Anda di halaman 1dari 3

Tugas : Kampung Adat yang Ada di Jawa Barat

Mata Pelajaran : Bahasa Sunda


Nama : Bella Mey Kairani
Kelas/Sekolah : 9.5 SMP Negeri 4 Tambun Selatan

KAMPUNG NAGA TASIKMALAYA – JAWA BARAT

Kampung Naga, satu dari sekian kampung-kampung adat yang ada di Jawa Barat. Kampung
Naga terletak tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan daerah Garut dengan Tasikmalaya.
Kampung ini berada pada suatu lembah yang subur, dilalui oleh sebuah sungai bernama sungai
Ciwulan yang bermata air di Gunung Cikuray di daerah Garut. Seacra administratif, Kampung Naga
berada di wilayah Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Dari Tasikmalaya ke
Kampung Naga sekira berjarak lebih lagi mendirikan rumah baru kurang 30 kilometer. Untuk
mencapai Kampung tersebut dari arah jalan raya Garut – Tasikmalaya, harus menuruni anak tangga
sekira 335 anak tangga hingga sungai Ciwulan dengan kemiringan 45 derajat.

Penduduk Kampung Naga adalah penganut agama Islam, di samping masih memegang teguh
adat istiadat yang secara turun temurun berasal dari nenek moyang mereka. Karena areal Kampung
Naga terbatas, sehingga tidak memungkinkan lagi mendirikan rumah baru, maka banyak penduduk
yang termasuk adat sa-Naga bertempat tinggal di di luar Kampung Naga maupun di luar Desa
Neglasari. Bahkan ada diantara mereka yang bertempat tinggal di Kota Garut. Tasikmalaya, Bandung
dan Cirebon. Mereka ini pun masih taat menjalankan adat istiadat warisan nenek moyang mereka
yang berpusat di dalam Kampung Naga. Semisal, pada saat diselenggarakan adat dan upacara adat
Sa-Naga yang dipusatkan di Kampung Naga, mereka memerlukan datang ke Kampung Naga untuk
melaksanakannya bersama-sama. Nenek moyang orang Kampung Naga (Sa-Naga) yang menurunkan
keturunan dan adat istiadat Naga adalah Embah Dalem Eyang Singaparna. Makamnya diwilayah
Hutan sebelah barat Kampung Naga.
Makam Embah Dalem Singaparna dianggap makam keramat yang selalu diziarahi pada saat
akan diadakan atau dilakukan penyelenggaraan upacara-upacara adat atau yang lainnya, baik oleh
warga masayarakat Kampung Naga yang berada di sana maupun orang-orang keturunan yang
termasuk ke dalam adat Sa-Naga. Kekhasan dari Kampung Adat Naga selain yang disebutkan di atas
ialah arsitektur bangunannya yang membedakan arsitektur bangunan pada umumnya. Mulai letak,
bentuk, arah rumah, bahan-bahan pembuat rumah, pola perkampungan, sampai kepada perilaku
kehidupan sehari-hari ditaati sebagai ketentuan yang digariskan leluhur, pelanggaran terhadap
ketentuan tersebut dianggap sebagai pelanggaran adat yang dapat membahayakan bukan saja bagi
si pelanggar, tetapi juga bagi seluruh isi Kampung Naga dan bagi orang-orang Sa-Naga. Merebaknya
tatanan nilai budaya global membawa pengaruh cukup sinifikan terhadap tatanan budaya lokal.
Dengan tidak didasari, Jawa Barat memiliki peluang, dimana aset atau warisan budaya itu dapat
dipelihara, diperkenalkan, dan dimanfaatakan untuk untuk dan oleh masyarakat pada umumnya.
Tujuan diadakannya perekaman dan pendokumentasian Kampung Adat Naga ini adalah ubtuk
memperkenalkan kepada masyarakat akan arti pentingnya nilai-nilai budaya daerah yang positip dan
relevan, agar masyarakat mengetahui dan memahami akan adanya keanekaragaman budaya
sekaligus menghargai keanekaragaman tersebut.

Prosedur perekaman adalah suatu kegiatan pengambilan data yang dilakukan dengan
melalui pemotretan, rekaman video, pengamatan dan wawancara. Kemudian dilihat dari pola atau
bentuknya, Kampung Naga berpola mengelompok dengan tanah kosong di bagian tengah dengan
kolam berada di sebelah muka kampung. Rumah-rumah dan bangunan-bangunan yang ada atapnya
memanjang arah barat timur. Pola perkampungan seperti Kampung Naga merupakan prototipe dari
pola kamoung masyarakat Sunda, walaupun di sana-sini sudah terdapat perubahan-perubahan.
Adanya Balong (Kolam), Leuit, Pancuran, Bale Musyawarah atau Bale Patemon, Pancuran, Saung
LIsung, Rumah Kuncen (kepala Adat), Masjid, Lapangan atau alun-alun, rumah suci tempat
menyimpan benda-benda pusaka, menunjukkan pola perkampungan khas masyarakat Sunda, di
samping ada ketentuan lain bahwa rumah-rumah tabu (pamali) untuk di cat. Masyarakat Kampung
Naga Desa Neglasari merupakan salah satu contoh komunitas manusia yang berusaha menyesuaikan
diri dengan lingkungan alam dan berupaya mempertahankan kondisi lingkungan alamnya dengan
tetap mentaati aturan warisan nenek moyangnya. Aturan-aturan tersebut juga berfungsi sebagai
mekanisme kontrol dalam kebudayaan yang menahan dilakukannya eksploitasi alam secara semena-
mena dan membuat masyarakat tetap memegang prinsip kebersamaan sehingga keseimbangan
lingkungan, baik fisik maupun sosial, tetap dipertahankan.

Salah satu usaha pelestarian lingkungan yang seringkali tidak disorot dan menjadi bahan
pemberitaan yakni usaha pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh suatu masyarakat adat.
Masyarakat Kampung Naga adalah salah satu dari sekian masyarakat adat yang berusaha untuk
menjaga dan melestarikan alam lingkungan sekitarnya. Kehidupan Masyarakat Kampung Naga
memiliki ciri khas yang menjadikan ketertarikan sendiri untuk dikaji. Leluhur, alam, serta masyarakat
Kampung Naga seperti berkelindan dan menyatu secara harmonis hingga saat ini.

Kondisi geomorfologis Kampung Naga yang berada di lembah perbukitan menyiratkan ada
“perjuangan dan usaha” yang lebih berat daripada hidup di kawasan yang normal pada umumnya.
Ditambah bagaimana masyarakat Kampung Naga dapat survive untuk hidup dan berdinamika hingga
saat ini.

Anda mungkin juga menyukai