MODUL PKD 2 PK PMII QOMARUDDIN-dikonversi
MODUL PKD 2 PK PMII QOMARUDDIN-dikonversi
06.00 – 08.00 Sarapan Pagi & Persiapan ALL 06.00 – 08.00 Sarapan Pagi & Persiapan ALL
08.00 – 10.30 Materi 4 OC 08.00 – 09.00 Teklap Aksi OC
“PMII dan Gerakan Mahasiswa” 09.00 – 11.00 Manajemen Aksi SC
10.30 – 11.30 FGD Materi 4 OC 11.00 – 12.30 Ishoma OC
11.30 – 12.00 Ishoma OC 12.30 – 14.30 General Review OC
12.00 – 14.30 Materi 5 OC 14.30 – 15.30 Evaluasi OC
“Strategi Pengembangan PMII” 15.30 – 17.30 Pengukuhan / Pemantapan SC
17.30 – 18.00 Ishoma OC ASWAJA SEBAGAI MANHAJ AL-HAROKAH
18.00 – 19.00 RTL SC
19.00 – 20.00 Closing Ceremony OC A. Definisi dan Historis Kemunculan Aswaja
20.00 ---------- Sayonara ALL Istilah Ahlussunnah wal Jama'ah (ASWAJA), merupakan gabungan
dari tiga kata, yakni Ahl, Assunnah, dan Aljamâ'ah. Secara etimologis, kata ahl
( ) أھلberarti golongan atau kelompok, assunah ( ) السنةberarti jalan yang
ditempuh dalam hal ini adalah pengikut jalan Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan kata aljamâ'ah ( ( )الجماعةberarti perkumpulan orang . Adapun
terminologi Ahlussunnah wal Jama'ah, bukan merujuk kepada pengertian
Bahasa (lughawi) ataupun agama (syar'i), melainkan merujuk pada pengertian
yang berlaku dalam kelompok tertentu (urfi). Yaitu, ASWAJA adalah kelompok
yang konsisten menjalankan sunnah Nabi saw. dan mentauladani para
sahabat Nabi dalam akidah (tauhîd), amaliah badâniyah (syarîah) dan akhlaq
qalbiyah (tasawuf). Terminologi istilah Ahlussunnah wal Jama'ah ini
didasarkan pada sebuah hadits yang menyatakan bahwa hanya kelompok
inilah yang selamat dari 73 perpecahan kelompok umat nabi Muhammad
SAW: Demi Tuhan yang jiwa Muhammad ada dalam genggamanNya, umatku
akan bercerai-berai ke dalam 73 Golongan. Yang satu masuk surga dan yang
72 masuk neraka”. Ditanyakan: ”Siapakah mereka (golongan yang masuk
surga) itu, wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Mereka adalah Ahlussunnah
wal Jama’ah”. Hadits yang lain menjelaskan: Umat ini nantinya juga akan
terpecah menjadi 73 sekte, satu yang selamat, yang lainnya dalam kerusakan.
Shahabat bertanya, ”Siapa yang selamat?” Nabi menjawab: ”Ahlussunah wal
Jama‘ah”. Mereka bertanya kembali: ”Siapa Ahlussunnah wal Jama‘ah?”
Jawab Nabi: ”Adalah apa yang aku dan sahabatku praktekkan hari ini”.
Secara sosiohistoris Ahlusunnah Wal Jama‟ah (Aswaja) lahir dari
pergulatan intens antara doktrin dengan sejarah. Di wilayah doktrin, debat
meliputi soal kalam mengenai status Al-Qur‟an apakah ia makhluk atau bukan,
kemudian debat antara sifat-sifat Allah antara ulama Salafiyyun dengan
golongan Mu’tazilah, dan Rasyidun, yakni dimulai sejak terjadi perang Shiffin
yang melibatkan Khalifah Ali bin Abi Thalib RA dengan Muawiyah. Bersama
kekalahan Khalifah ke-empat tersebut, setelah dikelabui melalui taktik Tahkim dicontohkan oleh Rasulullah SAW bersama para sahabatnya pada zaman
(perjanjian antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah Nabi masih hidup dan apa yang dipraktekkan para sahabat sepeninggal beliau,
perselisihan mereka) oleh kelompok Muawiyah terhadap Khalifah Ali bin Abi terutama Khulafa‘ Arrasyidin. Dari pengertian ini, ASWAJA dirumuskan
Thalib memunculkan banyak kelompok firqoh. Kelompok-kelompok firqoh sebagai: kelompok yang senantiasa konsisten dan setia mengikuti sunnah
tersebut diantaranya terdapat Syi’ah yang secara umum dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan thariqah atau jalan para sahabatnya dalam
pengikut Khalifah Ali bin Abi Thalib, golongan Khawarij yakni pendukung Ali akidah, fiqh dan tasawuf.
yang membelot karena tidak setuju dengan Tahkim, dan ada pula kelompok Kelompok ini terdiri dari para teolog (mutakallimîn), ahli fiqh (fuqahâ’),
Jabariyah melegitimasi kepemimpinan Muawiyah. Selain tiga golongan ahli hadits (muhaditsîn), dan ulama tasawuf (mutashawwifîn). Kedua,
tersebut masih ada Murjiah dan Qadariyah, faham bahwa segala sesuatu yang ASWAJA adalah paham keagamaan yang muncul (dimurnikan) setelah Imam
terjadi karena perbuatan manusia dan Allah tidak turut campur (af‟al al-ibad Abu Alhasan Al'asy'ari dan Imam Abu Manshur AlMaturidi memformulasikan
min al-ibad) – berlawanan dengan faham Jabariyah. akidah Islam yang sesuai dengan Alqur'an dan AsSunnah. Itu sebabnya,
Di antara kelompok-kelompok itu, ada sebuah komunitas yang kelompok ASWAJA juga disebut sebagai penganut paham Asy'ariyah dan
dipelopori oleh Imam Abu Sa‟id Hasan ibn Hasan Yasar al-Bashri (21- Maturidiyah. Dalam Syari’ah/fiqh mengikuti salah satu Imam empat: Abu
110H/639-728 M), lebih dikenal dengan nama Imam Hasan al-Bashri, yang Hanifah, Malik bin Anas, Muhammad bin idris Al- Syafi‟I, dan Ahmad bin
cenderung mengembangkan aktivitas kagamaan yang bersifat kultural Hanbal. Dalam tasawuf/akhlaq mengikuti salah satu dua imam: Junaid al-
(tsaqafiyah), ilmiah dan berusaha mencari jalan kebenaran secara jernih. Baghdadi dan Abu Hamid al-Ghazali.
Komunitas ini menghindari pertikaian politik antara berbagai faksi politik
(firqah) yang berkembang ketika itu. Sebaliknya mereka mengembangkan B. Aswaja Sebagai Manhajul Fikr
sistem keberagaman dan pemikiran yang sejuk, moderat dan tidak ekstrim. Kurang lebih sejak 1995/1997, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
Dengan sistem keberagaman semacam itu, mereka tidak mudah untuk meletakkan aswaja sebagai manhaj al fikr. Th 1997 diterbitkan sebuah buku
mengkafirkan golongan atau kelompok lain yang terlibat dalam pertikaian satu tulisan sahabat Khotibul Umam Wiranu berjudul Membaca Ulang Aswaja
politik ketika itu. Seirama waktu, sikap dan pandangan tersebut diteruskan ke (PB PMII 1997). Konsep dasar yang dibawa dalam aswaja sebagai manhaj al
generasi-generasi Ulama setelah beliau, diantaranya Imam Abu Hanifah Al- fikr tidak dapat di lepas dari gagasan KH. Said Aqil Siraj yang mengundang
Nu‟man (w. 150 H), Imam Malik Ibn Anas (w. 179 H), Imam Syafi‟I (w. 204 H), kontroversi, mengenai perlunya aswaja ditafsir ulang dengan memberikan
Ibn Kullab (w. 204 H), Ahmad Ibn Hanbal (w. 241 H), hingga tiba pada generasi kebebasan lebih bagi para intelektual dan ulama‟ untuk merujuk langsung
Abu Hasan Al-Asy‟ari (w. 324 H) dan Abu Mansur al-Maturidi (w. 333 H). kepada ulama‟ dan pemikir utama yang tersebut dalam pengertian aswaja.
Di Indonesia, Nahdlatul Ulama merumuskan ASWAJA dengan dua PMII memandang bahwa aswaja adalah orang-orang yang memiliki
pengertian. Pertama, ASWAJA sudah ada sejak zaman Nabi, sahabat nabi, metode berfikir keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan dengan
tâbi'în dan tâbi'înattâbi'în yang umumnya disebut dengan assalaf ashshalih. berlandaskan atas dasar moderasi, menjaga keseimbangan, dan toleran.
Pendapat ini didasarkan pada pengertian bahwa ASWAJA berarti golongan Aswaja bukan sebuah madzhab melainkan sebuah metode dan prinsip berfikir
yang setia pada Assunnah dan Aljamâ'ah, yaitu Islam yang diajarkan dan
dalam menghadapi persoalan-persoalan agama sekaligus urusan sosial akan perjalanan sejarah kebudayaan islam yang nantinya terurai dalam materi
kemasyarakatan, inilah makna aswaja sebagai manhaj al fikr. pendalaman tentang aswaja.
Sebagai manhaj alfikr, PMII berpegang pada prinsip-prinsip tawasuth Dari pemahaman diatas, pada pokoknya pemahaman aswaja baik
(moderat), tawazun (netral), ta’adul (keseimbangan), dan tasamuh (toleran). sebagai metode berpikir (manhajul fikr) maupun pola perubahan sosial
Manhajul al fikr yaitu sebagai sebuah metode berfikir yang digariskan oleh para (manhaj taghayyur al-ijtima‟i) adalah sesuai dengan sabda Rasulullah yang
sahabat Nabi dan Tabi‟in yang begitu erat kaitannya dengan situasi politik dan mengatakan bahwa: ma ana alaihi wa ashabi (segala sesuatu yang datang
kondisi sosial yang meliputi masyarakat muslim waktu itu. Baik cara mereka dari rasul dan para sahabatnya) yaitu metode yang “eklektik” (mencoba
menyikapi berbagai kemelut perbedaan antar keyakinan atau dalam mencari titik temudari sekian perbedaandengan pembacaan jeli, sampai
memahami keruhnya konstelasi politik, yang kesemua itu berlandaskan pada melahirkan tawaran alternatif) dan posisi pemikiran mereka dalam dialektika
nilai-nilai kemanusiaan yang terselubung dalam makna ASWAJA. Dari pemikiran dan kuasa maknanya baik kebebasan berpikir, berucap
manhajul fikr ini kemudian lahir pemikiran-pemikiran keislaman baik di aqidah, bertindak/bersikap bermasyarakat, berbangsa dan bernegara selalu terbingkai
syari’ah, maupun akhlaq/tasawuf, yang Bhinneka Tunggal Ika dalam ruh yang dalam beberapa nilai berikut: moderat (tawassuth). Toleran (tasamuh),
sama. keseimbangan (tawazun), dan keadilan (ta’adul).
C. Prinsip Aswaja Sebagai Manhajul Fikr E. Nilai-nilai ASWAJA dalam implementasi Manhajul Harokah
Berikut ini adalah prinsip-prinsip aswaja dalam kehidupan sehai-hari, Nilai-Nilai Kemoderatan (Tawassuth)
prinsip tersebut meliputi: Khairul Umur awsathuha (moderat adalah sebaik-baik perbuatan).
Tawassuth bisa dimaknai sebagai berdiri ditengah, moderat, tidak ekstrim,
a. Aqidah (Teologi ketuhanan)
tetapi memiliki sikapdan pendirian yang teguh dalam menghadapi posisi
b. Bidang Sosial Politik
dilematis antara liberal dan konservatif, kanan dan kiri, Jabariyah dan
c. Prinsip Syura (Musyawarah)
Qadariyah, dengan mempertimbangkan kemaslahatan umat dalam garis-garis
d. Prinsip Al-Adl (Keadilan)
tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka kurang benar PMII dikenal terlau
e. Prinsip Al-Hurriyyah (Kebebasan)
liberal dalam pemikiran, karena bertentangan dengan nilai-nilai tawassuth
f. Prinsip Al-Musawah (Kesetaraan Derajat)
yang menjadi jantung pijakan dari PMII itu sendiri. Tetapi PMII lebih dialektis,
g. Bidang Istinbath Al-Hukm (Pengambilan Hukum Syari’ah)
lebih terbuka dalam pola bepikir, tidak terjebak daam pemahaman fanatik yang
h. Tasawuf (Pensucian hati
berbuah pada sebuah kebenaran yang arbitrer (benar menurut diri sendiri).
Bersikap tawassuth dalam bidang aqidah adalah si satu sisi tidak
D. Aswaja Sebagai Manhajul Harokah terjebak dalam rasionalitas buta dan terlalu liberal (sehigga menomorduakan
Manhaj taghayyur al-ijtima’i yaitu sebuah pola perubahan sosial Al-Qur’an dan sunnah rasul), di sisi lain tetap menempatkan akal untuk berfikir
kemasyarakatan yang sesuai dengan ruh perjuangan Rasulullah dan para dan menafsirkan al-quran dan al-sunnah yang sesuai dengan kondisi. Fiqih
sahabatnya. Untuk memahami pola perubahan ini dibutuhkan pemahaman atau hukum islam yang tawassuth adalah seperangkat konsep hukum yang
didasarkan kepada Al-quran dan hadits, namun pemahamannya tidak sekedar kebangsaaan) dan ukhuwwah basyariyyah atau insâniyyah (persaudaraan
bersandar kepada tradisi, juga tidak kepada rasionalitas akal belaka. Tasawuf kemanusiaan). Persaudaraan universal untuk menciptakan keharmonisan
yang tawassuth adalah spiritualitas ketuhanan yang menolak konsep kehidupan di muka bumi ini, merupakan implementasi dari firman Allah SWT:
pencapaian haqiqah (hakikat Tuhan) dengan meninggalkan syari‟ah ataupun Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
sebaliknya. Tasawuf yang tawassuth menjadikan taqwa (syari’ah)sebagai dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
jalan utama menuju haqiqah. Pemikiran moderat ini sangat urgent menjadi bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang
semangat dalam mengakomodir beragam kepentingan dan perselisihan, lalu yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa
berikhtiar mencari solusi yang paling ashlah (terbaik). Sikap ini didasarkan di antara kamu. (QS. Alhujurat; 13).
pada firman Allah: Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat
Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) Nilai-Nilai Keseimbangan (Tawazun)
manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Tawazun berarti keseimbangan dalam pola hubungan atau relasi, baik yang
(QS. Albaqarah: 143). bersifat antar individu, antar struktur sosial, antara Negara dan rakyatnya,
maupun antara manusia dan alam. Keseimbangan disini adalah bentuk
Nilai-Nilai Toleransi (Tasamuh) hubungan yang tidak berat sebelah (menguntungkan pihak tertentu dan
Tasamuh adalah toleran, sebuah pola sikap yang menghargai pebedaan, tidak merugikan pihak yang lain). Tetapi, masing-masing pihak mampu
memaksakan kehendak dan merasa benar sendiri. Nilai yang mengatur menempatkan dirinya sesuai dengan fungsinya tanpa mengganggu fungsi dari
bagaimana kita harus bersikap dalam hidup sehari-hari, Khususnya dalam pihak yang lain. Hasil yang diharapkan adalah terciptanya kedinamisan hidup.
kehidupan beragama dan bermasyarakat. Biarkan semuanya particular, tidak Dalam ranah sosial yang ditekankan adalah egalitarianisme
harus seragam dengan kita. Arah dari nilai toleransi ini adalah kesadaran akan (persamaan derajat) seluruh umat manusia. Tidak ada yang merasa lebih dari
pluralism atau keragaman, baik itu dalam beragama, budaya, keyakinan, dan yang lain, yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaannya. Tidak ada
setiap dimensi kehidupan yang harusnya saling berkomplementer (saling dominasi dan eksploitasi seseorang kepada orang lain, termasuk laki-laki
melengkapi). Sebagaimana konsep Bhinneka tunggal Ika (berbeda-beda tapi terhadap perempuan.
tetap satu) dan ayat Al-Qur’an yang berbunyi “lakum dinukum wal-yadin” Dalam wilayah politik, tawazun meniscayakan keseimbangan antara
(bagimu agamamu, bagiku agamaku) yang dengan perbedaan ini kita posisi Negara (penguasa) dan rakyat. Penguasa tidak boleh bertindak
mendapat rahmat, hidup kita lebih variatif. Dengan demikian, tasâmuh sewenang-wenang, menutup kran demokrasi, dan menindas rakyatnya.
(toleransi), berati sebuah sikap untuk menciptakan keharmonisan kehidupan Sedangakan rakyat harus selalu mematuhi segala peraturan yang ditujukan
sebagai sesama umat manusia. Sebuah sikap untuk membangun kerukunan untuk kepentingan bersama, tetapi juga senantiasa mengontrol dan
antar sesama makhluk Allah di muka bumi, dan untuk menciptakan peradaban mengawasi jalannya pemerintahan.
manusia yang madani. Dari sikap tasâmuh inilah selanjutnya ASWAJA Dalam wilayah ekonomi, tawazun meniscayakan pembangunan sistem
merumuskan konsep persaudaraan (ukhuwwah) universal. Meliputi ukhuwwah ekonomi yang seimbang antara posisi Negara, pasar dan masyarakat. Fungsi
islamiyyah (persaudaan keislaman), ukhuwwah wathaniyyah (persaudaraan Negara adalah sebagai pengatur sirkulasi keuangan, perputaran modal,
pembuat rambu-rambu atau aturan main bersama dan mengontrol “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
pelaksanaannya. Tugas pasar adalah tempat pendistribusian produk yang menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
memposisikan konsumen dan produsen secara seimbang, tanpa ada satu janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
pihak pun yang ditindas. Fungsi masyarakat (khususnya konsumen) disatu sisi untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
adalah menciptakan lingkungan ekonomi yang kondusif, yang di dalamnya takwa.” (QS. Alma'idah: 8).
tidak ada monopoli, dan di sisi lain mengontrol kerja Negara dan pasar. Dalam
konteks agama Islam Tawâzun ialah sikap berimbang dan harmonis dalam
mengintegrasikan dan mensinergikan dalil-dalil (pijakan hukum) atau
pertimbangan-pertimbangan untuk mencetuskan sebuah keputusan dan
kebijakan.Dalam konteks pemikiran dan amaliah keagamaan, prinsip tawâzun
menghindari sikap ekstrim (tatharruf) yang serba kanan sehingga melahirkan
fundamentalisme, dan menghindari sikap ekstrim yang serba kiri yang
melahirkan liberalisme dalam pengamalan ajaran agama. Sikap tawâzun ini
didasarkan pada firman Allah:
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa
bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan
neraca (keadilan) supaya manusia dapatmelaksanakan keadilan. (QS.
Alhadid: 25).
Prinsip-Prinsip Analisa Sosial Apa Yang Penting Ditelaah dalam Melakukan Analisa Sosial
1. Analisa sosial bukan suatu bentuk pemecahan masalah, melainkan hanya 1. Kaitan Historitas (Sejarah Masyarakat).
diagnosis (pencarian akar masalah), yang sangat mungkin digunakan 2. Kaitan Struktur.
dalam menyelesaikan suatu masalah, karena analisa sosial memberikan 3. Nilai.
pengetahuan yang lengkap, sehingga diharapkan keputusan atau 4. Reaksi yang berkembang dan arah masa depan.
tindakan yang diambil dapat merupakan pemecahan yang tepat.
2. Analisa sosial tidak bersifat netral, selalu berasal dari keberpihakan
terhadap suatu keyakinan. Soal ini berkait dengan perspektif, asumsi-
Model Telaah dalam Analisa Sosial Politik Stabilitas Bantuan Mobilisasi/trasnformasi
1. Telaah Historis, dimaksudkan untuk melihat ke belakang. Asumsi dasar politik
dari telaah ini bahwa suatu peristiwa tidak dengan begitu saja hadir, Kebudayaan Pertumbuhan Kesamaan Trasnformasi
melainkan melalui sebuah proses sejarah. Dengan ini, maka kejadian, kultural/Imajinasi
atau peristiwa dapat diletakkan dalam kerangka masa lalu, masa kini dan Transformasi Pertumbuhan Penguatan Struktural
infrastruktur daya beli
masa depan.
Missi Panggilan kelas Bekerja Mendorong
2. Telaah Struktur. Biasanya orang enggan dan cemas melakukan telaah menengah dengan trasnformasi struktural
ini, terutama oleh stigmatisasi tertentu. Analisa ini sangat tajam dalam masyarakat dalam semua level
melihat apa yang ada, dan mempersoalkan apa yang mungkin tidak marjinal
berarti digugat. Struktur yang akan dilihat adalah: ekonomi (distribusi Pendidikan Peningkatan Pemberian Akses struktural
sumberdaya); politik (bagaimana kekuasaan dijalankan); sosial infrastruktur atau Pendidikan
(bagaimana masyarakat mengatur hubungan di luar politik dan ekonomi); sekolah pencarian
beasiswa
dan budaya (bagaimana masyarakat mengatur nilai).
3. Telaah Nilai. Penting pula untuk diketahui tentang apa nilai-nilai yang
Tahap Penarikan Kesimpulan Analisa Sosial
dominan dalam masyarakat. Mengapa demikian. Dan siapa yang
Pada tahap ini, setelah berbagai aspek tersebut ditemukan, maka pada
berkepetingan dengan pengembangan nilai-nilai tersebut.
akhirnya suatu kesimpulan akan diambil; kesimpulan merupakan gambaran
4. Telaah Reaksi. Melihat reaksi yang berkembang berarti mempersoalkan
utuh dari suatu situasi, yang didasarkan kepada hasil analisa. Dengan
mengenai siapa yang lebih merupakan atau pihak mana yang sudah
demikian kualitas kesimpulan sangat bergantung dari proses tahap-tahap
bereaksi, mengapa reaksi muncul dan bagaimana bentuknya. Telaah ini
analisa, juga tergantung pada kompleksitas isu, kekayaan data dan akurasi
penting untuk menuntun kepada pemahaman mengenai "peta" kekuatan
data yang tersedia, ketepatan pertanyaan atau rumusan terhadap masalah,
yang bekerja.
dan kriteria yang mempengaruhi penilaian-penilaian alas unsur-unsur akar
5. Telaah Masa Depan. Tahap ini lebih merupakan usaha untuk
masalah.
memperkirakan atau meramalkan, apa yang terjadi selanjutnya.
Kemampuan untuk memberikan prediksi (ramalan) akan dapat menjadi
Dasar Penarikan Kesimpulan Analisa Sosial
indikasi mengenai kualitas tahap-tahap sebelumnya.
Yang tidak kalah penting adalah menemukan apa yang menjadi akar
masalah. Untuk menemukan akar masalah dapat dituntun dengan pertanyaan:
Model-Model Perubahan dan Implikasinya
mengapa? Untuk sampai kepada akar masalah, maka penting dilakukan
Implikasi Model EKonomi Model Model Politik
Sosial kualifikasi secara ketat, guna menentukan faktor mana yang paling penting.
Ekonomi Akumulasi (Re)Distribusi Transformasi Kesimpulan tidak lain berbicara mengenai faktor apa yang memberikan
kapital/kapitalisasi struktural pengaruh paling dominan (paling kuat) dan demi kepentingan siapa unsur akar
tersebut bekerja. Sebagaimana diungkapkan di depan, kesimpulan tidak ANALISIS WACANA
menjadi sesuatu yang final, melainkan akan mungkin diperbaiki menurut
temuan-temuan atau data baru. Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak
disiplin ilmu dan dengan berbagai pengertian. Meskipun ada gradasio yang
besar dari berbagi definisi, titik singgungnya adalah analisis wacana
berhubungan dengan studi mengenai bahasa/pemakaian bahasa. Bagaimana
bahasa dipandang dalam analisis wacana? sebelum lebih jauh ada beberapa
pengertian terkait dengan analisis wacana itu sendiri, di antaranya yaitu:
a. Wacana : sebuah percakapan khusus yang alamiah formal dan
pengungkapannya diatur pada ide dalam ucapan dan tulisan ;
pengungkapan dalam bentuk sebuah nasihat, risalah, dan
sebagainya. (Longman Dictionary of the English Language)
b. Wacana : rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan
proposisi yang lainnya, membentuk suatu kesatuan, sehingga
terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu. (J. S. Badudu
2000)
c. Pasca Aksi
1) Absensi, sebagai pemastian terhadap jumlah peserta aksi yang
terlibat selama pelaksanan aksi.
2) Evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dari
aksi
LAGU PERGERAKAN Masa depan ditanganmu
Untuk meneruskan perjuangan
MARS PMII Bersemilah – bersemilah
Inilah kami wahai Indonesia Kaulah harapan bangsa
Satu angkatan dan satu cita
Pembela bangsa penegak agama BEJUANGLAH PMII
Tangan terkepal dan maju kemuka Berjuanglah PMII berjuang
Habislah sudah masa yang suram
Selesai sudah derita yang lama Marilah kita bina persatuan
Bangsa yang jaya Islam yang benar Berjuanglah PMII berjuang
Bangun serentak dari bumiku subur
Marilah kita bina persatuan
Dengan mu PMII pergerakanku
Ilmu dan bakti ku berikan Hancur leburkanlah angkara murka
Adil dan makmur kuperjuangkan Perkokohlah barisan kita, Siap...
Untukmu satu tanah airku
Sinar api Islam kini menyala
Untukmu satu keyakinanku
Inilah kami wahai Indonesia Tekad bulat jihad kita membara
Satu barisan dan satu jiwa Berjuang PMII berjuang
Putera bangsa bebas merdeka
Tangan terkepal dan maju kemuka Menegakan kalimat tuhan
SEKSI-SEKSI :
➢ Seksi Acara
- M. Dafa Abie Al-Madani (Coordinator)
- Muhammad Ariyanto
- Firdaus Sholikhah
CATATAN :