Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/323564720

Komposisi Kimia Cacing Kacang (Sipunculus nudus) di Kabupaten Raja Ampat


dan Kabupaten Manokwari

Article  in  JURNAL SUMBERDAYA AKUATIK INDOPASIFIK · May 2017


DOI: 10.30862/jsai-fpik-unipa.2017.Vol.1.No.1.21

CITATIONS READS

2 609

3 authors, including:

Juliana Leiwakabessy
Bogor Agricultural University
2 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Juliana Leiwakabessy on 11 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Leiwakabessy, et. al : Potensi Komposisi Kimia Cacing Kacang p-ISSN 2550-1232
e-ISSN 2550-0929

KOMPOSISI KIMIA CACING KACANG


(Sipunculus nudus) DI KABUPATEN RAJA AMPAT
DAN KABUPATEN MANOKWARI
Chemical Composition of Sipunculus nudus in Regency Raja Ampat
and Manokwari

Juliana Leiwakabessy 1*, Rico R.R. Mailissa1, Simon P.O. Leatemia1


1
Jurusan Perikanan, FPIK UNIPA, Manokwari, 98314, Indonesia
*
Korespondensi: rljunels@gmail.com

ABSTRAK
Filum Sipuncula adalah biota laut unik, dari penampilan luarnya. Hewan ini mirip
dengan cacing, sehingga diistilahkan peanut worm. Masyarakat pesisir Papua khususnya di
Papua Barat telah memanfaatkan organisme ini sebagai bahan pangan, tetapi komposisi
gizi dari spesies inu belum banyak dibahas. Penelitian dilakukan Maret-April 2014,
bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia dari Sipuncula nudus yang diambil dari
perairan Raja Ampat dan Manokwari. Hasil menunjukkan bahwa kadar air S. nudus dari
Kelurahan Sowi 4 Manokwari) yaitu 8.06%, kadar lemak tertinggi terdapat pada Kampung
Amdui Raja Ampat) yaitu 1.70%, kadar protein tertinggi berasal dari Kampung Amdui
Raja Ampat) yaitu 82.46%, karbohidrat tertinggi berasal dari Kelurahan Sowi 4
Manokwari) yaitu 7.26% dan kadar serat kasar Kelurahan Sowi 4 Manokwari) yaitu 1.05%.
Sedangkan untuk kadar mineral besi dan kalsium tertinggi sampel dari Kampung Amdui
Raja Ampat 11.07 Mg/100g dan kalsium sebesar 297.01Mg/100g. Sedangkan kadar
mineral kalium tertinggi dari lokasi Kelurahan Sowi 4 Manokwari yaitu 207.48Mg/100g.
Perbedaan ukuran panjang dan berat tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap
persentase kandungan gizi dan mineral dari Sipunculus nudus.

Kata kunci: Sipuncula nudus,komposisi gizi (kimia), perairan Raja Ampat, Manokwari

ABSTRACT
Phylum Sipuncula is an unique marine creature, as its external morphology. This
animal like a worm, and thus its name peanut worm. Papua people live in coast nearby ate
this organism as food, but its nutrition status was not yet discussed. Research was done in
March-Paril 2014, with the goal of determining chemical composition of S. nudus taken
from Raja Ampat and Manokwari. Results showed that water content S. nudus of Sowi 4
Manokwari) was 8.06%, highest fat content found on sample of Kampung Amdui Raja
Ampat (1.70%), as well as protein ( 82.46%). The highest carbohydrate was in sample of
Sowi 4 Manokwari (7.26%), but the fibre was in sample of Kampung Amdui Raja
Ampat(11.07 Mg/100g) and 297.01Mg/100g. Other mineral such as kalium od Sowi 4
Manokwari sample was 207.48Mg/100g. The difference on size length and weight were
not affect the percentage of nutrition value of S. nudus.

Key words : Sipuncula nudus, nutrition value (chemical content), Raja Ampat,
Manokwari

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 53


Mailissa, et.al : Potensi Komposisi Kimia Cacing Kacang p-ISSN 2550-1232
e-ISSN 2550-0929

PENDAHULUAN
Papua memilikiperairan yang sangat tinggi protein bagi ikan atau udang-
luas, kurang lebih 750.000 km2. Perairan udangan (Fauchald, 1977 dalam Ager,
me-miliki potensi kekayaan laut yang 2004). Lain halnya dengan Sipuncula,
menunjukan keanekaragaman sumberda- sejauh ini hanya Sipuncula jenis tertentu
ya perikanan. Potensi sumberdaya perika- yang telah di-manfaatkan sebagai bahan
nan yang terkandung terdiri dari potensi makanan, salah satunya adalah S. nudus
sumberdaya ikan, potensi sumberdaya (Pamungkas, 2010).
karang, potensi sumberdaya mangrove, Masyarakat di Raja Ampat dan bebe-
potensi sumberdaya lamun dan potensi rapa daerah pesisir lainnya di Indonesia
sumberdaya perikanan yang dapat diman- telah me-manfaatkan S. nudus sejak lama
faatkan (Anonim, 2012). Salah satu sebagai salah satu bahan makanan, namun
potensi sumberdaya yang dapat diman- belum ada in-formasi tentang kandungan
faatkan adalah Sipuncula. gizi yang ter-kandung dalam daging S.
Filum Sipuncula adalah biota laut nudus. Fakhrurrozi (2011) mengemu-
yang sedikit kontrovertif, dari penampilan kakan komposisi kimia Sipuncula jenis
luarnya, hewan ini mirip dengan cacing. Xenosiphon sp yang terdapat di Kepu-
Dalam baha-sa Inggris, hewan ini bahkan lauan Bangka-Belitung memiliki kandu-
kerap disebut juga dengan istilah peanut ngan gizi yang tinggi. Pemanfaatan S.
worm karena bentuknya yang menyerupai nudus oleh masyarakat juga tidak mem-
kacang tanah (Ano-nim, 2009). Beberapa perhatikan ukuran panjang maupun berat,
literatur juga menyebut hewan ini dengan oleh karena itu informasi tentang potensi
sebutan unsegmented ma-rine worm atau komposisi kimia S. nudus dalam peman-
dalam bahasa Indonesia dise-but cacing faatan sumberdaya perikanan di Papua
laut tak bersegmen (Barnes, 1987). Keha- Barat sangat diperlukan. Adapun tujuan
diran Sipuncula pada ekosistem pesisir dari penelitian ini adalah untuk menge-
memang relatif kurang dikenal jika diban- tahui parameter lingkungan, komposisi
dingkan dengan cacing laut Polikaeta, kimia dan menentukan ukuran panjang
sebab Polikaeta telah diketahui kegunaan dan berat S. nudus yang baik untuk
dan nilai ekonomisnya, yakni sebagai dimanfaatkan berdasarkan komposisi
bioindikator pencemaran dan pakan alami kimia.

Gambar 1. Diagram alir penelitian kandungan gizi dan mineral S. nudus.

54 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id


Leiwakabessy, et. al : Potensi Komposisi Kimia Cacing Kacang p-ISSN 2550-1232
e-ISSN 2550-0929

METODE PENELITIAN ngan gizi dan mineral dilakukan di


Labora-torium Balai Besar Penelitian dan
Waktu dan Tempat Penelitian Pengem-bangan Pasca Panen Pertanian
Bogor. Dia-gram alir penelitian kandu-
Penelitian dilaksanakan pada bulan
ngan gizi dan mineral S. nudus ditunjuk-
Maret sampai April 2014. Lokasi pe-
kan dalam Gambar 1.
ngambilan sampel berada di perairan
pesisir Kam-pung Amdui, Kabupaten
Bahan dan Alat
Raja Ampat (lokasi I) dan pesisir Kelu-
rahan Sowi 4 Kabupaten Manokwari Alat dan bahan yang digunakan
(lokasi II). Pengeringan sampel dilakukan dalam penelitian ini, seperti terlihat pada
di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan pada Tabel 1, 2 dan 3.
Perikanan FPPK UNIPA. Analisis kandu-

Tabel 1. Alat yang digunakan di lapang.


No Alat Manfaat
1 Kertas lakmus Mengukur pH air
2 DO meter Mengukur oksigen
3 pH meter Mengukur derajat keasaman perairan
4 Thermometer Mengukur suhu perairan
5 Soil pH dan Moisture Untuk mengukur kelembaban substrat dan pH substrat
Tester
6 Refaktometer Untuk mengukur salinitas
7 Linggis/parang Untuk menggali substrat
8 Baskom/toples Wadah/tempat pengumpulan S. nudus
9 Kamera digital Dokumentasi
10 Alat tulis menulis Untuk mencatat data di lapang
11 Timbangan digital Untuk menimbang berat sampel
12 Penggaris Untuk mengukur panjang sampel
13 Plastik sampel Untuk menyimpan sampel
14 GPS Untuk memperoleh titik kordinat di lokasi penelitian

Tabel 2. Alat yang digunakan di Laboratorium.


No Alat Manfaat
1 Desikator Alat untuk mendinginkan sampel setelah proses
pengeringan maupun pengabuan
2 Gegep Alat bantu untuk memegang cawan porselin
3 Oven Untuk mengeringkan sampel
4 Timbangan analitik Mengukur bobot sampel
ketelitian 0,1 mg
5 Alat ekstrasi Untuk mengekstrasi sampel
6 Alat destruksi Untuk menghancurkan sampel menjadi komponen
sederhana, sehingga nitrogen dalam bahan terurai dari
ikatan organiknya
7 Alat destilasi Untuk melepaskan nitrogen dalam larutan hasil destruksi
8 Labu kjehdahl Labu/wadah khusus yang digunakan untuk proses
penentuan kadar lemak
9 Labu destilat Penampung larutan hasil destruksi
10 Pemanas/hot plate Untuk memanaskan larutan sampel
11 Penyaring Buchner Untuk menyaring laruran sampel
12 Gelas arloji Wadah untuk menampung bahan bersifat korosit
13 Tanur pengabuan Alat untuk mengabukan sampel
14 Belender Untuk menghancurkan sampel
15 Botol timbang Wadah untuk menimbang sampel
16 Spatula Sendok untuk mengambil sampel

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 55


Mailissa, et.al : Potensi Komposisi Kimia Cacing Kacang p-ISSN 2550-1232
e-ISSN 2550-0929

17 Buret Alat untuk melakukan titrasi sampel


18 Corong Buchner Penyaring larutan sampel
19 AAS Alat untuk penentuan kadar mineral
(Absorption Atommic
Spektrofotometar)
20 Kertas saring whatman Untuk memisahkan antara larutan dan S. nudus (sampel)
21 Gelas piala Wadah yang digunakan pada saat pewarnaan larutan
22 Labu takar Untuk menakarkan larutan tepung S. nudus
23 Gelas ukur Untuk mengukur larutan kimia yang digunakan
24 Erlenmeyar Wadah penampung larutan hasil destilat
25 Lemari pendingin Untuk menjaga kesegaran sampel

Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam penelitian


No Bahan Manfaat
1 Batu didih Menjaga keseimbangan panas larutan
2 Es batu Menjaga kesegaran sampel
3 H2SO4 pekat Sebagai pereaksi yang digunakan untuk reaksi asam-basah
4 Selenium Menstabilikan bahan/larutan sampel
5 CuSO4 5H2O Sebagai pengawet sampel
6 H3BO3 Sebagai pengawet larutan
7 H2SO4 Menetralkan larutan asam ke basa
8 Dietil eter Pelarut senyawa-senyawa organik
9 HCl Untuk titrasi penentuan kadar basa dalam larutan
10 Indicator mixture Campuran larutan untuk penentuan kadar lemak (amonium
milibdat dan amonium venadat)
11 Acetot Pelarut larutan sampel
12 Metanol Mendinginkan sampel setelah dikeluarkan dari oven
13 Asam nitrat Larutan campuran untuk analisis mineral
14 Akuades Air bebas mineral diperoleh dari resin campuran yang di
destilasi sebelum dipakai
15 Larutan stok standar Larutan baku
16 HCl pekat Sebagai pelarut mineral mikro

Metode Penelitian sebanyak 35 individu. Tiap individu


sampel diukur panjang (cm) dan berat (g).
Analisis sampel dilakukan dengan
Sampel dari masing-masing lokasi dike-
metode proksimat (AOAC 2005). Analisis
lompokkan menjadi kelompok berukuran
kandungan mineral menggu-nakan AAS
kecil (a) dan kelompok berukuran besar
(Absorption Atommic Spek-trofotometer),
(b). Sampel dibawa ke Sub Laboratorium
model varian tipe spectra A 30 (AOAC
Mikro-biologi Jurusan Perikanan FPPK
1995).
UNIPA tanpa diawetkan, namun dima-
sukkan ke dalam cool box dan ditam-
Teknik Pengambilan Sampel
bahkan es batu agar sampel tetap segar.
Proses pengambilan contoh sampel Selanjutnya sampel dikirim ke Labo-
diawali dengan pengukuran parameter ratorium Balai Besar Penelitian dan
lingkungan pada lokasi pengambilan sam- Pengembangan Pasca Panen Institut Per-
pel. Metode pengambian sampel S. nudus tanian Bogor.
dilakukan secara acak, dengan waktu
pengambilan saat air surut pada sore hari. Prosedur Penelitian
Sampel S. nudus diambil menggunakan
Tahapan penelitian ini terbagi atas
linggis sebagai alat bantu untuk menggali
dua kegiatan, yaitu 1) pengukuran para-
(Pamungkas, 2010). Sampel yang dipe-
meter lingkungan, panjang dan berat
roleh dari lokasi I (Kam-pung Amdui Raja
sampel S. nudus. 2) analisis komponen
Ampat) sebanyak 50 in-dividu dan pada
lokasi II (Kelurahan Sowi 4 Manokwari)

56 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id


Leiwakabessy, et. al : Potensi Komposisi Kimia Cacing Kacang p-ISSN 2550-1232
e-ISSN 2550-0929

kimia S. nudus yang terdiri atas analisis kuran kecil (a) dan kelompok berukuran
proksimat dan mineral. besar (b).

Pengukuran parameter lingkungan Analisis komposisi kimia S. nudus.


Bertujuan untuk mengetahui para- Pengujian komposisi kimia ini
meter lingkungan, meliputi pH substrat, teridiri atas uji kandungan gizi atau
oksigen terlarut (DO), suhu, pH air, dan proksimat kadar air, kadar abu, kadar
salinitas. protein, kadar lemak dan karbohidrat.
Selain itu dilakukan uji kandungan
Pengukuran Panjang dan Berat S. mineral meliputi kalsium (Ca), kalium
nudus (K), besi (Fe) dan seng (Ze) dan rendemen
(Hustiany 2005). Sampel S. nudus dike-
Panjang S. nudus diperoleh dengan
luarkan dari freezer, dicairkan kemudian
cara mengukur panjang tubuh mulai dari
dikeringkan menggunakan oven pada
bagian ujung anterior sampai posterior,
suhu 40 oC. Daging S. nudus yang sudah
tanpa bagian introvert yang terjulur
kering selanjutnya ditim-bang kembali
keluar. Untuk berat, S. nudus ditimbang
untuk mengetahui penurunan berat setelah
berat utuh dan bagian yang digunakan
dikeringkan. Rendemen merupakan pre-
(tanpa isi perut). Hasil pengukuran sampel
sentase perbandingan antara bagian yang
masing-masing lokasi dibagi menjadi dua
digunakan dengan berat utuh S. nudus
kelompok yaitu kelompok S. nudus beru-
segar, dengan rumus :

Berat bagian yang digunakan (gram)


% Rendemen = x 100%
Berat utuh 𝑆𝑖𝑝𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙𝑢𝑠𝑛𝑢𝑑𝑢𝑠 (gram)

Uji Proksimat (AOAC 2005) A− C


Kadar air = x 100%
Analisis proksimat meliputi uji kadar B−A
Keterangan:
air dan abu dengan metode oven, uji kadar A = berat cawan kosong (g)
lemak menggunakan metode sokhlet, dan B = berat cawan berisi dan sampel sebelum
uji kadar protein menggunakan metode dioven (g)
kjedahl. C = berat cawan berisi sampel setelah dioven
(g)
Analisis kadar air (AOAC 2005)
Analisis kadar abu (AOAC 2005)
Adapun prosedur analisis kadar air
adalah sebagai berikut: kondisikan oven Analisis kadar abu dilakukan
pada suhu yang akan digunakan hingga menggunakan metode oven. Prinsipnya
mencapai kondisi stabil. Cawan kosong adalah pembakaran atau pengabuan
yang akan digunakan, dikeringkan dalam bahan-bahan organik yang diuraikan men-
oven selama 30 menit pada suhu 100-105 jadi air (H2O) dan karbondioksida (CO2),
0 tetapi zat an-organik tidak terbakar. Zat
C. Cawan kosong selanjutnya didi-
nginkan dalam desikator sekitar 30 menit anorganik ini disebut abu. Prosedur
dan ditimbang bobot kosong (A). Sampel analisis kadar abu adalah sebagai berikut:
yang sudah dihaluskan ditimbang seba- cawan porselin yang kosong dipa-naskan
nyak 5 g dan diletakkan dalam cawan (B), dalam oven. Cawan porselin didingin-kan
kemudian dipanaskan dalam oven pada dalam desikator selama 30 menit dan
suhu 100-105 oC selama 6 jam. Cawan ditimbang (A). Sampel sebanyak 5 g
kemudian didinginkan dalam desikator dimasukan ke dalam cawan proselin dan
dan setelah dingin ditimbang kembali (C). ditimbang (B), kemudian cawan yang
Presen-tase kadar air dapat dihitung berisi sampel dimasukan ke dalam oven
dengan rumus : bersuhu 550-600 0C selama 24 jam atau

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 57


Mailissa, et.al : Potensi Komposisi Kimia Cacing Kacang p-ISSN 2550-1232
e-ISSN 2550-0929

sampai pengabuan sempurna yang terlihat dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N
dari abu yang berwarna putih. Setelah sampai larutan berubah menjadi merah
selesai, suhu tungku atau oven pengabuan muda. Analisis blanko dilakukan seperti
diturunkan hingga suhu mencapai 40 0C. prosedur di atas tanpa menggunakan
Cawan porselin dikeluarkan menggu- bahan yang dianalisa. Kadar protein dapat
nakan penjepit dan dimasukkan ke dalam dihitung de-ngan rumus :
desikator selama 30 menit. Apabila abu
belum putih benar, maka harus dilakukan KP
pengabuan kembali. Abu dibasahi (lem- (Va − Vb)HCl x 𝑁HCl x 14.007 x 6.25
= x 100%
babkan) dengan akuades secara bertahap, W x 100
dikeringkan dengan hot plate dan abukan Keterangan :
kembali pada suhu 550-600 0C sampai KP = Kadar Protein
diperoleh berat yang konstan. Suhu Va = ml HCl untuk titrasi sampel
pengabuan diturunkan sampai ± 40 0C lalu Vb = ml HCl untuk titrasi blanko
dipindahkan dari cawan porselin ke dalam N = Normalitas HCl yang digunakan
desikator selama 30 menit, kemudian W = berat sampel
ditimbang bobotnya (C). Segera setelah
dingin, kadar abu dihitung berdasarkan Analisis kadar lemak (AOAC 2005)
persamaan berikut : Analisis kadar lemak dilakukan
A− C dengan menggunakan prosedur dalam
Kadar abu = x 100%
B− A SNI 01-2354.3-2006. Sampel diekstrak
Keterangan: dengan pelarut organik untuk menge-
A = Berat cawan kosong (g)
luarkan lemak dengan cara melakukan
B = Berat cawan berisi sampel sebelum
pengabuan (g) pemanasan pada suhu titik didih selama 8
C = Berat cawan berisi sampel setelah jam Pelarut organik yang mengikat lemak
pengabuan (g) selanjutnya dipisahkan dengan proses
penguapan (evaporasi), sehingga hasil
Analisis kadar protein (AOAC 2005) lemak tertinggal dalam labu. Sampel le-
mak yang diperoleh, dihancurkan hingga
Analisis kadar protein S. nudus homogen dan dimasukan ke dalam wadah
kering dilakukan dengan menghitung total plastik atau gelas yang bersih dan tertutup.
nitrogen yang didasarkan pada reaksi Jika sampel tidak langsung dianalisis,
penetralan asam basa. S. nudus kering dapat disimpan dalam refrigerator atau
yang telah dihaluskan (diblender), ditim- freezer sampai saatnya untuk dianalisis.
bang sebanyak 5 g ke-mudian dimasukan Sampel dikondisikan pada suhu ruangan
ke dalam labu kjeldhal 100 ml, dan dan pastikan sampel masih homogen se-
ditambahkan tablet kjeldahl 2 buah. belum ditimbang. Apabila terjadi pemisa-
Selanjutnya ditambahkan 15 ml H2SO4 han cairan dan sampel, maka diaduk
lalu didestruksi selama ± 30 menit sampai dengan blender sebelum dilakukan penga-
diperoleh cairan yang berwarna hijau matan. Prosedur analisis lemak adalah
jernih. Cairan ini didinginkan, kemudian sebagai berikut: labu alas bulat ditimbang
ditambah akuades 5 ml dan dipindahkan dalam keadaan ko-song (A). Homogenat
ke tabung destilasi, lalu dibilas dengan sampel ditimbang seba-nyak 5 g (B) dan
akuades 5-10 ml. Selanjutnya ke dalam dmasukan ke dalam selongsong lemak
tabung destilasi ditambahkan sebanyak (ekstraction tim-bles). Berturut-turut
10-12 ml larutan NaOH (60 g NaOH + 5 dimasukan 150 ml heksana ke dalam labu
g Na2S2O35H2O dalam 100 ml akuades) alas bulat, selongsong lemak ke dalam
sampai cairan berwarna coklat kehitaman ekstractor sokhlet, dan pasang rang-kaian
dan kemudian didestilasi. Hasil destilasi sokhlet dengan benar. Ekstraksi dilaku-
ditampung dengan gelas erlenmeyer 125 kan pada suhu 60 0C selama 8 jam.
ml yang berisi 10 ml larutan H3BO4 dan 2- Campuran lemak dan heksana dalam labu
3 tetes indikator campuran metil merah alas bulat di-evaporasi sampai kering.
dan metil biru. Hasil destilasi kemudian

58 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id


Leiwakabessy, et. al : Potensi Komposisi Kimia Cacing Kacang p-ISSN 2550-1232
e-ISSN 2550-0929

Labu alas bulat yang berisi lemak W2 = berat contoh (g)


dimasukan ke dalam oven ber-suhu 105 W3 = bobot residu sebelum dibakar dalam
0
C selama kurang lebih 2 jam untuk tanur
menghilangkan sisa heksana dan air. Labu W3 = A – (bobot kertas saring+cawan);
A = bobot residu + kertas saring + cawan
dan lemak didinginkan dalam desikator
selama 30 menit. Timbang bobot labu alas
Analisis kadar karbohidrat (AOAC 2005)
bulat yang berisi lemak (C) sampai berat
konstan. Kadar lemak dalam bahan Perhitungan kadar karbohidrat dila-
pangan dapat dihitung berdasarkan persa- kukan menggunakan metode by difference
maan berikut : yaitu pe-ngurangan 100 % dengan jumlah
C−B dari hasil empat komponen yaitu kadar
KL = x 100% air, protein, lemak dan abu. Perhitungan-
A
Keterangan: nya sebagai berikut:
KL = kadar lemak
A = bobot contoh % Karbohidrat = 100% - (%A+%B+%C+
B = bobot labu lemak dan labu didih %D)
C = bobot labu lemak, batu didih dan lemak Keterangan :
%A = % Air
Analisis Kadar Serat (AOAC 1995) %B = % Lemak
%C = % Protein
Perhitungan kadar serat kasar %D = % Abu
dilakukan dengan melarutkan sampel
kering sebanyak 5 g dengan 100 ml H2SO4 Analisis Mineral
1.25 %, kemudian dipanaskan hingga
mendidih dan didestruksi selama 30 Mineral yang dianalisis pada sampel
menit. Selanjutnya disaring menggu- S. nudus meliputi mineral kalsium (Ca),
nakan kertas saring Whatman dan dengan kali-um (K) dan besi (Fe), kemudian
bantuan corong Buchner. Residu hasil sa- dianalisis dengan Absorption Atommic
ringan dibilas dengan 20-30 ml air Spektrofotometer (AAS). Prinsip penen-
mendidih, kemudian dengan 25 ml air tuan kadar kalsium, kalium dan seng
aseton sebanyak 3 kali. Residu didestruksi adalah melalui proses pelarutan sampel
kembali, di panaskan dengan 100 ml dengan asam klorida, kemudian absor-
NaOH 1.25 % selama 30 menit lalu bansinya diukur dengan menggunakan
disaring dengan cara seperti di atas dan AAS. Pro-sedur analisis mineral kalsium,
dibilas berturut-turut dengan 25 ml H2SO4 kalium dan seng adalah sebagai berikut:
1.25 % mendidih, 2.5 ml air sebanyak tiga sampel yang te-lah kering ditimbang
kali dan 25 ml alkohol. Residu beserta sebanyak 2-5 g, kemu-dian dihancurkan
kertas saring dipindahkan ke cawan por- dan dimasukan ke dalam gelas beaker 100
selin dan dikeringkan dalam oven 130 oC ml yang telah dibilas dengan HCl 1 N.
selama 2 jam. Setelah dingin residu Sampel ditambahkan dengan 25 ml HCl 1
beserta cawan porselin ditimbang (A), N dan disimpan selama 24 jam. Setelah
lalu dimasukkan dalam tanur 600 oC penyimpanan, sampel dikocok dengan
selama 30 menit, didinginkan dan sheker dan disaring dengan kertas
ditimbang kembali (B). Kadar serat kasar whatman No.1 (Yosida et al, 1972).
dapat dihitung dengan rumus :
Analisis Mineral Kalsium (Ca)
𝑤3 − 𝑤1
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟 = ×100 Ekstrak sampel dipipet sebanyak 1
𝑤2 ml, ditambahkan 2 ml larutan lantanum
oksida dan ditambahkan HCl 1 N sampai
Keterangan : volume menjadi 10 ml, kemudian ditera
W1 = bobot residu setelah dibakar dalam
tanur
dengan pe-nambahan akuades sampai
W1 = B - (bobot cawan); volume menjadi 50 ml. Kemudian diukur
B = bobot residu + cawan absorbansi larutan de-ngan AAS pada

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 59


Mailissa, et.al : Potensi Komposisi Kimia Cacing Kacang p-ISSN 2550-1232
e-ISSN 2550-0929

panjang gelombang 285.2 nm untuk kemudian tambahkan akuades sampai


magnesium dan 422.7 nm untuk kal-sium. volume 50 ml dan disaring dengan kertas
saring pen-cucian asam whatman No. 1.
Analisis Mineral Kalium (K) Ekstrak sampel dipipet sebanyak 10 ml,
ditambahkan 1 ml hidroquinon dan 1 ml
Ekstrak sampel dipipet sebanyak 2
ortophenantrolin kemu-dian ditambahkan
ml dan ditambahkan HCl 1 N sampai
sodium sitrat sampai pH menjadi 3.5.
volume menjadi 40 ml, kemudian ditera
Larutan diencerkan dengan aku-ades
dengan pe-nambahan akuades sampai
sampai volume 50 ml dan dipanaskan da-
volume menjadi 50 ml. Kemudian diukur
lam water bath selama 1 jam. Larutan
absorbansi larutan dengan AAS pada
deret standar diperlakukan dengan
panjang gelombang 766.5 nm untuk
pereaksi yang sama dengan ekstrak sa-
kalium dan 213.9 nm untuk seng.
mpel. Absorbansi diukur dengan AAS
pada panjang gelombang 248.3 nm.
Analisis Mineral Besi (Fe)
Prinsip penentuan kadar besi adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
proses pelarutan bahan dengan larutan
asam yang terdiri dari campuran asam Kualitas Perairan
nitrat, asam sulfat dan asam perklorat, Kualitas perairan yaitu sifat dan
kemudian dilan-jutkan dengan proses kandu-ngan berupa materi di dalam air
pemanasan. Prosedur analisis mineral besi seperti makhluk hidup, zat, energi,
adalah sebagai berikut: sampel yang telah maupun kom-ponen lain di dalam air
kering ditimbang sebanyak 2-5 g, kemu- (Effendi, 2007). Suatu lingkungan pera-
dian dihancurkan. Larutan asam campu- iran jika didukung oleh kualitas air yang
ran disiapkan yang dibuat dari HNO3, sesuai, maka akan memberi dampak baik
H2SO4 dan HClO4 dengan perbandingan dengan adanya ketersediaan nutrisi untuk
5:1:2. Sampel yang telah hancur ditambah kelangsungan hidup bagi orga-nisme di
10 ml larutan asam campur lalu dipa- dalamnya. Hasil pengukuran bebe-rapa
naskan di dalam ruang asam meng- parameter kualitas air di kedua lokasi
gunakan api kecil selama 2 jam. Api dibe- penelitian dapat dilihat dalam Tabel 4.
sarkan sampai larutan menjadi jernih.
Larutan yang telah digesti didinginkan,

Tabel 4. Parameter lingkungan perairan pada kedua lokasi penelitian


Lokasi Penelitian
Parameter Satuan Rata-rata
I II

Suhu ⁰C 31 30 30.50
DO mg/l 6.47 5.04 5.76
pH air - 7 7 7
Salinitas ‰ 34 32 33
pH substrat - 6.7 6.2 6.45
Keterangan: I = Kampung Amdui Raja Ampat
II = Kelurahan Sowi 4 Manokwari

Suhu rata-rata pada kedua lokasi dalam kehidupannya ber-kisar antara 25-
penelitian yaitu 30.50 0C. Suhu ini 36 0C. Welch (1980) dalam Retnowati
termasuk dalam batas toleransi bagi (2003) menyebutkan bahwa suhu yang
pertumbuhan S. nudus, sesuai dengan berbahaya bagi makrozoobenthos berkisar
pernyataan Sukarno (1988) bahwa suhu antara 35-400C. Rata-rata salinitas di
yang dapat ditolerir oleh makrozoobentos kedua lokasi penelitian yaitu 33‰ yang

60 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id


Leiwakabessy, et. al : Potensi Komposisi Kimia Cacing Kacang p-ISSN 2550-1232
e-ISSN 2550-0929

berkisar antara 32‰ sampai dengan 34‰. untuk S. nudus berukuran besar (b) adalah
Kisaran salinitas pada kedua lokasi 555 g. Berat basah ini akan mengalami
penelitian sangat menunjang pertum- penyusutan pada proses pengeringan me-
buhan dan kelang-sungan hidup S. nudus. nggunakan oven. Un-tuk S. nudus
Salinitas tergolong sedikit lebih tinggi berukuran kecil (a) diperoleh 93 g berat
dibandingkan yang ditemukan oleh kering dan S. nudus berukuran besar (b)
Nguyen et al. (2007) bahwa S. nudus yang diperoleh 66 g berat kering. Pada lokasi II,
terdapat di Provinsi Quang Ninh Vietnam berat awal S. nudus berukuran kecil (a)
hidup pada kisaran salinitas 20-31,5 ‰. adalah 256 g dan S. nudus berukuran besar
Hutabarat dan Evans (1985) dalam (b) adalah 805 g. Berat basah S. nudus
Syamsurial (2011) juga menyatakan kemudian menga-lami penyusutan saat
bahwa, kisaran salinitas yang masih proses pengeringan menggunakan oven.
mampu mendukung kehidupan organis- Berat S. nudus berukuran kecil (a)
me perairan, khususnya makrozooben- menjadi 25 g berat kering dan S. nudus
thos adalah 15-35 ‰. berukuran besar (b) menjadi 79 g berat
Rata-rata oksigen terlarut pada kedua kering.
lokasi penelitian adalah 5.76 mg/l. Hasil
pe-ngukuran oksigen terlarut pada lokasi Kandungan gizi S. nudus
II lebih rendah dibandinkan di lokasi I.
Komposisi kimia S. nudus yang
Diduga di-akibatkan dari bahan organik
dianalisis dalam penelitian ini meliputi
yang berasal dari vegetasi mangrove dan
protein, air, karbohidrat, lemak, serat
limbah dari daratan yang masuk ke pe-
kasar dan mineral seperti besi (Fe),
rairan, terdekomposisi oleh bakteri, me-
kalsium (Ca) dan kalium (K) (Tabel 5 dan
ngakibatkan rendahnya kadar oksigen
6).
terlarut di lokasi tersebut. Hasil pe-
ngukuran kandungan oksigen terlarut
Kadar Protein
sesuai dengan kisaran yang ditemukan
oleh Nguyen et al. (2007), bahwa S. nudus Berdasarkan hasil analisis kadar
yang terdapat di Provinsi Quang Ninh protein S. nudus, kadar protein S. nudus
Vietnam ditemukan pada habitat dengan dari kedua lokasi tergolong tinggi (Tabel
kadar oksigen terlarut berkisar antara 6,2- 5 dan Tabel 6). Dari kedua tabel di atas
7,9 mg/l. Perairan dengan pH yang terlalu juga terlihat bahwa ukuran tubuh (besar
tinggi atau rendah akan mempengaruhi dan kecil) tidak memberikan pengaruh
ketahanan hidup organisme yang hidup terhadap kandungan protein yang terkan-
didalamnya (Odum, 1993). Hasil pengu- dung dalam daging S. nudus. Kondisi ini
kuran pH air pada kedua lokasi penelitian menunjukan bahwa S. nudus mempunyai
memiliki nilai yang sama yaitu 7. pH air nilai kandungan gizi yang baik sebagai
lebih tinggi dibandingkan pH di subs-trat, bahan makanan, karena memiliki kadar
namun masih tergolong baik bagi kehi- protein yang tinggi. Khomsan (2004),
dupan S. nudus. Hasil pengukuran terse- menyatakan bahwa Ikan secara umum
but relatif sama dengan pH air yang mem-punyai kandungan protein sebesar
terdapat di Provinsi Quang Ninh Vietnam, 40 %, dan kadar protein yang terkandung
yang merupakan habi-tat S. nudus yaitu pada ikan teng-giri sebesar 22% (Stansby,
antara 6,9-7,8 (Nguyen et al., 2007). 1962 dalam Suda-riastuty, 2011). Hal ini
Winanto (2004) dalam Sitorus (2008) membuktikan bahwa S. nudus baik untuk
juga menyatakan bahwa kisaran pH yang dimafaatkan sebagai maka-naan.
cocok untuk makrozoobentos adalah 6,9-
8,6.
Rendemen S. nudus
Berat basah S. nudus dari lokasi I
yang berukuran kecil (a) adalah 770 g dan

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 61


Mailissa, et.al : Potensi Komposisi Kimia Cacing Kacang p-ISSN 2550-1232
e-ISSN 2550-0929

Tabel 5. Hasil analisis kandungan gizi S. nudus dari lokasi I


Nilai (%) Rata-rata
Komponen (%)
a b
Kadar Air 7.10 7.26 7.18
Kadar Lemak 2.21 1.19 1.70
Kadar Protein 81.76 83.15 82.46
Karbohidrat 7.02 6.58 6.80
Serat Kasar 0.92 0.91 0.92
Keterangan : a. S. nudus ukuran kecil (a)
b. S. nudus ukuran besar (b)

Tabel 6. Hasil analisis kandungan gizi S. nudus dari lokasi II (Kelurahan Sowi 4
Manokwari)
Nilai (%) Rata-rata
Komponen
a B (%)
Kadar Air 8.03 8.09 8.06
Kadar Lemak 1.57 1.10 1.34
Kadar Protein 81.50 80.15 80.83
Karbohidrat 6.40 8.12 7.26
Serat Kasar 1.08 1.02 1.05
Keterangan : a. S. nudus ukuran kecil (a)
b. S. nudus ukuran besar (b)

Tingginya kadar protein pada S. besar. Hal ini ber-banding terbalik dengan
nudus diduga karena banyaknya sedimen hasil penelitian yang dilakukan oleh
yang mengendap pada habitat dari S. Fakhrurrozi (2011), dimana kadar air pada
nudus. Adanya sedimen tersebut akan me- Sipuncula jenis Xenosiphon sp sebesar
nguntungkan bagi S. nudus sebagai sum- 76.47 %. Perbedaan yang tinggi ini
ber makanannya. Fauzan (2009) dalam disebabkan oleh karena kadar air pada
Siregar (2011) mengatakan bahwa pene-litian ini diuji pada contoh sampel
protein, kabohidrat dan lemak merupakan kering, sedangkan pengukuran yang di-
bahan organik yang terendapkan dalam lakukan oleh Fakhrurrozi (2011) meng-
sedimen. Selain itu organisme yang hi- gunakan contoh sampel basah.
dup atau tinggal dalam ekosistem lamun
memiliki kandungan gizi yang cukup Karbohidrat
tinggi karena lamun memiliki kandungan
Hasil analisis karbohidrat pada kedua
gizi seperti protein, karbohidrat, lemak
lo-kasi penelitian tidak jauh berbeda,
dan serat. Hal ini diduga yang menye-
yaitu rata-rata 6.80 pada lokasi I dan 7.26
babkan kandungan protein S. nudus yang
pada lokasi II. Kesamaan habitat pada
tinggi pada kedua lokasi penelitian,
kedua lokasi dan jenis makanan yang
karena S. nudus memanfaatkan sedimen
dimakan oleh S. nudus memberikan pe-
sebagai sumber makanannya.
ngaruh besar terhadap kandungan karbo-
Kadar Air hidrat dalam daging S. nudus di kedua
lokasi penelitian. Kandungan karbohidrat
Hasil analisis kadar air pada Tabel 5 yang terdapat pada S. nudus relatif lebih
dan Tabel 6, menunjukkan bahwa kadar tinggi jika dibandingakan dengan Xeno-
air pada S. nudus dari kedua lokasi relatif siphon sp yang memiliki kandungan
sama, baik pada ukuran kecil maupun karbohidrat sebesar 10.02 % (Fakhrrurozi,

62 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id


Leiwakabessy, et. al : Potensi Komposisi Kimia Cacing Kacang p-ISSN 2550-1232
e-ISSN 2550-0929

2011). Kadar karbohidrat ini pun lebih Serat Kasar


tinggi dari kadar karbohidrat yang
Kadar serat kasar Sipuncula dari
terkandung dalam daging ikan tenggiri
Amdui sebesar 0.92 %, sedangkan pada
yaitu sebesar 5 % (Stansby, 1962 dalam
lokasi penel-itian II (Kelurahan Sowi 4
Sudariastuty, 2011). Karbohidrat meru-
Manokwari) memiliki kadar serat kasar
pakan sumber kalori utama bagi manusia.
sebesar 1.05%. Serat kasar adalah semua
Dalam karbohidrat terdapat beberapa
bahan organik dalam bahan pangan yang
golongan yang menghasilkan serat-serat
kecernaannya rendah (Kamal, 1994 dalam
yang berguna bagi pencernaan. Karbo-
Siregar, 2011). Serat kasar tersusun atas
hidrat juga memiliki peranan penting
selulosa, pectin, dan lignin (Wiryadi,
dalam menentukan karak-teristik bahan
2007 dalam Siregar, 2011). Serat kasar
makanan, misalnya da-lam hal rasa, warna
bagi manusia digunakan sebagai sumber
dan tekstur (Kamal, 1994 dalam Siregar,
energi utama dan lemak kasar meru-
2011).
pakan sumber energi yang efisien dan
berperan penting dalam proses meta-
Kadar Lemak
bolisme tubuh.
Kadar lemak lebih tinggi pada S.
nudus yang berasal dari lokasi I yaitu Mineral
sebesar 1.70 %, dibandingkan S. nudus
Mineral adalah unsur-unsur kimia
dari lokasi II yaitu 1.34 %. Fakhrurrozi
selain karbon, hydrogen, oksigen dan
(2011) melakukan analisis kadar lemak
nitrogen yang dibutuhkan oleh tubuh.
pada Xenosiphon sp, dan mene-mukan
Berbagai aktivitas di dalam sel tubuh kita
kadar lemak sebesar 0.18 %. Kadar lemak
bergantung dari kebera-daan mineral.
dari S. nudus pada penelitian ini tidak
Mineral berfungsi sebagai zat pembangun
terlalu tinggi, tetapi setara dengan kadar
dan pengatur di dalam tubuh (Winarno,
lemak yang terdapat pada ikan laut yang
2008 dalam Siregar, 2011). Hasil analisis
berkisar antara 0.1-22 %. Sehingga dapat
mineral dari S. nudus pada kedua lokasi
dimanfa-atkan sebagai bahan makanan
penelitian dapat dilihat pada Tabel 9 dan
tambahan yang berfungsi sebagai sumber
Tabel 10.
lemak untuk men-suplai energi dalam
aktivitas tubuh manusia (Ackman, 1998
dalam Siregar, 2011).

Tabel 7. Hasil analisis mineral dari S. nudus dari lokasi I


Nilai (mg/100 g) Rata-rata
Komponen (Mg/100 g)
A B
Besi (Fe) 17.61 4.52 11.07
Kalsium (Ca) 449.83 300.37 375.10
Kalium (K) 39.18 26.69 32.94
Keterangan : a. S. nudus ukuran kecil (a)
b. S. nudus ukuran besar (b)

Tabel 8. Hasil analisis mineral dari S. nudus dari lokasi II


Nilai (mg/100 g) Rata-rata
Komponen
A b (Mg/100 g)
Besi (Fe) 4.37 8.95 6.66
Kalsium (Ca) 144.21 449.8 297.01
Kalium (K) 198.11 216.84 207.48
Keterangan : a. S. nudus ukuran kecil (a)
b. S. nudus ukuran besar (b)

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 63


Mailissa, et.al : Potensi Komposisi Kimia Cacing Kacang p-ISSN 2550-1232
e-ISSN 2550-0929

Secara alamiah unsur mineral- Mineral Kalsium (Ca)


mineral terdapat dalam semua benda
Kandungan Kalsium (Ca) lebih
termasuk juga dalam tubuh makhluk
tinggi dari sampel lokasi I, sebesar 375.10
hidup, yang berfungsi dalam proses
mg/100 g, dibandingkan dari lokasi II
metabolisme. Di perairan laut unsur besi
297.01 mg/100 g. Kadar mineral kalsium
(Fe), kalsium (Ca) dan kalium (K)
yang terkandung di dalam S. nudus pada
terbentuk oleh adanya proses erosi, pem-
penelitian ini tergolong tinggi, apabila di-
busukan makhluk hidup dan pelapukan
bandingkan dengan hasil penelitian sebe-
kerak bumi, dimana proses tersebut ber-
lumnya pada Xenosiphon sp di kepulauan
langsung secara bersamaan memasuki
Bangka-Belitung hanya 15.32 mg/100 g
perairan laut dan terbawa oleh arus
(Fakhrurrozi, 2011). Menurut Asep
(Effendi, 2003). Menurut Peters (1987)
(1998) dalam Siregar (2011) unsur mine-
bahwa kecepatan arus sangat mempe-
ral kalsium (Ca) dalam biota laut sangat
ngaruhi kadar unsur mineral-mineral di
tergantung pada kondisi lingkungan pera-
suatu perairan. Arus membantu dalam
iran. Perbedaan Kalsium pada S. nudus di
pro-ses pengadukan sehingga mineral-
kedua lokasi berkaitan dengan adanya
mineral yang terdapat pada perairan
pergerakan arus di kedua lokasi pene-
menyebar mengi-kuti kecepatan arus dan
litian. Peters (1987) mengemukakan bah-
kondisi tersebut akan berlangsung secara
wa kecepatan arus sangat mempengaruhi
terus menerus sehingga akan diman-
kadar berbagai mineral di suatu perairan.
faatkan oleh organisme untuk tumbuh dan
berkembang. Asupan mineral tersebut
Mineral Kalium (K)
tidak hanya diserap oleh organisme pe-
mangsa, melainkan penyerapan unsur Pada penelitian ini diperoleh hasil
mineral tersebut terjadi pada material anali-sis kadar mineral kalium (K) lebih
dasar perairan yaitu substrat dan mikro- tinggi pada sampel dari lokasi II yaitu
organisme lainnya (Siregar, 2011). 207.48 mg/100 g, dibandingkan kadar
kalium pada sampel dari lokasi I yaitu
Mineral Besi (Fe) 32.94 mg/100 g.
Kadar mineral besi (Fe) dalam
Ukuran yang Baik untuk Dimanfaatkan
daging S. nudus dari lokasi I sebesar 11.07
mg/100 g, lebih tinggi dari S. nudus yang Hasil uji proksimat pada S. nudus
berasal dari lokasi II yaitu 6.66 mg/100 g. dengan ukuran penjang-berat berbeda,
Kadar besi (Fe) yang terdapat pada S. menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nudus dari lokasi I me-nyebabkan warna jauh antara S. nudus yang berukuran kecil
kecoklatan pada pada tubuh S. nudus. Hal (a) dan berukuran besar (b) dari kedua
ini terlihat pada saat pengambilan contoh lokasi penelitian (Tabel 5 sampai Tabel
sampel dari lokasi I. Effendy (2003) 8). Analisis kandungan protein S. nudus
mengemukakan bahwa unsur besi (Fe) ukuran besar yang ditemukan di lokasi I
dengan konsentrasi tinggi dalam suatu 83.15 % dan ukuran kecil memiliki
pera-iran menghasilkan warna kemerahan persentase protein 81.76 %. Hasil analisis
hingga kecoklatan pada biota di dalam- kandungan protein S. nudus di lokasi II
nya. Kadar mineral besi yang terkandung yang berukuran besar 80,15% dan ukuran
di dalam S. nudus pada penelitian ini kecil 81,5 %. Berdasarkan nilai persentase
sangat tinggi, dima-na berdasarkan hasil protein dari S. nudus yang berukuran
penelitian sebelumnya mengenai kandu- besar dan kecil pada kedua lokasi,
ngan mineral besi pada Xenosiphon sp menunjukkan persentase persentase kan-
yang terdapat di kepulauan Bangka- dungan protein dalam daging S. nudus
Belitung hanya 0.98 mg/100 g (Fakhru- relatif sama. Namun sebaloknya kandu-
rrozi, 2011). ngan mineral S. nudus dari kedua lokasi
penga-matan menunjukkan perbedaan
yang signi-fikan. Analisis kandungan zat

64 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id


Leiwakabessy, et. al : Potensi Komposisi Kimia Cacing Kacang p-ISSN 2550-1232
e-ISSN 2550-0929

besi, kalsium dan kalium S. nudus ukuran DAFTAR PUSTAKA


besar yang di-temukan di lokasi I masing-
masing memiliki kandungan mineral besi Ager O. 2004. Aquaculture, the marine
4.52 mg/100 g, kalsium 300.37 mg/100 g life information. Network for Britain
dan kalium 26.69 mg/100 g, sedangkan S. and Ireland.
nudus yang berukuran kecil memiliki Anonim. 2009. Introduction to Sipuncula:
kandungan mineral besi, kalsium dan the peanut worms. (http:www.ucmp.
kalium yang lebih tinggi yaitu besi 17.61 berkeley.edu/sipuncula/sipuncula.ht
mg/100 g, kalsium 449.83 mg/100 g dan ml). Diunduh tanggal 13 Oktober
kalium 39.18 mg/100 g. Analisis mi-neral 2009.
besi, kalsium dan kalium pada S. nudus Anonim. 2012. Perairan Papua (http:
ukuran besar dari lokasi II masing-masing //id.wikipedia.org/wiki/Perairan-
yaitu mineral besi 8.95 mg/100g, kalsium Papua). Diakses pada tanggal15
449.8 mg/100 g dan kalium 216.84 mg/ Februari 2014.
100 g. Sedangkan S. nudus yang beru- Barnes RD. 1987. Invertebrate Zoology.
kuran kecil memiliki nilai kandungan zat Edisi ke-5. Saunders College
besi, kalsium dan kalium yang lebih tinggi Publishing, Orlando.
yaitu besi 4.37 mg/100 g, kalsium 144,21 Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi
mg/100 g dan kalium 198.11 mg/100 g. pengelolaan sumberdaya dan ling-
Hasil analisis kan-dungan proksimat dan kungan perairan. Kanisius. Yogya-
mineral dari sampel S.nudus yang beru- karta. 258 hal.
kuran kecil dan besar dari kedua lokasi, Fakhrurrozi Y. 2011. Studi etnobiologi,
dapat dimanfaatkan. Namun lebih direko- etnoteknologi dan pemanfaatan
mendasikan untuk memanfaatkan S. Nu- kekuak (Xenosiphon sp) oleh
dus yang berukuran kecil (panjang antara masyarakat di Kepulauan Bangka-
7-17 cm dan berat antara 36-92 g), karena Belitung [skripsi]. Sekolah Pasca
kan-dungan mineral (besi, kalsium dan Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
kalium) lebih tinggi dari yang berukuran Bogor.
besar. Hustiany R. 2005. Karakteristik produk
olahan kerupuk dan surimi dari
KESIMPULAN daging ikan patin (Pangasius sutchi)
hasil budidaya sebagai sumber
Pertumbuhan dan kelangsungan hi- protein hewani. Media Gizi dan
dup S. nudus pada kedua lokasi penelitian Keluarga 29 (2): 66-74.
sangat ditunjang oleh kualitas air yang Khomsan A. 2004. Ikan, makanan sehat
baik dan cocok bagi S. nudus. Kandungan dan kaya gizi, dalam peranan pangan.
gizi S. nudus tidak menunjukan perbedaan Nguyen HTT, Mai NT, Nguyen NT,
yang signifikan antara kedua lokasi. Hasil Huynh DT. 2007. The distribution of
uji kandungan gizi me-nunjukkan kadar Peanut-worm (Sipunculus nudus) in
protein yang tinggi dari daging S. nudus relations with geo environmental
yang berasal dari kedua loka-si. Selain itu characteristics. VNU Journal of
kandungan mineral yang tinggi dari Science, Earth Sciences 23: 110-115.
daging S. nudus adalah kalsium (Ca) Pamungkas J. 2010. Sipuncula: Biota laut
Perbedaan ukuran panjang dan berat tidak yang kontrovertif. Jurnal Oseana 35
memberikan pengaruh yang nyata terha- (1): 7-10.
dap persentase proksimat, namun berbeda Peters RH. 1987. Metabolism in Daphnia,
pada kandungan mineral (besi, kalsium Memorie dell’Istituto Italiano di
dan kalium) andung dalam daging S. Idrobiologia. vol. 45 in Peters RH
nudus. and Debernandi R (Eds). Pallanza
Istituto Italiano di Idrobiologia. 193-
243 pp.
Retnowati DN. 2003. Struktur komunitas
makrozoobenthos dan beberapa para-

©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id 65


Mailissa, et.al : Potensi Komposisi Kimia Cacing Kacang p-ISSN 2550-1232
e-ISSN 2550-0929

meter fisika kimia Perairan Situ


Rawa Besar, Depok, Jawa Barat.
[Skripsi]. Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan. Fakultas Pe-
rikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Siagian. 2001. Penuntun Praktikum
Perikanan. Fakultas Perikanan Uni-
versitas Riau. Pekanbaru
Siregar DIS. 2011. Kandungan gizi dan
pemanfaatan gonad bulu babi (Echi-
nothrix calamaris) yang terdapat di
per-airan Manokwari [skripsi].
Fakultas Peternakan, Perikanan dan
Ilmu Kela-utan. Universitas Negeri
Papua. Manok-wari.
Sitorus D. 2008. Keanekaragaman dan
distribusi bivalvia serta kaitanya
faktor fisik-kimia di perairan pantai
Labu kabupaten Deli Serdang.
Sekolah pasca sarjana. Universitas
Sumatra Utara. Me-dan.
Sudariastuty E. 2011. Pengolahan ikan
Tenggiri. Pusat penyuluhan kelautan
dan perikanan. Jakarta.
Sukarno. 1988. Terumbu karang buatan
sebagai sarana untuk meningkatkan
pro-duktivitas perikanan di Periaran
Jepara. LON-LIPI. Jakarta.
Syamsurial, 2011. Studi beberapa indeks
komunitas makrozoobenthos di hu-
tan mangrove. [Skripsi]. Universitas
Hasa-nuddin. Makasar.
Yosida S, Forno DA, Cock JH. 1972.
Laboratory manual for physiological
studies of rice. International Rice
Research Institute. Secong Edition.

66 ©Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, Vol. 1 No. 1 Mei 2017, www.ejournalfpikunipa.ac.id

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai