Anda di halaman 1dari 14

PENCEMARAN ESTUARI DAN LAUT

LIMBAH DOMESTIK DI LINGKUNGAN PESISIR DAN LAUT

KELOMPOK 1
ANMA JANUAR RIZKI (2010716110002)
EDY ZULKARNAIN (2010716210019)
MUHAMMAD IKHWAN NASOHA (2010716310004)
MUHAMMAD AKHIRUL IMAM (2010716310016)
ELVEINA AULIA (2010716220001)
DEA NABILLA (2010716220010)
AULIANI (2010716220027) PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
NAUFAL AZIZ WAHYUSENA (2210119810010) UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
LIMBAH CAIR DOMESTIK
• Limbah cair dapat diartikan sebagai hasil buangan yang berbentuk cair atau liquid. Limbah
jenis ini dapat dihasilkan dari kegiatan atau proses di dalam rumah tangga, industri, bahkan
kegiatan atau proses di dalam pertambangan. Limbah cair lebih dikenal sebagai sampah, yang
seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik.
^ Limbah cair domestik yang disebabkan oleh perusahaan industri

• Dapat dilihat pada gambar diatas menunjukkan limbah cair air limbah ini umumnya
dibuang melalui saluran got menuju sungai ataupun laut. Terkadang dalam perjalanannya
menuju laut, air limbah ini dapat mencemari sumber air bersih yang dipergunakan oleh
manusia. Dengan demikian penanganan air limbah perlu mendapat perhatian serius. Selain
dapat berbahaya bagi kesehatan manusia, air limbah juga dapat mengganggu
lingkungan, hewan, keindahan alam.
PENGARUH LIMBAH CAIR DOMESTIK

• Masuknya limbah cair domestik ke lingkungan perairan dapat memberikan dampak


terhadap kualitas perairan tersebut. Buruknya dampak yang diberikan mempengaruhi organisme
yang hidup didalamnya. Planetary notions (2002) mengemukakan beberapa masalah yang
dapat ditimbulkan oleh limbah cair domestik secara umum, antara lain terhadap lingkungan,
yakni terjadi kerusakan secara ekologis, kesehatan manusia dan kerugian secara ekonomi.
• Limbah cair domestik mengandung beragam kotoran yang terlarut maupun yang tersuspensi
(dissolved and suspended impurities). Materi organik terutama berasal dari sisa-sisa makanan
dan sayuran. Unsur hara dapat berasal dari sabun berbahan kimia, sabun cuci dalam bentuk
bubuk, dan sebagainya. Limbah cair domestik juga mengandung mikroba penyebab penyakit,
dan berbagai substansi yang digunakan manusia untuk membersihkan rumah turut menyumbang
polusi air karena substansi tersebut mengandung bahan kimia yang berbahaya.
• Substansi-substansi tersebut mengandung fosfat yang umumnya digunakan untuk melunakkan air.
Semua kandungan yang bersifat kimiawi ini mempengaruhi seluruh kehidupan di air (perairan).
Dampak limbah domestik terhadap lingkungan pesisir dan laut yaitu :
• 1. Lingkungan pantai yang dipenuhi sampah, selain merusak keindahan juga dapat mempengaruhi
kehidupan ekosistem.
• 2. Banyaknya sampah yang terapung, selain menimbukan bau yang tidak sedap juga dapat
menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke laut.
• 3. Air laut berubah warna dan dasar laut tertutupi sampah sehingga berpengaruh pada kehidupan
komunitas bentos.
• 4. Jika hal ini dibiarkan, tidak menutup kemungkinan laut kehilangan habitat aslinya dan beberapa
jenis makhluk hidup tidak mampu bertahan.
• 5. Masuknya beban pencemar organik akan menurunkan kualitas oksigen terlarut, dengan demikian,
kondisi perairan akan menjadi anoksik (kekurangan oksigen) yang akan berdampak pada kematian
ikan masal.
• Hal ini dapat mengakibatkan permukaan air laut berubah
warna, menjadi warna yang sesuai dengan pigmen plankton ini.
Kejadian ini biasanya dikenal sebagai algae blooms atau red
tide, dimana beberapa diantaranya memiliki kadar toksisitas
yang cukup tinggi, untuk itu lebih dikenal sebagai “harmfull
algae blooms (habs)”. Habs dan red tide juga merupakan
faktor terjadinya kematian ikan secara masal.
• Dampak pencemaran yang paling sering dirasakan oleh
^ Limbah domestik perairan menyebabkan kematian ikan
masyarakat diantaranya adalah dampak terhadap kesehatan.
Timbunan sampah yang tidak tertangani dapat menjadi tempat
pembiakan penyakit. Diare, kolera, tifus menyebar dengan
cepat. Begitu juga dengan berbagai penyakit kulit yang
biasanya datang bersamaan dengan genangan air yang
membawa limbah.
• Dampak Ekonomi Penurunan kualitas lingkungan
berbanding lurus dengan penurunan nilai suatu wilayah.
Kandungan logam berat di perairan menjadikan beberapa
jenis kerang dan ikan berbahaya untuk dikonsumsi dan tidak
^ Limbah Padat di Laut Yang Disebabkan Oleh Aktivitas Manusia di Daerah Pesisir Layak jual. Selain itu, akibat tercemarnya perairan, hasil
Material organik akan menyebabkan kelimpahan tangkapan nelayan mengalami penurunan signifikan. Laut
nutrient, dimana ketika oksigen turun dan BOD naik, akan yang kotor dan dipenuhi sampah akan menimbulkan
menghasilkan pengkayaan materi organik yang disebut keengganan para pengunjung untuk menjadikannya tempat
eutrofikasi. Eutrofikasi ini dapat berakibat meledaknya tujuan wisata, yang berarti mengurangi peluang pemasukan
kelimpahan plankton/algae (fitoplankton). bagi masyarakat setempat.
• Outfall adalah ujung saluran yang ditempatkan pada sungai atau
badan air penerima. Pemanfaatan ocean outfall yaitu saluran pembuangan
Dampak sosial yang timbul bisa beragam. Diantaranya, bergesernya jati diri berupa pipa yang ditanam menuju ketengah perairan laut dengan jarak
masyarakat pesisir yang semula hidup sebagai nelayan menjadi pekerja daratan tertentu untuk mendapatkan kedalaman air tertentu. Kedalaman tertentu ini
seperti buruh, tukang bangunan, satpam, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan kehidupan didapatkan dengan mengukur arus laut disuatu wilayah pesisir sehingga
di laut sudah tidak menjanjikan, hasil tangkapan menurun akibat pencemaran yang dapat membantu proses biokimia secara natural di laut (mukhtasor,
2007:126)
makin meluas. Kawasan pesisir juga dianggap kawasan kumuh tempat bermuara
seluruh sampah, sehingga menjadikan masyarakat pesisir senantiasa merasa • Ocean outfall merupakan alternatif pembuangan limbah cair,
terbelakang dan terpinggirkan. khususnya limbah yang mengandung bahan organik dan bakteri faecal
coliform dalam jumlah tinggi. Istilah ocean outfall dikemukakan oleh
# OUTFALL SEBAGAI FASILITAS ALTERNATIF PEMBUANGAN LIMBAH CAIR charlton pada tahun 1987 untuk merujuk pada rekayasa perpipaan bawah
laut yang digunakan untuk membuang limbah cair dari daratan ke laut
Pembuangan limbah kebadan sungai yang berlangsung lama menimbulkan sehingga memungkinkan terjadinya proses biokimia secara natural di laut.
dampak besar pada wilayah estuari dan perairan laut yaitu mengakibatkan Selanjutnya bahan-bahan organik, nutrien, dan bakteri yang terkandung di
perubahan lingkungan terhadap kualitas air oleh kandungan limbah sehingga dalam limbah dapat terdegradasi oleh proses alami tersebut (mukhtasor,
2007). Sebelum dibuang ke laut, limbah diolah dengan derajat pengolahan
membawa dampak terhadap perubahan kehidupan dilingkungan tersebut. Terjadinya
yang lebih rendah daripada persyaratan yang ditetapkan untuk
penumpukan dan akumulasi limbah dengan konsentrasi yang tinggi memberikan pengolahan di darat secara umum. Akibatnya biaya pengolahan menjadi
dampak yang besar terhadap kehidupan perairan laut di sekitar muara sungai lebih murah. Hal ini dikarenakan, untuk memperoleh kriteria keamanan
terutama pada tingkat kekeruhan air. Kekeruhan air membawa dampak terhadap lingkungan yang sama, ocean outfall memanfaatkan faktor alami laut untuk
terhalangnya masuknya cahaya matahari yang mengganggu proses rantai makanan menurunkan konsentrasi limbah selain pengolahan di daratan.
yang membawa perubahan terhadap daur organisme. Contohnya kandungan logam
berat yang ada pada perairan. Kandungan logam berat berdampak langsung • Faktor alam yang dimanfaatkan untuk memproses kandungan limbah
terhadap perubahan kondisi fisik sungai dan estuari, serta mahluk hidup yang tersebut adalah konsentrasi oksigen terlarut, kecepatan arus dam kondisi
gelombang, kedalaman air laut, difusi molekul dan turbulensi, serta energi
mendiami wilayah tersebut. Proses rantai makanan membawa dampak yang lebih
matahari (yang digunakan dalam proses biokimia) di lapisan atas air laut.
buruk terhadap percepatan pencemaran mahluk hidup dengan mengendapnya logam
Di samping itu, proses pengurangan konsentrasi limbah dapat ditingkatkan
berat dalam tubuh mahluk hidup. Jumlah limbah domestik yang sangat besar, dapat dengan perancangan bentuk dan jenis diffuser (pipa penyebar aliran
dilakukan dengan mengurangi beban yang diterima oleh badan sungai dengan limbah) serta tata letaknya sesuai dengan kondisi dinamika lingkungan laut
melakukan penanganan khusus atau dengan penangan alternatif yaitu “ocean outfall”. dan kuantitas limbah yang hendak ditangani.
PENCEMARAN LAUT OLEH LIMBAH PADAT (SAMPAH)
• Limbah adalah bahan pembuangan tidak terpakai yang
berdampak negatif bagi masyarakat jika tidak dikelola dengan
baik. Limbah merupakan sisa produksi, baik dari alam maupun hasil
kegiatan manusia.
MARINE DEBRIS
• Sampah laut adalah sampah yang berasal dari daratan, badan
air, dan pesisir yang mengalir ke laut atau sampah yang berasal
dari kegiatan di laut. Sedangkan sampah plastik adalah sampah
yang mengandung senyawa polimer. Sampah plastik ini sudah
Alternatif pembuangan limbah cair perkotaan ocean outfall menjadi komponen terbesar sampah laut (marine debris). Sampah
laut terdapat di semua habitat laut, mulai dari kawasan-kawasan
Sistem ini dapat mengurangi kandungan limbah dalam jumlah padat penduduk hingga lokasi-lokasi terpencil yang tak terjamah
yang lebih banyak daripada sistem pengolahan limbah di darat, manusia; dari pesisir dan kawasan air dangkal hingga palung-
baik untuk parameter BOD, padatan tersuspensi, maupun coliform. palung laut dalam. Kepadatan sampah laut beragam dari satu
Hal ini terutama karena disebabkan oleh proses alami di laut yang lokasi ke lokasi lain, dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia,
berperan besar dalam menurunkan kadar polutan. Selain itu, sistem
kondisi perairan atau cuaca, struktur dan perilaku permukaan bumi,
ini dapat meminimalkan persoalan lahan, lumpur, bau, dan
berlebihnya nutrien, terutama di daerah perkotaan. Namun titik masuk, dan karakteristik fisik dari materi sampah.
demikian, seperti layaknya semua jenis teknologi, ocean outfall juga • Plastik, mencakup beragam materi polimer sintetis, termasuk
tidak bisa menghilangkan limbah secara tuntas. Seluruh rekayasa jaring ikan, tali, pelampung dan perlengkapan penangkapan ikan
ini diarahkan untuk menghasilkan teknologi efektif dengan biaya
lain; barang-barang konsumen keseharian, seperti kantong plastik,
yang murah. Keberhasilan dari pelaksanaan teknologi ini
tergantung pada perhitungan yang cermat terkait dengan kondisi botol plastik, kemasan plastik, mainan plastik, wadah tampon;
perairan laut, kecepatan arus laut dan perancangan yang baik popok; barang-barang untuk merokok, seperti puntung rokok, korek
sehingga dapat memberikan hasil yang seperti diharapkan. api, pucuk cerutu; butir resin plastik; partikel plastik mikro.
Jenis-jenis sampah yang terdapat di laut yang biasa ditemukan adalah sebagai berikut :
1. Logam, termasuk kaleng minuman, kaleng aerosol, pembungkus kertas timah dan pembakar (barbeque) sekali pakai;
2. Gelas, termasuk botol, bola lampu;
3. Kayu olahan, termasuk palet, krat/peti, dan papan kayu;
4. Kertas dan kardus, termasuk karton, gelas, dan kantong;
5. Karet, termasuk ban, balon, dan sarung tangan;
6. Pakaian dan tekstil, termasuk sepatu, bahan perabot, dan handuk.

# MIKROPLASTIK

Ada 7 (tujuh) sumber utama mikroplastik di dunia berdasarkan laporan dari International Union for Conservation of Nature (IUCN):
Primary Microplastics in the Oceans: a Global Evaluation of Sources, yaitu ban kendaraan, bahan textile, cat kapal, cat marka jalan, produk
kesehatan/pembersih, pellets, dan limbah lainnya akibat pencucian atau pelapukan (misalnya sol sepatu, debu rumah tangga, rumput buatan,
penggunaan deterjen, dll).
Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian oleh Universitas Hassanudin pada tahun 2015, menemukan 76 ikan dari 11 spesies terbukti 28%
ikan yang diteliti memakan micro-plastic ukuran 0.1 – 1.6 mm di Tempat Pemasaran Ikan (TPI) Poutere, Makassar. Sedangkan penelitian di
University California at Davis, telah menemukan 64 ikan dari 12 spesies dan 12 kerang-kerangan terbukti 67% ikan dan 25% kerang-
kerangan yang diteliti memakan micro-plastic ukuran 0.3 – 5.9 mm di Pasar Ikan Halfmoon Bay, California.
Temuan plastik mikro pada ikan di TPI Poutere, Makassar menunjukkan tingginya pencemaran plastik di laut kita. Riset terbaru, dilakukan Noir
Primadona Putra dari Departemen Kelautan Universitas Padjadjaran Bandung dan Agung Yunanto dari Balai Riset dan Observasi Laut
Denpasar, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Penelitian cemaran sampah tersebut di lakukan di sekitar Pulau Biawak, Indramayu,
Jawa Barat. Total sampah dikumpulkan di pulau itu 68 kg yang dikumpulkan dari garis pantai sepanjang 655-meter atau 1 kg per 9,6-meter
panjang pantai. Hasilnya ditemukan mikroplastik 0,08 per kg, yang berupa busa styrofoam dan plastik.Di 46 lokasi lain di Laut Jawa,
Kepulauan Seribu, dan perairan Banten ditemukan tingkat cemaran plastik tinggi. Pencemaran sampah plastik, baik makro maupun mikro,
meluas di perairan Indonesia. Sejumlah perairan yang diteliti oleh KKP ini antara lain Selat Bali, Selat Makassar, dan Selat Rupat di Dumai.
Lokasi lain yang diteliti meliputi perairan Taman Nasional Taka Bonerate di Flores, Taman Nasional Bunaken, dan Taman Nasional
Bali Barat.Hasilnya semua lokasi tersebut tercemar mikroplastik, sekalipun perairan dalam yang terisolasi seperti Laut Banda.
Pencemaran mikroplastik di Bunaken 50.000-60.000 partikel per kilometer persegi (km2), Laut Sulawesi 30.000-40.000 partikel per
km2, dan Laut Banda 5.000-6.000 partikel per km2. Ada empat jenis plastik mikro ditemukan, meliputi plastik tipis, fragmen (bagian
plastik hancur), fiber (serat), dan pelet (bijih plastik atau butiran).

Sejumlah faktor telah diperkirakan sebagai penyebab banyaknya mikroplastik yang ada di lingkungan perairan tawar. Beberapa di
antaranya adalah perbandingan populasi manusia dibandingkan dengan jumlah sumber air, letak pusat perkotaan, waktu tinggal air,
ukuran sumber air, jenis pengolahan limbah, dan jumlah saluran pembuangan. Para peneliti mengatakan bahwa jumlah partikel pelagis
tinggi ditemukan dalam danau-danau dengan populasi manusia yang rendah akibat waktu tinggal air yang tinggi dan ukuran danau
yang besar. Mereka juga mengatakan bahwa pola tersebut juga menjelaskan alasan danau-danau yang lebih besar mengandung lebih
sedikit mikroplastik pelagis, bila dibandingkan dengan danau yang ukurannya lebih kecil namun densitas partikelnya lebih tinggi. Di sisi
lain, apabila kehadiran mikroplastik dihubungkan dengan pengolahan limbah, para peneliti memprediksi bahwa banyaknya plastik yang
dimanfaatkan untuk suatu produk tertentu dapat dikaitkan dengan jumlah limbah mikroplastik yang tidak dapat ditangkap oleh fasilitas
pengolahan limbah sehingga mengapung di perairan. Konsentrasinya juga mungkin bervariasi tergantung kedekatan fasilitas
pengolahan air limbah dengan wilayah tersebut.

Saran penelitian terhadap potensi dampak terhadap Manusia Dampak mikroplastik (dari laut atau air tawar) pada manusia tidak
didokumentasikan dengan baik. Di bidang keamanan pangan misalnya, karena informasi yang terbatas, ulasan pada literatur belum
mampu menilai konsekuensi dari kehadiran mikroplastik. Bagaimanapun, mikroplastik yang didokumentasikan dalam jaringan bivalvia
laut komersial; konsentrasi 0,36 ± 0.07SD dan 0,47 ± 0.16SD partikel per gram dari jaringan lunak (berat basis basah) masing-masing
terdeteksi dalam kerang, M.edulis, diperoleh dari sebuah peternakan kerang di Jerman dan dari tiram, Crassostrea gigas, yang dibeli di
supermarket dan awalnya dipelihara di Samudra Atlantik. Oleh karena itu penting untuk menyelidiki apakah mikroplastik bisa memiliki
potensi untuk memberikan efek baik langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan manusia atau nilai ekonominya.
DAMPAK PEMBUANGAN SAMPAH KE LAUT

Kerusakan lingkungan perairan dapat disebabkan tertimbunnya limbah dari kegiatan pertanian, peternakan maupun industrialisasi.
Limbah-limbah industri yang mengandung logam berat misalnya tidak dapat dengan mudah didegradasi sehingga berdampak pada
pencemaran lingkungan. Tak terkecuali logam berat yang dibuang ke sungai. Sungai adalah salah satu sumber daya perairan yang
sangat penting. Peningkatan aktifitas manusia, seperti bidang perindustrian maupun limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai
menyebabkan terjadinya degradasi kualitas perairan sungai. Logam berat akan mencemari perairan dan seluruh aspek yang
memanfaatkan perairan tersebut.

Masuknya bahan-bahan pencemar tidak hanya berasal dari bahan organik tetapi juga dari bahan anorganik yang bersifat toksik
(beracun). Masuknya bahan- bahan tersebut ke dalam ekosistem perairan akan menimbulkan perubahan yang dapat mempengaruhi
kelangsungan jidup biota yang ada didalamnya. Perubahn ini juga mempengaruhi fungsi dan kegunaan air menjadi tidak sesuai lagi
dengan peruntukan semula. Bila bahan pencemar masuk ke dalam lingkungan laut, maka bahan pencemar ini akan mengalami tiga
macam proses akumulasi (Hutagalung, 1991), yaitu proses fisik, kimia dan biologis.

Peroses masuknya bahan pencemar kelingkungan laut


Bahan pencemar memasuki badan air melalui berbagai cara seperti pembuangan limbah oleh industri, pertanian, domestik dan
perkotaan, dan lain- lain. Logam-logam di lingkungan perairan umumnya berada dalam bentuk ion. Ion-ion tersebut ada yang
berupa ion bebas, pasangan ion organik, ion-ion kompleks dan bentuk-bentuk ion lainnya. Umumnya logam-logam yang terdapat
dalam tanah dan perairan dalam bentuk persenyawaan, seperti senyawa hidroksida, senyawa oksida, senyawa karbonat dan
senyawa sulfida. Senyawa- senyawa itu sangat mudah larut dalam air.

Suatu perairan dikatakan memiliki tingkat polusi berat jika kandungan logam berat dalam air dan organisme yang hidup di
dalamnya cukup tinggi. Pada tingkat polusi sedang, kandungan logam berat dalam air dan biota yang hidup di dalamnya berada
dalam batas marjinal. Sedangkan pada tingkat nonpolusi, kandungan logam berat dalam air dan organisme yang hidup di
dalamnya sangat rendah, bahkan tidak terdeteksi.

UPAYA PENANGGULAN PENCEMARAN LAUT AKIBAT SAMPAH

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki kepentingan yang sangat besar di sektor kelautan.
Keanekaragaman hayati dan sumber daya yang dimiliki, seperti minyak dan gas, terumbu karang, mangrove, flora dan fauna,
merupakan sumber daya yang sangat berarti, tidak hanya bagi Indonesia, tapi juga bagi dunia.

Namun demikian, keanekaragaman hayati dan sumber daya yang kita miliki terancam oleh berbagai aktivitas pembangunan
ekonomi dan aktivitas masyarakat lainnya yang menyebabkan timbulnya pencemaran, kerusakan lingkungan dan menurunnya fungsi
ekosistem yang ada. Salah satu yang menjadi keprihatinan berbagai pihak terhadap kondisi perairan laut global adalah adanya
pencemaran yang berasal dari sampah plastik. Di berbagai perairan di Indonesia, sampah plastik masih cukup banyak ditemui
baik yang berada di permukaan maupun yang telah berada di bawah air.
Kontribusi besar sampah plastik berasal dari aktivitas masyarakat di darat yang pada akhirnya terbawa ke
laut. Jumlah plastik yang berasal dari daratan ditengarai jauh lebih banyak dari pada yang berasal dari
kegiatan di laut sendiri. Kekhawatiran utama terhadap sampah plastik dikarenakan sifat plastik yang un-
degradable, dapat bertahan sangat lama di laut dan juga mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3).
Hasil dari beberapa kajian telah mengindikasikan bahwa plastik telah masuk ke rantai makanan karena plastik
tersebut telah dikonsumsi oleh ikan. Sebagai B3, maka upaya yang harus dilakukan adalah untuk mencegah agar
plastik tidak masuk ke perairan laut.

Untuk menanggulangi permasalahan terkait sampah marine plastic debris, Indonesia telah melakukan
beragam upaya pada tingkat nasional, regional dan global. Sejak tahun 2015, Indonesia telah
mengkampanyekan ancaman marine plastic debris di tingkat global, dimana hal ini terefleksikan dari posisi
Indonesia sebagai co-sponsor resolusi resolusi Marine Plastic Debris and Microplastic yang diusulkan oleh
Norwegia pada pertemuan United Nations Environment Assembly UNEA. Pada World Ocean Summit 2017 di Bali,
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi 70% sampah plastik di laut pada tahun 2025. Sebagai
tindak lanjut, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018, tentang
penanganan sampah laut, dan memuat Rencana Aksi Nasional 2018-2025 yang melibatkan berbagai
Kementerian/Lembaga dan Pemda. Sebagai tuan rumah pertemuan Our Ocean Conference 2018, dari 22
Komitmen yang disampaikan oleh Indonesia, 5 diantaranyka merupakan komitmen terkait upaya penanggulangan
sampah plastik di laut.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai