Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi merupakan isu sentral yang banyak diperbincangkan oleh rakyat Indonesia,
baik secara personalmaupun kelembagaan. Hampir setiap hari dalam beberapa tahun terakhir
ini, korupsi selalu menghiasi berbagai media massaelektronik dan cetak. Perbuatan korupsi
seakan telah melebur dalam sistem perilaku masyarakat Indonesia sehari-hari,
sehinggamenjadi penyakit kronis yang telah menggerogoti moralitas anak bangsa di berbagai
sektor kehidupan bernegara. Akibatnya,masyarakat menjadi tidak imun lagi dengan prilaku
korupsi yangmerajalela mulai dari menilap uang negara pada level kelas ‘kakap’sampai kelas
‘teri’.Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian rakyat Indonsiaterhadap perlunya upaya
preventif pemberantasan tindak koruptif semakin menguat dan lebih menyentuh masyarakat
akar rumputuntuk melahirkan generasi bersih korupsi. Salah satu institusi penting dan
strategis yang berperan besar dalam upaya preventif iniadalah lembaga pendidikan dengan
merancang PendidikanAntikorupsi melalui Pendidikan Agama Islam. Menurut
TeguhYuwono, gagasan ini lahir dimaksudkan untuk membasmi korupsimelalui persilangan
(intersection) antara pendidikan watak dan pendidikan agama. Disamping itu, pendidikan
untuk mengurangikorupsi dilakukan melalui pendidikan nilai, yaitu pendidikan untuk
mendorong setiap generasi menyusun kembali sistem nilai yangkonstruktif-edukatif yang
diwarisi dari para tokoh bangsanya.
Namun, upaya pemerintah selama ini dalam memberantaskorupsi belum mendapatkan
titik terang. Menurut ahli hukumBaharudin Lopa, yang menjadi faktor kegagalan
pemberantasankorupsi, yaitu penegakan hukum yang masih lemah dan tidak rapinya
manajemen birokrasi serta pengawasan dari tim independen yang kurang, sehingga
menyebabkan korupsi ini terus tumbuh baik secara akut maupun kronis akibatnya sangat sulit
sekali untuk diketahui dan dikendalikan.
Seharusnya ada tindakan tegasterhadap pelaku korupsi, tetapi faktanya pemberantasan
korupsihanya terjadi dalam retorika bukan dalam kenyataan. Absennyatindakan hukum yang
tegas terhadap koruptor selama ini,merupakan salah satu penjelasan mendasar mengapa
korupsi di bumi negeri tetap subur.

1
Sejatinya, Pendidikan Antikorupsi merupakan usaha sadar untuk memberikan
pemahaman untuk mencegah terjadinya perbuatan koruptif yang dilakukan dalam proses
pembelajaran disekolah. Pendidikan Antikorupsi akan lebih efektif apabiladiterapkan pada
masyarakat usia dini seperti anak didik di sekolah.
Pendidikan Antikorupsi pada dasarnya dapat dilakukan pada pendidikan informal di
lingkungan keluarga, pendidikannonformal, dan pendidikan formal pada jalur sekolah.
Namunkarena otoritas yang dimiliki dan kultur yang dipunyai, maka jalur sekolah formal
dipandang lebih efektif untuk menyiapkan generasimuda yang berperilaku antikorupsi
Prilaku koruptif adalah berkaitan dengan masalah kesadaranyang terpatri dalam moralitas
anak bangsa. Upaya pemberantasankorupsi berarti menanamkan dan meningkatkan
kesadaranmasyarakat termasuk anak didik sebagai warga negara untuk bersikap kritis dan
dapat merubah lingkungannya menjadi imundari rayuan tindak koruptif. Oleh karena itu,
perlu adanya pemahaman tentang perbuatan korupsi salah satu caranya, yaitudengan
menerapkan Pendidikan Antikorupsi dalam PendidikanAgama Islam. Dengan demikian,
PendidikanAntikorupsi dalam Pendidikan Agama Islam harus mampumenjadikan dirinya
sebagai salah satu instrumen perubahan yang mampu memberikan andilnya selaku
empowerment dan transformation bagi masyarakat melalui berbagai program
yangmencerminkan adanya inisiatif perbaikan etika moral yang bersentuhan langsung dengan
tata kelola negara dan tata sosial bermasyarakat.
Penerapan Pendidikan Antikorupsi di sekolah dalam Pendidikan Agama Islam
diharapkan dapat menjadi tempat untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan,
keterbukaan, dantanggungjawab kepada siswa sejak dini. Dengan demikian,
materiPendidikan Antikorupsi dalam Pendidikan Agama Islam di sekolahtidak hanya sekedar
pemberian wawasan di ranah kognitif (materi),tidak sekedar pemahaman dan menghafal.
Lebih dari itu,Pendidikan Antikorupsi dalam Pendidikan Agama Islam harus mampu
menyentuh ranah afektif dan psikomotorik melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai
antikorupsi.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas timbul permasalahan yang perlu di dibahas sedikit tentang:
1. Apa Pengertian Korupsi ?
2. Apa Penyebab Terjadinya Korupsi ?
3. Bagaimana Ciri Dan Jenis Tindakan Korupsi ?

2
4. Apa Definisi Pendidikan Agama Islam ?
5. Apa Landasan Hukum Pendidikan Agama Islam ?
6. Bagaimana Kedudukan, Tujuan Lingkup Pendidikan Agama Islam ?
7. Apa Implementasi Pendidikan Antikorupsi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Apa Pengertian Korupsi
2. Mengetahui Apa Penyebab Terjadinya Korupsi
3. Mengetahui Bagaimana Ciri Dan Jenis Tindakan Korupsi
4. Mengetahu Apa Definisi Pendidikan Agama Islam
5. Mengetahuapa Landasan Hukum Pendidikan Agama Islam
6. Bagaimana Kedudukan, Tujuan Lingkup Pendidikan Agam Islam
7. Mengetahu Apa Implementasi Pendidikan Antikorupsi Dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam

3
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian korupsi
Dari segi semantik, "korupsi" berasal dari bahasa Inggris, yaitu corrupt , yang berasal
dari perpaduan dua kata dalam bahasalatin, yaitu com yang berarti bersama-sama dan
rumpere yang berarti pecah atau jebol. Istilah "korupsi" juga bisa dinyatakansebagai suatu
perbuatan tidak jujur atau penyelewengan yangdilakukan karena adanya suatu pemberian.
Dalam bahasa latin, corruptio berasal dari kata kerja corrumpere yang bermakna;
busuk, rusak, menggoyahkan,memutarbalik, menyogok. Secara harfiah, korupsi adalah
perilaku pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, yang secaratidak wajar dan
tidak legal memperkaya diri atau memperkayamereka yang dekat dengannya, dengan
menyalah gunakankekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
Konotasi bersama-sama dapat dimaknai lebih dari satu orangatau dapat pula dilakukan
oleh satu orang yang memiliki kekuatanuntuk menggerakkan orang lain. Mengenai konotasi
dari Rumpere yang berarti pecah atau jebol merujuk pada pengertian akibat dari perbuatan
korupsi. Artinya, tindakan korupsi dapat mengakibatkankehancuran besar. Inilah yang
membedakan pengertian tindak korupsi dengan tindak kriminal biasa, seperti pencurian atau
perampokan. Tindak pidana pencurian hanya mengakibatkankerugian sepihak, yaitu kerugian
bagi korban, sedangkan korupsi dapat merugikan tidak hanya banyak orang akan tetapi juga
negaradalam jumlah besar.
Istilah korupsi di atas mengandung makna pemakaian dana pemerintah untuk tujuan
pribadi. Definisi ini tidak hanyamenyangkut korupsi moneter yang konvensional, akan
tetapimenyangkut pula korupsi politik dan administratif. Seorangadministrator yang
memanfaatkan kedudukannya untuk menguras pembayaran tidak resmi dari para investor
(domestik maupunasing), memakai sumber pemerintah, kedudukan, martabat, status,atau
kewenangannnya yang resmi, untuk keuntungan pribadi dapat pula dikategorikan melakukan
tindak korupsi.

4
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secaragaris besar mencakup unsur-
unsur sebagai berikut: Perbuatanmelawan hukum; Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan,
atau sarana; Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;Merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.

B. Penyebab terjadi korupsi


Penyebab adanya tindakan korupsi sebenarnya beranekaragam. Secara umum,
dapatlah dirumuskan, sesuai dengan pengertian korupsi di atas, yaitu bertujuan untuk
mendapatkankeuntungan pribadi/kelompok /keluarga/ golongannya sendiri. Jadi,faktor-faktor
yang menyebabkan seseorang melakukan tindakankorupsi antara lain:
1. Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci yang memberi
ilham tingkahlaku yang menjinakkan korupsi.
2. Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika.
3. Kolonialisme, suatu pemerintahan asing tidaklahmenggugah kesetiaan untuk
membendung korupsi.
4. Kurangnya pendidikan.
5. Adanya banyak kemiskinan.
6. Tidak adanya tindakan hukum yang tegas.
7. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku antikorupsi.
8. Struktur pemerintahan.
9. Perubahan radikal, suatu sistem nilai yang mengalami perubahan radikal, korupsi
muncul sebagai penyakittransisional.
10. Keadaan masyarakat yang semakin majemuk.
Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne atausering disebut Gone Theory,
bahwa faktor-faktor yangmenyebabkan terjadinya korupsi meliputi: Greeds (keserakahan),
Opportunities (kesempatan),Needs (kebutuhan) dan Exposures (pengungkapan)

C. Ciri dan jenis tindakan korupsi


Dalam buku oleh Syed Hussein Al-Attas, disebutkan ciri-cirikorupsi sebagai berikut:
1. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang.
2. Korupsi pada umumnya melibatkan keserbarahasiaan.
3. Korupsi melibatkan kewajiban dan keuntungann timbal balik.

5
4. Berusaha menyelubungi perbuatannya dengan berlindungdibalik perlindungan hukum.
5. Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yangmenginginkan keputusan-keputusan
yang tegas dan merekayang mampu untuk mempengaruhi keputusan-keputusan itu.
6. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan publik atau
masyarakat umum.
7. Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatankepercayaan.
8. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yangkontradiktif.
9. Perbuatan korupsi melanggar norma tugas dan pertanggungjawaban dalam
masyarakat.
Korupsi telah didefinisikan secara jelas oleh UU No 31 Tahun1999 jo UU No 20
Tahun 2001 dalam pasal-pasalnya. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, terdapat 33 jenis
tindakan yang dapatdikategorikan sebagai korupsi. Dari 33 tindakan tersebutdikategorikan ke
dalam 7 kelompok yakni:
1. Korupsi yang terkait dengan merugikan keuangan negara
2. Korupsi yang terkait dengan suap-menyuap
3. Korupsi yang terkait dengan penggelapan dalam jabatan
4 .Korupsi yang terkait dengan pemerasan
5. Korupsi yang terkait dengan perbuatan curang
6. Korupsi yang terkait dengan kepentingan dalam pengadaan
7. Korupsi yang terkait dengan gratifikasi.
Ada beberapa bentuk tindakan korupsi yang sering dilakukanoleh pejabat negara atau
badan swasta yang memiliki kewenangandalam menentukan kebijakan publik, yaitu:
penyogok dan penerimasogokan; sumbangan kampanye dan "uang lembek" di arena politik,
dan tuduhan korupsi sebagai alat politik untuk mencorenglawan politik.

D. Pengertian pendidikan agama islam


Definisi Pendidikan Agama Islam di sekolah umum dalamkonteks keindonesiaan
berdasarkan pada pengertian yangdijelaskan dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989 Pasal 39 di
bagian penjelasan ayat 2, yaitu Pendidikan Agama merupakan usaha untuk memperkuat iman
dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esasesuai dengan agama yang dianut oleh peserta
didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormatiagama lain
dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalammasyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional.

6
Dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003sebagaimana dijabarkan dalam
KBK tahun 2004 menyebutkan pengertian Pendidikan Agama Islam secara lebih sempurna
dankomprehensif, yaitu upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati hinggamengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam
mengamalkanajaran Islam dari sumber utamanya; kitab suci al-Qur’an danHadits, melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman yang dibarengi
tuntunan menghormati penganut agama lain dalam masyarakat hingga terwujudnyakesatuan
dan persatuan bangsa.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwaPendidikan Agama Islam di
sekolah umum merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh lembaga atau orang dewasa
dalammentransformasikan nilai ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis secara
sistematis dan terencana melalui proses pendidikan, dengan tujuan membentuk pribadi
muslim yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia yang teraplikasikan dalamkonteks
pribadi, bermasyarakat dan bernegara.

E. Landasan hukum pendidikan agama islam


Dalam dokumen Negara yang berhubungan dengan bidang pendidikan dinyatakan
bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,kebudayaan nasional
Indonesia yang tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Karena itu, dapat dipahami
bahwa asas dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum diIndonesia
sejak awal pengakuannya dari pemerintah sampai saat iniada tiga, yaitu landasan religious,
landasan yuridis, dan landasan sosiol-budaya.
Landasan pertama mengacu pada nilai-nilai normatif-religiusagama Islam yang
beersumber dari al-Qur’an dan Hadits yangmemerintahkan untuk mencari ilmu pengetahuan
melalui perintahmembaca dan memberikan pendidikan bagi anak muslim dengancara yang
bijak (mauizah wal hikmah) agar dapat menjadikan Islamsebagai pedoman dalam
kehidupannya. Pesan moral.religius inilah yang kemudian diimplemtasikan oleh umat Islam
Indonesia dalammenjalankan aktivitas pendidikan, baik secara individual maupunsecara
kolektif.
Secara umum, nilai-nilai ajaran normatif dalam al-Qur’an dan Hadis memuat tiga pilar
utama sebagai asas PendidikanAgama Islam, yaitu;

7
a. I’tiqadiyah, yaitu berkaitan dengan pendidikan keimanan pada persoalan gaib
(akhirat)
b. Khuliqiyah, yaitu berhubungan dengan pendidikan akhlak untuk menghiasi anak
didik dengan prilaku mulia
c. Amaliyah, yaitu berkenaan dengan pendidikan amal shalehanak didik dalam
kehidupan keagamaannya, baik ibadahvertikel (mahdhah) maupun ibadah horizontal
(ghairumahdhah).

Landasan kedua berkaitan dengan hukum perundang-undangan yang secara langsung


mengatur konsep dan tehnik pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah umum
secaranasional, yaitu:
a. Dasar Ideal, yaitu falsafah Negara Pancasila, sila pertama;Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Dasar Konstitusional.
c. Dasar Operasional.

F. Kedudukan, tujuan lingkup pendidikan agama silam


Menurut UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, kedudukanPendidikan Agama Islam di
sekolah umum sebagai mata pelajarandasar yang wajib diajarkan di semua sekolah umum dan
kejuruansecara nasional, maka semua siswa yang beragama Islam di semua jenis, jenjang,
sekolah dari tingkat dasar sampai perguruan tinggiumum wajib mengikuti mata pelajaran atau
kuliah PendidikanAgama Islam.
Tujuan Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari dua sisi,yaitu; tujuan yang bersifat
individual dan tujuan yang bersifat nasional. Tujuan individual dimaksudkan untuk
membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Maha Esasesuai dengan
falsafah bangsa yang tercermin dalam pola sikap dan prilaku yang mulia sebagai internalisasi
dan kontektualisasi dariagama Islam yang dianutnya. Sedangkan tujuan nasional.
Yaitu, UUD 45 dalam Bab XI Pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi;
1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa,
2) Negara menjaminkemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-
masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
Kemudian, Pasal 31 ayat 1yang mengatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak
mendapatkan pendidikan.Yaitu, landasan tehnis pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
diIndonesia seperti, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun2003, PP,

8
Kepres, dan Kepmendikbud. dimaksudkan untuk melestarikan nilai-nilai Pancasila
danmelaksanakan UUD 1945 sebagai aturan hukum dalam kehidupan bangsa Indonesia,
melestarikan aset pembangunan masyarakatIndonesia dalam bidang mental spiritual melalui
peningkatan imandan ketaqwaan, serta membimbing seluruhumat Islam agar dapat
menjalankan tugas agamanya dan menjadi warga Negara yang baik sesuai dengan pesan-
pesan moril agama Islam dalam bermasyarakat dan bernegara.
Lingkup Pendidikan Agama Islam asalah wilayah yangmenjadi sasaran
pelaksanaannya atau obyek orientasi yang ingindituju. Karena itu, lingkup Pendidikan Agama
Islam di sekolahumum selalu terpaut dengan tiga konteks ibadah atau komunikasiyang
seimbang dan selaras, yaitu hubungan manusia dengan AllahSwt, hubungan dengan sesama
manusia, hubungan manusia denganalam sekitarnya.

G. Implementasi pendidikan antikorupsi dalam pembelajaran pendidikan agama


islam
Pada dasarnya, strategi memerangi korupsi di Indonesiadilakukan dengan pendekatan
tiga pilar, yaitu; preventif,investigatif dan edukatif. Strategi investigatif adalah;
upayamemerangi korupsi melalui deteksi, investigasi dan penegakanhukum terhadap para
pelaku korupsi. Sedangkan strategi edukatif adalah upaya pemberantasan korupsi dengan
mendorongmasyarakat untuk berperan aktif dalam memerangi tindak korupsisesuai dengan
kapasitas dan kewenangan masing-masing. Kepadamasyarakat termasuk peserta didik perlu
ditanamkan nilai-nilaikejujuran (integrity) serta kebencian terhadap tindak korupsimelalui
pesan-pesan moral.
Dengan mengacu pada tiga pilar pendekatan di atas, makastrategi yang dimaksud
dalam konteks kajian ini adalah cara atautehnik preventif yang dapat dilakukan sekolah
(kepala sekolah,dewan guru dan staf) melalui mata pelajaran Pendidikan AgamaIslam dalam
membantu pemerintah untuk memberantas tindak koruptif yang sudah merajalela ke seluruh
aspek kehidupan bernegara rakyat Indonesia. Dengan demikian, terdapat beberapastrategi
implementasi Pendidikan Antikorupsi yang dapat ditempuhmelalui Pendidikan Agama Islam.

9
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi merupakan isu sentral yang banyak diperbincangkan oleh rakyat Indonesia,
baik secara personalmaupun kelembagaan.Sejatinya, Pendidikan Antikorupsi merupakan
usaha sadar untuk memberikan pemahaman untuk mencegah terjadinya perbuatan koruptif
yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Penyebab adanya tindakan korupsi sebenarnya
beranekaragam. Secara umum, dapatlah dirumuskan, sesuai dengan pengertian korupsi di
atas, yaitu bertujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi/kelompok /keluarga/
golongannya sendiri.
Pada dasarnya, strategi memerangi korupsi di Indonesia dilakukan dengan
pendekatan tiga pilar, yaitu; preventif, investigatif dan edukatif. Strategi investigatif adalah;
upayamemerangi korupsi melalui deteksi, investigasi dan penegakanhukum terhadap para
pelaku korupsi. Sedangkan strategi edukatif adalah upaya pemberantasan korupsi dengan
mendorongmasyarakat untuk berperan aktif dalam memerangi tindak korupsisesuai dengan
kapasitas dan kewenangan masing-masing. Kepadamasyarakat termasuk peserta didik perlu
ditanamkan nilai-nilaikejujuran (integrity) serta kebencian terhadap tindak korupsimelalui
pesan-pesan moral.

B. Saran
Implementasi Pendidikan Antikorupsi dalam Pendidikan Agama Islam yang pada
tahap preventif antara memberlakukan aturan yang dapat mencegah prilaku koruptif.
Tujuannya untuk membentuk karakter dan perilaku anak didik yang beradab mulia ketika
berada dilingkungan sekitar dengan media, yaitu: Warung Kejujuran.

10
Pendidikan Antikorupsi harus dilakukan secara pembelajaran saja, tetapi harus
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Karena itu, implementasi terus-menerustidak
terbatas dalam proses Pendidikan Antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Attas, Syed Hussein, Sosiologi Korupsi. Malaysia: UKM, 2001.


Djabbar, Faesal. Pendidikan Antikorupsi: Usaha Menggali Kearifan Lokal 12 April 2012.
Depdiknas, Kurikulum 2004 Standar Pendidikan Agama IslamSekolah Menengah Atas dan
Aliyah. Jakarta: PusatKurikulum Balitbang Depdiknas, 2003.
Depdiknas, Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Pendidikan Agama Islam Sekolah
Menengah Pertama dan MadrasahTsanawiyah, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang
Depdiknas,2003.
Gunawan, Ilham. Postur Korupsi di Indonesia. Bandung: Angkasa,1990.
Handoyo, Eko. Sekolah Agen Sebagai Pendidikan Antikorupsi Makalah di sampaikan Pada
Acara Seminar Nasional YangDiselenggarakan Oleh Pokja di Semarang Pada 18
Januari2007.
Komisi Pemberansan Korupsi, Mengenali dan Memberantas Korupsi. Jakarta: KPK, 2006
Komisi Pemberansan Korupsi,Memahami untuk Membasmi-BukuSaku untuk Memahami
Tindak Pidana Korupsi. Jakarta:KPK, 2006.Madjid.
Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. I ;Jakarta: Kencana, 2006.
Martawiyansyah. Jangan Hancuri Negeri dengan Korupsi pendidikan-anti-korupsi.html,
diakses tanggal 10 April 2012.http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2009/12/pengertiankor
upsi-dan-dampak-negatif.html, diakses tanggal 20 April 2012.Republik Indonesia,
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003,
Surabaya: Karina, 2004
.
Republik Indonesia,
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 2 Tahun 1989) dan Peraturan
Pelaksanaannya,(Cet. III; Jakarta: Sinar Grafika, tt), Rosi Sugiarto
, Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini,http://news.okezone.com/read/2008/12/10/
220/172280/220/ pendidikan-anti-korupsi-sejak-dini, diakses 28 April 2012.Tanya, Bernard
L.
Hukum, Politik, dan KKN.
Surabaya: Srikandi,2006.Tempo.
Tujuh Pemberantas Korupsi
edisi 24 – 30 Desember 2007Yuwono, Teguh.

12
Strategi Pembelajaran Antikorupsi di SMA- Membangun
Good Governance. Makalah
ini disampaikandalam acara Seminar Nasional Strategi PembelajaranAntikorupsi di Sekolah
Menengah Atas yang diselenggarakanOleh Mahasiswa PPKn UNS pada 27 Mei
2008.Pendidikan Anti Korupsi di UIN/iain/STAIN:
Membangun Budaya Anti Korupsi
http://www.csrc.or.id/ berita/index. php?detail=051212063548, diakses tanggal 26 April
2012.

13

Anda mungkin juga menyukai