Anda di halaman 1dari 3

Perkembangan Embrio Ayam

Latar Belakang

Makhluk hidup pada dasarnya memiliki kemampuan dalam mempertahankan jenisnya,


dimulai dari tingkat uniseluler hingga tingkat multiseluler. Hal tersebut merupakan upaya yang
bertujuan untuk menjaga keberlangsungan spesiesnya di muka bumi. Upaya dalam
mempertahankan keberadaan spesiesnya tersebut dimulai sejak proses reproduksi hingga proses
pertumbuhan. Setiap spesies memiliki cara tersendiri dalam bereproduksi begitu pula proses
pertumbuhannya. Avertebrata merupakan kelompok hewan yang proses reproduksinya cukup
sederhana, sedangkan hewan vertebrata merupakan kelompok hewan yang memiliki proses
reproduksi yang kompleks dan melibatkan banyak organ reproduksi. Pada prosesnya, terdapat
sejumlah hormon reproduksi, saluran reproduksi, dan sel kelamin yang memiliki fungsi masing-
masing dalam menunjang proses reproduksi.

Pada proses reproduksi, terdapat rangkaian tahapan perkembangan embrio atau janin
yang dapat diketahui dan diamati pada tiap spesies hewan, mulai dari reptil, pisces, mamalia, dan
aves. Pada kelompok aves, khususnya ayam (Gallus gallus dometicus), perkembangan embrio
dimulai dari tahap fertilisasi, blastulasi, gastrulasi, neurolasi, dan organogenesis (Murphy, 2015).
Fertilisasi merupakan proses penggabungan sel kelamin jantan dengan sel kelamin betina yang
membentuk zigot, kemudian zigot akan mengalami pembelahan secara mitosis. Blastula
merupakan lanjutan dari sstadium pembelahan berupa massa blastomer yang membentuk dasar
calon tubuh ayam dimana pada tahap ini akan terbentuk blastoselom. Proses berikutnya dari
stadium blastula adalah gastrula yang tahap akhir dari proses ini ditandai dengan terbentuknya
gastroselum dan sumbu embrio sehingga embrio mulai tumbuh memanjang. Tubulasi merupakan
tahap lanjutan dari proses stadium gastrula. Pada stadium ini, embrio disebut sebagai neurula
karena terjadi tahap neurulasi yaitu pembentukan bumbung neural. Organogenesis merupakan
tahap selanjutnya yaitu perkembangan dari bentuk primitif embrio menjadi bentuk definitif yang
memiliki wujud dan rupa menciri dalam satu spesies (Kusumawati et al., 2016).
Dengan mengetahui dan mempelajari proses prekembangan embrio pada ayam, akan
memberikan pengaruh dan manfaat dalam proses manajemen penetasan, karena hal tersebut akan
menentukan faktor yang mempengaruhi perkembangan embrio ayam.

Sebagaimana diketahui, peternakan ayam di Indonesia memiliki berbagai macam hasil


produksi, dimana salah satunya adalah telur. Dalam menghasilkan telur, ayam melakukan proses
reproduksi melalui pembuahan atau fertilisasi internal. Terjadi perkembangan yang pesat pada
bidang usaha peternakan ayam ras petelur yang umumnya bersifat komersial (Pelafu et al.,
2018). Sehingga pada bisnis peternakan ayam petelur saat ini teradapat peluang yang cukup baik
untuk dikembangkan (Widyantara et al. 2017).

Salah satu proses penting pada peternakan ayam adalah pemilihan telur yang akan
ditetaskan dan yang akan dikonsumsi untuk kemudian diteruskan ke pasaran. Penentuan tersebut
berdasarkan pemilihan antara telur fertil atau yang infertil. Telur yang fertil kemudian akan
ditetaskan dan yang infertil akan dikelompokkan sebagai telur yang akan dijual ke pasaran.
Pengelompokan tersebut penting dilakukan agar dapat mengurangi penyebaran gas amoniak
yang dikeluarkan telur dengan embrio yang mati didalamnya bilamana pecah.

Metode dalam mendeteksi adanya embrio untuk kemudian dapat diamati proses yang
terjadi, salah satunya adalah dengan cara diteropong, yang dapat dilakukan bahkan oleh teknisi
dan staf kandang menggunakan alat peneropong telur. Selain bermanfaat dalam mengetahui
adanya embrio dalam telur, pengamatan melalui peneropongan juga berguna untuk melihat
perkembangan embrio ayam dalam telur, sehingga akan memberikan informasi mendalam
mengenai penerapan manajemen penetasan yang baik untuk dunia peternakan ayam di Indonesia.

Daftar Pustaka
Kusumawati, A. Febrianty, R. Hananti, S. Dewi, M S. Istiyawati, N. 2016. Perkembangan
Embrio
dan Penentuan Jenis Kelamin DOC (Day-Old Chicken) Ayam Jawa Super. JSV 34 (1).
ISSN: 0126-0421
Murphy, P. 2015. The First Steps To Forming a New Organism Descriptive Embryo.
Developmental Bilogy.
Pelafu, F. Najoan, M. Elly, F H. 2018. Potensi Pengembangan Peternakan Ayam Ras Petelur di
Kabupaten Halmahera Barat. Jurnal Zootek Vol. 38 No. 1: 209-219. ISSN 0852-2626
Widyantara, I.N.P dan I.G.A.K.S. Ardani. 2017. Analisis Strategi Pemasaran Telur Ayam (Studi
Kasus di Desa Pesedahan dan Bugbug, Kabupaten Karangaem). E-Jurnal Manajemen Unud
6 (7): 3766-3793.

Anda mungkin juga menyukai