Anda di halaman 1dari 11

ANALISA PENGARUH RETENTION TIME TERHADAP PERSENTASE KADAR KOTORAN

PADA CRUDE PALM OIL (CPO)

St. Nugroho Kristono (Dosen Tetap Fakultas Teknik Unika Atma Jaya)
Istianto Budhi Rahardja
Anita Rahayu

Abstrak

Retention time merupakan metode pengendapan pada suatu zat cair untuk menurunkan partikel-
partikel berat dan sangat kecil di dalam suatu bejana. Metode ini menggunakan waktu tunggu untuk
menurunkan kotoran yang terikut/terbawa oleh Crude Palm oil (CPO) yang masuk dalam bejana, dan
memurnikan CPO sebelum ditempatkan pada proses akhir (storage tank) dari Pabrik Minyak Kelapa
Sawit.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2011 bertempat di Pabrik Kelapa Sawit Baras
Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
Retention Time terhadap persentase kadar kotoran pada Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa Retention time memiliki hubungan negatif atau
berbanding terbalik terhadap kadar kotoran yaitu semakin lama retention time maka kadar kotoran pada
CPO akan semakin rendah. Besarnya pengaruh retention time terhadap kadar kotoran dari hasil analisa
statistik yaitu sebesar 63,895% dan sisanya sebanyak 36,105% dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Kata kunci : Retention time, Pabrik Kelapa Sawit, Crude Palm Oil
PENDAHULUAN sawit menjadi CPO. Minyak yang dialirkan ke
stasiun klarifikasi berasal dari stasiun digester
Produk hasil pengolahan TBS kelapa dan press. Minyak tersebut masih banyak
sawit di PMKS (Pabrik Minyak Kelapa Sawit) mengandung kadar kotoran, kadar air, pasir serta
adalah Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel lumpur sehingga perlu diproses lebih lanjut agar
(PK). Proses pengolahan kelapa sawit menjadi dihasilkan kualitas CPO yang sesuai dengan
minyak mentah atau CPO di PMKS BARAS standar. Mutu CPO dapat dilihat melalui
umumnya sama dengan pabrik lainnya. Proses parameter-parameter seperti % ALB, % Dirt, %
pengolahan diawali dari stasiun penerimaan buah Moisture dan (DOBI). ALB (Asam Lemak
(buch reception), stasiun rebusan (sterilizer), Bebas) merupakan parameter yang digunakan
stasiun pemipilan (thresher), stasiun pencacahan untuk mengetahui persentase asam lemak bebas
dan pengempaan (digester and press), stasiun di dalam CPO yang timbul akibat reaksi
pemurnian (clarification), serta stasiun hidrolisis dari aktifitas enzim lipase dan oksidase.
pemisahan biji dan kernel (kernel plant). Reaksi hidrolisis menyebabkan flavor dan bau
Pengolahan tersebut dibantu oleh beberapa tengik pada minyak tersebut (Ketaren,1986).
stasiun pendukung yaitu stasiun pengolahan air Moisture atau kadar air merupakan parameter
(water treatment), pembangkit tenaga listrik yang digunakan untuk mengetahui kadar air yang
(power plant), laboratorium (laboratory), terkandung di dalam minyak. Kandungan kadar
penimbunan produk (bulking), dan bengkel air yang tinggi di atas 0,1 % akan akan
(workshop). membantu proses hidrolisis. Dirt atau kadar
Stasiun pemurnian atau klarifikasi kotoran yaitu banyaknya kandungan zat yang
merupakan stasiun terakhir untuk pengolahan tidak dapat larut dalam pelarut minyak.

20
Deodorized Of Bleacing Ability Index (DOBI) ) performa pada peralatan-peralatan sebelumnya.
adalah nilai yang menggambarkan tingkat Peralatan tersebut meliputi tangki-tangki yang
kerusakan minyak dalam proses pengolahan bekerja melalui prinsip pengendapan di stasiun
seperti oksidasi. klarifikasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi
Kualitas CPO di PMKS BARAS seperti keberhasilan proses pengendapan yaitu retention
ALB, Moisture dan DOBI masih memenuhi time atau lamanya minyak bertahan di dalam
standar yang ditetapkan. Sedangkan % dirt atau tangki.
kadar kotoran belum memenuhi standar yaitu < Berdasarkan uraian diatas, maka perlu
0,015 %. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik dilakukan kajian mengenai pengaruh retention
persentase kadar kotoran di PMKS BARAS time terhadap kadar kotoran pada CPO.
selama 2 tahun terakhir yang dapat dilihat pada
pada Gambar 1.

0,040
0,035
Persentase (%)

0,030
0,025
2010
0,020
0,015 2011
0,010 2012
0,005
Standar
0,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan

Gambar 1. Grafik Persentase Kadar Kotoran


CPO Tahun 2010-2011

Pabrik pengolahan kelapa sawit


umumnya menggunakan purifier untuk
mengurangi kadar kotoran yang terkandung di
Gambar 2. Alur Proses Pemurnian di Stasiun
dalam CPO. Purifier yang biasanya terpasang di
Klarifikasi
stasiun klarifikasi ini berfungsi untuk mengurangi
kadar kotoran pada minyak hingga < 0,02%, LANDASAN TEORI
sebelum minyak tersebut diumpankan ke unit Minyak hasil ekstraksi keluaran mesin
vacuum drier. Namun pada PMKS BARAS alat press masih mengandung campuran air dan
tersebut tidak digunakan karena membutuhkan padatan bukan minyak atau Non Oil Solid (NOS).
biaya perawatan yang tinggi. Alur proses Untuk memisahkan minyak dari fase lainnya
pemurnian di stasiun klarifikasi PMKS BARAS perlu dilakukan pemurnian yang di stasiun
dapat dilihat pada Gambar 2. klarifikasi, sehingga diperoleh kualitas minyak
Pabrik kelapa sawit yang tidak yang sesuai dengan standar. Proses pemurnian
menggunakan purfier dapat menghasilkan minyak di stasiun klarifikasi dapat dibagi
kualitas CPO dengan kadar kotoran yang sesuai menjadi tahapan-tahapan berikut:
dengan standar, dengan cara memaksimalkan

21
a. Penyaringan (filtrasi) CST yaitu untuk memisahkan crude oil dan
Penyaringan atau filtrasi adalah proses sludge berdasarkan prinsip gravitasi. Crude oil
pemisahan crude oil dari fiber, cangkang- akan terpisah dari sludge akibat adanya
cangkang halus dan partikel lainnya dengan perbedaan berat jenis. Sludge dengan berat jenis
menggunakan alat penyaring. Penyaringan 1,3 gr/cm3mengendap pada lapisan bawah,
bertujuan untuk menurunkan viskositas sedangkan crude oil dengan berat jenis lebih
(kekentalan) minyak agar proses selanjutnya rendah sebesar 0,88 gr/cm3akan terdapat pada
lebih efisien. lapisan atas. Minyak pada lapisan atas dikutip
b. Pengendapan (sedimentasi), oleh skimmer dan dialirkan ke Pure Oil Tank
Sedimentasi yaitu metode pemisahan kotoran (POT), sementara sludge keluar melaui
dari crude oil dengan cara pengendapan. underflow menuju sludge tank. Pada CST
Pemisahan ini didasarkan pada prinsip terdapat stirrer yang berputar dengan kecepatan 3
grafitasi dan perbedaan berat jenis partikel rpm dan berfungsi untuk membantu proses
yang dipisahkan. Partikel lebih berat dari pemisahan dengan cara mengaduk serta memecah
minyak seperti air, lumpur, pasir dan sludge antara lapisan minyak dan sludge. Bentuk CST
akan mengendap, sementara minyak yang dapat dilhat pada Gambar 3.
berat jenis partikelnya lebih ringan akan naik
dan berada di lapisan atas. Fungsi dari tahapan
pengendapan adalah untuk mendapatkan
minyak semaksimal mungkin dengan
pencapaian kualitas minyak moisture ≤ 1%
dan dirt ≤ 0,05%.
c. Centrifugasi
Centrifugasi merupakan pemisahan kotoran
dari crude oil dengan prinsip gaya centrifugal,
yakni partikel yang mempunyai berat jenis
lebih besar (sludge) akan terlempar keluar
sedangkan partikel yang ringan (minyak) akan
cenderung terpusat.
d. Pemurnian (purifikasi)
Pemurnian atau purifikasi adalah proses untuk
mengurangi kadar air dan kotoran-kotoran Gambar 3. Continous Settling Tank (CST)
yang sangat ringan yang masih terkandung Performa dari CST perlu dijaga untuk
dalam crude oil. menghasilkan pemisahan yang baik. beberapa hal
yang perlu diperhatikan adalah:
1. Continous Settling Tank (CST) a. Suhu
Salah satu peralatan yang terdapat di Suhu akan mempengaruhi viskositas atau
stasiun klarifikasi adalah tangki CST. Fungsi dari kekentalan crude oil. Viskositas yang tinggi akan

22
membuat proses pengadukan oleh stirrer bekerja Untuk menghitung retention time dapat dilakukan
lebih berat serta menyebabkan pemisahan antara dengan membagi volume tangki dengan debit
minyak dengan sludge menjadi lebih sulit dan umpan yang masuk ke dalam tangki, maka akan
tidak optimal. Oleh karena itu temperatur pada diperoleh perhitungan retention time pada tangki
CST dijaga pada 900C-950C untuk seperti Persamaan (1). Persamaan tersebut tidak
mempermudah proses pemisahan. hanya berlaku untuk menghitung retention time
b. Level oil layer di CST di CST tetapi juga tangki-tangki lainnya di
Level oil layer atau ketebalan minyak di stasiun klarifikasi.
CST dijaga pada kisaran 45-60 cm sebelum
dikutip oleh skimmer. Ketebalan minyak di CST
akan mempengaruhi kualitas CPO yang
dihasilkan terutama kadar kotoran. Semakin tebal
level oil layer maka kadar kotoran yang METODOLOGI
dihasilkan semakin rendah. semakin tipis
ketebalan minyak maka kadar kotoran akan Waktu dan Tempat
semakin tinggi. Namun ketebalan minyak tetap Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
perlu dibatasi untuk menghindari minyak yang Mei 2011 bertempat di Pabrik Kelapa Sawit
terikut dalam underflow. Baras Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi
c. Turbulensi Barat.
Turbulensi adalah aliran fluida yang
Alat dan Bahan
tidak menentu karena mengalami pencampuran
Peralatan yang digunakan dalam
serta putaran partikel. Pada tangki-tangki di
pelaksanaan kajian ini meliputi : Botol sampel,
stasiun klarifikasi sangat diharapkan tidak
Oven, Desikator, Whatman Filter No. 40,
terdapat turbulensi karena akan mempersulit
Crucible porselin, Timbangan analitik,
proses pemisahan crude oil akibat adanya gejolak
Erlenmeyer, Vacuum pump, Beaker glass 1000
dalam aliran.
ml. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan
d. Retention time
terdiri atas : N-heksane, Sampel crude oil dari
Retention time adalah lamanya minyak
tangki COT, CST, dan POT.
tertahan di dalam tangki CST dimulai saat
minyak masuk hingga keluar tangki. Semakin
Metode Penelitian
lama minyak berada di dalam CST berarti
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa
pengendapan yang terjadi semakin lama pula,
tahapan-tahapan sebagai berikut:
sehingga pemisahan yang dihasilkan semakin
1. Pra pelaksanaan
baik dan sludge akan mengendap pada bagian
Pada tahapan ini dilakukan identifikasi
dasar tangki. Faktor-faktor yang mempengaruhi
permasalahan maupun modifikasi yang
lamanya minyak di dalam CST yaitu volume
diterapkan di PMKS BARAS. Proses identifikasi
tangki, debit umpan masuk, drain tangki,
menemukan permasalahan mengenai kualitas
kapasitas olah TBS.
CPO produksi di PMKS BARAS yaitu persentase

23
kadar kotoran yang belum memenuhi standar - Masing-masing sampel ditimbang
yang ditetapkan. Selanjutnya dilakukan sebanyak 5 gram di dalam erlenmeyer
penentuan titik pengambilan sampel di stasiun (W0) kemudian dilarutkan dengan n-
klarifikasi. hexane sekitar 50 ml
- Crucible yang telah didinginkan di dalam
2. Pelaksanaan Pengujian
desikator ditimbang dan dicatat berat
Pelaksanaan pengujian dilakukan dengan
kosongnya (W1).
cara sebagai berikut :
- Crucible dipasang pada vacuum pump
a. Teknik pengambilan sampel
selanjutnya sampel dituangkan ke dalam
Pengambilan sampel dilakukan setiap 2 jam
crucible tersebut.
sekali dalam 1 shift. Setelah pertukaran shift
- Pada saat penyaringan crucible dibilas
sampel tersebut kemudian dikumpulkan dan
dengan n-hexane hingga tidak ada minyak
dianalisa di laboratorium PMKS Baras. Titik-
yang masih menempel di sekelilingnya.
titik pengambilan sampel sebagai berikut :
- Setelah semua tersaring, crucible dilepas
1. Sekat pertama (inlet) dan ketiga (outlet)
dari vacuum pump kemudian disimpan ke
COT
dalam oven selama 5 menit dan
2. Skimmer CST (outlet CST)
didinginkan di dalam desikator selama 30
3. Overflow POT 1 (outlet POT 1)
menit
4. Float tank (outlet POT)
- Setelah didinginkan crucible ditimbang
kembali (W2) dan catat hasilnya.
b. Prosedur analisa pengujian kadar kotoran
Sampel-sampel dianalisa di laboratorium Untuk mengetahui besarnya pesentase
untuk mengetahui kadar kotoran yang kadar kotoran yang terkandung di dalam sampel
terkandung dalam crude palm oil dari masing- crude palm oil dari tiap-tiap tangki dapat dihitung
masing tangki dengan langkah-langkah melaui rumus kadar kotoran pada Persamaan
berikut : (2).
1. Persiapan analisa
- Whatman filter atau kertas saring
dimasukkan ke dalam crucible kemudian
dibilas dengan n-hexane. Setelah dibilas Dimana :
dimasukkan ke dalam oven selama 5 menit A = Berat sampel, gram
dengan suhu 900C. Selanjutnya crucible B = Berat Crucible kosong, gram
didinginkan ke dalam desikator dalam C = Berat Crucible + kotoran, gram
waktu 30 menit.
- Sampel di-oven selama 5 menit dengan Sedangkan untuk mengetahui persentase
suhu 900C kemudian sampel diaduk agar kemampuan tiap tangki dalam menurunkan kadar
homogen. kotoran pada minyak dapat dihitung melalui
2. Pelaksanaan analisa kadar kotoran Persamaan (3), yaitu membagi selisih persentase
kadar kotoran umpan yang masuk ke dalam

24
tangki (inlet) dan keluar tangki (outlet) dengan time di COT berdasarkan Persamaan (1) adalah
persentase kadar kotoran umpan masuk (inlet) 20ton /(63%  45ton / jam) 100%  0,7 jam
seperti berikut: atau selama 42 menit. Dengan waktu retention
time yang singkat tersebut COT hanya mampu
mengurangi kotoran yang berat seperti pasir.
Untuk mengetahui kemampuan tangki
COT menurunkan kadar kotoran dengan
c. Pengujian pengaruh Retention Time
terhadap kadar kotoran CPO retention time selama 42 menit dapat dilakukan
Percobaan untuk mengetahui pengaruh dengan menganalisa kadar kotoran pada crude oil
retention time terhadap kadar kotoran dilakukan yang keluar dari vibrating screen (inlet COT) dan
dengan mengambil sampel di buffer tank (inlet keluar dari COT (outlet) menuju buffer tank.
CST) 2 jam setelah proses. Untuk menjaga Hasil analisa dapat dilihat pada Tabel 2.
validasi data digunakan 3 sampel dengan Tabel 2.Persentase Penurunan Kadar Kotoran
perlakuan yang sama. Sampel diambil sebanyak di COT

1000 ml dan dimasukkan ke dalam beaker glass. Tanggal In COT Out COT
Sampel dibedakan dengan pemberian nomor 07-Mei-11 0,151 0,090
1,2,3 dan disimpan di dalam oven dengan suhu 10-Mei-11 0,111 0,073
900C. Masing-masing sampel diaduk hingga 11-Mei-11 0,096 0,085
homogen kemudian dilakukan analisa kadar 15-Mei-11 0,097 0,083
kotoran awal. Sampel kembali disimpan ke dalam 16-Mei-11 0,093 0,084
oven dan diendapkan hingga 8 jam. Pada jam ke Rata-rata 0,110 0,083
Sumber : Data Olahan (2011)
4,5,6,7,8 sampel tersebut dianalisa untuk
mengetahui penurunan kadar kotoran pada jam
Berdasarkan data pada Tabel 2
ke 4,5,6,7 dan 8.
kandungan kadar kotoran umpan ke COT adalah
0,110%. Sedangkan kandungan kadar kotoran
HASIL DAN PEMBAHASAN
output COT berkurang menjadi 0,083%. Dengan
demikian tangki COT mampu mengurangi kadar
Performa Tangki Crude Oil Tank (COT)
kotoran pada Crude Oil sebesar 0,027%. Dari
Crude Oil Tank di PMKS Agribaras
hasil tersebut dapat diketahui persentase
berbentuk persegi panjang yang memiliki 3 sekat.
penurunan kadar kotoran di COT melalui
Aliran crude oil pada sekat pertama mengalir
Persamaan (3) adalah sebesar :
secara overflow menuju sekat kedua dan mengalir
secara underflow ke dalam sekat ketiga. COT
dilengkapi dengan pemanas steam inject yang
berfungsi untuk mempertahankan suhu crude oil
pada kisaran 900-950C. Kapasitas COT di PMKS Performa Tangki Continous Settling Tank
(CST)
Baras yaitu sebesar 20 ton dan dimensi tangki
CST merupakan tangki pengendapan
4,5m x 3m x 1,5m. Mass balance sebesar 63%
crude oil yang dihasilkan dari proses ekstraksi
dan kapasitas pabrik 45 ton/jam maka retention

25
oleh mesin press. Berdasarkan literatur, faktor- Berdasarkan Tabel 3 di atas maka dapat
faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses dilihat penurunan kadar kotoran crude oil yang
pemisahan pada tangki CST adalah suhu, oil level keluar dari COT dan setelah mengalami
layer, retention time, dan turbulensi. Suhu di pengendapan di dalam tangki CST. Kadar
tangki dipertahankan pada kisaran 900C-950C kotoran umpan awal yang keluar dari COT
untuk menjaga viskositas minyak sehingga sebesar 0,083% dan berkurang menjadi 0,05%
memudahkan proses pemisahan. setelah diendapkan di dalam CST. Artinya tangki
Pengutipan minyak oleh skimmer CST mampu mengurangi kadar kotoran yang
dilakukan jika minyak di CST telah mencapai oil terkandung dalam crude oil sebesar 0,033%.
level layer atau ketebalan 45-60 cm. Turbulensi Maka persentase penurunanan kadar kotoran di
tidak boleh terjadi di dalam tangki karena akan tangki CST dapat berdasarkan Persamaan (3)
mengakibatkan gejolak pada minyak yang yaitu sebesar :
mengakibatkan sludge dan minyak sulit terpisah.
(0,083% - 0,050%)/(0,083%)×100% = 39,8%.
PMKS Baras memilki tangki CST dengan
Dengan demikian pemisahan di tangki
kapasitas 135 ton dan kapasitas pabrik sebesar 45
CST mampu mengurangi kadar kotoran yang
ton/jam. Umpan yang masuk ke dalam CST
terkandung dalam crude oil dengan efisiensi
berdasarkan material balance yaitu sebesar 72 %
sebesar 39,8%.
terhadap TBS yang diolah maka retention time
pada tangki CST berdasarkan perhitungan
Performa Tangki Pure Oil Tank (POT)
menggunakan Persamaan (1) akan diperoleh
PMKS Baras memiliki 2 tangki POT
retention time sebesar :
yang dipasang secara seri dengan kapasitas 30
135ton /(72%  45ton / jam) 100%  4,2 jam
ton dan 15 ton. Minyak yang dikutip oleh
Lama pengendapan crude oil di tangki
skimmer pada tangki CST dilalirkan ke dalam
CST yaitu 4,2 jam berati crude oil yang diumpan
POT. Minyak ini masih mengandung air dan
dari press akan berada di dalam tangki CST
kotoran-kotoran yang lebih ringan. Di dalam
selama 4,2 jam. Dengan waktu selama itu CST
POT dilengkapi pemanas yang berfungsi untuk
mampu mengurangi kadar kotoran yang dapat
menjaga suhu minyak agar memudahkan
dilihat pada Tabel 3.
pemisahan. Aliran POT 1 ke POT 2 berlangsung
Tabel 3. Persentase Penurunan Kadar
Kotoran di CST secara overflow, begitu pula aliran yang ke luar

Tanggal Outlet COT Skimer CST dari POT 2 ke dalam float tank.

07-Mei-11 0,090 0,047 Suhu di POT akan mempengaruhi pada

10-Mei-11 0,073 0,053 proses selanjutnya karena tidak ada lagi

11-Mei-11 0,085 0,055 pemanasan pada proses berikutnya. Pada tangki


POT juga akan terjadi pengurangan kadar
15-Mei-11 0,083 0,053
kotoran karena pada tangki ini pun terjadi
16-Mei-11 0,084 0,042
pengendapan. Umpan yang masuk ke dalam POT
Rata-Rata 0,083 0,050
Sumber : Data Olahan (2011) berdasarkan material balance adalah sebesar
22% maka lama pengendapan di tangki POT 1

26
dan POT 2 dapat dihitung melalui Persamaan Dengan demikian tangki kedua tangki POT di
(1) sehingga diperoleh retention time di POT 1 PMKS BARAS jika digabungkan mampu
yaitu : menurunkan kadar kotoran dengan persentase
Sedangkan Retention time di POT 2 adalah: penurunan yang dihitung melalui Persamaan (3)
yakni sebesar :
Lama pengendapan di tangki POT
berdasarkan perhitungan di atas adalah selama Retention time antara POT 1 dan POT 2
4,5 jam yaitu 3 jam pada POT 1 dan 1,5 jam pada berbeda. Menurut literatur lamanya retention
POT 2. Untuk mengetahui kemampuan tangki time akan mempengaruhi proses pemisahan. Hal
POT di PMKS Agribaras dalam menurunkan ini berarti semakin lama retention time maka
kadaar kotoran dapat dilakukan dengan pemisahan yang terjadi akan semakin baik
menganalisa umpan yang masuk dan keluar dari sehingga kandungan kadar kotoran pun semakin
POT. Hasil analisa kadar kotoran di tangki POT rendah. sesuia literatur maka proses pemisahan
dengan retensi selama 4,5 jam dapat dilihat pada pada POT 1 harus lebih baik dengan retention
Tabel 4. time 4 jam dibanding POT 2 yang memiliki
Tabel 4.Persentase Penurunan Kadar Kotoran retention time 1,5 jam. Untuk membuktikannya
di POT
dapat dilihat melalui perbedaan persentase
Tanggal Skimer CST Float Tank kemampuan POT 1 dan POT 2 dalam
07-Mei-11 0,047 0,028 menurunkan kadar kotoran. Penurunan kadar
10-Mei-11 0,053 0,032 kotoran di POT 1 dilakukan dengan menganalisa
11-Mei-11 0,055 0,033 kadar kotoran minyak yang masuk (skimmer) dan
15-Mei-11 0,053 0,031 keluar dari POT 1 (overflow POT 1). Sedangkan
16-Mei-11 0,042 0,025 untuk mengetahui penurunan kadar kotoran di
Rata-Rata 0,050 0,030 POT 2 dapat dilakukan dengan membandingkan
Sumber : Data Olahan (2011) kadar kotoran overflow POT 1 dan float tank.
Umpan yang masuk ke dalam POT Hasil analisa dapat dilihat pada Tabel 5.
berasal dari skimmer dan keluarannya akan
dialirkan ke dalam float tank. Float tank adalah Tabel 5.Persentase Penurunan Kadar Kotoran
kotak persegi dengan dimensi yang kecil dan di POT 1 dan POT 2

berfungsi untuk menjaga umpan yang masuk ke Skimer Overflow Float


Tanggal
CST POT 1 Tank
dalam vacuum drier. Umpan yang masuk ke
07-Mei-11 0,047 0,037 0,028
dalam float tank adalah minyak yang mengalir
10-Mei-11 0,053 0,038 0,032
secara overflow dari POT 2. Berdasarkan Tabel
11-Mei-11 0,055 0,038 0,033
4 kadar kotoran dari skimmer yang akan masuk
15-Mei-11 0,053 0,037 0,031
ke dalam tangki POT adalah 0,05% sedangkan
16-Mei-11 0,042 0,035 0,025
kadar kotoran setelah keluar dari POT berkurang
menjadi 0,030%. Maka kadar kotoran setelah Rata-Rata 0,050 0,037 0,030
Sumber : Data Olahan 2011
diendapkan di POT berkurang sebesar 0,020%.

27
Kadar kotoran pada minyak setelah kadar kotoran minyak sebelum masuk ke dalam
masuk ke dalam POT 1 berkurang sebesar purifier adalah < 0,05% (AAL) sementara hasil
0,013% maka persentase kemampuan POT 1 analisa diperoleh kadar kotoran keluaran POT
menurunkan kadar kotoran yaitu sebesar : adalah 0,030 artinya kerja tangki-tangki di
stasiun klarifikasi dalam kondisi normal. Namun
Sedangkan kadar kotoran pada minyak persentase kadar kotoran outletvacuum drier
berkurang sebesar 0,007% sehingga persentase yang akan dikirim ke storage tank belum
kemampuan POT 2 menurunkan kadar kotoran memenuhi standar yaitu 0,015%. Salah satu
yaitu sebesar : penyebab tidak tercapainya adalah tidak adanya
unit purifier yang biasa digunakan untuk
Kemampuan menurunkan kadar kotoran mengurangi kadar kotoran pada minyak.
pada POT 1 lebih besar daripada POT 2hal ini
0,1
sesuai dengan teori yang ada.

Persentase (%)
0,08
0,06
Dari hasil analisa diperoleh bahwa tangki 0,04
0,02
yang memiliki persentase penrunan kadar kotoran 0
Dirt
tertinggi hingga yang terendah berturut-turut
adalah POT, CST, dan COT. Jika dibandingkan
dengan retetention time maka tangki yang Tangki

memiliki retention time yang terlama hingga


tercepat adalah POT, CST, dan COT. Hal Gambar 4. Grafik Presentase Kadar Kotoran di
Stasiun Klarifikasi
tersebut menunjukkan adanya pengaruh retention
time terhadap persentase kadar kotoran. Untuk
PMKS Baras adalah pabrik kelapa sawit
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.
yang di-design dalam kondisi ideal yaitu
Tabel 6. Perbandingan Persentase Penurunan menggunakan purifier. Dengan tidak adanya
Kadar Kotoran
purifier, maka tangki-tangki pemisahan seperti
Persentase
Retention COT, CST, dan POT harus mampu mengurangi
Tangki Penurunan Kadar
Time Kotoran (%) kadar kotoran pada minyak lebih maksimal.
POT 4,5 jam 40 Untuk memaksimalkan tangki-tangki tersebut
CST 4,2 jam 39,8
COT 42 menit 24,54 perlu diketahui faktor-faktor yang berpengaruh
Sumber : Data Olahan (2011) terhadap kadar kotoran yakni suhu, level oil
Berdasarkan data hasil analisa yang layer, turbulensi, dan retention time. Dari hasil
diperoleh pada tangki COT, CST, dan POT, identifikasi tidak ada masalah pada suhu di
kadar kotoran pada minyak mengalami tangki-tangki klarifikasi karena semua masih
penurunan seperti yang terlihat pada Gambar 4. berada pada 900C-950C. Sedangkan level oil
Gambar tersebut memperlihatkan grafik layer dan turbulensi pun tidak ditemukan adanya
penurunan kadar kotoran crude oil dalam proses masalah. Sementara dari hasil analisa performa
pemurnian di stasiun klarifikasi sesuai dengan tangki COT, CST, dan POT yang telah
fungsi dan tujuan stasiun klarifikasi. Standar

28
dilakukam terlihat adanya pengaruh retention
time terhadap kadar kotoran.

Pengaruh Retention Time Terhadap


Persentase Kadar Kotoran pada CPO

Retention time pada tangki-tangki


terutama CST dengan waktu 4-5 jam adalah
waktu pemisahan yang baik (Naibaho.2008).
Namun kondisi tersebut adalah untuk pabrik yang
menggunakan purifier. Oleh karena itu dilakukan Gambar 5 diatas menunjukkan adanya
suatu percobaan untuk mengetahui besarnya hubungan yang berbanding terbalik antara lama
pengaruh retention time terhadap kadar kotoran pengendapan atau retention time dengan
melalui skala laboratorium. persentase kadar kotoran yaitu semakin lama
Sampel yang digunakan untuk pengendapan maka persentase kadar kotoran
melakukan percobaan ini diambil dari outlet COT pada minyak semakin rendah.
yaitu crude oil yang akan diumpan ke dalam Hasil tersebut menunjukkan bahwa
CST. Retention time merupakan lamanya crude tingkat hubungan antara retention time dengan
oil bertahan di dalam tangki, maka untuk kadar kotoran adalah kuat dan arah hubungan
melakukan uji laboratorium retention time yang dihasilkan yaitu pengaruh yang dihasilkan
dilakukan cara mengendapkan sampel dengan retention time terhadap kadar kotoran yaitu
waktu yang telah ditentukan. Hasil percobaan sebesar 63,895% dan selebihnya dipengaruhi
untuk mengetahui pengaruh retention time oleh faktor lain.
terhadap kadar kotoran dapat dilihat pada Tabel
7.
Tabel 7. Data Percobaan Pengaruh Retention
36,105
Time Terhadap Kadar Kotoran Pada 63,895
Minyak Retention
Kadar Kotoran (%) time
Lama
Percobaaan Ke- Rata-Rata Faktor lain
Pengendapan
1 2 3
0 0,139 0,099 0,113 0,119

4 0,051 0,039 0,043 0,045


Gambar 6.Grafik Persentase Pengaruh Retention
5 0,042 0,030 0,036 0,036
Time Terhadap Kadar Kotoran
6 0,025 0,028 0,027 0,027

7 0,023 0,026 0,021 0,025 Retention time di CST PMKS Baras yaitu

8 0,019 0,018 0,017 0,019


4,2 jam maka untuk membuat CST dengan

Sumber : Data Olahan 2011 retention time selama 8 jam perlu dilakukan

Adapun hasil percobaan tersebut jika penambahan kapasitas volume CST. Penambahan

disajikan dalam bentuk grafik dapat dilihat pada retention time ini tidak hanya dapat dilakukan

Gambar 5.

29
pada tangki CST namun juga dapat diterapkan di untuk menambah retention time maka dapat
tangki POT. dilakukan dengan menambah volume kapasitas
Seperti yang telah dijelaskan dalam tangki pengendapan atau dengan memperlambat
literatur, retention time dipengaruhi oleh debit laju aliran minyak dengan pemasangan sekat-
umpan yang masuk. Sedangkan debit sekat pada tangki.
berdasarkan hukum kontinuitas merupakan hasil
perkalian antara kecepatan (m/s) dengan luas
penampang (m2) atau (Q=V×A)i,sehingga untuk DAFTAR PUSTAKA
memperpanjang retention time dapat dilakukan
dengan memperlambat kecepatan aliran CPO
Naibaho, P. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa
yang masuk ke dalam tangki yaitu dengan
Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
memperluas penampang diameter tangki. Untuk Medan
mengurangi laju aliran juga dapat dilakukan
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit.
dengan cara pemasangan sekat-sekat pada tangki. Jakarta. Penebar Swadaya

Young dan Freedman. 2002. Fisika Universitas.


PENUTUP Erlangga. Jakarta

Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari kajian
khusus dengan judul pengaruh retention time
terhadap kadar kotoran pada CPO adalah:
a. Retention time memiliki hubungan negatif
atau berbanding terbalik terhadap kadar
kotoran yaitu semakin lama retention time
maka kadar kotoran pada CPO akan semakin
rendah.
b. Besarnya pengaruh retention time terhadap
kadar kotoran dari hasil analisa statistik yaitu
sebesar 63,895% dan sisanya sebanyak
36,105% dipengaruhi oleh faktor lainnya.
Saran
Kajian ini hanya terbatas pada pengaruh
retention time terhadap kadar kotoran sedangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kotoran
bukan terbatas pada retention time. Oleh karena
itu penulis menyarankan untuk melakukan
analisa terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar kotoran lainnya. Selain itu

30

Anda mungkin juga menyukai