Anda di halaman 1dari 4

Muhammad Miska Azkia

1906289306
Pajak Properti (A)
Tugas Pajak Properti

1. Pada tanggal 5 Maret 2017, Pak Edo menerima sPPT sebesar Rp250.000
Berapa jumlah PBB yang harus dibayar oleh Pak Edo apabila PBB tersebut
dibayar pada tanggal:
Jatuh tempo seharusnya tanggal 4 september 2017, maka :

Pasal 11 UU PPB No. 12 Tahun 1985:

(3) Pajak yang terhutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau
kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2% (dua persen) sebulan,
yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

Dalam kasus di atas, Pak Edo terlambat membayarkan pajak terutang pada SPPT
selama yang seharusnya dibayar pada 4 September 2017 tetapi baru dibayarkan pada 2
November 2017. Lebih rinci, PMK No.78 Tahun 2016 mengatur bahwa denda
administrasi dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan tanggal pembayaran untuk
jangka waktu paling lama 24 bulan dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.
Dengan demikian, keterlambatan Pak Edo dihitung 3 bulan, sehingga denda
administrasi yang diterima Pak Edo adalah Rp250.000 x 3 bulan x 2% = Rp15.000.
Dengan demikian, maka jumlah PBB terutang yang harus dibayar menjadi Rp250.000
+ Rp15.000 = Rp265.000.

2. Pak Mamat tidak menyampaikan SPOP, Maka oleh kantor pajak diterbitkan
SKP. Jumalh PBB yang terhutang adalah 1.200.000.
Hitunglah jumalh pajak terutang yang tercantum dalam SKP!

Berdasarkan Pasal 1 angka 51 UU PDRD, SPOP (Surat Pemberitah Objek Pajak)


adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data subjek dan
objek PBB-P2 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
daerah. Dalam Pasal 9 ayat (1) Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan, SPOP bertujuan untuk pendataan objek pajak yang disampaikan
oleh wajib pajak. Pasal 9 ayat (2) berbunyi bahwa SPOP harus diisi secara jelas,
benar, dan lengkap serta ditandatangani dan disampaikan kepada Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak, paling lambat 30 hari sejak
diterimanya SPOP oleh subjek pajak. Dalam pasal 10 ayat (2) huruf a disebutkan
bahwa kepada wajib pajak yang tidak menyampaikan SPOP, telah disampaikan
terguran secara tertulis tetapi tetap tidak menyampaikan SPOP sebagaimana
disampaikan dalam Surat Teguran, maka wajib diterbitkan Surat Ketetapan Pajak
(SKP) kepada wajib pajak. Sanksi bagi wajib pajak yang tidak menyampaikan SPOP
dituliskan dalam pasal 10 ayat (3) adalah sanksi denda administratif sebesar 25% dari
pokok pajak. Dalam kasus diatas, Pak Mamat tidak menyampaikan SPOP hingga
mendapatkan SKP. Maka, atas hal tersebut Pak Mamat berhak dikenakan denda
administratif sebesar 25% x Rp 1.200.000 = Rp 300.000, sehingga Pak Mamat
berkewajiban membayarkan pajak sebesar Rp 1.200.000 + Rp 300.000 = Rp
1.500.000.

3. Pak Abu sudah menyampaikan SPOP ke kantor PBB dan atas pajak yang
terhutang sudah dibayar sebelum jatuh tempo sebesar Rp 1.500.000. Setelah
diperiksa, ternyata SPOP tersebut tidak benar, yang menyebabkan jumlah
pajak yang terhutang seharusnya adalah Rp 2.000.000. Berapa jumlah hutang
pajak yang masih harus dibayar oleh Pak Abu?

Sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat 4 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985


tentang Pajak Bumi dan Bangunan, dalam hal adanya pengisian SPOP yang setelah
diteliti atau diperiksa ternyata tidak benar (lebih kecil), akan diterbitkan adanya SKP
dengan sanksi berupa denda administrasi sebesar 25% dari selisih besarnya PBB yang
terutang. Maka:

- Sanksi administrasi: 25% x (Rp 2.000.000 – Rp 1.500.000) = 25% x Rp 500.000 =


Rp125.000.
- Jumlah hutang pajak sebenarnya: Rp 2.000.000
- Jumlah pajak yang sudah dibayar: Rp1.500.000
- Selisih: Rp2.000.000 – Rp1.500.000 = Rp500.000
Sehingga, jumlah hutang pajak yang masih harus dibayar oleh Pak Abu adalah
Rp500.000 + Rp125.000 = Rp625.000

4. Ibu Rita memiliki rumah tinggal dan toko yang letaknya terpisah rumah
tinggal berlokasi di Jalan ABC, Kota X sedangkan toko ibu rita berlokasi di
Jalan DEF, Kota X. Luas tanah pada rumah tinggal tersebut 500 meter
persegi dengan NJOP sebesar Rp. 3.745.000/M2, Luas bangunan 300 meter
persegi dengan NJOP Rp. 1.516.000/M2. Toko ibu rita yang berlokasi di Jalan
DEF pada wilayah yang sama. Luas tanah 500 meter persegi dengan NJOP
Rp. 4.605.000 per meter persegi, sedangkan bangunan memiliki luas bangunan
400 meter persegi dengan NJOP Rp. 1.833.000/M2. Diketahui NJOPTKP di
Kota X pada tahun 2017 sebesar Rp. 10.000.000.
Diminta : Hitunglah PBB terutang untuk masing-masing objek pajak tersebut
menggunakan Perhitungan PBB menurut UU PDRD dengan tarif 0,2%.

Sebagaimana diatur dalam SE DJP Nomor SE-36/PJ.6/1996, NJOPTKP hanya dapat


diterapkan satu kali untuk setiap Wajib Pajak, di mana untuk Wajib Pajak yang
memiliki lebih dari satu objek pajak, NJOPTKP hanya berlaku untuk objek pajak
yang memiliki nilai NJOP yang lebih besar. Sehingga, dalam kasus ini, NJOPTKP
hanya dapat digunakan untuk menghitung PBB Toko Ibu Rita.

PBB Rumah Tinggal ibu Rita

Total NJOP = (500 meter persegi x Rp3.745.000/M2) + (300 meter persegi x


Rp1.516.000/M2) = Rp2.327.300.000
NJOPTKP = Rp0
NJKP = NJOP – NJOPTKP = Rp2.327.300.000- Rp0= Rp2.327.300.000

PBB yang terutang = 0,2% x Rp2.327.300.000= Rp4.654.000


PBB Toko Ibu Rita

Total NJOP = (500 meter persegi x Rp4.605.000/M2) + (400 meter persegi x Rp.
1.833.000/M2) = Rp3.035.700.000
NJOPTKP = Rp10.000.000
NJOP untuk perhitungan PBB = NJOP – NJOPTKP = Rp3.035.700.000 -
Rp10.000.000 = Rp3.025.700.000

PBB yang terutang = 0,2% x Rp3.025.700.000= Rp6.051.400

Maka, total PBB Terutang yang harus dibayarkan oleh Ibu Rita adalah Rp4.654.000 +
Rp6.051.400 = Rp10.705.400.

Anda mungkin juga menyukai