SCS. 1969. Engineering Field Manual, Chapter 4, Elementary Soil Engineering. U.S.
Soil Conservation Service, Washington, D.C. USA, pp.43.
LAMPIRAN I
Alat ukur Cipoletti merupakan penyempurnaan alat ukur ambang tajam yang
dikontraksi sepenuhnya. Alat ukur Cipoletti memiliki potongan pengontrol trapesium,
mercunya horizontal dan sisi-sisinya miring ke samping dengan kemiringan 1 vertikal
banding ¼horizontal (lihat Gambar A.1.1).
√ ................................................................................. (A.1.1)
dimana:
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit (≈ 0,63)
Cv = koefisien kecepatan datang
g = koefisien gravitasi m/dt2 (≈ 9,8m/dt2)
b = lebar mercu, m
h1 = tinggi energi hulu, m
(3) Jika papan duka diberi skala liter, para petani pemakai air dapat mencek
persediaan air mereka.
(4) Sedimentasi terjadi di hulu bangunan, yang dapat mengganggu berfungsinya alat
ukur; benda-benda yang hanyut tidak bisa lewat dengan mudah, ini daat
menyebabkan kerusakan dan mengganggu ketelitian pengukuran debit.
(5) Pengukuran debit tidak mungkin dilakukan jika muka air hilir naik diatas elevasi
ambang bangunan ukur tersebut.
(6) Kehilangan tinggi energi besar sekali dan khususnya di daerah-daerah datar,
dimana kehilangan tinggi energi yang tersedia kecil sekali, alat ukur tipe ini tidak
dapat digunakan.
A.1.1.3. Penggunaan
Alat ukur Cipoletti yang dikombinasi dengan pintu sorong sering dipakai sebagai
bangunan sedap tersier. Karena jarak antara pintu dan bangunan ukur jauh, eksploitasi
pintu menjadi rumit. Oleh sebab itu, lebih dianjurkan untuk memakai bangunan
kombinasi. Pemakaian alat ukur ini tidak lagi dianjurkan, kecuali di lingkungan
laboratorium.
Alat ukur parshall adalah alat ukur yang sudah diuji secara laboratoris untuk
mengukur aliran dalam saluran terbuka. Bangunan itu terdiri dari sebuah peralihan
penyempitan dengan lantai yang datar, leher dengan lantai miring ke bawah, dan
peralihan pelebaran dengan lantai miring ke atas (lihat Gambar A.1.2). Karena lereng-
lereng lantai yang tidak konvensional ini, aliran tidak diukur dan diatur di dalam
Lampiran I 257
leher, melainkan didekat ujung lantai datar peralihan penyempitan (mercu pada
Gambar A.1.2). Dengan adanya lengkung garis aliran tiga-dimensi pada bagian
pengontrol ini, belum ada teori hidrolika untuk menerangkan aliran melalui alat ukur
Parshall: Tabel debit hanya dapat diperoleh lewat pengujian di laboratorium. Tabel
ini hanya bisa digunakan oleh bangunan yang dieksploitasi di lapangan jika bangunan
itu dibuat sesuai dengan dimensi talang yang telah diuji di laboratorium. Dimensi 22
alat ukur yang sudah diuji (dengan satuan milimeter) disajikan pada Tabel A.1.2.
Harus diingat bahwa keenam bidang yang membentuk peralihan penyempitan dan
potongan leher tersebut harus saling memotong pada garis yang benar-benar tajam.
Pembulatan akan mengurangi lengkug garis aliran dan mengubah kalibrasi alat ukur.
Juga kran piesometer yang dipakai untuk menukur tekanan piesometris harus
dipasang di lokasi yang tepat agar bisa mengukur debit. Kesalahan pada tabel debit
kurang dari 3%.
Karena leher lantai yang miring kebawah, air diarahkan kelantai peralihan pelebaran.
Peredaman energinya menghasilkan batas moduler yang lebih renndah dibandingkan
dengan alat ukur ambang lebar (atau secara hidrolis berhubungan dengan panjang
leher saluran).
Untuk alat-alat ukur yang kecil batas moduler ini adalah 0,05, sedangkan untuk yang
berukuran besar (lebarnya lebih dari 3 m) batas moduler itu naik hingga 0,08.
258 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Alat ukur Parshall merupakan bangunan pengukur yang teliti dan andal serta
memiliki kelebihan-kelebihan berikut:
(1) Mampu mengukurdebit dengan kehilangan tinggi energi yang relatif kecil,
(2) Mampu mengukur berbagai besaran debit aliran bebas, dengan air hilir yang
relatif dalam dengan satu alat ukur kedalaman air,
(3) Pada dasarnya bangunan ini dapat bebas dengan sendirinya dari benda-benda
yang hanyut, karena bentuk geometrinya dan kecepatan air pada bagian leher,
(4) Tak mudah diubah-ubah oleh petani untuk mendapatkan air diluar jatah,
(5) Tidak terpengaruh oleh kecepatan datang, yang dikontrol secara otomatis jika
Lampiran I 259
flum dibuat sesuai dengan dimensi standar serta hanya dipakai bila aliran masuk
seragam, tersebar merata dan bebas turbulensi.
(2) Tak dapat dikombinasi dengan baik dengan bangunan sadap karena aliran masuk
harus seragam dan permukaan air relatip tenang,
(3) Agar dapat berfungsi dengan memuaskan, alat ukur ini harus dibuat dengan teliti
dan seksama. Bila alat ukur/flum tidak dibuat dengan dimensi yang tepat
menurut Tabel A.2.4, Apendiks 2, maka tabel debitnya tidak ada.
(4) Terutama untuk alat ukur kecil, diperlukan kehilangan tinggi energi yang besar
untuk pengukuran aliran moduler. Walaupun sudah ada kalibrasi tenggelam, tapi
tidak dianjurkan untuk merencana alat ukur Parshall aliran nonmoduler karena
diperlukan banyak waktu untuk menangani dua tinggi energi/head, dan
pengukuran menjadi tidak teliti.
Alat ukur orifis dengan tinggi energi tetap (CHO = Constant Head Orifice) adalah
kombinasi pintu pengukur dan pengatur dalam satu bangunan. CHO dikembangkan
oleh U.S. Bureau of Reclemation, dan disebut demikian karena eksploitasinya
didasarkan pada penyetelan dan mempertahankan beda tinggi energi (biasanya Δh =
0,06 m untuk Q < 0,6 m3/dt dan Δ= 0,12 m untuk 0,6 <Q<1,5 m3/dt) diseberang
bukaan pintu orifis hulu dengan cara menyesuaikan pintu pengatur sebelah hilir.
Untuk menyetel besar aliran tertentu bukaan pintu orifis A = b.w yang diperlukan
untuk mengalirkan air tesebut ditentukan dari rumus berikut:
260 Kriteria Perencanaan - Bangunan
dimana:
Q = debit, m3/dt
bc = lebar pintu, m
Subtitusi harga Cd = 0,06, Δh = 0,06 m dan g = 9,8 m/dt2 ke dalam persamaan A.1.2
menghasilkan :
Pintu orifis itu sekarang disetel dengan lebar bukaan yang sudah diperhitungkan w.
Selanjutnya pintu pengatur sebelah hilir disesuaikan sampai beda tinggi energi yang
di ukur diatas pintu orifis, sama dengan tinggi energi tetap (konstan) yang diperlukan.
Kemudian besar debit kurang lebih sama dengan harga yang diperlukan. Beda tinggi
energi yang agak kecil (Δh = 0,06 m) merupakan salah satu faktor penyebab tidak
tepatnya pengukuran debit yang dilakukan oleh CHO. Faktor-faktor yang lain ialah :
a. terbentuknya olakan air di depan pintu orifis dengan kecepatan aliran dalam
saluran.
262 Kriteria Perencanaan - Bangunan
b. Pusaran air yang besar di belakang pintu orifis akibat terjadinya pemisahan aliran
di sepanjang pintu orifis dan kerangkanya.
Karena pintu pengatur hanya berfungsi untuk menyetel beda tinggi energi pada Δh =
0,06 m, maka tipe, bentuk dan dimensinya tidak relevan. Bagian hilir pintu ini
mungkin saluran terbuka atau gorong-gorong.
Tetapi dalam hal yang terakhir ini, kantong udara di sebelah hilir pintu harus diaerasi
(diisi udara) untuk menghindari kenaikan tekanan yang mendadak. Lebih disukai lagi
jika permukaan air di dalam gorong-gorong tetap bebas.
Kehilangan total tinggi energi di sebuah CHO yang dibutuhkan untuk mendapatkan
aliran moduler terdiri dari tiga bagian:
(ii) kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk aliran kritis dibawah (atau
diatas) pintu pengatur
(iii) kehilangan pada peralihan dari pintu pengatur ke saluran (tersier) hilir.
(1) Pengukuran alat aliran tidak tepat. Kesalahan yang dibuat bisa mencapai 100%.
(2) Kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk menciptakan aliran moduler
besar sekali, selalu lebih dari 0,25 m.
Lampiran I 263
(3) Tepi bawah yang tajam dari pintu orifis bisa menjadi tumpul dan menyebabkan
lebih banyak kesalahan dalam pengukuran debit.
(4) CHO menangkap benda-benda terapung. Karena tepi pintu yang tajam dan
pemakaian dua pintu sekaligus, benda-benda terapung hampir-hampir tidak
mungkin bisa lewat.
(5) Bukan pintu diukur dengan setang putar bersekrup (screw rod dan operation
wrench), yang diberi tera sentimeter. Prosedur eksploitasi ini rumit.
A.1.3.3. Penggunaan
CHO adalah bangunan sadap tersier. Eksploitasi dan fungsi hidrolis bangunan ini
rumit dan penggunaannya di Indonesia tidak dianjurkan.
264 Kriteria Perencanaan - Bangunan
LAMPIRAN II
Tabel A.2.1 Tabel Debit untuk Alat Ukur Segiempat per Meter Lebara
0,10 ≤ bc ≤ 0,20 m 0,20 ≤ bc ≤ 0,30 m
L = 0,20 m L = 0,35 m
h1 q h1 q
(m) (m3/dt/lebar meter) (m) (m3/dt/lebar meter)
P1 = 0,05 m P1 = ∞ P1 = 0,10 m P1 = ∞
,025 ,0064 ,0063
,030 ,0085 ,0084
,014 ,0026 ,0026 ,035 ,0108 ,0170
,016 ,0032 ,0032 ,040 ,0133 ,0131
,018 ,0039 ,0038 ,045 ,0160 ,0157
,020 ,0046 ,0045 ,050 ,0189 ,0184
,022 ,0054 ,0053 ,055 ,0220 ,0213
,024 ,0062 ,0060 ,060 ,0252 ,0244
,026 ,0070 ,0068 ,065 ,0285 ,0275
,028 ,0079 ,0076 ,070 ,0321 ,0308
,030 ,0088 ,0085 ,075 ,0357 ,0342
,032 ,0097 ,0094 ,080 ,0396 ,0377
,034 ,0107 ,0103 ,085 ,0435 ,0414
,036 ,0117 ,0112 ,090 ,0476 ,0451
,038 ,0128 ,0122 ,095 ,0519 ,0490
,040 ,0138 ,0132 ,100 ,0563 ,0529
,042 ,0150 ,0142 ,105 ,0608 ,0570
,044 ,0161 ,0153 ,110 ,0655 ,0611
,046 ,0173 ,0164 ,115 ,0702 ,0654
,048 ,0185 ,0175 ,120 ,0752 ,0697
,050 ,0197 ,0186 ,125 ,0802 ,0741
,052 ,0210 ,0197 ,130 ,0854 ,0787
,054 ,0223 ,0209 ,135 ,0907 ,0833
,056 ,0236 ,0221 ,140 ,0961 ,0880
,058 ,0250 ,0233 ,145 ,1017 ,0928
,060 ,0264 ,0245 ,150 ,1074 ,0977
,062 ,0278 ,0257 ,155 ,1132 ,1026
,064 ,0293 ,0270 ,160 ,1191 ,1077
,066 ,0307 ,0283 ,165 ,1251 ,1128
,068 ,0322 ,0296 ,170 ,1315 ,1180
,070 ,0338 ,0309 ,175 ,1375 ,1233
Tabel A.2.1 Tabel Debit untuk Alat Ukur Segiempat per Meter Lebara (Lanjutan)
0,10 ≤ bc ≤ 0,20 m 0,20 ≤ bc ≤ 0,30 m
L = 0,20 m L = 0,35 m
h1 q h1 q
(m) (m3/dt/lebar meter) (m) (m3/dt/lebar meter)
P1 = 0,05 m P1 = ∞ P1 = 0,10 m P1 = ∞
,072 ,0353 ,0323 ,180 ,1439 ,1286
,074 ,0369 ,0337 ,185 ,1504 ,1340
,076 ,0385 ,0350 ,190 ,1567 ,1396
,078 ,0402 ,0365 ,195 ,1625 ,1530
,080 ,0419 ,0379 ,200 ,1701 ,1508
,082 ,0436 ,0393 ,205 ,1770 ,1565
,084 ,0453 ,0408 ,210 ,1840 ,1623
,086 ,0470 ,0423 ,215 ,1911 ,1681
,088 ,0488 ,0438 ,220 ,1983 ,1741
,090 ,0506 ,0453 ,225 ,2056 ,1801
,092 ,0524 ,0468 ,230 ,2130 ,1861
,094 ,0543 ,0484 ,235 ,2205 ,1923
,096 ,0562 ,0499
,098 ,0581 ,0515
,100 ,0600 ,0531
,105b ,0649 ,0571
,110 ,0700 ,0613
,115 ,0753 ,0656
,120 ,0806 ,0699
,125 ,0861 ,0744
,130 ,0918 ,0789
∆H= 0,012 m ∆H= 0,025 m
atau 0,1 H1 atau 0,1 H1
Tabel A.2.1 Tabel Debit untuk Alat Ukur Segiempat per Meter Lebara (Lanjutan)
0,30 ≤ bc ≤ 0,50 m 0,50 ≤ bc ≤ 1,00 m
L = 0,50 m L = 0,75 m
h1 q h1 q
(m) (m3/dt/lebar meter) (m) (m3/dt/lebar meter)
P1 = 0,10 m P1 = 0,20 m P1 = ∞ P1 = 0,10 m P1 = 0,20 m P1 = 0,30 m P1 = ∞
,050 ,0816 ,0183 ,0182 ,0181
,055 ,0216 ,0212 ,0210 ,0290
,035 ,0108 ,0106 ,0106 ,060 ,0248 ,0242 ,0240 ,0239
,040 ,0133 ,0131 ,0130 ,065 ,0281 ,0274 ,0272 ,0270
,045 ,0160 ,0157 ,0156 ,070 ,0316 ,0308 ,0305 ,0303
,050 ,0305 ,0185 ,0183 ,075 ,0352 ,0342 ,0339 ,0336
,055 ,0219 ,0214 ,0212 ,080 ,0390 ,0378 ,0374 ,0371
,060 ,0251 ,0245 ,0242 ,085 ,0429 ,0416 ,0411 ,0407
,065 ,0285 ,0278 ,0274 ,090 ,0470 ,0454 ,0449 ,0444
,070 ,0320 ,0312 ,0307 ,095 ,0512 ,0494 ,0488 ,0482
,075 ,0357 ,0347 ,0341 ,100 ,0555 ,0535 ,0528 ,0521
,080 ,0395 ,0383 ,0376 ,105 ,0600 ,0577 ,0570 ,0561
,085 ,0435 ,0421 ,0412 ,110 ,0646 ,0621 ,0612 ,0602
,090 ,0476 ,0460 ,0450 ,115 ,0693 ,0665 ,0656 ,0644
,095 ,0519 ,0500 ,0488 ,120 ,0742 ,0711 ,0700 ,0688
,100 ,0561 ,0540 ,0528 ,125 ,0792 ,0758 ,0746 ,0732
,105 ,0606 ,0583 ,0567 ,130 ,0843 ,0806 ,0793 ,0776
,110 ,0652 ,0626 ,0608 ,135 ,0896 ,0855 ,0840 ,0822
,115 ,0700 ,0671 ,0651 ,140 ,0949 ,0905 ,0889 ,0869
,120 ,0748 ,0717 ,0694 ,145 ,1004 ,0956 ,0939 ,0916
,125 ,0798 ,0764 ,0738 ,150 ,1061 ,1009 ,0989 ,0965
,130 ,0850 ,0812 ,0783 ,155 ,1118 ,1062 ,1041 ,1014
,135 ,0902 ,0861 ,0828 ,160 ,1176 ,1116 ,1094 ,1064
,140 ,0956 ,0911 ,0875 ,165 ,1236 ,1172 ,1147 ,1115
,145 ,1011 ,0962 ,0923 ,170 ,1297 ,1228 ,1202 ,1166
,150 ,1067 ,1014 ,0971 ,175 ,1359 ,1285 ,1257 ,1219
,155 ,1125 ,1068 ,1020 ,180 ,1422 ,1344 ,1314 ,1272
,160 ,1183 ,1122 ,1070 ,185 ,1486 ,1403 ,1371 ,1325
,165 ,1243 ,1177 ,1121 ,190 ,1552 ,1464 ,1430 ,1380
,170 ,1304 ,1234 ,1173 ,195 ,1618 ,1525 ,1489 ,1435
,175 ,1366 ,1291 ,1225 ,200 ,1686 ,1587 ,2549 ,1492
a) Lb = 2 atau 3 kali P1 ; La ≥ H1 maks ; La + Lb ≥ 2 sampai 3 kali H1 maks
b) Perubahan kenaikan debit
268 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Tabel A.2.1 Tabel Debit untuk Alat Ukur Segiempat per Meter Lebara (Lanjutan)
0,30 ≤ bc ≤ 0,50 m 0,50 ≤ bc ≤ 1,00 m
L = 0,50 m L = 0,75 m
h1 q h1 q
(m) (m3/dt/lebar meter) (m) (m3/dt/lebar meter)
P1 = 0,10 m P1 = 0,20 m P1 = ∞ P1 = 0,10 m P1 = 0,20 m P1 = 0,30 m P1 = ∞
,180 ,1429 ,1349 ,1278 ,210b ,1824 ,1715 ,1671 ,1606
,185 ,1493 ,1409 ,1332 ,220 ,1957 ,1846 ,1798 ,1723
,190 ,1559 ,1469 ,1387 ,230 ,2113 ,1981 ,1927 ,1843
,195 ,1625 ,1530 ,1442 ,240 ,2264 ,2119 ,2060 ,1965
,200 ,1693 ,1593 ,1498 ,250 ,2419 ,2262 ,2197 ,2090
,205 ,1762 ,1656 ,1555 ,260 ,2578 ,2407 ,2336 ,2217
,210 ,1831 ,1720 ,1612 ,270 ,2741 ,2557 ,2479 ,2348
,215 ,1902 ,1786 ,1671 ,280 ,2908 ,2709 ,2625 ,2480
,220 ,1974 ,1852 ,1730 ,290 ,3078 ,2866 ,2775 ,2610
,225 ,2047 ,1919 ,1789 ,300 ,3253 ,3025 ,2927 ,2752
,230 ,2121 ,1987 ,1849 ,310 ,3431 ,3188 ,3083 ,2892
,235 ,2196 ,2056 ,1910 ,320 ,3613 ,3355 ,3242 ,3034
,240 ,2272 ,2125 ,1972 ,330 ,3799 ,3524 ,3404 ,3178
,245 ,2349 ,2196 ,2034 ,340 ,3988 ,3697 ,3568 ,3325
,250 ,2427 ,2268 ,2097 ,350 ,4181 ,3873 ,3736 ,3473
,260b ,2587 ,2414 ,2225 ,360 ,4378 ,4053 ,3907 ,3624
,270 ,2750 ,2563 ,2355 ,370 ,4235 ,4081 ,3777
,280 ,2917 ,2716 ,2488 ,380 ,4421 ,4258 ,3932
,290 ,3088 ,2872 ,2623 ,390 ,4160 ,4438 ,4089
,300 ,3262 ,3032 ,2760 ,400 ,4802 ,4620 ,4248
,310 ,3441 ,3441 ,2900 ,410 ,4998 ,4806 ,4409
,320 ,3623 ,3623 ,3042 ,420 ,5196 ,4994 ,4573
,330 ,3808 ,3808 ,3186 ,430 ,5397 ,5185 ,4738
,440 ,5601 ,5379 ,4905
,450 ,5809 ,5576 ,5074
,460 ,6019 ,5776 ,5245
,470 ,6232 ,5978 ,5418
,480 ,6448 ,6183 ,5593
,490 ,6667 ,6391 ,5769
,500 ,6888 ,6601 ,5948
∆H = 0,027 m 0,044 m ∆H = 0,028 m 0,048 m 0,063 m
atau 0,1 H1 atau 0,1 H1
Tabel A.2.1 Tabel Debit untuk Alat Ukur Segiempat per Meter Lebara (Lanjutan)
1,0 ≤ bc ≤ 2,0 m bc ≥2,00 m
L = 1,0 m L = 1,0 m
h1 q h1 q
(m) (m3/dt/lebar meter) (m) (m3/dt/lebar meter)
P1 = 0,20 m P1 = 0,30 m P1 = 0,40 m P1 = ∞ P1 = 0,40 m P1 = 0,60 m P1 = ∞
,360 ,4055 ,3903 ,3828 ,3623 ,720 1,153 1,111 1,029
,370 ,4238 ,4083 ,3997 ,3776 ,740 1,205 1,160 1,079
,380 ,4424 ,4261 ,4168 ,3931 ,760 1,257 1,210 1,117
,390 ,4614 ,4441 ,4343 ,4088 ,780 1,311 1,262 1,161
,400 ,4806 ,4624 ,4520 ,4248 ,800 1,366 1,314 1,207
,410 ,5002 ,4810 ,4701 ,4409 ,820 1,422 1,367 1,252
,420 ,5200 ,4999 ,4883 ,4573 ,840 1,489 1,420 1,299
,430 ,5401 ,5190 ,5069 ,4738 ,860 1,535 1,474 1,346
,440 ,5607 ,5385 ,5257 ,4905 ,880 1,593 1,530 1,393
,450 ,5815 ,5582 ,5447 ,5075 ,900 1,652 1,586 1,441
,460 ,6025 ,5782 ,5641 ,5246 ,920 1,712 1,642 1,490
,470 ,6238 ,5984 ,5837 ,5419 ,940 1,773 1,700 1,539
,480 ,6455 ,6189 ,6035 ,5594 ,960 1,834 1,758 1,588
,490 ,6674 ,6368 ,6236 ,5771 ,980 1,897 1,817 1,638
,500 ,6896 ,6608 ,6440 ,5950 1,000 1,960 1,877 1,689
,510 ,7122 ,6822 ,6646 ,6130
,520 ,7350 ,7038 ,6855 ,6312
,530 ,7580 ,7257 ,7065 ,6496
,540 ,7814 ,7478 ,7279 ,6682
,550 ,8050 ,7702 ,7495 ,6869
,560 ,8290 ,7929 ,7715 ,7059
,570 ,8532 ,8158 ,7396 ,7249
,580 ,8776 ,8390 ,8159 ,7442
,590 ,9024 ,8624 ,8385 ,7636
,600 ,9274 ,8861 ,8613 ,7832
,610 ,9527 ,9102 ,8844 ,8029
,620 ,9782 ,9343 ,9077 ,8228
,630 1,004 ,9588 ,9312 ,8429
,640 1,030 ,9835 ,9550 ,8632
,650 1,056 1,008 ,9790 ,8836
,660 1,083 1,034 1,003 ,9041
,670 1,110 1,059 1,208 ,9249
∆H = 0,046 m 0,066 m 0,086 m ∆H = 0,047 m 0,087 m 0,124 m
atau 0,1 H1 atau 0,1 H1
0,06 0,122 0,127 0,132 0,137 0,142 0,146 0,150 0,154 0,158 0,162 0,165 0,168 0,171 0,174 0,178 0,182
0,07 0,140 0,145 0,150 0,156 0,162 0,167 0,172 0,177 0,182 0,186 0,190 0,195 0,200 0,204 0,208 0,212
0,08 0,156 0,163 0,170 0,176 0,182 0,188 0,194 0,200 0,206 0,211 0,216 0,221 0,226 0,231 0,236 0,241
0,09 0,172 0,180 0,187 0,194 0,201 0,208 0,215 0,222 0,228 0,234 0,240 0,246 0,252 0,258 0,261 0,268
0,10 0,186 0,195 0,204 0,212 0,220 0,228 0,235 0,242 0,249 0,256 0,263 0,270 0,276 0,282 0,288 0,291
0,11 0,200 0,210 0,219 0,228 0,237 0,246 0,253 0,262 0,270 0,278 0,285 0,292 0,300 0,308 0,314 0,320
0,12 0,212 0,223 0,234 0,244 0,254 0,264 0,274 0,283 0,292 0,300 0,308 0,316 0,323 0,330 0,338 0,346
0,13 0,224 0,236 0,248 0,259 0,270 0,280 0,290 0,300 0,310 0,319 0,328 0,337 0,346 0,354 0,362 0,370
0,15 0,234 0,247 0,260 0,273 0,286 0,297 0,308 0,319 0,330 0,340 0,350 0,359 0,368 0,377 0,386 0,395
0,15 0,242 0,257 0,272 0,286 0,299 0,312 0,324 0,335 0,346 0,358 0,370 0,380 0,390 0,400 0,410 0,420
0,16 0,250 0,266 0,282 0,298 0,312 0,326 0,339 0,352 0,364 0,376 0,388 0,399 0,410 0,420 0,430 0,440
0,17 0,256 0,274 0,292 0,308 0,324 0,339 0,354 0,368 0,381 0,394 0,406 0,418 0,430 0,442 0,453 0,464
0,18 0,260 0,280 0,299 0,318 0,334 0,350 0,366 0,381 0,396 0,410 0,424 0,437 0,450 0,462 0,474 0,486
0,19 0,262 0,284 0,305 0,325 0,344 0,362 0,380 0,396 0,410 0,425 0,440 0,454 0,468 0,480 0,492 0,504
0,20 0,288 0,310 0,331 0,352 0,372 0,390 0,408 0,424 0,440 0,456 0,472 0,486 0,498 0,512 0,525
0,21 0,316 0,338 0,360 0,380 0,400 0,419 0,438 0,454 0,472 0,488 0,502 0,518 0,532 0,546
0,22 0,342 0,366 0,388 0,408 0,428 0,448 0,466 0,484 0,502 0,518 0,532 0,548 0,564
0,23 0,344 0,370 0,394 0,417 0,438 0,458 0,478 0,496 0,514 0,532 0,530 0,566 0,582
0,24 0,374 0,400 0,424 0,446 0,468 0,488 0,508 0,528 0,548 0,566 0,584 0,600
0,25 0,404 0,427 0,452 0,476 0,498 0,519 0,540 0,560 0,578 0,596 0,615
0,26 0,432 0,458 0,482 0,506 0,528 0,549 0,572 0,592 0,612 0,631
0,27 0,462 0,489 0,514 0,538 0,562 0,583 0,604 0,624 0,646
0,28 0,464 0,493 0,520 0,546 0,570 0,594 0,616 0,638 0,659
0,29 0,496 0,525 0,552 0,578 0,604 0,628 0,650 0,672
0,30 0,528 0,558 0,586 0,612 0,636 0,660 0,684
Tabel A.2.6 Perbandingan Tak Berdimensi untuk Loncat Air (dari Bos Replogle and Clemens, 1984)
Tabel A.2.6 Perbandingan Tak Berdimensi untuk Loncat Air (dari Bos Replogle and Clemens, 1984) (Lanjutan)
Tabel A.2.6 Perbandingan Tak Berdimensi untuk Loncat Air (dari Bos Replogle and Clemens, 1984) (Lanjutan)
GW Baik - 1 Dinding halang/selimut positif Pengawasan hanya sampai pada volume yang dapat GW
diterima plus pembebas tekanan, jika perlu
GP Baik - 3 Dinding halang/selimut positif Pengawasan hanya sampai pada volume yang dapat GP
diterima plus pembebas tekanan, jika perlu
GM Baik 2 4 Teras paritan sampai tidak ada Tidak ada GM
GC Baik 1 6 Tidak ada Tidak ada GC
SW Baik - 2 Dinding halang positif/selimut hulu Pengawasan hanya sampai pada volume yang dapt SW
dan pembuang pangkal/sumur diterima plus pembebas tekanan, jika perlu
SP Baik sampai jelek - 5 Dinding halang positif/selimut hulu Pengawasan hanya sampai pada volume yang dapt SP
tergantung pada dan pembuang pangkal/sumur diterima plus pembebas tekanan, jika perlu
berat isi
SM Baik sampai jelek 4 7 Selimut hulu dan alur pembuang Pengawasan hanya sampai pada volume yang dapt SM
tergantung pada pangkal/sumur diterima plus pembebas tekanan, jika perlu
berat isi
SC Baik sampai jelek 3 8 Tidak ada Tidak ada SC
ML Sangat jelek 6, jika 9 Dinding hilang positif/selimut hulu Pengawasan yang memadai untuk mencegah bahaya ML
mudah mencair dijenuhkan/diba dan alur pembuang dan sumur rembesan dan erosi bawah tanah
sahi dahulu
CL Baik sampai jelek 5 10 Tidak ada Tidak ada CL
OL Sedang sampai 7 11 Tidak ada Tidak ada OL
jelek, bisa
mengalamai
penurunan yang
lebih
MH Jelek 8 12 Tidak ada Tidak ada MH
CH Sedang sampai 9 13 Tidak ada Tidak ada CH
jelek
OH Sangat jelek 10 14 Tidak ada Tidak ada OH
Pt Pindahkan dari pondasi Pt
282 Kriteria Perencanaan - Bangunan
LAMPIRAN III
PERENCANAAN ALAT-ALAT PENGANGKAT
A.3.1. Pendahuluan
Dasar perhitungannya adalah bahwa gaya dorong sama dengan gaya angkat ditambah
dengan gaya geser di dalam komponen pekerjaan transmisi.
- Gaya air yang mengalir dan air tegak pada pintu, dan
dibawah kondisi normal, pada waktu pintu tertutup sama sekali. Harus disediakan
longgaran agar supaya gaya-gaya yang ada pada setang tidak melebihi harga-harga
kekuatan nominal.
a. dengan menarik ke luar bagian persegi dari pintu, gaya-gaya geser di dalam alur
pengarah bisa ditambah sampai ketinggian tertentu sehingga pintu akan terblokir;
b. adanya batu-batu, kayu atau benda-benda hanyut lainnya yang tcrsangkut dibawah
pintu;
296 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Untuk pintu yang dioperasikan dengan tenaga manusia, harus dipakai faktor
keamanan 2 pada beban maksimum yang mungkin oleh satu orang.
Satu orang dapat menggerakkan gaya/tenaga 400 N selama waktu yang singkat.Ini
berarti bahwa beban maksimum untuk perhitungan adalah 2x400N = 800N. Beban
yang dapat ditahan oleh seseorang dalam waktu yang lama, 30 menit, atau lebih
adalah 100 N. Nilai banding antara beban maksimum yang mungkin dan lebar
nominal adalah 800:100 l =8.
Diandaikan bahwa sebuah roda tangan dengan jari-jari 0,30 mdapat berputar
sebanyak 15-20 kali putaran per menit. Jumlah putaran untuk roda tangan dengan as
tegak atau datar sama saja.
Seandainya ada dua orang atau lebih yang akan mengoperasikan pekerjaan transmisi
itu, maka harga-harga beban yang telah disebutkan diatas menjadi 1,6 kali harga-
Lampiran III 297
Apabila satu pintu mempunyai dua setang, maka masing-masing setang harus
dihitung sedemikian sehingga bisa mengambil 2/3 dari beban maksimum yang
mungkin, termasuk faktor keamanan yang telah disebutkan diatas.
Perbandingan antara tinggi dan lebar pintu harus lebih kecil dari koefisien gesekan f
antara sisi samping pintu dan alur pengarah (h/b<f), untuk menghindari kemacetan
pintu akibat ditarik-keluarnya bagian segi empat (square). Apabila perbandingan h/b
lebih kccil daripada f, maka diperlukan dua setang.
Koefisien Gesekan f
Bergerak Tak Bergerak
Bahan yang Dipakai
Sedikit Sedikit
Kering Basah Kering Basah
Dilumasi Dilumasi
Besi tuang pada besi tuang 0,50 0,30 0,15 - - 0,20
Besi tuang pada baja 0,20 - - 0,25 - -
Besi tuang pada perunggu 0,20 - - - - -
Baja pada baja 0,15 - 0,10 0,20 - 0,15
Baja pada perunggu 0,11 - 0,10 0,13 - -
Perunggu pada perunggu 0,20 - 0,10 - - 0,12
Kayu pada logam 0,50 0,30 0,20 0,70 0,60 -
Kayu pada kayu 0,40 - 0,10 0,50 - 0,20
Baja pada batu - - - 0,50 - -
Kayu pada batu - - - 0,60 - -
Alur pengarah f = 0,3 untuk baja pada perunggu, bukannya 0,13 (tak bergerak).
Tmaks = n x T= n (G+W)
dimana:
G = berat total pintu termasuk setangnya (berat mati)
W = beban gesekan vertikal di dalam alur
W =(T+G)
f = koefisien gesekan
H = beban horizontal maksimum pada pintu
n = faktor beban (= 8, perbandingan antara beban raksimum dan nominal)
Untuk dua setang, gaya tarik maksimum pada masing-masing setang adalah 2/3
dari nominal maupun dari beban vertikal maksimum.
( )
( )
( )
( ) ( )
dimana:
Lampiran III 299
MW, = puntiran, Nm
d = diameter bagian luar setang, m
dk = (d - 2t) diameter bagian tengah setang, m
rg = jari-jari rata-rata setang; rg 1/4 (d + dk) m
s = ulir
δ = sudut ulir
ψ = sudut gesekan
ψmaks = sudut gesekan (gerak) maksimum yang mungkin
ψmin = sudut gesekan minimum (diberi pelumas).
a. Tekanan:
b.Puntiran:
( ( ) )
( )
dimana:
a. Satu Setang
Gerak putar mur menyebabkan pintu bergerak vertikal. Untuk mengangkat pintu,
Lampiran III 301
M2 = (W + G) . tan ψ2x rn
dimana:
M=PxR
Dimana :
b. Dua Setang
- Koefisien gesekan;
- jarak dari beban gesek ke as setang.
M2= ½ (W +G ) x f x rn
Dimana :
Momen untuk gerak ulir lama dengan momen dorong kali nilai banding gir. Nilai
banding, i, adalah perbandingan antar r.p.m. atau antara diameter roda gigi. Untuk
pintu-pintu yang dioperasikan dengan tangan, nilai banding gir harus lebih kecil
dari 6 atau 7.
Jika digunakan lebih banyak lagi roda transmisi jumlah nilai handing stir menjadi:
i = i1 + i2
c. Waktu Pengakatan
Sebuah roda dengan jari-jari 0,3 m dapat membuat 15-20 kali putaran per menit yang
memberikan kecepatan putaran 0,63 m/dt. Satu putaran roda tangan memerlukan
Gaya-gaya maksimum dibawah kondisi tidak normal adalah 8 kali harga gaya-gaya
dibawah kondisi normal.
Andaikan ada dua slang Bj 50 (kualitas baja berdasarkan PPBBI 1984) dan mur
Perunggu, koefisien gesekan maksimum pada bagian pekerjaan transmisi ini ialah:
Andaikan bahwa koefisien gesekan f antara pintu dan alur pengarah adalah 0,4.
Beban untuk masing-masing setang adalah 2/3 dari jumlah nominal dan beban
maksimum:
Puntiran dibawah kondisi abnormal adalah juga 8 kali puntiran selama pengangkatan
dibawah kondisi normal. Momen nominal adalah:
= 49,1 Nm
MW = 8 x 49,1 = 393,1 Nm
Untuk mencek diameter teras kedua setang beban-beban puntiran dan desakan
berikut harus diperhitungkan:
a. Tekanan:
b. Puntiran:
Persyaratan : MK ≥ MWmaks
( ( ) )
( . / )
( )
. /
⁄ ( )
⁄ ( )
Tegangan tarik maksimum adalah lebih kecil daripada tegangan luluh untuk Bj 50,
yaitu 290 N/mm2 atau 290 x 106 N/m2. Tegangan tarik nominal yang diizinkan adalah
193 x 106 N /m2.
Jari-jari rata-rata adalah rg= ¼ (d + d K) dimana d adalah bagian luar dan dk adalah
diameter teras setang.
rg= 1/4(d+dk)=1/2(dk+t).
Jika t = n x d dan s = 2 x t.
Pcrsyaratan sudut ulir adalah a < Wmin, dimana W adalah sudut gesekan puncak
setang diperoleh dari:
Lampiran III 309
( )
( )
karena tg ψmin adalah koefisien gesekan f, hubungan antara diameter teras Dan t bisa
dinyatakan sebagai:
( )
atau
Sudut minimum gesekan ψmin = 5°, jadi f= 0,09 dan t < 0,16 dio. Diameter teras dk
adalah 44 mmdan t < 0,16 x 44 = 7 mm, ambil t = 4 mm dan s = 2 x t = 8 mm.
Pekerjaantransmisi
Jika dipakai bantalan Peluru antara mur dan dukungan, maka koefisien gesekan
bantalan peluru adalah f = 0,002.Apabila jarak antara pusat Peluru dan as Setang r =
0,0525 m, momen puntiran menjadi:
M2 = r x 1/2 x (W+G) x f
= 0,83 Nm
MS = M 1 + M 2
Andaikata pada setiap transmisi 10% hilang dan dipakai roxla tangan dengan
diameter 0,60 m unttlk transmisi itu, maka momen yang digunakan oleh satu orang
(T = 100 N) adalah:
ambil saja 4
( )
Lampiran III 311
Apabila tinggi angkat h = 1,50 m, maka jumlah putarannya adalah 20 per menit dan
ulir 8 mm.
Waktu angkat akan berkurang apabila harga ulir s, dan jumlah putaran bertambah
dan apabila besarnya nilai banding giri berkurang.
312 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Lampiran IV 313
LAMPIRAN IV
KAJIAN KINERJA
A.4. I Pendahuluan
Masalah terbesar yang dihadapi dalam kegiatan E & P Irigasi di Pulau Jawa
umumnya dan JawaTimur khususnya adalah masalah sediment.
Penurunan tingkat fungsional yang terjadi pada jaringan Irigasi baik salurannya
maupun bangunannya akan berlangsung makin cepat jika konsentrasi sediment yang
masuk ke jaringan tersebut makin tinggi.
Vortex tube adalah salah satu Konstruksi yang menggunakan prinsip kedua yang
cukup effisient dan sederhana, tetapi perhitungan designnya tidak sesederhana
bentuknya.
1. Sanmuganathan Dr. K.
Design manual for Vortex tube Silt Extractor. Hydraulics Research Station.
Report No. OD 37, Wallingford, December 1981,
Sedangkan uraian yang akan disampaikan pada laporan ini yaitu mengenai
performance dari proto tipe vortex tube yang dibuat pada saluran sekunder Jaringan
Irigasi Warujayeng Kertosono dengan pintu pengambilan bebas (Free intake)
disungai Brantas, Kabupaten Kediri.
Desain dari prototipe tersebut dibuat berdasarkan petunjuk dari Hydraulics Research
Station, Wallingford dengan Collecting dan analisa data dari Dinas Pekerjaan Umum
Propinsi Daerah Tingkat I JawaTimur Bidang Pengairan.
Cara yang paling baik untuk membuat design suatu bangunan penyadap pasir yaitu
dengan membuat model untuk percobaan.
Konstruksi vortex tube (Lihat Gambar 1 A , B & C) terdiri dari pipa yang tertutup
disatu sisi dengan celah diatasnya, terletak terbenam didasar saluran.
Arah dari pipa tersebut melintang arah aliran dengan elevasi celah sama dengan
elevasi dasar saluran.
Ujung terakhir dari bagian pipa yang terbuka terletak pada tempat pembuangan
sediment (Bak pengendapan atau sungai).
Lampiran IV 315
Aliran yang melewati celah dapat menimbulkan aliran spiral didalam pipa yang
mengakibatkan sedimen dalam pipa dalam keadaan suspensi dan terbawa keluar ke
bak pengendapan atau ke sungai kembali,
Sedimen yang terbawa aliran masuk kedalam celah adalah yang bergerak terbawa
aliran yang terletak disekitar dasar saluran (BedLoad) saja.
Penentuan dari diameter pipa ini berdasarkan pertimbangan bahwa sedimen yang
dipisahkan sebanyak mungkin dengan kehilangan air sekecil mungkin dan tidak
mengakibatkan penyumbatan, serta head loss untuk flushing sediment seminimum
mungkin.
- Besarnya kehilangan air yang digunakan untuk flushing sediment, ini bervariasi
tergantungdari besarnya perbedaan elevasi muka air disaluran dan ditempat
pembuangan (diujung pipa vortex).
a. √ ( )
√
318 Kriteria Perencanaan - Bangunan
ɣ = 0,2422 L /d
Dimana,
Kehilangan air = Vn.t, ini harus minimum, kecepatan tangensial vt = K,Vn, ini harus
maximum dari hasil percobaan didapat untuk harga (t/d )= 0,30 (t= lebar celah
vortex tube dan d = diameter pipa),
L = Panjang pipa
d = diameter pipa,
b. Jika kecepatan aliran dari pipa minimum adalah lebih besar dari kecepatan
pengendapan, maka sedimen tersebut tidak akan bisa mengendap. Kecepatan
minimum terjadi pada akhir pipa dimana kecepaan longitudinal adalah nol. Jadi
kecepatan minimum adalah kecepatan - tangensial sekitar bagian yang tertutup.
√( )
√
dimana,
K =1
Jadi Vto = √ ( )
(v) Dari Gambar 2 dan Gambar 3 dengan menggunakan Ht - Ho dan Vto dapat
diketahui harga L/d
(vi) Dengan menggunakan L/d dan Ht - Ho, Uo kecepatan sepanjang pipa dapat
diketahui dari Gambar 4 dan Gambar 5.
(vii) Dari harga L/d dapat diketahui diameter pipa (d) untuk bermacam-macam
panjang pipa, jika diameter pipa diketahui maka luas dari pipa tersebut dapat
dihitung (A).
320 Kriteria Perencanaan - Bangunan
(viii) Dari harga Uo, A dan Q harga besarnya penyadapan pasir (extraction ratio)
dapat dihitung.
30
1. 0
d=
L/
.0
=2
L /d
=3 .0
L /d
20
0
=4 .
L /d
.0
L /d =5
Vt0 (m / s)
6.0
L /d=
.0
L/d=7
10
.0
L /d=8
L/d=9.0
L/d=10.0
L/d=12.0
L/d=13.0
L/d=14.0
L/d=15.0
L/d=20.0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
H1 - H0 (m)
5
.0
=1
L/d
= 2. 0
L/ d
4
3 .0
L /d=
Vt0 (m / s)
4.0
L/d =
3
.0
L/d =5
6.0
L /d =
2
.0
L/d=7
.0
L /d=8
L/d=9.0
1
L/d=10.0
L/d=12.0
L/d=15.0
L/d=20.0
0 1 2
H1 - H0 (m)
3
.0
20 0. 0
/ d= d=1
L L/
.0
=9
L/ d = 8. 0
L/ d 7. 0
=
L /d
0
=6 .
L /d
.0
=5
L/ d
=4 .0
L/d
=3 .0
L/d
.0
=2
L/ d
.0
=1
L/ d
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
H1 - H0 (m)
.0
= 20
L/ d
5 .0
=9
L/ d = 8. 0
L/ d 7. 0
=
L/ d =6 .0
L /d
.0
=5
L/ d
4
0
=4 .
L/ d
U0 ( m/dt )
3.0
L/d =
3
2 .0
L /d=
.0
L/d=1
0
1 H1 - H0 (m) 2 3
Prototipe vortex tube terletak disalah satu saluran sekunder dari Jaringan Irigasi
Warujayeng Kertosono yang mendapatkan airnya dari pintu pengambilan bebas di
Sungai Brantas Kabupaten Kediri JawaTimur.
Konstruksi ini dibuat untuk studi lebih lanjut guna mengetahui tingkat effisiensi
daripada kegunaannya sebagai sandtrap, dimana bagian-bagiannya terdiri dari sebuah
pipa dengan diameter 0,50myang terletak terbenamdidasar saluran dengan lebar 5 m
dan membentuk sudut 90° dengan arah aliran.
Di down strem pipa diletakkan movable crump weir yang berfungsi sebagai pengatur
ketinggian air di saluran (Lihat Gambar I B). Berdasarkan perumusan dan prosedur
seperti diatas maka desain dari prototipe vortex tube dapat dihitung dengan data
datasebagai berikut,
a. Data Hydraulics
b. Data sedimen
Martindan Link sesuai dengan yang disarankan oleh Hydraulics Research Station
(Laporan No.OD/6), dengan hasil sebagai berikut :
D5 0,09 0,83
D15 0,11 1,16
D25 0,14 1,69
D35 0,18 2,44
D45 0,21 3,02
D55 0,26 3,99
D65 0,31 4,95
D75 0,40 6,65
D85 0,58 9,88
D95 1,00 16,59
dimana
e. Besarnya kehilangan air (values of extraction ratio) diharapkan antara 5%s/d 10%
dalam keadaan normal dengan maximum bisa mencapai 20%.
d L R (HT - HO) TE
L/d CV* δF
(m) (m) (%) (m) (%)
0,60 5,0 8,33 0,696 5,0 5,3 0,02 44
7,5 8,0 0,04 54
10,0 10,6 0,08 61
15,0 15,9 0,17 70
20,0 21,2 0,30 76
0,50 5,0 10,00 0,710 5,0 5,0 0,04 43
0,09
7,5 7,5 52
0,15
10,0 10,1 0,15 58
15,0 15,1 0,34 67
20,0 20,1 0,60 74
5,0 4,3 0,09 38
0,40 5,0 12,50 0,718 7,5 6,2 0,09 46
0,19
10,0 8,5 52
0,39
15,0 12,8 0,81 60
20,0 17,0 1,44 66
0,30 5,0 16,70 0,721 5,0 2,7 0,28 29
7,5 4,1 0,64 35
10,0 5,5 1,14 39
15,0 8,2 2,55 45
20,0 11,0 4,54 49
328 Kriteria Perencanaan - Bangunan
Berdasarkan design Kriteria dan juga pertimbangan Kehilangan tekanan yang ada,
maka dipilih diameter pipa 0,50 m.
Besarnya trapping effisiensi untuk kehilangan air (extraction ratio) sebesar 10%
dengan kondisi sesuai dengan desain saluran adalah 58% dengan beda tinggi muka air
minimum 0,15 m.
Material endapan yang ada didasar saluran pada umumnya pasir halus (fine sand),
dari penyelidikan di Hydraulics Research Station (U.K.), menunjukkan bahwa untuk
fine sedimen dimana material sedimen yang terbawa berupa suspensi, trapping
effisiensi akan berkurang, dengan penambahan angka Froude.
Untuk mengurangi anoka froude disamping juga mengatur elevasi permukaan air di
u/s pipa maka dipergunakan movable crump weir.
Sampel yang tersedot oleh pompa disaring melalui ayakan 0,1 mm, kemudian
Lampiran IV 329
Kemudian sedimen (The dry weight of sediment) dikumpulkan, dimana volume airnya
diketahui dari besarnya volume tong yang terisi air, ini menghasilkan besarnya
konsentrasi sediment.
Begitu juga sampel yang diambil dari vortex tubeditempat tempat yang memiliki
aliran turbulen maksimum.
Pada saat yang sama pengambilan sampel dilaksanakan juga dibagian down stream
mercu crump weir.
Jumlah dari besarnya sediment transport yang diukur ditempat keluar vortex tube dan
yang melewati crump weir sama dengan besarnya sedimen transport yang masuk ke
saluran dan besarnya perbandingan antara banyaknya sedimen yang melalui
vortextube dan yangmelalui saluran ini disebut trapping effisiensi.
Besarnya debit dibagian upstream dari vortex tube dan debit yang keluar dari pipa
vortex diukur sebelum dan sesudah penelitian besarnya trapping effisiensi begitu juga
dengan debit yang melewati Konstruksivortex tube tsb.
Elevasi permukaan air dibagian upstreamvortex tube, pada crump weir, ditempat
keluar pipa vortex, dan dibagian downstreamcrump weir dicatat setiap 30 menit
selama percobaan berlangsung,
a. Keadaan debit saluran tetap, tetapi dengan besarnya extraction ratio berubah-ubah
dengan pengaturan pintu pada pipa vortex.
Kesulitan dalam pengamatan ini yaitu membuat konstan debit saluran dalam jangka
waktu sehari sebab sangat dipengaruhi oleh keadaan debit air di saluran Induk,
meskipun demikian debit itu dijaga tetap selama waktu pengumpulan data (4- 6 jam).
Keadaan kedua adalah kondisi dari operasionil vortex tube tersebutuntuk mencegah
terjadinya penyumbatan dipipa. Hasil dari pada pengamatan dapat dilihat pada Tabel
2 sedangkan untuk grafik hubungan antara trapping efficiency dan besarnya kehilang-
an air (water extraction ratio) dapat dilihat pada Gambar 7.
LAMPIRAN V
PERENCANAAN BANGUNAN PENGELUAR ENDAPAN
SEDIMEN DI SALURAN (EXCLUDER)
1) Pendahuluan
Prinsip kerja bangunan pembuang sedimen atau “Excluder“ ini adalah menyaring
sedimen dasar saluran dan membuang kembali ke sungai. Namun sedimen saluran
yang dibuang ini hanya berkisar 10% sampai 20% dari debit yang masuk saluran.
Maka bangunan Excluder ini bukan alat universal pemecah sedimen yang masuk ke
saluran.
Tipe-tipe terowongan penyaring sedimen atau ”Tunnel Extractor” ini kurang cocok
diterapkan di Indonesia karena memerlukan debit yang besar.
”Vortex Tube” adalah jenis konstruksi yang cukup efisien dan sederhana menyaring
sedimen yang masuk saluran, dan telah diterapkan di Irigasi Warujayeng Kertosono
Kabupaten Kediri.
Prinsip kerja bangunan penyaring sedimen jenis tabung (Vortex Tube) terdiri pipa
yang tertutup dengan celah diatasnya, terletak terbenam didasar saluran. Dan arah
pipa dipasang melintang arah aliran dengan elevasi celah sama dengan elevasi dasar
saluran (lihat Gambar 1.).
M u k a A i r
Bed Load
Dasar Saluran
Saluran
Tabung Pusar
0 1 2 3 4 5m
M u k a A i r
P l a t S a l u r a n
Aliran dengan konsentrasi sedimen
tinggi dikeluarkan
Bed Load
Dasar S a l u r a n
Pintu
Saluran Pengeluaran
0 10 20 m
START
Perkiraan Kinerja
yang Diperlukan
Prediksi Kinerja
Extractor
Pemilihan Jenis
Konstruksi
Desain
Desain Tabung Terowongan
Pusar Penyaring
Sedimen
Saluran
Pembuang
Stop
Jumlah sedimen yg
masuk saluran Jumlah sedimen yg
dapat diangkut dalam
saluran
Prasarana penyaring
sedimen akan
menyaring sedimen
Perkiraan Kinerja Exlcuder yang diperlukan atau yang harus ditetapkan antara lain:
Kedalaman air saluran (h); lebar rata-rata saluran (bm); Kecepatan rata-rata (U);
Ukuran butiran D50 dan D90; Spesifisik grafitasi = 2,65 untuk pasir); dan kecepatan
viskositas (v). Semuanya dihitung berdasarkan persaman gesekan rumus Van Rijn
(1984) sebagai berikut:
( )
( )
2) Ѳcr para meter gerakan kritis dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :
3) Kecepatan kritis geser dasar U*Cr menurut lapangan dihitung dengan rumus :
( ( ) )
4) Kekasaran koefisien Chezy dikaitkan ukuran butiran sedimen dalam contoh ini
luastampang saluran dianggap segi empat. C‟ ditentukan berdasakan rumus:
5) Tentukan kecepatan efektif geser U*‟ dari kecepatan rata-rata aliran dan koefisien
gesekan C
( ) ( )
( )
Jika TS ≥ 25 atau TS ≤ 0
. / ( ) ( )
9) Kekasaran total KS
( )
Lampiran V 339
S = U* 2 /( g x r )
D50 = 0,25 mm dan D90= 0,32 mm dari grafik prediksi gradasi butiran yang masuk
saluran (Gambar X.1)
Dgr = 6,257
2) Ѳcr para meter gerakan kritis dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut:
Ѳcr = 0,0433
4) Kekasaran koefisien Chezy dikaitkan ukuran butiran sedimen dalam contoh ini
luas tampang saluran dianggap segi empat. C‟ ditentukan berdasakan rumus:
C „ = 74,12
7)
Ψ = 0,0201
8) Kekasaran total KS
KS = 0,0932
10) S = 0,000300
Dengan h = 1,48 m
U = 0,658 m/dt
S = 0,000270
U = 0,662 m/dt
( )
(g = 9,8 m2/dt)
Dalam contoh perhitungan rencana Bangunan Penyaring Sedimen (BPS) tipe Tabung
(Vortex Tube) pada 2 (dua) kondisi yaitu:
1) Pada saluran yang telah ada (sudah dibangun).
Kosentrasi sedimen yang masuk saluran dapat diukur dengan pengambilan contoh
dengan pompa yang dilakukan berulang-ulang dari sungai maupun di aliran saluran.
Jika tidak ada pengukuran sedimen, maka untuk saluran yang telah berfungsi
bertahun - tahun dapat diadakan pengamatan lapangan dan pengujian gradasi butiran
angkutan sedimen. Yaitu dengan cara saluran di keringkan cari lokasi-lokasi
kosentrasi endapan sedimen yang telah mengalami keseimbangan akan terjadi Rata -
rata kemiringan endapan akan membentuk sama dengan kemiringan muka air saluran.
Ambil contoh endapan dan bawa ke laboratorium analisa gradasi butiran contoh
sedimen tersebut, ukur besar butiran sedimen D10 , D50 , D90. Untuk memprediksi
endapan sedimen digunakan untuk memperkirakan kapasitas daya angkut pada
kondisi debit rencana, menentukan dimensi dan panjang tabung yang diperlukan.
Misal dari hasil analisa ayakan sedimen salurandiperoleh data sebagai berikut:
D10 = 0,083 mm
D50 = 0,150 mm
D90 = 1,000 mm
akan terjadi rata-rata kemiringan endapan akan membentuk sama dengan kemiringan
muka air saluran merupakan lokasi Bangunan Penangkap Sedimen (BPS)(lihat
Gambar 5). Karena di hilir lokasi ini sedimen tidak bergerak di dasar saluran lagi
tetapi melayang dan akan diendapkan kembali disuatu tempat di hilir lokasiBangunan
Penyaring Sedimen (BPS) dengan ukuran butiran sedimen yang lebih halus.
Lokasi-lokasiideal
BPS atau Vortex Tube
Data saluran :
QT = 0,8 m3/dt
Dari data tersebut dapat didesain bangunan Penyaring Sedimen (BPS) seperti dalam
Gambar 7, tetapi tahapan selanjutnya perlu dikaji efektifitas kinerja saluran
pembuangnya.
DENAH
Untuk menghitung Xr diperlukan data ukuran butiran sedimen di sungai dan saluran
yang dikaitkan dengan debit, maka data yang perlu dihimpun adalah :
1) Grafik hubungan antara debit sungai dan tinggi muka air (Gambar X.1)
Lampiran V 345
90
3
0 DEBIT ( m / dt ) 100 150
50
Dari aliran sungai diambil contoh dan diukur gradasi butiran sedimennya minimal 10
pengambilan contoh.
Dari tabel tersebut diatas dibuat grafik Gambar X.3. dibawah ini dan dari tabel diatas
dapat diketahu Dmaksimal = 0,34 mm dan D90 angkutan sedimen di sungai dengan
diameter = 0,34 mm.
Lampiran V 347
(1) Sedimen transport dari sungai dan masuk saluran dibagi dalam 3 (tiga) kelas
yaitu: Sedimen dasar (partikel besar bergerak dengan menggelinding dan geser)
(2) Suspended bed bahan sedimen umumnya terdiri pasir halus dan bahan angkutan
lainnya)
(3) Muatan sedimen yang tercuci (wash load) biasanya terdiri dari lumpur dan
lempung yang terbawa aliran
Kosentrasi sedimen yang terangkut dalam saluran dihitung berdasarkan tinggi aliran,
dan parameter hidrolik lainnya seperti kecepatan dan kemiringan maupun persamaan
ukuran angkutan sedimen.
Kosentrasi sedimen yang masuk saluran dapat diukur dengan pengambilan contoh
dengan pompa yang dilakukan berulang- ulang dari sungai maupun di aliran saluran.
Jika tidak ada pengukuran sedimen, maka untuk saluran yang telah berfungsi
bertahun-tahun dapat diadakan pengamatan lapangan dan persamaan angkutan
sedimen.Yaitu dengan cara saluran di keringkan cari lokasi-lokasi kosentrasi endapan
sedimen yang telah mengalami keseimbangan akan terjadi rata-rata kemiringan
endapan akan membentuk sama dengan kemiringan muka air saluran. Ambil contoh
endapan dan bawa ke laboratorium analisa gradasi butiran contoh sedimen tersebut,
ukur besar butiran sedimen D10 , D50 , D90. Untuk memprediksi endapan sedimen
digunakan untuk memperkirakan kapasitas daya angkut pada kodisi debit rencana,
menentukan dimensi dan panjang tabung yang diperlukan.
Lampiran V 349
Jika jarak antara intake dengan prasarana penyaring sedimen terlalu dekat maka
efisiensi sedimen trapping akan berkurang. Disisi lain jika jaraknya terlalu jauh maka
sedimen akan mengendap sebelum masuk bangunan penyaring sedimen (extractor)
sehingga tinggi muka air yang dihasilkan tidak efektif lagi.
tetap
aliran melalui suatu bangunan, pengontrol (bendung, ambang,
aliran/debit moduler dsb), dimana aliran di hulu tidak dipengaruhi oleh aliran di
bagian hilir, aliran sempurna
alur pengarah alur untuk mengarahkan aliran
endapan yang terbentuk masa sekarang yang tanahnya berasal
aluvial
dari tempat lain
ambang dengan lebar (panjang) lebih besar dari 1,75 x tinggi
ambang lebar
limpasan
ambang moduler ambang dengan aliran moduler/sempurna
ambang tajam dengan tekanan dibawah pelimpahansebesar 1
ambang tajam teraerasi
atm, dengan menghubungkannya dengan udara luar
ambang ujung ambang di ujung hilir kotam otak (end sill)
perbandingan antara volume pori/rongga dengan volume butir
angka pori
padat
perbandingan antara panjang jalur rembesan total dengan beda
angka rembesan tinggi energi (lihat angka rembesan Lane) arti fisial buatan
manusia
AWLR Automatic Water Level Recorder, alat duga muka air otomatis
bagian atas pangkal elevasi puncak pangkal bendung (top of abutment)
bagian normal bagian saluran dengan aliran seragam
bagian peralihan bagian pada penyempitan/pelebaran
bentuk bak (bucket), dimana pada muka air di ujung belakang
bak tenggelam
konstruksi tidak terjadi loncatan air
bakosurtanal badan koordinasi survey dan pemetaan nasional
bangunan paling ujung saluran kuarter, sebelum saluran
bangunan akhir pembuang yang berfungsi sebagai pegatur muka air dan
mengurangi erosi pada ujung saluran kuarter
bangunan bantu sebagai tambahan pada bangunan utama seperti bangunan ukur
bangunan yang melengkapi jaringan utama seperti: talang,
bangunan pelengkap
bangunan silang, terjunan dll
bangunan pembilas bangunan yang berfungsi untuk membilas sedimen
bangunan untuk mencegah kerusakan konstruksi, misal:
bangunan pengaman
bangunan pelimpah samping, pembuang silang dsb
bangunan untuk memasukkan air dari sungai/sumber air ke
bangunan pengambilan
saluran irigasi
bangunan untuk membelokkan arah aliran sungai, antara lain
bangunan pengelak
bendung
Daftar Peristilahan Irigasi 353
bangunan peredam energi bangunan untuk mengurangi energi aliran, misal kolam olak
bangunan pada atau di sekitar sungai, seperti: bendung, tanggul
bangunan utama penutup, pengambilan, kantong lumpur, serta bangunan-
bangunan penting lainnya
banjir maksimum dengan periode ulang tertentu (misal:
banjir rencana 5,10,50,100 tahun), yang diperhitungkan untuk perencanaan
suatu konstruksi
bantaran sungai bagian yang datar pada tebing sungai
batasan-batasan untuk membedakan atau mengklasifikasi
batas Atterberg
plastisitas lempung
kandungan air minimum pada tanah lempung dalam keadaan
batas cair
batas antara cair dan plastis
suatu batas fiktif dimana belokan dan perpindahan sungai tidak
batas meander
akan keluar dari batas tersebut
batas moduler titik dimana aliran moduler berubah menjadi nonmoduler
kandungan air dimana tanah lempung masih dalam keadaan
batas plastis
plastis dapat digulung dengan diameter 3 mm tanpa putus
batu kasar (granit, andesit dan sejenis) yang dibentuk secara
batu candi
khusus untuk dipergunakan sebagai lapisan tahan gerusan
bendung yang dilengkapi dengan pintu-pintu gerak untuk
bendung gerak
mengatur ketinggian air
bendung dengan pengambilan pada dasar sungai, dilengkapi
bendung saringan bawah
dengan beberapa tipe saringan contoh: bendung tyroller
bentang efektif bentang yang diambil dalam perhitungan struktural jembatan
bibit unggul bibit tertentu yang produksinya lebih tinggi dari bibit lokal
bilangan tak berdimensi yang menyatakan hubungan antara
kecepatan gravitasi dan tinggi aliran dengan rumus:
Fr = v/√ , dimana
bilangan Froude
Fr = 1 : kritis
F r < 1 : subkritis
Fr > 1 : superkritis
bitumen sejenis aspal, dapat berbentuk cair maupun padat
blok (biasanya dari beton) yang dipasang pada talut belakang
bendung atau pada dasar kolam olak, dengan maksud
blok halang
memperbesar daya redam energi sehingga kolam olak bisa
diperpendek
blok-blok (biasanya beton) yang dipasang pada kolam olak,
blok halang
berfungsi sebagai peredam energi
354 Kriteria Perencanaan - Bangunan
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
PETAK TERSIER
KP-05
2013
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
DIREKTORAT IRIGASI DAN RAWA
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
PETAK TERSIER
KP-05
2013
ii Kriteria Perencenaan- Petak Tersier
Sambutan iii
Keberadaan sistem irigasi yang handal merupakan sebuah syarat mutlak bagi
terselenggaranya sistem pangan nasional yang kuat dan penting bagi sebuah negara.
Sistem Irigasi merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh air
denganmenggunakanbangunan dan saluran buatan untuk mengairi lahan
pertaniannya. Upaya ini meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia. Terkait prasarana irigasi,
dibutuhkan suatu perencanaan yang baik, agar sistem irigasi yang dibangun
merupakan irigasi yang efektif, efisien dan berkelanjutan, sesuai fungsinya
mendukung produktivitas usaha tani.
Pengembangan irigasi di Indonesia yang telah berjalan lebih dari satu abad, telah
memberikan pengalaman yang berharga dan sangat bermanfaat dalam kegiatan
pengembangan irigasi di masa mendatang.Pengalaman–pengalaman tersebut
didapatkan dari pelaksanaan tahap studi, perencanaan hingga tahap pelaksanaan dan
lanjut ke tahap operasi dan pemeliharaan.
Hasil pengalaman pengembangan irigasi sebelumnya, Direktorat Jenderal Pengairan
telah berhasil menyusun suatu Standar Perencanaan Irigasi, dengan harapan didapat
efisiensi dan keseragaman perencanaan pengembangan irigasi. Setelah pelaksanaan
pengembangan irigasi selama hampir dua dekade terakhir, dirasa perlu untuk
melakukan review dengan memperhatikan kekurangan dan kesulitan dalam penerapan
standar tersebut, perkembangan teknologi pertanian, isu lingkungan (seperti
pemanasan global dan perubahan iklim), kebijakan partisipatif, irigasi hemat air, serta
persiapan menuju irigasi modern (efektif, efisien dan berkesinambungan).
iv Kriteria Perencenaan- Petak Tersier
Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap
pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah
dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria
Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi.
Dengan tersedianya Kriteria Perencanaan Irigasi, diharapkan para perencana irigasi
mendapatkan manfaat yang besar, terutama dalam keseragaman pendekatan konsep
desain, sehingga tercipta keseragaman dalam konsep perencanaan.
Penggunaan Kriteria Perencanaan Irigasi merupakan keharusan untuk dilaksanakan
oleh pelaksana perencanaan di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air.Penyimpangan dari standar ini hanya dimungkinkan dengan izin dari Pembina
Kegiatan Pengembangan Irigasi.
Akhirnya, diucapkan selamat atas terbitnya Kriteria Perencanaan Irigasi, dan patut
diberikan penghargaan sebesar–besarnya kepada para narasumber dan editor untuk
sumbang saran serta ide pemikirannya bagi pengembangan standar ini.
KATA PENGANTAR
Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap
pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah
dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria
Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi
edisi sebelumnya dengan menyesuaikan beberapa parameter serta menambahkan
perencanaan bangunan yang dapat meningkatan kualitas pelayanan bidang
irigasi.Kriteria Perencanaan Irigasi ini telah disiapkan dan disusun dalam 3
kelompok:
1. Kriteria Perencanaan (KP-01 s.d KP-09)
2. Gambar Bangunan irigasi (BI-01 s.d BI-03)
3. Persyaratan Teknis (PT-01 s.d PT-04)
Semula Kriteria Perencanaan hanya terdiri dari 7 bagian (KP – 01 s.d KP – 07). Saat
ini menjadi9 bagian dengan tambahan KP – 08 dan KP – 09 yang sebelumnya
merupakan Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi. Review ini menggabungkan
Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi kedalam 9 Kriteria Perencanaan sebagai
berikut:
KP – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi
KP – 02 Bangunan Utama (Head Works)
KP – 03 Saluran
KP – 04 Bangunan
KP – 05 Petak Tersier
KP – 06 Parameter Bangunan
KP – 07 Standar Penggambaran
KP – 08 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Perencanaan,Pemasangan,
Operasi dan Pemeliharaan
KP – 09 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
vi Kriteria Perencenaan- Petak Tersier
DAFTAR ISI
S A M B U T A N ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................v
TIM PERUMUS REVIEW KRITERIA PERENCANAAN IRIGASI ................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan ..........................................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup Kriteria Perencanaan Ini ....................................................2
1.4 Penerapan dan Batasan ................................................................................3
1.5 Peristilahan dan Tata Nama (Nomenklatur) ................................................4
1.5.1 Peristilahan ........................................................................................4
1.5.2 Sistem Tata Nama .............................................................................5
BAB II PENDEKATAN MASALAH ........................................................................9
2.1 Pendahuluan ................................................................................................9
2.2 Kegiatan dan Prosedur Perencanaan..........................................................11
2.2.1 Persiapan .........................................................................................11
2.2.2 Pengumpulan Data dan Penyelidikan ..............................................12
2.2.3 Layout Pendahuluan ........................................................................13
2.2.4 Pengecekan Layout Pendahuluan ....................................................14
2.2.5 Pengukuran Detail ...........................................................................15
2.2.6 Perencanaan Detail ..........................................................................15
2.2.7 Pelaksanaan .....................................................................................16
2.3 Kaitan dengan Tahap Pengembangan Jaringan Utama .............................16
2.4 Pertimbangan-Pertimbangan Khusus ........................................................17
2.4.1 Sikap Terhadap Pengembangan Petak Tersier ................................17
2.4.2 Pendekatan dalam Tahap Inventarisasi ...........................................18
2.4.3 Pendekatan dalam Tahap Perencanaan............................................19
BAB III DATA DASAR ............................................................................................21
3.1 Pendahuluan ..............................................................................................21
3.2 Pemetaan Topografi...................................................................................21
3.3 Gambar - Gambar Perencanaan dan Purnalaksana Jaringan yang Ada .....22
xii Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-1. Sistem Tata Nama Petak Rotasi dan Petak Kuarter .............................6
Gambar 1-2. Peristilahan dan Tata Nama .................................................................7
Gambar 2-1. Bagan Aktivitas Perencanaan Pengembangan dan Petak Tersier ......10
Gambar 4-1. Petak Tersier yang Ideal.....................................................................27
Gambar 4-2. Jalur-Jalur Irigasi ...............................................................................28
Gambar 4-3. Bentuk Optimal Petak Tersier ............................................................30
Gambar 4-4. Perkiraan Jarak Antara Saluran Irigasi dan Pembuang ......................35
Gambar 4-5. Skema Layout Petak Tersier pada Medan Terjal (1) .........................39
Gambar 4-6. Skema Layout Petak Tersier pada Medan Terjal (2)..........................40
Gambar 4-7. Kolam Olak di Ujung Saluran Tersier dengan Aliran Superkritis .....42
Gambar 4-8. Potongan Melintang Melalui Saluran Irigasi/Pembuang Kuarter ......42
Gambar 4-9. Skema Layout Petak Tersier Pada Medan Agak Terjal (1)
untuk Petak yang Lebih Kecil ............................................................43
Gambar 4-10. Skema Layout Petak Tersier di Daerah Datar Berawa-Rawa ............45
Gambar 4-11. Skema Layout Petak Tersier di Daerah Datar Bergelombang ...........47
Gambar 4-12. Skema Layoutdi Daerah Datar Berawa-Rawa ...................................48
Gambar 4-13. Layout Kolam Air Deras ....................................................................49
Gambar 5-1. Elevasi Bangunan Sadap Tersier yang Diperlukan ............................57
Gambar 5-2. Parameter Potongan Melintang ..........................................................61
Gambar 5-3. Tipe-Tipe Potongan Melintang ..........................................................64
Gambar 5-4. Contoh Perhitungan Modulus Pembuang ..........................................67
Gambar 6-1. Boks dengan Ambang Lebar ..............................................................79
Gambar 6-2. Boks Tanpa Ambang..........................................................................80
Gambar 6-3. Pengurangan Debit Moduler ..............................................................80
Gambar 6-4. Boks dengan Ambang Tajam Kontraksi ............................................81
Gambar 6-5. Lengkung Debit Ambang Tajam Menurut Rumus Francis ...............82
Gambar 6-6. Pengurangan Debit Moduler untuk Ambang Tajam ..........................83
Gambar 6-7. Grafik Perencanaan Ambang Tajam untuk h1-h2 = 0,10 m ................84
Gambar 6-8. Grafik Perencanaan Ambang Tajam untuk h1-h2 = 0,05 m ................84
Gambar 6-9. Pintu Sorong atau Pembilas ...............................................................86
Gambar 6-10. Layout Boks Bagi Tersier dan Kuarter ..............................................87
Gambar 7-1. Standar Gorong-Gorong untuk Saluran Kecil ....................................91
Gambar 7-2. Bangunan Terjun................................................................................92
Gambar 7-3. Grafik untuk Menentukan Panjang Kolam Olak ................................94
Gambar 7-4. Talang ................................................................................................96
Gambar 7-5. Grafik Perencanaan untuk Saluran Pasangan Beton
dan Flum Beton ................................................................................100
Gambar 7-6. Detail Pasangan................................................................................101
Gambar 7-7. Bagian-Bagian dalam Got Miring ....................................................102
Gambar 7-8. Kolam Olak pada Got Miring ..........................................................105
xviii Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Gambar 7-9. Jembatan pada Jalan Petani dan Jalan Inspeksi ...............................108
Gambar 7-10. Bangunan Akhir di Saluran Kuarter.................................................110
Gambar 8-1. Saluran Tersier dalam Timbunan .....................................................113
Pendahuluan 1
1.BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Instruksi Presiden No. 2, 1984, diuraikan tugas-tugas dan tanggung jawab
Kementerian Dalam Negeri, Pekerjaan Umum dan Pertanian atas bimbingan
(penyuluhan) kepada Petani Pemakai Air.
Tugas Kementerian Pekerjaan Umum didefinisikan sebagai berikut:
“.............melakukan pembinaan dalam operasi irigasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi ditingkat petak tersier, guna terselenggaranya pengelolaan air secara tepat
guna, berdaya guna, dan berhasil guna”.
Dalam Lampiran Instruksi tersebut pada Bab IXPasal 12 tugas bimbinganini
dijelaskan sebagai berikut:
„................memberikan petunjuk dan bantuan kepada P3A dalam hal yang
berhubungan dengan survei dan desain, konstruksi serta operasi dan
pemeliharaan jaringan tersier dan jaringan tingkat usahatani lainnya”.
Tugas Kementerian Dalam Negeri adalah memberikan petunjuk-petunjuk kepada
Pemerintah Daerah tentang bimbingan dan pembentukan Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A).
Tugas Kementerian Pertanian adalah memberikan petunjuk mengenai penggunaan air
irigasi secara benar dan adil ditingkat kuarter.
1.2 Tujuan
Perencanaan jaringan irigasi tersier harus sedemikian rupa sehingga pengelolaan air
dapat dilaksanakan dengan baik.Operasi dan Pemeliharaan jaringan dapat dengan
mudah dilakukan oleh para Petani Pemakai Air dengan biaya rendah.
Untuk mencapai hasil perencanaan demikian, serta mengingat banyaknya
perencanaan yang harus dibuat, maka seluruh prosedur dan kriteria dibuat standar.
diperlukan.Selain perhatian dan para Petani Pemakai Air, hubungan antara jaringan
tersier dan jaringan utama harus diperhitungkan.Praktek-praktek pengelolaan air serta
konsekuensi teknisnya harus dipertimbangkan secara bersama-sama, baik ditingkat
tersier maupun utama.Oleh sebab itu, perencanaan jaringan irigasi tersier tidak dapat
dipisahkan dari perencanaan jaringan utama.
Dalam Bab II dibicarakan mengenai pendekatan perencanaan petak tersierdalam
kaitannya dengan Petani Pemakai Air dan jaringan utama.
Sebelum perencanaan dimulai, harus tersedia data-data yang teliti dalam jumlah yang
memadai.Dalam Bab III dibicarakan mengenai data-data yang dibutuhkan.
Layoutpetak tersier maupun trase saluran dan pembuang bergantung kepada ukuran,
topografi, situasi yang ada serta pembatasan-pembatasan administratif. Dalam Bab IV
aspek-aspek ini dibicarakan untuk persiapan layout pendahuluan serta proses
penyelesaiannya setelah dicek seperlunya.
Bab V membahas perencanaan saluran irigasi dan pembuang.Kapasitas rencana
saluran irigasi ditentukan berdasarkan besarnya kebutuhan irigasi dan praktek-praktek
operasi.Kapasitas jaringan pembuang dihitung dengan metode modulus pembuang
(drainage modulus).Muka air rencana dan dimensi dihitung dengan metode grafik.
Bangunan-bangunan yang diperlukan dijaringan tersier dapat direncana menurut
standar-standar yang diberikan dalam Bab VI dan VII. Untuk masing-masing
bangunan, akan dibahas karakteristik hidrolis dan tampakan (feature) bangunan.
Dalam Bab VIII dibahas mengenai penyajian hasil perencanaan.Ini meliputinota
perhitungan, gambar-gambar dan buku petunjuk O&P.
Kriteria perencanaan ini dapat diterapkan untuk sistem irigasi gravitasi didaerah-
daerah datar sampai dengan daerah-daerah kemiringan sedang.Di daerah-daerah
pegunungan, aspek-aspek layout dan gabungan antara jaringan irigasi dan pembuang
harus dipertimbangkan. Pada jaringan irigasi pompa yang kapasitasnya cukup untuk
mengairi petak tersier, akan diperlukan penyesuaian-penyesuaian layout dan kapasitas
4 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
saluran karena hal ini ditentukan oleh kapasitas dan cara operasi pompa. Petak-petak
tersier jaringan irigasi di daerah pasang surut harus disesuaikan terhadap kapasitas
dan layout saluran, seperti untuk pemberian air irigasi secara berselang-seling dan
pembuangan kelebihan air.
1.5.1 Peristilahan
Petak tersier adalah petak dasar disuatu jaringan irigasi.Petak itu merupakan bagian
dari daerah irigasi yang mendapat air irigasi dan satu bangunan sadap tersier dan
dilayani oleh satu jaringan tersier.
Petak tersier dibagi-bagi menjadi petak-petak kuarter.Sebuah petak tersier merupakan
bagian dari petak tersier yang menerima air dan saluran kuarter.
Petak subtersier diterapkan hanya apabila petak tersier berada didalamdaerah
administratif yang meliputi dua desa atau lebih.
Jaringan tersier adalah jaringan saluran yang melayani areal didalam petak tersier.
Jaringan tersier terdiri dari:
- Saluran dan bangunan tersier: saluran dan bangunan yang membawa dan
membagi air dari bangunan sadap tersier ke petak-petak kuarter.
- Saluran dan bangunan kuarter: saluran dan bangunan yang membawa air dari
jaringan bagi ke petak-petak sawah.
- Saluran pembuang: saluran dan bangunan yang membuang kelebihan air dari
petak-petak sawah ke jaringan pembuang utama.
Operasi bangunan sadap tersier merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten sesuai dengan
kewenangannya.Pembagian air serta operasi bangunan- bangunan didalam petak
tersier menjadi tanggung jawab Ulu-Ulu P3A.
Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier dijaringan utama ke petak-
petak kuarter. Batas ujung saluran tersier adalah boks bagi kuarter yang terakhir. Para
Pendahuluan 5
Boks tersier diberi kode T, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum jam, mulai
dari boks pertama di hilir bangunan sadap tersier: T1, T2, dan seterusnya.
Boks kuarter diberi kode K, diikuti dengan nomor urut jarum jam, mulai dari boks
kuarter pertama di hilir boks nomor urut tertinggi K1, K2, dan seterusnya.
Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang terletak di antara
kedua boks, misalnya (T1 - T2), (T3 - K1).
Petak kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti dengan nomor urut
menurut arah jarum jam. Petak rotasi diberi kode A, B, C dan seterusnya menurut
arah jarum jam.
6 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Gambar 1-1. Sistem Tata Nama Petak Rotasi dan Petak Kuarter
Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang dilayani tetapi
dengan huruf kecil, misalnya a1, a2, dan seterusnya.
Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yangdibuang
airnya, diawali dengan dk, misalnya dka1, dka2 dan seterusnya.Saluran pembuang
tersier diberi kode dt1, dt2, juga menurut arah jarumjam.
Pendahuluan 7
jalan inspeksi
boks tersier T1 T2
saluran tersier (T1-T2)
a2
saluran kuarter a1
A2
petak kuarter A1
saluran tersier (T1-T4) (T2-T3)
T4 T3
pembuang kuarter dka1 dka2
b1
jalan petani c1 bangunan akhir
B1
C1
saluran tersier (T4-K2) (T3-K1)
boks kuarter K2 K1
dkc1 dkb1
b2
c2
c2
B2
C2
pembuang tersier dt1
dkc2 dkb2
b3
c3
Denah
Petak tersier C3 B3
S2 ka
pembuang sekunder
2.BAB II
PENDEKATAN MASALAH
2.1 Pendahuluan
PERENCANAAN
INPRES NO.2/1984 PENDAHULUAN
IDE PETANI UU No.7/2004 SALURAN +
PP No.20/2006 BANGUNAN
PP No.38/2008
YA
ELEVASI OK ?
PENYULUHAN
Layout Akhir ?
PEMBAGIAN PEMBIAYAAN
Permohonan Bantuan dari P3A ANTARA
PEMERINTAH DENGAN P3A
YA
PENYERAHAN HASIL
PERENCANAAN KE
NOTA KESEPAKATAN
PEMBIIIAYAAN
PEMBAGIAN
PERAN
Pengumpulan Data PELAKSANAAN
dan Konsultasi
PEMASANGA
N PIKET
Pem bagian Peran Perencanaan
Dengan P3A
TIDAK
TIDAK
KONDISI
LAPANGA PENYESUAIA
PETA Topografi N
1 : 2000 atau 1 : 5000
Tersedia ?
YA YA
INVENTARISAS
TIDAK
I PENGAWASAN
PENGOLAHAN
PELAKSANAAN
GAMBAR
MUSYAWARAH DENGAN P3A PURNA
DAN PENGECEKAN LAPANGAN LAKSANA
KOREKSI
2.2.1 Persiapan
Menurut Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1984, para Petani Pemakai Air bertanggung
jawab atas Operasional dan Pemeliharaan di petak tersier. Untuk pengembangan
petak tersier, prakarsa harus datang dari para petani.
Untuk lebih memberikan dorongan kepada para petani, rapat-rapat pembinaan akan
diorganisasi dibawah wewenang Pemerintah Daerah.
Hal-hal yang perlu dibicarakan adalah:
- Program Pengembangan Petak Tersier (PPT)
- Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari PPT
- Perlunya PPT bagi para petani
- Perlunya keikutsertaan para petani dalam PPT
- Perlunya P3A
- Tugas-tugas P3A
- Kesediaan para petani untuk memberikan tanah tanpa memperoleh ganti rugi.
Untuk itu para Petani Pemakai Airharus diorganisasi terlebih dahulu dalam
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), karena badan hukum akan bertanggung
jawab atas pengembangan, eksploitasi dan pemeliharaan jaringan tersier dan hanya
P3A yang akan dapat mengajukan permohonan bantuan teknis kepada pemerintah.
Atas dasar kondisi prasarana, klimatologi serta sosial -ekonomi, pemerintah akan
memutuskan apakah pengembangan petak tersier tersebut perlu mendapat bantuan
teknis.
Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat, ada beberapa pertanyaanyang harus
terjawab sebelum perencanaan teknis dimulai,yakni:
Mungkinkah petak tersier diberi air dari jaringan utama
Bila tidak, apa sebabnya
- Air yang tersedia kurang
- Efisiensi pemanfaatan air
12 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
2.2.3 LayoutPendahuluan
2.2.4 PengecekanLayoutPendahuluan
Bila secara umum layout dapat diterima, maka trase saluran yang direncana bisa
mulai diukur, potongan-potongan memanjang dan/atau melintang diukur dan muka
air direncana.
Jika dalam tata letak timbul kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan elevasi
ketinggian yang dapat dipecahkan dengan cara memilih tata letak lainnya, maka hal
ini sebaiknya dicek di lapangan bersama-sama dengan para wakil petani.
Jika kedua belah pihak telah sepakat, hasilnya dapat dibicarakan dalam suatu rapat
dengan para petani yang diadakan oleh staf pembinaan. Atas dasar persetujuan umum
secara tertulis serta persetujuan dan Kepala Desa yang bersangkutan, layoutakan
dibuat final.
Berdasarkan layout akhir dan hasil-hasil pengukuran detail dimensi maupun elevasi
saluran dan bangunan dapat direncana dan digambar. Semua bangunan akan
disesuaikan dengan standar yang ada.
Perencanaan detail akan disajikan dalam sebuah buku perencanaan. Buku ini memuat
penjelasan mengenai perencanaan, perhitungan perencanaan dan gambar-gambar,
serta petunjuk operasi dan pemeliharaan, perkiraan biaya pengembangan, kesepakatan
pembagian pembiayaan antara pemerintah dan petani.Dengan diserahkannya buku
perencanaan kepada P3A, maka selesailah sudah kegiatan perencanaan yang
sebenarnya. Keterlibatan perencana selama tahap pelaksanaan masih dibutuhkan,
16 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
2.2.7 Pelaksanaan
Setelah penyerahan buku perencanaan kepada P3A, mungkin masih perlu waktu
cukup lama sebelum pelaksanaan dapat dimulai.Sebelum pelaksanaan dimulai,
perencanaan harus diperiksa dahulu.
Jika kondisi lapangan telah berubah, mungkin diperlukan penyesuaian-penyesuaian
perencanaan. Untuk membuat penyesuaian-penyesuaian harus diikuti prosedur yang
sama seperti selama tahap perencanaan.
Setelah pelaksanaan pekerjaan fisik selesai, debit rencana semua bangunan dan
saluran akan dites. Mungkin terdapat kekurangan-kekurangan sehubungan dengan
elevasi dan kapasitas bangunan dan saluran.Sebelum jaringan diserahterimakan
kepada P3A, kekurangan-kekurangan ini harus diperbaiki terlebih dahulu.
Karena pengembangan tersier akan dibiayai dari dua sumber dana, yaitu Pemerintah
dan Petani, maka harus disinkronkan (serasi) dengan kesiapan pembiayaan kedua
belah pihak pada tahun fiskal yang sama.
Hasil yang optimal serta efisiensi tertinggi akan dapat dicapai apabila petak tersier
dan jaringan utama direncana bersamaan. Akan tetapi, ini memerlukan perancangan
dan koordinasi yang seksama dalam kegiatan perencanaan jaringan tersier dan utama.
Apabila perencanaan jaringan utama telah selesai, semua perubahan ukuran petak,
lokasi bangunan sadap dan/atau muka air yang diperlukan, mempunyai konsekuensi-
konsekuensi tersendiri terhadap perencanaan jaringan utama.Perubahan-perubahan ini
mungkin mengakibatkan direvisinya perencanaan jaringan utama.Bagian-bagian yang
direvisi ini bisa banyak sekali, khususnya di daerah-daerah rendah.Aspek-aspek yang
berkenaan dengan biaya penyesuaian perencanaan dan pelaksanaannya harus
dipelajari dengan seksama sebelum membuat perubahan-perubahan.Perjanjian khusus
baru dibuat jika perencana jaringan tersier tidak dilibatkan dalam perencanaan
jaringan utama.
Penyesuaian-penyesuaian yang dibuat dijaringan utama yang telah dilaksanakan harus
dipelajari secara seksama, karena yang terpengaruh oleh penyesuaian ini tidak hanya
bangunan sadap tersier yang bersangkutan.Naiknya muka air mempunyai dampak
langsung terhadap kapasitas jagaan bangunan dan saluran di sebelah hulu. Biaya
penyesuaian jaringan utama harus seimbang dengan keuntungan yang akan diperoleh
di petak tersier.
Bila penyesuaian jaringan utama tidak mungkin, maka kapasitas yang lebih kecil dan
bangunan sadap harus diatasi dengan menerapkan sistem rotasi permanen di petak
tersier tersebut.
Dalam petak tersier, semua kegiatan untuk menunjang produksi padi bertemu dan
saling berkaitan satu sama lain. Ada tiga Kementerian (PU, Pertanian dan Dalam
Negeri) yang terlibat sekaligus dalam bidang yang berbeda-beda, rekayasa
(engineering), pertanian dan sosial serta administrasi.Petak tersier merupakan unit
18 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
terkecil dan seluruh sistem irigasi. Kalau petak tersier tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, maka seluruh sistem tidak akan berdaya guna sebagaimana seharusnya.
Tugas Kementerian Pekerjaan Umum adalah membangun prasarana fisik yang baik
untuk menunjang usaha para petani dalam meningkatkan hasil produksi
pertanian.Prinsip ini hendaknya dijadikan dasar kerja bagi perencana.Konsekuensi
dan sikap ini adalah bahwa jika para petani tidak menghendaki adanya
Pengembangan Petak Tersier (PPT) karena alasan-alasan yang masuk akal, maka
program ini sebaiknya jangan dipaksakan.
Untuk mencapai pendekatan yang seimbang dalam perencanaan petak tersier,
diperlukan pengetahuan yang mendalam mengenai kondisi lapangan, baik yang
berkenaan dengan aspek-aspek fisik maupun sosial -ekonomi. Kenyataan bahwa
operasi dan pemeliharaan dijaringan tersier merupakan tanggung jawab para petani,
menunjukkan bahwa jaringan tersier yang akan dibangun harus dapat diterima sesuai
dengan kebutuhan para petani. Jika tidak, jaringan itu akan diabaikan atau
disalahgunakan dan investasi/modal tidak akan kembali, alias nihil.
Berikut ini diberikan beberapa langkah yang bermanfaat dalam tahap inventarisasi:
1. Selama inventarisasi petak tersier dan daerah-daerah sekitarnya, usahakan untuk
berbicara dengan semua wakil petani serta para pejabat desa. Ceklah di lapangan
keterangan yangdiberikan bersama-sama dengan petani-petani lain. Karena
konsultasisemacamini banyakmakanwaktu, maka usahakan banyak menyediakan
waktu untuk ini. Waktu yang dihabiskan untuk penyelidikan seperti itu jangan
dianggap terbuang percuma. Beritahukan kapan akan dimulai kunjungan ke desa
yang bersangkutan, apa maksudnya dan jelaskan tujuan kunjungan lapangan
tersebut kepada semua pemilik petak yang berkepentingan dalam hal ini.
2. Usahakan untuk secara langsung melihat sendiri semua masalah fisik yang ada
dan membuat sketsa-sketsa serta foto-foto dimana perlu. Buatlah gambar-gambar
histori untuk pekerjaan tersebut. Jangan percaya pada peta manapun sebelum
Pendekatan Masalah 19
1. Sebelum mulai membuat perencanaan, telitilah semua usulan dengan para petani.
Mintakan persetujuan dari para calon pemakai itu.
2. Jelaskan konsekuensi pembiayaan akibat usulan petani. Kalau perlu diberi
gambaran alternatif jalan keluarterkait dengan biaya lebih murah. Hal ini perlu
dilakukan mengingat petani akan membiayai saluran tersier dan kuarternya.
3. Perencanaan harus dibuat selengkap mungkin. Penting diingat bahwa semua
detail harus benar. Pemecahan masalah-masalah perencanaan jangan ditunda
sampai tahap pelaksanaan, karena pada tahap ini para pengawas telah dihadapkan
pada masalah yang menumpuk sehingga mereka cenderung melalaikan masalah-
20 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
3.BAB III
DATA DASAR
3.1 Pendahuluan
Untuk perencanaan detail jaringan irigasi tersier dan pembuang, diperlukan peta
topografi yang secara akurat menunjukkan gambaran muka tanah yang ada. Untuk
masing-masing jaringan irigasi akan digunakan titik referensi dan elevasi yang sama.
Peta-peta ini dapat diperoleh dari hasil-hasil pengukuran topografi (metode terestris)
atau dan foto udara (peta ortofoto).
Peta-peta itu harus mencakup informasi yang berkenaan dengan:
- Garis-garis kontur
- Batas-batas petak sawah (kalau ada: peta ortofoto)
22 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Dari hasil evaluasi tinggi muka air dan debit yang dialirkan, perlu adanya
penyesuaian elevasi ambang sadap dan penampang pintu sadap.
Jika data-data ini tidak tersedia, maka untuk menentukan tinggi muka air rencana
pada pintu sadap dan elevasi bangunan sadap lainnya harus dilakukan pengukuran.
Bagi daerah yang saluran utamanya sudah dibangun, sering air irigasi tidak sampai
pada tersier bagian hilir.Perlu dilakukan penelitian kehilangan air sepanjang saluran
utama untuk mengetahui apakah saluran melewati daerah yang porous.
Di daerah petak tersier yang akan dikembangkan, kondisi genangan dan kekeringan
harus diketahui. Bila genangan sering terjadi (setiap tahun), maka jaringan tersier
akan mengalami kerusakan berat. Biaya O & P yang tinggi akan menjadi beban berat
bagi para petani dan akibatnya jaringan tersier akan terbengkalai. Sebelum petak
dilengkapi dengan jaringan tersier, harus diambil tindakan-tindakan khusus guna
mengurangi frekuensi genangan, dengan menyempurnakan kapasitas dan kelancaran
drainase.
Hal yang sama berlaku bagi daerah-daerah yang terlanda kekeringan. Jika persediaan
air tak dapat diandalkan, maka para petani tidak akan berminat untuk mengoperasikan
dan memelihara jaringan dengan baik. Perbaikan persediaan air perlu dilakukan
sebelum petak dapat dikembangkan.Bila tersedianya air merupakan faktor
penghambat, maka pengembangan petak tersier sebaiknya ditinjau kembali.
Hal ini dilakukan dengan mencari kemungkinan penambahan pasokan air dengan
membangun embung atau waduk lapangan.
4.BAB IV
LAYOUT PETAK TERSIER
4.1 Pendahuluan
Perencanaan teknis petak tersier harus menghasilkan perbaikan kondisi pertanian.
Masalah-masalah yang diperkirakan akan menghalangi tujuan ini harus dikenali dan
dipertimbangkan dalam pembuatan layout dan perencanaan jaringan tersier.
Untuk menentukan layout, aspek-aspek berikut akan dipertimbangkan:
- Luas petak tersier
- Batas-batas petak tersier
- Bentuk yang optimal
- Kondisi medan
- Jaringan irigasi yang ada
- Operasi jaringan.
Berhubung para petani harus mengelola dan memelihara sendiri jaringan tersier, maka
kebutuhan untuk operasi dan pemeliharaan harus dibuat minimum.Pembagian air
harus adil, seimbang dan efisien.
Para petani akan memberikan sebagian tanah yang diperlukan untuk pembuatan
jaringan tanpa mendapat ganti rugi (kompensasi), Oleh sebab itu banyaknya tanah
yang akan dipergunakan sebaiknya diusahakan seminimum mungkin, agar para petani
tidak terlalu banyak mengorbankan tanah mereka.
Apabila terdapat permasalahan tanah dan saluran terletak pada timbunan penuh serta
biaya pelaksanaan tersedia maka disarankan pembangunan saluran dengan sistem
saluran talang (elevated flume).
Perencana hendaknya terbiasa dengan daerah yang bersangkutan dan selalu
berkonsultasi dengan para petani. Dengan demikian rencana yang dihasilkan akan
lebih dapat diterima, sehingga pengembangan petak tersier lebih berhasil.
Inventarisasi petak tersier yang dilakukan dengan baik pada tahap ini memerlukan
banyak waktu. Waktu akan dapat dihemat kelak selama perencanaan dan
26 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
pelaksanaan, dengan cara membuat layout yang baik, sehingga hanya diperlukan
perubahan-perubahan kecil.
Petak tersier bisa dikatakan ideal jika masing-masing pemilikan sawah memiliki
pengambilan sendiri dan dapat membuang kelebihan air langsung ke jaringan
pembuang.Juga para petani dapat mengangkut hasil pertanian dan peralatan mesin
atau ternak mereka ke dari sawah melaluijalan petani yang ada.Untuk mecapai pola
pemilikan sawah yang ideal didalam petak tersier, para petani harus diyakinkan agar
membentuk kembali petak-petak sawah mereka dengan cara saling menukar
bagianbagian tertentu dan sawah mereka atau dengan cara-cara lain menurut
ketentuan hukum yang berlaku (misalnya konsolidasi tanah pertanian). Juga, besarnya
masing-masing petak yang ada tidak memungkinkan dilaksanakannya suatu proyek
yang banyak memerlukan pembebasan.
Layout Petak Tersier 27
saluran tersier
40 m
40 m
saluran kuarter
100 m 100 m
pembuang tersier
Tanah untuk membangun jalan petani dan sebagainya. Para petani akan menganggap
hal ini sebagai pemborosan tanah.
28 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Kebalikan dari hal diatas adalah mempertahankan situasi yang ada dimana pengaturan
air sangat sulit dan menyebabkan inefisiensi yang tinggi. Dalam hal ini, perencanaan
yang paling cocok adalah memperbaiki situasi yang ada tersebut, kemudian
diusahakan sedapat mungkin untuk mencapai karakteristik yang ideal, misalnya:
Layout Petak Tersier 29
Ukuran petak tersier bergantung pada besarnya biaya pelaksanaan jaringan irigasi dan
pembuang (utama dan tersier) serta biaya operasi dan pemeliharaan jaringan.
Menurut pengalaman, ukuran optimum suatu petak tersier adalah antara 50 dan 100
ha.Ukurannya dapat ditambah sampai maksimum 150 ha jika keadaan topografi
memaksa demikian.
Di petak tersier yang berukuran kecil, efisiensi irigasi akan menjadi lebihtinggi
karena:
- Diperlukan lebih sedikit titik-titik pembagian air
- Saluran-saluran yang lebih pendek menyebabkan kehilangan air yang lebih
sedikit
- Lebih sedikit petani yang terlibat, jadi kerja sama lebih baik
- Pengaturan (air) yang lebih baik sesuai dengan kondisi tanaman
- Perencanaan lebih fleksibel sehubungan dengan batas-batas desa.
Bentuk optimal suatu petak tersier bergantung pada biaya minimum pembuatan
saluran, jalan dan boks bagi. Apabila semua saluran kuarter diberi air dari satu saluran
tersier, maka panjang total jalan dan saluran menjadi minimum. Dengan dua saluran
tersier untuk areal yang sama, maka panjang total jalan dan saluran akan bertambah.
Bentuk optimal petak tersier adalah bujur sangkar, karena pembagian air akan
menjadi sulit pada petak tersier berbentuk memanjang. Lihat Gambar 4-3.
30 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Ukuran petak kuarter bergantung kepada ukuran sawah, keadaan topografi, tingkat
teknologi yang dipakai, kebiasaan bercocok tanam, biaya pelaksanaan, sistem
pembagian air dan efisiensi.
petak kuarter
petak kuarter
petak kuarter
petak kuarter
Jumlah petani pemilik sawah di petak kuarter sebaiknya tidak boleh lebih dari 30
orang agar koordinasi antar petani baik. Ukuran petak itu sebaiknya tidak lebih dari
15 ha agar pembagian air menjadi efisien.
Karena sawah-sawah hanya dilayani oleh petak kuarter saja, maka di daerah-daerah
yang ukuran sawahnya rata-rata kecil, jumlah petak kuarter bisa ditambah.Ukuran
optimum suatu petak kuarter adalah 8 - 15 ha.
Lebar petak akan bergantung pada cara pembagian air, yakni apakah air dibagi dari
satu sisi atau kedua sisi saluran kuarter. Aliran antar petak hendaknya dibatasi sampai
Layout Petak Tersier 31
kurang lebih 8 sawah atau 300 m panjang maksimum.Di daerah-daerah datar atau
bergelombang, petak kuarter dapat membagi air ke kedua sisi. Dalam hal ini lebar
maksimum petak akan dibatasi sampai 400 m (2 x 200 m). Pada tanah terjal, dimana
saluran kuarter mengalirkan air ke satu sisi saja, lebar maksimum diambil 300 m.
Panjang maksimum petak ditentukan oleh panjang saluran kuarter yang diizinkan
(500 m).
Batas-batas petak tersier didasarkan pada kondisi topografi. Daerah itu hendaknya
diatur sebaik mungkin, sedemikian rupa sehingga satu petak tersier terletak dalam
satu daerah administratif desa agar O&P jaringan lebih baik. Jika ada dua desa di
petak tersier yang sangat luas, maka dianjurkan untuk membagi petak tersier tersebut
menjadi dua petak subtersier yang berdampingan sesuai dengan daerah desa masing-
masing.
Batas-batas petak kuarter biasanya akan berupa saluran irigasi dan pembuang kuarter
yang memotong kemiringan medan dan saluran irigasi tersier serta pembuang tersier
atau primer yang mengikuti kemiringan medan. Jika mungkin batas-batas ini
bertepatan dengan batas-batas hak milik tanah.
Jika batas-batas itu belum tetap, dan jaringan masih harus dikembangkan, dipakai
kriteria umum seperti ditunjukkan pada Tabel 4-1.
Dibeberapa petak tersier ada bagian-bagian yang tidak dialiri karena alasan -alasan
tertentu, misalnya:
- Tanah tidak cocok untuk pertanian
- Muka tanah terlalu tinggi tak ada petani penggarap
- Tergenang air.
Harus dicek apakah daerah-daerah ini tidak akan diairi selamanya atau untuk
sementara saja. Jika sudah jelas tidak akan ditanami dimasa depan, maka daerah itu
ditandai pada peta dan tidak ada fasilitas irigasi yang akan diberikan. Kecocokan
tanah diseluruh daerah dipelajari dan dibuat rencana optimasi pemanfaatan air irigasi
yang tersedia. Berdasarkan hasil penilaian ini, akan dapat diputuskan apakah akan
dibuat jaringan tersier.
Batasan pengembangan sawah:
(i) Laju perkolasi lebih dari 10 mm/hari
(ii) Lapisan tanah atas tebalnya kurang dan 30 cm
(iii) Kemiringan tanah lebih dari 5% (tergantung pada tekstur dan kedalaman lapisan
tanah atas)
(iv) Pembuang jelek yang tidak dapat diperbaiki ditinjau dari segi ekonomis
(v) Biaya pelaksanaan jaringan irigasi tersier terlampau tinggi.
Elevasi sawah yang akan diairi harus dicek terhadap muka air di saluran.
Hal-hal berikut akan ditentukan:
1. Elevasi sawah yang menentukan
2. Muka air rencana di bangunan sadap
3. Kehilangan total tinggi energi dijaringan tersier.
Suatu daerah tidak akan bisa diairi jika muka air di saluran tidak cukup tinggi untuk
memberikan airnya ke sawah-sawah.
Layak tidaknya menaikkan muka air di jaringan utama atau pembuatan bangunan
sadap baru yang lebih ke hulu, harus diselidiki. Walaupun pada umumnya pekerjaan
Layout Petak Tersier 33
ini mahal dan banyak memerlukan pekerjaan tanah, harus dicari cara untuk mencegah
permasalahan yang timbul selama operasi. Jika jaringan irigasi tidak direncana secara
memadai, para petani akan berusaha mencari sumber air sendiri. Ini akan
menyebabkan kerusakan saluran, bangunan, penyalahgunaan jaringan dan menggangu
eksploitasi.
Saluran irigasi tersier adalah saluran pembawa yang mengambil airnya dari bangunan
sadap melalui petak tersier sampai ke boks bagi terakhir. Pada tanah terjal saluran
mengikuti kemiringan medan, sedangkan pada tanah bergelombang atau datar,
saluran mengikuti kaki bukit atau tempat-tempat tinggi.
Boks tersier akan membagi air ke saluran tersier atau kuarter berikutnya. Boks kuarter
akan memberikan airnya ke saluran-saluran kuarter.
Saluran-saluran kuarter adalah saluran-saluran bagi, umumnya dimulai dari boks bagi
sampai ke saluran pembuang. Panjang maksimum yang diizinkan adalah 500 m,
kecuali jika ada hal-hal istimewa (misalnya apabila biaya untuk membuat saluran
yang lebih pendek terlalu mahal).Di daerah-daerah terjal saluran kuarter biasanya
34 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
merupakan saluran garis tinggi yang tidak menentukan bangunan terjun. Jika hal ini
tidak mungkin, maka saluran kuarter bisa dibuat mengalir mengikuti kemiringan
medan, dengan menyediakan bangunan terjun rendah yang sederhana. Di tanah yang
bergelombang, saluran kuarter mengikuti kaki bukit atau berdampingan dengan
saluran tersier.Bangunan ditempatkan di ujung saluran irigasi kuarter yang bertemu
pada saluran pembuang dan berfungsi untuk mencegah agar debit kecil tidak terbuang
pada ujung saluran didekat saluran pembuang.Di daerah-daerah terjal, saluran kuarter
juga diperbolehkan untuk dipakai sebagai pembuang kuarter.
Saluran pembuang intern harus sesuai dengan kerangka kerja saluran pembuang
primer. Jaringan pembuang tersier dipakai untuk:
(i) Mengeringkan sawah
(ii) Membuang kelebihan air hujan
(iii) Membuang kelebihan air irigasi.
Saluran pembuang kuarter biasanya berupa saluran buatan yang merupakan garis
tinggi pada medan terjal atau alur alamiah kecil pada medan bergelombang.
Kelebihan air ditampung langsung dari sawah di daerah atas atau dari saluran
pembuang cacing di daerah bawah.
Saluran pembuang tersier menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter dan
sering merupakan batas antara petak-petak tersier. Saluran pembuang tersier biasanya
berupa saluran yang mengikuti kemiringan medan.
Diusahakan agar saluran irigasi dan pembuang tidak saling bersebelahan karena
saluran pembuang dapat mengikis dan merusak saluran irigasi. Jika hal ini tidak
mungkin dan kalau kemiringan hidrolis antara saluran irigasi dan pembuang terlalu
curam, maka saluran irigasi akan banyak mengalami kehilangan air akibat
perembesan dan kemungkinan tanggul bisa runtuh. Jarak antara saluran irigasi dan
pembuang hendaknya cukup jauh agar kemiringan hidrolis tidak kurang dari 1 : 4,
sebagaimana ditunjukkan dibawah ini.
Layout Petak Tersier 35
saluran irigasi
saluran
pembuang
4
1
kemiringan maksimum
yang diijinkan
Berikut ini diberikan panduan untuk menentukan trase saluran baru atau saluran
tambahan:
- Sedapat mungkin ikuti batas-batas sawah
- Rencanakan saluran irigasi pada punggung medan dan saluran pembuang pada
daerah lembah/depresi
- Hindari persilangan dengan pembuang
- Saluran irigasi sedapat mungkin mengikuti kemiringan medan
- Saluran irigasi tidak boleh melewati petak-petak tersier yang lain
- Hindari pekerjaan tanah yang besar
- Batasi jumlah bangunan.
Layout petak tersier juga meliputi jalan inspeksi dan/atau jalan petani (farm road).
Jalan dibutuhkan untuk inspeksi saluran tersier, memasuki berbagai tempat di
jaringan irigasi serta untuk menjamin agar para petani, kendaraan dan ternak
melewati jalan yang sudah ditentukan sehingga tidak merusak jaringan irigasi.Jalan-
jalan ini dihubungkan dengan jalan-jalan umum utama dan jalan-jalan desa yang
sudah ada. Jika mungkin, jaringan jalan yang ada tetap dipakai dan diperbaiki dengan
cara memperlebar dan memberinya perkerasan. Dengan cara demikian dapat
dibangun jaringan jalan petani tanpa menghabiskan banyak biaya dan sering dapat
diselesaikan dengan jalan gotong royong antar penduduk desa.
36 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Jalan petani akan dapat dipakai langsung untuk mencapai petak-petak sawah. Para
petani bisa menggunakan jalan ini untuk mengangkut peralatan pertanian, benih,
pupuk dan hasil panen.Tiap petak kuarter sebaiknya bisa dicapai melalui jalan petani.
Bergantung pada layout petak tersier, jalan petani akan direncana disepanjang saluran
kuarter.
Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi tersier membutuhkan jalan inspeksi
disepanjang saluran irigasi tersier sampai ke boks bagi yang terletak paling ujung di
sebelah hilir. Jalan ini harus dapat dilalui oleh ulu-ulu P3A dan pembantu-
pembantunya.Alat transportasi mereka biasanya sepeda atau sepeda motor.
Untuk memberi jalan masuk ke petak kuarter, diperlukan jalan selebar 1,5 m untuk
lewat alat-alat mesin. Apabila alat- alat ini diperkirakan tidak akan dipakai dimasa
mendatang, lebar minimum jalan setapak bisa diambil 1 m dan dapat diperlebar kelak,
jika diperlukan. Jalan inspeksi (lebar 1,5 - 2 m) sebaiknya mengikuti trase saluran
tersier bila tidak bersebelahan dengan jalan inspeksi atau jalan petani. Jalan inspeksi
akan memerlukan jembatan kecil atau gorong-gorong jika menyeberangi saluran
tersier dan sekunder.
Topografi suatu daerah akan menentukan layout serta konfigurasi yang paling efektif
untuk saluran atau pembuang. Dan kebanyakan tipe medan, layout yang paling cocok
dapat digambarkan secara skematis. Untuk mudahnya, tipe-tipe medan dapat
diklasifikasi sebagai berikut (lihat Tabel 4-2):
Layout Petak Tersier 37
Tiap petak tersier harus direncana secara terpisah agar sesuai dengan batas-batas alam
dan topografi.Dalam banyak hal, bisa dibuat beberapa konfigurasi layout saluran
irigasi dan pembuang. Dalam bab ini dibicarakan layout diberbagai tipe medan serta
diberikan skema layout yang sesuai dengan topografi yang ada untuk dijadikan
panduan bagi para perencana.
Medan terjal, dimana tanah hanya sedikit mengandung lempung, sangat rawan
terhadap bahaya erosi oleh aliran air yang tidak terkendali.Erosi terjadi jika kecepatan
air pada saluran tanpa pasangan lebih besar dari batas yang diizinkan, ini
mengakibatkan saluran pembawa tergerus sangat dalam dan penurunan elevasi muka
air mengakibatkan luas daerah yang diairi berkurang.
Dua skema layout yang cocok untuk keadaan medan terjal ditunjukkan pada Gambar
4-5.dan 4-6. Kemiringan paling curam biasanya dijumpai tepat di lereng hilir dan
saluran primer. Gambar 4-5.memperlihatkan situasi dimana sepasang saluran tersier
mengambil air dari saluran primer di kedua sisi saluran sekunder. Sistem pembagian
air yang cocok untuk petak tersier yang diberi air dan pengambilan seperti ini
ditunjukkan disini. Gambar 4-6.menunjukkan situasi umum lainnya dengan satu
bangunan sadap tersier saja.
Saluran tersier mengikuti kemiringan medan dan boks bagi pertama dan biasanya
diberi pasangan. Pada Gambar 4-5., saluran tersier paralel dengan saluran sekunder
38 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
pada satu sisi dan memberikan airnya ke saluran kuarter garis tinggi melalui boks
bagi di sisi lainnya. Pada Gambar 4-6, saluran tersier dapat memberikan airnya ke
saluran kuarter di kedua sisi. Paling baik jika saluran tersier ini sama jauhnya dari
batas-batas petak tersier, sehingga memungkinkan luas petak kuarter dibuat kira-kira
sama. Petak-petak semacam ini biasanya mempunyai ujung runcing, yang
memerlukan saluran kuarter yang mengikuti kemiringan medan. Karena saluran
tersier semacam ini memerlukan pasangan dan biaya pembuatannya mahal, maka
sebaiknya dibuat minimum, sebaiknya satu saluran per petak tersier. Pada medan
yang sangat curam, sebaiknya dipakai flum (beton bertulang).
Aliran saluran tersier biasanya aliran superkritis pada bagian yang diberi pasangan
dan harus melewati kolam peredam agar energinya dapat diredam secara efektif
sebelum memasuki boks tersier atau kuarter. Dalam boks bagi diperlukan aliran yang
tenang agar debit bisa dibagi secara efektif. Ini ditunjukkan dalam bentuk diagram
pada Gambar 4-7.dan dibicarakan lebih lanjut pada Subbab 7-7.
Layout Petak Tersier 39
Sebagian besar saluran kuarter adalah saluran garis tinggi dan direncana pada
kemiringan sekitar 0,001 (yakni 1,0 m/km). Trase saluran pada peta bergaris tinggi
hendaknya sesuai dengan kemiringan ini.Panjang salurankuarter umumnya ditentukan
oleh jarak antara saluran sekunder dan saluran pembuang utama seperti diperlihatkan
pada Gambar 4-5.atau batas-batas petak tersier seperti ditunjukkan pada Gambar 4-6.
Di ujung saluran kuarter dibuat bangunan akhir (lihat Subbab 7.2) yang berfungsi
untuk membuang kelebihan air ke jaringan pembuang. Di kedua layout tersebut,
saluran kuarter terdapat disisi jalan pada lereng bagian hilir medan.
40 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Saluran kuarter boleh dipakai sebagai pembuang bila kemiringan tanah memadai dan
bila hanya ada satu saluran sebagai saluran irigasi dan pembuang untuk mengeringkan
sawah di daerah atas dan mengairi sawah di daerah bawah. Batas kemiringan medan
untuk kombinasi saluran irigasi/pembuang adalah sekitar 2%. Sistem
inimemungkinkan dimanfaatkannya kelebihan air dari petak-petak kuarter bagian atas
Layout Petak Tersier 41
Banyak petak tersier mengambil airnya sejajar dengan saluran sekunder yang akan
merupakan batas petak tersier di satu sisi. Batas untuk sisi yang lainnya adalah
pembuang primer. Jika batas-batas jalan atau desa tidak ada, maka batas atas dan
bawah akan ditentukan oleh trase saluran garis tinggi dan saluran pembuang.
Gambar 4-9.danGambar 4-10.menunjukkan dua skema layout. Gambar 4-9 untuk
petak yang lebih kecil dari 500 m dan serupa dengan Gambar 4-5, kecuali saluran
irigasi dan saluran pembuang harus dibuat dipisah. Jika batas- batas blok terpisah
lebih dari 500 m, maka harus saluran kuarter garis tinggi yang kedua. Salah satu dari
sistem itu, yang mencakup saluran tersier kedua yang mengikuti kemiringan medan,
ditunjukkan pada Gambar 4-10. Ada cara-cara lain untuk mencapai hal ini dan semua
metode sebaiknya dipertimbangkan segi biayanya.Hanya dalam hal-hal tertentu saja
maka lebar petak lebih dari 1.000 m. Untuk mengatasi hal ini, saluran tersier kedua
dapat memberikan airnya ke saluran kuarter di kedua sisinya.
Pada umumnya, saluran yang mengikuti lereng adalah saluran tersier, biasanya
saluran tanah dengan bangunan terjun di tempat-tempat tertentu. Saluran kuarter akan
memotong lereng tanpa bangunan terjun dan akan memberikan air kearah bawah.
Pembagian air kearah bawah lereng akan memerlukan sedikit keterampilan dari para
42 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
petani. Adalah mungkin juga untuk memberikan air kearah melintang dari satu sawah
ke sawah lainnya. Keuntungan dari cara ini ialah saluran kuarter dapat diambil airnya
dari kedua sisinya, jadi blok kuarter yang dilayani dapat lebih luas. Dalam
prakteknya, sulit untuk mengalirkan air melintang lereng dan oleh sebab itu tidak
dianjurkan pada medan tipe ini.
Jalan petani akan dibuat di sepanjang tanggul bawah pembuang kuarter. Tanggul
saluran kuarter atas harus cukup lebar agar jarak antara saluran irigasi dan pembuang
kuarter cukup jauh (lihat Gambar 4-4.).Bila diperlukan saluran tersier kedua, maka
saluran itu hendaknya dipisahkan dari pembuang tersier oleh jalan inspeksi.
Jika keadaan medan tidak teratur, maka tidak mungkin untukmemberikan skema
layout. Ketidakteraturan medan sering disebabkan oleh dasar sungai, bekas alur
sungai, jalan, punggung medan dan tanah yang tidak rata.
Layout Petak Tersier 43
Perencana hendaknya mengatur trase saluran tersier pada kaki bukit utama dan
memberikan air dari salah satu sisi saluran kuarter yang mengalir paralel atau dari
kedua sisi saluran kuarter yang mungkin kearah bawah punggung medan.
Gambar 4-9.Skema Layout Petak Tersier Pada Medan Agak Terjal (1) untuk Petak yang Lebih
Kecil
Pembuatan layout akhir hendaknya ditujukan untuk membuat petak kuarter yang
berukuran sama/serupa (Gambar 4-11.), yang diberi air dari satu saluran
kuarter.Perencana sebaiknya mencoba berbagai alternatif perencanaan dengan
mempertimbangkan biaya dan kelayakan pelaksanaannya. Dimana perlu bangunan
44 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
terjun direncana di saluran-saluran tersier dan kuarter (bangunan terjun dibuat dari
batu kosong setinggi maksimum 0,3 m untuk saluran kuarter).
Saluran pembuang pada umumnya berupa saluran pembuang alamiah dan letaknya
harus cukup jauh dari saluran irigasi. Saluran pembuang alamiah biasanya akan
melengkapi sistem punggung medan dan sisi medan. Situasi dimana saluran irigasi
harus melintasi saluran pembuang sebaiknya dihindarkan.
Jalan inspeksi akan mengikuti saluran tersier dan ini juga berarti mengikuti punggung
medan. Sebaiknya dibuat jalan petani dimana perlu, sehingga tidak ada titik yang
jauhnya lebih dari 350 m dari jalan.
Pada umumnya tidak ada daerah datar yang luas sekali di proyek, kecuali dataran
pantai dan tanah rawa-rawa.Potensi pertanian daerah-daerah semacam ini sering
terhambat oleh sistem pembuang yang jelek dan air yang tergenang terus-menerus
merusak kesuburan tanah.Sebelum tanah semacam ini bisa dibuat produktif, harus
dibuat sistem pembuang yang efisien dahulu.
Tetapi saluran pembuang ini tidak dapat direncana secara terpisah dari saluran
pembawa.Keduanya saling melengkapi dan kedua layoutharus direncana bersamaan.
Akan diperlukan pengukuran lebih detail karena saluran pembuang harus mengikuti
titik-titik yang lebih rendah. Sistem yang paling baik adalah tipe “tulang ikan”
(herringbone type) atau sistem yang mengikuti gelombang bagian bawah. Kemudian
posisi saluran dapat ditentukan. Pada medan yang berat mungkin juga diperlukan
saluran pembuang subkuarter. Pembuang ini sebaiknya berpola tulang ikan dan digali
oleh para petani.
Layout Petak Tersier 45
Jalan-jalan di daerah datar yang berawa-rawa sebaiknya diberi dasar (base) dan
bahan-bahan pembuang bebas (free draining) dan ditinggikan 0,50 m diatas muka
tanah disekitarnya.
Pengembangan budidaya ikan air tawar termasuk dalam program diversifikasi dari
Pemerintah.Bahwa untuk keperluan tersebut perlu disediakan air.
Ada empat sistem budidaya ikan air tawar, yakni:
- Kolam biasa (dengan air berkecepatan rendah) dengan tanggul tanah dilengkapi
dengan pintu masuk dan keluar, memerlukan air segar 5 - 10% dan volume kolam
biasa per hari. Debit air keluar dialirkan kembali ke jaringan irigasi.
- Pengembangbiakan ikan di sawah bersama-sama dengan pengolahan padi (sistem
padi-mina).
- Keramba di saluran atau sungai.
Layout Petak Tersier 47
Kolam ikan dengan air berkecepatan rendah dan pengembangbiakan di sawah tidak
membutuhkan prasarana.Pembiakan ikan dalam keramba di saluran tidak dianjurkan,
karena umumnya ini mengganggu dan sangat merusak tanggul saluran.
48 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Dalam pengembangan kolam ikan yang mengambil air dari jaringan irigasi,
perencana harus memperhatikan pengawasan kualitas air yang digunakan.Sebelum
pekerjaan dimulai, proyek tersebut harus mendapat izin dari lembaga yang berwenang
(Komisi Irigasi dan DPUP).
Penjatahan air kedalam kolam-kolam ikan harus mendapat izin dari Panitia Irigasi.
Pengembangan tambak ikan memerlukan pendekatan yaug sama sekali berbeda dalam
perencanaan. Berbagai aspek seperti beda pasang surut (tidal range), salinitas,
pengawasan salinitas dan pemberian air segar memerlukan cara pemecahan tersendiri.
4.10.3 LayoutAkhir
Layout akhir akan merupakan hasil konsultasi dengan para petani yang akan
menggunakan jaringan tersier. Saran-saran dari petani akan sebanyak mungkin
dimasukkan, sejauh hal ini dapat diterima dari segi teknis. Kemudian layout akan
digambar pada peta dengan skala yang sesuai1 : 5.000 atau 1 : 2.000. Peta dengan
garis-garis ketinggian tapi tanpa titik-titik rincik ketinggian akan dipakai sebagai
dasar layout ini.
Pada peta ini harus ditunjukkan hal-hal berikut:
- Batas-batas petak tersier, subtersier dan kuarter batas-batas tiap sawah (jika
dipakai peta ortofoto); batas-batas desa dan indikasi daerah-daerah yang bisa
diairi dan yang tidak
- Saluran-saluran primer, sekunder, tersier, dan kuarter serta pembuang
- Semua bangunan, termasuk indikasi tipe bangunan, seperti boks tersier, gorong-
gorong, jembatan dan sebagainya
- Jalan-jalan inspeksi dan jalan petani
- Sistem tata nama (nomenklatur) saluran, pembuang dan bangunan
- Ukuran petak tersier dan masing-masing petak kuarter.
Apabila saluran pembuang tersier bertemu dengan saluran pembuang dan petak yang
letaknya lebih ke hulu, hal ini harus disebutkan karena debit rencana harus
disesuaikan.
Layout akhir harus disetujui dan disahkan oleh wakil para petani (pimpinan tidak
resmi), P3A (jika telah dibentuk) dan kepala desa.Gambar layout asliharus
ditandatangani oleh orang-orang tersebut diatas.
52 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Perencanaan Saluran 53
5.BAB V
PERENCANAAN SALURAN
5.1 Pendahuluan
Dilihat dari segi teknik, saluran tersier dan kuarter merupakan hal kecil dan
sederhana. Bagi para Petani Pemakai Air, saluran-saluran sederhana ini sangat
penting karena dengan sarana inilah air irigasi dapat dibagi-bagi ke sawah.
Perencanaan hendaknya didasarkan pada prinsip-prinsip teknis yang andal, tetapi juga
harus dapat memenuhi keinginan yang diajukan para pemakai air.Oleh sebab itu
merencanakan pengembangan petak tersier merupakan aktivitas yang memerlukan
pengecekan yang terus-menerus terhadap implikasi praktis.Yang paling perlu
dilakukan adalah sering melakukan kontak dengan para Petani Pemakai Air.
Kapasitas saluran irigasi ditentukan oleh kebutuhan air irigasi selama penyiapan
lahan. Bila dipakai sistem rotasi (permanen) kapasitas ini akan disesuaikan.
Oleh sebab itu, untuk perencanaan saluran dan bangunan irigasi, tipe rotasi yang akan
diterapkan hendaknya ditentukan terlebih dahulu.
Cara pemeliharaan saluran menentukan koefisien kekasaran yang akan dipilih akan
tetapi pemeliharaan yang jelek akan menyebabkan kecepatan aliran menjadi lebih
rendah dan kemudian akan diperlukan saluran yang lebih besar.
Oleh karena itu, program pembinaan mengenai pemeliharaan saluran yang memadai
dapat juga membantu mengurangi biaya pelaksanaan.
Saluran pembuang yang direncana dan dilaksanakan dengan baik, merupakan
keharusan bagi daerah irigasi yang dikelola dengan baik. Saluran pembuang akan
membuang kelebihan air dari sawah dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk
mencegah terjadinya genangan dan kerusakan tanaman, serta mengatur muka air
tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Kapasitas saluran pembuang yang dapat dianggap layak dari segi ekonomi didalam
petak tersier, tergantung dari perbandingan antara berkurangnya panen yang
54 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
diharapkan akibat air yang berlebihan dengan biaya pelaksanaan dan pemeliharaan
saluran pembuang dan bangunan-bangunannya.
Jika kapasitas saluran pembuang disuatu daerah kurang memadai untuk membuang
kelebihan air dengan segera, maka air akan mengalir dari sawah-sawah yang letaknya
lebih tinggi ke sawah-sawah yang lebih rendah. Akibatnya muka air dalam cekungan-
cekungan disini akan melonjak sampai beberapa saat, yang akan merusak tanaman,
saluran dan bangunan.
Kelebihan air di sawah-sawah, disebabkan oleh kelebihan curah hujan, dikeringkan
dengan sistem pembuang permukaan berupa saluran (pembuang), alur alamiah
dan/atau sungai.Biasanya fungsi pembuang alamiah bawah permukaan diabaikan
(tidak dipakai).
Kapasitas saluran pembuang ditentukan dengan modulus pembuang, yaitu jumlah
kelebihan air yang akan dikeringkan per satuan luas. Umumnya modulus pembuang
dinyatakan dengan satuan liter per detik per hektar.
................................................................................................. 5-1
dimana:
Qt = debit rencana, lt/dt
NFR = kebutuhan bersih air di sawah, lt/dt.ha
A = luas daerah yang diairi, ha
et = efisiensi irigasi di petak tersier.
Kebutuhan air di sawah untuk padi ditentukan oleh faktor -faktor berikut:
1. Cara penyiapan lahan
2. Kebutuhan air untuk tanaman
3. Perkolasi dan rembesan
Perencanaan Saluran 55
Kapasitas bangunan sadap tersier didasarkan pada kebutuhan air rencana pintu tersier
(Qmakslt/dt.ha).Pada umumnya kebutuhan air selama penyiapan lahan menentukan
kapasitas rencana.Besarnya kebutuhan ini dapat dihitung menurut KP - 01 Jaringan
Irigasi, Lampiran B.
56 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Kapasitas rencana saluran tersier dan kuarter didasarkan pada 100% Qmaks. Jika tidak
tersedia data mengenai kebutuhan irigasi, angka-angka umum akan dipergunakan
untuk perkiraan. Besarnya angka-angka masih membutuhkan penyelidikan atau dapat
diperoleh dari daerah irigasi yang berdekatan.
(i) Untuk saluran kuarter, debit rencana untuk irigasi terus-menerus adalah
kebutuhan rencana air di pintu tersier (lt/dt.ha) kali luas petak kuarter. Debit
rencana ini dipakai di sepanjang saluran
(ii) Pada saluran tersier, debit rencana untuk irigasi terus-menerus bagi semua ruas
saluran tersier antara dua boks bagi adalah kebutuhan air irigasi rencana di pintu
tersier (lt/dt.ha) kali seluruh luas petak kuarter yang diairi.
Untuk menentukan muka air rencana saluran, harus tersedia data-data topografi dalam
jumlah yang memadai.Setelah layoutpendahuluan selesai, trase saluran yang
diusulkan diukur. Elevasi sawah harus diukur 7,5 meter diluar as saluran irigasi atau
pembuang yang direncana tiap interval 50 m dan pada lokasi-lokasi khusus.
Hal ini penting karena:
- Saluran kuarter harus memberi air ke sawah-sawah ini
- Pembuang kuarter dan tersier menerima kelebihan air dari sawah-sawah ini
- Jalan inspeksi atau jalan petani 0,5 m diatas permukaan sawah ini
- Kedalaman pondasi bangunan dikaitkan langsung dengan elevasi sawah asli.
Jika saluran-saluran yang sudah ada masih tetap akan dipakai, maka elevasi
tanggulnya juga harus diukur.
Hasil-hasil pengukuran akan disajikan dalam bentuk gambar situasi (1 : 2.000), dan
potongan memanjang (skala horisontal 1:2.000, vertikal 1:50). Tidak diperlukan
potongan melintang, kecuali untuk standar potongan untuk setiap sketsa dengan
dimensi yang sama. Tetapi potongan melintang pada daerah bergelombang digambar
pada jarak 100 m.
Perencanaan Saluran 57
Beda elevasi (head) yang ada antara elevasi sawah dengan elevasi air di jaringan
utama harus diketahui.Elevasi air di jaringan utama dan jaringan irigasi yang ada
dapat diperoleh dari gambar-gambar rencana atau gambar-gambar purnalaksana (as-
built drawings).Jika gambar-gambar semacam ini tidak ada, maka elevasi tersebut
harus ditentukan dengan mengadakan pengukuran detail pada bangunan sadap serta
elevasi ambang bangunan ukur.Dianjurkan agar pengecekan ini selalu dilakukan,
bahkan bila gambar-gambar perencanaan tersedia sekalipun, karena elevasi yang
ditunjukkan pada gambar tidak selalu sesuai dengan elevasi sebenarnya di
lapangan.Kemungkinan terdapat perbedaan bidang persamaan (reference level/datum)
selalu ada.
Berfungsinya jaringan utama yang ada hendaknya dicek jika akan dipakai elevasi
referensi dari bangunan sadap tersier. Bangunan sadap tersier tersebut mungkin
mempunyai elevasi yang relatif tinggi atau rendah.Cara pengecekan terbaik adalah
menghubungkan langsung perencanaan itu dengan elevasi pada pengambilan utama
atau bendung.Hal ini hanya dapat dilakukan pada daerah-daerah irigasi kecil.
Elevasi muka air yang diperlukan di saluran primer/sekunder di hulu bangunan sadap
tersier dapat ditentukan dengan rumus berikut:
P= A+a +b + n.c+ m.e +f+g +h+z ................................................ 5-2
dimana:
58 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
tinggi di saluran tingkat tersier dan primer. Biaya pelaksanaan yang sangat besar akan
diperlukan untuk ini.
Walaupun dari segi pelaksanaan dan pemeliharaan akan lebih murah untuk
merencanakan muka air yang lebih rendah, tapi harus diingat bahwa hendaknya
diusahakan untuk sebanyak mungkin mengairi sawah-sawah di sepanjang saluran
sekunder. Strip/jalur yang tidak kebagian air irigasi selalu menimbulkan masalah
pencurian air dari saluran primer/sekunder atau pembendungan air di saluran tersier.
Harga- harga yang diambil untuk kehilangan tinggi energi dan kemiringan dasar
merupakan harga-harga asumsi yang akan dihitung kembali untuk merencanakan
harga- harga yang akan dipakai pada tahap perencanaan akhir.
Muka air di saluran kuarter sekurang- kurangnya 0,15 m diatas muka sawah. Ini
berlaku disepanjang saluran agar pembagian air ke petak-petak sawah dapat
dilakukan dengan baik.
Kehilangan tinggi energi dari saluran kuarter ke sawah tidak boleh diabaikan, seperti
dapat dilihat dari rumus berikut:
√ ........................................................................................................... 5-3
dimana : Q = debit air m3/dt
μ = koefisien debit (0,6 - 0,7)
A = luas potongan melintang pipa, m2
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (9,8 m/dt2)
z = kehilangan tinggi energi (= b pada Gambar 5-1.), m
Berdasarkan trase saluran, kapasitas rencana dan muka air di saluran yang diperlukan,
potongan melintang dan memanjang saluran dapat ditentukan.
Biaya pemeliharaan saluran hendaknya diusahakan serendah mungkin. Ini akan
tercapai bila tidak terjadi penggerusan atau pengendapan. Keduanya berkaitan dengan
kecepatan aliran dan kemiringan saluran.
60 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Kecepatan aliran dan kemiringan saluran bergantung pada situasi topografi, sifat-sifat
tanah dan kapasitas yang diperlukan. Berdasarkan pengalaman lapangan, Fortier
(1926) menyimpulkan bahwa untuk saluran irigasi dengan kedalaman air kurang dari
0,90 m pada tanah lempungan atau lempung lanauan, kecepatan maksimum yang
diizinkan adalah sekitar 0,60 m/dt. Harga-harga lebih rendah dapat dipakai untuk
tanah pasiran, tetapi akan diperlukan pasangan untuk mengatasi kehilangan akibat
perkolasi.
Metode-metode modern menggunakan gaya tarik (tractive force). Perhitungan
kecepatan yang diizinkan diuraikan secara terinci dalam Bagian KP - 03 Saluran.
Harga batas gaya geser sebesar 1 kg/m2 (10 N/m2) diterapkan untuk saluran tersier
dan kuarter. Bila gradien medan curam dan kecepatan menjadi terlalu tinggi,
diperlukan satu atau dua bangunan terjun, atau saluran tersier harus diberi pasangan
(got miring). Keputusan mengenai apakah akan direncana bangunan terjun atau
saluran pasangan, harus didasarkan pada besarnya biaya pelaksanaan (lihat Subbab
7.6).
Setelah debit rencana ditentukan, dimensi saluran dapat dihitung dengan rumus
Strickler berikut:
v = k R2/3 I1/2 ................................................................................................ 5-4
dimana:
A = (b+mh)h
√
Q = vA
Perencanaan Saluran 61
Harga k m1/3/dt 35 30
Jika saluran kuarter juga dipakai sebagai saluran pembuang (seperti dijelaskan dalam
Subbab 4.8), sebaiknya saluran itu direncana dengan menggunakan kriteria saluran
kuarter.Potongan melintang saluran direncana menurut grafik perencanaan saluran
dengan kombinasi aliran pembuang intern (lihat Subbab 5.3), serta pengaliran air
irigasi sebagai debit.Diatas muka air ini dibuat jagaan dengan minimum 15 cm.
Kemudian elevasi dasar saluran dan muka air berada pada elevasi yang cukup untuk
Perencanaan Saluran 63
danpermulaan masa berbunga. Merosotnya hasil panen secara tajam akan terjadi
apabila dalamnya lapisan air di sawah melebihi separuh dan tinggi tanaman padi
selama tiga hari atau lebih. Jika tanaman padi tergenang air seluruhnya jangka waktu
lebih dari 3 hari, maka tidak akan ada panen. Jika pada masa penanaman, kedalaman
air melebihi 20 cm selama jangka waktu 3 hari atau lebih maka tidak ada panen.
Jumlah kelebihan air yang harus dibuang per satuan luas per satuan waktu disebut
modulus pembuang atau koefisien pembuang dan inibergantung pada:
- Curah hujan selama periode tertentu
- Pemberian air irigasi pada waktu itu
- Kebutuhan air untuk tanaman
- Perkolasi tanah
- Genangan di sawah-sawah selama atau pada akhir periode yang bersangkutan
- Luasnya daerah
- Sumber-sumber kelebihan air yang lain.
Pembuang air permukaan untuk satuan luas dinyatakan sebagai:
D(n) = R(n)T + n(IR - ET - P) - ∆S .........................................................................5-5
dimana:
n = jumlah hari berturut-turut
D(n) = pengaliran air permukaan selama n hari, mm
R(n)T = curah hujan dalam n hari berturut-turut dengan periode ulang T
tahun, mm
IR = pemberian air irigasi, mm/hari
ET = evapotranspirasi, mm/hari
P = perkolasi, mm/hari
∆S = tambahan genangan, mm.
Untuk penghitungan modulus pembuang, komponennya dapat diambil sebagai
berikut:
66 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
a. Dataran Rendah
- Irigasi IR = nol jika irigasi dihentikan, atau
- Irigasi IR = evapotranspirasi ET jika irigasi diteruskan.
- Kadang-kadang irigasi mungkin dihentikan ke sawah, tetapi airdari jaringan
irigasi utama dialirkan kedalam jaringan pembuang melalui petak tersier.
- Tampungan tambahan di sawah pada 150mm lapisan air maksimum,
tampungan ∆S pada akhir hari-hari berturutan n diambil maksimum 50 mm.
- Perkolasi P sama dengan nol.
b. Daerah Terjal
Seperti untuk kondisi dataran rendah, tetapi perkolasi P sama dengan 3 mm/hari.
Untuk modulus pembuang rencana, dipilih curah hujan 3 hari dengan periode
ulang 5 tahun.
Kemudian modulus pembuang tersebut adalah:
..................................................................................................... 5-6
Pada Gambar 5-4.rumus diatas disajikan dalam bentuk grafik sebagai contoh dengan
mengambil harga-harga untuk R, E, I dan ∆S, modulus pembuang dapat dihitung.
Debit drainase rencana dan sawah di petak tersier dihitung sebagai berikut:
Qd = f Dm A
dimana:
Qd = debit rencana, lt/dt
f = faktor pengurangan (reduksi) daerah yang dibuang airnya, (satu
untukpetak tersier)
Dm = modulus pembuang lt/dt.ha
A = luas daerah yang dibuang airnya, ha
Perencanaan Saluran 67
Untuk daerah-daerah sampai seluas 400 ha pembuang air per satuan luas diambil
konstan. Jika daerah-daerah yang akan dibuang airnya lebih besar, dipakai harga per
satuan luas yang lebih kecil (lihat KP - 03 Saluran). Jika data tidak tersedia, dapat
dipakai debit minimum rencana sebesar 7 lt/dt.ha.
Kelebihan air irigasi harus dialirkan ke saluran pembuang (tersier) intern selama
waktu persediaan air irigasi lebih tinggi dari yang dibutuhkan.
Pembuangan air irigasi perlu karena:
- Bangunan sadap tersier tidak diatur secara terus-menerus
- Banyak saluran sekunder tidak dilengkapi dengan bangunan pembuang
(wasteway)
- Ada jaringan-jaringan irigasi yang dioperasikan sedemikian rupa sehingga debit
yang dialirkan berkisar antara Q70 dan Q100
Telah diandalkan bahwa air irigasi yang diberikan tidak berpengaruh terhadap
kapasitas pembuang yang diperlukan. Anggapan ini dapat dibenarkan hanya apabila
jatah air untuk masing-masing petak tersier sama dengan kebutuhan air untuk petak
68 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
itu pada saat tertentu. Tetapi, saluran primer dan saluran sekunder yang besar
biasanya dioperasikan sedemikian rupa sehingga saluran-saluran itu mengalirkan
debit yang berkisar antara Q80 dan Q100.
Karena banyak jaringan irigasi yang ada tidak memiliki bangunan pembuang di
jaringan utama, maka ini berarti bahwa selama periode kebutuhan air dibawah Q100
dan/atau selama masa-masa hujan lebat, kelebihan air harus dialirkan ke jaringan
pembuang intern melalui bangunan sadap tersier.
Ada 3 cara yang mungkin untuk mengalirkan air ke jaringan pembuang intern, yakni
melalui:
a. Saluran irigasi tersier
b. Saluran kuarter
c. Petak sawah.
ad. a
Apabila kelebihan air irigasi dibuang melalui saluran tersier ke saluran pembuang
terdekat, maka bangunan pembuang itu sebaiknya ditempatkan jauh di hulu untuk
mengurangi panjang saluran dengan kapasitas penuh. Jika saluran pembuang letaknya
dekat dengan boks bagi tersier, maka boks itu diberi bukaan khusus agar air lebih
dapat langsung dibelokkan ke saluran pembuang. Bergantung pada layout jaringan
irigasi dan pembuang, kelebihan air dapat juga dibuang lewat boks kuarter pertama
atau kedua ke pembuang terdekat. Dalam hal ini, saluran tersier dan boks bagi tersier
hingga boks kuarter hendaknya punya kapasitas cukup untuk membawa kelebihan air
tersebut.
Kelebihan air irigasi yang akandibuang diperkirakan sebesar 70% dari debit
maksimum. Bukaan khusus pada boks sebaiknya direncana untuk 70% dari Qmaks.
Bukaan boks dilengkapi dengan pintu sorong, yang hanya boleh dioperasikan oleh
ulu-ulu. Di hari bukaan itu harus dibuat bangunan terjun dan saluran pembuang
pendek. Bukaan ini tidak mempunyai ambang, pintu sorong diletakkan pada dasar
boks bagi. Bukaan sebaiknya kecil saja agar kecepatan aliran di saluran tersier tidak
menjadi terlalu tinggi.
Perencanaan Saluran 69
ad.b
Untuk membuang kelebihan air melalui saluran kuarter, masing-masing saluran
kuarter direncana sedemikian sehingga kapasitas maksimum rencananya sama dari
hulu sampai hilir. Saluran-saluran itu dihubungkan dengan pembuang dengan sebuah
bangunan akhir.
ad.c
Apabila kelebihan air akan mengalir dari sawah ke saluran pembuang, maka petani
harus menggali saluran kecil diantara 2 deret tanaman padi. Tanggul sawah sebaiknya
mempunyai semacam bangunan pembuang guna mengontrol kedalaman air di sawah.
Cara yang terakhir ini berarti bahwa para petani tidak diperkenankan menutup
pengambilan air di sawah selama turun hujan lebat. Juga selama padi menjadi masak,
2 sampai 3 minggu menjelang panen, sawah tidak dapat dikeringkan sama sekali
karena masih ada kelebihan air yang mengalir dari sawah itu ke saluran pembuang.
Cara b mempunyai beberapa keuntungan,karena masing-masing saluran didalam
petak tersier akan mengalirkan air sekurang-kurangnya 70% dari Qmaks, maka para
petani didalam petak kuarter bisa dengan bebas mengelola pembagian air mereka
sendiri (berkonsultasi dengan ulu-ulu). Pembagian air disebuah petak kuarter tidak
ada hubungannya dengan pengelolaan air di petak-petak kuarter lainnya dan
pembagian air di petak tersier hampir proporsional. Perencanaan dan operasi boks
bagi untuk cara b lebih sederhana daripada untuk a dan c.
Tetapi, setiap saluran kuarter sebaiknya dihubungkan ke saluran pembuang dengan
sebuah bangunan akhir.Di sebelah hilir bangunan ini diperlukan bangunan terjun dan
lindungan dasar. Cara a lebih murah dari cara b karena hanya satu saluran tersier yang
harus punya kapasitas minimum sekurang-kurangnya 70% dari kapasitas rencana
bangunan sadap. Biasanya saluran itu berkapasitas 100%. Saluran tersier ini
dihubungkan ke saluran pembuang pada sebuah boks bagi. Di hilir boks tersebut
harus dibuat sebuah bangunan terjun dan saluran pembuang. Bukaan ke saluran
pembuang diberi pintu yang dioperasikan oleh ulu-ulu P3A.Kelemahan sistem ini
adalahdiperlukannya kegiatan operasi diluar jadwal, dan bangunan pembuang
70 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
berpintu menyebabkan kehilangan air lebih banyak lagi.Kecuali jika pembuang tersier
ditempatkan dekat saluran kemungkinan (a) tidak dianjurkan.Alternatif yang
dianjurkan adalah (b).
Karakteristik Saluran Pembuangan
Muka air di saluran pembuang intern harus ditentukan dengan mempertimbangkan
hal-hal berikut:
- Muka air harus cukup rendah agar kelebihan air dapat dibuang dari sawah-sawah
yang terendah di petak tersier, tapi juga mempertimbangkan tinggi muka air yang
diperlukan apabila saluran pembuang intern menuju pembuang sekunder atau
primer.
- Biaya pelaksanaan dan pemeliharaan harus diusahakan minimum. Hal ini berarti
bahwa tinggi muka air harus lebih rendah dari tinggi medan di sekitarnya; dan
kecepatan aliran dibatasi agar erosi tidak terjadi.
Untuk layout saluran pembuang intern, daerah-daerah rendah yang jelas atau
pembuang yang ada sebaiknya digunakan. Kemiringan saluran pembuang akan
sedapat mungkin mengikuti kemiringan medan. Saluran pembuang direncana
sedemikian sehingga sedikit saja terjadi erosi dan sedimentasi.Kecepatan aliran dan
kemiringan saluran pembuang bergantung pada keadaan topografi, kapasitas rencana
serta sifat-sifat tanah.
Kecepatan aliran sebaiknya tidak lebih dari 0,50– 0,60 m/dt agar saluran pembuang
tidak mengalami erosi. Jika kecepatan lebih tinggi, maka harus dibuat bangunan
terjun di saluran pembuang itu.
Setelah kapasitas saluran pembuang ditentukan, dimensi dapat dihitung dengan rumus
Strickler
dimana:
Q = k A R 2/3 I 1/2
Dimana:
Q = kapasitas rencana, m3/dt
k = koefisien kekasaran Strickler, m1/3/dt
Perencanaan Saluran 71
harusdiambil untuk membuang air dari daerah rendah, misalnya membuat bangunan
pembuang (outlet) berpintu pada tanggul.
Selain saluran pembuang intern, kadang-kadang masih harus direncana saluran
pembuang lain di petak tersier. Jika perlu, saluran pembuang disepanjang jalan,
sepanjang saluran irigasi atau saluran pembuang primer, hendaknya juga dicakup
dalam perencanaan jalan dan saluran ini.
Debit pembuang kelebihan air normal irigasi akan kecil saja. Kadang-kadang masalah
yang timbul adalah pengendapan sedimen, khususnya di saluran pembuang yang lebih
besar. Jika mungkin, saluran pembuang sebaiknya direncana pada kemiringan
minimum 0,5 % dengan kecepatan aliran diatas 0,45 m/dt. Di tempat -tempat dimana
saluran pembuang sejajar dengan saluran garis tinggi, hal ini tidak selalu mungkin,
lagipula akan diperlukan kegiatan pemeliharaan tambahan. Dalam hal demikian,
saluran garis tinggi sebaiknya direncana pada batas interval yang lebih tinggi dari
kecepatan yang diizinkan.
Rerumputan pendek sebaiknya dibiarkan tumbuh di saluran pembuang, karena ini
akan mengurangi bahaya erosi serta menahan kecepatan yang tinggi. Bangunan terjun
hendaknya dibuat jika terjadi erosi yang sangat mengkhawatirkan.Muka air rencana di
saluran pembuang kuarter harus sesuai dengan (atau sedikit lebih tinggi dari) muka
air rencana di saluran pembuang tersier, dan begitu seterusnya sampai sungai utama
atau laut.Bangunan yang dibuat pada titik cabang saluran diperlukan untuk mencegah
terjadinya erosi dimana saluran pembuang tersier masuk ke saluran pembuang
sekunder dengan perbedaan elevasi dasar saluran.
Perencanaan Saluran 73
Saluran
Karakteristik Saluran Pembuang
Satuan Pembuangan
Perencanaan Tersier
Kuarter
Catatan:
- Perbandingan kedalaman air dengan lebar dasar saluran dan kedalaman air (b/h) untuk saluran
pembuang yang lebih kecil adalah 1, untuk saluran pembuang yang lebih besar nilai perbandingan
berkisar antara 1 dan 3.
- Harga k yang lebih rendah menunjukkan bahwa pemeliharaan saluran pembuang itu kurang baik.
- Tidak dapat diterapkan pada skema jaringan irigasi pasang surut.
74 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Boks Bagi 75
6.BAB VI
BOKS BAGI
6.1 Umum
Boks bagi dibangun di antara saluran-saluran tersier dan kuarter guna membagi-bagi
air irigasi ke seluruh petak tersier dan kuarter. Perencanaan boks bagi harus sesuai
dengan kebiasaan petani setempat dan memenuhi kebutuhan kegiatan operasi di
daerah yang bersangkutan pada saat ini maupun kemungkinan pengembangan di masa
mendatang. Tergantung pada air yang tersedia, boks bagi harus membagi air secara
terus-menerus (proporsional) dan secara rotasi; Pembagian air secara proporsional
dapat dicapai jika lebar bukaan proporsional dengan luas daerah yang akan diberi air
oleh saluran. Elevasi ambang dan muka air diatas ambang harussama untuk semua
bukaan pada boks.
Untuk pemberian air secara rotasi, boks dilengkapi dengan pintu yang dapat menutup
bukaan jika diperlukan. Pintu itu hendaknya diberi gembok agar tidak dioperasikan
oleh orang yang tak berwenang membagi air.
Bagi daerah-daerah yang rawan pencurian pintu baja, diusulkan untuk lebih
meningkatkan peran dan partisipasi petani dengan maksud untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab dan rasa memiliki, sehingga pintu terhindar dari pencurian.
Jika mungkin, aliran diatas ambang moduler, yakni debitnya tidak dipengaruhi oleh
muka air hilir pada saluran.Untuk kondisi aliran moduler, air irigasi dapat dengan
mudah dibagi dengan pemberian air secara terus-menerus.
Di jaringan irigasi ini mana keadaan medan hampir rata, perbedaan antara muka air
maksimum di hulu bangunan sadap tersier dan elevasi sawah yang akan diairi sangat
kecil. Ada sebagian sawah yang tidak bisa diairi dengan jaringan irigasi tersier bila
boks bagi direncana untuk aliran moduler dan saluran direncana dengan kemiringan
memanjang yang diperlukan.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan ini, cara-cara berikut dapat ditempuh:
76 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
- Menaikkan muka air di saluran primer atau sekunder (misalnya dengan membuat
ambang atau pengatur melalui bangunan pengatur);
- Merencana dan membuat bangunan sadap tersier baru di hulu bangunan sadap
yang sudah ada agar daerah-daerah tinggi dapat diberi air;
- Mengurangi kemiringan di saluran tersier dan kuarter;
- Merencana boks bagi tersier dan kuarter untuk aliran nonmoduler.
- Pemilihan alat pengukur/pengatur yang memerlukan kehilangan tinggi energi
yang lebih kecil.
Pembagian air secara terus-menerus sulit dilakukan jika aliran nonmoduler. Para
Petani Pemakai Air dapat menambah atau mengurangi air yang diperlukan dengan
cara menurunkan atau menaikkan muka air di saluran bagian hilir.
Muka air di seluruh saluran bagian hilir sebaiknya sama untuk debit rencana dan debit
lebih kecil agar pembagian air yang dilakukan terus menerustetap seimbang. Tidak
ada cara pemecahan praktis untuk memenuhi persyaratan ini; jadi untuk aliran
nonmoduler, air sebaiknya dibagi secara rotasi.
Untuk memperkecil kehilangan tinggi energi di boks bagi, dianjurkan untuk
merencana boks aliran non moduler dengan kehilangan tinggi energi sebesar 0,05 -
0,10 m.
Juga untuk aliran nonmoduler lebar bukaan hendaknya proporsional dan ambang
bukaan sama elevasinya
6.2 Fleksibilitas
Kriteria pokok dalam perencanaan boks bagi adalah bahwa pembagian air irigasi yang
diperlukan tidak terpengaruh oleh muka air di dalam boks. Distribusi aliran sebaiknya
tetap konstan jika tinggi energi di hulu berubah, ini berarti bahwa harga fleksibilitas
bangunan sebaiknya satu. Persamaan fleksibilitas, yaitu perbandingan antara besarnya
perubahan debit satu bukaan dengan besarnya perubahan debit bukaan lainnya,
adalah:
Boks Bagi 77
.............................................................................................................6-1
dimana : F = fleksibilitas
Q1 = debit melalui bukaan 1, m3/dt
Q2 = debit melalui bukaan 2, m3/dt.
Rumus umum untuk menghitung debit (head discharge) melalui ambang adalah:
Q = Cbhn .................................................................................................................. 6-2
.....................................................................................................6-4
Karena perubahan muka air di hulu ambang menghasilkan perubahan yang sama
untuk h1 dan h2, maka hasil bagi dh1/dh2 adalah 1n xh
Agar pembagian air tidak terpengaruh oleh muka air hulu, atau untuk memperoleh
harga fleksibilitas satu, maka n1/h1 hendaknya sama dengan n2/h2. Supaya persyaratan
78 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
ini terpenuhi untuk semua kedalaman air, maka ambang di kedua bukaan sebaiknya
sama tipenya (n1 = n2) dan elevasi ambang harus sama (h1 = h2).
Berhubung ambang boks bagi sama tipenya (ambang tajam, lebar atau pendek) dan
semua ambang sama elevasinya, maka pembagian air yang diperlukan hanya dapat
diperoleh jika lebar masing-masing bukaan sesuai (proporsional) dengan debit. Ini
berarti bahwa lebar ambang harus sebanding dengan luas daerah yang akan diberi air.
Lebar minimum bukaan yang dipakai untuk memberi air ke daerah-daerah terkecil
(petak-petak kuarter) sebaiknya diambil 0,20 m. Lebar bukaan yang memberi air lebih
dan satu petak kuarter harus sebanding dengan luas daerah tersebut. Dimensi bukaan
diambil dengan kenaikan setiap 5 cm agar dapat distandardisasi.
6.3 Ambang
Boks bagi dan pasangan batu direncana dengan rumus untuk ambang lebar atau
(Gambar 6-1):
√ ⁄ ....................................................................... 6-6
H1
h1
h2
Untuk daerah-daerah datar dimana kehilangan tinggi energi harus diambil serendah
mungkin, boks bisa dibuat tanpa ambang karena alasan nonteknis: para petani merasa
bahwa debit akan berkurang dengan adanya ambang, dan mereka akan membuang
ambang itu.
Dalam hal iniboks sebaiknya dibuat seperti pada Gambar 6-2.
Untuk debit yang melewati bukaan tipe ini,cara pendekatan dengan rumus 6-7 dapat
dipakai untuk ambang lebar.
Pada aliran nonmoduler; dapat dipakai Gambar 6-3.untuk menghitung pengurangan
debit moduler serta variasi h1/L akibat keadaan tenggelam.
80 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
h1
h2
Lebar dan tinggi ambang boks dan beton ditentukan dengan rumus Francis, yang
sahih (valid) untuk ambang tajam:
Q =1,836 (b -0,2 h1) h13/2 (aliran dengan kontraksi) ................................ 6-8
3
dimana: Q = debit diatas ambang, m /dt
Boks Bagi 81
b = lebar ambang, m
h1 = kedalaman air diatas ambang
Agar dapat dikembangkan sepenuhnya, kontraksi samping B-b sebaiknya lebih besar
dari 4 kali kedalaman air diatas ambang (Gambar 6-4.), dimana B adalah lebar total
boks dan b lebar ambang. Tinggi ambang bermercu tajam p diatas dasar boks
sebaiknya tidak kurang dari dua kali kedalaman air h diatas mercu dengan harga
minimum 0,30 m. Bila persyaratan ini tidak bisa dipenuhi, maka kedalaman air untuk
lebar tertentu dan ambang akan lebih tinggi dan yang direncana. Pada Gambar 6-
5.diberikan lengkung/kurve debit (rating curve) untuk berbagai lebar ambang.
82 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Jika rumus Francis dipakai untuk selain tipe ambang tajam, atau jika batas penerapan
tidak terpenuhi, maka muka air yang sebenarnya akan lebih tinggi dan yang sudah
dihitung.
Apabila kehilangan tinggi energi harus diusahakan sekecil mungkin, misal di daerah
irigasi yang datar, atau bila boks bagi akan dipakai sebagai bangunan pengukur debit,
maka perencanaan hendaknya mengikuti standar kondisi ambang.
Kalau boks bagi juga digunakan untuk bangunan pengukur debit, maka disitu
dipasang papan duga, di hulu ambang sekitar tiga kali kedalaman air di hulu ambang
alat ukur.
Pemakaian ambang yang terlalu sempit tidak dianjurkan guna memperkecil
kehilangan tinggi energi h untuk aliran moduler.
Boks Bagi 83
Karena koefisien debit untuk ambang pendek semakin bertambah besar dengan
bertambahnya harga-harga perbandingan h1/L dan h1/(h1 + p), maka lebar ambang
sebaiknya dibuat sekecil mungkin. Untuk keadaan seperti ini, muka air yang
sebenarnya hanya berbeda sedikit dan muka air yang dihitung dengan rumus Francis.
Untuk keadaan aliran nonmoduler, berkurangnya debit akibat ambang tenggelam
(h2h1> 0,15) dapat dihitung dengan rumus berikut:
Q1 = Q {1 - (h2/h1)1,44}0,385 ................................................................................ 6-9
dimana:
Q = debit moduler pada mercu tajam (lihat Gambar 6-6.)
h2 = kedalaman air hilir diatas mercu
h1 = kedalaman air hulu diatas mercu.
Disini diberikan grafik-grafik perencanaan untuk berbagai lebar mercu di daerah-
daerah datar dengan kehilangan tinggi tekanan sebesar 0,10 m (lihat Gambar 6-7) dan
0,05 m (lihat Gambar 6-8).
84 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
6.4 Pintu
7.BAB VII
PERENCANAAN BANGUNAN-BANGUNAN PELENGKAP
7.1 Pendahuluan
Bangunan pembawa adalah bangunan yang diperlukan untuk membawa aliran air di
tempat- tempat dimana tidak mungkin dibuat potongan saluran biasa tanpa pasangan.
Bangunan pembawa mungkin diperlukan karena:
- Persilangan dengan jalan, yang diperlukan: gorong-gorong, jembatan
- Keadaan topografi yang berakibat terbatasnya lebar saluran atau perubahan
kemiringan secara tiba-tiba, atau di tempat- tempat dimana kemiringan medan
melebihi kemiringan saluran; yang diperlukan: talang, flum, bangunan terjun atau
saluran pasangan,
- Persilangan dengan saluran atau sungai; yang diperlukan: sipon atau gorong-
gorong,
- Menjaga agar muka air tetap setinggi yang diperlukan di daerah-daerah rendah;
yang dibutuhkan: talang, flum atau saluran pasangan,
- Perlu membuang kelebihan air dengan bangunan pembuang; yang dibutuhkan:
bangunan pembuang.
Bangunan pembawa dan lain-lain (misalnya jembatan) terdapat baik di saluran irigasi
maupun pembuang.
Keputusan mengenai tipe bangunan yang akan dipilih bergantung pada besarnya
biaya pelaksanaan. Biaya ini ditentukan oleh dimensi saluran serta jalan atau saluran
yang akan diseberangi.
Gorong-gorong berupa saluran tertutup, dengan peralihan pada bagian masuk dan
keluar. Gorong-gorong akan sebanyak mungkin mengikuti kemiringan saluran.
90 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Bangunan terjun dipakai di tempat- tempat dimana kemiringan medan lebih besar
daripada kemiringan saluran dan diperlukan penurunan muka air.
Andaikan suatu potongan saluran dengan panjang L dan kemiringan i serta muka air
hulu yang diinginkan Hhulu dan muka air hilir Hhilir maka jumlah kehilangan tinggi
energi disebuah atau beberapa bangunan terjun adalah:
kolam-kolam tersebut dan juga pekerjaan tanah akan bertambah. Meskipun demikian,
jumlah bangunan terjun tidak boleh terlalu banyak karena kehilangan tinggi energi
per bangunan akan terlalu kecil guna membentuk loncatan air.
Perencanaan bangunan terjun harus sederhana, tapi bangunan harus kuat.Tipe biasa
yang dipakai di saluran tersier adalah bangunan terjun tegak. Bangunan ini dipakai
untuk terjun kecil (Z < 100 cm) dan debit kecil (lihat Gambar 7-2). Perencanaan
Perencanaan Bangunan-Bangunan Pelengkap 93
tersebut didasarkan pada rumus Etcheverry yang menghasilkan panjang kolam olak
(L) sebagai fungsi tinggi terjun dan fungsi kedalaman kritis (Gambar 7-3).
√ .............................................................................................. 7-2
dimana :
q = Q/(0,8b1)............................................................................................................ 7-5
dimana :
L = panjang kolam olak hilir, m
hc = kedalaman kritis, m
Q = debit rencana, m3/dt
B = lebar bukaan = 0,8 x lebar dasar saluran, m
z = tinggi terjunan, m
q = debit per satuan lebar, m3/dt.m¹
b1 = lebar dasar saluran, m.
Tipe bangunan ini hanya digunakan untuk z /hc> t
94 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Tinggi ambang ujung (a) sebaiknya 0,5 h. Perlutidaknya lantai depan (apron)
bergantung pada kondisi tanah dan kecepatan datang (awal). Panjang minimum
sebaiknya diambil 3 kali tinggi terjun, dengan batas minimum 1,50 m. Lantai depan
hendaknya cukup panjang guna mencegah erosi akibat rembesan (lihat KP - 04
Bangunan).
Bangunan terjun dapat digabung dengan bangunan-bangunan lain seperti boks,
gorong-gorong dan jembatan untuk mengurangi biaya secara keseluruhan.
Perencanaan Bangunan-Bangunan Pelengkap 95
7.4 Talang
Talang atau flum adalah penampang saluran buatan dimana air mengalir dengan
permukaan bebas, yang dibuat melintas cekungan, saluran, sungai, jalan atau
sepanjang lereng bukit. Bangunan ini dapat didukung dengan pilar atau konstruksi
lain. Talang atau flum dan baja dan beton dipakai untuk membawa debit kecil.
Untuk saluran-saluran yang lebih besar dipakai talang beton atau baja.Talang-talang
itu dilengkapi dengan peralihan masuk dan keluar.Mungkin diperlukan lindungan
terhadap gerusan pada jarak-jarak dekat di hilir bangunan, hal ini bergantung pada
kecepatan dan sifat-sifat tanah.
Tergantung pada kehilangan tinggi energi tersedia serta biaya pelaksanaan, potongan
talang direncana dengan luas yang sama dengan luas potongan saluran, hanya
dimensinya dibuat sekecil mungkin. Kadang-kadang pada talang direncana bangunan
pelimpah kecil guna mengatur muka air dan debit di hilir talang. Bangunan itu dapat
dibuat dari beton atau pipa baja (Gambar 7-4).
7.5 Sipon
Sipon dipakai untuk mengalirkan air lewat bawah jalan, melalui sungai atau saluran
pembuang yang dalam.Aliran dalam sipon mengikuti prinsip aliran dalam saluran
tertutup.Antara saluran dan sipon pada pemasukan dan pengeluaran diperlukan
peralihan yang cocok.Kehilangan tinggi energi pada sipon meliputi kehilangan akibat
gesekan, dan kehilanganpada tikungan sipon serta kehilangan air pada peralihan
masuk dan keluar.Agar sipon dapat berfungsi dengan baik, bangunan ini tidak boleh
dimasuki udara. Mulut sipon sebaiknya dibawah permukaan air hulu dan mulut sipon
di hulu dan hilir agar dibuat streamlines. Kedalaman air diatas sisi atas sipon (air
perapat) dan permukaan air bergantung kepada kemiringan dan ukuran sipon.Sipon
dapat dibuat dari baja atau beton bertulang.Perencanaan hidrolis dan bangunan sipon
dijelaskan pada buku KP -04 Bangunan.
96 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Sipon harus dipakai hanya untuk membawa aliran saluran yang memotong jalan atau
saluran pembuang dimana tidak bisa dipakai gorong-gorong, jembatan atau
talang.Pada sipon, kecepatan harus dibuat setinggi-tingginya sesuai dengan
kehilangan tinggi energi maksimum yang diizinkan. Hal ini tidak akan
Perencanaan Bangunan-Bangunan Pelengkap 97
7.6 Pasangan
Saluran tersier sebaiknya diberi pasangan.bila kehilangan air akibat perkolasi akan
tinggi atau kemiringan tanah lebih dan 1,0 sampai 1,5%.
Dengan pasangan kemiringan saluran dapat diperbesar. Biaya pelaksanaan akan
menentukan apakah saluran akan diberi pasangan, atau apakah akan digunakan
bangunan terjun. Pasangan juga bermanfaat untuk mengurangi kehilangan air akibat
rembesan atau memantapkan stabilitas tanggul.
Saluran irigasi kuarter tidak pernah diberi pasangan karena para petani diperbolehkan
mengambil air dari saluran ini.Saluran pembuang juga tidak diberi pasangan.Tebal
lining beton biasanya berkisar antara 7 - 10 cm. Pasangan batu atau bata merah
biasanya lebih murah, apalagi jika tersedia tenaga kerja dan bahan-bahannya (batu
kali) bisa diperoleh di daerah setempat.
Gambar 7-5 memberikan kriteria pemilihan bangunan terjun, pasangan beton atau
flum. Saluran ini direncana dengan rumus Strickler dan harga-harga koefisien k
diambil dari harga-harga yang diberikan dibawah ini:
- Pasangan batu k = 50 m1/3/dt
- Pasangan beton (untuk talut saja) k = 60 m1/3/dt
98 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Gambar 7-5. Grafik Perencanaan untuk Saluran Pasangan Beton dan Flum Beton
Perencanaan Bangunan-Bangunan Pelengkap 101
Pada medan terjal dimana beda tinggi energi yang besar harus ditanggulangi dalam
jarak pendek dan saluran tersier mengikuti kemiringan medan, akan diperlukan got
miring. Got miring ini terdiri dari bagian masuk, bagian peralihan, bagian normal dan
kolam olak. (Gambar 7-7).
1. Bagian masuk: Bagian masuk dapat dianggap sebagai mercu ambang lebar
(persamaan 6-7).
dapat digunakan. Ada rumus-rumus khusus untuk ini yang dikembangkan oleh
Vreedenburg dan Hilgen (1926).
n = b/hb.................................................................................................................................................................. 7-7
Fb = n. hb2 ............................................................................................................... 7-8
Ob = (n+2). hb ......................................................................................................... 7-9
................................................................................................. 7-10
√ .............................................................................................. 7-13
dimana:
m = 0,8s.d 0,9
v1 = kecepatan aliran di bagian pemasukan, m/dt
v2 = kecepatan aliran di bagian normal m/dt.
Dari rumus ini H dapat dihitung, yakni jarak antara pusat gravitasi profil basah di
awal dan ujung bagian peralihan. Panjang bagian peralihan dapat dihitung dengan
rumus L = H/I.
104 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
4. Kolam olak : Untuk menentukan dimensi kolam olak, lihat Bagian KP -04
Bangunan.Besarnya lubang peredam gelombang bisa dihitung dengan rumus:
√ ......................................................................................................... 7-14
dimana:
Q = debit rencana, m3/dt
µ = koefisien debit (0,8)
Z = beda tinggi energi (0,03 m)
Untuk debit kecil, lubang-lubang peredam gelombang dapat dibuat disatu sisi dan
untuk debit yang lebih besar lubang-lubang tersebut dibuat di kedua sisi kolam
olak (lihat Gambar 7-8.).
Perencanaan Bangunan-Bangunan Pelengkap 105
7.8 Jalan
Layout petak tersier juga mencakup perencanaan jalan inspeksi dan jalan petani.
Operasi dan pemeliharaan saluran dan bangunan didalam petak tersier membutuhkan
jalan inspeksi di sepanjang saluran irigasi sampai ke boks bagi yang terletak paling
ujung/ hilir. Karena kendaraan yang dipakai oleh ulu- ulu dan para pembantunya
adalah sepeda atau sepeda motor, maka lebar jalan inspeksi diambil sekitar 1,5 - 2,0
m.
Jalan inspeksi untuk saluran tersier dibangun dengan lapisan dasar dan kerikil setebal
0,20 m supaya cukup kuat. Kerikil terbaik untuk pembuatan jalan adalah bahan
aluvial alamiah yang dipilih dari sungai yang mengalir di daerah proyek.
Jalan inspeksi untuk saluran tersier dapat juga dibangun dengan lapisan dasar dari
sirtu dan/atau Lapis Pondasi Agregat Kelas B setebal 0.20 m supaya kuat.
Batu-batu bongkah yang terlalu besar atau kerikil bergradasi jelek hendaknya
dihindari. Di daerah-daerah datar atau rawa-rawa sebaiknya tinggi jalan diambil
0,3 - 0,5 m diatas tanah disekelilingnya (Gambar 5-3).
Lebar jalan petani sebaiknya diambil 1,5 m agar dapat dilewati alat-alat mesin yang
mungkin akan digunakan di proyek. Jika pemasukan peralatan mesin tidak akan
terjadi dalam waktu dekat, maka lebar jalan petani sebaiknya diambil 1,0 m. Akan
tetapi lebar minimum jembatan orang dianjurkan untuk diambil 1,5 m untuk
memenuhi kebutuhan angkutan dimasa mendatang (Gambar 7-9). Di daerah-daerah
datar atau rawa-rawa, sebaiknya tinggi jalan diambil 0,5 m diatas tanah
disekelilingnya (Gambar 5-3). Jalan-jalan ini direncana bersama-sama dengan
perencanaan saluran kuarter. Penggunaan jalan petani dan ukurannya disesuaikan
dengan keinginan petani setempat.
Perencanaan Bangunan-Bangunan Pelengkap 107
7.8.3 Jembatan
Jembatan dipakai hanya apabila tinggi energi yang tersedia terbatas. Kriteria
perencanaan berikut dianjurkan untuk jembatan:
- Jembatan tidak boleh mengganggu aliran air saluran atau pembuang didekatnya
- Pelat beton bertulang sebaiknya dibuat dari beton Mutu K-175 (tegangan lentur
rencana 40 kg/cm2).
- Jika dasar saluran irigasi atau pembuang tidak diberi pasangan, maka kedalaman
pangkal pondasi (abutment) sebaiknya diambil berturut-turut minimum 0,75 m
dan 1,0 m dibawah dasar saluran.
- Pembebanan jembatan untuk petani dan jalan inspeksi adalah jalan Kelas IV dan
peraturan pembebanan Bina Marga (No. 12/1970).
- Untuk jembatan-jembatan kecil, daya dukung maksimum pondasi tidak boleh
lebih dan 2 kg/cm2.
- Tipe-tipe detail jembatan ditunjukkan pada Gambar 7-9.
108 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Sebagaimana disebutkan pada Subbab 5.2, bangunan akhir harus dibuat diujung
saluran pembawa kuarter untuk membuang kelebihan air.Bangunan akhir berupa
pelimpah yang disesuaikan dengan muka air rencana.Untuk membilas endapan,
bangunan itu dilengkapi dengan skot balok.
Detail standar bangunan akhir diberikan pada Gambar 7-10.
110 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
8.BAB VIII
PENYAJIAN HASIL PERENCANAAN
8.1 Gambar
Rencana saluran dan bangunan hendaknya disajikan sedemikian rupa sehingga data-
data pelaksanaan jaringan tersier dapat dikumpulkan dengan mudah. Hal ini akan
mempermudah pelaksanaan.
Data harus mencakup situasi yang ada (1:5.000 atau 1:2.000), layout petak tersier
(1:6.000 atau 1:2.000), profil memanjang serta potongan melintang saluran irigasi dan
pembuang tersier dan kuarter, (standar) gambar bangunan dengan semua dimensi dan
elevasi.
Permerian Skala
Situasi yang ada 1:5.000 atau 1:2.000
Layout dengan skema peta 1:5.000 atau 1:2.000
Trase saluran + potongan memanjang H =1:2.000
Potongan melintang saluran V = 1:100
Bangunan 1:50
1:100atau 1:50,
detail 1:20, 1:10 atau 1:5
- Kemiringan talut, tinggi jagaan dan lebar tanggul (termasuk jalan inspeksi, kalau
ada).
Perencana hendaknya selalu ingat bahwa hanya karakteristik yang sudah diketahui
saja yang dipakai selama pemasangan patok dan pelaksanaan.Iaharusmengecek
keadaan setempat agar dapat menentukan interval ketinggian rencana yang harus
diberikan.
Penyajian data hendaknya jelas; pastikan bahwa dasar saluran dan bagian atas tanggul
tidak mengikuti kemiringan medan, tetapi mengikuti garis lurus antara ketinggian di
awal dan ujung ruas saluran. Hanya dengan demikian muka air di daerah petak tersier
yang rendah tidak akan melimpah diatas tanggul.
Trase saluran diberikan pada peta petak tersier dengan skala 1:5.000 atau 1:2.000.
Trase ini harus diubah bila keadaan lapangan menghendaki demikian selama
pelaksanaan, setelah berkonsultasi terlebih dahulu dengan perencana.
Bila saluran yang ada dipakai dalam perencanaan, maka perencana sebaiknya tidak
perlu mempersoalkan bahan timbunan jika potongan melintang saluran itu lebih besar
dari saluran yang sedang direncana.
Jika saluran irigasi tersier lebih tinggi dari elevasi sawah, maka tanggul saluran harus
dipadatkan dengan baik agar kehilangan air tidak banyak.Perencana hendaknya
memperingatkan agar prosedur berikut diikuti. Diatas permukaan yang sudah
dibersihkan dan dihaluskan, seluruh tubuh saluran termasuk tanggul dan saluran itu
sendiri, akan dibuat pada timbunan hingga bagian atas tanggul (lihat Gambar 8-1).
Setelah timbunan dipadatkan dengan baik, saluran akan digali pada tubuh ini sesuai
dengan dimensi rencana.
Penyajian Hasil Perencanaan 113
Hasil perencanaan saluran pembuang dan bangunan harus disajikan sedemikian rupa
sehingga data-data pelaksanaan bisa dikumpulkan dengan mudah dan pelaksanaan
jaringan pembuang tidak akan menemui kesulitan.
Trase saluran pembuang diberikan pada layout petak tersier dengan skala 1–5.000
atau 1–2.000.Juga harus dibuat gambar-gambar dengan potongan memanjang,
potongan melintang saluran pembuang tersier serta (standar) gambar-gambar
bangunan, lengkap dengan dimensi dan elevasinya. Dari rencana itu dibuat tabel data
yang memberikan data- data yang perlu untuk pelaksanaan dan pemasangan patok
untuk saluran pembuang:
- Muka air diawal dan ujung ruas saluran pembuang,
- Kemiringan dasar saluran pembuang, % (m/km)
- Panjang ruas saluran pembuang, m;
- Lebar dasar saluran, m;
- Kedalaman air pada saluran, m;
- Kemiringan talut, tinggi jagaan dan kalau perlu lebar tanggul
Potongan memanjang saluran irigasi dan pembuang digambar menurut standar
penggambaran seperti dijelaskan dalam bagian KP - 07 dengan skala vertikal 1:100
dan skala honisontal 1:2.000.
Potongan melintang digambar untuk daerah bergelombang setiap 100 m dengan skala
1:50. Bangunan digambar dengan skala 1:50 dengan detail 1:20 dan 1:10. Apabila
mungkin, dipakai standar gambar dan bangunan-bangunan khusus dilengkapi dengan
114 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Setiap rencana petak tersier harus diberi nota penjelasan. Isinya adalahpenjelasan
mengenai perencanaan petak tersier yang berkenaan dengan:
- Lokasi
- Layout
- Penggunaan dan perbaikan jaringan yang ada
- Saluran dan bangunan yang baru
- Jalan petani
- Persediaan air dan sistem pembagiannya/rotasi
- Dimensi dan elevasi saluran dan bangunan
- Rincian volume dan biaya (bill of quantities).
- Pembagian pembiayaan antara petani dan pemerintah (role sharing).
Agar supaya jaringan irigasi mampu berfungsi sampai jangka waktu yang lama,
diperlukan panduan mengenai operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.Semua
petunjuk harus disajikan dengan jelas agar mudah dimengerti oleh para Petani
Pemakai Air.
Agar para pengelola irigasi mampu melaksanakan operasi dan pemeliharaan dengan
efektif dan efisien maka harus berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Penyajian Hasil Perencanaan 115
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi Partowiyoto: Tata Guna Air Tingkat Usaha Tani, Ditgasi I, September
1985.
ADC: Design Note Tertiary Unit Development Teluk Lada
Binnie & Partners: Design Note for Tertiary Unit Development, December 1978.
DHV: Background Notes Training Packages SEDEKU Trial Run, Tertiary Unit
Development, 1985.
DHV/Ilace: Guidelines for Design Of Tertiary Units, Luwu, October 1978.
DHV/Nedeco: Tertiary Unit Development, PLAV Surabaya, 1981
DOI Sederhana Irrigation Project: Design of Checks, Division Boxes and Turnouts,
Technical Paper No. 10, 198L
DPMA: Setandar Kotak Bagi untuk Saluran Tersier dan Kwarter, Maret 1973.
DPU: Pengelolaan Irigasi di Tingkat Usaha Tani (Tersier), Juli 1976.
Hamuji Waluyo: Perencanaan jaringan Tersier, November 1979
Kraatz,D.B. and Mahayan,I.K. Small Hydraulic Structures, FAO Irrigation and
Drainage Paper No. 26 (1+2)
Nedeco: Manual for Design of Tertiary Units, Irrigation Rehabilitation Project Series
B, May 1974.
Nedeco: Some Reflections on the Layout of the Tertiary Sistem in the Jratunseluna
Area, June 1973
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 32/PRT/M/2007 Tentang Pedoman
Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air
PROSIDA: Pedoman Perencanaan Tersier I - II, 1974.
PROSIDA: Pedoman Perencanaan Jaringan Tersier, 1980.
Daftar Pustaka 117
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
Budi Daya Ikan Air Tawar di Dalam Daerah Irigasi, Subdit Perencanaan Teknis,
Ditgasi I, Januari 1983.
Sariati :Budi Daya Ikan dan Peranan Prasarana Pengairan, Ditgasi I, September
198.5.
Soebandi Wirosoemarto: Pengembangan Jaringan Tersier, Ditgasi; Juli 1978.
118 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
LAMPIRAN
0.01
v=
5m =
v=
0.2 = h
0.008 0.6
0m 0.7
b
/ dt 0m
/dt
0m
0.006 v= saluran irigasi tersier
0.5
0.3
0m
5m
0.005
/ dt
0.3
0m
0.004
v=
5m
0.4
0 .4
0m
0m
0.4
0.003
/dt
5m
0.5
0m
0.5
5m
v=
0. 6
0.002 0.3
0m
0.6
0m
0 .8 m
0.7
0.8 0 m
/dt
0.9 5 m
0.7
di atas garis ini :
0.9 0 m
1.0 5 m
pakai pasangan
0m
atau bangunan
0.001 v terjun
0.2 =
0.0008 0m
/dt
0.0006
0m
0.2 = h
5m
yang diizinkan
0.0004
0.2
k = 35
0.0001
10 20 30 40 60 80 100 200 300 400 600 800 1000 2000
Q dalam l / dt
Gambar A.1.1 Grafik Perencanaan untuk Saluran Tersier Tanpa Pasangan (k=35, m=1)
Lampiran 119
Gambar A.1.2 Grafik Perencanaan untuk Saluran Irigasi Kuarter (k=30, m=1)
120 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
Gambar A.1.4 Grafik Perencanaan untuk Saluran Pasangan Beton (Hanya Pada Talut, k=60)
122 Kriteria Perencanaan – Petak Tersier
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
PARAMETER BANGUNAN
KP-06
2013
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
DIREKTORAT IRIGASI DAN RAWA
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
PARAMETER BANGUNAN
KP-06
2013
ii Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Sambutan iii
Keberadaan sistem irigasi yang handal merupakan sebuah syarat mutlak bagi
terselenggaranya sistem pangan nasional yang kuat dan penting bagi sebuah negara.
Sistem Irigasi merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh air
denganmenggunakanbangunan dan saluran buatan untuk mengairi lahan
pertaniannya. Upaya ini meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia. Terkait prasarana irigasi,
dibutuhkan suatu perencanaan yang baik, agar sistem irigasi yang dibangun
merupakan irigasi yang efektif, efisien dan berkelanjutan, sesuai fungsinya
mendukung produktivitas usaha tani.
Pengembangan irigasi di Indonesia yang telah berjalan lebih dari satu abad, telah
memberikan pengalaman yang berharga dan sangat bermanfaat dalam kegiatan
pengembangan irigasi di masa mendatang. Pengalaman–pengalaman tersebut
didapatkan dari pelaksanaan tahap studi, perencanaan hingga tahap pelaksanaan dan
lanjut ke tahap operasi dan pemeliharaan.
Hasil pengalaman pengembangan irigasi sebelumnya, Direktorat Jenderal Pengairan
telah berhasil menyusun suatu Standar Perencanaan Irigasi, dengan harapan didapat
efisiensi dan keseragaman perencanaan pengembangan irigasi. Setelah pelaksanaan
pengembangan irigasi selama hampir dua dekade terakhir, dirasa perlu untuk
melakukan review dengan memperhatikan kekurangan dan kesulitan dalam penerapan
standar tersebut, perkembangan teknologi pertanian, isu lingkungan (seperti
iv Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
pemanasan global dan perubahan iklim), kebijakan partisipatif, irigasi hemat air, serta
persiapan menuju irigasi modern (efektif, efisien dan berkesinambungan).
Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap
pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah
dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria
Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi.
Dengan tersedianya Kriteria Perencanaan Irigasi, diharapkan para perencana irigasi
mendapatkan manfaat yang besar, terutama dalam keseragaman pendekatan konsep
desain, sehingga tercipta keseragaman dalam konsep perencanaan.
Penggunaan Kriteria Perencanaan Irigasi merupakan keharusan untuk dilaksanakan
oleh pelaksana perencanaan di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
Penyimpangan dari standar ini hanya dimungkinkan dengan izin dari Pembina
Kegiatan Pengembangan Irigasi.
Akhirnya, diucapkan selamat atas terbitnya Kriteria Perencanaan Irigasi, dan patut
diberikan penghargaan sebesar–besarnya kepada para narasumber dan editor untuk
sumbang saran serta ide pemikirannya bagi pengembangan standar ini.
KATA PENGANTAR
Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap
pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah
dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria
Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi
edisi sebelumnya dengan menyesuaikan beberapa parameter serta menambahkan
perencanaan bangunan yang dapat meningkatan kualitas pelayanan bidang
irigasi.Kriteria Perencanaan Irigasi ini telah disiapkan dan disusun dalam 3
kelompok:
1. Kriteria Perencanaan (KP-01 s.d KP-09)
2. Gambar Bangunan irigasi (BI-01 s.d BI-03)
3. Persyaratan Teknis (PT-01 s.d PT-04)
Semula Kriteria Perencanaan hanya terdiri dari 7 bagian (KP – 01 s.d KP – 07). Saat
ini menjadi9 bagian dengan tambahan KP – 08 dan KP – 09 yang sebelumnya
merupakan Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi. Review ini menggabungkan
Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi kedalam 9 Kriteria Perencanaan sebagai
berikut:
KP – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi
KP – 02 Bangunan Utama (Head Works)
KP – 03 Saluran
KP – 04 Bangunan
KP – 05 Petak Tersier
KP – 06 Parameter Bangunan
KP – 07 Standar Penggambaran
KP – 08 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Perencanaan,Pemasangan,
Operasi dan Pemeliharaan
KP – 09 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
vi Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
DAFTAR ISI
S A M B U T A N ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................v
TIM PERUMUS REVIEW KRITERIA PERENCANAAN IRIGASI ................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvii
1. BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Ruang Lingkup ............................................................................................1
2. BAB II BAHAN BANGUNAN ..............................................................................3
2.1 Persyaratan Bahan .......................................................................................3
2.2 Sifat-Sifat Bahan Bangunan ........................................................................3
2.2.1 Berat Volume ....................................................................................4
2.3 Tanah ...........................................................................................................4
2.3.1 Sistem Klasifikasi Tanah menurut Unified Soil Classification
System ................................................................................................4
2.3.2 Stabilitas Lereng..............................................................................11
2.3.3 Daya Dukung Tanah Bawah untuk Pondasi ....................................16
2.3.4 Penurunan Tanah Dasar ..................................................................22
2.3.5 Perbaikan Tanah Lunak...................................................................23
2.3.5.1 Permasalahan ......................................................................23
2.3.5.2 Sifat dan Karakteristik Tanah Lunak ..................................24
2.3.5.3 Tinjauan Teknik Pondasi ....................................................28
2.3.5.4 Teknik Perbaikan Tanah Lunak..........................................31
3. BAB III TEGANGAN RENCANA .....................................................................37
3.1 Beban .........................................................................................................37
3.1.1 Beban Mati ......................................................................................37
3.1.2 Beban Hidup....................................................................................37
3.1.2.1 Beban Kendaraan ...............................................................37
3.1.2.2 Beban Orang/Hewan ..........................................................43
3.2 Tekanan Tanah dan Tekanan Lumpur .......................................................43
3.2.1 Tekanan Tanah ................................................................................43
3.2.2 Tekanan Lumpur .............................................................................46
3.3 Tekanan Air ...............................................................................................47
xii Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1. Kurve-Kurve Tayloruntuk Stabilitas Tanggul (dan Capper, 1976) ...12
Gambar 2-2. Metode Irisan untuk Perhitungan Stabilitas Lereng...........................13
Gambar 2-3. Faktor-Faktor Daya Dukung: Beban Garis Dekat Permukaan
(dari Capper, 1976)............................................................................17
Gambar 2-4. Metode Menghitung Ukuran Telapak Efektif ....................................22
Gambar 2-5. Potongan tanah...................................................................................23
Gambar 3-1. Gaya Gempa ......................................................................................39
Gambar 3-2. Grafik Gaya Rem dan Panjang ..........................................................40
Gambar 3-3. Perubahan Beban Gandar Sesuai SK.SNI T-02-2005........................41
Gambar 3-4. Perubahan Beban UDL dan Garis Sesuai SK.SNI T-02-2005 ...........42
Gambar 3-5. Tegangan Samping Aktif dan Pasif, Cara Pemecahan Rankine:
(a) aktif; (b) pasif ...............................................................................44
Gambar 3-6. Tekanan (a) Aktif dan (b) Pasif, Menurut Rankine............................45
Gambar 3-7. Tekanan Air Pada Dinding Tegak......................................................47
Gambar 3-8. Gaya Tekan Air ke Atas.....................................................................48
Gambar 3-9. Tekanan Hidrodinamik ......................................................................49
Gambar 3-10. Jalur Rembesan Antara Bangunan dan Tanah Sekitarnya .................50
Gambar 3-11. Konstruksi Jaringan Aliran Menggunakan Analog Listrik ................51
Gambar 3-12. Gaya Tekan ke Atas pada Pondasi Bendung .....................................52
Gambar 3-13. Panjang Creep Line Sesuai Metode Bligh .........................................53
Gambar 3-14. Metode Angka Rembesan Lane .........................................................54
Gambar 3-15. Grafik Khosla’s Secara Empiris.......................................................56
Gambar 3-16. Jaringan Aliran Dibawah Bangunan ..................................................57
Gambar 3-17. Seepage Melalui Suatu Lantai ...........................................................58
Gambar 3-18. Grafik Khosla’s Secara Variabel Bebas (Independent) .....................59
Gambar 3-19. Lantai Muka dengan 3 Lokasi Sheet Piledan Pemisahan Lokasi
Sheet Pile Secara Tersendiri (Independent) Metode Khosla .............60
Gambar 3-20. Tebal Lantai dan Kedalaman Netto Sheet Pile ..................................61
Gambar 3-21. Hydraulic Structures tentang Penggunaan Grafik Khosla .................63
Gambar 3-22. Hydraulic Structures tentang Penggunaan Grafik Khosla dengan
Asumsi SheetPile di Hulu ..................................................................63
Gambar 3-23. Hydraulic Structures tentang Penggunaan Grafik Khosla dengan
Asumsi SheetPile di Tengah ..............................................................63
Gambar 3-24. Penggunaan Grafik Khosla dengan Asumsi SheetPile di Hilir ..........64
Gambar 3-25. Cara Rembesan Aliran Air Gradient Keluar ......................................67
Gambar 3-26. Tekanan Tanah Akibat Gempa ..........................................................76
Gambar 4-1. Menunjukkan Blok-Blok Batu yang Dipakai untuk Batu Candi. ......78
Gambar 5-1. KotakKayu Ukuran 0,50 m x 0,50 m x 0,50 m ..................................84
xviii Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
1. BAB I
PENDAHULUAN
Bab-bab dalam laporan ini dibagi-bagi sesuai dengan tingkat kemanfaatan bangunan.
Di sini diberikan rekomendasi pemakaian tipe-tipe bangunan yang lebih disukai.
Rekomendasi ini didasarkan pada:
(1) Kesesuaian dengan fungsi yang dibebankan kepada bangunan
(2) Mudahnya perencanaan dan pelaksanaan
(3) Mudahnya operasional dan pemeliharaan
(4) Biaya konstruksi dan pemeliharaan
(5) Terbiasanya petugas operasi dengan tipe bangunan tersebut
Bahan Bangunan 3
2. BAB II
BAHAN BANGUNAN
Bahan–bahan bangunan yang cocok sudah diterangkan dengan jelas dalam bentuk
persyaratan–persyaratan. Dibawah ini diberikan daftarnya:
1. PUBI-1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di IndonesiaPUBI-1982
memberikan persyaratan untuk 115 macam bahan bangunan.
2. SNI T-15-1991-03 TataCara Perhitungan Struktur Beton dengan bagian – bagian
dari SNI T-15-1991-03memberikan persyaratan bahan–bahan yang dipakai
produksi beton dan tulangan, seperti semen, agregat, zat tambahan (admixtures),
air dan baja tulangan.
3. NI-7 Syarat–syarat untuk kapur penggunaannya disesuaikan Standar Nasional
Indonesia seperti:
- Spesifikasi Kapur untuk Stabilisasi Tanah SNI 03- 4147-1996
- Spesifikasi Kapur Kembang untuk Bahan bangunan SNI 03- 6387-2000
- Spesifikasi Kapur Hidrat untuk Keperluan Pasangan Bata SNI 03- 6378-2000
4. NI-S Peraturan Semen Portland.
5. NI-10 Bata Merah sebagai Bahan Bangunan.
6. NI-5 atau PKKI-1961 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia.
7. NI-13 Peraturan Batu Belah.
SII Standar Industri Indonesia, adalah standar untuk berbagai bahan yang tersedia
di pasaran Indonesia.
Untuk tujuan Kriteria Perencanaan, dalam subbab-subbab berikut ini akan dijelaskan
sifat-sifat khusus beberapa jenis bahan penting yang dipakai di dalam konstruksi
jaringan irigasi.
4 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Berat volume yang akan digunakan untuk perhitungan perencanaan diberikan pada
Tabel2-1 berat volume dalam tabel ini adalah menurut PPI-1983 atau NI-18
(Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung). Berat volume γ (kN/m3) adalah
berat volume massa ρ(kg/m3) kali percepatan gravitasi g (m/dt2).
Bahan kg/m3
Baja 7.850
Batu galian, batu kali (tidak dipadatkan) 1.500
Batu koral 1.700
Besi tuang 7.250
Beton 2.200
Beton bertulang 2.400
Kayu (kelas I) 1.000
Kayu (kelas II) 800
Kerikil 1.650
Mortel/adukan 2.150
Pasangan bata 1.700
Pasangan batu 2.200
Pasir (kering udara sampai lengas) 1.600
Pasir (basah) 1.800
Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lengas) 1.700
Tanah, lempung dan lanau (basah) 2.000
2.3 Tanah
untuk tujuan-tujuan teknik. Sistem ini didasarkan pada identifikasi tanah menurut
ukuran partikel, gradasi, indeks plastisitas dan batas cair. Gradasi dan ukuran partikel
ditentukan dengan analisis saringan (ayak). Batas-batas cair dan plastis ditentukan
melalui pengujian di laboratorium dengan menggunakan metode-metode standar.
Sistem ini memiliki ciri–ciri yang menonjol, yakni:
- Sederhana. Ada 12 macam bahan yang akan dikerjakan oleh ahli: empat bahan
berbutir kasar, empat bahan berbutir halus dan empat bahan campuran. Selain itu
masih ada tiga bahan organik lainnya yang memerlukan perhatian khusus. Jadi
seluruhnya ada 15.
- Sistem ini memberikan kejelasan tentang sifat-sifat fisik penting, misalnya
ukuran, gradasi, plastisitas, kekuatan, kegetasan, potensi konsolidasi dan
sebagainya.
- Andal. Sifat–sifat teknik yang diperoleh dan sistem ini sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
Tabel 2-2. menyajikan Klasifikasi tanah menurut sistem ini, sebagaimana disadur
oleh USBureau of Reclamation, US Corps of Engineers dan US Soil Conservation
Service.
Klasifikasi tanah menurut Sistem Kelompok (Unified System), yang didasarkan pada
fraksi bahan minus 3 inci (76 mm), menggunakan huruf–huruf sebagai simbol sifat–
sifat tanah seperti ditunjukkan dibawah ini.
Kerikil -G Lempung - C Organik - O
Pasir -S Lanau - M Gambut - Pt
Bergradasi baik -W Batascair tinggi - H
Bergradasi jelek -P Batas cair rendah - L
6 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
SIMBOL
PEMBAGIAN UTAMA NAMA TIPE
KELOMPOK
Kerikil bergradasi baik, campuran kerikil-pasir, dengan
GW
KERIKIL
BERSIH
sedikit atau tanpa bahan halus
50% atau lebih fraksi
kasar tidak lolos
GP
sedikit/tak berbahan halus.
Lebih dari 50% tidak lolos/tertahan pada
KERIKIL
TANAH BERBUTIR KASAR
kasar.
BAHAN
HALUS
saringan No. 200
bahan halus.
BERSIH
PASIR
PASIR
kasar lolos sringan
SP
No. 4
bahan halus.
SM Pasir lanauan, campuran pasir lanau
DENGAN
BAHAN
HALUS
PASIR
atau kurang
LEMPUNG
TANAH BERBUTIR HALUS
CL
Lolos saringan No. 200
MH
Batas cair
lanau
Lempung inorganik dengan plastisitas tinggi, lempung
CH
gemuk
OH Lempung organik dengan plastisitas sedang, sampai tinggi
Tanah gambut, rawa (muck) dan jenis-jenis tanah organik
Tanah organik tinggi Pt
tinggi yang lain
Bahan Bangunan 7
Tentukan persentase kerikil dan pasri dasri kurve ukuran butir. Bergantung kepada persentase bahan
persentase pasir dan kerikil, ukuran maks;
halus (fraksi yang lebih kecil dan ayak No.200), tanah berbutir kasar diklasifikasi sebagai berikut :
persikuan, kondisi permukaan, dan kekasaran
butir; nama setempat atau geologis dan informasi
deskriptif yang relevan lainnya; dan simbol dalam
tanda kurung ( ).
Batas Atterberg di
bawah garis “A” atau
PI kurang dari A Di atas garis “A” dengan
PI antara 4 dan 7 berarti
Batas Atterberg di ada di garis batas dan
atas garis “A” dengan memerlukan dua simbol
PI lebih besar dari 7
CONTOH :
(Dengan sedikit/tanpa sedang dalam jumlah besar Lebih separoh dari dengan sedikit atau tanpa bahan halus
besar dari ukuran
KERIKIL DENGAN Bahan halus nonplastis (untuk prosedur identifikasi lihat GM Kerikil lanauan, campuran kerikil-pasir lanau
TANAH BERBUTIR KASAR
sedikit/tanpa bahan halus) sedang dalam jumlah besar sedikit atau tanpa bahan halus
fraksi kasar lebih
kecil dari ukuran
Ada satu ukuran dominan, tau berbagai ukuran dengan SP Pasir gradasi jelek, pasir kerikilan; dengan
beberapa ukuran sedang hilang sedikit/tanpa bahan halus
ayak No.4
PASIR DENGAN Bahan halus nonplastis (untuk prosedur identifikasi lihat SM Pasir lanauan, campuran pasri-lanau
PASIR
Klasifikasi berdasarkan prosentase butiran halus; Kurang dari 50% lilos saringan no. 200: GM, GP, SW, SP. Lebih dari 12% lolos
baik dan
Kerikil 50% atau lebih dari fraksi kasar tertahan saringan no. 4
saringan no. 200: GM, GC, SM, SC, 5% - 12% lolos saringan no. 200: Batasan klasifikasi yang mempunyai simbol dobel.
(sedikit atau butiran halus
tak ada Kerikil gradasi
butiran halus) buruk dan
campuran pasir-
Tidak memenuhi kedua kriteria
GP kerikil, sedikit
(4,75 mm)
untuk GW
atau tidak
mengandung
butiran halus
Batas-batas Bila batas
Atterbergdibawah Atterberg
GM
garis A atau PI < berada di
4 daerah arsir
Kerikil
dari
banyak
diagram
kandungan Batas-batas
plastisitas,
butiran halus Atterberg
GC maka
dibawah garis A
dipakai
atau PI > 7
dobel
simbol
Pasir gradasi >4
baik, pasir
berkerikil, sedikit antara 1 dan 3
Pasir lebih dari 50% fraksi kasar lolos saringan no. 4
SW
atau tidak
mengandung
butiran halus
Pasir gradasi
buruk, pasir
berkerikil, sedikit Tidak memenuhi kedua kriteria
SP
atau tidak untuk SW
(4,75 mm)
mengandung
butiran halus
Batas-batas Bila batas
Pasir berlanau,
Atterbergdibawah Atterberg
SM campuran pasir-
garis A atau PI < berada di
lanau
4 daerah arsir
Pasir bersih dari
kandungan diagram
Batas-batas
butiran halus Pasir berlanau, plastisitas,
Atterberg
SC campuran pasir- maka
dibawah garis A
lempung dipakai
atau PI > 7
dobel
simbol
10 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Perhatikan bahwa A-8, gambut dan rawa ditentukan dengan klasifikasi visual dan tidak diperhatikan dalam tabel
Klasifikasi Bahan-bahan lanau-lempung (lebih dari 35%
Bahan-bahan (35% atau kurang melalui No.200)
umum melalui No.200)
A-1 A-3 A-2 A-4 A-5 A-6 A-7
Klasifikasi A-7-5:
A-1a A-1b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7
kelompok A-7-6:
Analisis
saringan: 50
Persen maks. 50 51
melalui: 30 maks. maks. 35 maks. 35 maks. 35 maks. 35 maks. 36 min. 36 min. 36 min. 36 min.
No. 10 maks. 25 maks. 10 maks.
No. 40 15 maks.
No. 200
Karakteristik
fraksi
melalui No. 40 41 40 41 40 41 40 41
40 6 maks. N.P. maks. min. maks. maks. maks. min. maks. maks.
Batas cair 10 maks. 10 maks. 11 min. 10 maks 10 maks. 10 maks. 10 min. 11 min.
indeks
plastisitas
Indeks
0 0 0 4 maks. 8 maks. 12 maks. 16 maks. 20 maks.
kelompok
Jenis-jenis
bahan Fragmen batuan, Pasir
Kerikil dan pasir berlanau atau berlempung Tanah berlanau Tanah berlempung
pendukung kerikil, dan pasir halus
utama
Tingkatan
umum
Sangat baik sampai baik Sedang sampai buruk
sebagian tanah
dasar
Untuk : A-7-5 : PI LL-30 NP=Non Platis
Untuk : A-7-6 : PI LL-30
Bahan Bangunan 11
Tanah yang memiliki sifat–sifat teknik serupa menurut sifat perilakunya dijadikan
satu kelompok. Masing–masing kelompok dilukiskan dengan dua dan sifat–sifat
(karakteristik) diatas. Sifat teknik yang paling penting dan kelompok ini dicantumkan
pada urutan pertama pada daftar, kemudian sifat terpenting berikutnya di tempat
kedudukan. Ukuran–ukuran saringan AS(Amerika Serikat) dipakai untuk
memisahkan kelompok–kelompok bahan dan kelompok baku lainnya. Jenis–jenis
saringan penting beserta ukuran lubangnya adalah:
.......................................................................................................... 2-1
12 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
dimana:
c = faktor kohesi, kN/m2
F = faktor keamanan (= 1,2)
3
= berat volume, kN/m
H = tinggi lereng, m
Gambar 2-1. menunjukkan Bilangan Stabilitas sebagai fungsi kemiringan (i) tanggul,
sudut gesekan ç dan faktor kedalaman untuk tanah dengan yang rendah.
Tanggul yang dipakai di proyek irigasi tidak harus direncana untuk (tahan) gempa
karena tinggi dan ukurannya tidak menuntut persyaratan ini.
Bahan Bangunan 13
Masing–masing irisan pada Gambar 2-2(a), dengan tinggi h dan lebar b adalah
seimbang terhadap bekerjanya kelima gaya yang ditunjukkan pada Gambar 2-2 (b).
Gaya–gaya yang dimaksud ialah:
(i) berat irisan, W = γ h ℓ cosα
dimana:
14 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
W = berat irisan, kN
h = tinggi irisan, m
........................................................................................... 2-2
dimana:
c‟ = tegangan kohesif efektif, kN/m2
ℓ = lebar irisan, m
N‟ = tegangan normal efektif pada muka slip, kN/m2
F = faktor keamanan
φ‟ = sudut efektif gesekan dalam
dan (v) reaksi–reaksi antar irisan En dan Er +1
Dalam metode Bishop, gaya–gaya antaririsan dianggap sebagi horisontal dan konon
kesalahan yang ditimbulkan oleh asumsi sederhana ini tidak akan lebih dari1%.
Untuk sembarang irisan, dengan menguraikan gaya itu secara vertikal,
.................................................................................... 2-3
dan
............................................................................................................. 2-4
Dimana :
s = tegangan geser,kN/m2
ℓ = lebar irisan
Bahan Bangunan 15
F =faktor keamanan
Tekanan normal pada muka irisan adalah:
................................................................................. 2-5
Jadi
...................................................................................... 2-6
..................................................................................................... 2-8
............................................ 2-9
Persamaan ini harus dipecahkan untuk F dengan menghitung harga secara berurutan.
Perhitungan ini paling efektif jika disajikan dalam bentuk tabel (lihat Tabel 2-7).
Tabel 2-7. Metode Bishop - Memasukkan Perhitungan ke dalam Bentuk Tabel(Capper, 1976)
Biasanya efek tekanan pori juga diperhitungkan sepanjang lingkaran slip yang
mungkin ion geser. Untuk ini dipakai tegangan efektif, bukan tegangan total dan
kekuatan kohesif menjadi c‟ dan sudut tahanan geser menjadi ‟.
⁄
⁄
( )
Dan beberapa daftar harga Scdan Ssesuai bentuk potongan melintang pondasi dapat
dilihat pada Tabel 2-8.
dimana:
qult = daya dukung batas, kN/m2
c = kohesi, tegangan kohesif, kN/m2
Nc , Nq dan N adalah faktor–faktor daya dukung tak berdimensi diberikan pada
Gambar 2-3.
3
= berat volume tanah, kN/m
Bahan Bangunan 17
Daya Dukung
Jenis
kN/m2 kgf/cm2
Batu sangat keras 10.000 100
Batu kapur/batu pasir keras 4.000 40
Kerikil berkerapatan sedang atau pasir & kerikil 200-600 2–6
Pasir berkerapatan sedang 100-300 1–3
Lempung kenyal 150-300 1,5 – 3
Lempung teguh 75-150 0,75– 1,5
Lempung lunak dan lanau < 75 < 0,75
(Sumber: British Standard Code Of Practice CP 2004)
Gambar 2-3. Faktor-Faktor Daya Dukung: Beban Garis Dekat Permukaan (dari Capper, 1976)
18 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Faktor– faktor daya dukung untuk persamaan Terzaghi dapat dilihat pada Tabel 2-10.
Tabel 2-10. Faktor–Faktor Daya Dukung untuk Persamaan Terzaghi (Nilai-Nilai Nuntuk Ø
Sebesar 34o dan 48o = nilai TerzaghiAsli untuk Menghitung Kp)
Ø ( o) Nc Nq N Kp
0 5,7 1,0 0,0 10,8
5 7,3 1,6 0,5 12,2
10 9,6 2,7 1,2 14,7
15 12,9 4,4 2,5 18,6
20 17,7 7,4 5,0 25,0
25 25,1 12,7 9,7 35,0
30 37,2 22,5 18,7 52,0
34 52,6 36,5 36,0
35 57,8 41,4 42,4 82,0
40 95,7 81,3 100,4 141,0
45 172,3 173,3 297,5 298,0
48 258,3 287,9 780,9
50 347,5 415,1 1.153,2 800,0
Sumber: Analis dan Desain Pondasi
t = 1,5 ∏ + 1
Daya dukung dihitung menurut rumus Meyerhof (1963)ditinjau pada dua kondisi:
(1) Beban vertikal : qult = C Sc N c dc + q N q Sq d q+ 0,5 B N Sd
(2) Beban miring : qult = C ic N c dc + q N q iq d q+ 0,5 B N I d
Dimana :
Nq = e (0,75 - Ø /2)
tan 2 (45 + Ø/2)
N C = (Nq - 1) Cot Ø
N = (Nq - 1) tan (1,4 Ø)
Faktor bentuk, kedalaman, dan inklinasi dari rumus Meyerhof pada Tabel 2-11.
Bahan Bangunan 19
Tabel 2-12. Faktor-Faktor Bentuk, Kedalaman dan Inklinasi dari Rumus Hansen
Faktor Tanah
Faktor Bentuk Faktor Kedalaman Faktor Kemiringan
(Alas pada Lereng)
S‟c = 0,2 B / L dc = 0,4 K β°
√ g‟c = 147°
dc = 1 + 0,4 K gq(H) = gy (H)= (1- 0,5 tan β)5
Sq= 1untuk lajur gq(V)= gy (V) = (1- tan β)2
[ ]
* +
V ß
D
H sejajar B H
B ß
∏
H sejajar L Ø
Af = B‟ x L‟ ....................................................................................................... 2-11
Dimana : B‟ = B - 2 eY
L‟ = L - 2 eX
Luas efektif dari telapak bulat dihitung dengan menentukan exsetiap poros terlebih
dahulu dan menghasilkan luas efektif = a x b x c x d
22 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
....................................................................................... 2-13
Dimana:
z = penurunan, m
h = tebal lapisan yang dapat dimampatkan (dipadatkan), m
C = modulus kemampatan tak berdimensi
k = tegangan butiran awal di tengah lapisan, kN/m2
k = tambahan tegangan butir akibat beban di permukaan, kN/m2.
Jenis Tanah C
Pasir 50-500
Lempung pasiran 25-50
Lempung 10-25
Gambut 2-10
2.3.5.1 Permasalahan
Tanah lunak ini termasuk ke dalam jenis aluvium dengan butir tanah yang halus yang
dibentuk melalui proses pengangkutan oleh air dan diendapkan di daerah yang lebih
rendah seperti daerah dataran rendah dan pantai. Pembangunan prasarana irigasi atau
bidang lainnya di lokasi ini akan mengalami penurunan tanah yang sangat tajam atau
24 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Berdasarkan nilaiAtterberg yaitu batas cair serta nilai plastisitas indeks dapat
diketahui nilai kadarair maka sifat konsistensi tanahdapat diketahui dengan
menggunakan nilai Indeks Likuiditas (IL).
Nilai Indeks Likuiditas (IL) ditentukan denganrumus:
.................................................................................................... 2-14
....................................................................... 2-15
26 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Klasifikasi untuk menentukan sifat pengembangan tanah dapat dilihat pada Tabel 2-
17.dibawah ini.
Kuat geser tanah lunak biasanya sangat rendah seperti dalam Tabel 2-18.
Sifat pemampatan perlu diketahui untuk mengetahui besarnya penurunan dan waktu
yang terjadi selama proses konsolidasi berlangsung. Sifat kemampatantanah lunak Cc
nilainya cukup besar, juga nilai kemampatan kedua Ca perlu diketahui karena proses
pemampatan tahap kedua ini terjadi lebih lama dan penurunannya lebih besar.
Bahan Bangunan 27
S = Si + Sc + Ss ................................................................................................ 2-17
Dimana:
Si = Besarnya penurunan serentak akibat sifat plastisitas
Sc = Penurunan akibat proses konsolidasi
Bahan Bangunan 29
Dimana:
C = Nilai kohesi
Q = Beban merata yang mempengaruhi daya dukung
Nc, Nq, N = Faktor daya dukung dipengaruhi oleh nilai sudut geser
Sc, Sq, S = Faktor bentuk pondasi
dc, dq, d = Faktor kedalaman pondasi
gc, gq, g = Faktor kelandaian permukaan tanah
bc,bq, b = Faktor kedalaman alas pondasi
Sumber : Perbaikan Tanah Lunak, Sosialisai NSPM Tahun 2003
Dimana:
Cu = Nilai kohesi sekitar ujung tiang bagian bawah
Nc = Faktor daya dukung bernilai 9
Ab = Luas ujung tiang bagian bawah
∑β = Faktor nilai kohesi
Cu = Nilai kohesi rata-rata
As = Luas selimut tiang
Mengingat tanah lapisan yang ditinjau lapisan tanah lunak yang mudah
dipampatkan (compressible) maka daya dukung ultimit perlu dipertimbangkan
terhadap nilai negatif dari daya dukung akibat timbunan di sekitar pondasi.
Untukgrup tiang pancang perlu dipertimbangkan terhadap efisiensi grup dan
longsoran yang terjadi secara keseluruhan (block failure). Untuk mendapat daya
dukung yang diizinkan agar pondasi aman digunakan faktor keamanan FK = 3.
3) Kemantapan Lereng
Meninjau masalah kemantapan lereng ini sangat komplek yang dipengaruhi
beberapa masalah seperti pengaruh beban yang ada sangat mempengaruhi
terhadap kekuatan geser dan peningkatan perubahan nilai tekanan air pori serta
pengaruh lainnya seperti naik turunnya muka air tanah.
Pada tanah lunak kondisi keamanan yang paling kritis adalah pada saat akhir
pembangunan sehingga parameter yang digunakan harus menyesuaikan kondisi
lapangan dengan metode “Ø = 0 analisis”.
Keadaan lereng masih stabil bila kekuatan geser tanah yang ada masih besar dan
nilai kekuatan geser yang terjadi.
..................................................................................................... 2-20
dibuat dengan mencampur atau semen langsung pada kedalaman lapisan tanah lunak
yang diinginkan melalui alat pencampur yang bermata pengaduk dan dilengkapi
dengan lubang mata bor, pengeluaran campuran semen atau semen sehingga tanah
lunak akan bercampur dengan kapur atau semen hingga diperoleh kolom kapur atau
semen. Dimensi kolom kapur atau semen berdiameter antara 8 cm sampai 50 cm,
kedalaman antara 10 meter sampai 60 meter dan jarak kolom adalah 0,50 m – 3,0 m.
Proses ikatan yang baik antara tanah lunak dengan kapur atau semen diperoleh
selang waktu lebih dari satu bulan.
Berdasarkan hasil penelitian yang ada dengan penggunaan bahan kapur 6% – 12 %,
kekuatan meningkat antara 15,8 kali kekuatan awal tanah lunak, dan nilai akhir
remberan akan turun 100 – 1000 kali.
3) Geotextile
Penulangan tanah dengan geotextile sebagai usaha peningkatan tanah yang
dikembangkan oleh Vidal seorang warga Negara Perancis pada tahun 1960.
Mekanisme peningkatan kekuatan tanah dengan penulangan ini adalah terjadi
interaksi antara tanah dan bahan penulangan seperti geotextile, jadi melalui
kekuatan geser tanah yang bekerja dan bahan geotextile ini maka kekuatan tanah
akanmeningkat. Bahan penulangan dapat berupa strip baja atau aluminium dan
geotextile. Metode geotextile ini mempunyai kelebihan antara lain murah dan
pelaksanaan pembangunan singkat serta meningkatkan daya dukung tanah lunak
dan perkuatan lereng serta dinding permukaan tanah.
Pemasangan geotextile ditentukan oleh dimensi bangunan sendiri serta data tanah
lunak yang ada.
4) Cerucuk
Cara peningkatan tanah pondasi yang masih relatif murah sehubungan ketersediaan
bambu yang digunakan sebagai tiang pancang dan bambu yang digunakan
mempunyai diameter antara 4 cm sampai 7 cm. Jarak pemancangan antara bambu
adalah 30 cm – 50 cm tergantung dari sifat penggunaan di tanah lunak.
Bahan Bangunan 33
Dengan penggunaan cerucuk bambu ini peningkatan daya dukung dalam menahan
beban meningkat.
5) Pra pembebanan (Preloading)atau vertikal drain
Peningkatan kekuatan geser tanah lunak dapat dilaksanakan dengan
carameningkatkan nilai kepadatan tanah, maka kandungan air dalam tanah inipun
harus diturunkan, salah satu cara untuk meningkatkan berat isi tanah dan
mengeluarkan air dalam pori–pori tanah melalui lapisan pasir atau drainase vertical
seperti geodrains dan jutefibre drain dan dengan menggunakan prapembebanan
(Preloading).
Dengan cara prapembebanan maka lapisan pondasi tanah lunak mengalami
peningkatan dalam berat isi, kekuatan geser dan mempunyai sifat pemampatan
sehingga daya dukung akan meningkat serta penurunan akibat beban rencana relatif
kecil maka kondisi bangunan lebih aman.
6) Pemadatan Tanah
Sistempemadatan tanah telah dikenal ribuan tahun yang lalu, masa tanah terdiri dari
partikel–partikel padat (butiran tanah), udara dan air. Udara dan air tersebut mengisi
ruang pori yang terbentuk diantara butirannya. Energi pemadatan umumnya
menggunakan beban bergerak, penumbukan atau getaran. Pada proses pemadatan
ini udara akan keluar dari ruangan pori, sedangkan jumlah kandungan air tidak
mengalami perubahan, dengan demikian kadar air (W) ini tetap nilainya sebelum
maupun sesudah dipadatkan.
Dengan cara pemadatan, udara di dalam ruang pori tak mungkin seluruhnya dapat
dikeluarkan ini berarti bahwa keadaan jenuh sempurna tidak akan pernah dicapai.
Salah satu cara untuk memperoleh hasil pemadatan yang maksimal adalah dengan
nilai kepadatan tanah yang tinggi tergantung pada kadar air dan energi pemadatan.
Pada nilai kadar air tertentu akan dicapai kepadatan maksimum. Kepadatan
maksimum yang lebih tinggi akan dicapai apabila energi pemadatan ditingkatkan.
Metode pemadatan ada 2 (dua)cara yaitu:
(1) Kepadatan Ringan sesuai SNI 1742-1989-F,
34 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Teknik ini umumnya digunakan untuk meningkatkan kekedapan suatu lapisan tanah
sebagaisekat kedap air dalam suatu bangunan dan saat ini digunakan sebagai
perkuatan lapisan tanah dan memperkecil terjadinya proses pergerakan tanah dalam
suatu lereng.
Bahan injeksi umumnya berupa semen, tanah atau lempung dan kapur, bahan
lainnya berupa bahan kimia yang digunakan pada lapisan tanah berbutir halus.
Bahan kimia sebagai bahan injeksi umumnya digunakan silicatas, ligmins, resin,
bahan kimia ini selain mahal juga masih mengandung racun sehingga jarang
digunakan atau digunakan jika sangat diperlukan saja.
Prinsip dasar grouting dengan membuat lubang dengan alat bor hingga kedalaman
tertentu. Melalui suatu pipa manchete makacairan semen yang bervariasi
perbandingan 0,5 – 6 : 1 antara air dan semen disuntikkan kedalam dinding lubang
bor dengan tekanan 2/3 dari tekanan akibat lapisan tanah.
Pada tahun 1973, Zahiro & Yoshida (Jepang) memperkenalkan teknik jet grouting
menggunakan tekanan tinggi antara 150 sampai 700 kg/cm2 hingga butir–butir tanah
lunak dapat terdesak dan diganti cairan semen dan membentuk suatu kolom semen
yang akan mempunyai kekerasan dansifatkekedapan yang meningkat. Diameter jet
grouting ini dapat mencapai 3,0 meter. Dan hasil kekuatan tanah dapat mencapai 30
kali dari kekuatan tanah aslinya.
8) Kolom butir kasar
Kolom butir kasar dalam tanah lunak dikembangkan di Jerman pada tahun 1950.
Bahan butir kasar ini dapat digunakan pasir atau kerikil atau pasir–kerikil yang
dimasukkan kedalam lubang yang telah disediakan dan dipadatkan sehingga
membentuk kolom pasir dengan maksud sebagai perkuatan dan berfungsi pula
sebagai drainase serta dapatmengurangiliquifaksi akibat adanya gempa,
meningkatkan kekuatan geser pada lapisan pondasi ini.
Metode ini digunakan untuk menyangga beban–beban konstruksi yang cukup ringan
seperti pondasi tangki, bendungan kecil, tanggul, jalan diatas tanggul dan rumah
pemukiman.
36 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Adapun pemasangan kolom pasir atau kerikil ini dengan membuat lubang dengan
alat bor pada lapisan tanah lunak tersebutsesuai diameter dan kedalaman yang
diinginkan, pasang chasing pada lubang tersebut dan isikan pasir atau kerikil pada
chasing ini, sambil chasing diangkat pasir kerikil dipadatkan dengan palu pemadat
atau vibrator. Sedikit demi sedikit chasing diangkat dan chasing diisi pasir
selanjutnya.
Tegangan Rencana 37
3. BAB III
TEGANGAN RENCANA
3.1 Beban
Beban hidup adalah beban yang tidakakan bekerja terus–menerus pada konstruksi.
Dalam perhitungan sebaiknya dipakai kemungkinan pembebanan yang paling tidak
menguntungkan (unfavourable). Beban hidup terdiri dari beban kendaraan dan orang,
hewan.
Dimana:
C = Koefisien geser dasar yang dipengaruhi oleh wilayah dimana bangunan
didirikan, waktu getar struktur yang ditinjau dan jenis tanah dimana
bangunan didirikan
I = Faktor kepentingan
S = Faktor tipe bangunan
WT = Beban mati ditambah beban mati tambahan (kN)
40 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Gambar 3-4. Perubahan Beban UDL dan Garis Sesuai SK.SNI T-02-2005
Koefisien kejut pada bangunan yang terpendam bergantung kepada kedalaman tanah
yang menutupnya seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3-2.
Tegangan Rencana 43
.............................................................................. 3-2
(active thrust)tahananpasif:
√ 3-3
dimana:
Ea = tekanan aktif, kN/m
Ep = tahanan pasif, kN/m
Ka = koefisien tegangan aktif (lihat Tabel 3-4.)
Kp = koefisien tegangan pasif (lihat Tabel 3-5.)
3
= berat volume tanah, kN/m
44 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Gambar 3-5. Tegangan Samping Aktif dan Pasif, Cara Pemecahan Rankine: (a) aktif; (b) pasif
Tabel 3-3.Harga-Harga Koefisien Tegangan Aktif Kauntuk Dinding Miring Kasar dengan
Permukaan Tanah Datar/Horizontal
o 10o 20o 30o 40o
0o 5o 10o 0o 10o 20o 0o 15o 30o 0o 20o 40o
o
120 0,40 0,45 0,44 0,27 0,24 0,23 0,13 0,12 0,12 0,06 0,05 0,05
110o 0,58 0,54 0,52 0,35 0,32 0,30 0,20 0,18 0,17 0,11 0,10 0,09
o
100 0,65 0,61 0,59 0,42 0,39 0,37 0,26 0,24 0,24 0,16 0,14 0,15
o
90 Ka 0,70 0,66 0,65 0,49 0,45 0,44 0,33 0,30 0,31 0,22 0,20 0,22
80o 0,72 0,70 0,68 0,54 0,51 0,50 0,40 0,37 0,38 0,29 0,27 0,28
o
70 0,73 0,70 0,70 0,57 0,54 0,54 0,46 0,44 0,45 0,35 0,34 0,38
60o 0,72 0,69 0,69 0,60 0,57 0,56 0,50 0,48 0,50 0,42 0,41 0,47
Tegangan Rencana 45
Tabel 3-4. Harga-Harga Koefisien Tegangan Pasif Kpuntuk Dinding Miring Kasar dengan
Permukaan Tanah Datar
o 10o 20o 30o 40o
o
0 5o 10o
0o
10o 20o
0o
15o 30o
0o
20o 40o
120o 1,52 1,71 1,91 2,76 3,67 4,51 5,28 9,07 13,50 11,3 28,4 56,6
110o 1,53 1,69 1,83 2,53 3,31 4,04 4,42 7,38 10,80 8,34 19,5 39,0
100o 1,49 1,64 1,77 2,30 2,93 4,53 3,65 5,83 8,43 6,16 13,8 26,6
o
90 Kp 1,42 1,55 1,66 2,04 2,55 3,04 3,00 4,62 6,56 4,60 9,69 18,2
o
80 1,31 1,43 1,52 1,77 2,19 2,57 2,39 3,62 5,02 3,37 6,77 12,3
70o 1,18 1,28 1,35 1,51 1,83 2,13 1,90 2,80 3,60 2,50 4,70 8,22
o
60 1,04 1,10 1,17 1,26 1,48 1,72 1,49 2,08 2,79 1,86 3,17 5,43
Gambar 3-6. Tekanan (a) Aktif dan (b) Pasif, Menurut Rankine
Arti simbol–simbol yang dipakai dalam Tabel 3-4. dan Tabel 3-5. serta Gambar 3-
10.adalah:
⍺ = kemiringan bagian belakang dinding
δ = sudut gesekan antara tanah dan dinding
Ф = sudut geser dalam
Beberapa harga untuk berbagai jenis tanah diberikan pada Tabel 3-5. berikut untuk
dipakai sebagai contoh saja. Harga–harga yang sesungguhnya harus diperoleh dari
lapangan dan laboratorium.
46 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Tekanan lumpur yang bekerja terhadap muka hulu bendung atau terhadap pintu dapat
dihitung sebagai berikut:
( ) ............................................................................................ 3-4
dimana:
Ps = gaya yang terletak pada 2/3 kedalaman dan atas lumpur yang bekerja secara
horisontal
s = berat lumpur, kN/m
h = dalamnya lumpur, m
Ф = sudut gesekan, derajat
Beberapa anggapan dapat dibuat seperti berikut:
* + ....................................................................................................... 3-5
dimana :
s = berat volume kering tanah 16 kN/m3 ( 1.600 kgf/m3)
G = berat jenis butir = 2,65 menghasilkan s = 10 kN/m3 ( 1.000 kgf/m3)
Sudut gesekan dalam, yang bisa diandaikan 30° untuk kebanyakan hal, menghasilkan:
....................................................................................................... 3-6
Tegangan Rencana 47
Tekanan hidrostatik adalah fungsi kedalaman dibawah permukaan air dan sama
dengan:
.............................................................................................................. 3-7
Dimana : PH = tekanan hidrostatik, kN/m2
w = berat volume air, kN/m3 ( 10)
z = jarak dan permukaan air bebas, m.
Gaya tekan ke atas (uplift) yang bekerja pada lantai bangunan adalahsama dengan
berat volume air yang dipindahkan oleh bangunan.
48 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
3.3.3 Rembesan
Rembesan atau perkolasi air melalui tanah di sekitar bangunan diakibatkan oleh
bedatinggi energi pada bangunan itu.
Pada Gambar 3-10 ditunjukkan dua macam jalur rembesan yang mungkin terjadi: (A)
jalur rembesan dibawahbangunan dan (B) jalur rembesan di sepanjang sisi bangunan.
Perkolasi dapat mengakibatkan hal–hal berikut:
(a) tekanan ke atas (statik)
(b) erosi bawah tanah/piping (konsentrasi aliran yang mengakibatkan kehilangan
bahan)
(c) tekanan aliran (dinamik)
Rembesan dapat membahayakan stabilitas bangunan.
50 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
.................................................................................................... 3-8
…………………………………………………………………………..3-9
Tegangan Rencana 53
dimana:
Δh = Beda tekanan
L = Panjang creep line
C = Creep ratio
Panjang creep line sesuai metodeBligh dapat dilihat sesuai Gambar 3-13.dibawah ini:
E F
h
A C 7,5 m
D
Elevasi muka air di hilir
G I L
J
K
B H
hAB = LAB / C
hCD = LCD / C
hEF = LEF / C dan seterusnya
Maka jumlah seluruh beda tekanan dan jumlah seluruh creep line H = ∑ L / C
Harga C tergantung dari material dasar dibawah bangunan atau bendungan dapat
dilihat pada Tabel 3-7.Agar konstruksi aman terhadap tekanan air maka : h ≤ L
/Catau ∑ L ≥ h x C.
Dimana ∑ L = AB + BC + CD + DE + EF + FG + GH + HI + IJ + JK + KL
Metode Lane
Metode Lane ini memberikan koreksi pada teori Bligh dengan menyatakan bahwa
energi yang dibutuhkan oleh air untuk melewati jalanvertikal lebih besar daripada
jalan yang horizontal dengan perbandingan 3 : 1 Jadi dianggap bahwa Lv = 3 Lh.
54 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Metode Lane, yang juga disebut metode angka rembesan Lane (weighted creep ratio
method), adalahcarayang dianjurkan untuk mengecekbangunan guna mengetahui
adanya erosi bawah tanah. Metode ini memberikan hasil yang aman dan mudah
dipakai. Untuk bangunan–bangunan yangrelatif kecil, metode–metode lain mungkin
dapat memberikan hasil–hasil yang lebih baik, tetapi penggunaannya lebih sulit.
Metode Lane diilustrasikan pada Gambar 3-14. dan memanfaatkan Tabel 3-6. Metode
ini membandingkan panjang jalur rembesan dibawah bangunan di sepanjang bidang
bangunan tanah bawah dengan beda tinggi muka air antara kedua sisi bangunan.
Di sepanjang jalurperkolasi ini, kemiringan yang lebih curam dan 450 dianggap
vertikal dan yang kurang dan 45°dianggap horizontal. Jalur vertikal dianggap
memiliki daya tahan terhadap aliran 3 kali lebih kuat daripada jalur horizontal.
Oleh karena itu, rumusnya adalah:
∑
.................................................................................................... 3-10
Metode Khosla’s
Cara Khosla’s sebagai penyelesaian persamaan Laplacian oleh variabel bebas
(independent) dan hasilnya disajikan dalam grafik pada Gambar 3-15.dibawah ini
merupakan diagram secara empiris.
56 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
c) Untuk konstruksi dibawah lantai, resapan dimulai dari ujung lantai. Jika hidrolik
gradient yang keluar lebih besar daripada gradient kritis untuh tanah dibawahnya
(Sub-soil), butirantanah akan bergerak bersama aliran air yang kemudian
mengakibatkan degradasi dari lapisan tanah yang ada dibawahnya berupa kavitasi
lapisan tanah dan terakhir sebagai kegagalan konstruksi.
d) Ini secara mutlakdisebabkankedalaman verticalcut off pada ujung hilir bangunan
untuk mencegah pengaruh aliran air dibawah lantai.
Tinjauan ini lebih jelas dan diteliti pada jaringan aliran dibawah bangunan yang
terlihat pada Gambar 3-16. dibawah ini.
Garis aliran
(a) Sejumlah Potensi Aliran Air Kebawah pada Sisi Terluar Sheet Pileyang Lebih Banyak
daripada Permukaan Sisi dalam atau Aliran Horizontal
Lantai kedap air
G aris Equi potensial
Garis aliran
(b)Definisi Jaringan Aliran Air (“Flownet “) yang Mengalir Diantara Dua Garis Equi–Potensi
yang Selalu Tetap
Bila terjadi jaringan aliran karena tekanan lantai dasar tiap persegi dekat pojok lantai
menjadi sangat kecil(Gambar 3-16 b). Dan didefinisikanbesarrembesan antara dua
garis potensial yang selalu konstan adalah dh/dl dekat pojokyang akanberlebihan dan
akan menyebabkan terjadinya piping.
Pada kasus lantai kedap air dariD/Sgaris sheet pile tidak ada kotak persegi akan
sangat kecil. Dan untuk lebih lanjut daerah ini berubah menjadi kelebihan dh/dl yang
akhirnya keluar kebawahnya. Jumlahberat pada titik ini semuanya kemungkinan
energi aliran diantara butiran (seepage), sehingga kemungkinan piping tidak terjadi.
d
B C
A
>1
b
(a)
Eb Fb Ec Fc Ed Fd
Ed (b)
(c) (d)
(b)
Eb Fb
(c)
Ec Fc
(d)
Ed Fd
Gambar 3-19. Lantai Muka dengan 3 Lokasi Sheet Piledan Pemisahan Lokasi Sheet Pile
Secara Tersendiri (Independent) Metode Khosla
Uraian tekanan pada masing–masing titik Eb, Fb, Eb, Fb, Eb, Fb merupakan perkiraan
awal yang dihitung dengan rumus sederhana sebagai sheet pile tunggal.
Jika ditinjau sebagai konstruksi secara keseluruhan (Gambar 3-19 (a)) maka menurut
metode Khosla perlu beberapa koreksi yaitu:
Tegangan Rencana 61
...................................................................................... 3-11
Jika ditetapkan tebal lantai t, perlu dimasukan dalam perhitungan tekanan ke atas
(up lift) dengan metode ini hanya kedalaman netto dari sheet pile yang dimasukkan
dalam persamaan C tersebut diatas. Dalam Gambar 3-20. yang dimasukan kedalaman
sheet pile a,b,dan c (bukan a+t ; b+t dan c + t)
a b c
√ ………………………………………………………………..3-12
dimana:
C = Koreksi yang diperlukan untuk perhitungan tekanan
b‟ = Jarak antara sheet pile
D = Kedalaman sheet pile, yang pengaruhnya ditentukanlokasi
pile yang berdekatan
b = Panjang tolal lantai
Koreksi tersebut diatas dapat bernilai negatif (pengurangan tekanan) atau positif
(penambahan tekanan) tergantung letak sheet pile ditempatkan di hulu atau di hilir
62 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
dari pile D. Koreksi C dicek ketepatannya dengan membandingkan hasil test dan teori
untuk dua sheet pile yang sama pada salah satu ujung lantai bangunan dengan kasus
lainnya. Hasil kesalahan tidak boleh melebihi 2,50%, maka rumus ini dapat
diterapkan pada semua kasus letak sheet pile.
3. Koreksi kemiringan lantai
Koreksi ini dapat dipakai garis sheet pile yang tetap dari mulai ujung sampai
akhirkemiringankoreksi positif arah kemiringan dari aliran dan negatif jika arah naik
keatas kemiringan. Miring ke atas cenderung mengembangkan “flow net“dan aliran
menurun cenderung mengompres atau menekan flow net. Koreksi kemiringan dari
berbagai nilai V/H dapat dilihat dalam Tabel 3-7.
El. 101,00
El. 100 F
A E
C D
El. 98,50
7,5 m G I J L
15,5 m 7, 0 m
El. 97,00 El. 97,0
B
El. 96,0 K
H
El. 100
E1
C
1d = 3m b = 22,5 m
El. 97,00
D1
Gambar 3-22. Hydraulic Structures tentang Penggunaan Grafik Khosla
dengan Asumsi SheetPile di Hulu
El. 103,0 E1
C
El. 98,50
1
El. 96,0 d = 2,50 m
b‟ = 15,5 m
El. 98,50
C
d = 1,50 m
b = 22,5 m E1 1
El. 97,0
Gambar 3-24. Penggunaan Grafik Khosla dengan Asumsi SheetPile di Hilir
α =
maka koreksi √
maka koreksi √
maka koreksi √
66 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
maka koreksi √
F= γs (H a -H b) tekanan air
Lantai B (tekanan H B)
d f = I di (I = gradient)
Bagianhilir dinding halang
a A (tekanan H A)
P= ρs (1 – p) Lx
S
Garis aliran flow net
Gambar 3-25.Cara Rembesan Aliran Air Gradient Keluar
.............................................................................................. 3-14
................................................................................................... 3-15
................................................................................................................... 3-16
dimana:
ad = percepatan gempa rencana, cm/dt2
n, m = koefisien untuk jenis tanah (lihat Tabel 3-10.)
10 90
20 120
50
100 190
200 220
500 250
1000 280
5000 330
Sumber: RPT 4, Analis Stabilitas Bendungan Tipe Urugan Akibat Gempa
Faktor gempa E yang dicari dan rumus dan peta diatas dipakai dalam perhitungan
stabilitas dimana faktor itu harus dikalikan dengan berat sendiri bangunan dan dipakai
sebagai gaya horizontal.
Koreksi pengaruh jenis tanah setempat sesuai SNI 03-1726-2002 diuraikan dalam
Tabel 3-12.dibawah ini:
Tegangan Rencana 71
Tegangan izin untuk beton (bertulang), baja dan kayu diuraikan dalam standar
persyaratan dibawah ini:
(1) PBI-1971 (NI-2) Peraturan Beton Bertulang Indonesia
(2) VOSB-1963 Peraturan–peraturan Perencanaan Bangunan Konstruksi Baja dan
PPBBI-1983 Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (Jembatan dan
Bangunan)
Tegangan Rencana 73
........................................................ 3-17
[ √ ]
Dimana:
X1 = Sin (
X2 = Sin ⍺
Y1 = Cos ⍺
Tegangan Rencana 75
........................................................ 3-18
[ √ ]
Dimana:
Dimana:
PEA = Tekanan tanah aktif akibat gempa pada kedalaman X (Tf/m2, kN/m2)
KEA = Koefisien tanah aktif akibat gempa
PEP = Tekanan tanah pasif akibat gempa pada kedalaman X (Tf/m2, kN/m2)
γ = Berat isi tanah (Tf/m3, kN/m3)
X = Kedalaman dimana tekanan tanah PEA dan PEP bekerja padapermukaan
tembok penahan (m)
c = Kohesi tanah (Tf/m2, kN/m2)
q’
q’
O O
(O + DE) ( Ѳ+ DE )
q’ H
q’ P
H PEA EP
PEA PEP
Ѳ
Ѳ
DN
E N
N
N DE
4. BAB IV
PASANGAN BATU DAN BATA MERAH
4.1 Umum
4.2 Batu
Pasangan yang dipakai untuk bangunan–bangunan irigasi terutama dibuat dari batu
kali atau batu galian dan kadang–kadang batu koral. Bata merah dipakai di daerah–
daerah dimana jarang terdapat batu alamiah, sedangkan bata merah mudah didapat.
Bata merah juga mungkin dipakai untuk membuat bangunan–bangunan kecil dipetak–
petak tersier dimana pasangan bata merah akan lebih cocok untuk ukuran konstruksi
yang diperlukan. Standar yang dapat diterapkan untuk bahan–bahan ini adalah N.I.13
(Batu Belah), batu belah dan batu kali ditinjau dari bahan dasarmenurut geologi
adalah batu basalt. Batu kali diambil dari sungai umumnya berdiameter antara 15 cm
sampai 30 cm dan batu belah, sedang batu belah baik diambil dari sungai maupun
hasil galian dengan pertimbangan diameternya terlalu besar lebih dari 30 cm untuk
memudah diangkut dan menyeragamkan ukuran (sekitar 30 cm) maka batu tersebut
dibelah.
Semua bangunan melintang sungai yang diatas 3 meter harus beton, tidak boleh
pasangan batu kali (kesepakatan dalam Penyempurnaan KP 02 tahun 2007), batasan
konstruksi tinggi penggunaan batu kali.
Harga kekuatan tekan batu alamiah yang akan digunakan untuk pasangan batu
menurut PUBI-1982 adalah 80-150 N/mm2 (800 - 1500 kg f/cm2). Kekuatan rata–rata
bata merah adalah 2,5 - 25 N/mm² (25 - 250 kgf/cm2) untuk bata merah kelas 25
sampai 250.
Ada tipe khusus pasangan batu, yakni pasangan dan batu candi yang pada pokoknya
berupa batu–batu pecahan yang dipasang rapat untuk menghasilkan permukaan yang
awet dan tahan gerusan (abrasi). Tipe pasangan ini dipakai sebagai lapisan permukaan
untuk bendung pelimpah dan bangunan-bangunan lain yang terkena aliran cepat yang
mengangkut sedimen kasar.
Jenis–jenis batu yang dipakai sebagai bahan untuk membuat batu candi ialah:
andesit,basal, dasit, diabase, diorit, gabro, granit dan grano.
4.3 Mortel
- 1 semen : 2 pasir untuk bagian yang akan terkena kontak langsung dengan
aliran air;
- 1 semen : 3 sampai 4 pasir untuk mortel yang tidak terkena kontak langsung
dengan aliran.
b Untuk pasangan batu yang lain:
- 1 semen : 2 pasir untuk konstruksi berkekuatan tinggi;
- 1 semen :3 pasir untuk mortel yang terkena kontak langsung dengan aliran
air, dan;
- 1 semen : 4 pasir untuk pondasi dan bagian-bagian yang tidak terkena kontak
dengan aliran air.
Untuk konstruksi–konstruksi yang terkena kontak dengan air laut, semenyang dipakai
hendaknya semen Portland kelas V yang tahan sulfat.
80 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Beton 81
5. BAB V
BETON
5.1 Permasalahan
Beton harus dipakai dan direncanakan sesuai dengan persyaratan yang saat ini yaitu
SK SNI T-15-1991-03 Kemeterian Pekerjaan Umum. Dan PBI-1971 atau NI-2 PBI-
1971 sudah tidak dipergunakan lagi. SK SNI T-15-1991-03 Kementerian Pekerjaan
Umum diidentifikasikan sebagai SNI 03-2847-1992 Tata Cara Perhitungam Struktur
Beton Bertulang untuk Bangunan Gedung.
Perbedaan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton dengan PBI-1971 atau NI-2 PBI-
1971 dan SK SNI T-15-1991-03 Kementerian Pekerjaan Umum diuraikan dalam
Tabel 5-1 dibawah ini.
Tabel 5-1.Perbedaan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton dengan PBI-1971 atau NI-2 PBI -
1971 dan SK SNI T-15-1991-03 Departemen Pekerjaan Umum
5.2 Klasifikasi
Untuk kepentingan mutu disamping pertimbangan ekonomis, beton yang dipakai dan
direncanakan sesuai yang tercantum dalam SK SNI T-15-1991-03 Kementerian
Pekerjaan Umum seperti dalam Tabel 5-2.dibawah ini.
Berdasarkan Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton untuk Konstruksi
Bangunan Gedung dan Perumahan sesuai SNI 7394- 2008 diuraikan dalam Tabel 5-3.
mutu beton, slump dan susunan bahan campuran beton sesuai perbandingan berat
bahan ini hasil tes di laboratorium di Pusat Penelitian dan Pengembangan Bangunan
Bandung. Maka untuk pelaksanaan campuran beton di luar Bandung disarankan
untukdiadakan tes uji bahan di daerah masing–masing untuk menyesuaikan komposisi
bahan dan kekuatan yang dihasilkan.
Beton 83
Tabel 5-3.Mutu Beton, Slumpdan Susunan Bahan Campuran Beton Sesuai Perbandingan Berat
BerdasarkanSNI 7394-2008
Perbandingan Susunan Bahan
Perbandingan Susunan Bahan Beton
BetonBerdasarkan Konversi
Berdasarkan Konversi Berat (Kg)
Volume
Kuat Tekan
Nilai K
(Maks Ø 30mm)
(MaksØ 30mm)
Slump
(MPa)
Mutu
(Cm)
PC (ZAK)
(Kotak)
(Kotak)
(Liter)
Krikil
Krikil
Pasir
Pasir
Air
PC
f‟c 7,4 100 247 869 999 215 12 ±2 5,00 4,33 4,5
f‟c 9,8 125 276 828 1012 215 12 ±2 5,50 4,50 5,0
f‟c 12,2 150 299 799 1017 215 12 ±2 6,00 4,00 5,0
f‟c 14,5 175 326 760 1029 215 12 ±2 6,50 3,80 5,0
f‟c 16,9 200 352 731 1031 215 12 ±2 7,00 3,65 5,0
f‟c 19,3 225 371 698 1047 215 12 ±2 7,50 3,50 5,0
f‟c 21,7 250 384 692 1039 215 12 ±2 8,00 3,50 5,0
f‟c 24,0 275 406 684 1026 215 12 ±2 8,00 3,45 5,0
f‟c 26,4 300 413 681 1021 215 12 ±2 8,25 3,33 5,0
f‟c 28,8 325 439 670 1006 215 12 ±2 9,00 3,33 5,0
f‟c 31,2 350 448 667 1000 215 12 ±2 9,00 3,33 5,0
Untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan mutu beton, slump dan susunan bahan
campuran betonsesuai perbandingan berat berdasarkan SNI 7394- 2008 dikonversi
kedalam ukuran volume dengan langkah sebagai berikut:
1) Ditetapkan 1 zak semen di pasaran yang beratnya 50 kg
2) Buat kotak untuk menakar pasir dan kerikil dengan ukuran
0,50 m x 0,50 m x 0,50m, maka volume kotak = 0,125 m3.
84 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
0,50 m
0,50 m
0,50 m
5.3 Tulangan
Penutup beton tulangan sebaiknya diambil sesuai yang tertera dalam Tabel 5-4.Jenis
dan baja tulangan yang digunakan dalam SK SNI T-15-1991-03 Kementerian
Pekerjaan Umum sesuai SII 0136-80 dapat dilihat pada Tabel 5-5.dibawah ini.
(24) (39)
294 480
2 BJTP30
(30) (49)
235 382
1 BJTD24
(24) (39)
294 480
BJTP30
Deformasian
2 (30) (49)
343 490
BJTP35
3 (35) (50)
392 559
BJTP40
4 (40) (57)
490 616
BJTP50
5 (50) (63)
Konstanta perencanaan diambil seperti yang diberikan pada Tabel 5-6. Sesuai
Dipohusodo, 1994 perencanaan tidak boleh didasarkan kuat leleh tulangan fy‟
melebihi 550 MPa, kecuali untuk tendon pratekan.
5.4.1 Notasi
Dalam Gambar 5-2. dan Gambar 5-3. ditunjukkan notasi–notasi yang akan digunakan
pada tabel dan analisa perhitungan sesuai SNI 03-2847-1992.
Gambar 5-2.Diagram Regangan, Tegangan dan Momen Kopel Balok Menahan Ultimit
Apabila distribusi regangan dan tegangan yang timbul dekat pada pembebanan ultimit
dimensi batas kekuatan betonterlampaui dan tulangan baja mencapai luluh, maka
komponen struktur akan retak dan tulangan baja meluluh, mulur serta terjadi lendutan
besar. Umumnya konstruksi tidak akan kembali ke semula.
Untuk menghindari keadaan tersebut dengan menggunakan faktor aman maka
tercapainya keadaan ultimit dihindarkan.
SNI 03-2847-1992 atau SK SNI T15-03-1991 menggunakan pengujian “Whitney “
Beton 87
dimana:
c = Jarak serat tekan terluar ke garisnetral
ß1 = Konstantayangmerupakanfungsi kelas beton
Standar SK SNI T15-1991-03 menetapkan nilai ß1 diambil 0,85 untuk f c‟≤ 30 Mpa
dan berkurang 0,008 untuk setiap kenaikan 1 MPa kuat beton, dan nilaitersebut tidak
boleh kurang dari 0,65.
Dengan anggapan tulangan baja tarik telah mencapai tegangan luluh.
Maka ∑
....................................................................................................... 5-2
( ) ⁄ ........................................................................... 5-3
berdasarkan gaya beton tarik adalah:
88 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
⁄ .................................................................................... 5-4
................................................................................................................. 5-6
Dimana:
AS = Jumlah luas penampang baja tarik
ASb = Jumlah luas penampang baja tarik yang diperlukan
Rasio penulangan atau rasio baja ρ
ρ
dimana
AS = Jumlah luas penampang baja tarik
b = Lebar penampang beton
d = Tinggi efektif penampang beton
( )
................................................................. 5-7
( )
90 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Dan karena ∑ H = 0
NDB = NTb
Maka
.................................................................................................... 5-8
( )
ρ ( ) ...................................................................................... 5-9
( )
Dari persamaan diatas untuk mendapatkan nilai ρbdapat menggunakan daftar berbagai
kombinasi nilai fC‟ dan fy.
Ikhtisar analis beton persegi terlentur bertulangan tarik saja dengan urutan sebagai
berikut:
1) Buat daftar hal-hal yang diketahui;
2) Tentukan MR, Mn, beban hidup atau mati yang dapat didukung;
3) Hitung rasio penulangan
ρ = AS/ (b.d)
Bandingkan hasilnya dengan 0,75 ρb atau ρmaks juga ρmin
4) Hitung kedalaman blok tegangan beton tekan
Nilai ρmaks untuk beton bertulang tarik saja untuk berbagai mutubaja dan beton dapat
dilihat pada Tabel A.6 (lampiran).
Momen kopel dari tulangan baja tekan dan baja tarik tambahan dihitung sebagai
berikut:
....................................................................................................... 5-10
Dengan menganggap tulangan baja tarik telah luluh, sehingga fs = fy
( ) ....................................................................................... 5-11
Keseimbangan gaya-gaya ∑ Mn = 0 dimana ND2 = N
AS.fS‟ = AS2.fy
Jika dianggap tulangan baja tekan luluh fS‟ = fy ;
Mn 1 = AS1 .fY .(d – ½a)
Karena As = AS1 + AS2 , maka AS1 = AS - AS2
dan AS2 = AS„ maka AS1 = AS - AS‟
( ) ( ⁄ ) ................................................................... 5-12
Gambar 5-6. Diagram Regangan dan Kopel Momen Beton Baja pada
Balok Tulangan Rangkap(Kondisi II)
Ikhtisar analis balok lentur bertulangan rangkap pada kondisiII adalah sebagai
berikut:
1) Anggapan seluruh tulangan akan luluh, maka fs = fs‟ = fy dan AS = As‟
2) Dengan menggunakan persamaan kopel momen beton tekan dan tulangan
bajatarik
AS1 = As - As‟
Dan tinggi balok tegangan tekan a
Dengan menganggap εs‟ ≥ εy menunjukkan tulangan baja tarik telah meluluh, maka
akan timbul 2 (dua) kondisi yaitu:
a) Kondisi I, εs‟≥ εy menunjukkan anggapan 1) telah betul dan tulangan bajatekan
telah meluluh;
b) Kondisi II, εs‟ ≤ εy menunjukkan anggapan 1) tidak benar dan tulangan baja tekan
belum meluluh.
Tinjauan pada Kondisi I
5) Apabila εs‟dan εs melampaui εy, maka hitunglah kapasitas momen tarik Mnt
danMnz
Kopel gaya tulangan tekan dan tarikMn2
...................................................................................... 5-13
Kopel gaya tulangan tekan dan tarik
( ⁄ ) ................................................................................... 5-14
6) MR = Ø Mn
7) Periksa persyaratan rasio penulangan (ρ) pasangan kopel gaya beton Tekan dan
baja tulangan tarik tidak melampaui 0,75 dapat dilihat dalam Tabel A.6
(Lampiran) dan luas penampang tulangan baja tarik tidak lebih besar dari AS(maks).
ρ
Ny = ND1 + ND2
AS.fY = (0,85 . fC‟).b.d + AS‟.fS‟
Sedangkan a = β1.c
Beton 95
ES = 200.000 Mpa
………………………..5-15
Dimana:
AS = Luas tegangan tarik, mm2
D = Jarak serat terluar ke pusat tulangan tarik, mm
ρ = AS /(b x d)
d‟ = Selimut beton, mm
D = h - d‟ mm
ρ maksimum = 0,75 ρb
Nilai 𝝆 terkait pada mutu baja, mutu beton dapat dilihat pada Tabel 5-6. subbab diatas
(Tabel konstanta perencanaan)
StandarSK SNI T15-1991-03 Subbab 3.16.12 menetapkan bahwa untuk pelat lantai
serta atap struktur yang menggunakan tulangan pokok lentur satu arah diwajibkan
harus dipasang tulangan susut dengan arah tegak lurus terhadap tulangan pokoknya.
Beton 97
d = h – d‟- ½ Øbaja
5.5.1 Permasalahan
Komponen lantai atau atap gedung struktur beton bertulang dapat berupa pelat dengan
seluruh beban didukung olehkolom yang selanjutnya diteruskan ke pondasi.
Bentangan struktur pelat yang demikian tidak dapat panjang pada ketebalan tertentu,
menghasilkan struktur tidak hemat dan praktis. Olehkarena itu dikembangkan
jenisstruktur pelat untuk memperolehbentangan sepanjang mungkin dengan berat
sendiri(beban mati) sekecil mungkin. Salah satu sistem dari hal itu adalah dibentuk
balok anak dan balok induk, terdiri pelat yang bertumpu pada balok anak yang
membentuk rangka dengan balok induk. Pada umumnya balok anak membagi
bentangan balok induk menjadi setengah, sepertiga, seperempat dan sebaginya.
Pada analisa dan perencanaanbalok dicetak menjadi satu kesatuan dengan pelat
lantaiatau atap, dengan anggapan ada interaksi antara balok dan pelat saat menahan
momenpositif yang bekerja pada balok.
Interaksi antara balokdan pelat menjadi satu kesatuan pada penampangnya yang
membentuk huruf T, maka balok itu disebut balok T seperti terlihat pada Gambar 5-
8.dimanapelat berfungsi sebagai sayap atau flens.
Beton 99
Bentang balok
Lebarflens efektif = b
ht
hβ
bw
Standar SNI 03-2847-1992 memberikan pembatasan lebar efektif flens blok T sebagai
berikut:
1) Lebar sayap atauflens yang efektif yang diperhitungkan tidak lebih seperempat
panjang bentang balok, sedangkan lebar efektif bagian pelat yang menonjol dari
kedua sisi balok tidak lebih dari 8 (delapan) kali tebal pelat dan juga tidak lebih
besar dari separo jarak bersih dengan balok sebelahnya. Jadi lebar efektif balok
Tdiperhitungkan sebagai berikut:
(a) Seperempat panjang balok
(b) bw+ 16 ht
(c) Jarak dari pusat ke pusat antar balok.
2) Untuk balok yang hanya mempunyai flens pada satu sisi, lebar efektif bagian
pelat yang menonjol diperhitungkan sebagai berikut:
(1) tidak lebih besar dari seperduabelas panjang bentang balok
100 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Gambar 5-9.Balok T
7)
8) Kontrol ρ
bw
ρ ρ
5) Hitung penulangan tarik yang diperlukan
AS = ρx b.d
6) Pemeriksaan persyaratan daktilitas dengan Amaksdari Subbab5.3.1. (Nilai-nilai AS
maks untuk balok T).
AS maks harus >AS aktual
Jika A S actual > AS maks, momen tahanan Mn dihitung dengan menggunakan AS maks
dalam hal ini disebut sebagai AS efektif.
1)
AS maksimum =
( )
2 | |3
Dengan memasukkan berbagai pasangan nilai kombinasi fC‟ dan fy didapat nilai AS
maksimum dalam bentuk daftar seperti Tabel 5-9.dibawah ini:
104 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
240
20 300 { [ ] }
350
400 { [ ] }
240
25 300 { [ ] }
350
400 { [ ] }
240
30 300 { [ ] }
350
400 { [ ] }
240
35 300
350
400
Pondasi Tiang 105
6. BAB VI
PONDASI TIANG
6.1 Permasalahan
Penggunaan pondasi tiang dalam struktur prasarana irigasi sangat diperlukan apabila
struktur tersebut terletak pada kondisi geoteknik yang kurang baik atau pada daya
dukung tanah yang lebih kecil dari daya dukung yang diakibatkan stuktur prasarana
irigasi tersebut, sehingga diperlukan pondasi tiang untuk memperbesar daya dukung
tanah asli.
Adapun penggunaan pondasi tiang yang umum digunakan seperti tertera
dalamGambar 6-1 dalam pembuatan stuktur prasarana irigasi antaralain:
a) Pangkal jembatan atau talang
b) Dibawah tubuh bendung pasangan batukali atau beton tipegravitasi serta bendung
karet
c) Tembok tepi atau tembok penahan tanah
Prasarana–prasarana irigasi lainnya seperti bangunan bagi, bangunan terjun dll.
Gambar 6-1.Potongan Melintang Pangkal Jembatan dan Talang dengan Pondasi Tiang
106 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
6.2 Persyaratan-Persyaratan
Dalam perencanaan teknis pondasi tiang untuk stuktur prasarana irigasi didasarkan
atas SNI 03-6747- 2002.
(2) Parameter tanah atau batuan dari setiap lapisan, yaitu berat isi tanah, kohesi
dan sudut geser, kuat tekan bebas tanah kohesif, modulus elatisitas tanah dan
modulus reaksi tanah; seperti yang diuraikan dalam Tabel 6-1.
(3) Muka air tanah tertinggi;
(4) Parameter tanah timbunan di tembok tepi atau oprit padat (berat isi dan kuat
geser).
3) Data hidrologi dan hidraulik khusus untuk jembatan atau talang yang melintasi
sungai yang diperoleh dari hasil penyelidikan berdasarkan ketentuan yang belaku
serta menyajikan data tentang:
(1) Muka air tertinggi di sungai;
(2) Penurunan dasar sungai akibat penggerusan;
(3) Jenis dan karakteristik benda hanyutan di sungai yang bersangkutan.
4) Data tentang mutu komponen bahan tiang beton dan jenis tiang;
5) Data tentang parameter lingkungan yang berpengaruh terhadap keawetan struktur
tiang;
6) Data tentang peralatan yang untuk pelaksanaan yaitu:
(1) Tipe alat pancang;
(2) Tipe alat pemboran dan pengecoran beton.
108 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
6.3 Ketentuan–Ketentuan
Cp = Keliling
Jenis Tiang Penampang Ap = Luas Efektif
Efektif
1 Tiang beton
a. Penampang Persegi
b b xb 2 (b +b)
b. Penampang bulat D
b. Penampang bundar
ujung tertutup
D
c. Penampang I ujung
terbuka b Aprofil 2 (b+ h)
d. Penampang I ujung
tertutup b xh 2 (b+ h)
................................................................................................... 6-1
Dimana:
QVU = daya dukung aksial ultimit tiang vertikal tunggal (kN);
Qbu = tahanan ultimit pada ujung tiang vertikal tunggal (kN);
QSu = tahanan gesek ultimit pada permukaan selimut tiang (kN).
4) Daya dukung aksial tiang vertikal tunggal harus memenuhi persyaratan:
QVU ≥ PVU untuk kondisi ultimit
QVU x 0,5 ≥ PV untuk kondisi daya layan
Dimana:
PVU = gaya aksial ultimit yang bekerja pada tiang tunggal;
PV = gaya aksial layan yang bekerja pada tiang tunggal.
Pondasi Tiang 111
..................................................................................... 6-2
∑ ....................................................................................... 6-3
Dimana:
Nq = faktor daya dukung yang nilainya tercantum dalam Tabel 6-1;
SZ = tegangan efektif vertikal yang nilainya tidak boleh lebih dari tegangan
efektif pada kedalaman ZL;
ZL = kedalaman maksimum untuk memperhitungkan tegangan efektif
vertikalnilainya tercantum dalam Tabel 6-1;
AP = luas penampang ujung tiang, m2 yang nilainya tegantung penampang tiang,
lihat Tabel 6-2;
Ff = faktor reduksi terhadap gesekan yang nilainya tercantum dalam Tabel 6-1;
Li = tebal lapisan yang diperhitungkan tahanan geseknya, meter lihat Tabel 6-3;
d = dimeter tiang.
2) Daya dukung aksial ultimit tiang vertikal pada tanah kohesif dihitung dengan
rumus:
............................................................................................ 6-4
∑ ................................................................................... 6-5
Dimana:
N c = faktor daya dukung, yang nilainya:
- bila L ≥ 4 d : Nc = 9,0 ;
- Bila L < 4 d : Nc = 5,6 s/d 9,0 ;
Cu‟ = Kuat geser undrained tiap lapisan pendukung yang nilainya:
112 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Dimana:
Krc = Faktor reduksi kuat geser tanah yang besarnya tercantum dalam Tabel 6-4.
Ap = Luas penampang efektif, m2 (Tabel 6-2);
Cp = Keliling efektif, m (Tabel 6-2);
Li = Tebal lapisan yang memberikan kontribusi tahanan geser, m (Tabel 6-3.)
Fc = Faktor gangguan yang nilainya tercantum dalam Tabel 6-5.
Kondisi Tanah
Kontribusi Tahanan
Statigrafi Deskripsi Gesek
Dua lapisan tanah:
I. Lapisan lembek i. QSU hanya
II. Ujung tiang masuk d1 ke diperhitungkan
dalam lapisanpendukung sepanjang d1;
(lempung kenyal, pasir, ii.
kerikil)
Kondisi Tanah
Kontribusi Tahanan
Statigrafi Deskripsi Gesek
Dua lapisan:
I. Lapisan lembek i. QSU= 0
II. Batuan dasar ii. QVU= Qbu
Q
b
Tiga lapisan:
Qb I. Lapisan pasir, kerikil i. QSU hanya
II. Lapisan lembek diperhitungkan
III. Ujung tiang masuk sedalam d1
d1kedalam lapisan ii. QVU = Qbu + QSU
pendukung (pasir,
kerikil)
Kondisi Tanah
Kontribusi Tahanan
Statigrafi Deskripsi Gesek
Tiga lapisan: i. Terjadi perlawanan
I. Timbunan geser negatif Qn1dan
II. Lempung kompresibel
Qn2
III. Ujung tiang menembus
ii. Perlawanan geser
d1 kedalam lapisan pasir
kerikil Qnterjadi sepanjang
d1
Qn1 – Qn2
........................................................................................ 6-6
.............................................................................................................. 6-7
dimana:
β = Koefisien gesekan; bila permukaan tiang tidak dilapisi ter atau cat
β = 1,25 dan biladilapisi cat β dapat direduksi sampai 0,3 x fn‟;
S = tegangan efektif pada kedalaman yang ditinjau, kPa;
F = 0,2 untuk tanah dengan IP (Indek Plastis) = 15;
0,3 untuk tanah dengan IP (Indek Plastis) ≥ 50.
Cp = Keliling efektif (Tabel 6-2.).
Ln = Tebal lapisan kompresibel; apabila seluruh tiang terletak pada tanah
kompresibel, maka Ln = 0,70 kali panjang tiang yang tertanam.
2) Gaya angkat
(a) Tiang pondasi diperhitungkan untuk menahan gaya angkat apabila:
- Tiang diperkuat dengan angker;
Pondasi Tiang 117
Tahanan lateral ultimit tiang vertikal tunggal pada tanah non kohesif dihitung
denganrumus:
........................................................................................ 6-8
....................................................................................................... 6-9
Dimana:
QLU = tahanan lateral ultimit tiang vertikal tunggal, kN
D = diameter tiang, m
Pondasi Tiang 119
(1) Tahanan lateral ultimit tiang vertikal tunggal pada tanah kohesif dihitung dengan
rumus:
6-10
(2) Degradasi atau penggerusan besar, maka tahanan lateraltidak diperhitungkan;
(3) Gaya lateral PLU bekerja dalam jangka pendek, maka tahananlateral ultimit tiang
vertikal pada tanah kohesif dihitung dengan parameter
C‟ = CU „dan Ø „ = 0.
(4) Gaya lateral PLU bekerja dalam jangka panjang, maka tahanan lateral ultimit tiang
pada tanah tidak kohesif dihitung dengan parameter C‟= 0 dan Ø„ = Ø efektif.
(2) Tahanan lateral untuk kondisi kepala tiang bebas pada tanah kohesif dihitung
berdasarkan bentuk keruntuhan seperti tercantum pada Gambar 6-6.
Gambar 6-6. Mekanisme untuk Jenis Tiang Tidak Tertahan Dalam Tanah Kohesif
122 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
(a) Momen lentur ultimit MSU tiang beton diperhitungkan sebagai kolom sesuai
ketentuan yang berlaku;
(b) L < L1,tahananlateral ultimit QLU diperhitungkan sebagai tiang pendek,
dengan grafik yang tercantum pada Gambar 6-7.
(c) L > L1,tahanan lateral ultimit QLU diperhitungkan sebagai tiang panjang,
dengan grafik yang tercantum pada Gambar 6-8.
(3) Tahanan lateral untuk kondisi kepala tiang tertahan balok pondasi pada tanah
kohesif dihitung berdasarkan bentuk keruntuhan seperti tercantum pada Gambar
6-9.
a) Menghitung parameter tiang dilakukan dengan rumus–rumus sebagaiberikut:
Pondasi Tiang 123
( )
........................................................................................... 6-11
6-12
( )
6-13
6-14
Nilai MSU dihitung dengan ketentuan (2) dan (3) butir (4);
b) L < L1, tahanan lateral ultimit QLU diperhitungkan sebagai tiang pendek,
dengan grafik yang tercantum pada Gambar 6-7.
c) L > L1,tahanan lateral ultimit QLU diperhitungkan sebagai tiang panjang,
dengan grafik yang tercantum pada Gambar 6-8.
124 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Gambar 6-7. Ketahanan Ultimit untuk Tiang Pendek dalam Tanah Kohesif
Pondasi Tiang 125
Gambar 6-8. Ketahanan Lateral Ultimit untuk Tiang Panjang Dalam Tanah Kohesif
Gambar 6-9. Mekanisme Runtuh untuk Jenis Tiang Tertahan dalam Tanah Kohesif
L 1< L< L2, maka tahanan lateral ultimit QLU dihitung dengan rumus:
6-15
Dimana:
Pondasi Tiang 127
QL1 =Ketahanan lateral ultimit untuk tiang pendek yang dihitung dengan grafik
Gambar 6-7.
QL2 = Ketahanan lateral ultimit untuk tiang panjang yang dihitung dengan grafik
Gambar 6-8.
(4) Tahanan lateral ultimit tiang tunggal pada tanah non kohesif secara teoritis
dihitung sebagai tiang pendek atau tiang panjang, masing–masing dengan kondisi
kepala tiang bebas dan kepala tiang tertahan sesuai ketentuan pada Tabel 6-
9.dibawah ini:
(5) Tahanan lateral ultimit untuk kondisi kepala tiang bebas pada tanah non kohesif
dihitung berdasarkan bentuk keruntuhan seperti tergambar pada Gambar 6-10.
a) Dengan menganggapsebagai tiang pendek hitung Mmaks dari grafik Gambar 6-
11.
Mmaks = Q LU (e + 2/3 f)
. /
Mmaks< MSU, anggapan sebagai tiang pendek, tetapi apabila Mmaks> MSU anggapan
sebagai tiang panjang. Dan nilai Q LUdihitung berdasarkan grafik pada Gambar 6-12.
128 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Gambar 6-10. Mekanisme Runtuh untuk Jenis Tiang Bebas Dalam Tanah Tidak Kohesif
Pondasi Tiang 129
Gambar 6-11. Ketahanan Lateral Ultimit untuk Jenis Tiang Pendek Dalam Tanah Tidak
Kohesif
(6) Tahanan lateral ultimit untuk kondisi kepala tiang tertahan pada tanah tidak
kohesif dihitung berdasarkan bentuk keruntuhan seperti tergambar pada Gambar
6-13.
(a) L< L1, tahanan lateral ultimit QLU dihitung sebagai tiang pendek dengan
menggunakan grafik yang tercantum pada Gambar 6-11;
. /
............................................................ 6-16
............................................................................................ 6-17
( ) ...................................................................................................6-18
(c) Mmaks ≥ MSU, tahanan lateral ultimit QLU dihitung sebagai tiang panjang
dengan menggunakan grafik yang tercantum dalam Gambar 6-12.
(d) Mmaks< MSU, tahanan lateral ultimit QLU dihitung sebagai tiang panjang
dengan menggunakan rumus:
, - ................................................................................ 6-19
Gambar 6-12. Ketahanan Lateral Ultimit untuk Jenis Tiang Panjang Dalam Tanah Tidak
Kohesif
Pondasi Tiang 131
Gambar 6-13. Mekanisme Runtuh untuk Jenis Tiang Tertahan Dalam Tanah TidakKohesif
(7) Tahanan lateral ultimit tiang miring dihitung sebagai komponen lateral dan aksial
pada tiang vertikal ekivalen.
(8) Tahanan lateral ultimit kelompok tiang dihitung berdasarkan ketentuan sebagai
berikut:
a) Jarak tiang a ≤ 2 D, maka tiang dan massa tanah diperhitungkan sebagai satu
kesatuan, sehinggatahananlateral ultimit diperhitungkan terhadap
blokekivalen.
b) S> 2D, maka tahanan lateral ultimit dengan faktor efesiensi yang tercantum
pada Tabel 6-9.
Pondasi Tiang 133
4D 100 %
3D 50 %
2D
25 %
Arah beban
Denah Kelompok Tiang
8D 100 %
6D 70 %
S
5D 55%
4D 40%
3D 25%
Arah beban
Denah Kelompok Tiang
134 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
6.3.3.1 Ketentuan
Penurunan maksimum pondasi tiang pada kondisi beban ultimit adalah sebagai
berikut:
(1) Tiang lekat : 10 mm
(2) Tiang tertanam ujung : 10% x D
................................................................................ 6-20
(2) Penurunan pondasi tiang tunggal yang daya dukungnya didominasi oleh
tahanan pada ujungnya dihitung dengan rumus:
................................................................................ 6-21
Dimana :
S = Penurunan pondasi tiang tunggal;
P VU = Beban axial yang ultimit, kN ;
D = diameter tiang, meter ;
ES = modulus elasitas tanah, untuk penurunan serentak
Es = EUndrained ; sedangkan untuk penurunan total nilai
ES =EUndrained nilainya tercantum pada Tabel 6-10.
IO = faktor pengaruh penurunan, dihitung dengan grafik Gambar 6-
14.;
RK, Rh, Rb, Rv = faktor koreksi pengaruh tiang terhadap kompresibilitas,
kekakuan lapis pendukung dan ratio Poisson, ditentukan dengan grafik
Gambar 6-15. dan Gambar 6-16.
Pondasi Tiang 135
Catatan :
Dimana:
EP = Modulus Young dari tiang
E‟s = Modulus Young dari tanah
Ra=PerbandinganLuas penampang tiang terhadap luas penampang tiang penuh
(Ra = 1 untuk tiang masif)
Gambar 6-15.Faktor Koreksi Modulus Penurunan Dasar Rb
Pondasi Tiang 137
∑ ..................................................................................... 6-22
Dimana:
SSR = Modulus elasitas tanah rata–rata, MPa
ES = Modulus elasitas setiap lapisan, MPa
L = Panjang tiang, meter
h = Tebal setiap lapisan tanah, meter
(4) Penurunan kelompok tiang
(1) Penurunan kelompok tiang dihitung menggunakan rumus:
…………………………………………………………. 6-23
Dengan:
E p = Modulus Young dari tiang
E‟S = ModulusYoung dari tiang
Ra = Perbandingan luas penampang tiang terhadap luas penampang penuh (Ra = 1
untuk tiang masif)
KoreksiAngka Poisson, Rµ
Sumber : SNI 03 – 6747 – 2002, Perencanaan Teknis Pondasi Tiang untuk Jembatan
140 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Tabel 6-12.Rumus Kantilever Ekuivalen untuk Perencanaan Tiang Terhadap Beban Lateral
Untuk Mencari Ls
Struktur Momen dan Jenis Untuk Mencari
Jenis Momen
Ekuivalen Lendutan Tanah LdPerpindahan
MØ 2x
Ld = 1,6 R
untuk
a/R < 2
Untuk Mencari Ls
Struktur Momen dan Jenis Untuk Mencari
Jenis Momen
Ekuivalen Lendutan Tanah LdPerpindahan
MØ 2x
Sumber: SNI 03 - 6747 - 2002, Perencanaan Teknis Pondasi Tiang untuk Jembatan.
142 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
(2) Jumlah tiang dalam kelompok lebih dari 25, maka nilai RS, dihitung
menggunakan rumus:
..................................................................................... 6-24
Tanah Kohesif : , -
(2) Deformasi lateral tiang miring dihitung sebagai tiang vertikal yang memikul
komponen gaya lateral dan aksial.
⁄ ................................................................................. 6-25
√
............................................................................................................ 6-26
................................................................................................................... 6-27
Dimana :
Ptu = Kekuatan tekuk ultimit, kN
Ep = Modulus Elasitas tiang, MPa/m
I = Momen inersia tiang, m4
LU = Panjang tiang yang tidak didukung, m
Nilai SU tercantum dalam Tabel 6-15.
144 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
(2) Untuk tiang yang terletak pada tanah pasir dan lempung lembek, kekuatan tekuk
ultimit dihitung dengan rumus:
⁄ ................................................................................ 6-28
√
.............................................................................................................. 6-29
Keterangan :
Nilai SL dan f bitercantum dalam Tabel 6-15.
Ptk = Kekuatan tekuk ultimit, kN
rm = Modulus reaksi tanah, - pasir = 1,5 - 18 MPa/m
- lempung lembek 0,2 - 4,0 MPa/m
(4) Bagian minimum dari momen tiang tunggal yang terbagi kedalam balok pondasi
cap, pada lajur sentrik dengan lebar 3 D adalah:
- 75 % untuk tiang yang dekat pada suatu ujung (dalam arah momen)
- 50 % untuk tiang dalam (dalam arah momen)
(5) d adalah tinggi efektif dari penampang beton bertulang
6.3.8.2 Gaya Lateral Akibat Tanah Timbunan Samping (Oprit) pada Tanah
Lembek
Gaya lateral akibat tanah timbunan samping (oprit) pada tanah lembek perlu
dipertimbangkan antara lain:
(1) Pondasi tiang kepala baik jembatan, talang atau bangunan prasarana irigasi
lainnya yang terletak pada lapisan tanah lembek dan di belakangnya terdapat
timbunan tanah, kekuatan strukturnya harus diperhitungkan terhadap gaya lateral
yang dihitung dengan rumus:
……………………………………………………………..6-30
Dimana:
P LS = Gaya lateral ultimit, kN
γ = Berat isi timbunan belakang bangunan atau oprit
untuk jembatan, kN/m3
HL = Tebal lapisan tanah lembek, meter
H = Tinggi timbunan belakang bangunan atau oprit, meter
HC = Tinggi kritis timbunan belakang bangunan atau oprit, meter
D = Diameter atau lebar tiang, meter
(2) Tinggi kritis timbunan dihitung dengan rumus:
............................................................................................................ 6-31
Dimana :
CU = Kuat geser undrained lapisan tanah lembek, kPa;
Krc = Faktor reduksi, kuat geser, lihat Tabel 6-5;
NC = 5,2 - 5,4
150 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
................................................................................ 6-32
∑ ∑
⁄ ......................................................................................................................... 6-33
Dimana:
PV = Gaya tiang vertikal yang ditinjau;
Hej = Gaya tiang lateral efektif yang ditinjau;
V = Beban vertikal pada susunan tiang;
He = Gaya lateral pada susunan tiang;
n = Jumlah tiang dalam susunan;
MY. = Momen terhadap sumbu Y dari susunan tiang;
MX = Momen terhadap sumbu X dari susunan tiang;
Xj , Yj = Jarak tiang terjauh dari pusat sumbu.
Analisis linier berlaku umum untuk kondisi ultimit dan kondisi daya layan.
Struktur ujung dan kepala tiang panjang harus diperkuat; struktur perkuatan dapat
dilihat pada Gambar 6-19 dan Gambar 6-20.
Gambar 6-20. Tipikal Perkuatan Sepatu Tiang untuk Selubung Pipa Baja dengan Ujung
Terbuka
Lampiran I153
DAFTAR PUSTAKA
Capper, PL. & Cassie,W.F., The Mechanics of Engineering Soils, E .& F.N.Spon Ltd,
London, 1976.
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Buku Pedoman Perencanaan untuk
Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung,
1983.
Djoko Untung Soedarsono,Ir., Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit Pekerjaan
Umum, Jakarta, 1984.
Nasroen Rivai,M,Ir., Kayu Sebagai Bahan Bangunan, Yayasan PenyelidikanMasalah
Bangunan, Bandung, 1979.
NI2 (PBI-1971), Peraturan Beton Bertulang Indonesia, (Specifications forreinforced
concrete).
NI-5 (PKKI-1961, Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, (Specifications fortimber
construction).
NI-7, Syarat–syarat untuk Kapur, (Specifications for lime).
NI-8, Peraturan Semen Portland, (Specifications for Portland cement).
NI-b, Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan, (Brick as construction material).
NI-13, Peraturan Batu Belah, (Specifications for stones).
NI-18 (PPI-1983), Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung,(Indonesian
Loading Specifications for Buildings).
PPBBI-3983, Peraturan–peraturan Perencanaan Bangunan Baja
Indoensia,(Specifications fpr the design of steel building structures).
PUBI-1982, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia, GeneralSpecifications
for Construction Materials in Indonesia).
VOSB-1963, Peraturan–Peraturan untuk Merencanakan Jembatan Konstruksi Baja.
Wiratman Wangsadinata,Ir., Ultimate Strength Analysis of ReinforcedConcrete
Sections, Insinyur Indonesia, 1972 No. 1/3 & 4/6.
154 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
LAMPIRAN I
Satuan Inggris
Satuan Metrik
(1 kaki = ½ yard Inggris)
1 mμ (milimikron) } biasanya dipakai satuan
1 μ (mikron) } metrik
1 mm 0,03937 in (inci)
1 cm (sentimeter) 0,3937 in
1m 39,37 in; 3,281 ft (kaki)
1 mm2 1,550 x 10-3 in2
1 cm2 0,1550 in2
1 m2 10,764 ft2
1 ha 2,471 acres
1 cm3 0,061 in3
10 cm3 atau 1 l 61,025 in3; 0,22 gal
0,2642 U.S gal
1 m3 atau 103 l 35,315 ft3
10-1cm/dt 0,03937 in/dt
1 cm/dt 0,03281 ft/dt
1 m/dt 3,281 ft/dt
1 cm3/dt 3,531 x 10-3 ft3/dt
1 ltr/dt 0,03531 ft3/dt
1 m3/dt atau 103 ltr/dt 35,315 ft3/dt
1 gm atau gr 2,205 x 10-3 lb (pound)
1 ltr/dt 2,205 lb
1t 2.205 lb; 0,9842 T (ton)
1 kg/m3 0,06243 lb/ft3
1 kg/ltr atau 1 gm/cm3 62,4 lb/ft3
Atau 1 t/m3
0,101971 kgf 0,22481 lbf
101,971 kgf 224,8 lbf
101,971 tf 117,40 Tf
1,01971 x10-6 kgf/cm2 0,02088 lbf/ft2
101,971 x 10-4 kgf/cm2 0,14504 lbf/in2
20,885 lbf/ft2
101,971 tf/m2 9,3238 Tf/ft2
1,0197 x 10-4 gf/cm3 6,3657 x 10-3 lbf/ft3
0,10197 gf/cm3 6,3657 lbf/ft3
101,97 kgf/m3
101,97 tf/m3 2,848 Tf/ft3
1o C 9/5o F
156 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
x x
h
y
b
y z
x x
h
y
z
h
y z
h x
x
H
y
z
H
H
x x
y
b b
LampiranII157
LAMPIRAN II
No.2 D40
3 8JTD35 180°
(35) (50) setara maks
20 5d
No.3 D50
392 559 setara 16
No. 2
4 3JTD40 180° 5d
(40) (57) setara
18
No. 3
490 618 setara maks 5d
5 Pi fD50 No.2 12 90° D22
(50) (63) setara maks
6d
No. 3 D25
LampiranII159
L
LampiranII163
n 10 9 9 8 7 6
0,0047 1,3514 0,0086 2,3838 0,0125 3,3352 0,0164 4,2059 0,0203 4,9959
0,0048 1,3788 0,0087 2,4090 0,0128 3,3585 0,0185 4,2272 0,0204 5,0151
0,0049 1,4063 0,0088 2,4344 0,0127 3,3818 0,0166 4,2484 0,0205 5,0342
0,0050 1,4336 0,0089 2,4597 0,0128 3,4050 0,0167 4,2695 0,0208 5,0533
0,0051 1,4609 0,0090 2,4849 0,0129 3,4262 0,0168 4,2907 0,0207 5,0724
0,0052 1,4882 0,0091 2,5101 0,0130 3,4513 0,0169 4,3117 0,0209 5,0913
0,0053 1,5154 0,0092 2,5353 0,0131 3,4744 0,0170 4,3327 0,0209 5,1103
0,0054 1,5426 0,0093 2,5604 0,0132 3,4974 0,0171 4,3537 0,0210 5,1291
0,0055 1,5697 0.0094 2,5854 0,0133 3,5204 0,0172 4,3745 0,0211 5,1480
0,0056 1,5967 0,0095 2,8104 0,0134 3,5433 0,0173 4,3954 0,0212 5,1667
0,0057 1,6237 0,0096 2,6353 0,0135 3,5661 0,0174 4,4162 0,0213 5,1855
0,0058 1,6507 0,0097 2,6602 0,0136 3,5889 0,0175 4,4369 0,0214 5,2041
0,0059 1,6776 0,0098 2,6850 0,0137 3,6117 0,0178 4,4576 0,0215 5,2227
0,0060 1,7044 0,0099 2,7098 0,0138 3,9344 0,0177 4,4782 0,0218 5,2413
0,0061 1,7312 0,0100 2,7345 0,0139 3,6570 0,0178 4,4988 0,0217 5,2598
0,0082 1,7579 0,0101 2,7592 0,0140 3,6796 0,0179 4,5193 0,0218 5,2782
0,0063 1,7846 0,0102 2,7838 0,0141 3,7022 0,0180 4,5398 0,0219 5,2966
0,0064 1,8113 0,0103 2,8083 0,0142 3,7248 0,0181 4,5602 0,0220 5,3150
0,0065 1,8378 0,0104 2,8328 0,0143 3,7471 0,0182 4,5806 0,0221 5,3333
0,0066 1,8643 0,0105 2,8573 0,0144 3,7695 0,0183 4,6009 0,0222 5,3515
0,0067 1,8908 0,0106 2,8817 0,0145 3,7918 0,0184 4,8211 0,0223 5,3697
0,0068 1,9172 0,0107 2,9060 0,0146 3,8141 0,0185 4,8413 0,0224 5,3878
0,0069 1,9436 0,0108 2,9303 0,0147 3,8363 0,0186 4,6615 0,0225 5,4059
0,0070 1,9699 0,0109 2,9546 0,0148 3,8584 0,0187 4,6816 0,0226 5,4239
0,0071 1,9962 0,0110 2,9787 0,0149 3,8806 0,0188 4,7016 0,0227 5,4419
0,0072 2,0224 0,0111 3,0029 0,0150 3,9026 0,0189 4,7216 0,0228 5,4598
0,0073 2,0485 0,0112 3,0270 0,0151 3,9246 0,0190 4,7415 0,0229 5,4777
0,0074 2,0746 0,0113 3,0510 0,0152 3,9466 0,0191 4,7614 0,0230 5,4955
0,0075 2,1007 0,0114 3,0750 0,0153 3,9685 0,0192 4,7813 0,0231 5,5133
0,0076 2,1268 0,0115 3,0989 0,0154 3,9903 0,0193 4,8010 0,0232 5,5310
0,0077 2,1526 0,0116 3,1227 0,0155 4,0121 0,0194 4,8209 0,0233 5,5485
0,0078 2,1785 0,0117 3,1466 0,0156 4,0339 0,0195 4,8404 0,0234 5,5662
0,0079 2,2043 0,0118 3,1703 0,0157 4,0556 0,0196 4,8601 0,0235 5,5939
0,0060 2,2301 0,0119 3,1940 0,0159 4,0772 0,0197 4,6795 0,0235 5,6013
0,0081 2,2558 0,0120 3,2177 0,0159 4,0988 0,0199 4,8991 0,0237 5,6187
0,0082 2,2815 0,0121 3,2413 0,0160 4,1203 0,0199 4,9186 0,0238 5,6351
0,0083 2,3071 0,0122 3,2648 0,0161 4,1418 0,0200 4,9380 0,0239 5,6534
0,0084 2,3321 0,0123 3,2883 0,0162 4,1632 0,0201 4,9574 0,0240 5,6707
0,0085 2,3582 0,0124 3,3118 0,0163 4,1846 0,0202 4,9767 0,0241 5,6879
172 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
D 10 14,50 18,00 21,50 25,00 20,50 32,00 35,50 38,90 41,50 3,50
D 12 14,90 18,60 22,30 26,00 29,70 33,40 37,10 40,80 44,50 3,70
D 13 15,10 18,90 22,70 26,50 30,30 34,10 37,90 41,70 45,50 3,80
D 14 15,30 19,20 23,10 27,00 30,90 34,80 38,70 42,60 46,50 3,90
D 16 15,70 19,80 23,90 26,00 32,10 36,20 40,30 44,40 48,50 4,10
D18 18,10 20,40 24,70 29,00 33,30 37,60 41,90 46,20 50,50 4,30
D 19 16,30 20,70 25,10 29,50 33,90 38,30 42,70 47,10 51,50 4,40
D20 16,50 21,00 25,50 30,00 34,50 39,00 43,50 48,00 52,50 4,50
D22 10,90 21,60 28,30 31,00 35,70 40,40 45,10 49,80 54,50 4,70
D 25 17,50 24,50 27,50 32,50 37,50 42,50 47,50 52,50 57,50 5,00
D28 18,40 24,00 29,60 35,20 40,80 46,40 52,00 57,60 63,20 5,60
D29 18,70 24,50 30,30 36.10 41,90 47,70 53,50 59,30 65,10 5,90
D32 19,60 26,00 32,40 38,80 45,20 51,60 58,00 64,40 70,80 6,40
D 36 20,80 28,00 35,20 42,40 49,60 56,80 64,00 71,20 78,40 7,20
D40 22,00 30,00 38,00 46,00 54,00 62,00 70,00 78,00 86,00 8,00
D50 25,00 35,00 45,00 55,00 65,00 75,00 85,00 95,00 105,00 10,00
Keterangan:Tabel dihitung menggunakan sengkang D10, jarak bersih minimum 2,50 cm, dan tebal
selimut beton 4,0 cm.
LampiranII175
PelatSolid
Satu Arah
Balok atau
PelatLajur
Satu Arah
LAMPIRAN III
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
180 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
Alternatif lain untuk memperoleh nilai dan agar lebih memudahkan telahdisiapkan
tabel di bawah ini, dimana pada tabel ini dituliskan nilai dan untukberbagai nilai α,
mulai dari 0 hingga 1 juta,perlu disampaikan juga bahwauntuk memperoleh nilai dan
yang lain disarankan diperoleh langsung darirumus karena pengaruh α pada rumus
tidak linear,adapun formula yangdigunakan adalah:
√ √
√ √
184 Kriteria Perencanaan – Parameter Bangunan
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
STANDAR PENGGAMBARAN
KP-07
2013
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
DIREKTORAT IRIGASI DAN RAWA
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
STANDAR PENGGAMBARAN
KP-07
2013
ii Kriteria Perencanaan – Standar Penggambaran
Sambutan iii
SAMBUTAN
Keberadaan sistem irigasi yang handal merupakan sebuah syarat mutlak bagi
terselenggaranya sistem pangan nasional yang kuat dan penting bagi sebuah negara.
Sistem irigasi merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh air
denganmenggunakanbangunan dan saluran buatan untuk mengairi lahan
pertaniannya. Upaya ini meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia. Terkait prasarana irigasi,
dibutuhkan suatu perencanaan yang baik, agar sistem irigasi yang dibangun
merupakan irigasi yang efektif, efisien dan berkelanjutan, sesuai fungsinya
mendukung produktivitas usaha tani.
Pengembangan irigasi di Indonesia yang telah berjalan lebih dari satu abad, telah
memberikan pengalaman yang berharga dan sangat bermanfaat dalam kegiatan
pengembangan irigasi dimasa mendatang. Pengalaman-pengalaman tersebut
didapatkan dari pelaksanaan tahap studi, perencanaan hingga tahap pelaksanaan dan
lanjut ke tahap operasi dan pemeliharaan.
pemanasan global dan perubahan iklim), kebijakan partisipatif, irigasi hemat air, serta
persiapan menuju irigasi modern (efektif, efisien dan berkesinambungan).
Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap
pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah
dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria
Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi.
Akhirnya, diucapkan selamat atas terbitnya Kriteria Perencanaan Irigasi, dan patut
diberikan penghargaan sebesar-besarnya kepada para narasumber dan editor untuk
sumbang saran serta ide pemikirannya bagi pengembangan standar ini.
KATA PENGANTAR
Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap
pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah
dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria
Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi
edisi sebelumnya dengan menyesuaikan beberapa parameter serta menambahkan
perencanaan bangunan yang dapat meningkatan kualitas pelayanan bidang irigasi.
Kriteria Perencanaan Irigasi ini telah disiapkan dan disusun dalam 3 kelompok:
1. Kriteria Perencanaan (KP-01 s.d KP-09)
2. Gambar Bangunan irigasi (BI-01 s.d BI-03)
3. Persyaratan Teknis (PT-01 s.d PT-04)
Semula Kriteria Perencanaan hanya terdiri dari 7 bagian (KP – 01 s.d KP – 07). Saat
ini menjadi 9 bagian dengan tambahan KP – 08 dan KP – 09 yang sebelumnya
merupakan Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi. Review ini menggabungkan
Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi kedalam 9 Kriteria Perencanaan sebagai
berikut:
KP – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi
KP – 02 Bangunan Utama (Head Works)
KP – 03 Saluran
KP – 04 Bangunan
KP – 05 Petak Tersier
KP – 06 Parameter Bangunan
KP – 07 Standar Penggambaran
KP – 08 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Perencanaan, Pemasangan,
Operasi dan Pemeliharaan
KP – 09 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
vi Kriteria Perencanaan – Standar Penggambaran
DAFTAR ISI
S A M B U T A N ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................v
TIM PERUMUS REVIEW KRITERIA PERENCANAAN IRIGASI ................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
BAB II UKURAN KERTAS GAMBAR ............................................................5
BAB III BLOK JUDUL .........................................................................................7
BAB IV PENOMORAN GAMBAR .....................................................................9
BAB V PENGECILAN GAMBAR ...................................................................13
BAB VI PENUNJUKAN ARAH GAMBAR .....................................................15
BAB VII SKALA, TEBAL GARIS, TINGGI HURUF DAN ANGKA ............17
BAB VIII UKURAN DAN INDIKASI ..................................................................21
BAB IX SIMBOL, ARSIRAN DAN SINGKATAN..........................................25
BAB X GAMBAR-GAMBAR UNTUK SALURAN, PEMBUANG
DAN TANGGUL ...................................................................................29
BAB XI TATA WARNA PETA .........................................................................39
BAB XII PELIPATAN GAMBAR ......................................................................41
BAB XIII PENGGAMBARAN DENGAN MENGGUNAKAN KOMPUTER .43
BAB XIV MENCETAK GAMBAR ......................................................................45
xii Kriteria Perencanaan – Standar Penggambaran
Daftar Tabel xiii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1. Ukuran-Ukuran Kertas dan Garis-Garis Tepi untuk Gambar ..............5
Gambar 3-1. Blok Judul............................................................................................7
Gambar 3-2. Cara Mengisi Blok Judul .....................................................................8
Gambar 7-1. Tebal Garis untuk Gambar-Gambar Bangunan .................................19
Gambar 7-2. Penunjuk Skala ..................................................................................20
Gambar 8-1. Ukuran dan Penunjuk ........................................................................21
Gambar 8-2. Ukuran dan Penunjuk (Lanjutan) ......................................................23
Gambar 8-3. Ukuran dan Penunjuk (Lanjutan) ......................................................23
Gambar 8-4. Ukuran dan Penunjuk (Lanjutan) ......................................................24
Gambar 10-1. Blok Gambar untuk Saluran-Saluran Irigasi .....................................30
Gambar 10-2. Blok Gambar untuk Saluran-Saluran Pembuang ...............................31
Gambar 10-3. Blok Gambar untuk Tanggul .............................................................32
Gambar 10-4. Tipe Tata Letak Gambar Pelaksanaan dan Gambar Potongan
Memanjang ........................................................................................33
Gambar 10-5. Tipe-Tipe Tata Letak Gambar Potongan Melintang..........................34
Gambar 10-6. Tipe-Tipe Tata Letak Gambar Potongan Melintang..........................36
Gambar 10-7. Blok Gambar untuk Potongan Melintang ..........................................37
Gambar 12-1. Pelipatan Gambar ..............................................................................41
xvi Kriteria Perencanaan – Standar Penggambaran
Pendahuluan 1
1. BAB I
PENDAHULUAN
Sebelum suatu jaringan irigasi baru dimulai atau rehabilitasi jaringan irigasi yang
sudah ada di lapangan selesai, banyak tenaga teknik terlibat dalam pembuatan semua
jenis gambar. Tanpa adanya gambar-gambar tersebut baik perencanaan maupun
pelaksanaan pekerjaan itu tidak akan pernah bisa dilakukan.
Para tenaga teknik yang menggunakan gambar dalam bidang pekerjaannya antara lain
adalah:
- Ahli topografi membuat peta-peta topografi
- Ahli geologi, yang melakukan pekerjaan penyelidikan geologi
- Perencana, yang bertugas merencanakan pekerjaan
- Juru gambar, yang membuat gambar-gambar
- Pengawas di lapangan, dan
- Kontraktor yang melaksanakan pekerjaan.
2 Kriteria Perencanaan – Standar Penggambaran
Agar para tenaga teknik ini bisa saling mengerti, maka dibuatlah suatu standar untuk
semua tampakan (feature) yang diperlukan pada gambar-gambar tersebut.
Oleh sebab itu, ahli topografi harus menggunakan simbol-simbol, garis dan arsiran.
Misalnya, sebuah sungai yang lebar dapat digambar dengan dua garis yang
menunjukkan tepian sungai, tetapi sebuah sungai cukup digambar dengan satu garis.
Kadang-kadang sebuah bangunan dapat digambar lengkap pada peta berskala besar.
Tetapi pada peta berskala kecil, bangunan itu hanya akan ditunjukkan dengan sebuah
titik. Selanjutnya ahli topografi akan menggunakan simbol untuk menunjukkan
bangunan itu. Ia juga dapat menunjukkan relief yang dijumpai di lapangan, yang
terdiri dari perbukitan dan pegunungan, cekungan atau tanggul-tanggul. Semua ini
ditunjukkan dengan garis-garis tinggi/kontur. Arsiran dipakai untuk menunjukkan
rawa-rawa, hutan, persawahan dan sebagainya. Demikian juga ahli geologi
mempunyai simbol-simbol dan arsiran khusus untuk menunjukkan tampakan-
tampakan yang ia temukan selama penyelidikan di lapangan.
Perencana diharapkan bisa mengerti simbol-simbol dan arsiran-arsiran ini dan bisa
menginterpretasikannya. Ahli geologi harus mampu memutuskan bangunan
(pondasi), saluran (diberi pasangan atau tidak), pembuang dan tanggul macam apa
yang harus dibuat. Ia juga mempunyai simbol-simbol, tipe-tipe garis dan arsiran
untuk menunjukkan rencananya serta bahan-bahan yang ingin ia pakai pada gambar-
gambar.
Juru gambar bertugas antara lain, membuat gambar-gambar yang akan dipakai di
lapangan selama pelaksanaan pekerjaan. Ia harus membuat gambar-gambar yang
Pendahuluan 3
jelas, yang bisa dipahami baik oleh kontraktor maupun pengawas. Setiap bagian dan
saluran atau bangunan harus tampak dan detailnya ditunjukkan seperlunya. Petunjuk-
petunjuk yang diberikan pada gambar-gambar itu akan memperjelas hal-hal yang bisa
menimbulkan salah pengertian.
Gambar-gambar harus dibuat dengan skala, walaupun mengukur dan gambar tidak
pernah diperbolehkan. Dimensi-dimensi diberikan dalam meter, sentimeter atau
milimeter, tergantung pada apa yang akan ditunjukkan dalam gambar.
Dalam Bagian Kriteria Perencanaan ini akan dibicarakan mengenai ukuran gambar,
tata letak gambar untuk berbagai bagian pekerjaan, simbol-simbol, tebal garis dan
arsiran yang akan digunakan agar bisa membantu mereka yang berkecimpung dalam
penggambaran pekerjaan irigasi.
4 Kriteria Perencanaan – Standar Penggambaran
Ukuran Kertas Gambar 5
2. BAB II
UKURAN KERTAS GAMBAR
10
10
5
10
l = 297
w = 841
w = 297
w = 594
w = 420
5
25 25 5
l = 420 w = 210
5
A3 A4
5
10
A2
10
l = 594
10
10
A1
l = 841
A0
x = 210
10
l = 1189
3. BAB III
BLOK JUDUL
Blok-blok judul seperti ditunjukkan pada Gambar 3-1 akan dipakai dalam semua
gambar dan letaknya disudut kanan bawah tiap-tiap gambar. Gambar 3-2 adalah
contoh bagaimana blok judul itu harus diisi.
4. BAB IV
PENOMORAN GAMBAR
Nomor gambar dapat dibagi menjadi bagian fungsional dan bagian urutan. Nomor
gambar akan disusun seperti berikut:
Tipe gambar
Pengelompokan gambar
Pembagian butir (item)
Nomor urutan
A–BB–CC–DD
- Saluran irigasi
1-03-01 Saluran primer X
1-03-02 Saluran sekunder A
1-03-03 Saluran sekunder B
1-03-04
- Bangunan irigasi
1-04-01 (untuk saluran primer X) - 01
1-04-01-02
1-04-02 (untuk saluran sekunder A) - 01
1-04-02-02
1-04-02-03
Penomoran Gambar 11
- Saluran pembuang
1-06-01 Saluran pembuang primer
1-06-02 Saluran pembuang sekunder
1-06-03 Saluran pembuang sekunder
1-06-04
- Petak tersier
1-12-01 Tata letak
1-12-02 Saluran irigasi
1-12-03 Bangunan irigasi
1-12-04 Saluran pembuang
1-12-05 Bangunan pembuang
Gambar-gambar untuk tiap butir yang disebutkan di dalam CC akan diberi nomor
urut. Tiap butir dimulai dengan 01.
Contoh:
Gambar konstruksi
Saluran irigasi
Saluran sekunder
Nomor urutan (gambar ke lima)
1-03 -02 -05
Gambar konstruksi
Bangunan irigasi
Bangunan di saluran sekunder
Nomor urutan (gambar ke dua)
1-04-02-02
Semua gambar yang dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan akan direvisi lagi menjadi
gambar purnalaksana, setelah itu nomor pertama akan diubah menjadi nomor 3.
Contoh: 1-04-03-02 menjadi 3-04-03-02.
Pengecilan Gambar 13
5. BAB V
PENGECILAN GAMBAR
Gambar hendaknya tidak diperkecil sampai melebihi setengah dari ukuran kertas
gambar aslinya. Pengecilan maksimum adalah sampai ukuran kertas A3.
Di antara berbagai ukuran gambar standar, ada perbandingan tetap yaitu 1:√2.
Pengecilan maksimum adalah:
A0 A2
A1 A3
Semua gambar harus diperkecil supaya mudah disimpan pada micro film. Jika kriteria
yang dibicarakan dalam bagian ini diikuti, maka perlu dibuat suatu persyaratan agar
gambar-gambar mudah dicari sewaktu diperlukan dan agar gambar-gambar itu tetap
bisa dibaca setelah diperbesar lagi.
Untuk arsiran, tebal garis tidak boleh lebih kecil dari 0,18 mm dan jarak antar garis
tidak kurang dari 3 mm untuk gambar-gambar bangunan dari 2 mm untuk gambar-
gambar pekerjaan baja (arsiran potongan baja, perunggu, karet dan sebagainya).
14 Kriteria Perencanaan – Standar Penggambaran
Penunjukan Arah Gambar 15
6. BAB VI
PENUNJUKAN ARAH GAMBAR
Pada peta-peta topografi dan peta-peta situasi, arah utara akan ditunjukkan ke arah
atas gambar. Data mengenai jaringan grid (gridnet), jika ada akan ditulis di sepanjang
garis-garis tepi/marginal kertas gambar.
Peta-peta situasi sungai dan peta-peta situasi untuk trase saluran atau pembuang akan
digambar sedemikian sehingga arah aliran adalah ke arah kanan gambar.
Peta situasi dan potongan memanjang yang muncul dalam satu gambar, akan
menunjukkan bentang sungai, saluran, pembuang atau tanggul yang sama.
Jika terdapat sungai, saluran atau pembuang dilihat ke arah hilir, maka tanggul di
sebelah kanan disebut tanggul kanan dan yang kiri disebut tanggul kiri. Potongan
melintang akan digambar dengan tanggul-kiri sebelah kiri dan tanggul-kanan sebelah
kanan.
7. BAB VII
SKALA, TEBAL GARIS, TINGGI HURUF DAN ANGKA
Skala gambar bergantung kepada apa yang harus ditunjukkan oleh gambar itu atau
seberapa detail gambar itu harus dibuat.
Dalam pekerjaan gambar dipakai bermacam-macam tebal garis dan huruf atau tinggi
angka agar gambar lebih mudah dibaca. Tebal garis dan tinggi angka akan berbeda-
beda menurut skala gambar. Dalam Tabel 7-1. diberikan skala, tebal garis dan tinggi
huruf atau angka untuk berbagai tipe gambar. Untuk tebal huruf dan angka dianjurkan
untuk memakai 1/10 dari tinggi huruf/angka. Juga, dianjurkan agar untuk gambar-
gambar peta dipakai tebal garis seperti yang diberikan dalam daftar, dengan simbol-
simbol peta pada Tabel 7-1. serta tebal garis untuk gambar-gambar bangunan seperti
yang disajikan pada Gambar 7-1.
Penunjuk skala (scale bar) akan menunjukkan dimensi sebagaimana diberikan pada
gambar, dalam meter atau sentimeter dan untuk pekerjaan baja dalam milimeter.
Kalau ukuran gambar diperkecil, maka skala semula akan ditunjukkan dengan angka,
demikian pula skala yang baru (sesudah pengecilan) dengan menggunakan penunjuk
skala.
vertikal 1:200
1:100
Gambar-Gambar Bangunan
Denah Umum 1:1.000 0,25/0,35/0,5/0,7 2,5/3,5/5/7
1:500 0,25/0,35/0,5/0,7 2,5/3,5/5/7
Denah
1:500 0,25/0,35/0,5/0,7 2,5/3,5/5/7
1:200 0,25/0,35/0,5/0,7 2,5/3,5/5/7
1:100 0,25/0,35/0,5/0,7/1 2,5/3,5/5/7/10
1:50 0,25/0,35/0,5/0,7/1 2,5/3,5/5/7/10
8. BAB VIII
UKURAN DAN INDIKASI
Untuk garis-garis ukuran dan garis-garis bantu (auxiliary line), akan digunakan tebal
garis 0,25 mm sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7-1. Untuk keterangan lebih
lanjut mengenai bagaimana dan di mana menempatkan garis-garis ukuran, garis bantu
dan indikasinya, lihat Gambar 8-1.
Ketinggian (level) selalu ditunjukkan dalam meter di atas ketinggian yang sudah
ditetapkan.
Semua ukuran gambar bangunan dapat diberikan dalam meter atau sentimeter, kecuali
gambar-gambar pekerjaan baja yang selalu diberikan dalam milimeter.
9. BAB IX
SIMBOL, ARSIRAN DAN SINGKATAN
Tabel 9-1., Tabel 9-2. dan Tabel 9-3. menyajikan singkatan-singkatan yang sering
dipakai pada gambar. Tabel 14-1. sampai dengan Tabel 14-22. secara berturut-turut
menyajikan simbol-simbol dan tipe-tipe arsiran dan yang paling sering sampai yang
kurang sering dipakai. Simbol-simbol peta pada Tabel 14-1. sampai dengan Tabel 14-
12. dibagi menjadi Simbol Peta Topografi dan Simbol Peta Situasi.
Tabel 14-13. sampai dengan Tabel 14-15. adalah pengarsiran untuk gambar-gambar
konstruksi.
Tabel 14-16. adalah simbol-simbol serta pengarsiran geologi teknik dan mekanika
tanah. Tabel 14-1. sampai dengan Tabel 14-22. dapat dilihat pada bagian 14 buku ini.
26 Kriteria Perencanaan – Standar Penggambaran
10. BAB X
GAMBAR-GAMBAR UNTUK SALURAN, PEMBUANG DAN TANGGUL
Pada Gambar 10-1., 10-2. Dan 10-3. blok gambar untuk saluran-saluran irigasi,
saluran-saluran pembuang dan tanggul, sedangkan Gambar 10-4. sampai dengan
Gambar 10-7. menunjukkan beberapa tipe tata letak gambar, yaitu:
a. untuk gambar pelaksanaan (Gambar 10-4.) disediakan cukup ruang untuk data-
data tambahan (legenda, catatan, dsb.);
c. untuk gambar potongan melintang (Gambar 10-5, 10-6 dan 10-7) menyajikan
penjelasan serupa untuk gambar-gambar potongan melintang.
30 Kriteria Perencanaan – Standar Penggambaran
120
75 90 25 10 10 10 10 10
HECTOMETER STONE
NOMOR PROFIL
9
PROFILE NUMBER
JARAK PROFIL / DISTANCE
JARAK LANGSUNG
15
ACCUMULATED DISTANCE
ELEVASI TANGGUL KIRI
9
ELEVASI TANGGUL
BANK LEVEL
ELEVASI MUKA AIR RENCANA
9
RENCANA / DESIGN
BED LEVEL
TRACE SALURAN / ALIGNMENT R x y
9
TYPE OF STRUCTURE
DIMENSI SALURAN DAN DATA TAMBAHAN Q B
DRAIN DIMENSION AND ADDITIONAL DATA bo bl
15
mo ml
Untuk penjelasan mengenai arti simbol, lihat Tabel 9-1. sampai dengan Tabel 9-3.
120
75 90 25 10 10 10 10 10
HECTOMETER STONE
NOMOR PROFIL
9
PROFILE NUMBER
JARAK PROFIL / DISTANCE
JARAK LANGSUNG
15
ACCUMULATED DISTANCE
ELEVASI TANGGUL KIRI
9
ELEVASI TANGGUL
BANK LEVEL
ELEVASI MUKA AIR MAKSIMUM
9
DISCHARGE LEVEL
ELEVASI DASAR SALURAN
9
BED LEVEL
RENCANA / DESIGN
TIPE BANGUNAN
10
TYPE OF STRUCTURE
DIMENSI SALURAN DAN DATA TAMBAHAN Q B
DRAIN DIMENSION AND ADDITIONAL DATA bo bl
15
mo ml
Untuk penjelasan mengenai arti simbol, lihat Tabel 9-1. sampai dengan Tabel 9-3.
120
75 90 25 10 10 10 10 10
HECTOMETER STONE
NOMOR PROFIL
9
PROFILE NUMBER
JARAK PROFIL / DISTANCE
JARAK LANGSUNG
15
ACCUMULATED DISTANCE
ELEVASI PUNCAK
YANG ADA
EXISTING
9
TOP LEVEL
ELEVASI TANAH ASLIPADA AS TANGGUL
9
ELEVASI TANGGUL
9
TOP LEVEL
ELEVASI MUKA AIR BANJIR
9
TIPE BANGUNAN
10
TYPE OF STRUCTURE
DIMENSI TANGGUL DAN DATA TAMBAHAN Q B
DIKE DIMENSION AND ADDITIONAL DATA bo bl
15
mo ml
Untuk penjelasan mengenai arti simbol, lihat Tabel 9-1. sampai dengan Tabel 9-3.
10
sediakan cukup ruang
untuk data-data
10
tambahan (legenda,
catatan, dsb.)
enough space for
additional data
sediakan
(legend,cukup
notes,ruang
etc.)
untuk data-data
594
594
tambahan (legenda,
catatan, dsb.)
enough space for
additional data
(legend, notes, etc.)
190 190
594
594
20
71
190 190
10
50 781 10
10
20
10
50 781 10
230
10
10
50 123 630 16 10
210 210
230
594
120
10
50 123 630 16 10
148
594
120
5
10 71
148
841
5
71
10
841
Gambar 10-5. Tipe Tata Letak Gambar Potongan Memanjang Saluran, Pembuang dan
Tanggul
34 Kriteria Perencanaan – Standar Penggambaran
10
70
92
92
594
92
92
92
44
50 10 50 190 20 50 190 20 50 190 11 10
10
841
Kalau mungkin garis-garis tengah saluran, pembuang atau tanggul akan berada dalam
satu garis lurus vertikal. Ketinggian akan ditunjukkan dalam semua potongan
melintang (dalam meter) diatas ketinggian nol (zero level) tertentu yang sudah
ditetapkan.
Pada dasarnya, dimensi dan kemiringan juga akan diberikan disetiap potongan
melintang. Walaupun demikian, apabila dalam satu deretan potongan melintang tidak
Gambar - Gambar untuk Saluran, Pembuang dan Tanggul 35
mengalami perubahan dalam dimensi dan kemiringan, maka hal ini akan ditunjukkan
dibagian atas dan bawah potongan saja.
Jika ada perubahan potongan melintang dalam suatu deret, maka potongan terakhir
bagian sebelumnya bersama-sama dengan potongan pertama dan bagian yang diubah,
akan digambar lengkap.
36 Kriteria Perencanaan – Standar Penggambaran
10
80
112
112
594
112
158
10
20
50 10 50 320 50 320 11 10
10
80
112
112
594
112
112
10 46
841
60
bidang persamaam
reference level
.......................m
ELEVASI TANAH ASLI (m)
10
JARAK/DISTANCE (m)
50 m
Saluran: a
Potongan Melintang Panjang Volume
Kupasan Timbunan Galian bentang Kupasan Timbunan Galian
No
(m2) (m2) (m2) (m) (m3) (m3) (m3)
Jumlah g h j k
e : luas timbunan, tidak termasuk luas pasangan batu, lapisan batu, lining beton,
beronjong – jika ada
f : panjang bentang yang valid/sahih bagi potongan melintang yang
bersangkutan
g : bentang saluran secara keseluruhan, yaitu sama dengan panjang saluran
didalam gambar potongan memanjang
h : jumlah volume dalam m3 untuk kupasan
j : jumlah volume dalam m3 untuk timbunan
k : jumlah volume dalam m3 untuk galian
Butir-butir h, j dan k akan muncul dalam Rincian Volume dan Biaya, Harga Satuan
dan Harga.
Tata Warna Peta 39
11. BAB XI
TATA WARNA PETA
Empat eksemplar dari peta-peta tata letak ini harus seluruhnya diberi nama,
sedangkan empat eksemplar yang terakhir akan diberi warna hanya disepanjang
batas-batas petak saja. Lebar warna sepanjang perbatasan ini adalah 1 sentimeter.
- biru untuk jaringan irigasi, garis penuh untuk jaringan pembawa yang ada dan
garis putus-putus untuk jaringan yang sedang direncana;
- merah untuk sungai dan jaringan pembuang garis penuh untuk jaringan yang sudah
ada dan garis putus-putus untuk jaringan yang sedang direncana;
- coklat untuk jaringan jalan;
- kuning untuk daerah yang tidak diairi (dataran tinggi, rawa-rawa);
- hijau untuk perbatasan kabupaten, kecamatan desa dan kampung;
- merah untuk tata nama bangunan;
- hitam untuk jalan kereta api;
- warna bayangan akan dipakai untuk batas-batas petak sekunder, batas-batas petak
tersier akan diarsir dengan warna yang lebih muda dan warna yang sama.
40 Kriteria Perencanaan – Standar Penggambaran
Pelipatan Gambar 41
Garis-garis lipat akan dibuat di luar garis-garis tepi lihat Gambar 12-1.
2a 2b
1
2a dan 2b: Lipatan vertikal dibuat secara saling silang (zig zag).
Tentang pengecilan gambar pada Bab V, jika menggambar dengan cara manual harus
bisa diperkecil agar mudah disimpan pada microfilm, sehingga perlu
persyaratan-persyaratan, antara lain:
Gambar-gambar dengan cap basah dan tanda tangan tersebut sebagai arsip dan
dipakai untuk pedoman melegalisir dan memperbanyak gambar setelah selang waktu
adanya pergantian pejabat.
Tanggul Dike
Provincial road
Jalan Provinsi 0,35 0,35 (Surfaced road)
(a)* (b)*
Titik tetap
(patok beton) Benchmark
Sawah Ricefield
Rumput Grass
(a)* (b)*
Batas daerah aliran sungai 1,0 0,7 Water shed divide of a catchment area
Sekolah School
(a)* (b)*
Tempat keramat Shrine
Makam/kuburan (Islam,
Kristen, Tionghoa) Graves/Cemetery
Pabrik Factory
Pasar Market
(a)* (b)*
Letak Layout
Bangunan pengatur
Cheek structure
m.a
Quaternary box
Boks kuarter
(farm inlet)
Gorong-gorong Culvert
Bangunan pelimpah
Side spillway
samping
Bangunan terjun
Drop structure
Krib Groyne
Bendungan Dam
Jembatan Bridge
Telepon Telephone
potongan/section
Keterangan campuran (jika ada)/mix Legend
proportion (if any)
tampak/view
Kerikil Gravel
Pasir Sand
Lempung Clay
Konstruksi Constructions
Bronjong Gabion
Aspal Asphalt
Kayu Wood
Besi Steel
Perunggu Bronze
Aluminium Aluminium
Karet Rubber
60 Kriteria Perencanaan – Standar Penggambaran
Ground surface
Pcrmukaan tanah (section)
(potongan)
Indication of section
Petunjuk potongan
Mencetak Gambar 61
Tanah Soils
Kerakal Gravels
Pasir Sand
Lanau Silt
Lempung Clay
Talus Thalus
Gambut Peat
Breksi Breccia
Konglomerat Conglomerate
Shale
Serpih
Calcareouse shale
Serpih gampingan
Dolomit Dolomite
Gipsum Gypsum
Anhidrit Anhydrite
Garam Salt
66 Kriteria Perencanaan – Standar Penggambaran
Lava Lava
(struktur aliran) (flow Structure)
Granit Granite
Serpentinit Serpentine
Sekis Schist
Genes Gneiss
Marmer Marble
Kuarsit Quartzite
Macam-macam Various
Merah
Batuan Beku/Batuan Igneous rock/Gang
Terobosan Red
Red
Kuning
Batu Pasir/Sedimen Sandstone/sedimentary rock
Yellow
Yellow
Antiklin dengan
penunjaman tegak Vertically plunging
anticlinc
Mencetak Gambar 71
.
Jurus dan kemiringan cleavage Strike and dip of cleavage
Sumur minyak (kiri) dan sumur Oil well (left) and gas well
gas
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
STANDAR PINTU PENGATUR AIR IRIGASI:
PERENCANAAN, PEMASANGAN,
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
KP-08
2013
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
DIREKTORAT IRIGASI DAN RAWA
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
STANDAR PINTU PENGATUR IRIGASI:
PERENCANAAN, PEMASANGAN,
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
KP-08
2013
ii Kriteria Perencanaan – Standar Pintu Pengatur Irigasi: Perencanaan, Pemasangan Operasi dan
Pemeliharaan
Sambutan iii
SAMBUTAN
Keberadaan sistem irigasi yang handal merupakan sebuah syarat mutlak bagi
terselenggaranya sistem pangan nasional yang kuat dan penting bagi sebuah
negara.Sistem Irigasi merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia untuk
memperoleh air dengan menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk mengairi
lahan pertaniannya.Upaya ini meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen
irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia.Terkait prasarana
irigasi, dibutuhkan suatu perencanaan yang baik, agar sistem irigasi yang dibangun
merupakan irigasi yang efektif, efisien dan berkelanjutan, sesuai fungsinya
mendukung produktivitas usaha tani.
Pengembangan irigasi di Indonesia yang telah berjalan lebih dari satu abad, telah
memberikan pengalaman yang berharga dan sangat bermanfaat dalam kegiatan
pengembangan irigasi dimasa mendatang.Pengalaman–pengalaman tersebut
didapatkan dari pelaksanaan tahap studi, perencanaan hingga tahap pelaksanaan dan
lanjut ketahap operasi dan pemeliharaan.
Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap
pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah
dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria
Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi.
Akhirnya, diucapkan selamat atas terbitnya Kriteria Perencanaan Irigasi, dan patut
diberikan penghargaan sebesar–besarnya kepada para narasumber dan editor untuk
sumbang saran serta ide pemikirannya bagi pengembangan standar ini.
KATA PENGANTAR
Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap
pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah
dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria
Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi
edisi sebelumnya dengan menyesuaikan beberapa parameter serta menambahkan
perencanaan bangunan yang dapat meningkatan kualitas pelayanan bidang irigasi.
Kriteria Perencanaan Irigasi ini telah disiapkan dan disusun dalam 3 kelompok:
1. Kriteria Perencanaan (KP-01 s.d KP-09)
2. Gambar Bangunan irigasi (BI-01 s.d BI-03)
3. Persyaratan Teknis (PT-01 s.d PT-04)
Semula Kriteria Perencanaan hanya terdiri dari 7 bagian (KP – 01 s.d KP – 07). Saat
ini menjadi 9 bagian dengan tambahan KP – 08 dan KP – 09 yang sebelumnya
merupakan Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi. Review ini menggabungkan
Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi kedalam 9 Kriteria Perencanaan sebagai
berikut:
KP – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi
KP – 02 Bangunan Utama (Head Works)
KP – 03 Saluran
KP – 04 Bangunan
KP – 05 Petak Tersier
KP – 06 Parameter Bangunan
KP – 07 Standar Penggambaran
KP – 08 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Perencanaan, Pemasangan,
Operasi dan Pemeliharaan
KP – 09 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
vi Kriteria Perencanaan – Standar Pintu Pengatur Irigasi: Perencanaan, Pemasangan Operasi dan
Pemeliharaan
Hal yang sama juga berlaku bagi masalah-masalah, yang meskipun terletak dalam
batas-batas dan syarat berlakunya standar ini, mempunyai tingkat kesulitan dan
kepentingan yang khusus.
DAFTAR ISI
S A M B U T A N ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................v
TIM PERUMUS REVIEW KRITERIA PERENCANAAN IRIGASI ................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................xv
BAB I PERENCANAAN ...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tinjauan Terhadap Perencanaan Pintu Lama ...................................................2
1.3 Pemilihan Pintu untuk Standarisasi ..................................................................4
1.4 Tujuan Standarisasi ..........................................................................................5
1.5 Pertimbangan Perencanaan secara Umum ........................................................6
1.6 Pertimbangan Perencanaan secara Khusus .......................................................8
1.6.1 Pintu Boks Tersier dan Kuarter ..............................................................8
1.6.2 Pintu Sorong untuk Saluran dan Gorong-gorong, Bentang
sampai 1,20 m ......................................................................................11
1.6.3 Pintu Romijn .........................................................................................12
1.6.4 Pintu Sorong untuk Saluran, Bentang 1,20 m sampai 2,50 m ..............13
1.6.5 Pintu Pengatur Elevasi Muka Air Pada Bangunan Bagi .......................14
1.6.6 Pintu Crump--de--Gruyter ....................................................................19
1.6.7 Pintu Radial ..........................................................................................19
1.6.8 Pintu Klep Seimbang ............................................................................22
1.6.9 Pintu Pengatur Elevasi Otomatis dengan Penyeimbang .......................24
1.6.10Pintu Sorong Kayu................................................................................29
1.7 Penggunaan Motor Listrik Penggerak Alat Angkat........................................30
1.8 Spesifikasi dan Gambar Rencana ...................................................................31
1.8.1 Spesifikasi .............................................................................................31
1.8.2 Gambar Rencana...................................................................................32
BAB II PEMASANGAN, OPERASI DAN PEMELIHARAAN............................33
2.1 Pemasangan Pintu..........................................................................................33
2.1.1 Umum ...................................................................................................33
2.1.2 Pemasangan Pintu Radial ....................................................................34
2.2 Uji Coba Tahap Penyerahan ..........................................................................37
2.3 Pengukuran Debit ..........................................................................................39
2.4 Penuntun untuk Pemeriksaan dan Pemeliharaan Pintu..................................39
2.4.1 Pemeriksaan .........................................................................................39
xii Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1. BAB I
PERENCANAAN
Daerah irigasi yang telah ada diseluruh Indonesia memiliki berbagai macam tipe pintu
tergantung pada tahun pembuatannya, ukuran luas areal dan pabrik pembuat.Akhir-
akhir ini spesifikasi dibuat oleh konsultan dari berbagai negara, beserta standar dan
acuannya, yang juga mempengaruhi pemilihan tipe dan kualitas pintu.
Dari segi operasi dan pemeliharaan, adanya berbagai standar dan tipe menimbulkan
banyak masalah. Penggantian sewaktu pemeliharaan sukar direncanakan dan
dikordinasikan peneraan dan petunjuk eksploitasi tidak dapat distandarkan, biaya
pembuatan mahal dan pengawasan kualitas sulit karena banyak ragam.
(i) Tinjauan terhadap perencanaan pintu lama untuk sistem irigasi dan pembuangan.
(ii) Perencanaan tipe standar untuk penggantian pintu dalam rangka pemeliharaan
khusus dan R&P yang berdaya guna.
(iii) Saran dan petunjuk untuk pembuatan, pemanfaatan standar yang dibuat lewat
proyek ini.
(v) Tipe pintu yang tercantum dalam Tabel 1-1. dipahami untuk memperkirakan
kebutuhan standar. Meskipun pintu Romijn sekarang cukup mahal dan timbul
banyak kesulitan dalam praktek penggunaan sebagai pengatur dan pengukur,
pintu tersebut tetap dipertimbangkan masuk dalam kelompok standar sebagai
bagian dari sub-proyek yang diusulkan.
2 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Tipe Uraian
1. Pintu boks tersier dan kuarter lebar 0,5 m
sederhana, lebar
2. Pintu Sorong lebar 0,4 m sampai 0,6 m ; tinggi < 0,8 m
3. Pintu Sorong lebar 0,6 m sampai 0,8 m ; tinggi < 1,0 m
4. Pintu Sorong lebar 0,8 m sampai 1,0 m ; tinggi < 1,5 m
5. Pintu Sorong lebar 1,0 m sampai 1,2 m ; tinggi < 2,0 m
(vi) Standarisasi pintu radial, pintu klep seimbang dan pintu sorong kayu.
Setelah diterapkan selama 20 tahun ternyata terdapat beberapa hal yang perlu
disempurnakan dan dilengkapi, maka berdasar masukan para praktisi irigasi di
lapangan buku ini diperbaiki oleh suatu tim dari Direktorat Irigasi dan Rawa,
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum.
Sebuah tinjauan ulang perencanaan pintu pengatur air, daerah irigasi dan pembuangan
ukuran kecil sampai menengah dibuat untuk mengenal berbagai tipe dan ukuran pintu
yang banyak dipasang daerah tersebut.
Peninjauan keberbagai proyek irigasi yang ada dan pengamatan terhadap potret-potret
proyek juga membantu pengenalan terhadap pintu ini.
Untuk memperoleh keterangan tersebut diatas tipe pintu pengatur air dapat
distandarisasikan, daerah ukuran dan daerah tinggi tertahan & operasinya dipilih.
Hasil dari tinjauan ulang, terhadap perencanaan pintu lama, tampak bahwa tipe
pengatur air tersebut ini adalah yang paling sering dipasang pada jaringan irigasi dan
pembuangan :
(i) Pintu boks tersier dan kuarter
(ii) Pintu Sorong bentang kecil dari kayu dan baja.
(iii) Pintu Romijn.
Dalam studi yang baru dilaksanakan oleh Konsultan Belanda DHV dan dalam usulan
lanjutannya untuk jaringan irigasi standar, muncul pintu Crump--de--Gruyter dalam
keadaan tertentu, sebagai pilihan disamping Pintu Romijn. Dengan alasan ini dan juga
pertimbangan harga pintu Romijn yang mahal untuk daerah ukuran yang lebih besar,
pintu Crump--de--Gruyter dimasukkan dalam standarisasi :
Pintu klep seimbang dari kayu dan baja dan pintu radial dimasukkan dalam
standarisasi.
Sebagai kesimpulan, telah dipilih pintu tersebut dibawah ini untuk standarisasi.
(a) Pintu boks tersier dan kuarter
(b) Pintu Sorong Baja, sampai bentang 1,20 m.
(c) Pintu Romijn.
(d) Pintu Sorong Baja, sampai bentang 2,50 m.
Perencanaan 5
Selanjutnya standar ini direvisi oleh suatu tim yang dibentuk oleh Direktorat Irigasi.
Tim tersebut telah bekerja dari tahun 2007 sampai dengan 2010.
Oleh sebab itu untuk memenuhi “Standar Perencanaan Irigasi”, yang berkaitan
dengan pintu Romijn dan Crump--de--Gruyter, bentang standar dan ukuran
mempengaruhi tabiat debit dari meja ukur dan pintu tetap dipertahankan seperti yang
ditentukan dalam standar.Variasi terhadap pintu ini dibatasi oleh aspek struktural dan
pabrikasi dari perencanaan agar diperoleh standarisasi pintu dan bendung (Pintu
Romijn).
Sebagai pintu standar untuk dipasangkan pada bangunan lama maupun baru, standar
yang kaku akan menimbulkan kesulitan dalam situasi yang berbeda. Oleb sebab itu,
pendekatan yang lebih luwes diperlukan dalam perencanaan pintu.
Prinsip secara umum yang dipergunakan untuk standarisasi pintu adalah membatasi
sejauh mungkin jumlah suku bagian yang berbeda yang dipergunakan dalam
konstruksi dan operasi semua jenis pintu.
Sejauh mungkin tuntunan dari “Standar Perencanaan Irigasi” yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Pengairan, dipenuhi.
Pintu sorong telah direncanakan dalam berbagai daerah ukuran dengan berbagai
tinggi tekan air yang bekerja pada pintu dan tinggi kerangka, sehingga ukuran setang
standar dan unit roda gigi dapat dipilih untuk ukuran pintu yang diperlukan.Tabel
yang dicantumkan dalam gambar memberikan ukuran setang, panjang maximum
setang penggerak dan unit roda gigi yang dipergunakan untuk berbagai ukuran pintu
dan keadaan lapangan.
Ukuran pintu secara modul tercantum dalam spesifikasi, untuk pintu yang dipasang
pada bangunan baru.
Perencanaan 7
Dalam spesifikasi dinyatakan bahwa pintu yang dipasang pada bangunan lama
digunakan ukuran terdekat dalam daerah ukuran 100 mm terhadap bentang pintu
lama.
Pintu Romijn dan pintu Crump--de--Gruyter untuk dipasang pada bangunan lama
tetapi tidak persis sama dengan bentang standar, diambil ukuran terdekat dalam
daerah ukuran 100 mm terhadap bentang pintu lama. Bendung (Pintu Romijn) dan
pintu diteras untuk menentukan debit dalam berbagai keadaan eksploitasi dan tinggi
muka air. Ukuran vertikal standar dari bendung dan pintu tidak berubah dan yang
telah dicantumkan dalam gambar untuk semua keadaan.
Ukuran suku bagian baja kontruksi dan tebal pintu telah distandar untuk tiap tipe
pintu dan apabila dimungkinkan dipertahankan untuk seluruh tipe pintu.
Bagian Sponing untuk semua tipe pintu dengan pengecualian pada pintu sorong yang
lebih besar, dipabrikasi dan profil baja dan picak.Bagian sponing untuk pintu sorong
yang lebih besar dipabrikasi dari pelat yang ditekuk.
Pintu sorong dan pintu Crump--de--Gruyter dilengkapi dengan brons yang dikerjakan
mesin dipasang pada rangka dan permukaan peluncur dan penyekat dari baja dipasang
pada daun pintu, untuk mengurangi geseran gerak yang disebabkan oleh aksi beban
air pada daun pintu.
Bagian penumpu roda gigi penggerak setang ganda tersusun dari profil U yang sama
ukurannya dengan pengecualian untuk pintu Romijn, yang dipabrikasi dan profil siku.
Ukuran setang (diameter dan kisar ulir) dibatasi sampai empat ukuran untuk seluruh
daerah ukuran pintu yang distandarisasi. Sehingga dapat distandarisasikan mur
penggerak dan roda gigi penggerak.
Mur penggerak yang menaikkan dan menurunkan setang pintu hanya ada dua ukuran
dasar, dengan pemotongan membentuk ulir dalam untuk menyesuaikan ukuran setang
8 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
pasangannya. Satu tipe mur menggunakan gagang penggerak untuk menaikkan pintu
dan tipe yang lain berpasangan dengan unit rode gigi kerucut penggerak.
Unit gigi pengerak dipergunakan berpasangan dengan mur penggerak yang dibatasi
pada dua angka reduksi 2/1 dan 1,5/1. Unit roda gigi kerucut tengah, untuk pintu yang
mempunyai setang ganda hanya akan mempunyai satu angka reduksi yakni 1,5/1.
Roda kemudi untuk memutar roda gigi penggerak tipe kerucut dibatasi pada dua
diameter standar.
Mutu dan ukuran profil baja konstruksi dan pelat yang dipergunakan dalam
perencanaan pintu standar telah dipilih dari yang ada di Indonesia. Mutu brons, baja
tahan karat dan bahan roda gigi juga dipilih dengan cara yang sama.
Semua suku bagian pintu yang memerlukan penggantian atau suku bagian yang perlu
dilepas untuk pemasangan bagian lain yang dapat diganti ditautkan dengan
pengencang non-ferro.
Untuk semua jenis pintu sorong agar bagian rangka tegak yang tidak tertanam dalam
bangunan (beton) dilindungi dengan cara membungkus dengan pasangan beton
siklup. Tujuannya agar rangka pintu aman dari kerusakan akibat cuaca dan genangan
air yang bisa menimbulkan korosi.
Karena beratus pintu ini akan diperlukan untuk proyek-proyek, maka perencanaan
dan pabrikasi dibuat sesederhana mungkin, agar dapat dijaga harganya minimum.
Perencanaan 9
Selama kunjungan lapangan ke proyek irigasi yang ada banyak dijumpai daun pintu
tersier hilang dari kerangka.
Untuk mencegah pelepasan daun pintu dikemudian hari, pintu harus dipasokkan
dalam bentuk unit terakit sepenuhnya siap dipasang dalam coakkan beton bangunan.
Daun pintu disisipkan dalam sponing saat pengerjaan dipabrik dan bagian puncak
sponing ditutup dengan pelat yang dilaskan.
Untuk menjaga kemampuan tenaga yang diperlukan untuk menaikkan pintu sampai
batas yang dapat diterima, bentang maximum pintu untuk pintu baja dibuat tidak lebih
dan 500 mm.Sedang untuk pintu tersierdengan daun pintu dari bahan Glass Fiber
Reinforce Plastic (GFRP Standar Balai Irigasi PU ) dibuat dengan ukuran berikut ini.
Tabel 1-2. Ukuran Pintu Tersierdengan Daun Pintu dari Bahan Glass Fiber Reinforce Plastic
(GFRP Standar Balai Irigasi PU)
Bahan ini dikembangkan dengan tujuan untuk bahan daun pintu air. Untuk rangka
pengarah masih tetap menggunakan bahan baja profil.
Bahan GFRP merupakan bahan komposisi dari serat gelas (kasar dan halus) seperti
jenis Woven Roving (WR)danChopped Strand Mat (CSM) dengan bobot 450 dan
300 g/m2. Perletakan serat gelas diatur secara simetris dengan posisi sudut ikatan
yang digunakan dalam WR adalah 900 dan CSM dengan pola acak sehingga pintu
bahan campuran ini memiliki sebaran kekuatan secara merata diseluruh bagian.
Setelah pencampuran bahan dengan komposisi yang telah siap, pembuatan daun pintu
fiberglass adalah sebagai berikut:
Pembuatan mold (wadah cetak) dengan bahan kayu dan papan multiplex;
Setelah mold (cetakan) selesai, terlebih dahulu permukaan dalam dari cetakan
dilumasi dengan dempul untuk memperhalus permukaan, kemudian dipoles
dengan mirrorglass untuk mempermudah pembongkaran mold setelah kering;
Setelah mirrorglass kering dan cetakan telah siap digunakan, proses pembuatan
daun pintu air siap dimulai;
Letakkan serat fiber lapis pertama pada mold dengan balutan mat/mesh (serat
halus) dan yang kedua dengan roving (serta kasar) serta balutan terakhir dengan
mat lagi, semua lapisan serat itu dilumuri dengan minyak resin yang telah
dicampur katalis dan sedikit bubuk calcium carbonat (Talk). Takaran campuran
minyak resin + katalis tergantung lamanya proses pengeringan yang hendak
diinginkan, contoh: 5 liter minyak resin dilaruti 5 cc cairan catalis memerlukan
waktu pengeringan 3 – 5 menit (dengan asumsi cuaca cerah);
Pada saat mempelajari perencanaan pintu lama, diperoleh kenyataan bahwa terdapat
dua tipe pintu sorong yang berbeda untuk dipasang disaluran atau gorong-gorong,
yakni:
(i) Instalasi Rangka Pendek.
(ii) Instalasi Rangka Panjang.
Sehingga dilakukan dua macam perencanaan, yang untuk keduanya lebih lanjut
dirinci lagi menjadi instalasi untuk saluran dan gorong-gorong.
(i) Pintu sorong tipe rangka pendek untuk saluran dan gorong-gorong dipasangkan
pada:
(a) Bangunan Sadap Tersier.
(b) Bangunan Pengatur Saluran.
(c) Bangunan Penggelontor Saluran Kecil.
(ii) Pintu sorong tipe rangka panjang untuk saluran dan gorong-gorong/dinding
penahan, dipasangkan pada:
Semua pintu digerakkan dengan sebuah mur tunggal yang dapat dikaitkan dengan
gagang penggerak atau dengan unit roda gigi penggerak dengan roda tangan (roda
kemudi).
Perbedaan mendasar antara tipe rangka pendek dan panjang adalah adanya
kelengkapan bantalan penopang setang pada rangka panjang, dimaksudkan untuk
mengurangi diameter setang.
12 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Perbedaan mendasar antara pintu saluran terbuka dan pintu untuk gorong-
gorong/dinding penahan, adalah daun pintunya terbalik dalam hal rangka dan adanya
bagian ambang atas untuk pintu gorong-gorong/dinding penahan sehingga perapatan
(tidak bocor) pada keempat sisinya dapat dipenuhi.
Masalah utama tampaknya adalah kemacetan pintu atas dan bawah dalam sponing
dan tekuk pada bagian penumpu roda gigi.
Tekuk pada bagian penumpu roda gigi adalah akibat langsung dari kemacetan pintu.
Pintu Romijn adalah pintu dengan konstruksi daun pintu ganda, daun pintu atas
dengan pelat meja ukur sebagai pengukur debit aliran diatasnya, sedang daun pintu
bawah dipergunakan untuk menggelontor saluran yang dipasangi pintu tersebut.
Direktorat Irigasi memandang perlu tetap mempertahankan daun pintu bawah untuk
penggelontoran dalam perencanaan standar.
Pintu Romijn dikonstruksi daun pintu ganda mempunyai masalah kebocoran apabila
pintu dalam keadaan tertutup dan terdapat kelonggaran cukup.
Untuk mengurangi risiko kerusakan dalam pengangkutan pintu, meja ukur dibuat
lepasan.Sehingga pintu dapat diangkut tanpa meja ukur terpasang. Sewaktu
pemasangan pintu pelat meja ukur dirakitkan pada kedudukannya dengan baut baja
tahan karat. Pelat meja ukur dapat diganti apabila rusak atau terkena korosi.
Karena pintu tersebut sangat rumit dan mempunyai beberapa bagian bergerak yang
memerlukan kelonggaran yang cukup, struktur pintu, sebagai keseluruhan menjadi
lentur. Kelenturan ini memberi kecenderungan dengan bertambahnya bentang
kemungkinan bertambahnya kekeliruan dalam eksploitasi.
Ukuran-ukuran arah vertikal pintu harus memenuhi semua ketentuan ukuran yang
tercantum dalam gambar.
Untuk pembuatan pengukur liter yang dipasang dipintu, periksa tabel dalam
Lampiran I buku ini dan Gambar No.WD 111.
Pintu ini telah direncanakan untuk eksploitasi dengan mur ganda agar terhindar dari
kemungkinan macet dalam sponing, yang bentangnya sekitar 1,50 kali tingginya.
Terdapat batasan pada bentuk pintu tipe setang tunggal. Hal ini berkaitan dengan
kelonggaran jalan samping untuk gerak yang diizinkan dalam penuntun pintu, apabila
pintu diturunkan berubah-ubahnya koefisien geser tidak dapat dihindarkan pada tiap
sisi pintu yang dapat memiringkan daun pintu dan kemungkinan sebagai penyebab
14 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
macet dalam penuntunnya, ini berarti bahwa (dengan anggapan kelonggaran kerja
standar pada tiap sisi pintu) pintu dengan daun pintu dangkal dapat miring dalam
penuntunnya lebih dari pada pintu dengan daun pintu dalam (tinggi). Jadi pintu
dengan setang penggerak tunggal lebih cenderung dipilih bentuk persegi, atau lebih
besar tingginya dari pada bentang. Suatu batasan mutlak pada perbandingan
bentang/tinggi sekitar 2/1 umumnya dapat diterima tetapi sejauh mungkin
dihindarkan. Lewat batas ini lebih disenangi mempergunakan setang penggerak ganda
yang memberikan gaya angkat yang sinkron pada tiap sisi pintu.
Untuk maksud standarisasi sebuah konstruksi sponing yang lebih kokoh telah
disesuaikan untuk pintu dengan bentang maksimum 2,50 m maupun pintu sorong
yang ukurannya lebih kecil. Hal ini memberikan kekakuan yang lebih besar pada sisi
pintu.
Konstruksi engsel, untuk mengaitkan daun pintu ke setang penggerak, yang sesuai
dengan standarisasi lebih mahal dalam hal biaya bahan dan tenaga kerja, dari pada
kaitan dengan penempaan ujung yang telah banyak digunakan di Indonesia. Bentuk
dengan tempaan ujung memberikan ketebalan yang tipis sehingga tidak mempunyai
kekakuan sehingga tidak dapat dipertimbangkan sebagai kaitan yang baik.
Kaitan engsel dinilai sebagai konstruksi yang hanya memungkinkan derajad gerak
lateral terbatas pada kaitan sehingga lebih baik dari pada konstruksi dengan ujung
tempaan.
Pintu pengatur elevasi muka air pada bangunan bagi adalah pintu sorong/pintu
stoplog yang dipasang sedemikian sehingga dapat mengatur permukaan air dihulu
bangunan bagi dengan cara melepaskan air kehilir lewat atas pintu (over flow).
Pengaturan air pada bangunan bagi harus didesain agar air lewat atas pintu (over flow)
Perencanaan 15
sehingga air tidak terlalu drop. Lokasi pintu pengatur pada bangunan bagi seperti
pada sketsa dibawah ini:
Untuk maksud itu maka ditentukan perencanaan untuk pengatur elevasi pada
bangunan bagi menggunakan tipe sebagai berikut:
Pintu pengatur elevasi dengan menggunakan tipe stoplog dibatasi pada ukuran
maksimum lebar 1 meter dan tinggi 1 meter. Ketebalan kayu perbatang stoplog 8 cm
dan tinggi 10 cm. Bahan kayu jati atau kayu lain yang harus memenuhi dari segala
segi, ketentuan dalam NT-5 PKKI 1961 “Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia”.
Tiap batang stoplog harus dilengkapi alat pemegang yang digunakan saat mengangkat
tiap batang dari stoplog.
Pemilihan pintu sorong ganda untuk pintu pengatur elevasi muka air disebelah hulu
pintu, digunakan hanya untuk ukuran pintu pengatur dengan bentang 2.500 mm> B >
16 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
1.000 mm. Pintu pengatur dengan ukuran tersebut menggunakan dua drat setang dan
dilengkapi dengan alat pengerak roda gigi tipe B,C,D sesuai gambar PA-03 atau PA
03 addendum. Konstruksi pintu ini menggunakan sistemperapat bahan seal karet
dengan bentuk-bentuk sebagai berikut:
Pemasangan pintu sorong ganda sebagai pintu pengatur elevasi air membutuhkan
bangunan (beton) ambang tetap. Fungsi operasional pintu tipe ini adalah agar dapat
mengatur elevasi muka air disebelah hulu melalui bukaan atas (overflow) dalam
kondisi debit air saluran masuk normal dan bukaan bawah (underflow) bila keadaan
debit air saluran masuk dibawah normal. Pengoperasian pintu ini independen.
Perencanaan 17
Decksert
Jembatan Kerja
El.air
Pintu Atas
Ambang Tetap
Pintu Bawah
Dasar Saluran
Alternatif untuk pintu pengatur elevasi air dapat digunakan pintu sorong
yangdipasang digabung dengan ambang tetap.Skema pemasangan seperti sketsa
dibawah ini.
Alat Angkat
½H
Konstruksi pintu sorong yang dipasang menggunakan dua drat setang yang dilengkapi
dengan roda gigi tipe B, C dan D pada standar gambar dalam buku PA-03 dengan
sistem seal karet pada tiga sisi.
Bentuk dari konstruksi untuk mengukur debit lewat pintu telah disederhanakan dari
yang ditunjukkan gambar dalam buku “Standar Perencanaan Irigasi” yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Pengairan.
Untuk melakukan penyetelan debit lebih dahulu terhadap pintu, skala centimeter pada
pintu dipergunakan bersama-sama dengan pengukur tinggi muka air disebelah hulu
pintu dan pelat pengukur debit pada pintu. Caranya diuraikan secara rinci dalam
Lampiran II buku ini.
bentang bebas minimum yang dianjurkan untuk pintu radial adalah sebagai berikut:
Yang menggunakan Unit Roda Gigi tipe I, bentang minimum 2.000 mm.
Yang menggunakan Unit Roda Gigi tipe II, bentang minimum 2.500 mm.
Gaya resultante air pada pintu radial per meter bentang adalah sebagai berikut:
Tabel 1-4. Gaya Resultante Air Pada Pintu Radial Per Meter Bentang
1.500 1.280
1.700 1.650
1.900 2.050
2.200 2.750
2.500 3.550
2.700 4.150
Perencanaan 21
Perkiraan berat pintu radial dapat dihitung dengan rumus tersebut dibawah ini:
Berat pintu termasuk daun pintu, lengan pintu, pena putar. Kecepatan angkat pintu
radial terbesar kira-kira 100 mm/menit, digerakkan satu orang dengan sebuah engkol
pemutar.
Pintu dengan daerah ukuran yang lebih kecil dibuat berdasar kebutuhan pintu radial
untuk pemasangan pada bangunan proyek yang sedang berjalan, sedang pintu dengan
daerah ukuran yang lebih besar distandar untuk proyek yang akan datang.
Semua bagian struktur pintu radial dibuat dan ukuran profil dan pelat tebal yang sama
untuk mencapai standarisasi.
Dua tipe standar roda gigi penggerak direncanakan untuk dipergunakan pada pintu
radial, dengan sebagian besar bagiannya dapat saling dipertukarkan antar keduanya,
sehingga mengurangi jumlah bagian yang berbeda dalam pembuatan.
Angka reduksi total roda gigi penggerak tipe I adalah 70:1 sedang tipe II adalah
140:1, sehingga mengurangi gaya engkol pada kedua hal tersebut menjadi 13 kg,
yang merupakan gaya yang dapat diberikan seseorang untuk jangka waktu yang
memadai.
Letak sumbu putar dipilih agar menjamin bahwa benar-benar bebas dari muka air dan
radius pintu sebanding dengan tinggi pintu, sehingga menjamin sudut efisien hidrolis
antara bagian bawah pintu dan lantai beton bangunan.
Roda gigi penggerak dan sling pengangkat pintu direncanakan sedemikian sehingga
putusnya satu sling masih menyisakan sling satunya yang mampu menahan berat
pintu dan memungkinkan menaikkan atau menurunkan pintu pada ambang bawah
untuk keperluan penggantian sling. Roda penuntun samping akan mencegah
kemacetan pintu dalam sponing.
22 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Untuk menghindari keretakan beton tempat balok pena putar ditanamkan pada pir dan
pangkal jembatan, yang disebabkan oleh beban tumpuan putar, maka dilengkapi
rangka tulangan baja seperti ditunjukkan dalam gambar.
Seperti pintu sorong standar direncanakan dipasang pada gorong-gorong dan pintu
sorong sering dipergunakan sebagai pintu pelindung untuk pintu klep seimbang, maka
telah dipertimbangkan dengan seksama untuk membuat daerah ukuran yang lebih
kecil pintu klep seimbang yang dapat digabungkan dengan pintu sorong.
Pemilihan ukuran minimum pintu klep seimbang didasarkan pada dua faktor:
(i) Pintu klep tak seimbang dengan ukuran mendekati lebih dari 1.000 mm
bentang x 1.000 mm tinggi cenderung menjadi berat dan memerlukan tinggi tekan
yang cukup besar untuk membukanya.
Perencanaan 23
(ii) Pintu klep seimbang dengan ukuran mendekati dibawah 1.000 mm bentang x
1.000 tinggi cenderung memerlukan bobot lawan yang sangat kecil itupun kalau
memerlukan untuk membukanya, sehingga menjadi tidak ekonomis.
Kerugian tinggi tekan aliran lewat bangunan pintu klep seimbang sangat kecil dan
pintu klep seimbang standar diperhitungkan membuka dengan perbedaan tinggi tekan
100 mm atau kurang, pintu akan bergerak dengan cepat dengan kedudukan dengan
bagian dasar pintu terapung bebas pada permukaan air sewaktu terjadi aliran. Pintu
akan tertutup bila ketinggian air sama.
Pintu klep seimbang tipe (a) dibuat untuk air tawar dan dicat dengan lapisan cat
standar yang ditentukan.
Pintu klep seimbang tipe (b) dibuat untuk air bergaram misalnya dimuara sungai dan
didaerah rawa.Pintu yang dipasang pada keadaan semacam ini harus dilapisi
menggunakan cat khusus seperti yang ditentukan dalam Bab 2 dalam buku KP 09-
Standar Pintu Pengatur Irigasi - SpesifikasiTeknis.
maka kemungkinan pintu terganjal oleh sedimen/sampah sehingga pintu tidak bisa
menutup rapat.
Kayu yang ditentukan (kayu jati) dalam konstruksi pintu harus memenuhi dari segala
segi, ketentuan dalam NT-5 PKKI 1961 “Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia”.
Untuk memudahkan pengangkutan, daun pintu dari pintu standar dibagi dalam
beberapa panel untuk mengurangi berat. Bobot lawan yang terbuat dari besi tuang
juga direncana dalam unit untuk mengurangi berat dalam pengangkutan.Untuk
pemasangan ditempat jauh bagian-bagian pintu dapat dibawa dengan sepeda motor.
Dalam review KP ini telah dimasukkan beberapa jenis pintu pengatur otomatis yang
menggunakan beban penyeimbang. Jenis-jenis pintu ini sebagai referensi/alternatif
bagi perencana dalam merencanakan pintu otomatis untuk keperluan proyek. Para
perencana diharapkan dapat mendesain detail secara teliti agar keseimbangan yang
dibutuhkan bisa terpenuhi. Ketelitian disini adalah dalam menetukan ukuran material
frame/kerangka pintu yang direncana, berat beban penyimbang yang dibutuhkan
ukuran daun pintu (lebar dan tinggi), posisi engsel tumpuan serta mekanis penyetelan
beban agar keseimbangan tercapai. Keseimbangan disini dalam arti pintu menutup
dengan beban sendiri guna mempertahankan elevasi muka air dihulu pada elevasi
yang dinginkan/ditentukan dan pintu akan mulai membuka saat elevasi naik melebihi
elevasi yang ditentukan tersebut. Pergeseran atau menambah/mengurangi volume
beban penyeimbang untuk membuat keseimbangan pintu sesuai dengan kebutuhan
dalam menjaga tinggi muka air dihulu.
Beban penyeimbang ini dapat diatur besar kecilnya dengan cara menggeser-geser
sehingga momen putar pada engsel membesar dan mengecil sesuai kebutuhan
menambah atau menguragi volume beban. Ukuran pintu klep seimbang distandar
seperti tersebut dibawah ini:
Perencanaan 25
Dibawah ini diberikan sketsa beberapa tipe pintu seimbang sebagai pilihan:
Secara garis besar pintu tipe Van Veen ini dalam fungsi dan gerakan sama dengan tipe
Beauchez, hanya konstruksi pemberatnya (balas) menggunakan tangki yang isi air.
Berat Pengimbang
α
z
Pintu otomatis/seimbang tipe Sudut Begemann ini secara prinsip kerja masih sama
dengan tipe seimbang sebelumnya, namun perbedaannya hanya dalam konstruksinya.
Jarak engsel dengan posisi daun pintu lebih panjang dibanding tipe lainnya, sehingga
titik berat beban penyeimbang berada didepan daun pintu. Beban penyeimbang ini
dapat diatur dengan cara menambah dan mengurangi jumlah beban.
28 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Balas Gerak
Berat Pengimbang
R
H1 Drum
H2
Pintu seimbang tipe Vlugter hampirsama konstruksinya dengan tipe Sudut Begemann,
hanya daun pintu berbentuk drum. Beban pemberat dapat diatur dengan cara
menggeser posisi beban mendekat dan menjauhi engsel sesuai kebutuhan.
Para perencana diharapkan dapat mendesain secara teliti agar keseimbangan sesuai
kebutuhan dapat dipenuhi.
Bobot beban penyeimbang dapat diatur sepenuhnya dalam dua arah mendekati atau
menjauhi engsel putar, dengan menggunakan batang ulir penyetel. Semua pena dan
Perencanaan 29
pen direncana mempergunakan baja tahan karat untuk menghindari korosi dan
bantalan dipasang bus dan bahan brons mampu melumas sendiri tanpa pemeliharaan.
Spesifikasi juga termasuk pengecatan pintu yang tercelup dalam air asin.
Batang baja rangka tulangan ditunjukkan dalam gambar untuk dimasukkan dalam
beton ambang atas untuk mencegah keretakan pada beton.
Karena kayu yang berkualitas baik banyak terdapat di Indonesia dan pintu kayu
banyak digunakan secara luas, maka dianggap bijaksana memasukkan pintu sorong
kayu dalam program standarisasi.
Ukuran pintu (i) sampai (iv) menggunakan setang penggerak tunggal sedang ukuran
pintu (v) sampai (viii) mempergunakan setang penggerak ganda untuk menggerakkan
pintu.
30 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Ukuran maksimum pintu dengan setang penggerak tunggal (iv) didasarkan pada
tenaga yang diberikan untuk memutar roda tangan oleh satu orang, untuk menaikkan
pintu dalam jangka waktu yang dapat diterima dan menyesuaikan dengan prosedur
dalam Lampiran 3 “Perencanaan Alat-Alat Pengangkat” dalam buku “Standar
Pencanaan Irigasi jilid KP-04 Bagian Bangunan”.
Ukuran pintu (v) sampai (viii) didasarkan pada ketentuan untuk pintu kayu yang
dipasang pada bangunan proyek yang sedang berjalan.
Semua pintu yang dipergunakan dalam konstruksi pintu telah ditentukan sebagai
kelas I sesuai dengan persyaratan NI-5 PKKI 1961 (Peraturan Konstruksi Kayu
Indonesia).
Semua bagian struktur pintu mempergunakan ukuran profil dan ketebalan plat yang
sama.
Setang penggerak dan roda gigi mengikuti ukuran yang sudah distandar.Setang
berdiameter luar 60 mm dengan kisar ulir 8 m.
Roda gigi untuk pintu dengan setang penggerak tunggal adalah tipe “B” dengan
angka reduksi 1,5:1.
Pintu yang mempergunakan setang penggerak ganda dilengkapi dengan unit, roda
gigi tengah tipe “D” dengan angka reduksi 1,5:1, dan berpasangan dengan setang
penggerak tipe “C” dengan angka reduksi 2:1.
Pelayanan/pemberian air dalam sistem jaringan irigasi sampai saat ini sering
mengalami keterlambatan (lambatnya air sampai disawah-sawah) diakibatkan
Perencanaan 31
Mengingat jaringan irigasi pada beberapa daerah lokasinya jauh dari jaringan listrik
PLN dan pemukiman maka dalam penggunaan motor listrik sebagai tenaga penggerak
pintu dibatasi pada jaringan irigasi yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Daerah irigasi yang mengairi areal sawah dengan luas > 500 ha,
- Dekat/ada jaringan listrik PLN,
- Ukuran pintu lebar > 1 meter dan tinggi air > 1 meter,
- Lokasinya dekat dengan pemukiman penduduk/perkampungan.
Kecepatan angkat pintu dengan penggerak motor listrik tidak boleh < 15 cm per menit
dan tidak boleh > 30 cm per menit.
1.8.1 Spesifikasi
Sebuah buku terpisah (KP-09) yang berisi khusus “Standar Pintu Pengatur Irigasi:
Spesifikasi Teknis” telah disiapkan dan diterbitkan dalam edisi bahasa Indonesia dan
Inggris. Spesifikasi sejauh mungkin mempergunakan SNI (Standar Nasional
Indonesia) dan SII (Standar Industri Indonesia), bila tidak mungkin maka
dipergunakan standar internasional yang setara.Spesifikasi dapat dipergunakan
langsung oleh pabrik pembuat pintu jika telah dimasukkan kedalam suatu spesifikasi
32 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Sebuah buku (KP-04) berisi gambar rencana lengkap telah dibuat untuk semua
rencana pintu dan diuraikan dalam Bab 3.Gambar-gambar tersebut cukup terinci
untuk dipergunakan sebagai dasar dokumen tender maupun sebagai gambar kerja
dibengkel pabrik pembuat pintu.
Dibuat 45 gambar yang meliputi gambar susunan dan detail untuk tiap tipe pintu, alat
ukurnya dan roda gigi penggerak. Semua judul dan penjelasan dalam gambar ditulis
dalam dua bahasa Indonesia dan Inggris.
Pemasangan, Operasi, dan Pemeliharaan 33
2. BAB II
PEMASANGAN, OPERASI DAN PEMELIHARAAN
2.1.1 Umum
Pabrik pembuat pintu harus bertanggung jawab menyediakan perlengkapan dan alat
khusus untuk pemasangan pintu dan pengawasan tenaga kerja dari Kontraktor Utama.
Pintu harus diangkut kelapangan oleh pabrik pembuat pintu. Pintu yang ukurannya
memungkinkan dirakit dahulu dipabrik pintu sampai siap agar dapat langsung
dipasang pada bangunan. Apabila hal ini tidak mungkin, pintu dirakit dilapangan dan
dicat seperlunya sebelum pemasangan.
Untuk menjamin bahwa bagian rangka benar-benar saling tegak lurus maka dalam
pra-rakit dan perakitan penuh dilapangan, dipergunakan penguat dan penopang
sementara.
Penopang-penopang sementara ini dibautkan pada bagian rangka dengan baut yang
dapat dilepas, untuk memegang rangka pada siku yang benar selama seluruh
pekerjaan pemasangan berlangsung. Apabila pemasangan telah selesai penopang
sementara dilepas.
34 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Pintu dipasang dalam coakan yang sudah disiapkan pada bangunan mempergunakan
alat pengangkat yang disediakan oleh Kontraktor Utama. Pintu harus terlindung
secara baik dari kerusakan akibat pemindahan.
Pintu harus dikontrol dengan unting-unting dan penyipat datar untuk penempatan
dalam coakan bangunan.
Pintu harus dioperasikan dalam siklus penuh dari keadaan tertutup rapat ke terbuka
penuh ke tertutup rapat.
Apabila Direksi dapat menerima bahwa pintu memuaskan maka pintu dapat dicor
beton pada kedudukannya.
2.1.2.1 Umum
Tiap pintu dan rangka akan harus sudah dirakit dibengkel pabrik, kecuali untuk
perapat, dan diberi tanda untuk keperluan perakitan dilapangan dan dilepasi bila perlu
untuk pengangkutan. Perakitan pintu dilapangan oleh Kontraktor harus dengan
pembautan.
Perhatian khusus harus diberikan untuk meyakinkan bahwa rakitan pintu beserta
tumpuan putar dan pintu radial sudah benar-benar senter (tepat posisi) dan terpasang
sehingga fungsi bantalan putar dan bagian-bagian perapat terjamin baik selama
eksploitasi pintu.
Pemasangan, Operasi, dan Pemeliharaan 35
Coakan yang sesuai harus disiapkan pada bangunan, oleh Kontraktor Pekerjaan Sipil
sesuai ketentuan dalam gambar, untuk penempatan bagian yang tertanam. Bagian
tertanam seperti pelat pemegang pelat tahan karat untuk landasan perapat, baut
angker, baut penyetel, pemegang tumpuan putar dan lain-lain, harus dilengkapi dan
ditempatkan secara teliti dalam coakan dan distel sesuai dengan kebutuhan, setelah
penyetelan selesai maka harus ditopang erat pada kedudukan akhir oleh Kontraktor
saat cor beton dalam coakan.
2.1.2.3 Toleransi
Bagian yang tertanam harus di unting-unting, disipat datar dan disenter oleh
Kontraktor mengikuti toleransi sebagai berikut:
Sebagai tambahan terhadap toleransi yang tercantum dalam spesifikasi, berlaku batas-
batas tersebut dibawah ini:
Garis acuan untuk toleransi adalah sumbu pintu (sumbu dan tumpuan putar).
Ukuran harus dipertahankan dalam toleransi tersebut dibawah ini kecuali perencanaan
Kontraktor memerlukan toleransi yang lebih kecil sesuai dengan perintah Direksi.
a) Toleransi maksimum untuk radius pintu (yakni jarak antara pusat lingkaran dan
permukaan pintu sebelah hulu) + 5 mm.
d) Bidang sisi dasar pintu membentuk segi empat siku terhadap sumbu pintu,
penyimpangan dari garis lurus tidak melebihi 1,5 mm.
e) Bentuk segi empat siku harus dicapai dalam ambang perbedaan 10 mm panjang
antara diagonal dari pojok-pojok daun pintu pada setiap pintu disisi hilir.
f) Ketidak paralelan tiap pintu terhadap sumbu pintu tidak boleh lebih dari + 3 mm
pada sembarang titik yang ditentukan oleh perbedaan jarak antara bagian teratas
dan terbawah atau antara sisi-sisi pada sembarang titik yang dipilih.
g) Sisi pinggir pelat pintu tidak dapat menyimpang lebih dari + 3 mm disembarang
titik pada bidang vertikal yang tegak lurus terhadap sumbu pintu.
Perapat karet untuk pintu harus dipotong teliti sesuai dengan panjang yang diperlukan
dan dibautkan pada pintu oleh Kontraktor. Lubang dibuat dengan bor pada bilah karet
perapat yang ditempatkan dengan penjepit perapat dan menyetel perapat pintu
sehingga menjamin perapat karet terpotong rata pada dudukan perapat.
Alat-alat pengangkat untuk pintu harus dipasang sesuai dengan gambar. Alat angkat
akan sudah terakit dibengkel dan diberi tanda-pasangan dan hanya akan dilepas bila
perlu untuk pengangkutan.
Pemasangan, Operasi, dan Pemeliharaan 37
Sling pengangkat pintu tidak dimasukkan dalam rakitan oleh bengkel alat pengangkat.
Tiap alat angkat harus dirakit dilapangan oleh Kontraktor, dipasang dikedudukan
yang benar berkaitan dengan pintu atau bagian pintu yang akan digerakkan dan semua
siku bagian dipasang dengan setelan yang benar. Sling pengangkat pintu pada teromol
harus dikaitkan pada masing-masing tempat kaitannya.
Setelah selesai pemasangan, alat angkat harus diuji operasisesuai dengan beban kerja.
Semua peralatan harus diteliti secara hati-hati dan diuji operasi dilapangan setelah
pemasangan untuk menunjukkan bahwa semuanya memuaskan. Pengujian ini harus
dilakukan dengan kehadiran Direksi dan harus memuaskannya.
Dibawah tinggi tekan beban maksimal rencana atau dibawah tinggi tekan yang
lebih rendah yang disetujui Direksi. Pengujian ini dilaksanakan selama waktu
pengamatan sesuai dengan ketentuan Direksi.
Kontraktor harus melaksanakan uji kering dari tiap unit sesuai dengan yang
diuraikan dibawah ini segera setelah selesai pemasangannya.
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk semua kerja yang diperlukan untuk
penyetelan dan pengujian peralatan. Kontraktor harus memenuhi perintah dari
Direksi yang berkaitan dengan eksploitasi yang memberikan debit air selama
penyetelan dan pengujian.
38 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
(a) Semua pintu dites untuk menunjukkan bahwa perapat berfungsi baik,
kelonggaran dalam penuntun cukup dan pintu bekerja benar dalam semua
kondisi kerja yang ditentukan.
(b) Semua alat pengangkat harus dites operasi mengangkat dan menurunkan
dengan beban kerja.
(c) Semua peralatan harus dicek/diukur agar senter dan terpasang benar,
bedanya guna putaran halus danbekerja baik.
(e) Tiap pemasangan yang berbentuk memanjang yang terdiri dari siku-siku
bagian harus diuji dan diukur untuk kelurusan dan sebagainya, sebelum
dicor beton.
(f) Setelah pengecoran bagian-bagian pintu selesai, harus dites dengan sebuah
palu dan setiap ditemui rongga antara beton dan penutup baja harus diisi
semen oleh Kontraktor Pekerjaan Sipil sesuai dengan petunjuk Direksi.
2.4.1 Pemeriksaan
Pintu dikonstruksi kokoh sehingga pemeriksaan setahun sekali sangat cukup untuk
meyakinkan eksploitasi pintu tetap baik dan menambah keawetan.
Siku bagian tersebut dibawah ini perlu diperiksa terhadap keausan, puntiran dan
kesalahan kerja:
(1) Siku bagian penumpu roda gigi harus diteliti setiap adanya tanda-tanda tekuk.
(2) Penyetop pintu harus diteliti untuk menjamin agar tetap pada kedudukan yang
benar pada setang pengangkat.
(3) Setang penggerak harus diteliti setiap adanya tanda-tanda tekuk atau keausan.
(5) Pinyon dan Roda gigi penggerak pintu harus diteliti untuk setiap tanda-tanda
kesalahan pemeliharaan dan gerakan pintu keatas dan kebawah dijamin halus,
suara gigi halus dan kerja pintu secara umum baik.
(6) Daun pintu harus terangkat penuh diatas permukaan air, sehingga seluruh daun
pintu dapat diperiksa terhadap kerusakan mekanis, korosi dan keadaan lapisan
cat.
(7) Daun pintu sampai kaitan ke setang penggerak harus diperiksa terhadap keausan
dan korosi dan diteliti terhadap gerak bebas.
40 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Yang akan dicat akhir sedikit disikat kawat agar terbentuk suatu alur ikatan dengan
lapisan cat akhir semua luasan yang rusak dan korosi harus disemprot pasir dengan
menggunakan alat penyemprot pasir yang mudah dibawa sampai diperoleh
permukaan logam yang mengkilat.
Perbaikan pintu lama secara ekonomis hanya sampai tingkat kerusakan kecil,
misalkan menutup dengan las pada pelat daun pintu yang keropos, pengganti daun
pintu sampai batas kaitan dengan setang dan kemungkinan perbaikan sementara pada
roda gigi penggerak.
Pintu lama jangan diperbaiki dengan mempergunakan siku bagian standar baru.
Apabila pintu standar telah dipasang pada bangunan baru dan lama, pada daerah
proyek irigasi dan pembuangan, selanjutnya harus disediakan suku cadang untuk
pintu-pintu tersebut.
Proyek atau tempat penyimpanan dengan kunci dan peralatan yang diperlukan untuk
perbaikan dan pemeliharaan, harus menyimpan suku cadang untuk pintu yang
terpasang.
Hal ini sangat penting untuk daerah proyek yang berada dipulau yang jauh yang sulit
angkutan pada saat kebutuhan mendesak.
Pemasangan, Operasi, dan Pemeliharaan 41
Suku cadang tersebut dapat terdiri dari unit roda gigi kerucut, mur penggerak, setang
penggerak, bilah karet perapat dan mur baut yang dipilih, pena dan sebagainya.
Kunci dan peralatan harus cukup untuk memotong panjang setang penggerak dan
melaksanakan pemeliharaan umum pada pintu.
LAMPIRAN I
LAMPIRAN II
(1) Baca tinggi muka air pada pelat ukur pada saluran depan dan ingat bacaan
tersebut. Contoh 1,10 m.
(2) Cari tinggi air 1,10 m diatas ambang bawah pada pelat debit, tarik garis keatas
sampai ditemui lengkung garis debit, misalkan 600 ltr/dt. Dari titik pada garis
lengkung tersebut tarik garis mendatar kekanan pada pelat debit untuk
memperoleh bukaan pintu yang diperlukan. Untuk contoh ini diperoleh angka
9,50 cm.
(3) Stel bagian terangkat pintu horisontal teratas pada titik 9,50 cm diskala
centimeter yang dipasang pada rangka pintu (4). Sekarang pintu telah distel
untuk debit 600 ltr/dt.
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
STANDAR PINTU PENGATUR AIR IRIGASI:
SPESIFIKASI TEKNIS
KP-09
2013
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
DIREKTORAT IRIGASI DAN RAWA
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
STANDAR PINTU PENGATUR AIR IRIGASI:
SPESIFIKASI TEKNIS
KP-09
2013
ii Standar Pintu Pengatur Air Irigasi – Spesifikasi Teknis
ii Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi :Spesifikasi Teknis
Sambutan iii
SAMBUTAN
Keberadaan sistem irigasi yang handal merupakan sebuah syarat mutlak bagi
terselenggaranya sistem pangan nasional yang kuat dan penting bagi sebuah negara.
Sistem Irigasi merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh air
dengan menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk mengairi lahan
pertaniannya. Upaya ini meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia.Terkait prasarana irigasi,
dibutuhkan suatu perencanaan yang baik, agar sistem irigasi yang dibangun
merupakan irigasi yang efektif, efisien dan berkelanjutan, sesuai fungsinya
mendukung produktivitas usaha tani.
Pengembangan irigasi di Indonesia yang telah berjalan lebih dari satu abad, telah
memberikan pengalaman yang berharga dan sangat bermanfaat dalam kegiatan
pengembangan irigasi dimasa mendatang. Pengalaman–pengalaman tersebut
didapatkan dari pelaksanaan tahap studi, perencanaan hingga tahap pelaksanaan dan
lanjut ke tahap operasi dan pemeliharaan.
pelaksanaan pengembangan irigasi selama hampir dua dekade terakhir, dirasa perlu
untuk melakukan review dengan memperhatikan kekurangan dan kesulitan dalam
penerapan standar tersebut, perkembangan teknologi pertanian, isu lingkungan
(seperti pemanasan global dan perubahan iklim), kebijakan partisipatif, irigasi hemat
air, serta persiapan menuju irigasi modern (efektif, efisien dan berkesinambungan).
Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap
pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah
dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria
Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi.
Akhirnya, diucapkan selamat atas terbitnya Kriteria Perencanaan Irigasi, dan patut
diberikan penghargaan sebesar–besarnya kepada para narasumber dan editor untuk
sumbang saran serta ide pemikirannya bagi pengembangan standar ini.
KATA PENGANTAR
Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap
pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah
dilakukan, maka Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyusun suatu Kriteria
Perencanaan Irigasi yang merupakan hasil review dari Standar Perencanaan Irigasi
edisi sebelumnya dengan menyesuaikan beberapa parameter serta menambahkan
perencanaan bangunan yang dapat meningkatan kualitas pelayanan bidang irigasi.
Kriteria Perencanaan Irigasi ini telah disiapkan dan disusun dalam 3 kelompok:
1. Kriteria Perencanaan (KP-01 s.d KP-09)
2. Gambar Bangunan irigasi (BI-01 s.d BI-03)
3. Persyaratan Teknis (PT-01 s.d PT-04)
Semula Kriteria Perencanaan hanya terdiri dari 7 bagian (KP – 01 s.d KP – 07). Saat
ini menjadi 9 bagian dengan tambahan KP – 08 dan KP – 09 yang sebelumnya
merupakan Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi. Review ini menggabungkan
Standar Perencanaan Pintu Air Irigasi kedalam 9 Kriteria Perencanaan sebagai
berikut:
KP – 01 Perencanaan Jaringan Irigasi
KP – 02 Bangunan Utama (Head Works)
KP – 03 Saluran
KP – 04 Bangunan
KP – 05 Petak Tersier
KP – 06 Parameter Bangunan
KP – 07 Standar Penggambaran
KP – 08 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Perencanaan, Pemasangan,
Operasi dan Pemeliharaan
KP – 09 Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
vi Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi :Spesifikasi Teknis
Hal yang sama juga berlaku bagi masalah-masalah, yang meskipun terletak dalam
batas-batas dan syarat berlakunya standar ini, mempunyai tingkat kesulitan dan
kepentingan yang khusus.
DAFTAR ISI
S A M B U T A N ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................v
TIM PERUMUS REVIEW KRITERIA PERENCANAAN IRIGASI ................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvii
BAB I UMUM ..............................................................................................................1
1.1 Lingkup Spesifikasi ..........................................................................................1
1.2 Batasan..............................................................................................................1
1.3 Tegangan Kerja dan Perencanaan .....................................................................2
1.4 Standarisasi dan Pemeliharaan .........................................................................2
1.5 Satuan Ukuran ..................................................................................................3
1.6 Pelat Nama ........................................................................................................3
1.7 Perubahan Bahan dan Peralatan........................................................................3
1.8 Persetujuan Direksi ...........................................................................................3
1.9 Gambar .............................................................................................................4
1.10 Tata Cara Persetujuan Gambar .........................................................................4
1.11 Pengiriman Dimuka untuk Angker ...................................................................5
1.12 Standar dan Keterampilan Kerja .......................................................................5
1.13 Pemotongan Bahan .........................................................................................12
1.14 Pengerjaan Celup Dingin dan Temper ............................................................12
1.15 Pekerjaan Las ..................................................................................................12
1.16 Kualifikasi Tukang Las...................................................................................13
1.17 Batang Las ......................................................................................................13
1.18 Sambungan Baut dan Paku Keling .................................................................14
1.19 Perakitan di Lapangan ....................................................................................14
1.20 Bantalan ..........................................................................................................14
1.21 Tegangan Rencana ..........................................................................................15
BAB II PERLINDUNGAN TERHADAP KOROSI DAN PENGANGKUTAN ..19
2.1 Perlindungan, Pembersihan dan Pengecatan ..................................................19
2.1.1 Umum ....................................................................................................19
2.1.2 Persiapan Permukaan .............................................................................20
2.1.3 Pelaksanaan Prosedur ............................................................................21
2.1.4 Permukaan yang Tidak Dicat.................................................................21
2.1.5 Pengaturan Pengecatan ..........................................................................22
2.2 Perlindungan Pintu Terhadap Korosi Di Daerah Pantai .................................22
2.3 Galvanis ..........................................................................................................23
xii Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1. BAB I
UMUM
Gambar disertai dengan spesifikasi yang tercantum dalam tabel dalam Lampiran I
Spesifikasi.
1.2 Batasan
(iii) “Pemilik Pekerjaan” adalah Direktur Jenderal Sumber Daya Air yang
diwakili oleh Direktur Irigasi dan Rawa (Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air).
(iv) “Direksi” adalah pemilik pekerjaan atau wakilnya atau Konsultan yang
bertanggung jawab terhadap pekerjaan sipil dan perencanaan hidrolis dan
pekerjaan yang akan dipasang pintu.
2 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Perencanaan, ukuran dan bahan untuk semua bagian pintu sedemikian sehingga tidak
rusak maupun berakibat melentur dan bergetar yang berpengaruh buruk terhadap
operasi pintusaat menerima beban rencanayang paling berat. Mekanisme dibuat
sedemikian untuk menghindari kemacetan karena korosi dan tertahannya kotoran.
Semua bagian pintu yang harus dilepas atau dilepas untuk maksud servis atau
penggantian harus terpasang pada tempatnya dengan pengikat yang tahan korosi.
Tipe, bahan dan ukuran dari semua pengikat harus dipilih yang mampu menahan
secara aman beban maximum yang dikenakan padanya.
Pintu harus terpercaya dan aman sewaktu operasi dan harus bebas dari tegangan yang
tidak dikehendaki, bagian struktur harus dilengkapi lubang pengering atau hal lain
yang penting agar pintu bekerja dengan memuaskan.
Semua pintu yang dibuat harus direncanakan sesuai dengan kondisi iklim yang
berlaku di Indonesia, khususnya saat menyesuaikan terhadap pengembangan dan
pengkerutan yang disebabkan oleh perubahan suhu.
Pintu akan sesuai untuk operasi pada suhu luar antara 100 sampai 350 C, tetapi untuk
pintu yang langsung terkena sinar matahari kemungkinan suhunya lebih tinggi.
Bila dimungkinkan, bagian yang berkaitan harus dikerjakan dengan ketelitian yang
cukup untuk menjamin agar dapat mudah diganti baru dan bila diperlukan oleh
Direksi, mudah diganti baru harus dibuktikan dengan kenyataan penggantian berbagai
bagian.
Perencanaan harus sedemikian sehingga semua bagian instalasi mudah diperiksa dan
dipelihara secukupnya dan dipergunakan sebagai pertimbangan utama adalah
Umum 3
Dalam surat-menyurat, ketentuan teknik dan perhitungan, dan pada semua gambar,
harus mempergunakan ukuran satuan metrik.
Pada gambar atau brosur cetak yang mempergunakan satuan lain, harus dicantumkan
tanda ukuran metrik yang sesuai.
Setiap pintu harus diberi pelat nama/nomenklatur yang tertulis dalam bahasa
Indonesia, pada pelat harus tercantum tipe pintu (Pintu Sorong, Pintu Romijn Tipe II,
dst) dan ukurannya (bentang dan tinggi daun pintu) untuk pengenalan dimasa
mendatang untuk keperluan pemeliharaan dan penggantian suku bagian.
Dimanapun kata “disetujui direksi” atau kata sejenis yang terdapat dalam spesifikasi,
harus dinilai dan diartikan bahwa Pembuat Pintu meminta persetujuan Direksi dan
bahwa Direksi memberikan persetujuan dalam bentuk tulisan yang dicantumkan pada
hal khusus yang dimaksud. Persetujuan Direksi semacam itu tidak mengurangi
tanggung jawab Pembuat Pintu terhadap kewajiban memenuhi ketentuan kontrak.
4 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
1.9 Gambar
Jenis/tipe, ukuran bentang, jumlah unit dan standar gambar pintu yang
dibutuhkan hendaknya dicantumkan dalam spesifikasi/dokumen lelang.
Gambar kerja, perhitungan rinci untuk pintu harus dibuat dan disampaikan
untuk memperoleh persetujuan direksi di dalam waktu yang disediakan untuk
keperluan tersebut sesuai dengan Program yang diajukan Pembuat Pintu
dalam lelangnya, setelah menerima keputusan pemenang tender dari Pemilik
Pekerjaan.
Pembuat Pintu akan memberikan salinan tiap gambar yang telah disetujui kepada
Pemborong dan Pemilik Pekerjaan.
Persetujuan seperti tersebut diatas yang diberikan oleh Direksi tidak akan mengurangi
tanggung jawab Kontraktor terhadap setiap kewajiban yang tercantum dalam kontrak.
Angker, pelat dudukan dan lain-lain yang dipasang pada pekerjaan pembetonan tahap
pertama untuk memudahkan penyetelan dan pemasangan bagian yang tertanam harus
disiapkan oleh Pembuat Pintu dan dikirim lebih dahulu dari bagian peralatan yang
lain untuk memenuhi program yang telah disusun dengan kontraktor pada saat
dicantumkan dalam kontrak.
(1) Umum
Semua bahan harus baru, sesuai standar yang cocok untuk pekerjaan yang
dibuat. Semua bahan harus memenuhi Standar Nasional Indonesia/Standar
Industri Indonesia yang terakhir kecuali ditentukan lain atau diizinkan
oleh Direksi.
Semua suku bagian harus sesuai dengan ukuran dan kelonggaran yang
tercantum dalam gambar yang telah disetujui. Semua sambungan,
permukaan acuan, bagian yang berpasangan harus dikerjakan mesin dan
semua tuangan harus dihaluskan permukaan setempat untuk mur.
6 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Semua mutu pekerjaan akhir dengan mesin harus tampak pada gambar
yang telah disetujui. Semua sekrup, baut, baut tanam dan mur dan ulir
harus memenuhi Standar Nasional Indonesia/Standar Industri Indonesia
terakhir atau Standar ISO (The International Standards Organisation)
yang mencakup suku bagian ini, dan harus memenuhi standar ukuran
metrik.
(4) Tuangan
Semua tuangan harus padat, halus dan benar bentuk, pekerjaan akhir rapih
dan berkualitas seragam dan kondisi bebas dari rongga-rongga, keropos,
pengerasan setempat, cacat kerut, retak atau kerusakan bopeng dan harus
berfungsi baik untuk keperluannya.
Tuangan tidak boleh diperbaiki, disumbat, atau dilas tanpa seizin Direksi.
Izin semacam ini hanya diberikan bila kerusakan kecil dan tidak berakibat
Umum 7
(5) Tempaan
Tempaan harus bermutu SF 40 atau yang sederajat yang disetujui. Ingat
harus dituang dengan tuangan logam, keterampilan kerja harus prima dari
segala segi, hasil tempaan harus bebas dari kerusakan yang berpengaruh
terhadap kekuatan dan umur, termasuk cacat lipatan, alur, retak rambut,
8 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
(B) Pelat dan batangan baja tahan karat harus sesuai dengan SNI dan
bermutu S316 (BS) atau lainnya yang sederajat yang disetujui.
(C) Baut, mur dan cincin dari kuningan dan baja harus memenuhi SNI
atau yang sederajat yang disetujui.
(B) Untuk mur penggerak pintu, poros silang dan poros pinyon mutu Bj
60 atau yang sederajat yang disetujui.
(A) Logam bantalan melumas sendiri harus sesuai dengan ASTM B22
paduan E, dengan pelunasan L atau JIS H.5115(1979)LBC3.
(C) Kaitan sling harus kaitan standar pabrik yang sesuai untuk tipe sling
yang digunakan.
(D) Karet penyekat harus cetakan dan bahan mutu tinggi, tipe tread
compound. Polimer dasar harus karet alam, suatu polimer ikatan
butadin dan sterin atau senyawa dari keduannya.
Campuran harus mengandung tidak kurang dari 70% volume dari polimer
dasar, dan sisanya terdiri dari reinforce corbon black, zincoxide
accelators, antioxidants, vukanizing agents dan/atau plasticizers.
10 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
(A) Umum
Semua toleransi, kelonggaran dan ukuran untuk suatu logam antara
bidang luncur dan bagian yang silindris harus sesuai dengan SNI/SII
atau yang standar sederajat yang disetujui untuk klass suaian. Bahan
secukupnya untuk dikerjakan mesin harus memungkinkan memasang
bantalan untuk meyakinkan pengerjaan permukaan bahan benar.
Pen harus dibuat dari baja mutu baik dan dikeraskan dan terpasang
tepat pada posisinya. Roda atau rol untuk pintu harus dirakit pada pen
yang dapat dilepas dan mempunyai bus melumas sendiri dan cincin
kuningan.
(E) Pelumasan
Sebelum perakitan semua permukaan bantalan, permukaan gigi roda,
tap dan alur harus dibersihkan secara hati-hati dan dilumasi dengan
oli atau gemuk yang ditentukan. Sebelum operasi, setiap sistem
pelumasan harus dicek. Metal bantalan mampu melumas sendiri
harus dibersihkan dengan lap yang bersih, dan dilumuri pelumas yang
telah ditentukan sebelum dipasang. Bahan pelarut tidak boleh
dipergunakan pada metal bantalan melumas sendiri. Spesifikasi
semua pelumas yang disetujui harus tercantum pada buku petunjuk
operasi dan pemeliharaan.
12 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Pemotongan bahan harus dilaksanakan dengan gergaji, nyala gas atau pisau gilotin.
Semua permukaan bekas potongan harus digerinda untuk memperoleh hasil yang
halus dan tepi yang benar. Harus tidak terjadi distorsi pada bahan akibat cara
pemotongan.
Semua roda gigi kerucut dan pinyon, setelah dikerjakan mesin, harus dicelup dingin
dan ditemper sesuai dengan SII atau standar lain yang diizinkan, untuk pengerasan
permukaan gigi roda. Roda gigi kerucut dipanaskan sampai suhu yang diperlukan,
cantumkan dalam standar, dan celupkan dalam air, dalam keadaan masih basah
susupkan roda gigi tersebut pada gundukan bahan temper yang semua ketentuannya
harus dicantumkan.
Semua las dapat dilaksanakan dengan tenaga orang dengan cara las lindung busur
metal atau secara las busur otomatis.
Tes tembus warna (deypenetrant) harus dikerjakan oleh Pembuat Pintu pada semua
las-lasan. Semua las-lasan yang penting menurut pertimbangan Direksi, akan
menerima tegangan penuh, atau tampaknya tidak memenuhi standar las, harus di tes
dengan cara magnetis sesuai dengan petunjuk Direksi.
Umum 13
Alat ukur yang sesuai wajib terpasang untuk pembacaan besar arus dan tegangan
listrik selama waktu pengelasan berlangsung.
Semua bagian yang di las yang memerlukan pekerjaan akhir dengan mesin harus di
las dahulu sebelum di mesin, kecuali tercantum ketentuan lain.
Semua las-lasan harus tidak terputus dan kedap air. Panjang kaki las sudut minimum
5 mm, kecuali tercantum ketentuan lain.
Semua cacat las-lasan harus dibersihkan sampai dasar logam yang baik dan daerah
tersebut perlu di tes dengan tembus warna atau ultrasonik untuk meyakinkan bahwa
cacat telah benar-benar terhapus sebelum dilakukan perbaikan las.
Pelat yang akan disambung dengan las harus dipotong teliti sesuai dengan ukurannya.
Ukuran dan bentuk tepi sambungan sedemikian sehingga dimungkinkan fusi dan
penetrasi secara sempurna dan tepi pelat dibentuk yang benar untuk menerima
berbagai kondisi pengelasan.
Permukaan pelat sejarak 25 mm dan tepi yang dilas harus benar-benar bersih dari
karat, gemuk dan kelupasan, sampai permukaan tampak mengkilat.
Semua tukang las dan operator las diwajibkan, mempunyai kemampuan melakukan
pengelasan posisi rata dan tegak yang dibuktikan dalam sertifikat tukang las yang
dimiliki atau dalam tes kualifikasi, sesuai dengan standar yang diizinkan.
Apabila menurut Direksi, kerja setiap tukang las pada setiap saat tampak meragukan,
dia perlu lulus tes kualifikasi ulang yang sesuai. Semua biaya tes kualifikasi adalah
tanggung jawab Pembuat Pintu.
Batang las tipe hidrogen rendah tertutup atau yang sederajat yang disetujui.
14 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Pembuat Pintu berkewajiban menyediakan paku keling yang diperlukan, rivet gun,
baut, mur, cincin dan lain lain, untuk menyambung antara profil yang menggunakan
baut, mur, dan cincin.
Sambungan dengan baut yang menerima getaran harus dikunci secara baik. Semua
lubang baut dibuat dengan dibor dan tepinya sedikit dimunculkan atau dibenamkan.
1.20 Bantalan
Bahan untuk bantalan brons yang melumas sendiri (oiless bushing) harus
dipergunakan sebagai bantalan untuk roda yang terbenam diair. Bantalan dan suku
bagian yang bergerak yang bekerjanya diatas air dapat mempergunakan pelumasan
tipe gemuk dengan mempersiapkan dahulu agar diperoleh pelumasan yang efisien
yakni dengan memasang nipel gemuk untuk memasukkan gemuk dengan pompa
gemuk. Pembuat pintu mengajukan usul yang terinci tentang berbagai bantalan
kepada Direksi untuk memperoleh persetujuan sebelum dimulai pekerjaan.
Umum 15
ii) Tegangan Tekan Axial Bila 0< (l/ r) < 1l0 Bila 0 < (l/r) < 90
1.100 - 0,048(1/r)2kg/cm2 l.500 – 0,09 (l/r)2 kg/cm2
Bila (l/r) > 110 Bila (1/r) > 90
6.350.000 (1/r)2kg/cm2 6.350.000 (1/r)2kg/cm2
Dimana:
l = panjang tekuk bagian yang ditinjau (cm)
r = radius giroskop minimum dan luas penampang
bagian yang ditinjau (cm)
Pelat sambungan 1.100 kg/cm2 1.500 kg/cm2
Bagian struktur dan sambungan yang meneruskan gaya dari roda gigi penggerak
direncanakan sebagai berikut:
(ii) Untuk pintu yang seret atau macet, merupakan operasi tidak normal dapat
dipergunakan batas tegangan adalah 0,9 kali tegangan mulur.
Tegangan maximum baja mutu SS41 dan SM41 adalah sebagai berikut :
Tegangan yang diizinkan untuk las sudut untuk semua kondisi operasi
1.150 kg/cm2.
Umum 17
Tabel 1-3. Tabel Tegangan Rencana untuk Baja Karbon Tuang dan Baja Karbon Tempa
Tegangan yang diizinkan untuk kondisi kerja tidak normal dapat dipergunakan
30% lebih tinggi dari harga tersebut dalam tabel diatas.
Tegangan yang diizinkan untuk kondisi kerja tidak normal dapat dipergunakan
30% lebih tinggi dari harga tersebut dalam tabel diatas.
Apabila tidak tercantum pada gambar, pekerjaan baja yang terendam air terus
menerus atau tidak terus menerus, seperti sponing yang tertanam, kerangka dan
lain-lain, harus mempunyai tebal minimum 10 mm, dengan pengecualian untuk
baja konstruksi dan penampang kanal yang harus mempunyai tebal minimum 8
mm.
(5) Pelendutan
Semua bagian struktur pokok dan pelat daun pintu harus diperhitungkan
lendutannya tidak lebih dari 1/600 bentangnya pada kondisi pembebanan
maximum yang ditentukan, kecuali ada ketentuan lain yang tercantum dalam
spesifikasi.
Perlindungan Terhadap Korosi dan Pengangkutan 19
2. BAB II
PERLINDUNGAN TERHADAP KOROSI DAN PENGANGKUTAN
2.1.1 Umum
Semua bagian yang akan tertanam dalam beton harus dibersihkan dan dilindungi
dengan pencucian semen atau cara lain yang diizinkan sebelum meninggalkan tempat
pembuatan pintu (pabrik). Sebelum dipasang, harus dikerok dan dibersihkan
seluruhnya dari karat dan kotoran yang menempel. Pekerjaan pembersihan tersebut
jangan sampai mengakibatkan keburukan terhadap kekuatan atau fungsi dan operasi
peralatan tersebut.
Semua suku bagian mesin atau permukaan bantalan harus dibersihkan dan dilindungi
terhadap korosi dengan mempergunakan pernis pencegah karat yang disetujui
sebelum meninggalkan tempat pembuatan pintu. Apabila hal ini tidak dapat dilakukan
pada suku bagian tertentu maka harus dilindungi yakni menutup dengan gemuk kental
yang sukar cair.
Setelah pemasangan, semua suku bagian tersebut harus dibersihkan dengan larutan
dan dilap atau digosok mengkilap. Semua peralatan harus dicat sesuai dengan
ketentuan. Pengecetan peralatan adalah termasuk pekerjaan penyiapan logam, mencat,
perlindungan dan pengeringan lapisan lindung cat, maupun penyediaan semua
peralatan, tenaga kerja dan bahan yang diperlukan untuk seluruh pekerjaan
pengecatan.
Cat harus produksi pabrik yang bermutu dan dipilih dengan persetujuan Direksi.
20 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi :Spesifikasi Teknis
Permukaan harus dibersihkan dengan cara semprotan untuk kemudian pelapisan cat
meni pertama dilakukan dalam keadaan panas, kering dan bebas debu dalam waktu
selambat-lambatnya 4 jam setelah pembersihan.
Permukaan yang saling kontak untuk sub bagian yang dirakit ditempat pembuatan
(pabrik) dan yang nanti akan tetap kontak atau tersembunyi setelah dirakitan
dibengkel, harus dibersihkan dan dicat meni sekali pertama sebelum dirakit, dan
saling ditautkan sewaktu cat masih basah.
Kontak permukaan antara baja dan kayu yang terbuka terhadap lingkungan yang
basah atau korosif harus dilapis dengan adukan aspal panas segera sebelum ditautkan.
Cincin besar dipasang dibawah mur dan kepala baut untuk mencegah penyusupan air
kedalam kayu. Mur, baut dan cincin juga harus di lapis dengan cara yang sama.
Pembersihan dan pengecatan seluruh permukaan pintu setelah dirakit harus dilakukan
dibengkel. Prosedur pengecatan menyangkut: alat yang digunakan, tebal tiap lapisan,
waktu pengeringan tiap lapisan dan kelembaban udara ruangan yang diizinkan harus
mengikuti petunjuk/manual pengecatan dari pabrik cat yang dipakai. Untuk itu
pengadaan bahan cat harus disyaratkan adanya manual pengecatan yang dikeluarkan
dari pabrik cat bersangkutan.
Semua oli, lilin, gemuk dan kotoran harus dibersihkan dengan zat pelarut dari
permukaan yang akan dicat.
Semua percikan las, terak, beram, lepasan karat dan semua benda asing harus di
buang dengan sikat kawat baja dan semburan pasir atau butiran baja (steel grit)
sampai bersih benar. Tekanan udara kering untuk semburan pasir paling sedikit 80
sampai 100 lb/sqin. Butiran pasir alam harus mempunyai permukaan tajam, keras dan
tidak ada pasir halus serta benda yang mudah pecah. Sebelum dipakai pasir harus
dibersihkan/dicuci dan dikeringkan agar tidak mengandung garam.
Perlindungan Terhadap Korosi dan Pengangkutan 21
Permukaan yang tidak akan dicat harus dilindungi dengan tutup yang cocok dan
sesuai selama pekerjaan pembersihan dan pengecatan pada pekerjaan di dekatnya.
Suatu cara yang efektif harus dilakukan untuk menghilangkan ceceran oli dan uap air
dari pipa pencatu udara alat penyemprot. Semua persiapan terhadap permukaan yang
akan dicat harus memperoleh izin direksi sebelum dilakukan pengecatan.
Semua cat, setelah dioleskan, harus memberikan lapisan tipis permukaan yang sangat
halus. Cat harus diaduk seluruhnya, ditapis, demikian dilakukan selama
dipergunakan. Jangan melakukan pengecatan pada permukaan logam yang suhunya
kurang dari 10OC. Permukaan yang akan dilapis cat harus bebas dari kelembaban
selama pengecatan. Pengecatan dilakukan dengan kuas atau semprot tanpa udara
(airless). Tiap lapis harus dibiarkan kering dan mengeras lebih dulu seluruhnya
sebelum dilakukan pengecatan berikutnya. Metode pelaksanaan pengecatan
menyangkut: alat untuk mengecat, tebal tiap polesan/film, waktu pengeringan tiap
polesan/film dan temperatur ruang tempat mengecat harus mengikuti
petunjuk/manual pengecatan dari pabrik cat bersangkutan.
Permukaan brons dan kuningan dari gigi roda, permukaan besi yang dihaluskan,
permukaan yang mengalami kontak gulung atau geser setelah dirakit di lapangan, dan
sling tidak perlu dicat.
Semua permukaan baja tahan korosi yang untuk bantalan dan suku bagian mesin
jangan dicat.
22 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi :Spesifikasi Teknis
Pada tahap akhir pembersihan, semua permukaan harus ditutup dengan film plastik
lekat untuk melindungi kerusakan mekanis kecil dan korosi selama pengapalan dan
penyimpanan dilapangan.Film harus dilepas segera menjelang pemasangan peralatan
di lapangan.
(i) Daun pintu dan kerangka pintu harus dikerjakan dengan 2 kali pelapisan dasar
dengan cat meni Zinc Rich, total tebal film saat kering 50 micron dan 3 kali
pelapisan cat Coaltar Epoxy Resin mencapai total tebal film saat kering adalah
450 micron. Seluruh tebal cat kering adalah 500 micron.
(ii) Rumah roda gigi penggerak pintu, poros silang dan roda kemudi dan lain-lain
harus di cat meni 2 kali dengan cat Zinc Rich, dengan total ketebalan film 50
micron, sekali lapis cat alumunium dan sekali lapis akhir cat alumunium, tebal
film kering adalah 50 micron. Seluruh tebal cat adalah 100 micron.
Semua cat harus produksi pabrik yang sama. Semuanya harus sesuai dengan kondisi
iklim di Indonesia.Merk dan rumusan kandungan cat harus memperoleh persetujuan
Direksi.Pembuat Pintu harus menyampaikan contoh cat selambat-lambatnya dua
bulan sebelum dipergunakan.
Pintu yang dipasang didaerah pantai atau daerah yang telah diketahui berkondisi
merusak, harus diperhatikan benar-benar terhadap bahan yang dipergunakan dan
pemberian perlindungan terhadap korosi.
Perlindungan Terhadap Korosi dan Pengangkutan 23
Bahan baja tahan karat agar dipergunakan untuk permukaan sekat dan geser pada
daun pintu, baut penahan, pen dan mur penggerak.
Semua las harus berkesinambungan untuk mencegah masuknya air. Semua daun pintu
dan rangka harus digalvanis. Setelah digalvanis maka permukaan tersebut harus
disapu dengan zat pembersih sebagai persiapan permukaan untuk menerima lapisan
cat. Petunjuk pabrik cat, ahli lingkungan kelautan, harus memberikan saran yang
paling sesuai untuk zat pembersih dan cat pelapis untuk dipergunakan diatas lapisan
yang digalvanis, untuk kondisi kelautan di Indonesia.
2.3 Galvanis
Apabila baja atau besi tempa di haruskan di galvanis, maka khusus untuk pintu tersier
pekerjaan galvanis dilaksanakan setelah pekerjaan pabrikasi selesai dikerjakan. Pintu
harus dibersihkan dan dicuci dalam larutan asam belerang atau fosfor yang disertai
pembilasan dengan air dan pengasaman dalam asam fosfor. Semuanya harus dicuci
seluruhnya dikeringkan dan dicelup dalam cairan seng dan di sikat sedemikian
sehingga seluruh logam terlapis rata dan penambahan berat setelah pencelupan tidak
kurang dari 610 gram per m2 luas yang digalvanis, kecuali untuk pipa-pipa yang
memerlukan 460 gram per m2.
Pemeriksaan di bengkel pembuat pintu dilakukan dengan sasaran dan tahapan sebagai
berikut:
24 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi :Spesifikasi Teknis
Semua peralatan dan bahan baru dapat di kirim ke lapangan setelah mendapat
persetujuan direksi.
20% jumlah dari tiap ukuran pintu harus sudah sepenuhnya terakit di tempat
Pembuatan Pintu untuk diperiksa oleh Direksi dan apabila diperlukan, dicoba
Perlindungan Terhadap Korosi dan Pengangkutan 25
sebelum di kirim. Apabila jumlahnya kurang dari 5 untuk satu jenis ukuran,
maka satu pintu harus terakit penuh.
(a) Periksa pada baja dan bahan lain yang dipergunakan untuk meyakinkan telah
sesuai dengan standar yang telah tercantum dalam spesifikasi
teknik/disetujui. Laporan pabrik yang memuat sifat fisik dan analisa kimia
perlu dicantumkan.
(b) Ukuran dan toleransi diperiksa untuk meyakinkan bahwa telah sesuai
dengan gambar kerja yang disetujui.
Sebelum dikirim Pembuat Pintu harus melindungi semua baut (selain baut kasar, baut
Lewis dan baut yang digalvanis) dengan dipanasi dan celup sewaktu panas dalam
minyak biji rami yang mendidih, atau akan di lindungi dengan cara lain yang disetujui
direksi. Pembuat Pintu harus mengepak baut secara hati-hati sehingga akhirnya tidak
rusak atau kotor selama pengiriman, penyimpanan dan pengangkutan ke lapangan.
26 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi :Spesifikasi Teknis
Pembuat Pintu harus mengepak, memberi tanda dan bila perlu, mengamankan semua
instalasi sewaktu dalam pengiriman, pembongkaran, pemindahan, penyimpanan
ditempat terbuka dan angkutan setempat ke lapangan, sesuai dengan pasal yang
bersangkutan dalam SII atau spesifikasi standar Inggris BS 1133.
Harus memperhatikan perlindungan terhadap suku bagian yang mudah rusak akibat
kondisi iklim yang berlaku di Indonesia, dan bentuk pak harus sedemikian sehingga
melindungi dari kerusakan karena pemindahan biasa atau lama disimpan ditempat
terbuka.
Suku bagian yang kecil harus di kotak dan di beri tanda yang sesuai di luarnya. Suku
bagian yang lebih besar harus dilindungi seperlunya dan diberi tanda yang sesuai dan
dibuat daftar.
Daftar isi peti kayu, kotak dan ikatan harus disertakan dan disampaikan kepada
Direksi pada setiap penghantaran dan tiap kiriman.
Supaya diperhatikan cara pemberian tanda sub-rakitan dan suku bagian lain untuk
membantu mengenalnya di lapangan. Cara pemberian tanda yang dipergunakan pada
suku bagian tertentu atau sub rakitan harus mudah di kenal dari gambar Pembuat
Pintu dan juga dari spesifikasi pengiriman.
Bila dimungkinkan, suku bagian untuk tiap lokasi dipak terpisah sehingga seluruh
peralatan yang diperlukan untuk tiap lokasi dapat mudah dipisahkan dan diangkut ke
tiap lokasi.
Buku petunjuk tersebut harus dimintakan persetujuan seperti yang dilakukan pada
gambar.
Buku petunjuk harus menguraikan secara terperinci prosedur pemasangan tiap suku
bagian dan penggunaan semua perlengkapan pembantu pemasangan, peralatan dan
alat-alat ukur.
Buku petunjuk harus memuat secara terpisah dan menyeluruh, bagian yang
menguraikan prosedur operasi untuk mengontrol pintu, dan memuat gambar skema
peralatan yang mudah dibaca untuk menangkap pengertian yang terkandung dalam
uraian.
Buku petunjuk harus memuat daftar lengkap semua gambar yang dipergunakan,
daftar suku bagian yang dianjurkan. Daftar suku bagian harus termasuk kode pembuat
pintu (pabrik), nomor seri dan petunjuk pemesanan. Daftar suku bagian harus hanya
memuat detail peralatan yang diadakan, dan bukan termasuk acuan umum atau uraian
dari peralatan yang mirip yang mempunyai model sama tetapi berbeda detailnya.
Suku cadang yang dianjurkan oleh Pembuat Pintu, termasuk semua peralatan, pompa
gemuk dan lain-lain, guna pemeliharaan pintu harus disediakan dan dikirim sampai
gudang lapangan.
28 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi :Spesifikasi Teknis
Pemasangan dan Masa Pemeliharaan 29
3. BAB III
PEMASANGAN DAN MASA PEMELIHARAAN
3.1 Pemasangan
Pintu harus dapat dibawa ke tempat pemasangan dengan memenuhi ketentuan sub bab
2.7 spesifikasi ini. Pintu yang ukurannya memungkinkan harus dipra-rakit di tempat
kerja pembuat pintu dan siap dipasang langsung pada struktur. Apabila hal ini tidak
mungkin, pintu dirakit di lapangan dan cat seperlunya sebelum pemasangan.
Untuk menjamin bahwa bagian rangka benar-benar tegak lurus satu dengan yang lain,
maka pada pra-rakit dan perakitan di lapangan diperlukan penggunaan ganjal penegak
sementara.
Ganjal-ganjal ini disekrupkan ke suku bagian rangka, berujud baut mampu lepas,
untuk memegang rangka pada keadaan tegak lurus selama pelaksanaan pemasangan.
Setelah pemasangan selesai maka ganjal penegak sementara dapat diambil.
Pintu harus dipasangkan pada coakan yang telah dipersiapkan pada struktur dengan
alat angkat, yang disediakan oleh Kontraktor. Pintu harus dilindungi secukupnya dari
kerusakan akibat pengangkutan.
Pintu harus disiku dan waterpas untuk menjamin pada posisinya yang benar pada
coakan dalam struktur.
Pintu harus dioperasikan dalam satu daur operasi penuh, dan tertutup rapat ke terbuka
penuh kembali ketertutup rapat.
Pintu harus selalu dipasang pada posisi tertutupnya. Apabila Direksi telah puas bahwa
pintu baik, kemudian pintu dapat dicor beton pada posisinya.
Pada tahap pemasangan dan penyetelan selesai, maka peralatan harus diuji operasi
tanpa beban (dry test). Selanjutnya untuk dapat diterima oleh Direksi, maka tiap pintu
harus dilakukan uji operasi buka dan tutup penuh dengan mempergunakan peralatan
yang disediakan untuk keperluan tersebut, pada kondisi beban air maximum yang
ditentukan, kecuali Direksi menentukan lain.
Setelah selesai termasuk tes tahap akhir, maka selama masa pemeliharaan sesuai
kontrak pengawas dari kontraktor masih tetap diperlukan untuk mengontrol operasi
permulaan dari instalasi dan memberi petunjuk dan latihan pada staf dari Pemilik
Kerja dengan prosedur yang benar untuk operasi dan pemeliharaan instalasi.
Pintu Pengatur Debit 31
4. BAB IV
PINTU PENGATUR DEBIT
4.1.1.1 Umum
Pintu sorong tipe pelat tegak dan mampu diangkat tangan dibuat untuk dipasang pada
struktur boks tersier dan kuarter seperti tercantum dalam gambar.
Tiap pintu harus dirancang untuk tahan dan mampu diangkat terhadap ketinggian air
maximum 0,30 m di hulu dengan tanpa air di hilir.
Untuk perhitungan gaya geser pada pintu karena beban tekan air pada pelat daun
pintu, koefisien geser dipergunakan 0,40 untuk baja lunak terhadap baja lunak.
Besarnya bentang pintu yang diperlukan ditentukan oleh Direksi, tetapi apabila tidak
ada pertimbangan lain bentang bebas dari bukaan dibuat lebih besar dari 0,50 m.
Lendutan dari pelat daun pintu dibatasi sampai 1/360 dari bentang pintu sebelum
suatu pengurangan 1 mm dari tebal pintu, untuk kelonggaran korosi, dilakukan.
Bagaimanapun tebal pelat daun pintu tidak boleh kurang dari 5 mm.
Pintu harus dapat dikunci pada posisi terbuka penuh, tertutup rapat dan pada posisi
ditengah kedua posisi tersebut. Semuanya dapat dilihat di gambar.
Rangka pintu dibuat dengan pengelasan terdiri dari sponing baja, bagian ambang
bawah dan ambang atas.
Bagian sponing terdiri dari susunan baja profil siku dan batang pelat dikerjakan
secara pabrikasi untuk menyangga daun pintu dalam seluruh gerakannya.
Bagian ambang bawah dan atas dibuat dari baja profil siku dan dilas ujung-ujungnya
pada bagian sponing.
32 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Baja angker dilaskan pada bagian sponing dan ambang bawah untuk pemegangnya
kuat dalam coakan dan struktur bila nantinya dicor beton di tempat.
Setelah daun pintu diselipkan dalam sponing, pelat penutup dilas pada ujung atas
bagian sponing agar daun pintu tidak dapat dilepas lagi.
Bagian sponing dibor seperti yang ditentukan pada gambar untuk memasangkan pena
pengunci daun pintu.
Daun pintu terdiri dari pelat baja yang dilengkapi dengan lubang tempat
pengangkatan dengan tangan.Lubang tersebut diperkuat dengan batang bulat yang
dilas.
Daun pintu dilubangi dengan bor untuk penempatan pen pengunci daun pintu dan
disatukan dengan pemegang rantai.
Pemegang rantai dan pen pengunci dibuat dari batang baja bulat seperti tampak pada
gambar dan diberi rantai dengan ukuran dan panjang sedemikian sehingga pen
pengunci dapat dimasukkan dalam lubang pada kerangka dan daun pintu yang
posisinya pas.
4.1.2.1 Umum
Pintu sorong tipe pelat GFRP tegak dan mampu diangkat tangan dibuat untuk
dipasang pada struktur boks tersier dan kuarter seperti tercantum dalam gambar.
Tiap pintu harus dirancang untuk tahan dan mampu diangkat terhadap ketinggian air
maximum 0,30 m di hulu dengan tanpa air di hilir.
Pintu Pengatur Debit 33
Untuk perhitungan gaya geser pada pintu karena beban tekan air pada pelat daun
pintu, koefisien geser dipergunakan 0,1 untuk fiber glass terhadap baja lunak.
Ukuran pintu untuk daun pintu menggunakan bahan GFRP telah distandarkan oleh
Balai Irigasi PU sebagai berikut:
PU.FIGASI.01.500 50 75 1,2
Rangka pintu dibuat dengan pengelasan terdiri dari sponing baja, bagian ambang
bawah dan ambang atas.
Bagian sponing terdiri dari susunan baja profil siku dan batang pelat dikerjakan
secara pabrikasi untuk menyangga daun pintu dalam seluruh gerakannya.
Bagian ambang bawah dan atas dibuat dari baja profil siku dan dilas ujung-ujungnya
pada bagian sponing.
Baja angker dilaskan pada bagian sponing dan ambang bawah untuk pemegangnya
kuat dalam coakan dan struktur bila nantinya dicor beton di tempat.
Setelah daun pintu diselipkan dalam sponing, pelat penutup dilas pada ujung atas
bagian sponing agar daun pintu tidak dapat dilepas lagi.
Pintu harus dapat dikunci pada posisi terbuka penuh, tertutup rapat dan pada posisi
ditengah kedua posisi tersebut. Semuanya dapat dilihat di gambar.
34 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Daun pintu dibuat dari bahan Glass Fiber Reinforce Plastic (GFRP) hasil penelitian
Balai Irigasi PU. Bahan GFRP merupakan bahan komposisi dari serat gelas (kasar
dan halus) seperti jenis Woven Roving (WR) dan Chopped Strand Mat (CSM) dengan
bobot 450g/m² dan 300g/m².
Perletakan serat gelas diatur secara simetris dengan posisi sudut ikatan yang
digunakan dalam WR adalah 900 dan CSM dengan pola acak sehingga pintu bahan
campuran ini memiliki sebaran kekuatan secara merata diseluruh bagian.
Setelah pencampuran bahan dengan komposisi yang telah siap, pembuatan daun pintu
fiberglass adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan mold (wadah cetak) dengan bahan kayu dan papan multiplex.
b. Setelah mold (cetakan) selesai, terlebih dahulu permukaan dalam dari cetakan
dilumasi dengan dempul untuk memperhalus permukaan, kemudian dipoles
dengan mirrorglass untuk mempermudah pembongkaran mold setelah kering.
c. Setelah mirrorglass kering dan cetakan telah siap digunakan, proses pembuatan
daun pintu air siap dimulai.
d. Letakkan serat fiber lapis pertama padamold dengan balutan mat/mesh (serat
halus) dan yang kedua dengan roving (serta kasar) serta balutan terakhir dengan
serat lagi, semua lapisan serat itu dilumuri dengan minyak resin yang telah
dicampur katalis dan sedikit bubuk calcium carbonat (Talk). Takaran campuran
minyak resin + katalis tergantung lamanya proses pengeringan yang hendak
Pintu Pengatur Debit 35
f. Setelah kering daun pintu bisa dilepas dari cetakan. Haluskan daun pintu dengan
amplas disk dan gerinda.
Daun pintu dilubangi dengan bor untuk penempatan pen pengunci daun pintu dan
disatukan dengan pengikat rantai.
Pemegang rantai dan pen pengunci dibuat dari batang baja bulat seperti tampak pada
gambar dan diberi rantai dengan ukuran dan panjang sedemikian sehingga pen
pengunci dapat dimasukkan dalam lubang pada kerangka dan daun pintu yang
posisinya pas. Pen pengunci harus dilengkapi gembok dengan 2 buah kunci.
4.2 Pintu Sorong untuk Saluran dan Gorong-Gorong Bentang Sampai 1,20 m.
4.2.1 Umum
Pintu sorong vertikal yang digerakkan tenaga orang untuk saluran atau gorong-gorong
dibuat seperti tampak pada gambar.
Pintu sorong dengan setang tunggal terdapat 4 tipe, yakni sebagai berikut:
(a) tipe rangka pendek untuk saluran, seri 1A sampai 4A
(b) tipe rangka pendek untuk saluran, seri 1B sampai 4B
36 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Pintu sorong tipe rangka pendek untuk saluran dan gorong-gorong, seri 1A sampai 4A
dan 1B sampai 4B dipasang pada:
(i) Pintu pengambilan tersier
(ii) Pintu pengatur pada saluran
(iii) Pintu pembilas saluran kecil
Pintu sorong tipe rangka panjang untuk saluran dan gorong-gorong, seri 2C sampai
4C dipasang pada:
(i) pintu pembilas bendung tributari
(ii) pintu pengambilan pada saluran
(iii) pintu pembilas saluran besar
Tiap pintu dirancang tahan dan beroperasi terhadap tinggi muka air di hulu seperti
yang tercantum dalam tabel “Detail Pintu Spesifik” yang tercantum dalam gambar,
tanpa air di hilir, dan mampu diangkat penuh setinggi ‘tinggi pintu’ atau tinggi celah
(untuk tipe gorong-gorong).
Untuk perhitungan geseran gerak pintu, akibat beban tekanan air pada pelat daun
pintu, dipergunakan koefisien geser sebesar 0,30 faktor gesek untuk baja terhadap
brons.
Ukuran setang penggerak dan tipe roda gigi dipilih dengan mempergunakan tabel
“Bagian Standar” yang ditunjukkan pada gambar dan apabila diperlukan dapat dicek
dengan perhitungan sesuai dengan prosedur pada Lampiran 3 “Perencanaan Alat-alat
Pengangkat” Buku “STANDAR PERENCANAAN IRIGASI, JILID KP-04”.
Tiap pintu akan terdiri dari kerangka termasuk sponing dan permukaan penyekat,
ambang bawah dan bagian penumpu roda gigi, daun pintu mampu gerak dengan
permukaan penyekat, dan setang penggerak dan roda gigi penggerak.
Pintu Pengatur Debit 37
Pintu sorong tipe gorong-gorong dilengkapi dengan bagian ambang dudukan seal atas
agar daun pintu menutup rapat celah, dengan menurunkan daun pintu pada posisi
terendah.
Bantalan penumpu tengah setang diperlukan, seperti dalam ketentuan, untuk pintu
Sorong tipe rangka panjang guna mencegah timbulnya tekuk pada setang penggerak.
Ukuran pintu (bentang dan tinggi) ditentukan oleh Direksi apabila diperlukan untuk
proyek irigasi baru atau oleh Direksi/Pembuat Pintu dalam hal yang berkaitan dengan
kontrak pemeliharaan khusus, termasuk ukuran setang dan tipe roda gigi.
Pintu yang dipasang pada proyek irigasi baru mempergunakan ukuran standar sebagai
berikut:
(c) Pintu sorong tipe rangka panjang untuk saluran dan gorong-gorong
(i) bentang bebas 800 mm x tinggi 1.000 mm
(ii) bentang bebas 1.000 mm x tinggi 1.200 mm
(iii) bentang bebas 1.200 mm x tinggi 1.500 mm
Ukuran pintu untuk penggantian struktur yang sudah ada pada kontrak pemeliharaan
khusus dipilih dari batas standar ukuran pintu dalam tabel “Bagian Standar” yang
38 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
terdapat pada gambar. Bentang dan tinggi pintu harus berukuran secara bertingkat
seratus milimeter yakni: 400, 500, …………….., 800, 900 dan seterusnya.
Bentang pintu dan tinggi bersamaan dengan tinggi ketahanan dan tinggi operasi,
tinggi struktur dan lain-lain harus dimasukkan ke dalam tabel “Detail Pintu Spesifik”
pada gambar pintu.
Dari keterangan ini suatu perbandingan dapat dibuat berdasar keterangan dalam
“Bagian Standar”, ukuran diameter, panjang setang dan tipe roda gigi dapat dipilih
bersama dengan ketentuan untuk bantalan setang penggerak.
Tabel “Detail Pintu Spesifik” supaya diisi seluruhnya, dan ini memberikan ukuran
detail kepada Pembuat Pintu. Bilamana diperlukan ukuran setang penggerak dan tipe
roda gigi dapat dicek dengan perhitungan yang garis besarnya tercantum dalam subb
bab 4.2.1 spesifikasi ini.
Bantalan tengah penumpu setang penggerak harus dipasang apabila panjang setang
penggerak yang tidak tertumpu lebih besar dari ukuran yang tercantum dalam tabel
“Bagian Standar”.
Posisi bantalan tengah penumpu setang penggerak harus berjarak 2H + 350 mm dari
muka ambang dasar sampai tengah bantalan. Rangka dudukan bantalan tengah diikat
dengan baut kerangka tegak pintu.
Rangka pintu terdiri dari potongan baja profil siku dan pelat-pelat baja yang ditautkan
dengan baut atau paku keling untuk membentuk bagian sponing, ambang bawah dan
bagian penumpu roda gigi. Apabila diperlukan bantalan tengah penumpu setang
penggerak dapat dipasang, dan dalam hal pintu sorong untuk gorong-gorong
Pintu Pengatur Debit 39
diperlukan bagian ambang atas. Semua dikaitkan pada ujungnya dengan bagian
sponing.
Bagian sponing, dibuat seperti dalam gambar, memanjang dari ambang bawah sampai
muka teratas dinding atas dan akan menumpu dan menuntun seluruh gerak daun
pintu. Angker baja dilaskan pada bagian sponing untuk pegangan kuat bagian ini
dalam coakan struktur bila nanti dilakukan pengecoran beton di tempat tersebut.
Bagian sponing dipasang permukaan brons yang dihaluskan mesin, tempat pintu
meluncur dan sebagai sekat tegak dari muka ambang bawah sampai bagian teratas
dari pintu sewaktu pada posisi tertutup penuh. Permukaan brons dipasangkan pada
sponing dengan baut kuningan kepala benam.
Bagian ambang bawah akan terdiri potongan baja profil siku (satu atau dua) yang
permukaan atasnya di mesin untuk menahan pelat daun pintu dan menyekat apabila
pintu pada posisi menutup penuh. Ujung bagian ambang bawah harus dikaitkan
bagian sponing dengan baut, semuanya jelas dapat diperiksa di gambar.
Bagian penumpu roda gigi terdiri dari sepasang baja profil kanal atau potongan siku,
yang direnggangkan untuk peletakan unit roda gigi penggerak dan dilas dengan pelat-
pelat ujung. Bilamana diperlukan pelat penumpu roda gigi dilas melintang potongan
kanal. Bagian penumpu setang penggerak terdiri dari potongan baja profil kanal
lengkap dengan pelat ujung untuk dibautkan ke bagian sponing dan rumah bantalan.
Rumah bantalan dibuat dari baja seperti tampak pada gambar dan dibor untuk
dikaitkan pada potongan kanal dengan baut.
Rumah bantalan dipasang dengan bus brons dengan ukuran diameter luar standar
tetapi harus dimesin bagian dalamnya untuk menyesuaikan diameter setang
penggerak yang diperlukan.
40 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Lubang baut dipelat ujung potongan kanal bersama dengan lubang pada rumah
bantalan dibor longgar untuk memungkinkan penyetelan bantalan tengah penumpu
setang penggerak.
Bagian ambang atas terdiri dari potongan baja profil siku yang dilengkapi dengan
brons yang permukaannya dihaluskan mesin dipasang pada siku dengan baut
kuningan kepala benam. Siku diperkuat dengan pelat dan dipasang pada bagian
sponing dengan baut pada ujung-ujungnya.
Daun pintu dibuat dari baja yang dilas terdiri dari pelat yang diperkuat siku pengaku
horisontal dan pelat sirip. Profil siku memperkuat sisi vertikal.
Tipe pintu sorong untuk saluran, siku dan pelat diletakkan di hilir dari pelat daun
pintu sedang untuk gorong-gorong di hulu dari pelat daun pintu.
Braket pengangkat dipasang pada bagian atas daun pintu untuk mengkaitkan pintu
dengan setang penggerak dengan baut dari baja tahan karat.
Daun pintu dilengkapi permukaan baja yang dimesin sebagai peluncur dan penyekat
pada sisinya dan dalam hal untuk gorong-gorong pada tipe pintu sorong dilengkapi
penyekat atas, semuanya itu untuk dapat berpasangan dengan yang ada dirangka.
Pinggir bagian bawah pelat pintu dimesin untuk berpasangan dengan bagian ambang
bawah yang dimesin, agar memperoleh penyekatan yang baik mengatasi kebocoran
air sewaktu posisi pintu tertutup penuh.
Pintu sorong untuk saluran dan gorong-gorong dilengkapi dengan roda gigi yang
dilayani tenaga orang seperti pada gambar dan ditunjukkan dalam tabel “Bagian
Standar”. Semua pintu sorong diangkat dan diturunkan dengan setang penggerak
tunggal.
Pintu Pengatur Debit 41
Unit roda gigi standar tipe A, B dan C dipergunakan sesuai dengan tabel.
Diameter engkol untuk roda gigi tipe A adalah 600 mm dan diameter roda kemudi
untuk roda gigi tipe B dan C 700 mm.
4.3.1 Umum
Pintu sorong vertikal yang digerakkan orang untuk tipe saluran terbuka harus
dilengkapi, seperti ditunjukkan gambar, untuk dipasang pada bangunan pengatur.
Tiap pintu dirancang sanggup menahan dan beroperasi mengatasi ketinggian air di
hulu sampai bagian teratas pintu, dengan pintu tegak di ambang bawah, dengan tanpa
air di hilir.
Pintu harus mampu dinaikkan bebas dari ambang bawah pintu setinggi ketinggian
pintu.
Untuk perhitungan geseran gerakan pintu, yang disebabkan oleh tekanan air pada
pelat daun pintu, dipergunakan koefisien geseran 0,30 (koefisien gesek untuk baja
dikerjakan mesin terhadap brons).
Tiap pintu terdiri dari rangka yang disertai sponing penuntun dan pelat luncur
penyekat, ambang bawah dan bagian penumpu roda gigi, daun pintu mampu gerak
dalam kondisi bergesek dengan permukaan penyekat, setang penggerak dan roda gigi
penggerak.
42 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Ukuran pintu (bentang & tinggi) ditentukan oleh Direksi bila ditujukan untuk proyek
irigasi baru atau oleh Direksi/Pembuat Pintu untuk kontrak Pemeliharaan Khusus,
termasuk pula ukuran setang penggerak dan tipe roda gigi.
Pintu untuk instalasi proyek irigasi baru berukuran standar sebagai berikut:
(i) bentang bebas 1.500 mm x tinggi 900 mm
(ii) bentang bebas 2.000 mm x tinggi 1.300 mm
(iii) bentang bebas 2.500 mm x tinggi 1.700 mm
Ukuran pintu untuk penggantian bangunan yang telah ada pada kontrak pemeliharaan
khusus dapat dipilih dari batas standar ukuran pintu dalam tabel “Bagian Standar”
yang tercantum dalam gambar.
Bentang dan tinggi pintu berukuran bertingkat dalam ratusan milimeter yakni: 1.200,
1.300, ………………., 1.600, 1.700 dan seterusnya.
Bentang dan tinggi pintu bersama dengan tinggi muka air tertahan permukaan
bangunan dan lain-lain dimasukkan dalam tabel “Detail Pintu Spesifik” pada gambar
pintu.
Dari keterangan ini dapat dibuat perbandingan dengan keterangan yang terdapat
dalam tabel “Bagian Standar”, sehingga dapat dipilih ukuran & panjang setang
penggerak dan tipe roda gigi.
Tabel “Detail Pintu Spesifik” harus diisi sepenuhnya karena ini memberikan
keterangan detail kepada Pembuat Pintu.
Bila diperlukan ukuran setang dan tipe roda gigi dapat dicek dengan perhitungan
sesuai dengan prosedur Lampiran 3 “Perencanaan Alat-Alat Pengangkat” Buku
Standar Perencanaan Irigasi, jilid KP - 04.
Pintu Pengatur Debit 43
Rangka pintu terbuat dari sponing penuntun dari baja yang terbentuk dengan
melengkungkan pelat atau potongan baja profil siku disatukan dengan las membentuk
penampang “U” atau dari sepasang profil kanal yang dirakit membentuk penampang
khususnya rangka tegak dan penumpu roda gigi.
Bagian penumpu roda gigi dan rangka tegak dihubungkan pada ujung-ujungnya
kebagian sponing dengan baut.
Bagian sponing memanjang dari permukaan ambang bawah sampai diatas bagian
puncak dinding, menumpu dan menuntun pintu sepanjang gerakannya. Angker baja
dilaskan pada sponing untuk menanamkannya secara kokoh dalam coakan struktur
bila dicor beton ditempat tersebut.
Bagian sponing dari rangka tegak diberi lapisan permukaan dari pelat baja tahan
korosi yang permukaannya dikerjakan mesin. Lapisan ini merupakan landasan luncur
roda dan perapat karet, yang memanjang dari permukaan ambang bawah kebagian
teratas pintu saat posisi pintu terangkat penuh.
Pelat baja tahan karat sebagai lapisan permukaan dipasang pada rangka pengarah
(sponing) dengan cara dilas dengan kawat las baja tahan karat.
Ujung atas bagian sponing terdapat pelat tatakan yang dilaskan untuk memegang
bagian penumpu roda gigi, sedang bagian ujung bawah terdapat profil siku yang dilas
untuk pegangan ambang bawah.
Ambang bawah terdiri dari potongan baja profil siku/propel kanal yang permukaan
atasnya dilapisi pelat anti karat dikerjakan mesin untuk menumpu daun pintu dan
perapat karet pada saat posisi pintu tertutup penuh. Ambang bawah dilengkapi dengan
baut penyetel kerataan sewaktu dalam coakan struktur sebelum dilakukan pengecoran
beton.
44 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Penumpu roda gigi terdiri dari sepasang potongan baja profil kanal, direnggangkan
untuk pemasangan roda gigi penggerak dan mengkaitkan pada pelat tatakan di ujung
atas bagian sponing dengan baut.
Daun pintu terbuat dari baja yang dilas terdiri dari pelat lebar yang diperkuat pada
bagian hulu/hilir dengan sederet mendatar potongan baja profil siku/kanal dan bagian
sisi/pinggir tegak. Kotak-kotak pelat daun pintu diperkuat dengan pelat sirip tegak.
Badan pinggir atas dari pelat daun pintu diperkuat dengan profil kanal siku, sedang
pinggir bawah diperkuat dengan batang pelat penyekat.
Pemasangan karet penyekat pada daun pintu dijepit pelat anti karat dan dibaut dengan
baut anti karat.
Daun pintu dipasangi permukaan sekat dari karet dan sepatu luncur terbuat dari
bronze yang dimesin sepanjang sisinya untuk berpasangan dengan yang ada dirangka.
Braket pengangkat dilas pada bagian atas daun pintu untuk mengkaitkan daun pintu
kesetang penggerak, dengan pen daribaja tahan karat.
Pintu sorong untuk saluran dilengkapi dengan roda gigi penggerak pintu yang
digerakkan tenaga orang seperti terlihat dalam gambar dan ditunjukkan dalam tabel
“Bagian Standar”.
Pintu dinaikan dan diturunkan dengan unit roda gigi kerucut tengah yang memutar
dua murpenggerak lewat poros silang.
Unit roda gigi tipe B, C dan D dipergunakan seperti dalam tabel. Unit roda gigi tipe B
dan C dipergunakan menyatu dengan mur penggerak, sedang unit roda gigi D
dipasang di tengah untuk digerakkan dengan roda kemudi.
Pintu Pengatur Debit 45
Apabila unit roda gigi tipe B dipergunakan maka diameter roda kemudi adalah 500
mm dan dengan unit roda gigi tipe C diameter roda kemudi adalah 700 mm.
Setang penggerak dilengkapi dengan pemegang untuk dapat dipasang daun pintu,
penyetop pintu mampu atur berada diatas dan dibawah unit roda gigi penggerak untuk
membatasi gerak pintu ke atas dan bawah.
4.4.1 Umum
Pintu Romijn yang digerakkan tenaga orang dan dilengkapi pintu penguras, seperti
dalam gambar, dipasang sebagai bangunan pengatur.
Pintu Romijn yang dipasang pada bangunan baru dibuat dengan bentang standar 500,
750, 1.000, 1.250 dan 1.500 mm. Apabila dipasangkan pada bangunan yang sudah
ada maka dibuat sesuai dengan gambar tetapi bentangnya menyesuaikan dengan
bangunan yang sudah ada.
Apabila pintu Romijn berukuran tidak standar, maka pintu tersebut harus ditera untuk
mengukur debit.
Direksi harus mengisi sepenuhnya tabel “Detail Pintu Spesifik” pada gambar, agar
Pembuat Pintu mampu membuat pintu yang dimaksud.
Tiap pintu Romijn dirancang untuk menerima aliran air dari hulu dalam ketinggian
penuh yang sama dengan ketinggian kenaikan pintu atas secara penuh, dengan
sebelah hilirnya kering, dan menahan beban air karena lewatnya air diatas meja ukur,
pada sembarang kedudukan, pada setiap ketinggian air sampai ketinggian penuh di
hulu dan dengan sembarang muka air yang lebih rendah yang bersangkutan di hilir
pintu, dapat diatur dengan roda gigi penggerak, dalam sembarang kedudukan yang
masih dalam batas gerakannya, untuk mengatur aliran lewat diatas meja ukurnya,
kedalaman air yang melewati diatas meja ukur (dan hal inilah debit diperoleh) harus
46 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
diukur dengan alat ukur, dengan pintu dalam segala kedudukan dengan berbagai
kombinasi tinggi permukaan di hulu dan hilir seperti disebutkan diatas.
Untuk perhitungan gaya geser pada pintu yang ditimbulkan oleh beban air pada pelat
daun pintu, dipergunakan koefisien geser sebesar 0,40 untuk baja lunak terhadap baja
lunak.
Pintu Romijn juga harus mampu menggontor saluran, di tempat pintu dipasang,
dengan memanfaatkan daun pintu bawah dan pintu Romijn tersebut.
Pintu Romijn terdiri dari kerangka yang mempunyai dua sponing penuntun dengan
ambang bawah dan bagian penumpu roda gigi, daun pintu atas dan bawah termasuk
bingkai pengangkat dan bangku ukur, roda gigi penggerak dan alat ukur debit.
Rangka pintu tersusun dari potongan baja profil kanal siku dan pelat, yang saling
ditautkan dengan baut atau paku keling untuk membentuk dua sponing penuntun
ambang bawah dan bagian penumpu.
Bagian sponing penuntun dibuat memanjang ke atas mulai dari ambang bawah
sampai diatas permukaan tertinggi dinding dan menumpu, menuntun pintu atas dan
bawah dalam gerakannya. Angker baja dilaskan kebagian sponing untuk menjamin
rangka tertanam kuat dalam coakan struktur bila dirakit di tempat sewaktu
pemasangan.
Ambang bawah terdiri dari potongan baja profil siku yang dimesin permukaan
atasnya tempat menopang dan menyekat sewaktu pintu bawah diturunkan
sepenuhnya.
Bagian penumpu roda gigi terdiri dari sepasang potongan baja profil siku/kanal,
digabungkan pada ujungnya dengan pelat dan diberi jarak untuk pemasangan roda
gigi penggerak pintu.
Pintu Pengatur Debit 47
Apabila diperlukan pelat penumpu roda gigi dilas melintang pada potongan profil
siku.Bagian ambang bawah dan penumpu roda gigi dihubungkan pada ujung-
ujungnya kebagian sponing dengan baut.
Satu sisi sponing diperpanjang sampai diatas bagian penumpu roda gigi, seperti
tampak pada gambar, untuk memasang dan menuntun gerak alat ukur debit.
Rangka pintu harus dilengkapi alat pengunci termasuk gembok, agar pintu bawah
dapat dikunci pada kedudukan tertutup penuh.
Pintu bawah yang dipergunakan untuk menggontor terdiri dari pelat baja segi empat
yang diperkuat pada muka sebelah hulu dengan pelat baja dan dilengkapi dengan
batang yang dilas pada bagian atas pelat daun pintu sisi sebelah hilir sebagai
penyekat.
Pintu dipasang dengan dilaskan pada dua profil siku sisi tegak yang memanjang
keatas, dalam sponing penuntun, melampaui bagian teratas pintu atas yang kemudian
di las dengan bagian pengangkat yang horisontal. Bagian sisi dipasang pelat baja
untuk mengurangi kelonggaran antara bagian sisi dan sponing hal ini mengurangi
kemungkinan pintu tersumbat kotoran.
Bagian pengangkat terdiri dari pelat baja yang cukup diperkuat dengan batang pelat
untuk menahan gaya yang bekerja, dibor seperti terlihat pada gambar agar dapat
dipasang pen pengangkat yang terpasang pada pengait yang melekat pada pintu atas.
Satu profil siku bagian sisi vertikal menonjol keatas melewati sisi atas bagian
pengangkat, dipadukan kedudukan dengan alat pengunci pada rangka pintu.
Profil siku bagian sisi vertikal berhenti pada pelat yang berlubang untuk dapat
dipasang pena dan pengunci. Harus disediakan satu gembok dengan dua kunci guna
mencegah dioperasikannya pintu bawah oleh yang tidak berwenang.
48 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Pintu atas terdiri dari lembar pelat baja segi empat yang diperkuat pada sisi muka
sebelah hilir dengan baja profiI siku dan batang pelat dan dilengkapi dengan batang
penyekat yang dilaskan pada pelat daun pintu pada sisi hulu, sepanjang pinggiran
bawah. Batang penyekat harus padu dengan batang penyekat pada pintu bawah untuk
membentuk penyekat horisontal pada kedudukan pintu bawah tertutup dan pintu atas
berkedudukan terangkat penuh.
Sekat sisi karet, termasuk sekat pojok dipasang pada pintu untuk mencegah
kebocoran air apabila pintu pada kedudukan tertutup.
Sekat sisi berupa strip karet rata, dijepit pada daun pintu dengan batang pelat brons
dan dikencangkan dengan sekrup kepala benam baja tahan karat yang dibenamkan
dalam lubang tirus pada pelat daun pintu.
Strip sekat akan menyekat dan meluncur menyandar pada bagian sponing. Sekat
pojok berpenampang “P”, dijepit pada pelat daun pintu dengan dua baut baja tahan
karat dan penjepit dari brons, yang dilubangi tirus untuk menempatkan baut. Sekat
pojok berhubungan dengan batang sekat pada pintu atas. Semua dapat dilihat pada
gambar.
Meja ukur, mendatar, mampu lepas, dipasang pada sisi atasnya pintu. Meja ukur
dibentuk seperti pada gambar untuk memperoleh bentuk mencu yang mempunyai
efisiensi aliran yang tinggi. Pelat meja ukur harus diperkuat secukupnya untuk
menahan getaran saat terjadi aliran.
Pelat meja ukur diberi penguat yang sesuai dan dilengkapi dengan baja profil siku
untuk penyekrupan dengan baut baja tahan karat, untuk mentautkan baja profil siku
yang dilas disisi atas pelat pintu atas.
Pintu Pengatur Debit 49
Pelat meja ukur harus ditumpu, dikakukan dan diperkuat dengan pelat pencegah
getaran. Pelat penguat ditautkan dengan baut baja tahan karat pada pelat pengaku
pelat meja ukur dan pelat pengaku pada daun pintu.
Pintu dilekatkan dengan las pada 2 baja profil siku sisi vertikal yang memanjang
keatas, dalam sponing penuntun, lewat diatas dari bagian teratas pintu yang kemudian
dilas satukan dengan bagian pengangkat horisontal.
Bagian pengangkat terdiri dari pelat baja dikakukan dengan batang pelat yang sesuai
untuk menahan gaya operasional dan dibor untuk memasang penghubung setang
penggerak dan alat pengangkat pintu bawah.
Alat pengangkat pintu bawah berujud pen pengangkat, menembus bagian pengangkat
dan terbawa oleh potongan kanal. Pena pengangkat tertahan pada kedudukannya oleh
ring yang dilas.
Sebuah profil siku bagian sisi diperpanjang ke atas melewati sisi teratas bagian
pengangkat, menjadi pemegang alat ukur mampu gerak. Pemegang alat ukur mampu
gerak terbuat dari pelat yang dikakukan kemudian dilaskan pada profil siku bagian
sisi vertikal dan dibor dengan lubang memanjang untuk menempelkan alat ukur
seperti terlihat pada gambar.
Pintu Romijn dilengkapi dengan roda gigi penggerak yang dijalankan dengan tenaga
orang, seperti dapat dilihat dalam gambar. Pintu dengan bentang sampai dengan
1.200 mm dipasangi mur penggerak tunggal dan roda gigi tipe A.
Diameter engkol 350 mm untuk bentang pintu sampai dengan 600 mm dan diameter
500 mm untuk bentang pintu sampai dengan 700 mm atau lebih.
Pintu bentang lebih dari 1.200 mm harus dioperasikan dengan dua batang dan dua
mur penggerak yang berpasangan dengan unit roda gigi tipe B dan unit roda gigi
tengah tipe D.
50 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Roda kemudi yang dipergunakan untuk unit roda gigi kerucut tipe D berdiameter
700 mm.
Mur penggerak, lengkap dengan pemegang untuk dipasang pada pintu atas, harus
dilengkapi dengan penyetop pintu mampu atur yang diatas dan dibawah unit roda gigi
penggerak untuk membatasi gerak pintu atas ke atas dan ke bawah.
Baut bertingkat dari baja tahan karat lengkap dengan mur dan cincin harus disediakan
bersama mur penggerak.
Dan alat ukur harus dipasang pada pintu Romijn, seperti terlihat pada gambar agar
dapat mengukur debit yang lewat diatas pelat meja ukur.
Alat ukur yang tidak bergerak dibagi dalam jenjang sentimeter dipasang pada bagian
sponing disisi sebelah hilir, sedang alat ukur yang mampu gerak dibagi dalam jenjang
liter dipasang pada pemegang diprofil siku bagian sisi vertikal pintu yang
diperpanjang.
Kedua alat ukur tersebut terbuat dari bahan brons yang digravir dengan jenjang
pembagian dan angka seperti tercantum dalam gambar.
Alat ukur yang tidak bergerak ditempel dibagian sponing dengan skrup penyetel
kuningan kepala benam yang dimasukkan dalam lubang yang dibor tirus di kaki profil
siku bagian sponing.
Alat ukur yang bergerak ditempel pada pemegang dengan baut kuningan. Lubang
memanjang dipersiapkan di pelat pemegang untuk penyetelan vertikal alat ukur.
4.5.1 Umum
Petunjuk operasi pintu Crump-De Gruyter harus disediakan, seperti yang tercantum
dalam gambar untuk dipasang pada bangunan pengatur.
Pintu Pengatur Debit 51
Pintu Crump-De Gruyter untuk dipasang pada bangunan baru dibuat dengan ukuran
bentang 500, 750, 1.000, 1.250 dan 1.500 mm. Ukuran tersebut untuk bangunan yang
sudah ada agar dibuat sesuai dengan gambar tetapi bentangnya disesuaikan dengan
bangunan lama. Untuk pintu yang berukuran tidak standar, pintu harus ditera untuk
mengukur debit.
Direksi harus mengisi penuh tabel “Detail Pintu Spesifik” dalam gambar agar
Pembuat Pintu dapat melaksanakan pembuatan pintu. Tiap pintu dirancang sanggup
menahan dan beroperasi terhadap ketinggian air di hulu sama dengan h max tanpa air
disebelah hilir.
Untuk perhitungan geseran gerak pintu, dipergunakan koefisien geseran sebesar 0,30
untuk baja dimesin terhadap brons.
Tiap pintu terdiri dari rangka beserta sponing penuntun dan permukaan penyekat,
daun pintu mampu gerak, roda gigi penggerak, alat ukur dan grafik debit.
Rangka pintu terdiri dari potongan baja profil siku dan batang pelat yang dibaut atau
dikeling bersama membentuk bagian sponing, ambang bawah dan bagian penumpu
roda gigi.
Bagian sponing dibuat seperti dalam gambar yang memanjang ke atas dari permukaan
ambang bawah sampai diatasnya bagian teratas dinding dan menumpu dan menuntun
pintu dalam gerakannya.
Angker baja dilaskan pada bagian sponing untuk menanamkannya dalam coakan
bangunan sewaktu dicor beton di tempat.
Bagian sponing dilengkapi dengan permukaan brons yang dimesin dan pada
permukaan tersebut pintu menggeser dan tersekat berdiri memanjang dari permukaan
ambang bawah sampai bagian teratas pintu bilamana dalam kedudukan terbuka
penuh.
52 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Permukaan brons dipasang pada sponing dengan baut kuningan kepala benam.
Penumpu roda gigi terdiri dari sepasang potongan baja profil siku atau kanal saling
ditautkan pada ujungnya dengan pelat dan direnggangkan untuk pemasangan roda
gigi penggerak pintu.
Bilamana diperlukan pelat penumpu roda gigi dapat dilaskan melintang pada
penampang kanal.
Ambang bawah dan bagian penumpu roda gigi dihubungkan pada ujungnya kebagian
sponing dengan baut.
Daun pintu dibuat dengan konstruksi baja dilas dari pelat yang ditekuk dan dibentuk
dengan pengakukan pelat dan siku baja, semuanya tampak dalam gambar.
Daun pintu dipasangi permukaan luncur dan sekat dari baja yang dimesin yang
diletakkan sedemikian sehingga cocok berpasangan dengan yang ada dirangka.
Lubang tap setengah lingkaran harus disediakan pada arah sebelah hilir pada pintu.
Pintu ditempelkan dengan las pada siku sisi vertikal memanjang ke atas melewati
bagian teratas pintu yang kemudian dilas dengan bagian pengangkat yang
kedudukannya horisontal.
Bagian pengangkat horisontal berupa baja pelat yang dikakukan dan diperkuat dengan
sebuah potongan baja profil kanal.
Bagian pengangkat dibor seperti terlihat dalam gambar untuk mengkaitkan dengan
setang penggerak pintu, pengkaku harus dibuat pada kaitan untuk mencegah tekuk
pada pelat.
Pintu Pengatur Debit 53
Pintu Crump-De Gruyter dilengkapi dengan roda gigi penggerak yang diputar tangan,
seperti tercantum dalam gambar maupun tabel.
Pintu bentang sampai dengan 800 mm dipasang mur penggerak tunggal dan roda gigi
tipe A dengan diameter engkol 500 mm.
Pintu bentang lebih dari 800 mm sampai dengan 1.200 mm dipasang mur penggerak
tunggal tetapi dengan unit roda gigi kerucut tipe C. Diameter roda kemudi 300 mm.
Untuk pintu bentang lebih dari 1.200 mm dipasang mur penggerak ganda yang
berpasangan dengan unit roda gigi tipe B dan unit roda gigi kerucut tipe D. Diameter
roda kemudi yang diperlukan untuk unit roda gigi tersebut adalah 700 mm.
Mur penggerak lengkap dengan pemegang untuk dikaitkan ke pintu, dilengkapi pula
dengan penyetop pintu maupun atur untuk diatas dan dibawah unit roda gigi
penggerak untuk membatasi gerakan pintu atas dalam dua arah gerakan.
Harus disediakan baut bertingkat dari baja tahan karat dengan mur dan cincin,
termasuk mur penggerak.
Setiap pintu dilengkapi dengan sebuah petunjuk kedudukan pintu dan pelat debit,
sehingga petugas pintu mampu mengatur dan mengukur debit yang lewat bangunan.
Alat penunjuk kedudukan pintu, dibagi dalam jenjang sentimeter, dipasang pada pelat
pemegang yang menempel pada bagian sponing dan rangka pintu, seperti terlihat
dalam gambar.
Alat ukur ini digunakan bersama dengan bagian pengangkat pintu yang pinggir
teratasnya berlaku sebagai jarum penunjuk untuk pembacaan kedudukan sisi bawah
pintu relatip terhadap ambang bawah.
54 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Pelat debit dengan grafik yang digravir memberikan batasan debit untuk setiap
kombinasi dari bukaan pintu dan tinggi permukaan air di hulu diatas ambang bawah,
dipasang pada sebalik pelat pemegang alat ukur.
Pelat pemegang dilas pada bagian sponing dari rangka pintu pada sisi sebelah
hulunya.
Skala penunjuk kedudukan pintu dan pelat debit dibuat dari bahan brons yang
digravir dengan pembagian jenjang, grafik dan angka seperti dalam gambar.
Tiap pintu bentang standar dilengkapi dengan pelat debitnya yang sudah ditera sesuai
dengan pintu.
Unit roda gigi penggerak Tipe A dibuat untuk digunakan pada pintu ukuran yang
lebih kecil seperti terlihat dalam gambar dan ditentukan diklausul yang sesuai dalam
spesifikasi ini.
Roda gigi penggerak berupa unit roda gigi berdiri sendiri yang digerakkan tangan,
mampu menggerakkan pintu dengan beban tekanan air maximum seperti yang
ditentukan, dan mampu menahan pintu tidak bergerak dalam segala kedudukan
sewaktu engkol dilepaskan.
Kerja roda gigi dirancang untuk gaya kerja normal dengan tegangan normal diizinkan
untuk bahan yang digunakan.
Pintu Pengatur Debit 55
Kerja roda gigi juga dirancang untuk gaya abnormal akibat seret atau macetnya pintu,
dalam kondisi ini dipergunakan 30% lebih dari tegangan yang diizinkan untuk bahan
yang digunakan.
Unit roda gigi penggerak terdiri dari sebuah mur penggerak dari brons alumunium
berpasangan dengan setang penggerak terbuat dari baja karbon yang berkait dengan
pintu. Mur penggerak diletakkan di antara bantalan peluru axial diatas dan dibawah
mur yang ditumpu oleh rumah bantalan (rumah penumpu mur) dari besi tuang.
Mur penggerak diputar oleh engkol yang dipasang langsung pada mur. Rumah
penumpu mur harus dapat dipasang dan ditumpu oleh bagian penumpu roda gigi
penggerak dari rangka pintu.
Ulir setang penggerak adalah ulir segi empat modifikasi tunggal dan diameter luar
dan kisar seperti yang ditentukan dalam gambar. Ulir pada setang penggerak dan mur
penggerak harus dikerjakan dengan mesin. Mur penggerak dibor ditiga tempat
sebagai saluran gemuk untuk menjamin adanya gemuk dibagian ulirnya dan dibuat
alur pasak untuk memasang engkol.
Bantalan axial adalah tipe bantalan peluru tunggal axial yang mempunyai rumah
cincin rata dan mempunyai nomor seri 511 pada SKF atau dari pembuat lain yang
disetujui.
Rumah penumpu mur, sesuai untuk mencegah masuknya debu ke bantalan peluru
axial, dibuat dengan penuangan terdiri dari dua setengah bagian dan dikerjakan mesin
untuk dapat dipasang mur penggerak dan bantalan. Rumah tersebut dibor untuk
dipasang baut pengencang dan dilengkapi nipel gemuk untuk memasukkan gemuk ke
mur penggerak.
56 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Engkol pemutar, dibuat dengan diameter sesuai dengan gambar, dipasang dengan
pasak yang mentautkan dengan alur pasak yang ada di mur penggerak. Pasak dibuat
dari baja dipasang dan dilas pada bos engkol.
Setang penggerak dilengkapi penyetop mampu atur, diatas dan dibawah roda gigi
untuk mencegah pintu terlalu diturunkan atau terlalu diangkat.
Unit roda gigi dilengkapi dengan alat pengunci dan gembok, lengkap dengan dua
kunci, untuk mencegah operasi pintu yang tidak semestinya, semuanya tampak pada
gambar.
Penyetop pintu mampu atur dipasang dengan sekrup penyetel yang mempunyai
lekukan pada ujungnya untuk pengencangan dengan kunci allan, untuk menjaga agar
penyetop pintu tidak dapat diubah atau diambil kecuali oleh orang yang berwenang
untuk itu.
Unit roda gigi penggerak pintu tipe B dan C dibuat untuk pintu ukuran yang lebih
besar seperti terlihat dalam gambar dan ditentukan dikalusul yang sesuai dalam
spesifikasi.
Roda gigi penggerak tipe D hanya dibuat dan dipergunakan untuk pemakaian pintu
dengan sistem mur penggerak ganda.
Unit penggerak, tipe roda gigi kerucut merupakan unit roda gigi mandiri yang diputar
tangan, maupun bekerja pada beban yang ditentukan dan menahan pintu dalam segala
kedudukan apabila pemutarnya dilepaskan.
Roda gigi penggerak dirancang untuk gaya kerja normal dengan tegangan diizinkan
normal untuk bahan yang dipergunakan.
Pintu Pengatur Debit 57
Roda gigi penggerak juga dirancang untuk gaya kerja tidak normal yang ditimbulkan
oleh seret atau pintu macet, untuk kondisi ini kenaikan 30% lebih dari tegangan
diizinkan normal dapat diambil untuk bahan yang dipergunakan.
Unit roda gigi penggerak pintu tipe B dan C dapat dipergunakan untuk sistem mur
penggerak tunggal maupun ganda.
Apabila dipergunakan sistem mur penggerak tunggal pinyon roda gigi kerucut
dipasang dengan pasak pada poros pinyon yang dilengkapi dengan roda kemudi.
Apabila dipergunakan sistem mur penggerak ganda pinyon dipasang dengan pasak
pada poros silang. Poros silang diputar dengan unit roda gigi tipe D, Roda gigi
kerucut, dari unit tipe D, dipasang dengan pasak pada poros silang ditengahnya.
Pinyon dari unit tipe U dipasang dengan pasak pada poros pinyon yang dilengkapi
dengan roda kemudi.
Unit tipe B mempunyai angka reduksi 1,5:1 sedang tipe C mempunyai angka reduksi
2:1.
Unit roda gigi penggerak tipe B dan C terdiri dari mur penggerak dari brons
alumunium yang berpasangan dengan setang penggerak dan baja karbon yang
ditempatkan di antara bantalan axial diatas dan dibawah mur dan ditumpu oleh rumah
bantalan besi tuang.
Mur penggerak diputar dengan Pinyon lewat roda gigi kerucut, yang dipasangkan
dengan pasak langsung ke mur penggerak.
Rumah penumpu mur dibaut dan didukung di penumpu roda gigi yang merupakan
bagian dari rangka pintu.
58 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Ulir setang penggerak berbentuk Ulir Segi Empat Modifikasi Tunggal dan
mempunyai diameter luar dan kisar seperti yang ditentukan dalam gambar. Ulir
disetang & mur penggerak harus dikerjakan dengan mesin.
Mur penggerak dibor ditiga tempat sebagai saluran gemuk untuk menjamin
kebutuhan gemuk diulirnya dan dilengkapi dengan alur pasak untuk memasang roda
gigi kerucut.
Mur penggerak bagian luarnya berukuran standar yang ulir dalamnya dimesin untuk
menyesuaikan dengan ukuran setang penggerak yang dipilih untuk pintu.
Bantalan axial adalah bantalan peluru tipe axial tunggal yang mempunyai sarang
cincin rata dan mempunyai seri 512 buatan SKF atau pembuat lain yang disetujui.
Rumah bantalan sesuai untuk mencegah masuknya debu ke bantalan peluru axial dan
dapat dibautkan kebagian penumpu roda gigi di rangka pintu, bersamaan pula braket
penyangga poros pinyon.
Braket penyangga yang dilengkapi dengan nipel gemuk, memegang bantalan brons
fosfor poros pinyon. Rumah bantalan juga dilengkapi dengan nipel gemuk untuk
menjamin gemuk bagi mur penggerak dan bantalan axial.
Roda gigi kerucut dan pinyon harus dikerjakan mesin dari bahan baja karbon dengan
pengerjaan celup dingin dan temper, seperti ditunjukkan dalam gambar dan
dilengkapi dengan alur pasak untuk dipasangkan pada mur penggerak dan poros
pinyon atau poros silang.
Disediakan roda kemudi yang dilengkapi pasak untuk mengunci dengan poros
pinyon.
Setang penggerak harus dilengkapi dengan penyetop mampu atur diatas dan dibawah
roda gigi untuk mencegah agar pintu tidak bergerak ke atas dan ke bawah lebih dari
yang ditentukan.
Pintu Pengatur Debit 59
Penyetop pintu mampu atur dipasang dengan sekrup penyetel yang mempunyai ceruk
di ujungnya untuk pengencangan dengan kunci allan, untuk menjamin agar penyetop
pintu tidak diubah atau dilepas kecuali oleh orang yang berwenang untuk itu.
Unit roda gigi penggerak tipe D terdiri dari pelat dasar dari besi tuang lengkap dengan
braket penyangga, roda gigi kerucut, poros silang, poros pinyon dan roda kemudi.
Pelat dasar dituang lengkap dengan bagian penopang roda gigi untuk menopang poros
pinyon dan juga braket untuk menopang poros silang lengkap dengan roda gigi
kerucutnya. Braket penyangga yang dilengkapi dengan nipel gemuk, memegang
bantalan brons fosfor untuk poros pinyon.Braket penyangga poros silang diakhiri
dengan rumah-rumahan yang terbelah, lengkap dengan baut pengencang dan bantalan
brons untuk menumpu poros silang.
Pelat dasar dilubangi dengan bor untuk dipasangkan kebagian penumpu roda gigi dari
rangka pintu dan dilengkapi dengan baut pengencang.
Poros silang yang terbuat dari baja karbon harus dikerjakan dengan mesin dan
dilengkapi dengan alur pasak pada ujung-ujungnya agar dapat dipasangkan pinyon
kerucut yang berpasangan dengan unit roda gigi tipe B dan C. Poros silang juga
dilengkapi dengan sebuah alur pasak ditengahnya untuk penempatan roda gigi
kerucut.
Poros pinyon yang terbuat dari baja karbon harus dikerjakan mesin dan dilengkapi
dengan alur pasak pada ujung-ujungnya untuk dipasangi pinyon kerucut dan roda
kemudi.
Roda gigi kerucut dan pinyon harus dikerjakan dengan mesin dan baja karbon dengan
pengerjaan pencelupan dingin dan temper, seperti ditunjukkan dalam gambar dan
dilengkapi dengan alur pasak untuk dapat dipasang seperti ketentuan diatas. Semua
pasak harus pasak baja.
60 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Roda kemudi sebagai pemutar, detail dan ukuran tercantum dalam gambar harus
dilengkapi dengan pasak untuk dikuncikan keporos pinyon.
Untuk mencegah operasi yang tidak semestinya dari pintu maka semua roda gigi
penggerak harus dilengkapi dengan gembok dan rantai, gembok dirantai dengan dua
buah kunci.
Rantai harus diselubungi selang karet untuk mencegah kerusakan pekerjaan cat pada
pintu dan dipasang pada bagian penumpu roda gigi dari rangka pintu seperti
tercantum dalam gambar.
4.6.1 Umum
Pintu radial yang dilayani dengan tenaga orang dibuat sesuai dengan gambar untuk
dipasang diatas dan melintang pada bangunan pengatur.
Tiap pintu direncanakan mampu menahan dan bekerja terhadap tekanan tinggi air
dibagian hulu sampai bagian atas pintu, pada keadaan pintu tertutup rapat dengan
tanpa air dihilir.
Tiap pintu harus dapat dinaikkan penuh dari ambang bawah pintu setinggi ketinggian
pintu ditambah 100 mm.
Pintu radial terdiri dari bagian tertanam dalam beton, konstruksi pintu, lengan pintu
dan poros, platform kerja dan unit roda gigi penggerak.
Pintu Pengatur Debit 61
Ukuran pintu (bentang dan tinggi) ditentukan oleh Direksi apabila dipergunakan
untuk proyek irigasi baru atau oleh Direksi/Pabrik pembuat pintu dalam hal pekerjaan
eksploitasi & pemeliharaan (E&P), begitu juga tipe unit roda gigi penggerak.
Pintu untuk dipasang di proyek irigasi baru mempergunakan ukuran standar sebagai
berikut:
Ukuran pintu untuk penggantian bangunan lama dalam rangka pekerjaan E&P
(Eksploitasi & Pemeliharaan) harus dipilih dari batas ukuran dalam tabel “Ukuran
Pintu Standar” yang ditunjukkan dalam gambar. Bentang dan tinggi pintu ditentukan
ukurannya bertingkat dalam seratus milimeter yakni 1.500, 1.600, . . . , 2.500, 2.600,
dan seterusnya.
Bentang dan tinggi beserta tinggi muka air tertahan, tinggi bangunan dan lain-lain
ukuran harus dicantumkan dalam tabel “Detail Pintu Spesifik” pada gambar pintu.
Dari keterangan ini pada gambar akan diperoleh radius pintu dan letak sumbu putar.
Pembandingan dapat dilakukan dengan keterangan yang dapat diperoleh dalam Tabel
62 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
4-2. “Ukuran Pintu Standar” yang memberikan posisi vertikal dan horisontal platform
kerja, terhadap kedudukan pintu, dan tipe roda gigi yang diperlukan.
Tabel “Detail Pintu Spesifik” harus diisi sepenuhnya, hal ini memberikan ukuran
detail seluruhnya untuk pabrik pembuat pintu.
Bagian yang tertanam terdiri dari bagian penuntun sisi yang melengkung dipasang
masuk dalam coakan beton pir dan pangkal jembatan, bagian ambang bawah dipasang
masuk kedalam coakan beton lantai dan balok pena putar dengan kaitan pena putar
dan jangkar yang dipasang tertanam dalam beton pir dan pangkal jembatan.
Bagian sisi merupakan baja yang berdiri keatas dari ambang bawah sampai muka
dinding samping dan permukaan lengkung dikerjakan mesin secara halus tempat
bertumpu dan bergesernya perapat sisi pintu.Bagian sisi diujung bawah harus benar-
benar terpasang kuat pada ambang dan dilengkapi dengan alat penyetel agar dapat
dilakukan pemasangannya secara teliti dalam kedudukan vertikal yang benar dan
terpegang erat dalam coakan sewaktu dicor beton.
Ambang bawah terbuat dari baja yang permukaan atasnya dikerjakan mesin secara
teliti untuk dudukan perapat bawah dari pintu. Ambang bawah dipasang dengan
sekrup pendatar untuk memungkinkan pelurusan secara teliti dalam coakan beton
lantai. Bagian ujung ambang bawah dibor untuk dipasangkan bagian perapat sisi yang
lengkung.
Balok tumpuan putar yang melintang pada bentangan pintu dibuat dari pelat dan
profil baja canai dan dilengkapi dengan perlengkapan pada setiap ujung untuk
meneruskan beban tumpuan langsung ke jangkar yang semuanya telah ditunjukkan
Pintu Pengatur Debit 63
dalam gambar. Hubungan antara balok dan jangkar dapat disetel dan disenter selama
pemasangan sebelum dimatikan pada kedudukan akhir sebelum pengecoran beton.
Balok harus dilengkapi dengan pelat tambatan dan dudukan yang dikerjakan mesin
yang sesuai untuk pemasangan kaitan tumpuan putar. Semua bagian jangkar
diperlukan saat pekerjaan pengecoran beton tahap pertama bersama dengan batang
angker utama sendiri yang harus dipasok dan dikirim oleh pabrik pembuat pintu
mendahului dari bagian pintu yang lain.
Kaitan tumpuan putar harus dari baja yang dudukannya dikerjakan mesin sesuai
dipasang di pelat dudukan pada balok tumpuan putar. Kaitan tumpuan putar tempat
dipasangnya pena putar yang terbuat dari baja tahan karat yang dipasang dengan
pengunci agar tidak berputar.
Kerangka baja dari jangkar untuk balok tumpuan putar direncana untuk mampu
menahan beban tumpuan putar dan mampu membagikan beban ke konstruksi beton.
Konstruksi pintu, lengan pintu dan tumpuan putar direncana untuk memungkinkan
memperoleh kemudahan sewaktu pemasangan dan pemeliharaan selanjutnya.
Pintu akan terdiri dari jumlah yang minimum dari bagian terakit yang disatukan
dengan baut membentuk sebuah konstruksi yang kokoh dan kuat. Penggunaan
penopang kecil dihindarkan.
Konstruksi pintu terdiri dari pelat pintu baja lengkung ditopang disisi sebelah hilir
oleh bagian yang mendatar dan bagian penguat tegak pada tepinya.Bagian yang
mendatar dilas pada pelat daun pintu dan juga pada bagian penguat tepi yang nantinya
dirakitkan pada lengan pintu dengan baut.
Lengan pintu merupakan rangka dalam bentuk “A”, dikonstruksi dari siku baja canai
dibentuk penampang kotak. Lengan pintu mempunyai bantalan yang berada di
puncak.
64 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Bantalan terbuat dari baja dan sesuai dipasangi bus brons melumas sendiri tanpa
pemeliharaan.
Pintu dibuat rapat air dibagian samping dan dasar terhadap pengaruh tekanan air dari
arah udik.
Perapat samping terbuat dari bilah karet berpenampang J, atau bahan lain yang
disetujui, dipasang pada pintu dengan picak penjepit dibaut dan sedemikian sehingga
rapat kepermukaan bagian samping yang tertanam.
Baut pengikat dari baja tahan karat dan rakitan perapat samping harus dapat distel dan
mudah dilepas bila diperlukan untuk pemeliharaan.
Roda penuntun samping (empat buah tiap pintu) dipasang pada bagian penguat ujung,
untuk menuntun gerak pintu sepanjang lintasannya. Roda penuntun berputar pada
bagian yang menyatu dengan bagian samping dan dilengkapi dengan pelat latun agar
dapat distel sesuai dengan kelonggaran yang diperlukan. Roda penuntun dilengkapi
dengan poros pendek terbuat dari baja tahan karat dan bus brons melumas sendiri
tanpa memerlukan pemeliharaan.
Perapat bawah dipergunakan batang kayu keras sesuai dengan bagian penguat pintu
horisontal sisi bawah dan dipasangkan dengan baut baja tahan karat, semua
ditunjukkan dalam gambar.
Pintu diangkat dengan sling baja yang dikaitkan pada kait pengangkat yang
dilekatkan disisi udik pelat pintu dekat ke gelagar horisontal terbawah pintu.
Kait pengangkat dibuat dari siku dan pelat disertai blok tap baja beserta bus brons
melumas sendiri tanpa pemeliharaan dan ruang untuk sekrup penyetel dari baja
tempa. Sekrup tersebut harus mampu menyetel panjang sling pengangkat pintu.
Sekrup penyetel satu ujungnya dibentuk porok yang dikaitkan dengan soket konis
tertutup yang dipasang pada ujung sling pengangkat pintu. Hubungan tersebut
dilengkapi dengan baut baja tahan karat termasuk mur dan pen penjamin belah.
Pintu Pengatur Debit 65
Untuk mencegah sling pengangkat pintu merusak cat pelat pintu, bilah baja tahan
karat, sebagai pelindung terhadap geseran sling, dilaskan pada pelat pintu seperti yang
ditunjukkan dalam gambar.
Sebuah anjungan kerja dari baja harus dibuat untuk setiap pintu, direncana untuk
menopang roda gigi penggerak dan beban karena operasi pintu.
Anjungan dilengkapi dengan pelat tumpu, baut pemegang dan lain-lain dibuat
sedemikian sehingga mampu menyesuaikan terhadap pengembangan dan penyusutan
akibat perubahan suhu.
Anjungan dilengkapi susuran tangan dan tiang, bagian dari dek tersebut yang tidak
tertutup oleh kotak roda gigi, bantalan dan lain-lain harus dipasangi dek dan pelat
bordes.
Anjungan kerja dibuat pekerjaan baja dilas yang terdiri dari dua potong gelagar baja
canai, membentuk bagian luar dan melintang pada bentangan pintu, dengan siku-siku
baja canai melintang (arah hulu-hilir) sebagai penumpu roda gigi penggerak. Siku-
siku tersebut dilobangi untuk pemasangan baut pemegang unit roda gigi.
Dek pelat bordes diperkuat, seperti ditunjukkan dalam gambar dengan picak baja
dilaskan pada bagian bawah dan pelat bordes, untuk mencegah pelengkungan yang
berlebih dari pelat. Pelat bordes dipasang pada kerangka baja dengan baut pengikat
kepala benam.
Susuran tangan dan tiang dibuat dari pipa baja lunak dan profil siku, seperti yang
ditunjukkan dalam gambar.
Tiap pintu radial dilengkapi dengan unit roda gigi penggerak tipe I atau tipe II
tergantung bentang dan tinggi pintu.Kedua tipe roda gigi yang tersusun dari gigi
66 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
cacing penopang dan unit roda gigi lurus yang diputar orang, yang mampu menahan
pintu menggantung dalam segala kedudukan bila engkol pemutar dilepas.
Unit roda gigi memutar dua teromol sling yang berada dianjungan kerja diatas kait
pengangkat pintu. Roda gigi tipe II perlu dilengkapi dengan sepasang roda gigi lurus
reduksi.Semua ditunjukkan dalam gambar.
Roda gigi penggerak dapat menggerakkan pintu dalam keadaan menerima beban air
maksimum yang ditentukan dengan tenaga satu orang lewat engkol putar.
Roda gigi penggerak direncana untuk gaya-gaya operasi normal dengan tegangan
diizinkan yang normal untuk bahan-bahan yang dipergunakan.
Gaya operasi normal memperhitungkan berat pintu dan semua gaya yang diperlukan
untuk mengatasi geseran diperapat pintu dan bantalan.
Roda gigi penggerak juga direncanakan untuk gaya abnormal yang diakibatkan macet
atau tertahannya pintu, untuk keadaan semacam ini tegangan diizinkan maksimum
adalah seperti tercantum dalam sub bab 1.21 dalam spesifikasi, untuk bahan yang
dipergunakan tidak dilampaui.
Gaya normal yang diberikan pada engkol putar diperhitungkan 13 kg. Diperhitungkan
pula bahwa seseorang dapat memberikan gaya maximum 40 kg dalam waktu singkat.
Sehingga gaya abnormal yang ditimbulkan akibat macet atau tertahan pintu
dipergunakan 3x gaya operasi normal.
Roda gigi penggerak tipe I dipergunakan untuk pintu radial yang mempunyai
ketentuan ukuran sebagai berikut:
(i) Pintu memiliki bentang bebas maksimum 2.500 mm.
(ii) Pintu memiliki bentang bebas maksimum 2.500 mm dengan tinggi pintu
maksimum 1.900 mm.
(iii) Pintu memiliki bentang bebas maksimum 2.000 mm dengan tinggi pintu
maksimum 2.200 mm.
Pintu Pengatur Debit 67
Roda gigi penggerak tipe II dipergunakan untuk pintu radial yang mempunyai
ketentuan ukuran sebagai berikut:
(i) Pintu memiliki bentang bebas lebih besar dari 2.500 mm sampai bentang bebas
maksimum 3.500 mm, dengan tinggi pintu maksimum 1.700 mm.
(ii) Pintu memiliki bentang bebas lebih besar dari 2.500 mm sampai bentang bebas
maksimum 3.500 mm, dengan tinggi pintu maksimum 2.200 mm.
(iii) Pintu memiliki bentang bebas lebih besar dari 2.500 mm sampai bentang bebas
maksimum 3.000 mm, dengan tinggi pintu maksimum 2.700 mm.
Roda gigi penggerak tipe I terdiri dari sebuah unit roda gigi cacing dan roda gigi lurus
lengkap dengan indikator kedudukan pintu, poros silang, dan teromol sling beralur
lengkap dengan sling pengangkat diameter 10 mm dan sebuah penumpu poros bawah.
Semuanya tersusun seperti ditunjukkan dalam gambar. Satu teromol sling mempunyai
flens untuk dapat dipasang kopling penyetel.
Roda gigi cacing dan gigi lurus lengkap dengan penumpu poros merupakan bagian
untuk kedua roda gigi penggerak tipe I dan II.
Roda gigi penggerak tipe II terdiri dari sebuah unit roda gigi cacing dan gigi lurus
lengkap dengan indikator kedudukan pintu, sepasang roda gigi lurus dan pinyon,
lengkap dengan penumpu bawah (yang sesuai pula untuk tipe I), poros silang lengkap
dengan kopeling bus (selongsong), dua buah teromol sling beralur lengkap dengan
sling pengangkat pintu diameter 12 mm dan penumpu teromol. Semuanya tersusun
seperti ditunjukkan dalam gambar. Sebuah teromol sling mempunyai flens untuk
dapat dipasang kopling penyetel.
Unit roda gigi cacing dan gigi lurus yang diputar tenaga orang mempunyai angka
reduksi 70:1.
Unit roda gigi terdiri dari roda gigi cacing dan gigi lurus yang dikerjakan mesin. Roda
gigi cacing dan gigi lurus bekerja dalam bak pelumas dan seluruh unit roda gigi
tertutup dalam rumah-rumahan yang sesuai yang direncana sejauh mungkin
68 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
mencegah masuknya debu bersama hembusan angin. Unit roda gigi dilengkapi pula
dengan engkol pemutar yang dapat dilepas.
Sebuah indikator kedudukan pintu dengan pembagian skala per 50 mm dipasang pada
unit roda gigi menunjukkan kedudukan muka bagian bawah pintu terhadap muka
ambang bawah.
Roda gigi lurus luar dan pinyon dikerjakan mesin dan mempunyai angka reduksi
2:1. Pinyon dipasang dengan pasak ke poros unit roda gigi sedang roda gigi lurus
dipasang dengan pasak ke poros silang. Suatu tutup dari kawat kasa dipasang
mengelilingi unit roda gigi untuk mencegah kecelakaan.
Teromol penggulung sling diberi alur untuk tempat sling pengangkat dan
dihubungkan ke unit roda gigi dengan poros silang baja yang ditumpu pada bantalan
bus brons yang melumas sendiri tanpa pemeliharaan. Pelat baja penutup yang dapat
dilepas dipasangkan diatas teromol penggulung sling.
Semua poros silang mempunyai satu diameter standar untuk memenuhi standarisasi.
Diameter minimum teromol beralur penggulung sling sebesar 19 kali diameter sling
pengangkat pintu.
Sling pengangkat pintu adalah sling kawat baja 6 x 36 kelompok tali bulat dengan inti
serat konstruksi 14/7 atau 7/7/1.
Kapasitas beban terputus minimum dari sling baja tidak boleh kurang dan 6x gaya
kerja normal sling.
Sling pengangkat adalah sling baja digalvanis yang mempunyai sebuah inti serat.
Sling dipersiapkan secara sendiri-sendiri untuk memperoleh panjang yang benar dan
sepatu ujung harus dipasang diujung sling sebagai pekerjaan pabrik sebelum dibawa
Pintu Pengatur Debit 69
ke lapangan. Sling dibungkus dan dipak secara baik untuk diangkut ke lapangan
dalam tempat yang direncanakan untuk mencegah kerusakan pada lapisan galvanis.
Sling dilapisi dengan suatu pelapis pelindung air yang sesuai dan/atau pelumas yang
ditentukan oleh pabrik pembuat sling dan bahan pelapis secukupnya diberikan untuk
keperluan pemeliharaan dan disertakan ke lapangan dan disimpan digudang bersama
dengan petunjuk pemakaian yang diperlukan.
Semua bantalan bus adalah jenis bus bronze melumas sendiri tanpa pemeliharaan.
Dilengkapi engkol pemutar yang dapat dilepas sesuai dengan detail dan ukuran yang
ditunjukkan dalam gambar, untuk operasi unit roda gigi. Gembok beserta kunci harus
disediakan untuk mencegah penggunaan unit roda gigi oleh yang tidak berwenang.
4.7.1 Umum
Pintu otomatis dibuat seperti yang ditunjukkan dalam gambar, untuk dipasang pada
bangunan pengatur elevasi atau pada saluran pembuangan akhir.
Pintu otomatis ditinjau dari faktor lokasi pemasangan ada dua tipe yaitu:
Tipe klep seimbang, yang umumnya dipasang pada saluran gorong-gorong.
Tipe pintu seimbang, yang umumnya dipasang saluran terbuka.
Pintu seimbang dibuat seperti yang ditunjukkan dalam gambar untuk dipasang pada
bangunan pengatur elevasi atau pada bangunan pembuangan akhir.
Pintu Seimbang Rangka Lurus
Pintu Seimbang Tipe Doell Beauchez
Pintu Seimbang Tipe Vlugter
Pintu Seimbang Tipe Van Veen
Pintu seimbang rangka lurus dibuat seperti yang ditunjuk dalam gambar untuk
dipasang pada bangunan gorong-gorong pembuang akhir, sedangkan pintu seimbang
70 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Tipe: Doell Beauchez, tipe Vlugter dan Tipe Van Veen dipasang pada bangunan
pengatur elevasi air. Ketiga pintu klep seimbang terakhir dapat dilihat dalam gambar
tipe berikut ini:
R
Hwl
Pintu otomatis tipe Doell Beauchez mempunyai balas tetap dan balas yang bisa diatur
posisinya tergantung kondisi air di hulu. Jika tinggi air di hulu turun sehingga tekanan
statis air berkurang maka pintu akan tidak seimbang sehingga pintu tidak bisa
membuka. Untuk itu balas digeser mendekat engsel sehingga momen putar pintu
menjadi lebih kecil. Dengan demikian pintu dapat membuka dalam keadaan tinggi air
lebih rendah. Ketelitian dalam desain keseimbangan pintu dapat dibantu dengan
adanya beban penyeimbang yang dapat disetel menurut kebutuhan.
72 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Secara garis besar pintu tipe VanVeen ini dalam fungsi dan gerakan sama dengan tipe
Beauchez, hanya konstruksi pemberatnya (balas) menggunakan tangki yang isi air.
Pengaturan beban untuk mencapai keseimbangan dengan menambah dan mengurangi
isi air, konstruksi rangka pintu lebih sederhana dari tipe Doell Beauchez.
Pintu Pengatur Debit 73
Balas Gerak
Berat Pengimbang
R
H1 Drum
H2
Pintu seimbang tipe Vlugter hampirsama konstruksinya dengan tipe Sudut Begemann,
hanya daun pintu berbentuk drum. Beban pemberat dapat diatur dengan cara
menggeser posisi beban mendekat dan menjauhi engsel sesuai kebutuhan.
Para perencana diharapkan dapat mendesain secara teliti agar keseimbangan sesuai
kebutuhan dapat dipenuhi.
Bobot beban penyeimbang dapat diatur sepenuhnya dalam dua arah mendekati atau
menjauhi engsel putar, dengan menggunakan batang ulir penyetel. Semua pena dan
pen direncana mempergunakan baja tahan karat untuk menghindari korosi dan
74 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
bantalan dipasang bus dan bahan brons mampu melumas sendiri tanpa pemeliharaan.
Spesifikasi juga termasuk pengecatan pintu yang tercelup dalam air asin.
Batang baja rangka tulangan ditunjukkan dalam gambar untuk dimasukkan dalam
beton ambang atas untuk mencegah keretakan pada beton.
Pintu klep baja dibuat untuk penggunaan didaerah yang tidak bergaram, sedang Pintu
Klep Seimbang Kayu dibuat untuk dipergunakan didaerah yang bergaram.
Pintu klep direncana agar mampu menahan tekanan hidrostatik sebelah hilir sesuai
dengan spesifikasi tanpa air disebelah lain. Pintu diberi bobot-lawan sedemikian
sehingga pintu mampu membuka otomatis saat muka air dihilir turun dibawah muka
air diudik dan akan menutup saat muka air sama tinggi. Tiap pintu terdiri dari
kerangka, pintu dengan sumbu putar dan bobot lawan.
Ukuran pintu (bentang dan tinggi) ditentukan oleh Direksi bila dipasang diproyek
irigasi baru atau oleh Direksi/pabrik pintu untuk pekerjaan eksploitasi dan
pemeliharaan (E&P).
Pintu untuk dipasang diproyek irigasi baru mempunyai ukuran standar sebagai
berikut:
(i) 1.000 mm bentang x 1.000 mm tinggi
(ii) 1.200 mm bentang x 1.200 mm tinggi
(iii) 1.400 mm bentang x 1.400 mm tinggi
(iv) 1.600 mm bentang x 1.600 mm tinggi
Pintu Pengatur Debit 75
Pintu Klep Seimbang dengan daun pintu baja dan kayu mempunyai ukuran standar
sama.
Ukuran pintu untuk penggantian dibangun lama pada pekerjaan E&P dipilih dalam
daerah standar ukuran pintu dalam tabel “Bagian Standar”, yang tercantum dalam
gambar. Bentang dan tinggi pintu berukuran bertahap seratus milimeter yakni 1200,
1300, ………….1600, 1700 dan seterusnya.
Bentang dan tinggi pintu bersama dengan muka air tertahan, tinggi bangunan dan
lain-lain dimasukkan dalam tabel “Detail Pintu Spesifik” di gambar pintu.
Berdasar keterangan ini suatu perbandingan dapat dibuat terhadap keterangan yang
terdapat dalam tabel “Bagian Standar”, ukuran penyesuai “X” dan jumlah unit bobot
lawan yang diperlukan untuk ditetapkan.
Tabel “Detail Pintu Spesifik” diisi sepenuhnya, hal ini memberikan keseluruhan detail
bagi pabrik pembuat pintu.
Tiap pintu harus menutup berpasangan dengan sebuah rangka baja persegi yang
dipasang pada bangunan/ bagian akhir saluran pembuangan/gorong-gorong. Kerangka
terdiri dari bagian-bagian yang dikerjakan dari kanal baja canai atau profil lain yang
sesuai, disambungkan sedemikian rupa dengan baut dan diberi jangkar untuk
memungkinkan pelurusan, pendataran dan pentautan secara teliti pada rangka
sebelum dicor beton. Penyetop dari kayu untuk pintu, lengkap dengan baut angker
harus disediakan sesuai dengan yang tercantum dalam gambar.
Tiap pintu dikonstruksi berupa panel agar memudahkan pengangkutan, panel dirakit
dilapangan dengan baut untuk membentuk pintu jadi.Pena suai dipergunakan agar
76 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
menjamin perakitan yang teliti pada pintu.Paking karet setebal dua milimeter
dipasang disela sambungan untuk mencegah kebocoran air.
Bilah perapat karet dipasang sekeliling tepi pintu yang akan merapat terhadap flens
bagian kerangka kanal. Perapat karet dipasang ditempatnya dengan picak penjepit dan
baut baja. Pintu dilengkapi kait pengangkat seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
Dua buah lengan pintu vertikal terbuat dari baja pelat ditekuk, dirakitkan ke pintu
dengan pena baja tahan karat dan memanjang keatas melewati batas dalam gorong-
gorong agar dapat dipasang tumpuan putar, seterusnya berakhir pada kerangka bobot-
lawan.
Tumpuan putar, tempat berputarnya pintu dipasangi bus brons melumas sendiri tanpa
pemeliharaan dan berputar pada pena putar pada kait yang dipabrikasi dan ditumpu
oleh rangka pintu.
Semua pintu baja, tiap panel pintu dikonstruksi dari pelat dilas pada picak dan terdiri
dari pelat pintu yang sesuai untuk diberi penguat mendatar dan dirakit dengan
kerangka segi empat mengelilingi pinggirnya.
Dalam hal pintu kayu dan baja, tiap panel pintu terdiri dari kerangka baja dengan unit
isian kayu.
Kerangka baja terdiri dari profil siku baja konstruksi dengan pengelasan di keempat
pojok, semua las digerenda rata.
Semua siku tegak panel mempunyai picak baja, dilaskan pada salah satu kaki profil,
untuk pemasangan penghubung pintu yang terbuat dari baja tahan karat dan pena
peletakan pintu. Semua las digerenda rata.
Unit isian kayu terdiri dari unit tengah, unit ujung atas dan unit ujung bawah,
semuanya dengan ketebalan standar 50 mm. Unit tengah memiliki tinggi total standar
300 mm, sedangkan ketinggian unit ujung atas dan unit ujung bawah ditunjukkan
dalam gambar, untuk menyesuaikan ukuran pintu tertentu yang dikehendaki.
Pintu Pengatur Debit 77
Unit kayu dirakitkan ke kerangka pintu panel dengan baut dan ditahan pada
tempatnya dengan pengikat baja seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
Agar dapat dicegah kebocoran air antara unit-unit kayu, muka atas dan bawah dari
tiap unit dibuat lekuk untuk sambungan bibir lurus, seperti yang ditunjukkan dalam
gambar. Suatu membran karet dipasang disela bagian yang tegak dan sambungan
berimpit untuk mencegah kebocoran air, membran karet tersebut ditempelkan pada
salah satu kayu dengan suatu perekat.
Agar dapat diperoleh perapatan yang baik antara kayu dan kerangka baja, paking
karet setebal dua milimeter dipasang disela sambungan untuk mencegah kebocoran
air.
Semua kayu yang dipergunakan untuk konstruksi pintu adalah JATI (tectona
grandis), kayu berkekuatan kelas II dengan berat jenis rata-rata 700 kg/m3,
penyimpangan berat jenis tidak boleh melebihi + 15%.
Kayu harus memenuhi ketentuan NI-5 PKKI 1961 (Peraturan Konstruksi Kayu
Indonesia).
4.7.5 Bobot-Lawan
Bobot lawan untuk tipe klep seimbang rangka lurus terdiri dari unit bobot lawan besi
tuang dengan ukuran penampang 200 mm x 40 mm dan panjangnya menyesuaikan
ketentuan pintu yang dikehendaki atau untuk tipe pintu seimbang lainnya beban
penyeimbang dapat dari beton dan air. Berat jenis besi tuang adalah 7210 kg/m4.
Jumlah unit yang diperlukan untuk pintu tertentu mengikuti ketentuan dalam
spesifikasi sub bab 4.7.2.
78 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Bobot lawan selain berupa air dilengkapi dengan sekrup penyetel dan perakit yang
dipasang pada rangka bobot lawan. Kedudukan bobot lawan dapat diubah-ubah dan
akhirnya dikunci pada kedudukannya setelah pemasangan ditempat sehingga pintu
akan membuka otomatis saat muka air dihilir turun dibawah muka air rencana diudik
sebesar 10 cm atau kurang dan menutup bila muka air sama.
Endapan yang terjadi pada dasar saluran mengakibatkan pintu terganjal sehingga
tidak bisa menutup penuh. Untuk menghindari terjadinya endapan maka dasar saluran
dibagian bawah/hilir pintu dibuat lebih rendah 30 cm untuk daerah topografi terjal
sedangkan untuk daerah landai cukup 20 cm.
4.8.1 Umum
Pintu sorong kayu yang digerakkan orang tipe untuk saluran, seperti tercantum dalam
gambar, dibuat untuk dipasang pada pintu pengatur utama.
Tiap pintu direncana menahan dan bekerja terhadap tinggi air sebelah udik sampai
puncak pintu, kedudukan pintu berdiri pada ambang bawahnya dengan keadaan tanpa
air disebelah hilir.
Tiap pintu harus dapat diangkat keatas sepenuhnya dari ambang bawah pintu setinggi
pintu.
Untuk keperluan perhitungan geseran kerja pintu akibat beban air terhadap pintu,
dipergunakan koefisien geser 0,30 untuk baja tahan karat yang dimesin terhadap
brons.
Tiap pintu memiliki bagian-bagian rangka dengan Sponing dan permukaan perapat,
ambang bawah dan penumpu unit roda gigi, daun pintu kayu dan permukaan perapat,
setang dan roda gigi penggerak.
Pintu Pengatur Debit 79
Ukuran pintu (bentang dan tinggi) ditentukan oleh Direksi bila dipergunakan untuk
proyek irigasi baru atau oleh Direksi/Pabrik Pembuat Pintu untuk proyek eksploitasi
& pemeliharaan.
Pintu yang dipergunakan untuk proyek irigasi baru mempunyai ukuran standar
sebagai berikut:
(i) 1.200 mm bentang bebas x 2.600 mm tinggi x 100 mm tebal
(ii) 1.500 mm bentang bebas x 2.200 mm tinggi x 100 mm tebal
(iii) 2.000 mm bentang bebas x 1.800 mm tinggi x 120 mm tebal
(iv) 2.500 mm bentang bebas x 1.400 mm tinggi x 120 mm tebal.
Ukuran pintu untuk penggantian pada bangunan lama pada proyek E&P dipilih dalam
daerah standar ukuran pintu dalam tabel “Bagian Standar” yang tercantum dalam
gambar. Bentang dan tinggi pintu berukuran bertahap seratus milimeter, yakni 1.200,
1.300, ……, 1.600, 1.700 dan seterusnya.
Bentang pintu dan tinggi bersama dengan muka air tertahan, tinggi bangunan dan
lain-lain, dimasukkan dalam tabel “Detail Pintu Spesifik”, pada gambar pintu.
Dari keterangan ini suatu perbandingan dapat dilakukan antara keterangan yang
tercantum dalam gambar dan dalam tabel “Bagian Standar”, panjang setang dan tebal
pintu dapat dipilih bersama dengan keperluan bantalan setang.
Tabel “Detail Pintu Spesifik” diisi sepenuhnya, hal ini memberikan keseluruhan detail
bagi pabrik pembuat pintu.
Apabila diperlukan ukuran setang dan tipe roda gigi dapat dicek dengan perhitungan
mengikuti tata cara dalam Lampiran III “Perencanaan Peralatan Pengangkat” dan
buku “Standar Perencanaan Irigasi” jilid KP-04.
80 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Bantalan penopang setang diperlukan apabila bagian panjang setang yang tidak
tertumpu melebihi ukuran yang tercantum digambar.
Bantalan penopang setang dipasang pada rangka pintu pada jarak tidak kurang dari
H + 270 mm atau pada jarak lebih besar dari 2.500 mm pada sumbu setang terukur
dari pena penghubung pintu sampai sisi bawah bantalan.
Kerangka pintu terdiri dari bagian sponing yang dipabrikasi dari profil baja konstruksi
U dan pelat, ambang bawah dan bagian penopang roda gigi. Bagian ambang bawah
dan penopang roda gigi dikaitkan ujung-ujungnya ke bagian sponing dengan baut.Bus
diperlukan dapat dilengkapi dengan bantalan penopang setang.
Pada bagian sponing dilengkapi dengan permukaan baja tahan karat yang dimesin
tempat pintu meluncur dan rapat memanjang dari permukaan ambang bawah sampai
puncak pintu saat kedudukan terbuka penuh. Pelat permukaan baja tahan karat
dilaskan ke sponing.
Bagian ambang bawah terbentuk dari profil siku baja tempat pintu bertumpu dan
rapat pada kedudukan tertutup penuh. Bagian ambang bawah dipasang dengan sekrup
pendatar untuk penyetelan dan mendatarkan rangka pintu saat dimasukkan dalam
coakan bangunan sebelum dilakukan pengecoran beton ditempat tersebut.
Bagian penumpu roda gigi terdiri dari sepasang profil baja U, direnggang untuk
menempatkan unit roda gigi penggerak pintu dan dihubungkan dengan baut ke bagian
Pintu Pengatur Debit 81
ujung atas dari bagian sponing. Bila diperlukan dapat dilas pelat penumpu roda gigi
melintang profil U, semuanya ditunjukkan dalam gambar.
Bantalan penopang setang dipabrikasi dari pelat baja termasuk bumbung baja sebagai
rumah bantalan. Bantalan penopang tersebut dikaitkan dengan bagian sponing
mempergunakan baut, semuanya ditunjukkan dalam gambar. Rumah bantalan sesuai
untuk dipasangi bus brons pada tempatnya dengan baut baja tap. Lubang baut pada
penumpu baut dibor dengan ukuran dilonggarkan untuk penyetelan bantalan
penopang.
Daun pintu dikonstruksi dari unit kayu yang diikat satukan dengan pelat baja dan
dirakit ditempatnya dengan baut pengikat, semuanya membentuk pintu yang kokoh.
Semua kayu yang dipergunakan dalam konstruksi pintu harus kayu kelas I dan
memenuhi ketentuan dalam NI-5 PKKI 1961 (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia).
Apabila pintu kayu dibuat ditempat pintu akan dipasang, kayu kelas I setempat dapat
dipergunakan. Tegangan perencanaan yang diizinkan untuk kayu yang dipilih harus
memenuhi ketentuan dalam NI-5 PKKI 1961.
Perlindungan kayu untuk memenuhi persyaratan pemakaian dalam air harus sesuai
dengan ketentuan dalam NI-5 PKKI 1961.
Unit kayu yang dipergunakan dalam konstruksi pintu adalah tinggi standar 200 mm
dengan tebal standar 100 mm atau 120 mm tergantung pada bentang pintu dan beban
air (periksa spesifikasi subbab 4.8.2).
Untuk mencegah kebocoran air antara unit kayu, muka atas dan bawah tiap unit
dibuat erong-erong untuk penempatan pasak. Pabrik pembuat pintu harus menjamin
82 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Agar diperoleh perapatan yang tepat antara daun pintu kayu dan bagian ambang
bawah kerangka pintu, sisi bawah unit kayu terbawah dibuat alur (pengos) seperti
ditunjukkan dalam gambar.
Penuntun gerakan pintu lateral dalam bagian sponing baja, balok menjelang balok
akhir dari unit atas dan bawah dipanjangkan secara lateral melebihi dari balok yang
lain, seperti ditunjukkan dalam gambar.
Empat pasang sabuk baja dibaut ke unit kayu untuk memegang unit-unit tersebut pada
tempatnya, sehingga membentuk struktur pintu yang kokoh.Tiap unit kayu
mempunyai empat baut sabuk yang menembusnya.
Dua pasang sabuk terluar yang juga sebagai bagian pengangkat dan akanberakhir
pada ujung atasnya pada kaitan setang penggerak.
Permukaan luncur dan perapat dipasang dengan baut pada sisi hilir pintu,
berpasangan dengan permukaan baja tahan karat yang ditempatkan dengan las pada
bagian sponing.
Permukaan luncur dan perapat adalah picak brons posfor dipersiapkan dan dibor
sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar.
Baut-baut pengikat sebuah untuk tiap unit kayu, murnya berada masuk dalam coakan
unit kayu disisi udik, sehingga tidak ada mur atau ujung baut menonjol keluar
permukaan disisi udik pintu kayu, jadi menghindari goresan pada bagian sponing.
Cincin alas yang ukurannya dilebihkan dipasang terjepit mur untuk menghindari luka
pada kayu saat mur dikencangkan sebelum ditautkan, ter dioleskan dalam coakan
kayu.
Pintu Pengatur Debit 83
Kaitan penghubung setang penggerak, dibuat dari baja seperti ditunjukkan dalam
gambar kaitan ditautkan pada ujung atas sabuk pengangkat pintu dan diikat
ditempatnya dengan baut.
Setang penggerak pintu dihubungkan dengan kaitan dengan pena baja tahan karat
penghubung pintu.
Pintu sorong kayu dibuat dengan dilengkapi dengan unit roda gigi yang diputar orang
seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
Pintudinaikkan dan diturunkan dengan unit roda gigi kerucut tengah yang
menggerakkan dua setang lewat poros silang.
Unit roda gigi standar tipe C dan D dipergunakan seperti yang ditunjukkan dalam
gambar. Unit roda gigi tipe C dioperasikan berkaitan dengan setang penggerak sedang
unit roda gigi tipe D dipasang ditengah untuk dioperasikan dengan roda kemudi (roda
tangan).
Setang penggerak dilengkapi dengan kaitan untuk pemasangannya dengan daun pintu
termasuk penyetop pintu yang dapat distel diatas dan dibawah unit roda gigi
penggerak untuk membatasi gerak keatas dan kebawah pintu.
Bilamana diperlukan penutup pelat baja dapat dipasangkan diatas unit roda gigi
penggerak, seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
Tutup tersebut dibuat dari pelat tebal 2 mm dan diberi penguat bilah ukuran 20 x 2
mm dengan pemotongan seperlunya.
84 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Dilengkapi pintu masuk, dengan pengunci, pada tutup untuk memudahkan pekerjaan
perawatan unit roda gigi.Tutup dilengkapi dengan baut untuk pemasangan pada
bagian penumpu roda gigi.
4.9.1 Umum
Pintu sorong kayu yang digerakkan orang arab vertikal tipe setang tunggal mirip
dengan pintu sorong setang ganda yang terdapat pada sub bab 4.8.1 sampai dengan
4.8.6 pada spesifikasi, kecuali yang ditentukan dalam spesifikasi bab dibawah ini.
Pintu yang dipasang di proyek irigasi baru mempunyai ukuran standar sebagai
berikut :
(i) 1.500 mm bentang bebas x 1.400 mm tinggi x 80 mm tebal
(ii) 1.200 mm bentang bebas x 1.200 mm tinggi x 80 mm tebal
(iii) 1.000 mm bentang bebas x 1.000 mm tinggi x 80 mm tebal
(iv) 800 mm bentang bebas x 800 mm tinggi x 80 mm tebal
Bantalan penopang setang harus dipasang untuk panjang setang yang tidak tertumpu
mencapai lebih dari ukuran yang ditunjukkan dalam gambar.
Bantalan penopang setang dipasang pada kerangka pintu pada jarak tidak kurang dari
H + 350 mm atau pada jarak lebih dari 2.500 mm terukur pada sumbu setang dari
pena penghubung pintu sampai garis tengah bantalan.
Bantalan penopang setang terbuat dari profil baja konstruksi lengkap dengan pelat
landasan untuk ikatan baut ke bagian sponing dan sebuah rumah bantalan.
Pintu Pengatur Debit 85
Rumah bantalan dipabrikasi dari baja seperti yang ditunjukkan pada gambar dan dibor
untuk pemasangan pada profil U dengan baut. Pada rumah bantalan dipasang bus
brons yang ditempatkan dengan baut tanam baja. Lubang baut pada pelat ujung profil
U dan yang pada rumah bantalan dibor dengan ukuran lebih untuk memungkinkan
melakukan penyetelan bantalan penopang setang.
Unit kayu yang pergunakan untuk konstruksi pintu mur tunggal mempunyai tinggi
standar 200 mm dengan tebal standar 80 mm.
Tiga pasang sabuk baja harus dipasang dengan baut ke unit kayu sebagai pemegang
tiap unit pada tempatnya, sehingga membentuk pintu yang kokoh. Tiap unit kayu
mempunyai tiga baut sabuk yang menembusnya.
Pasang sabuk tengah juga sebagai bagian pengangkat pintu dan berakhir pada ujung
atas pada kaitan setang penggerak.
Pintu sorong kayu dilengkapi dengan roda gigi penggerak seperti tercantum dalam
gambar.
Pintu dinaikkan dan diturunkan dengan unit roda gigi standar tipe B, dipasang
ditengah dan memutar setang penggerak tunggal. Unit roda gigi dilengkapi dengan
roda kemudi (roda tangan) dengan diameter 700 mm.
Sebuah setang standar dengan ukuran diameter luar 60 mm dan kisar ulir 8 mm
dipergunakan berpasangan dengan unit roda gigi penggerak.
Setang penggerak dilengkapi dengan kaitan untuk berpasangan dengan daun pintu,
dan penyetop pintu yang dapat diatur diatas dan dibawah unit roda gigi penggerak,
untuk membatasi gerak pintu keatas maupun kebawah.
86 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Pintu Pengatur Elevasi Muka Air 87
5. BAB V
PINTU PENGATUR ELEVASI MUKA AIR
5.1 Umum
Pintu pengatur elevasi muka air pada bangunan bagi adalah pintu sorong /pintu
stoplog yang dipasang sedemikian sehingga dapat mengatur permukaan air di hulu
bangunan bagi dengan cara melepaskan air kehilir lewat atas pintu (over flow).
Pengaturan air pada bangunan bagi harus didesain agar air lewat atas pintu (over
flow), sehingga air tidak terlalu drop. Lokasi pintu pengatur pada bangunan bagi
seperti pada sketsa dibawah ini:
Untuk maksud itu, maka ditentukan perencanaan untuk pengatur elevasi pada
bangunan bagi menggunakan tipe sebagai berikut.
Pintu pengatur elevasi dengan menggunakan tipe stoplog dibatasi pada ukuran
maksimum lebar 1 meter dan tinggi 1 meter. Ketebalan kayu perbatang stoplog 8 cm
dan tinggi 10 cm. Bahan kayu jati atau kayu lain yang harus memenuhi dari segala
segi, ketentuan dalam NT-5 PKKI 1961 “Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia”.
88 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
Tiap batang stoplog harus dilengkapi alat pemegang yang digunakan saat mengangkat
tiap batang dari stoplog.
Guna menjamin kebocoran yang terjadi dalam penggunaan stoplog ini maka dalam
pemasangannya harus menggunakan rangka pengarah pada tiga sisi tumpuan (dua
disamping dan satu didasar) dengan bahan baja siku 80 x 80 mm seperti pintu sorong.
Pemilihan pintu sorong ganda untuk pintu pengatur elevasi muka air disebelah hulu
pintu digunakan hanya untuk ukuran pintu pengatur dengan bentang 2,500 mm> B >
1.000 mm. Pintu pengatur dengan ukuran tersebut menggunakan dua drat setang dan
dilengkapi dengan alat penggerak roda gigi tipe B,C,D sesuai gambar PA-03 atau PA
03 addendum. Konstruksi pintu ini menggunakan sistem perapat bahan seal karet
dengan bentuk–bentuk sebagai berikut:
Tipe note balok umumnya dipasang pada perapat sisi pier atau pada bagian atas
(bentuk gorong-gorong), sedangkan tipe balok dipasang sebagai perapat pada dasar
pintu.
Pemasangan pintu sorong ganda sebagai pintu pengatur elevasi air membutuhkan
bangunan (beton) ambang tetap. Fungsi operasional pintu tipe ini adalah agar dapat
mengatur elevasi muka air disebelah hulu melalui bukaan atas (overflow) dalam
kondisi debit air saluran masuk normal dan bukaan bawah (underflow) bila keadaan
debit air saluran masuk dibawah normal. Pengoperasian pintu ini independen.
90 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
El.air
Pintu Atas
Ambang Tetap
Pintu Bawah
Dasar Saluran
Karena pintu daun ganda difungsikan untuk mengatur keluaran air lewat atas dan
lewat bawah, maka masing-masing pintu dapat dioperasikan naik-turun secara
independen. Pintu bawah mempunyai sistem seal pada keempat sisi sedangkan pintu
atas mempunyai sistem seal pada tiga sisi yaitu dua disamping dan satu pada dasar
daun pintu.
Alternatif untuk pintu pengatur elevasi air dapat digunakan pintu sorong yang
dipasang digabung dengan ambang tetap. Skema pemasangan seperti sketsa dibawah
ini.
Alat Angkat
½H
Pintu pengatur dapat bergerak naik turun/membuka menutup air guna mengatur
elevasi muka di hulu pintu pengatur. Pengaturan elevasi dengan tipe pintu gabungan
ini agar keluaran air hanya lewat atas pintu (overflow). Dengan demikian elevasi
92 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
muka air di hulu selalu dapat dijaga dengan kata lain air di hulu tidak terlalu rendah
sehingga dapat mengganggu aliran ke saluran bagi.
Konstrukasi pintu sorong yang dipasang menggunakan dua drat setang yang
dilengkapi dengan roda gigi tipe B, C dan D pada standar gambar dalam buku PA-
03,dengan sistem seal karet pada tiga sisi.
Ukuran pintu (bentang dan tinggi) ditentukan oleh Direksi atau oleh Direksi/Pembuat
Pintu dalam hal yang berkaitan dengan kontrak, termasuk ukuran setang dan tipe roda
gigi.
Pintu harus dirancang sedemikian sehingga kuat dan aman menahan beban rencana
sesuai dengan tinggi maksimum muka air di hulu serta dapat dioperasikan dengan
lancar.
Perhitungan rinci harus disiapkan oleh pihak pabrikan pembuat pintu dan disetujui
direksi.
Untuk perhitungan geseran gerakan pintu, yang disebabkan oleh tekanan air pada
pelat daun pintu, dipergunakan koefisien geseran 0,30 (koefisien gesek untuk baja
dikerjakan mesin terhadap brons).
Tiap pintu terdiri dari rangka yang disertai sponing penuntun dan pelat luncur
penyekat, ambang bawah dan bagian penumpu roda gigi, daun pintu mampu gerak
dalam kondisi bergesek dengan permukaan penyekat, setang penggerak dan roda gigi
penggerak.
Rangka pintu terbuat dari sponing penuntun dari baja yang terbentuk dengan
melengkungkan pelat atau potongan baja profil siku disatukan dengan las membentuk
penampang “U” dengan bagian-bagian ambang bawah dan penumpu roda gigi.
Pintu Pengatur Elevasi Muka Air 93
Bagian penumpu roda gigi dan ambang bawah di hubungkan pada ujung-ujungnya
kebagian sponing dengan baut.
Bagian sponing memanjang dari permukaan ambang bawah sampai diatas bagian
puncak dinding, menumpu dan menuntun pintu sepanjang gerakannya. Angker baja
dilaskan pada sponing untuk menanamkannya secara kokoh dalam coakan struktur
bila dicor beton ditempat tersebut.
Bagian sponing diberi lapisan permukaan dari pelat baja tahan korosi yang
permukaannya dikerjakan mesin. Lapisan ini merupakan landasan luncur roda dan
perapat karetyang memanjang dari permukaan ambang bawah kebagian teratas pintu
saat posisi pintu terangkat penuh.
Pelat baja tahan korosi sebagai lapisan permukaan dipasang pada rangka pengarah
(sponing) dengan cara dilas dengan kawat las baja tahan korosi.
Ujung atas bagian sponing terdapat pelat tatakan yang dilaskan untuk memegang
bagian penumpu roda gigi, sedang bagian ujung bawah terdapat profil siku yang dilas
untuk pegangan ambang bawah.
Ambang bawah terdiri dari potongan baja profil siku/profil kanal yang permukaan
atasnya dilapisi pelat tahan korosi dikerjakan mesin untuk menumpu daun pintu dan
perapat karet pada saat posisi pintu tertutup penuh. Ambang bawah dilengkapi dengan
baut penyetel kerataan sewaktu dalam coakan struktur sebelum dilakukan pengecoran
beton.
Penumpu roda gigi terdiri dari sepasang potongan baja profil kanal, direnggangkan
untuk pemasangan roda gigi penggerak dan mengkaitkan pada pelat tatakan di ujung
atas bagian sponing dengan baut.
Daun pintu terbuat dari baja yang dilas terdiri dari pelat lebar yang diperkuat pada
bagian hulu/hilir dengan sederet mendatar potongan baja profil kanal dan bagian
94 Kriteria Perencanaan - Standar Pintu Pengatur Air Irigasi: Spesifikasi Teknis
sisi/pinggir tegak dan mendatar diperkuat dengan profil kanal yang sama dengan
penguat horizontal. Kotak-kotak pelat daun pintu diperkuat dengan pelat sirip tegak.
Pemasangan karet penyekat pada daun pintu dijepit pelat tahan karat dan dibaut
dengan baut tahan karat.
Daun pintu dipasangi permukaan sekat dari karet dan sepatu luncur terbuat dari
bronze yang dimesin sepanjang sisinya untuk berpasangan dengan yang ada dirangka.
Braket pengangkat dilas pada bagian atas daun pintu untuk mengkaitkan daun pintu
kesetang penggerak, dengan pen dari baja tahan karat.
Pintu sorong untuk saluran dilengkapi dengan roda gigi penggerak pintu yang
digerakkan tenaga orang seperti terlihat dalam gambar dan ditunjukkan dalam tabel
“Bagian Standar”.
Pintu dinaikan dan diturunkan dengan unit roda gigi kerucut tengah yang memutar
dua mur penggerak lewat poros silang.
Unit roda gigi tipe B, C dan D dipergunakan seperti dalam tabel. Unit roda gigi tipe B
dan C dipergunakan menyatu dengan mur penggerak, sedang unit roda gigi D
dipasang di tengah untuk digerakkan dengan roda kemudi.
Apabila unit roda gigi tipe B dipergunakan maka diameter roda kemudi adalah 500
mm dan dengan unit roda gigi tipe C diameter roda kemudi adalah 700 mm.
Setang penggerak dilengkapi dengan pemegang untuk dapat dipasang daun pintu,
penyetop pintu mampu atur berada diatas dan dibawah unit roda gigi penggerak untuk
membatasi gerak pintu ke atas dan bawah.
Lampiran 95
LAMPIRAN