2.Agustiar Pratiwi Handoko 3.Suci Rama Dini Pemeriksaan swab vagina
Pemeriksaan swab vagina adalah pemeriksaan
sampel sekret vagina. Umumnya pemeriksaan tersebut dilakukan sebagai penunjang diagnosis vaginitis. Vaginitis dapat berupa vaginosis bakterial, kandidiasis vulvovaginal, trikomoniasis, atau koinfeksi Pengambilan Swab Vagina Diambil secara aseptik dari bagian dalam vagina, serviks yang berlendir atau berdarah/aspirasi bila ada pus/swab genital ulcer. Sebaiknya menggunakan cocor bebek dan sarung tangan untuk pengambilan sekret vagina. Swab menggunakan kapas lidi steril dimasukkan ke vagina dan putar searah jarum jam, kemudian tarik.
•Dapat dilakukan dengan 2 cara
1.high vaginal swab (HVS) , dilakukan oleh klinisi 2.low vaginal swab (LVS) dapat dilakukan oleh klinisi atau pasien sendiri. Pemeriksaan Swab Uretra
Swab uretra adalah tindakan mengambil sekret uretra pada
pasien laki-laki yang dicurigai mengalami penyakit seperti klamidia atau penyebab uretritis lain. Umumnya pemeriksaan ini dilakukan untuk menegakkan diagnosis uretritis atau prostatitis, dan mendeteksi infeksi menular seksual, terutama infeksi Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Pengambilan Swab Uretra Diambil secara aseptik dari bagian yang berlendir atau berdarah/aspirasi bila ada pus/swab genital ulcer. Sebaiknya menggunakan sarung tangan untuk pengambilan sekret uretra. Swab menggunakan kapas lidi steril dimasukkan ke uretra distal dan putar searah jarum jam, kemudian tarik eksudat yang ada di distal uretra. Prinsip Pengambilan Sampel 1. Pengambilan sampel harus representative, mewakili proses pemeriksaan yang dikehendaki dan ada kaitannya dengan infeksi mikroorganisme penyebab penyakit), tanpa memandang asal/jenis spesimen 2. Spesimen dalam wadah/tempat steril, untuk mencegah pencemaran, spesimen harus segera dikirimkan ke laboratorium 3. Perlu diperhatikan kenyamanan dan privasi pasien, berikan penjelasan dan arahan yang cukup, agar spesimen yang diambil sesuai dengan kebutuhan Hal yang Perlu Diperhatikan untuk Keberhasilan Pemeriksaan Sitologi • Ketepatan pengambilan • Metode fiksasi yang benar • Cara pengepakan dan pengiriman sampel • Prosesing sitologi terutama pewarnaan sel Penerimaan Bahan Pemeriksaan 1) Petugas loket menerima bahan pemeriksaan dan formulir permintaan pemeriksaan. 2) Petugas loket mencatat nama dokter dan nama rumah sakit yang meminta pemeriksaan, data penderita serta jenis dan banyaknya bahan pemeriksaan pada buku penerimaan. 3) Petugas loket memberi nomor pada formulir permintaan pemeriksaan dan pada bahan pemeriksaan. 4) Petugas loket memberi tanda terima, nomor sediaan dan tanggalselesai pemeriksaan. Pengolahan Jaringan Pembuatan Sediaan Mikroskopik Bahan pemeriksaan sitologi yang telah berupa kaca benda baik kering yang telah difiksasi maupun basah (masih dalam cairan fiksasi), oleh teknisi (petugas) instalasi sitologi, diwarnaipewarnaan Papanicolaou dan Giemsa ditetesi entelan kemudian ditutup dengan kaca penutup, selanjutnya diberi label (nomor dan nama penderita). Pelabelan
1) Tanggal Pengambilan Spesimen
2) Nama dan Nomor pasien 3) Jenis Spesimen 4) Pewarnaan yang digunakan 5) Nama petugas yang mengerjakan Penyimpanan Spesimen
1) Disimpan pada suhu kamar
2) Simpan dalam lemari es dengan suhu 2 – 8 derajat celcius 3) Dibekukan suhu -20 derajat celcius atau - 120 derajat celcius 4) Dapat diberikan bahan pengawaet Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Hal yang menjadi perhatian di laboratorium patologi anatomi, antara lain :
1. Tersedia nya APD (Alat Pelindung Diri)
2. Pengetahuan tentang K3 dari masing masing petugas lab 3. Berhati hati dalam mengidentifikasi penerimaan sampel spesimen 4. Tidak menaruh cairan lain saat proses pengeringan spesimen hapusan 5. Perhatikan spesimen hapusan yang akan diperiksa Monitoring 1) Pengoleksian spesimen dan transportasi spesimen yang benar untuk pemeriksaan histopatologis penting untuk dilakukan karena sejumlah alasan berikut ini. 2) Kesalahan identifikasi dan pelabelan pada spesimen pasien yang salah dapat menyebabkan dikeluarkannya laporan yang keliru. 3) Arsitektur jaringan dan khususnya detail dari sel dapat menjadi sulit diidentifikasi ketika pengirim memberikan spesimen yang telah dimasukkan larutan fiksasi yang tidak semestinya, sehingga diagnosis jaringan yang tepat hampir tidak mungkin. Hal ini terkadang menyebabkan kebutuhan pada biopsi ulang. 4) Orientasi spesimen yang salah dari pengiriman, kurangnya identifikasi yang sesuai dalam formulir permintaan, atau kekurangan margin yang jelas (misalnya mesorektum). Hal ini dapatmempersulit ahli patologi dalam mengomentari margin eksisi bedah. TERIMAKASIH