Anda di halaman 1dari 18

Putusan Nomor : PUT-098012.16/2013/PP/M.

VIIIA Tahun 2018

Jenis Pajak : PPN

K
Tahun Pajak : 2013

JA
Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah
Koreksi atas nilai DPP atas Ekspor sebesar (Rp2.874.763.408,00
dan koreksi Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri

PA
sebesar Rp2.943.485.245,00, yang tidak disetujui oleh Pemohon
Banding;

Menurut Terbanding:

N
bahwa pokok sengketa yang diajukan keberatan Pemohon Banding bersifat pembuktian dimana

LA
terdapat koreksi Dasar Pengenaan Pajak atas Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut
sendiri;

bahwa koreksi Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri sebesar Rp2.943.485.245,00
sebagai berikut:
DI
bahwa dasar koreksi pemeriksa berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Rutin SPT Lebih
GA
Bayar PPN Nomor LAP-00016/WPJ.28/KP.0205/RIK.SIS/2014 tanggal 18 Agustus 2014.
Bahwa dalam pelaporan SPT Masa PPN Masa Pajak Mei 2013, Pemohon Banding melaporkan
atas transaksi ekspor senilai Rp2.943.485.245,00;
bahwa dalam permohonan keberatan Pemohon Banding menyatakan PEB dan Invoice yang
N

Pemohon Banding terbitkan telah memenuhi syarat formal dan material yang ditentukan oleh
peraturan dan perUndang-Undangan yang berlaku karena jelas Pemohon Banding memberikan
PE

kenyataan yang sebenarnya mengenai penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Ekspor
Barang Kena Pajak;
bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa penyerahan yang seharusnya dipungut PPN-nya
dilaporkan sebagai penyerahan ekspor, namun penyerahan ekspor tersebut dikoreksi karena
T

tidak didukung dengan dokumen ekspor. Dokumen yang disampaikan adalah dokumen ekspor
milik Kantor Pusat Pemohon Banding;
IA

bahwa berdasarkan data, dokumen dan atau catatan dalam pemeriksaan, permohonan
keberatan dan pembahasan sengketa keberatan:
bahwa identitas Pemohon Banding adalah :
AR

Nama : PT XXX
NPWP : AAA
Alamat : JI. Raya Terbanggi Besar Km.77 Terbanggi Besar Lampung Tengah
ET

bahwa dalam pembahasan sengketa keberatan Pemohon Banding menyatakan bahwa untuk
dokumen ekspor yang disampaikan dalam pemeriksaan sesuai dengan kegiatan ekspor
menggunakan nama, NPWP dan alamat Pemohon Banding untuk PEB;
bahwa berdasarkan data/dokumen yang diperoleh bahwa identitas dalam PEB sebagai
KR

dokumen yang dilampirkan Pemohon Banding dalam pemeriksaan, yaitu:


Nama : PT XXX
NPWP : BBB
Alamat : Gd. Chase Paza Podium Lt.5 Jalan Jenderal Sudirman Kav. 21 Karet, Setia Budi,
SE

Jakarta Selatan
bahwa Terbanding berpendapat bahwa dokumen ekspor yang disampaikan wajib pajak tidak
memenuhi Pasal 13 ayat (5) dan (6) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 jo Pasal 1
Huruf a Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-10/PJ/2010 tentang Dokumen Tertentu
yang Kedudukannya Dipersamakan dengan Faktur Pajak sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-27/PJ/2011. Dimana NPWP yang dicantumkan
dalam dokumen PEB adalah NPWP Kantor Pusat dan dilaporkan di Cabang. Sedangkan Kantor
Pusat Pemohon Banding telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) namun tidak
melaporkan dokumen PEB tersebut. Dengan demikian dasar koreksi Pemeriksa sebesar

K
Rp2.943.485.245,00 merupakan penyerahan barang kena pajak yang PPN-nya harus dipungut
sendiri sudah sesuai dengan Pasal 1A angka (1) huruf (f) UU PPN yaitu termasuk dalam
penyerahan barang kena pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan

JA
barang kena pajak antar cabang;
bahwa oleh karena itu, berdasarkan data, dokumen dan atau catatan dalam pemeriksaan,
permohonan keberatan dan pembahasan sengketa keberatan, Peneliti berpendapat untuk

PA
mempertahankan koreksi Pemeriksa atas pos Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut
sendiri sebesar Rp.2.943.485.245,00. dengan perhitungan penyerahan yang terutang PPN
sebagai berikut :
Ekspor Rp -
Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri Rp 2.943.485.245,00

N
Jumlah Penyerahan Rp 2.943.485.245,00

LA
bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas dan ketetentuan Pasal 25 dan 26A ayat (4) UU KUP
mengenai permohonan dan penyelesaian keberatan, maka Peneliti berpendapat untuk menolak
permohonan Keberatan Pemohon Banding dalam Suratnya Nomor 19/TAX-BE/IX/2014 tanggal
10 September 2014 atas SKPKB Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak Mei 2013 Nomor
00011/207/13/321/14 tanggal 20 Agustus 2014;

N Uraian
DI Jumlah (Rp)
GA
o Pemohon Terbanding
. Banding Pemeriksa Peneliti
Keberatan
1 DPP:
.
2 Ekspor 2.874.763. -
N

. 408
3 Penyerahan Yang PPN-nya harus dipungut sendiri 0 2.943.485.24 2.943.485.2
. 5 45
PE

4 Jumlah Penyerahan 2.874.763. 2.943.485.24 2.943.485.2


. 408 5 45
5 Perhitungan PPN Kurang Bayar 0
.
6 Pajak Keluaran 0 294.348.524 294.348.524
T

.
7 pajak Masukan yang dapat diperhitungkan 173,242.68 173.242.685 173.242.685
. 5
IA

8 Jumlah PPN Kurang Bayar (173.242.6 121.105.839 121.105.839


. 85)
9 Kelebihan pajak yang sudah dikompensasikan ke masa 173.242.68 173.242.685 173.242.685
AR

. pajak berikutnya 5
1 PPN Kurang Bayar 0 294.348.524 294.348.524
0
.
1 Sanksi Administrasi 0 -
1
ET

.
1 Bunga Pasal 13 (2) KUP 0 36.331.752 36.331.752
2
.
1 Kenaikan Pasal 13 (3) KUP 0 173.242.685 173.242.685
KR

3
.
1 Jumlah PPN Yang Masih Harus Dibayar 0 503.922.961 503.922.961
4
.
SE

Menurut Pemohon Banding:

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Pemeriksa atas penyerahan yang PPN-
nya harus dipungut sendiri masa Mei 2013 sebesar Rp2.943.485.245,00 dengan alasan
sebagai berikut:

bahwa perincian koreksi DPP PPN-nya harus dipungut sendiri sebesar Rp2.943.485.245,00
terdiri dari:
a. Koreksi DPP dari penyerahan ekspor
ke penyerahan yang PPN dipungut sendiri sebesar Rp2.874.763.408,00

K
Koreksi yang tidak pernah diberikan rincian objeknya Rp 68.721.837,00
Total koreksi Rp2.943.485.245,00

JA
Koreksi DPP dari Penyerahan Ekspor ke Penyerahan yang PPN Dipungut Sendiri sebesar
Rp2.874.763.408,00

PA
 bahwa Terbanding dalam hal ini Pemeriksa Pajak KPP Metro dan Peneliti Kanwil DJP
Bengkulu Lampung hanya melihat dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dimana
dalam dokumen PEB, NPWP dan Alamat PT XXX adalah NPWP dan Alamat Kantor Pusat,
sehingga Pemeriksa beranggapan terjadi penyerahan dari cabang ke kantor pusat hanya

N
mengacu pada Pasal 1A huruf F UU PPN Nomor 42 Tahun 2009 tanpa mempertimbangkan
bukti dokumen fisik dan administrasi serta peraturan lainnya;

LA
 bahwa berdasarkan Pasal 1A ayat (1) huruf f UU PPN yang mengatur: “Yang termasuk
dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah: Penyerahan Barang Kena Pajak
dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang...”
bahwa Penjelasan Pasal 1A ayat (1) huruf f UU PPN menjelaskan bahwa: “Apabila suatu
DI
perusahaan mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang, yaitu tempat melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak kepada pihak lain, baik sebagai pusat maupun sebagai
cabang perusahaan, maka Undang-Undang ini menganggap bahwa pemindahan Barang
GA
Kena Pajak antar tempat-tempat tersebut merupakan penyerahan Barang Kena Pajak.
Yang dimaksud dengan cabang dalam ketentuan ini termasuk antara lain usaha,
perwakilan, unit pemasaran dan sejenisnya. ”Bahwa mengacu pada ketentuan tersebut,
dapat dikatakan bahwa penyerahan Barang Kena Pajak yang dimaksud dalam
N

ketentuan ini adalah terdapat penyerahan fisik, yaitu Barang Kena Pajak. bahwa
adanya unsur penyerahan fisik dalam pengertian penyerahan tersebut lebih diperjelas
lagi dalam penjelasan Pasal 1A sebagaimana telah diuraikan di atas yang
PE

menegaskan bahwa yang dimaksud dengan “penyerahan” pada Pasal ini adalah
“pemindahan” Barang kena Pajak antar tempat-tempat tersebut (Pusat-Cabang, atau
sebaliknya, atau antar cabang), dengan digunakannya kata “pemindahan” dalam
penjelasan Pasal 1A, maka jelas berarti adanya penyerahan fisik yaitu Barang Kena
T

Pajak;


IA

bahwa pada kenyataannya tidak ada penyerahan Barang Kena Pajak dari Pemohon
Banding (Lampung) ke Kantor Pusat (Jakarta), maka seharusnya tidak ada Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa terutang dan seharusnya juga tidak ada sanksi
AR

administrasi berupa denda Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (selanjutnya disebut dengan UU KUP) karena faktanya tidak ada Pajak
yang kurang dibayar oleh Pemohon Banding;

 bahwa Terbanding mengabaikan bukti matrial berupa dokumen yang menyangkut arus
ET

barang, yaitu dokumen Purchasing Order (PO) dari buyer di luar negeri dimana PO jelas-
jelas ditujukan ke PT XXX di jalan XXX, Lampung Tengah, Indonesia, selain dokumen PO,
bukti lain adalah Surat Jalan Pengiriman Barang, bahwa barang dikirim ke Bandara
Soekarno Hatta ditujukan ke perusahaan Jasa Ekspor di bandara Soekarno Hatta sesuai
KR

yang tercantum dalam dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB);

 bahwa dengan demikian Dasar Koreksi yang dilakukan pemeriksa yaitu Pasal 1A huruf f UU
PPN yang berbunyi Penyerahan dari Pusat ke Cabang dan atau sebaliknya, jelas-jelas tidak
SE

terbukti baik secara fisik maupun administrasi bahwa tidak terdapat penyerahan dari cabang
ke pusat;

 bahwa dalam Pasal 13 ayat (6) UU PPN disebutkan Direktorat Jenderal Pajak dapat
menetapkan dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak. Dan
dalam penjelasan Pasal 13 ayat (6) ini ditegaskan bahwa yang dikecualikan dari ketentuan
Pasal 13 ayat (5) Direktur Jenderal Pajak dapat menentukan dokumen yang biasa
digunakan dalam dunia usaha yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak;

 bahwa berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-27/PJ/2011, dokumen-


dokumen lain yang dipersamakan dengan Faktur Pajak (PPN) adalah sebagai berikut:
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh pejabat
yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri dengan invoice yang

K
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut. Dalam peraturan ini
jelas-jelas PEB yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh pejabat yang berwenang dari

JA
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri invoice yang dianggap sebagai faktur
pajak. PEB dan Invoice yang Pemohon Banding terbitkan sudah mendapat persetujuan dari
pejabat yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Jadi PEB dan Invoice

PA
Pemohon Banding dapatkan dipersamakan sebagai faktur pajak secara formal;

 bahwa dalam penjelasan Pasal 13 ayat (9) UU PPN hal dokumen yang dipersamakan faktur
pajak bahwa ”Faktur Pajak atau dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan
dengan Faktur Pajak memenuhi persyaratan material apabila berisi keterangan yang

N
sebenarnya atau sesungguhnya mengenai penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor barang kena pajak berwujud, ekspor barang kena
pajak tidak berwujud, ekspor jasa kena pajak, impor barang kena pajak, atau pemanfaatan

LA
jasa kena pajak dan pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean”;

 bahwa selain itu juga dijelaskan yang tidak memenuhi persyaratan matrial ”apabila
DI
keterangan yang tercantumkan dalam Faktur Pajak atau dokumen tertentu yang
kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak tidak sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya mengenai penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena
GA
Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud,
ekspor Jasa Kena Pajak, impor Barang Kena Pajak, atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak
dan pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar daerah pabean di dalam
Daerah Pabean, Faktur Pajak atau dokumen yang kedudukannya dipersamakan dengan
N

faktur pajak tersebut tidak memenuhi syarat material”;

 bahwa PEB dan Invoice yang Pemohon Banding terbitkan telah memenuhi syarat formal
PE

dan material yang ditentukan oleh peraturan dan perundang-undangan yang berlaku karena
jelas Pemohon Banding memberikan keterangan yang sebenarnya mengenai penyerahan
Barang Kena Pajak dan/ atau Ekspor Barang Kena Pajak;

 bahwa Pemohon Banding merupakan perusahaan PMA dimana perijinan menggunakan


T

alamat kantor pusat termasuk IUT (Ijin Usaha Tetap). sehingga yang tercantum dalam NIK
IA

Pemohon Banding adalah NPWP Kantor Pusat. Dimana proses perijinan untuk
mendapatkan NIK adalah dokument API dan SIUP, dan pada saat pendaftaran NIK,
dokument API dan SIUP yang ada dimiliki PT XXX adalah API dan SIUP alamat pusat;
AR

 bahwa pada saat Pembuatan PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) secara otomatis yang
keluar dalam sistem pembuatan PEB (sistem Ditjen Bea dan Cukai) adalah NPWP Kantor
Pusat. Dan jika akan diubah secara manual dengan memasukkan NPWP kantor cabang
maka PEB tidak dapat tercetak. Dan menurut Ditjen Bea dan Cukai NPWP pusat digunakan
ET

untuk ekspor impor barang di kantor cabang tidaklah salah. Hal ini dipertegas dengan Surat
dari Kepala Kantor Wilayah Pajak Bengkulu dan Lampung Nomor S-2819/WPJ.28/2014
tanggal 14 Juli 2014 perihal jawaban PEB adalah NPWP Kantor Pusat. Atas permohonan
penegasan, angka 2 huruf E disebutkan: Telah dilakukan konfirmasi ke lapangan dalam hal
KR

ini Kantor Bea dan Cukai Panjang dan didapatkan informasi bahwa memang benar
semenjak berlakunya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.04/2011 tentang
registrasi Kepabeanan maka satu wajib pajak hanya dapat memiliki satu NIK (Nomor
Identitas Kepabeanan) sehingga bagi Pemohon Banding apabila melakukan ekspor melalui
SE

pelabuhan manapun di seluruh Indonesia, secara otomatis yang keluar dalam system
pembuatan PEB adalah NPWP kantor pusat;

 bahwa dengan demikian dasar koreksi yang dilakukan Pemeriksa yaitu Pasal 1A huruf f UU
PPN yang berbunyi Penyerahan dari Pusat ke Cabang dan atau sebaliknya, jelas-jelas tidak
terbukti baik secara fisik maupun administrasi bahwa tidak terdapat penyerahan dari cabang
ke pusat;
Koreksi DPP yang Tidak Pernah Diberikan Rincian Objeknya sebesar Rp68.721.837,00
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi yang dilakukan Terbanding. Karena Total
penjualan ekspor yang Pemohon Banding laporkan sebesar Rp2.874.763.408,00, tetapi
Terbanding mengenakan koreksi DPP atas penyerahan yang harus dipungut sendiri sebesar
Rp2.943.485.245,00. Selisih koreksi sebesar Rp68.721.837,00. Pemohon Banding tidak pernah

K
diberikan rincian atas koreksi tersebut berasal dari objek PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang)
yang mana. Dan hal ini dipertegas pada Surat Pemberitahuan Untuk Hadir Nomor S-

JA
1982/WPJ.28/2015 pada angka 3 pemberitahuan hasil penelitian keberatan mengatakan bahwa
”bahwa dalam pelaporan SPT Masa PPN Masa Pajak Mei 2013, Pemohon Banding melaporkan
atas transaksi ekspor sebesar Rp2.943.485.245,00. Sedangkan di SKPKB PPN
00011/207/13/321/14 perhitungan versi Pemohon Banding, Pemohon Banding melaporkan

PA
Ekspor hanya sebesar Rp2.874.763.408,00. Sehingga terdapat selisih sebesar
Rp68.721.837,00 (Rp2.943.485.245,00-Rp2.874.763.408,00). Atas selisih ini, Pemohon
Banding juga sudah menyampaikan surat kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Metro dan
Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung yang sudah Pemohon Banding laporkan pada tanggal 15
Oktober 2015 dan 13 Oktober 2015 untuk meminta penjelasan atas selisih koreksi tersebut

N
tetapi sampai dengan surat ini dibuat dan dilaporkan ke Pengadilan Pajak, Pemohon Banding
tidak mendapatkan penjelasan selisih koreksi sebesar Rp68.721.837,00 tersebut berasal dari

LA
mana. Oleh karena itu, Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi sebesar
Rp68.721.837,00;
bahwa dengan penjelasan dan fakta yang ada di atas, maka koreksi Terbanding Pemohon

DI
Banding mohon untuk dapat dibatalkan dan PPN yang kurang/(lebih) bayar menurut Pemohon
Banding adalah sebagai berikut:
GA
No Uraian Jumlah (Rp)
.
1. Dasar Pengenaan Pajak :
A. Atas penyerahan barang dan Jasa yang terhutang PPN :
a.1 Ekspor 2.874.763.40
8
N

a.2 Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri 0


a.3 Penyerahan yang PPN-nya dipungut oleh pemungut PPN 0
PE

a.4 Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut 0


a.5 Penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN 0
a.6 Jumlah 2.874.763.40
8
B. Atas penyerahan barang dan jasa yang tidak terhutang PPN 0
T

C. Jumlah seluruh penyerahan 2.874.763.40


8
D. Atas impor BKP/pemanfaatan BKP tidak berwujud/pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean/ 0
IA

pemungutan pajak oleh pemungut pajak/kegiatan membangun sendiri/penyerahan atas aktiva yang
menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan/ perolehan yang PPN-nya tidak seharusnya
dibebaskan atau tidak dipungut/ tanggung jawab secara renteng :
d.1 Impor BKP 0
AR

d.2 Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean 0


d.3 Pemanfaatan JKP dari luar daeran pabean 0
d.4 Pemungutan pajak oleh pemungut PPN 0
d.5 Kegiatan membangun sendiri 0
ET

d.6 penyerahan atas aktiva tetap yang menurut tujuan semula


tidak diperjualbelikan
d.7 Perolehan yang PPN-nya tidak seharusnya dibebaskan atau 0
tidak dipungut
KR

d.9 Jumlah 0
2. Perhitungan PPN kurang bayar
A. Pajak keluaran yang harus dipungut/dibayar sendiri 0
B. Dikurangi
b.1 PPN yang disetor di muka dalam masa pajak yang sama 0
SE

b.2 Pajak masukan yang dapat diperhitungkan 173.242.685


b.3 STP ( pokok kurang bayar ) 0
b.4 Dibayar dengan NPWP sendiri 0
b.5 Lain – lain 0
b.6 Jumlah 173.242.685
C. Diperhitungkan :
c.1 SKPPKP 0
D. Jumlah pajak yang dapat diperhitungkan 173.242.685
E. Jumlah perhitungan PPN kurang bayar/(Lebih Bayar) (173.242.685)

3. Kelebihan Pajak yang sudah :


A. Dikompensasikan ke masa pajak berikutnya 173.242.685
B. Dikompensasikan ke masa pajak ……………. 0

K
C. Jumlah 173.242.685

JA
4. PPN yang kurang bayar /(Lebih Bayar) 0

5. Sanksi Administrasi :
a. Bunga Pasal 13 (2) KUP 0

PA
b. Kenaikan Pasal 13 (3) KUP 0
c. Bunga Pasal 13 (5) KUP 0
d. Kenaikan Pasal 13A KUP 0
e. Kenaikan Pasal 17C (5) KUP 0
f. Kenaikan Pasal 17D (5) KUP 0

N
g. Bunga Pasal 13 (2) KUP jo.Pasal 9 (4f) PPN 0
h. Jumlah (a+b+c+d+e+f+g) 0

LA
0
6. Jumlah PPN yang masih harus dibayar 0

bahwa di dalam persidangan, Pemohon Banding menyampaikan Penjelasan Nomor 005/LF-


DI
BE/V/2016 tanggal 2 Mei 2016, hal Penjelasan Tertulis atas Banding Terhadap Keputusan
Terbanding Nomor KEP-1276/WPJ.28/2015 tentang Keberatan Wajib Pajak atas SKPKB Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) Masa Pajak Mei 2013, yang pada pokoknya menyampaikan hal-hal
GA
sebagai berikut:

bahwa sehubungan dengan permintaan Majelis Hakim pada sidang kedua tanggal 2 Mei 2016
mengenai penjelasan tertulis, penyampaikan matriks sengketa dan dokumen pendukung atas
sengketa banding ini;
N

bahwa pada Lampiran 1 Pemohon Banding sampaikan matriks sengketa atas Keputusan
PE

Terbanding Nomor KEP-1276/WPJ.28/2015 yang menjelaskan mengenai koreksi yang


dilakukan oleh Terbanding atas penyerahan ekspor menjadi penyerahan yang PPN-nya harus
dipungut sendiri untuk SPT Masa PPN Masa Pajak Mei 2013 sebesar Rp2.943.485.245,00;

Koreksi Menurut Terbanding


T

bahwa koreksi atas penyerahan barang kena pajak sebesar Rp2.943.485.245,00 adalah koreksi
IA

atas penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri:

bahwa dasar koreksi pemeriksa berdasarkan laporan hasil pemeriksaan rutin SPT Kurang
AR

Bayar PPN Nomor LAP-00016/WPJ.28/KP.0205/RIK.SIS/2014 tanggal 22 Juli 2014;

bahwa dalam pelaporan SPT masa PPN Masa Pajak Mei 2013, Pemohon Banding melaporkan
atas transaksi ekspor senilai Rp2.874.763.408,00;
ET

bahwa dalam permohonan keberatan Pemohon Banding menyatakan PEB dan invoice yang
Pemohon Banding terbitkan telah memenuhi syarat formal dan material yang ditentukan oleh
peraturan dan perUndang-Undangan yang berlaku karena jelas Pemohon Banding memberikan
kenyataan yang sebenarnya mengenai penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Ekspor
KR

Barang Kena Pajak;

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa penyerahan yang seharusnya dipungut PPN-nya
dilaporkan sebagai penyerahan ekspor, namun penyerahan ekspor tersebut dikoreksi karena
tidak didukung dengan dokumen ekspor. Dokumen yang disampaikan adalah dokumen ekspor
SE

milik kantor pusat Pemohon Banding;

bahwa berdasarkan data, dokumen, dan atau catatan dalam pemeriksaan, permohonan
keberatan dan pembahasan sengketa keberatan:

bahwa identitas Pemohon Banding:


Nama : PT XXX
NPWP : AAA
Alamat : Jl XXX, Lampung Tengah

bahwa berdasarkan data/dokumen yang diperoleh bahwa identitas dalam PEB sebagai
dokumen yang dilampirkan Pemohon Banding dalam pemeriksaan, yaitu:

K
Nama : PT XXX
NPWP : BBB

JA
Alamat : Gd. XXX, Jakarta Selatan

bahwa Peneliti berpendapat bahwa dokumen ekspor yang disampaikan Pemohon Banding tidak

PA
memenuhi Pasal 13 ayat (5) dan (6) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kalli diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2009 jo Pasal 1 Huruf a Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-10/PJ/2010 tentang
Dokumen Tertentu yang Kedudukannya Dipersamakan dengan Faktur Pajak sebagaimana

N
telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-27/PJ/2011. Dengan
demikian dasar koreksi Pemeriksa sebesar Rp2.943.485.245,00 merupakan penyerahan
barang kena pajak yang PPN-nya harus dipungut sendiri sudah sesuai dengan Pasal 1A

LA
angka (1) huruf (f) UU PPN yaitu termasuk dalam penyerahan barang kena pajak dari pusat ke
cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan barang kena pajak antar cabang;

Argumen Menurut Pemohon Banding


DI
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi yang dilakukan oleh Terbanding yang
menyebutkan bahwa penyerahan yang dilakukan oleh Pemohon Banding adalah penyerahan
GA
dari Cabang di Lampung ke Kantor Pusat di Jakarta. Karena sebenarnya transaksi yang terjadi
seluruh penyerahan ekspor adalah dilakukan antara Kantor Cabang di Lampung dengan
konsumen di Luar Negeri. Hal ini dapat dibuktikan dengan Purchase Order, Invoice, Airway Bill
dan Berita Acara Pelekatan Tanda Pengaman Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
N

Cukai Bandar Lampung. Semua dokumen ini menunjukkan bukti bahwa transaksi penyerahan
yang terjadi adalah langsung dari Kantor Cabang di Lampung langsung ke konsumen di Luar
Negeri. Hanya pada PEB dan NPE yang tercantum NPWP kantor pusat dikarenakan NIK yang
PE

tercantum pada sistem di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai harus menggunakan NPWP kantor
pusat di Jakarta. Pada Lampiran 2 Pemohon Banding sampaikan dokumen berupa:

- Purchase Order (PO),


T

- Invoice,
- Pemberitahuan Ekspor (PEB),
IA

- Nota Pemberitahuan Ekspor (NPE)


- Airway Bill,
- Berita Acara Pelekatan Tanda Pengaman Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
AR

Bandar Lampung.

bahwa Pemohon Banding pernah mengajukan permohonan pengajuan pemusatan PPN melalui
Surat Nomor 02/TAX-BE/I/2015 tanggal 17 Januari 2015. Namun permohonan ini ditolak oleh
Terbanding melalui Surat Nomor S-517/WPJ.04/2015 tanggal 25 Februari 2015 karena tempat
ET

kegiatan usaha/cabang yang akan dipusatkan berada di kawasan berikat. Bukti dokumen
pengajuan permohonan pemusatan PPN dan penolakan Pemohon Banding lampirkan pada
Lampiran 3;
KR

bahwa dapat Pemohon Banding sampaikan bahwa sebenarnya kantor pusat Pemohon Banding
di Jakarta hanyalah bersifat sebagai kantor administrasi yang hanya terdiri dari 1 (satu) orang
staff yang menangani kegiatan administrasi umum dan administrasi akuntansi. Sedangkan
untuk seluruh kegiatan operasional, produksi, pemasaran, penjualan, pembelian, keuangan dan
SE

akuntansi dilakukan oleh Pemohon Banding di Lampung. Gudang penyimpanan bahan baku
dan barang hasil produksi hanya ada di Lampung. Sedangkan di Jakarta tidak memiliki Gudang
penyimpanan bahan baku dan barang hasil produksi. Pada Lampiran 4 Pemohon Banding
lampirkan Struktur Organisasi Kantor Pusat dan Kantor Cabang serta Lampiran 5 Pemohon
Banding lampirkan Uraian Tugas di Kantor Pusat dan Kantor Cabang;

bahwa seluruh penyerahan penjualan ekspor yang dikoreksi oleh Terbanding adalah
merupakan transaksi yang dilakukan di kantor cabang Lampung. Sedangkan kantor pusat
Jakarta tidak melakukan aktivitas transaksi dan penyerahan untuk ekspor ini. Untuk
menunjukkan pelaporan aktivitas dan pemenuhan kewajiban PPN atas kantor pusat Jakarta
dan kantor cabang pada Lampiran 6 Pemohon Banding sampaikan SPT Masa PPN Masa
Pajak Mei 2013 yang dilaporkan oleh Kantor Cabang Lampung dan Kantor Pusat Jakarta;

K
bahwa sebenarnya Terbanding juga pernah melakukan pemeriksaan untuk kewajiban SPT
Masa PPN Masa Pajak Januari 2012 s.d. Desember 2012. Pada masa pajak tersebut,

JA
Pemohon Banding juga melakukan transaksi penjualan ekspor yang sama dengan yang
dikoreksi oleh Pemeriksa pada pemeriksaan Tahun 2013 ini;

PA
- Berdasarkan PHP-98/WPJ.28/KP.0205/2013 dan PHP-97/WPJ.28/KP.0205/2014 hal
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Metro atas pemeriksaan Pemohon Banding (NPWP: AAA) untuk masa dan Tahun Pajak:
Oktober 2012, November 2012 dan Desember 2012. Pemeriksa tidak mengkoreksi pelaporan
ekspor yang dilaporkan oleh Pemohon Banding (NPWP: AAA). Hal ini dapat dilihat di

N
Pemberitahuan Hasil Pemeriksa tersebut tertulis bahwa Pemeriksa KPP Pratama Metro
mengakui bahwa kegiatan usaha WP merupakan eksportir sehingga tidak ada Pajak Keluaran
yang harus dipungut sendiri;

LA
- Berdasarkan SPT Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Masa Februari s.d. Desember 2012 atas
nama Pemohon Banding (NPWP: AAA) yang sudah dilaporkan di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Metro dengan total nilai Lebih bayar SPT Masa PPN di Desember 2012 sebesar
DI
Rp423.061.145,00. Kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar
Rp423.061.145,00 diakibatkan atas pelaporan transaksi ekspor dari Masa Februari 2012 s.d.
Masa Desember 2012. Dokumen PEB atas transaksi ekspor masa Februari 2012 s.d. masa
GA
Desember 2012 adalah menggunakan NIK yang NPWP-nya adalah NPWP Pemohon Banding
Kantor Pusat Jakarta (NPWP: BBB). Sebagai pembanding Pemohon Banding sampaikan juga
SPT Masa PPN masa Januari s.d. Desember 2012 Pemohon Banding Kantor Pusat Jakarta
(NPWP: BBB);
N

bahwa berdasarkan hal tersebut, Pemohon Banding melihat ketidakkonsistenan hasil


pemeriksaan Tahun Pajak 2012 dan 2013 atas perlakuan 1 transaksi yang sama yaitu transaksi
PE

Ekspor yang dilapor pada SPT Masa PPN Pemohon Banding (NPWP: AAA). Terbanding
mengabaikan bukti material berupa dokumen yang menyangkut arus barang. Dokumen-
dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
T

- Dokumen Purchasing Order (PO) dari buyer di luar negeri dimana PO jelas-jelas ditujukan ke
PT XXX di jalan XXX Lampung Tengah Indonesia;
IA

- Dokumen Berita Acara Pelekatan tanda Pengaman yang dikeluarkan oleh Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Bandar Lampung dimana
AR

atas PEB dan NPE yang menggunakan NPWP PT XXX Pusat (NPWP:) ditegaskan bahwa
tempat/lokasi penyegelan berada di PT XXX Terbanggi Besar Lampung Tengah dan
disaksikan oleh Karyawan PT Enzyme Cabang Lampung serta Petugas Pabean Bandar
Lampung. Sehingga Hal ini menegaskan bahwa aktivitas ekspor dilakukan oleh XXX Cabang
bukan dari XXX Pusat dan tidak akan dimungkinkan adanya penyerahan dari Kantor Cabang
ET

Lampung ke Kantor Pusat di Jakarta;

- Surat Jalan Pengiriman Barang/airway bill, ditegaskan bahwa pengiriman barang/Goods


consigned dikirim dari PT XXX dengan alamat Jl Raya Terbangi Besar KM.77 Terbanggi
KR

Besar Lampung Tengah 34165 ke Bandara Soekarno Hatta ditujukan ke perusahaan Jasa
Ekspor di Bandara Soekarno Hatta sesuai yang tercantum dalam dokumen Pemberitahuan
Ekspor Barang (PEB). Berdasarkan hal tersebut membuktikan bahwa Tidak ada penyerahan
fisik barang dari cabang ke pusat;
SE

- Proses perijinan untuk mendapatkan NIK adalah dokumen API dan SIUP dan pada saat
pendaftaran NIK, dokumen API dan SIUP yang ada dimiliki PT XXX adalah API dan SIUP
alamat pusat. Sehingga dalam pembuatan PEB menggunakan NPWP pusat bukan cabang.
Hal ini sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.04/2011
tentang Registrasi Kepabeanan;
- Surat dari Kepala Kantor Wilayah Pajak Bengkulu dan Lampung Nomor S-2819/WPJ.28/2014
tertanggal 14 Juli 2014 perihal jawaban PEB adalah NPWP Kantor Pusat. Atas permohonan
penegasan, point 2 huruf E disebutkan: Telah dilakukan konfirmasi ke lapangan dalam hal ini
Kantor Bea Cukai Panjang dan didapatkan informasi bahwa memang benar semenjak
berlakunya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.04/2011 tentang Registrasi

K
Kepabeanan maka satu wajib pajak hanya dapat memiliki satu NIK (Nomor Identitas
Kepabeanan) sehingga bagi PT XXX apabila melakukan ekspor melalui pelabuhan manapun
di seluruh Indonesia, secara otomatis yang keluar dalam sistem pembuatan PEB adalah

JA
NPWP kantor pusat;

4. Selisih Nilai koreksi Dasar Pengenaan Pajak

PA
bahwa pada koreksi yang dilakukan oleh Terbanding, tampak adanya selisih nilai Dasar
Pengenaan Pajak (DPP) antara yang dilaporkan oleh Pemohon Banding sebagai Penjualan
Ekspor yaitu sebesar Rp2.874.763.408,00 dengan koreksi Terbanding menjadi penyerahan
yang PPN-nya harus dipungut sendiri dengan nilai DPP sebesar Rp2.943.485.245,00 telah

N
Pemohon Banding sampaikan surat permintaan penjelasan kepada Kantor Wilayah DJP
Bengkulu dan Lampung pada tanggal 13 Oktober 2015 dengan Nomor Surat
26/BE/GEN/EX/X/2015 sampai dengan 31/BE/GEN/EX/2015 hal permohonan perincian dan

LA
penjelasan selisih koreksi DPP Ekspor. Namun sampai dengan saat ini penjelasan dari
Terbanding belum pernah Pemohon Banding terima;
bahwa demikian atas perhatiannya dan dikabukan permohonan banding ini, disampaikan terima
kasih;
Pemeriksaan Majelis:
DI
GA
bahwa berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Laporan Penelitian Keberatan diketahui
bahwa Terbanding melakukan koreksi Penyerahan yang PPN-nya Harus Dipungut Sendiri
sebesar Rp2.943.485.245,00 dengan perhitungan sebagai berikut:
N

Penyerahan yang PPN-nya Harus Dipungut Sendiri menurut SPT Rp 0,00


Penyerahan yang PPN-nya Harus Dipungut Sendiri menurut Terbanding Rp2.943.485.245,00
PE

Koreksi Positif Rp2.943.485.245,00

bahwa Terbanding melakukan koreksi Penyerahan yang PPN-nya Harus Dipungut Sendiri
sebesar Rp2.943.485.245,00 dikarenakan Pemohon Banding melakukan penyerahan BKP dari
kantor cabang di Lampung NPWP AAA ke Kantor Pusat Pemohon Banding NPWP: BBB
T

dikarenakan tidak didukung oleh dokumen-dokumen ekspor, adapun yang melakukan transaksi
ekspor adalah Kantor Pusat Pemohon Banding di Jakarta NPWP: BBB beralamat di Gedung
IA

Chase Plaza Podium Lantai 5, Jln. Jenderal Sudirman Kav. 21 Karet, Setia Budi, Jakarta;
bahwa sengketa ini menurut Majelis diakibatkan oleh adanya pengertian yang berbeda dari
Terbanding terhadap kegiatan PT XXX baik yang terjadi di Kantor Pusat di Jakarta ataupun di
AR

kantor cabangnya di Lampung, sehingga untuk melihat jenis-jenis kegiatan Kantor Pusat dan
Cabang tersebut Majelis harus melihat bentuk struktur organisasi masing-masing unit (Kantor
Pusat dan Cabang) beserta job descriptionnya;
ET

bahwa struktur organisasi Kantor Pusat PT XXX adalah sebagai berikut:


KR
SE
K
JA
PA
N
LA
bahwa Fungsi PT XXX di Pusat antara lain:

Fungsi Manajemen DI
bahwa sebagai kantor pusat PT XXX Jakarta melakukan fungsi manajemen yaitu pengambilan
GA
keputusan strategik perusahaan, misalnya pembahasan anggaran, ekspansi pabrik maupun
investasi-investasi lainnya yang dilakukan bersama dengan partner joint venture dari Belgia.
Sebagai informasi secara regular selalu dijadwalkan video conference call antara manajemen
PT XXX dengan Enzybel SA, Belgium;
N

Fungsi Keuangan
PE

bahwa sebagai kantor pusat, PT XXX Jakarta melakukan fungsi keuangan seperti:
memverifikasi tagihan dari supplier, mengajukan rencana pembayaran, membuat dan
menyetujui giro dan/atau cek untuk proses pembayaran kepada supplier yang berada di
Jakarta;
T

Fungsi Pelaporan
IA

bahwa sebagai kantor pusat PT XXX Jakarta melakukan fungsi Pelaporan Keuangan dengan
memberikan data laporan keuangan pusat Jakarta berupa laporan kas/bank dan akan di
AR

konsolidasi dengan cabang Lampung. Seluruh laporan perusahaan serta dokumentasinya


dipusatkan di cabang / Lampung;

bahwa berdasarkan struktur organisasi beserta fungsi dari masing-masing bagian terlihat
bahwa di Kantor Pusat PT XXX tidak ada bagian produksi dan penjualan;
ET

bahwa sedangkan struktur organisasi Pemohon Banding (dalam hal ini sebagai Kantor Cabang
PT XXX di Lampung) adalah sebagai berikut:
KR
SE
K
JA
PA
N
LA
DI
N GA
T PE
IA
AR

bahwa berdasarkan struktur organisasi dan uraian dari fungsi pekerjaan masing-masing bagian
Pemohon Banding (dalam hal ini sebagai Kantor Cabang PT XXX di Lampung) dapat diketahui
ET

adanya fungsi pekerjaan dari divisi/bagian produksi dan divisi/bagian sales/penjualan dari hasil
produksinya;
bahwa dengan melihat kedua struktur organisasi tersebut terlihat bahwa Kantor Pusat PT XXX
hanya mempunyai tugas utama untuk pengambilan keputusan strategis serta kegiatan yang
KR

terkait administrasi perusahaan baik administrasi usaha, keuangan, perizinan, karyawan,


perpajakan, serta pengadaan barang-barang, sementara Pemohon Banding sebagai Kantor
Cabang PT XXX di Lampung mempunyai tugas menghasilkan produk, melakukan penjualan
barang hasil produksi, beserta pencatatan/akuntansi untuk kegiatan-kegiatan tersebut;
SE

bahwa selain itu, Majelis juga perlu mendapatkan bukti-bukti lain apakah kegiatan Kantor
Cabang PT XXX di Lampung (Pemohon Banding) dan Kantor Pusat PT XXX di Jakarta telah
sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah digariskan oleh manajemen Pemohon Banding
tersebut di atas dengan meminta bukti-bukti lain yang dapat menyakinkan Majelis;

bahwa Pemohon Banding menyampaikan bukti material terkait dengan arus barang yaitu
dokumen purchase order dari buyer luar negeri yang dialamatkan ke Pemohon Banding di JI
XXX, Lampung Tengah NPWP: AAA. Adapun surat jalan pengiriman barang ke Bandara
Sukarno-Hatta ditujukan ke perusahaan jasa ekspor yang tercantum dalam PEB;

bahwa Pemohon Banding dalam melakukan ekspor menggunakan NPWP Kantor Pusat

K
Pemohon Banding Nomor NPWP: BBB yang beralamat di Gedung Chase Plaza Podium Lantai
5, Jln. Jenderal Sudirman Kav. 21 Karet, Setia Budi, Jakarta. Dan juga menggunakan Nomor
Identitas Kepabeanan (NIK) Kantor Pusat Pemohon Banding;

JA
bahwa terkait penggunaan Nomor Identitas Kepabeanan (NIK) Kantor Pusat Pemohon Banding,
hal tersebut dikarenakan sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.04/2011 tentang

PA
Pedoman Teknis Pelaksanaan Registrasi jo. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor
PER-21/BC/2011 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Registrasi Kepabeanan, penggunaan
NIK berlaku tunggal untuk setiap wajib pajak, sehingga di dalam dokumen ekspor (PEB) yang
dicantumkan adalah NPWP Kantor Pusat sesuai dan NIK Kantor Pusat;
bahwa selanjutnya Pemohon Banding di dalam persidangan, menyerahkan fotokopi dokumen

N
pendukung sebagai berikut:
1. Akta Notaris H. Ade Ardiansyah, S.H. M.Kn., Nomor 18 tanggal 11 Juni 2013 tentang
Pernyataan Keputusan Sirkuler Para Pemegang Saham sebagai Pengganti Rapat Umum

LA
Pemegang Saham Luar Biasa;
2. Penjelasan Tertulis atas Banding terhadap Keputusan Terbanding Nomor KEP-1276/
WPJ.28/2015 tentang Keberatan Wajib Pajak atas SKPKB PPN Masa Pajak Mei 2013
tanggal 2 Mei 2016;
3. Purchase Order;
4. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB);
DI
5. Nota Pelayanan Ekspor (NPE);
GA
6. Airway Bill dari PT XXX cabang Lampung ke Soekarno Hatta;
7. Berita Acara Pelekatan Tanda Pengaman Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Cukai Bandar Lampung;
8. Rekening Koran PT XXX cabang Lampung sebagai bukti penerimaan pembayaran dari
N

klient;
9. Bukti invoice atas jasa pengurusan ekspor yang ditujukan kepada PT XXX cabang lampung;
PE

10. Rekening Koran PT XXX cabang Lampung sebagai bukti pembayaran atas tagihan jasa
vendor untuk pengurusan jasa ekspor;
11. Struktur Organisasi Kantor Pusat dan Cabang;
12. Uraian Tugas di Kantor Pusat dan Cabang;
13. Surat Pengajuan Pemusatan PPN Nomor 02/TAX-BE/I/2015 tanggal 17 Januari 2015;
T

14. Surat Penolakan permohonan Pemusatan PPN Nomor S-517/WPJ.04/2015 tanggal 25


IA

Februari 2015;
15. Surat dari Kanwil Ditjen Pajak Bengkulu dan Lampung Nomor S-2819/WPJ.28/2014 tanggal
14 Juli 2014 hal Penegasan;
AR

16. SPT Masa PPN Kantor Pusat Jakarta Masa Pajak Mei 2012 yang dibayarkan di Kantor
Pelayanan Pajak Jakarta;
17. SPT Masa PPN Kantor Cabang (Pemohon Banding) Masa Pajak Mei 2013 yang dilaporkan
di Kantor Pelayanan Pajak Metro;
18. SPT Masa PPN Kantor Pusat Jakarta Masa Pajak Januari s.d. Desember 2013 yang
ET

dibayarkan di Kantor Pelayanan Pajak Jakarta;


19. SPT Masa PPN Kantor Kantor Cabang (Pemohon Banding) Masa Pajak Januari s.d.
Desember 2012 yang dibayarkan di Kantor Pelayanan Pajak Metro;
KR

bahwa untuk menguatkan dalil yang dikemukakan oleh para pihak, maka Majelis
memerintahkan kepada para pihak untuk melakukan uji bukti untuk mengetahui apakah
kegiatan Pemohon Banding telah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 76
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak:
SE

“Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian
pembuktian dan untuk sahnya pembuktian diperlukan paling sedikit 2 (dua) alat bukti
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1)“;

bahwa pada saat melakukan uji bukti Pemohon Banding menyampaikan bukti-bukti terkait
koreksi Penyerahan yang PPN-nya Harus Dipungut Sendiri Masa Pajak Mei 2013 sebesar
Rp2.943.485.245,00, sebagai berikut:
1. Purchase Order;
2. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB);
3. Nota Pelayanan Ekspor (NPE);
4. Airway Bill dari XXX cabang Lampung ke Soekarno Hatta;

K
5. Berita Acara Pelekatan Tanda Pengaman Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Cukai Bandar Lampung;

JA
6. Rekening Koran PT XXX cabang Lampung sebagai bukti penerimaan pembayaran dari
klient;
7. Bukti invoice atas jasa pengurusan ekspor yang ditujukan kepada PT XXX cabang
Lampung;

PA
8. Rekening Koran Pemohon Banding (PT XXX) cabang Lampung sebagai bukti pembayaran
atas tagihan jasa vendor untuk pengurusan jasa ekspor;

bahwa berdasarkan Berita Acara Hasil Uji Bukti dapat diketahui, hal-hal sebagai berikut:

N
Pendapat Terbanding berdasarkan Berita Acara Hasil Uji Bukti:

LA
bahwa Terbanding melakukan koreksi DPP atas Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut
sendiri untuk Masa Pajak Mei 2013 sebesar Rp2.943.485.245,00 dikarenakan atas transaksi
ekspor yang dilaporkan Pemohon Banding (NPWP Cabang) tidak didukung dokumen ekspor

DI
(Pemberitahuan Ekspor Barang/ PEB) atas nama yang bersangkutan, melainkan dokumen
milik PT XXX NPWP 02.991.531.1-001.000 dengan alamat di Gd. Chase Plaza Podium Lt. 5
Jalan Jenderal Sudirman Kav. 21, Karet, Setia Budi, Jakarta (yang merupakan Kantor Pusat
GA
Pemohon Banding);
bahwa Majelis Hakim memerintahkan dilakukan uji kebenaran materi untuk membuktikan:
- Arus barang dari cabang ke customer
- Arus uang dari customer ke cabang
N

- Dokumen ekspor (PEB) atas nama siapa


- Dokumen pendukung atas nama cabang
PE

Fakta dan Data


bahwa berdasarkan hasil uji bukti sebagaimana tertuang dalam Daftar Rekonsiliasi terlampir
yang merupakan bagian tak terpisah dari berita acara ini, diperoleh fakta dan data sebagai
T

berikut:
Dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) adalah atas nama Kantor Pusat dengan
IA

NPWP 02.991.531.1-001.000;
Dokumen Invoice dan Purchase Order adalah atas nama Pemohon Banding (cabang);
Dokumen Rekening Koran sebagai bukti penerimaan pembayaran dari customer adalah
AR

atas nama Pemohon Banding (cabang);


Dokumen Invoice dari pihak pengusaha jasa freight forwarding terkait pengurusan ekspor
adalah atas nama Pemohon Banding (cabang);
Dokumen Rekening Koran sebagai bukti pembayaran kepada pengusaha jasa freight
ET

forwarding adalah atas nama Pemohon Banding (cabang);


Atas PEB Nomor 017221, 017222, 024862, 034975, 042077, 047152, dan 047153
Pemohon Banding menyatakan bahwa penjualan tersebut dibatalkan dan barang diterima
kembali dari customer karena tidak memenuhi grade yang telah ditentukan. Pemohon
KR

Banding menunjukkan bukti berupa dua dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
yang dinyatakan sebagai pengembalian barang atas penjualan yang dibatalkan tersebut;

Tanggapan Terbanding
SE

bahwa dari fakta dan data tersebut di atas serta yang terlampir dalam Daftar Rekonsiliasi,
Terbanding berpendapat sebagai berikut:
Dokumen ekspor (Pemberitahuan Ekspor Barang/PEB) adalah atas nama Kantor Pusat
Pemohon Banding dengan NPWP 02.991.531.1-001.000. Dokumen tersebut tidak
memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat (5) dan (6) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
42 Tahun 2009 (Undang-Undang PPN) jo. Pasal 1 Huruf a Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-10/PJ/2010 tentang Dokumen Tertentu yang Kedudukannya
Dipersamakan dengan Faktur Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-27/PJ/2011, dimana NPWP yang dicantumkan dalam
dokumen PEB adalah NPWP Kantor Pusat;

K
Kantor Pusat Pemohon Banding telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)
namun tidak melaporkan dokumen ekspor tersebut;
Oleh karena yang melakukan ekspor adalah Kantor Pusat sedangkan barang berasal dari

JA
Cabang (Pemohon Banding) maka terdapat penyerahan dari Cabang ke Kantor Pusat
yang PPN-nya harus dipungut sendiri berdasarkan ketentuan Pasal 1A ayat (1) huruf f jo.
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang PPN;

PA
Terbanding mempertahankan koreksi DPP atas Penyerahan yang PPN-nya harus
dipungut sendiri sebesar Rp2.943.485.245,00;

Pendapat Pemohon Banding berdasarkan Berita Acara Hasil Uji Bukti:

N
bahwa berdasarkan dokumen–dokumen ekspor, invoice, PO, Airway Bill, bukti penerimaan
pembayaran invoice dari klient kepada XXX Cabang Lampung (Pemohon Banding) serta
dokumen tambahan lainnya berupa invoice dari vendor kepada XXX Cabang (Pemohon

LA
Banding) Lampung untuk jasa pengurusan ekspor dan bukti pembayaranya dari rekening
koran Cabang Lampung Menegaskan bahwa penyerahan ekspor yang Pemohon Banding
laporkan di SPT Masa PPN Masa Mei 2013 berasal dari Lampung (XXX cabang Lampung),

DI
langsung dikirimkan ke klien melalui bandara Soekarno Hatta;

bahwa dari seluruh bukti tersebut, Pemohon Banding dapat menunjukkan bahwa tidak ada
GA
penyerahan dari Cabang (PT XXX Lampung) ke PT XXX Pusat (PT XXX Jakarta);

bahwa sehingga atas koreksi Terbanding yang mengganggap terdapat penyerahan dari
cabang ke Pusat tidak dapat dibuktikan;
N
PE

Menurut Majelis:

bahwa yang merupakan pokok sengketa adalah Terbanding melakukan koreksi positif atas
Penyerahan yang PPN-nya Harus Dipungut Sendiri sebesar Rp2.943.485.245,00 dan koreksi
T

Negatif Ekspor sebesar (Rp2.874.763.408,00) dengan perhitungan sebagai berikut:


IA

Penyerahan yang PPN-nya Harus Dipungut Sendiri menurut SPT Rp 0,00


Penyerahan yang PPN-nya Harus Dipungut Sendiri menurut Terbanding Rp2.943.485.245,00
Koreksi Positif Rp2.943.485.245,00
AR

DPP atas Ekspor Menurut SPT Rp2.874.763.408,00


DPP atas Ekspor menurut Terbanding Rp 0,00
Koreksi Negatif (Rp2.874.763.408,00)
ET

bahwa terdapat selisih sebesar Rp68.721.837,00 antara jumlah penyerahan ekspor menurut
SPT Masa PPN Masa Pajak Mei 2013 sebesar (Rp2.874.763.408,00) dengan koreksi
Terbanding atas penyerahan ekspor yang dikoreksi sebagai penyerahan cabang menjadi
KR

sebesar Rp2.943.485.245,00;

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas Kertas Kerja Pemeriksaan Pemeriksa dan
Laporan Pemeriksaan Keberatan Terbanding Nomor LAP-1290/WPJ.28/2015 tanggal
25 Agustus 2015, Terbanding tidak menjelaskan rincian koreksinya, sehingga menurut
SE

pendapat Majelis bahwa koreksi Terbanding adalah atas seluruh penyerahan ekspor, yang
dianggap sebagai penyerahan dari cabang ke Kantor Pusat sebagai koreksi Positif Penyerahan
yang PPN-nya Harus Dipungut Sendiri adalah sebesar Rp2.943.485.245,00 dan koreksi Negatif
penyerahan Ekspor sebesar (Rp2.874.763.408,00);
bahwa Pemohon Banding menyatakan tidak ada penyerahan BKP dari kantor cabang di
Lampung ke Kantor Pusat Pemohon Banding NPWP: BBB, sesuai bukti-bukti yang telah
disampaikan Pemohon Banding pada saat pemeriksaan dan di dalam persidangan berupa
dokumen-dokumen ekspor, arus barang yaitu dokumen purchase order dari buyer luar negeri
yang dialamatkan ke Pemohon Banding di JI. XXX, Lampung Tengah NPWP: AAA;
bahwa Pemohon Banding dalam melakukan ekspor menggunakan NPWP Kantor Pusat
Pemohon Banding NPWP: BBB yang beralamat di Gedung Chase Plaza Podium Lantai 5, Jln.

K
Jenderal Sudirman Kav. 21 Karet, Setia Budi, Jakarta. Dan juga menggunakan Nomor Identitas
Kepabeanan (NIK) Kantor Pusat Pemohon Banding;

JA
bahwa berdasarkan penelitian Majelis atas bukti-bukti yang disampaikan oleh Pemohon
Banding dan Terbanding, diketahui hal-hal sebagai berikut:

PA
bahwa berdasarkan struktur organisasi dan uraian tugas Kantor Pusat dan Kantor Cabang
dijelaskan bahwa Kantor Pusat Pemohon Banding yang terletak di Jakarta hanyalah sebagai
kantor administrasi yang menangani kegiatan administrasi umum dan akuntansi dan berfungsi
sebagai Manajemen, Keuangan, dan Pelaporan dengan jumlah pegawainya hanya 1 (satu)
orang staf;

N
bahwa Kantor Pusat sebagai fungsi Manajemen yaitu sebagai pengambil keputusan strategik
perusahaan, misalnya terkait pembahasan anggaran, ekspansi pabrik maupun investasi-

LA
investasi lainnya dengan join partner dari Belgia. Fungsi Keuangan dalam melakukan verifikasi
tagihan dari supplier, mengajukan rencana pembayaran, membuat dan menyetujui giro
dan/atau cek untuk proses pembayaran kepada supplier di Jakarta. Fungsi Pelaporan dengan
memberikan data laporan keuangan kantor pusat di Jakarta berupa laporan kas/bank dan akan
dikonsolidasi dengan cabang di Lampung;
DI
bahwa sedangkan untuk seluruh kegiatan operasional, produksi, pemasaran, penjualan,
GA
pembelian, keuangan dan akuntansi dilakukan oleh kantor cabang PT XXX di Lampung.
Adapun gudang tempat penyimpanan bahan baku dan barang hasil produksi juga berada di
Lampung. Sedangkan di Jakarta tidak memiliki Gudang penyimpanan bahan baku dan barang
hasil produksi;
N

bahwa pada Tahun 2014, Pemohon Banding melalui Surat Nomor 17/TAX-BE/V/2014 tanggal
15 Mei 2014 hal Permohonan Penegasan PEB menggunakan NPWP Kantor Pusat, yang
PE

kemudian dijawab oleh Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung dengan Surat Nomor S-
2519/WPJ.28/2014 tanggal 4 Juli 2014 hal Permohonan Penegasan, yang pada pokoknya
menyatakan hal-hal sebagai berikut:

 Bahwa sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.04/2011 tentang Registrasi


T

Kepabeanan, Nomor Identitas Kepabeanan (NIK) hanya berlaku tunggal, dan sesuai
IA

persyaratannya pembuatan Nomor Identitas Kepabeanan (NIK) menggunakan NPWP yang


tercantum di dalam Ijin Usaha Tetap (IUT). Dikarenakan yang tercantum dalam Ijin Usaha
Tetap (IUT) menggunakan NPWP Kantor Pusat maka yang tercantum dalam NIK adalah
AR

NPWP Kantor Pusat Pemohon Banding di Jakarta;


 Bahwa sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.04/2011 tentang Registrasi
Kepabeanan tersebut, maka Pemohon Banding hanya dapat memiliki 1 (satu) Nomor
Identitas Kepabeanan (NIK) sehingga bagi Pemohon Banding apabila melakukan kegiatan
ekspor melalui pelabuhan manapun di seluruh Indonesia secara otomatis dalam sistem
ET

pembuatan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang keluar adalah NPWP Kantor Pusat;
 Bahwa dianggap sebagai penyerahan BKP Ekspor Kantor Pusat, dikarenakan PEB dan
invoice-nya dianggap sebagai Faktur Pajak Tidak Lengkap karena dianggap tidak
mencantumkan keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (5) UU PPN
KR

dan/atau mencantumkan keterangan tidak sebenarnya atau sesungguhnya dan/atau


mengisi keterangan yang tidak sesuai dengan tata cara dan prosedur sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012;
 Bahwa oleh karena itu, PEB tersebut dianggap tidak sebagai penyerahan ekspor melainkan
SE

sebagai penyerahan lokal dan dikenakan tarif PPN sebesar 10%;

bahwa pada Tahun 2015, Pemohon Banding juga telah mengirimkan Surat Pengajuan
Pemusatan PPN Nomor 02/TAX-BE/I/2015 ke Kanwil DJP Jakarta Selatan pada tanggal 17
Januari 2015 yang kemudian ditolak Kanwil DJP Jakarta Selatan melalui Surat Nomor S-
517/WPJ.04/2015 tanggal 25 Februari 2015 hal Pemberitahuan Penolakan Pemusuatan
Tempat Pajak Pertambahan Nilai Terutang;
bahwa Pemohon Banding baru melakukan pengajuan permohonan pemusatan PPN di Tahun
2014, yang kemudian ditolak oleh Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung melalui Surat Nomor S-
2519/WPJ.28/2014 tanggal 4 Juli 2014 hal Permohonan Penegasan, dengan alasan sesuai
Pasal 3 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 19/PJ/2010 tentang Penetapan Satu Tempat
atau Lebih Sebagai Tempat Pajak PPN Terutang, dinyatakan bahwa;

K
“tempat tinggal, tempat kedudukan, atau tempat kegiatan usaha Pengusaha Kena Pajak yang:
a. Berada di Kawasan Berikat;

JA
b. Berada di Kawasan Ekonomi Khusus;
c. Mendapatkan Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor;

Tidak dapat dipilih sebagai Tempat Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai Terutang atau Tempat

PA
Pajak Pertambahan Nilai Terutang yang akan Dipusatkan”;

bahwa Pemohon Banding berada di Kawasan Berikat sesuai Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 736/KM.42/2012 tanggal 30 Maret 2012 tentang Pemberian Izin Pengusaha di Kawasan
Berikat Merangkap Penyelenggara di Kawasan Berikat (PDKB) kepada PT XXX;

N
bahwa dengan demikian, Pemohon Banding yang berada di kawasan berikat tidak dapat

LA
memusatkan PPN dikarenakan Pemohon Banding mendapat fasilitas perpajakan sesuai
Pasal 14 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.04/2011 tentang Kawasan
Berikat yang berbunyi:
“Penangguhan Bea Masuk, pembebasan Cukai, pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

DI
atau Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), tidak
dipungut Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 Impor, diberikan atas pemasukan barang dari
Kawasan Bebas yang akan diolah lebih lanjut dan/atau digabungkan dengan hasil produksi di
GA
Kawasan Berikat";

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis, bahwa berdasarkan bukti-bukti yang disampaikan


Pemohon Banding di dalam persidangan, diketahui bahwa Purchase order (PO), Invoice, dan
Airway Bill dapat diketahui bahwa yang melakukan transaksi ekspor dengan pembeli adalah
N

Pemohon Banding (NPWP: AAA). Adapun pada saat proses pengurusan pengiriman ekspor
tersebut yaitu di dalam Pemberitahuan Ekspor Barang dan Nota Pemberitahuan Ekspor (NPE),
PE

menggunakan NIK Kantor Pusat Pemohon Banding di Jakarta (NPWP: BBB);

bahwa hal itu terjadi dikarenakan NIK berlaku tunggal, hanya diberikan oleh Ditjen Bea dan
Cukai kepada Kantor Pusat Pemohon Banding sebagai penanggung jawab perusahaan,
sehingga Pemohon Banding dalam melakukan kegiatan ekspor tersebut menggunakan identitas
T

NIK Kantor Pusat Pemohon Banding di Jakarta dan NPWP Kantor Pusat Pemohon Banding di
Jakarta (NPWP: BBB);
IA

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas arus dokumen penjualan, berdasarkan bukti-bukti
yang disampaikan dapat diketahui bahwa transaksi penyerahan BKP tersebut menunjukkan
AR

bahwa proses pemesanan dari pembeli, kemudian di produksi, penyimpanan, pengiriman


kepada costumer dilakukan oleh Pemohon Banding. Walaupun Pemohon Banding dalam
melakukan kegiatan ekspor, dalam administrasinya menggunakan NIK dan NPWP Kantor Pusat
Pemohon Banding di Jakarta namun substansi adalah merupakan penyerahan ekspor
ET

Pemohon Banding;

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas arus kas, diketahui bahwa atas transaksi ekspor
tersebut, pembayaran dari pembeli di luar negeri atas transaksi ekspor tersebut dibayarkan ke
KR

Rekening Koran Pemohon Banding di Bank Permata Cabang Sudirman dengan Nomor
Rekening: 1209000829 dengan mata uang Euro, Bandar Lampung. Sehingga dengan demikian,
dapat dibuktikan bahwa yang melakukan transaksi ekspor adalah Pemohon Banding di Bandar
Lampung dengan Pembeli langsung di luar negeri;
SE

bahwa dengan demikian, substansinya Pemohon Banding lah yang melakukan kegiatan ekspor,
sementara Kantor Pusat Pemohon Banding hanyalah kantor yang berfungsi sebagai
Manajemen, Keuangan, dan Pelaporan. Sedangkan proses produksi, penyimpanan,
pengiriman, dan Penjualan dilakukan Pemohon Banding di Bandar Lampung, atau bukan oleh
Kantor Pusat Pemohon Banding di Jakarta dan juga tidak ada penyerahan (penjualan) dari
Pemohon Banding sebagai Kantor Cabang ke Kantor Pusatnya di Jakarta;
bahwa sehingga berdasarkan uraian tersebut di atas, Majelis berpendapat bahwa substansinya
yang melakukan kegiatan ekspor adalah Pemohon Banding, dan Pemohon Banding juga telah
melaporkan adanya kegiatan ekspor tersebut di dalam SPT PPN Masa Pajak Mei 2013,
sehingga Majelis berpendapat bahwa tidak ada penyerahan BKP dari Pemohon Banding di
Bandar Lampung ke Kantor Pusat Pemohon Banding di Jakarta;
bahwa berdasarkan uraian tersebut, Majelis berpendapat bahwa koreksi Terbanding atas

K
penyerahan ekspor menjadi Penyerahan yang PPN-nya harus Dipungut Sendiri untuk Masa
Pajak Mei 2013 sebesar Rp2.943.485.245,00 tidak tepat, sehingga koreksi Terbanding

JA
sebesar Rp2.943.485.245,00 tidak dapat dipertahankan. Dengan demikian, Majelis
berpendapat bahwa koreksi Terbanding atas DPP Ekspor sebesar (Rp2.874.763.408,00) juga
tidak dapat dipertahankan;

PA
Menimbang :

bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan untuk mengabulkan
seluruhnya permohonan banding Pemohon Banding sehingga Jumlah DPP atas Penyerahan

N
yang PPN-nya Harus Dipungut Sendiri dan DPP Ekspor Masa Pajak Mei 2013 menjadi sebagai
berikut:

LA
DPP atas Penyerahan yang PPN-nya Harus Dipungut Sendiri Masa Pajak Mei 2013:
DPP atas Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri
menurut Keputusan Terbanding Rp2.943.485.245,00
Koreksi Terbanding yang tidak dapat dipertahankan Rp2.943.485.245,00
DPP atas Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri
menurut Majelis
DI Rp989.607.7470,00
GA
DPP atas Ekspor Masa Pajak Mei 2013:

DPP atas Ekspor menurut Keputusan Terbanding Rp 989.607.7470,00


Koreksi Terbanding yang tidak dapat dipertahankan Rp2.874.763.408,00
N

DPP atas Ekspor Menurut Majelis Rp2.874.763.408,00


PE

bahwa berdasarkan kesimpulan tersebut di atas maka perhitungan Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa Masa Pajak Mei 2013 menjadi sebagai berikut:

No. Uraian Jumlah


(Rp)
T

1. Dasar Pengenaan Pajak


a. Atas penyerahan barang dan jasa yang terutang PPN:
IA

a.1. Ekspor 2.874.763.408,00


a.2.Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri 0,00
a.6. Jumlah seluruh penyerahan 2.874.763.408,00
b. Atas Penyerahan Barang dan Jasa yang tidak terutang PPN 0,00
AR

c. Jumlah seluruh penyerahan 2.874.763.408,00


2. Pajak keluaran yang harus dipungut/dibayar sendiri 0,00
Dikurangi:
a. Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan 173.242.685,00
b.lain-lain 0,00
c.Jumlah Pajak yang dapat diperhitungkan 173.242.685,00
ET

3. Jumlah penghitungan PPN Lebih Bayar (173.242.685,00)


4. dikompensasikan ke masa pajak berikutnya 173.242.685,00
5. PPN yang kurang dibayar 0,00
KR

6. Sanksi administrasi:
a. Kenaikan Pasal 13 ayat (3) KUP 0,00
7. Jumlah PPN yang masih harus dibayar 0,00

Mengingat :
SE

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dan ketentuan perUndang-
Undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan ini.

Memutuskan :
Mengabulkan seluruhnya permohonan banding Pemohon Banding terhadap Keputusan
Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-1276/WPJ.28/2015 tanggal 25 Agustus 2015 tentang
keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa Masa Pajak Mei 2013 Nomor 00011/207/13/321/14 tanggal 20 Agustus 2014,
atas Pemohon Banding, sehingga perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa

K
Masa Pajak Mei 2013 menjadi sebagai berikut:

No. Uraian Jumlah

JA
(Rp)
1. Dasar Pengenaan Pajak
a. Atas penyerahan barang dan jasa yang terutang PPN:
a.1. Ekspor 2.874.763.408,00

PA
a.2.Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri 0,00
a.6. Jumlah seluruh penyerahan 2.874.763.408,00
b. Atas Penyerahan Barang dan Jasa yang tidak terutang PPN 0,00
c. Jumlah seluruh penyerahan 2.874.763.408,00
2. Pajak keluaran yang harus dipungut/dibayar sendiri 0,00
Dikurangi:

N
a. Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan 173.242.685,00
b.lain-lain 0,00
c.Jumlah Pajak yang dapat diperhitungkan 173.242.685,00

LA
3. Jumlah penghitungan PPN Lebih Bayar (173.242.685,00)
4. dikompensasikan ke masa pajak berikutnya 173.242.685,00
5. PPN yang kurang dibayar 0,00
6. Sanksi administrasi:

7.
a. Kenaikan Pasal 13 ayat (3) KUP
Jumlah PPN yang masih harus dibayar DI 0,00
0,00
GA
Demikian diputus di Jakarta berdasarkan Musyawarah setelah pemeriksaan dalam persidangan
dicukupkan pada hari Senin, tanggal 29 Agustus 2016 oleh Hakim Majelis VIIIA Pengadilan
Pajak dengan susunan Majelis sebagai berikut:
N

Drs. Sigit Henryanto, Ak. sebagai Hakim Ketua,


Nany Wartiningsih, S.H., M.Si. sebagai Hakim Anggota,
Joni Surbakti, Ak. sebagai Hakim Anggota,
PE

dengan dibantu oleh


Rina Yasmita S.E., Ak., M.M. sebagai Panitera Pengganti
dan putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Senin
T

tanggal 30 April 2018 dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, dan Panitera Pengganti serta
dihadiri oleh Pemohon Banding, namun tidak dihadiri oleh Terbanding.
IA
AR
ET
KR
SE

Anda mungkin juga menyukai