Anda di halaman 1dari 43

Mekanisme Pengujian K3

Agenda

• Pengertian dan Tujuan


• Dasar Hukum dan Ruang Lingkup
• Proses Pengujian K3
• Langkah-langkah pengujian K3
• Pelaporan
• Penutup
PENGERTIAN PENGUJIAN

• Suatu kegiatan yang dilakukan untuk


menguji suatu bahaya di tempat kerja
dengan menggunakan peralatan,
strategi, dan metoda tertentu.
TUJUAN PENGUJIAN
• Mengetahui, jenis dan besaran hazard
secara lebih spesifik
• Untuk mengetahui tingkat risiko
• Untuk mengetahui pajanan pada pekerja
• Untuk memenuhi peraturan (legal aspek)
• Untuk meng evaluasi program
pengendalian yang sudah dilaksanakan
• Untuk memastikan apakah suatu area
aman untuk dimasuki pekerja
Dasar Hukum Pengujian K3
1. Undang-undang No. 1/1970 tentang keselamatan kerja pasal 2, pasal 3 ayat
1: f,g,I,j,k,l,m ; pasal 5, pasal 8, pasal 9, dan pasal 14
2. Undang-undang No. 3 tahun 1969 tentang persetujuan Konvensi ILO No.
120 mengetahui Hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor pasal 7.
3. Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang Pengawasan atas
Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida .
4. Peraturan Pemerintah No. 11/1975 tentang keselamatan kerja terhadap
Radiasi
5. Permenaker No. 3/Men/1985 tentang keselamatan dan kesehatan kerja
pemakaian asbes.
6. Permenaker No. 3/Men/1986 tentang keselamatan dan kesehatan di tempat
kerja yang mengelola pestisida.
7. Kepmenaker No. 187/Men/1999 tentang pengembangan bahan kimia
berbahaya di tempat kerja
8. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 2/M/BW/BK/1984, tentang Pengesahan
alat pelindung diri.
9. Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan Kerja
Ruang Lingkup Pengujian K3
➢ Penanganan bahan kimia berbahaya
– Kepmenaker No. Kep. 187/Men/1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di
tempat kerja.
– Permenaker No. 5 tahun 2018 tentang K3 Lingkungan Kerja.
➢ Lingkungan kerja
– Undang-undang No. 3 tahun 1969 tentang persetujuan konversi ILO No. 120
mengenai Hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor pasal 7
– Permenaker No. 5 tahun 2018 tentang K3 Lingkungan Kerja.
➢ Penggunaan pestisida
– Peraturan pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang pengawasan atas peredaran,
penyimpanan dan penggunaan pestisida
– Permenaker No.3/Men/1986 tentang syarat keselamatan dan kesehatan di tempat
kerja yang mengelola pestisida.
– Permenaker No. 5 tahun 2018 tentang K3 Lingkungan Kerja.
➢ Limbah industri di tempat kerja
– Undang-undang No.1/1970 tentang keselamatan kerja
➢ Higiene industri
– Permenaker No.5 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan Kerja
➢ Alat pelindung diri
– Instruksi Menteri tenaga kerja No.2/M/BW/BK/1984, tentang pengesahan alat
pelindung diri
– Permenakertran No.08/Men/2010 tentang Alat Pelindung Diri
– Permenaker No.5 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan Kerja
Mengenal/Mengidentifikasi Sumber
Bahaya
• Walk-through survey dengan seorang yang tahu
betul tentang proses
– Regular intervals, keep records
• Bahan-bahan, peralatan, mesin, alat bantu dan
proses
• Mengkaji upaya-upaya modifikasi pengendalian,
konsultasi dengan operator
• Meninjau kesesuaian bahan kimia dengan
Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS)
PROSES PENGUJIAN
• Direct Measurement
- Langsung mengukur bahaya
- Hasil pengukuran langsung diketahui - Sering digunakan
untuk bahaya fisik
- Untuk bahaya kimia 4 direct reading instrument
• Indirect Measurement (bahaya kimia dan biologi) - Bahaya
diukur dengan mengambil sampel media
- Hasil pengukuran tidak langsung diketahui
- Perlu analisis laboratorium
LOKASI PENGUJIAN

• General / Air
- Sumber
- Area
• Pekerja
- Pajanan
- Cairan tubuh
LOKASI PENGUJIAN

• Genera/ Air – Area


– Pengukuran dilakukan pada area yang terpajan
bahaya. Umumnya area yang terpajan adalah
area yang terjangkau oleh distribusi bahaya.
– Lebih diprioritaskan area terpajan yang terdapat
pekerja yang bekerja atau dilalui oleh pekerja
pada saat bekerja
LOKASI PENGUJIAN

• Pekerja
– Cairan tubuh
– Pengukuran dilakukan dengan mengambil cairan tubuh
sebagai media pengukuran.
– Saliva
– Urin
– Feses
– Udara ekspirasi
– Darah
• Hasil pengukuran diperoleh dari hasil analisis media
yang diambil
METODE PENGUJIAN

• Metode pengukuran setiap bahaya berbedabeda,


tergantung jenis bahayanya (Metode pengukuran
mengacu pada standar NIOSH, OSHA, ACGIH, dll
• (Catatan : Jika sudah ada SNI maka pergunakan
SNI)
LANGKAH-LANGKAH PENGUJIAN (UMUM)

• Tentukan titik pengujian/sampling baik pads


sumber, area, maupun pekerja
• Kumpulkan informasi tentang:
– Karakteristik lingkungan kerja
– Proses kerja yang ada
– Jumlah pekerja dan pola kerja yang ada -
Pengendalian yang sudah ada
– Equipment dan fasilitas yang ada
LANGKAH-LANGKAH PENGUJIAN
(UMUM)
• Persiapan Alat Ukur/Alat Sampling
– Pastikan slat ukur/sampling yang digunakan
sesuai dengan bahaya yang akan
diukur/disampling
– Pastikan slat ukur/sampling berfungsi baik
– Pastikan slat ukur lengkap (asesoris lengkap)
– Pastikan slat ukur terkalibrasi
– Pastikan prosedur persiapan sudah dilakukan
dengan benar
– Siapkan form pencatatan
LANGKAH-LANGKAH PENGUJIAN
(UMUM)

• Pelaksanaan Pengujian/Sampling
– Pastikan alat ukur/sampling diletakkan padas tempat
yang tepat
– Pastikan langkah pengoperasian slat ukur/sampling
sesuai dengan standar
– Pastikan waktu pengukuran sesuai dengan standar
– Pastikan prosedur persiapan sudah dilakukan
dengan benar
– Jangan sampai alat ukur diganggu oleh pihak yang
tidak berkepentingan
– Perhatikan keselamatan operator saat pengukuran
LANGKAH-LANGKAH PENGUJIAN
(UMUM)
• Setelah Pengujian/Sampling
– Lanjutkan dengan analisis data (untuk
pengukuran berupa pengambilan sampel)
– Lakukan analisis data sesuai dengan metode
analisis yang ada
– Bandingkan hasil pengukuran dengan standar
(TLV, Peraturan yang berlaku)
– Susun rekomdasi untuk tindakan perbaikan jika
diperlukan
METODA ANALISA TUBE DETEKTOR

No. Jenis gas Reagen Perubahan


warna
1. Ammonia Hg(NO3)2 Abu – abu
Bromophenolblue Violet
2. Benzene Iodine pentoksida Hijau - coklat

3. Karbon dioksida Hidrazin Violet

4. Karbon disulfida Iodine pentoksida Hijau - coklat

5. Karbon monoksida Hidrazin Coklat


Alat Sampling Udara
Tube Detector

Fungsi : Untuk mengukur kadar gas CO, Cl2, HF,


CO2, dll
Indoor Air Quality

• Fungsi : Untuk mengukur kadar gas


NOx, SOx, CO, NH3, H2S, CO2 dll
ANALISA GAS DENGAN METODA
IMPINGER
Gas/uap Absorbent Reagen Metoda analisa

H2S Zn Ac, Cd, Ac Metilen blue Spektrofotometri

SO2 TCM Pararosaniline Spektrofotometri

NH3 H3BO4 Nessler Spektrofotometri

NO2 Pereaksi Saltman - Spektrofotometri

Debu Filter - Gravimetri


Debu Pb Filter - Gravimetri
ALAT SAMPLING GAS DI UDARA
ALAT PENGAMBIL SAMPEL DEBU
RESPIRABEL
Charcoal tube
ALAT UKUR FAKTOR FISIKA
Heat Stress Noise

Dosimeter
ALAT UKUR FAKTOR FISIKA
Vibration meter Lux
meter
Alat-Alat Ukur Faktor Fisika
VIBRATION METER
Metoda direct reading
• Alat ini digunakan untuk mengetahui secara
langsung konsentrasi kontaminan di udara
dengan menggunakan sistem sensor
berdasarkan dari sifat kimia dan fisika dari
kontaminan
Nilai Ambang Batas
• Nilai tertimbang waktu selama 8 jam/hari atau
40 jam/minggu, seseorang yg terpapar pada
kondisi tersebut tidak mengalami gangguan
kesehatan.
• Komponen NAB:
– Time Weighted Average (TWA)
– Short Term Exposure Limit (STEL)
– Ceiling
Kegunaan Nilai Ambang Batas
• Permenaker No.5 Tahun 2018 Tentang K3
Lingkungan Kerja
• Sebagai kadar standar untuk perbandingan
• Pedoman untuk perencanaan proses produksi
dan perencanaan teknologi pengendalian
• Substitusi bahan dengan yang kurang beracun
Terminologi Pemaparan

• A Permissible Exposure Limit (PEL) is


the maximum amount or concentration of
a chemical that a worker may be exposed
to under OSHA regulations.

• 8-hour Time Weighted Averages (TWA)


are an average value of exposure over the
course of an 8 hour work shift.
Terminologi Pemaparan

• Threshold Limit Values (TLV) are


guidelines (not standards) prepared by the
American Conference of Governmental
Industrial Hygienists, Inc. (ACGIH) to
assist industrial hygienists in making
decisions regarding safe levels of
exposure to various hazards found in the
workplace.
Terminologi Pemaparan

• Ceiling Values (C) is an exposure limit for


which at no time should it be exceeded.

• “Skin” designation serves as a warning


that cutaneous absorption should be
prevented in order to avoid exceeding the
absorbed dose received by inhalation at
the permissible exposure level.
Terminologi Pemaparan

• Short Term Exposure Limit (STEL) is


defined by ACGIH as the concentration to
which workers can be exposed
continuously for a short period of time
without suffering from:

– Irritation.
– Chronic or irreversible tissue damage.
– Narcosis of sufficient degree.
Pengendalian
1. Eliminasi
2. Substitusi
3. Pengendalian Teknis
– Isolasi
– Perubahan Proses
– Ventilasi
4. Pengendalian Administratif
– Pengurangan waktu kerja
– Rotasi, Mutasi
5. Alat Pelindung Diri
6. Disiplin, pelatihan dan pembudayaan
Pelaporan
KOP INSTANSI YANGMELAKUKAN PENGUJIAN
1. DATA UMUM
a.Perusahaan: .....................................
b.Alamat: ...................................
c.Lokasi engujian: .....................................

2. PENGUJIAN TEKNIS
a. Nama Alat Ukur Yang Digunakan: ..........................
b.Type, Nomor Seri: .....................................
c.Negara Pembuat: .....................................
d.Tanggal Kalibrasi Eksternal Terakhir: .....................
Pelaporan
e.Instansi Pengkalibrasi: .....................................
f.Tanggal Pengujian: .....................................

3. Tabel Hasil PENGUJIAN TEKNIS


(Keterangan: Titik lokasi tergambar pada sketsa
terlampir).

4.Interpretasi......................................................................
...........................................................................................
5.Rekomendasi Hasil
Pemgujian..........................................................................
........................................................................................
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai