Anda di halaman 1dari 2

Nama: Lisken Ratna Kinasih

Kelas: XII IPA 3


Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dekret atau dekrit adalah keputusan
(ketetapan) atau perintah yang dikeluarkan oleh kepala negara, pengadilan, dan sebagainya. Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 merupakan dekret pertama dalam sejarah Republik Indonesia.
Latar belakang dan alasan Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 adalah dari
kegagalan Konstituante menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) baru sebagai pengganti Undang-
Undang Dasar Sementara (UUD) 1950.
Konstituante adalah badan atau dewan perwakilan yang dibentuk pada 1956 dan ditugaskan
untuk membentuk konstitusi baru bagi Republik Indonesia. UUDS 1950 sendiri digunakan sejak 1950
seiring dibubarkannya Republik Indonesia Serikat (RIS) yang semula dipakai sebagai konsekuensi
pengakuan kedaulatan oleh Belanda pada 1949.
Sejak dibentuk sebagai hasil dari Pemilihan Umum (Pemilu) 1955, Konstituante mulai
melakukan sidang pada 10 November 1956 untuk merumuskan UUD yang baru sebagai UUDS 1950.
Namun, hingga 1958, Konstituante tidak berhasil menjalankan tugasnya tersebut sehingga Presiden
Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 1959.
Kegagalan Konstituante merumuskan UUD baru yang disebabkan banyaknya kepentingan
dari masing-masing kelompok memunculkan berbagai gejolak di berbagai daerah. Situasi negara saat
itu tidak kondusif dan cukup kacau karena gejolak tersebut.
Kondisi tersebut membuat Presiden Sukarno mengumumkan Dekrit Presiden 1959 sebagai
hukum keselamatan negara. Maka, tujuan dikeluarkannya Dekrit Presiden 1959 adalah untuk
menyelamatkan negara berdasarkan staatsnoodrecht atau hukum keadaan bahaya bagi negara.
Dengan adanya Dekrit Presiden 1959, maka masa Demokrasi Liberal atau Parlementer di
Indonesia resmi berakhir dan dilanjutkan dengan masa Demokrasi Terpimpin. Isi Dekrit Presiden
1959 secara ringkas adalah sebagai berikut:

 Dibubarkannya Konstituante.
 Diberlakukannya kembali UUD 1945.
 Tidak berlakunya lagi UUD 1950.
 Dibentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan
Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).
Dekrit Presiden 1959 memiliki dampak yang cukup luas terhadap perubahan sistem
ketatanegaraan dan peta politik Indonesia., dampak Dekrit Presiden 1959 adalah sebagai berikut:
1. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 mengakhiri tugas kabinet, parlemen, dan periode sistem
parlementer itu sendiri.
2. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 mengakhiri masa Demokrasi Parlementer di Indonesia
sekaligus mengakibatkan pula periode pemerintahan oleh partai politik.
3. Berakhirnya periode pemerintahan oleh partai politik dengan adanya Dekrit Presiden 5
Juli 1959 membuat peranan parlemen perlahan dipegang langsung oleh Presiden Sukarno
yang melahirkan sistem pemerintahan Demokrasi Terpimpin.

Anda mungkin juga menyukai