Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PPOK

Disusun oleh :

MAWARA, ROCKY

REBA, ALDI

LOLONG, LAIDY

TELENGI, KAREN

TAMPI, KEZIA

UNIVERSITAS KLABAT

FAKULTAS KEPERAWATAN

AIRMADIDI
Latar Belakang

Definisi PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinisikan sebagai penyakit atau gangguan paru yang
memberikan kelainan ventilasi berupa ostruksi saluran pernapasan yang bersifat progresif dan tidak
sepenuhnya reversible. Obstruksi ini berkaitan dengan respon inflamasi abnormal paru terhadap partikel
asing atau gas yang berbahaya. Pada PPOK, bronchitis kronik dan emfisema sering ditemukan Bersama,
meskipun keduanya memiliki proses yang berbeda.

Akan tetapi menurut PDPI 2010, bronchitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK,
karena bronchitis kronik merupakan kronik diagnosis klinis, sedangkan emfisema merupakan diagnosis
patologi. Bronchitis kronik merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan mucus yang
meningkat dan bermanifestasi sebagai batuk kronik. Emfisema merupakan suatu perubahan anatomis
parenkim paru yang ditandai oleh pembesaran alveoulus dan ductus alveolaris serta destruksi dinding
alveolar.

Prevalensi PPOK

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan
aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari
bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya. Bronkitis kronik adalah kelainan saluran napas yang
ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut-
turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.

Emfisema suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus
terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Banyak penyakit dikaitkan secara langsung dengan kebiasaan
merokok, dan salah satu yang harus diwaspadai ialah PPOK. Angka kesakitan penderita PPOK laki-laki
mencapai 4%, angka kematian mencapai 6% dan angka kesakitan wanita 2%, angka kematian 4%, umur di
atas 45 tahun. 1,2,3 Data badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) dari seluruh perokok di
dunia, 84% (1,09 milyar orang) berada di negara berkembang. Depkes RI (2004) melaporkan bahwa
penduduk Indonesia hampir 70% telah mulai merokok di usia anak-anak dan remaja. Kondisi ini
menyebabkan mereka akan sulit berhenti merokok dan membuat mereka mempunyai risiko yang tinggi
mendapatkan penyakit yang berhubungan dengan rokok pada usia pertengahan.

Di Amerika Serikat, PPOK mengenai lebih dari 16 juta orang, lebih dari 2,5 juta orang Italia, lebih
dari 30 juta di seluruh dunia dan menyebabkan 2,74 juta kematian pada tahun 2000. Di Indonesia, PPOK
menempati urutan kelima sebagai penyakit penyebab kematian dan diperkirakan akan menduduki peringkat
ke-3 pada tahun 2020 mendatang.4,5 Penyakit Paru Obstruksi Kronik yang biasa disebut sebagai PPOK
merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak
sepenuhnya reversibel. Gangguan yang bersifat progresif ini disebabkan karena terjadinya inflamasi kronik
akibat pajanan partikel atau gas beracun yang terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama dengan gejala
utama sesak nafas, batuk dan produksi sputum. Sehingga PPOK berkorelasi dengan jumlah total partikel
yang telah dihirup oleh seseorang selama hidupnya.

Merokok merupakan faktor risiko utama dalam menyebabkan perkembangan dan peningkatan PPOK.
Di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 4,8 juta penderita PPOK. Angka ini bisa meningkat dengan
semakin banyaknya jumlah perokok karena 90% penderita PPOK adalah perokok atau bekas perokok.

Kasus

Seorang Wanita berusia 68 tahun dengan keluhan sesak napas mengalami Penyakit Paru Obstruksi Kronik on
HD dirawat di ruang ICU, diambil darah AGDnya dan didapatkan hasil PO2 :76 (menurun),PCO2 : 55
(meningkat).Klien tampak sesak dengan respirasi 30x/menit. Klien tampak kebingungan dengan
penyakitnya.Tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit, frekuensi nafas 26 x/menit.

Etiology PPOK

Etiologi Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK):

1. Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu, asap dan gas-gas kimiawi.
2. Faktor Usia dan jenis kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi paru-paru, bahkan pada
saat gejala penyakit tidak dirasakan.
3. Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia, bronkitis, dan asma orang dengan kondisi ini
berisiko mendapat PPOK.
4. Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu enzim yang normalnya melindungi paru-
paru dari kerusakan peradangan orang yang kekurangan enzim ini dapat terkena empisema pada usia
yang relatif muda, walaupun tidak merokok.

Faktor resiko penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah hal-hal yang berhubungan yang mempengaruhi
menyebabkan terjadinya PPOK pada seseorang atau kelompk tertentu. Faktor resiko tersenut meliputi:

1. Faktor penjamu (host): Faktor penjamu yang utama adalah genetik, hiper responsif jalan napas dan
pertumbuhan paru. Dalam kasus yang jarang terjadi, faktor genetik dapat menyebabkan orang yang
tidak pernah merokok memiliki resiko terkena PPOK., seperti kelainan genetik yang menyebabkan
kekurangan α1-antitrypsin (AAT) .
Defisiensi AAT adalah satu-satunya faktor resiko genetik PPOK yang ada, kemungkinan beberapa
gen merupakan faktor risiko tambahan, para peneliti belum dapat membuktikan hal ini (Samiadi,
2017). Menurut American Lung Assosiation sejumlah kecil orang memiliki bentuk PPOK langka
yang disebut emfisema terkait hiper-1, bentuk PPOK ini disebabkan oleh kondisi genetik (warisan)
yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menghasilkan protein (Alpha-1) yang melindungi paru-
paru (Association, 2017). Faktor resiko lainnya dapat terjadi jika anggota keluarga memiliki riwayat
mengidap penyakit PPOK sebelumnya, hal ini akan menimbulkan resiko lebih tinggi terkena penyakit
PPOK pada anggota keluarga yang lainnya (Kemenkes, 2018).

2. Faktor Perilaku (Kebiasaan): Faktor perilaku atau kebiasaan adalah faktor yang paling riskan
penyebab penyakit PPOK. Faktor risiko utama PPOK adalah merokok, merokok menjadi penyebab
sampai 90% kematian PPOK di dunia menurut American Lung Association (ALA). Para perokok
kira-kira 13 kali lebih mungkin untuk mengalami kematian akibat penyakit PPOK daripada mereka
yang tidak pernah merokok, paparan jangka panjang terhadap asap tembakau sangatlah berbahaya.
Semakin lama tahun dan semakin banyak bungkus rokok yang dihisap, maka semakin besar pula
risiko terkena penyakit PPOK. Perokok batang dan perokok cerutu semuanya sama berisikonya,
paparan terhadap asap rokok pasif (secondhand smoke) juga meningkatkan risiko terkena PPOK.
Asap rokok yang dihirup oleh perokok pasif pasif mengandung baik asap dari tembakau yang terbakar
dan asap yang dihembuskan perokok (Samiadi, 2017). Ketika rokok terbakar, ia menciptakan lebih
dari 7.000 bahan kimia, banyak yang berbahaya. Racun dalam asap rokok melemahkan pertahanan
paru-paru terhadap infeksi, sehingga saluran udara menjadi sempit, racunnya juga menyebabkan
pembengkakan di saluran udara dan menghancurkan kantung udara (Association, 2017). Merokok
merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di negara berkembang. Perokok aktif dapat
mengalami hipersekresi mucus dan obstruksi jalan napas kronik, perokok pasif juga menyumbang
terhadap symptom saluran napas dan PPOK dengan peningkatan kerusakan paru-paru akibat
menghisap partikel dan gas-gas berbahaya.

3. Faktor Lingkungan (Polusi Udara): Polutan dalam ruangan dan luar ruangan juga dapat menyebabkan
kondisi penyebab PPOK jika paparan bersifat intens atau berkepanjangan. Polusi udara dalam
ruangan meliputi partikulat dari asap bahan bakar padat yang digunakan untuk memasak dan
pemanasan contohnya termasuk tungku kayu dengan ventilasi yang buruk, pembakaran biomassa atau
batubara, atau memasak dengan api. Paparan terhadap polusi lingkungan dalam jumlah besar adalah
faktor risiko yang lain, kualitas udara dalam ruangan memainkan peran penting dalam perkembangan
PPOK di negara-negara berkembang. Paparan jangka panjang terhadap debu, bahan kimia, dan gas
industri dapat mengiritasi dan mengakibatkan peradangan saluran napas dan paru-paru, sehingga
meningkatkan kemungkinan PPOK. Orang-orang dengan profesi yang sering berhadapan dengan
paparan debu dan uap kimia, seperti penambang batu bara, pekerja biji-bijian, dan pembuat cetakan
logam, memiliki reiiko lebih besar untuk terkena penyakit ini. Satu studi di American Journal of
Epidemiology menemukan bahwa fraksi PPOK yang dikaitkan dengan pekerjaan diperkirakan
mencapai 19,2% secara keseluruhan dan 31,1% di antara mereka yang tidak pernah merokok
(Samiadi, 2017). Hampir 3 miliar orang di seluruh dunia menggunakan biomassa dan batu bara
sebagai sumber utama energi untuk memasak, pemanasan, dan kebutuhan rumah tangga. Banyaknya
polusi udara dalam ruangan bertanggung jawab untuk sebagian besar risiko PPOK daripada merokok
atau polusi udara luar (WHO, 2018).

4. Faktor Usia: PPOK paling sering dialami oleh orang yang berusia minimal 40 tahun yang memiliki
riwayat merokok. Insidensi ini meningkat seiring bertambahnya usia(Samiadi, 2017). PPOK akan
berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun, gejala penyakit umumnya muncul pada pengidap
yang berusia 35 hingga 40 tahun (Kemenkes, 2018).

Tanda dan Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis

PPOK berkembang secara perlahan dan tidak menunjukkan gejala khusus pada tahap awal. Gejalanya
baru muncul setelah bertahun-tahun, ketika sudah terjadi kerusakan yang signifikan pada paru-paru.
Sejumlah gejala yang biasanya dialami oleh penderita PPOK adalah:

- Batuk tidak kunjung sembuh yang dapat disertai dahak


- Napas tersengal-sengal, terutama saat melakukan aktivitas fisik
- Berat badan menurun
- Nyeri dada
- Mengi
- Pembengkakan di tungkai dan kaki
- Lemas
Patofisiologi

Patogenesis PPOK Patogenesis terjadinya PPOK belum sepenuhnya diketahui walaupun beberapa
teori telah dikemukakan. Ada beberapa mekanisme utama terjadinya PPOK, yaitu adanya proses inflamasi
kronik pada saluran napas, stress oksidatif, gangguan keseimbangan antara proteolitik dan anti proteolitik.
Inflamasi kronik dari saluran napas karena masuknya sel inflamasi ke paru sebagai respons terhadap asap
rokok. Beberapa sel inflamasi seperti makrofag, netrofil, sel T CD8+ telah diketahui berperan dalam proses
inflamasi pada saluran napas pasien PPOK.

Stres oksidatif yang dapat menyebabkan gangguan fungsi sel atau bahkan kematian sel serta dapat
menginduksi kerusakan matriks ekstraseluler paru. Stres oksidatif selanjutnya akan mempengaruhi
keseimbangan antara proteolitik dan anti proteolitik melalui aktivasi protease dan mengnonaktifkan
antiproteinase. Gangguan keseimbangan antara proteolitik dan anti proteolitik pada paru, mengakibatkan
kerusakan parenkim paru sehingga terjadi emfisema. Peningkatan aktivitas proteolitik ini merupakan
konsekuensi dari respons inflamasi, yaitu pelepasan enzim proteolitik oleh sel inflamasi seperti makrofag dan
netrofil atau juga karena faktor genetik yaitu defisiensi al-antitripsin.
Form NCP (Nursing Care Plans)
Pt. Name: Bpk. Aldy. W Age: 28thn Room/Bed: mawar/08 Medical Diagnosis: PPOK Physician’s Name: Dr. Leidy.L

No Date/ Nursing Planning


Goal* Interventions* Rationale* Implementation Evaluation
. Time Diagnosis*
1. 07.09 Gangguan Setelah Pemantauan Respirasi : Pemantauan Jam 07.30 Wita S:
./21 pertukaran gas diberikan 1. Monitior frekuensi Respirasi : - klien sudah tidak
berhubungan asuhan irama, kedalaman 1. Berguna Telah dilakukan pemantauan mengeluh sesak
dengan perubahan keperawatan pernafasan, dan dalam respirasi : lagi.
membrane alveolus selama 8 jam upaya napas. derajat 1. Memonitor frekuensi - klien mengatakan
kapiler yang diharapkan 2. Monitor distress irama, kedalaman sudah tidak lagi
ditandai dengan : gangguan kemampuan batuk pernapsasana pernafasan, dan batuk berdahak.
DS : pertukaran gas efektif. tau upaya napas.
1. Klien klien 3. Auskultasi bunyi kronisnya 2. Memonitor O:
mengeluh meningkat napas. proses kemampuan batuk - Sudah tidak
sesak . dengan kriteria 4. Awasi tingkat penyakit. efektif. terdapat
2. Klien hasil : kesadaran / status 2. Kental, 3. Mengauskultasi pernapasan
mengantaka 1. Dispne mental. tebal,dan bunyi napas. cuping
n batuk a Terapi Oksigen : banyaknya 4. Mengawasi tingkat hidung dan
berdahak. menuru 1. Monitor tanda- sekresi kesadaran/ status retraksi oto
DO : n. tanda adalah mental. dada.
1. Terdapat 2. Bunyi hepoventilasi. sumber - Hasil
pernfasan nafas 2. Pertahankan utamaganggu Jam 08.30 Wita auskultasi
cuping tambah kepatenan dan an dada sudah
hidung dan an bersihan jalan pertukaran Telah dilakukan terapi tidak ada
retraksi otot (ronchi napas. gas pada oksigen : suara napas
dada. ) cukup 3. Berikan oksigen jalan napas 1. Memonitor tanda- tambahan.
2. Hasil menuru tambahan, jika kecil, tanda hepoventilasi. - Dennyut
auskultasi n. perlu. penghisapan 2. Mempertahankan nadi klien
dada 3. pernafa Manajemen Asam dibutuhkan kepatenan dan kembali
terdengar san Basa : bila batuk bersihan jalan napas. normal
suara nafas cuping 1. Kolaborasi dalam tidak efektif. 3. Memberikan oksigen (100x/menit
tambahan hidung pemberian 3. Bunyi napas tambahan, jika perlu. ).
(ronchi). menuru bronkodilator, jika mungkin - Hasil
Jam 10.00 Wita
3. Klien n. perlu. redup karena Telah dilakukan kolaborasi AGD :
takikardia 4. nilai penurunan dalam pemberian PO2
(nadi hasil aliran udara bronkodilator, jika perlu. membaik
115x/menit) AGD, atau area PCO2
4. Hasil AGD PCO2, konsolidasi, membaik
PO2 :76 PO2, adanya sudah tidak
(menurun) dan PH mengindikasi terlihat
PCO2 : 55 arteri kan spasme sesak lagi
(meningkat) memba bronkus/ dengan
. ik. tertahannya respirasi
Klien 5. Takikar secret. normal.
tampak dia 4. Gelisah dan
sesak memba ansietas A : gangguan
dengan ik (90- adalah pertukaran gas
respirasi 100x/m menifestasi teratasi :
30x/menit. enit). umum 1. Dispnea
6. Pola hipoksia. menurun.
nafas AGD yang 2. Bunyi nafas
memba memburuk tambahan
ik (22- disertai (ronchi)
24x/me bingung cukup
nit). menunjukan menurun.
disfungsi 3. pernafasan
serebral yang cuping
berhungan hidung
dengan menurun.
hipoksemia. 4. nilai hasil
Terapi Oksigen : AGD,
1. Untuk PCO2, PO2,
mengetahui dan PH
pernapasan arteri
sudah membaik.
normal apa 5. Takikardia
belum. membaik
2. Sumbatan (90-100x/m
pada jalan enit).
napas Pola nafas
merupakan membaik (22-
sumber 24x/menit).
utama
gangguan P : hentikan
pertukaran intervensi.
gas.
3. Pemberian
oksigen
tambahan
dapat
memperbaiki
dan
mencegah
memburukny
a hipoksia.
Manajemen Asam
Basa :
1. Merilekskan
oto halus dan
menurunkan
kongesti
local,
menurunkan
spasme jalan
napas,
mengi, dan
produksi
mukosa.

Pt. Name : tuan. Age:8 Room/Bed:808/18 Medical Diagnosis: Tipus Name:Dr. Kezia
Date/ Planning
No Nursing Diagnosis Implementation Evaluation
Time Goal Interventions Rationales
1. 20 Dx: bersihan jalan NOC : NIC : Pasien dengan penyakit 1.Telah melakukan S : “sus, saya masih
Sep napas b/d Respiratory Cough Enhancement, paru obstruktif kronik tindakan auskultasi batuk-batuk dan
2020 bronkopasma, Status: Airway Airway Manageent. (PPOK) memiliki hipertrofi paru-paru setelah sedikit
jam peningkatan Patency dan hiperplasia sel goblet batuk sesuai dengan mengeluarkan dahak
08.00- produksi sekret, dengan peningkatan kebutuhan untuk serta masih sulit
14.00 sekresi Seteah dilakukan 1.Auskultasi paru-paru produksi lendir. mencatat dan bernafas
WITA tertahan, tebal, tindakan setelah batuk sesuai mendokumentasikan
sekresi kental, keerawatan dengan kebutuhan Gangguan gerakan silia setiap perubahan O:
penurunan energi selama 3x 24 jam untuk mencatat dan berkontribusi pada sekresi signifikan pada suara - Auskulltasi
atau kelemahan. diharapkan mendokumentasikan yang tertahan dan batuk napas. klien mulai
bersihan jalan setiap perubahan yang kurang efektif. mereda
Subjektif : nafasndapat signifikan pada suara 2.Telah mengkaji - Klien batuk
- “sus, saya ditingkatkan, napas: Suara napas Pasien-pasien ini perubahan secret dengan
batuk- dengan kriteria menurun atau tidak mengalami penurunan konsistensi, jumlah, sputum
batuk hasil: ada suara napas dalam berbagai warna, bau. kental
yang 1. Batuk efektif  Suara kasar derajat tergantung pada berwarna
disertai (meningkat) Adanya ronki stadium penyakit mereka. 3.Telah yang sudah
dengan 2. Produksi halus memperhatikan mulai normal
dahak dan sputum(menurun  Kaji perubahan Penurunan atau tidak setiap perubahan - Kilen terlihat
sulit ) frekuensi adanya suara napas dari warna pada bibir, mulai
bernafas 3. Mengi pernapasan, sumbat lendir atau mukosa bukal, atau bernafas
(menurun) kedalaman, dan obstruksi jalan napas utama dasar kuku. dengan
Objektif : 4. Wheezing penggunaan lainnya. normal
- Auskulltasi (menurun) otot bantu 4.Telah mengkaji
terdengan 5. Dyspnea napas atau Suara kasar menunjukkan status hidrasi pasien A :tujuan belum
suara (menurun) posisi tripod. adanya cairan di sepanjang turgor kulit, membran tercapai
nafas 6. Ortopnea saluran udara yang lebih mukosa, dan lidah.
tambahan (menurun) 2.Kaji karakteristik atau besar.
ronki dan 7. Sulit bicara perubahan sekret: 5.telah melakukan P : lanjutlan
wheezing (menurun) konsistensi, jumlah, Krekels halus dapat tindakan intervensi
- Klien 8. Sianosis warna, bau. mengindikasikan menggunakan
batuk (menurun) keterlibatan jantung atau oksimetri nadi untuk
dengan 9. Gelisah 3.Perhatikan setiap jebakan sekresi. memantau saturasi
perubahan warna pada oksigen, menilai gas
sputum (menurun) bibir, mukosa bukal, Perubahan laju dan ritme darah arteri (ABGS).
kental 10. Frekuensi atau dasar kuku. pernapasan merupakan
berwarna nafas(membaik) tanda awal gangguan 6.Telah mengkaji
putih 11. Pola nafas 4.Kaji status hidrasi pernapasan. kemampuan fisik
- Kilen (membaik) pasien : turgor kulit, pasien dengan
sesak membran mukosa, dan Sebagai kompromi menjadi aktivitas kehidupan
nafas lidah. lebih besar, penggunaan sehari-hari (ADLS),
- TD : otot-otot aksesori menjadi termasuk kemampuan
140/90 5.Gunakan oksimetri jelas dan pasien mengeluarkan
- N : 86 nadi untuk memantau mengasumsikan postur sputum.
x/menit saturasi oksigen; tripod untuk memfasilitasi
- RR : 30 menilai gas darah arteri pernapasan. 7.Teah mengkaji hasil
x/menit (ABGS). spirometri fungsi paru
- S : 36,7 C Tanda infeksi adalah dahak
6.Kaji kemampuan fisik yang berubah warna; bau Terapeutik
pasien dengan aktivitas mungkin ada.
kehidupan sehari-hari 1.Telah memberikan
(ADLS), termasuk Sekresi kental dan ulet agonis beta-2-
kemampuan meningkatkan hipoksemia adrenergik (mis.
mengeluarkan sputum. dan mungkin menunjukkan albuterol,
Perhatikan jika pasien dehidrasi. levalbuterol) dengan
mengalami dispnea inhaler dosis terukur
percakapan. Sianosis lebih sering terjadi (MDI) atau nebulizer,
pada pasien dengan seperti yang
7.Kaji kemungkinan bronkitis kronis. ditentukan.
hasil spirometri fungsi
paru Pasien dengan emfisema 2.Telah diberikan
mengembangkan sianosis antikolinergik seperti
Terapeutik pada tahap selanjutnya dari ipratropium bromide
1.Berikan agonis beta- penyakit ini. (Atrovent) dengan
2.adrenergik (mis., MDI atau nebulizer
albuterol, levalbuterol) Bersihan jalan napas atau inhalasi bubuk
dengan inhaler dosis terganggu dengan hidrasi kering tiotropium
terukur (MDI) atau yang tidak memadai dan (Spiriva) hanya dalam
nebulizer, seperti yang penebalan sekresi hubungannya dengan
ditentukan. berikutnya. mungkin agonis beta-2-
2.Berikan antikolinergik menunjukkan adanya adrenergik.
seperti ipratropium Hipoksia dapat terjadi
bromide (Atrovent) akibat peningkatan sekresi 3.Telah memberikan
dengan MDI atau paru dan kelelahan kortikosteroid IV
nebulizer atau inhalasi pernapasan. (diikuti dengan steroid
bubuk kering oral) selama
tiotropium (Spiriva) Saturasi oksigen harus eksaserbasi akut.
hanya dalam dipertahankan pada 90%
hubungannya dengan atau lebih. ABGS mungkin 4.Telah mengajurkan
agonis beta-2- menunjukkan hiperkapnia pasien untuk
adrenergik. terkompensasi. Kelelahan mengeluarkan sekret.
dapat membatasi
3.Antisipasi pemberian efektivitas batuk. 5.Telah melakukan
kortikosteroid IV tindakan membantu
(diikuti dengan steroid Hipoksemia dapat pasien dengan teknik
oral) selama membatasi toleransi batuk yang efektif:
eksaserbasi akut. aktivitas. Sesak napas Belat dada. Minta
selama aktivitas normal pasien menggunakan
4.Anjurkan pasien menunjukkan gangguan otot perut. Gunakan
untuk mengeluarkan pernapasan. teknik batuk yang
sekret. sesuai (misalnya,
Parameter fungsi paru quad, huff).
5.Bantu dengan teknik menentukan keparahan
batuk yang efektif: penyakit, prognosis, dan 6.Telah membantu
Belat dada. Minta respons terhadap terapi. klien dalam
pasien menggunakan memobilisasi sekret
otot perut. Gunakan Bronkodilator inhalasi untuk memfasilitasi
teknik batuk yang short-acting ini bekerja pembersihan jalan
sesuai (misalnya, quad, dengan cepat untuk napas
huff). membuka saluran udara,
membuatnya lebih mudah 7.Telah melakukan
6.Bantu dalam untuk bernapas dan tindakan dengan
memobilisasi sekret mengurangi pengisapan
untuk memfasilitasi bronkokonstriksi. nasotrakeal sesuai
pembersihan jalan indikasi jika pasien
napas: Tingkatkan Obat-obat ini telah terbukti tidak mampu
kelembapan ruangan. bekerja secara sinergis membersihkan sekret
• Berikan agen dengan agonis beta-2- secara efektif.
mukolitik sesuai resep. adrenergik untuk
• Lakukan fisioterapi meredakan 8.Telah melakukan
dada: drainase bronkokonstriksi. intubasi dan ventilasi
postural, perkusi, dan mekanis, jika
vibrasi. Kortikosteroid mengurangi diperlukan, dengan
• Anjurkan 2 sampai 3 pembengkakan dan transfer ke tempat
liter asupan cairan peradangan di saluran perawatan akut
kecuali udara.
dikontraindikasikan.
Dorong aktivitas dan Batuk adalah cara yang
perubahan posisi setiap paling membantu untuk
2 jam. mengeluarkan sebagian
besar sekret.
7.Lakukan pengisapan
nasotrakeal sesuai Teknik batuk terkontrol
indikasi jika pasien membantu memobilisasi
tidak mampu sekresi dari saluran udara
membersihkan sekret yang lebih kecil ke saluran
secara efektif. udara yang lebih besar
Gunakan kateter lunak karena batuk dilakukan
yang dilumasi dengan lebih efektif.
baik.
Batuk ekspirasi paksa
8.Antisipasi intubasi melalui jalan napas terbuka
dan ventilasi mekanis, (sambil mengatakan "huh")
jika diperlukan, dengan mungkin efektif untuk
transfer ke tempat memindahkan lendir yang
perawatan akut terperangkap ke dalam
saluran udara yang lebih
besar agar pasien batuk.
Meningkatkan kelembapan
udara inspirasi akan
menurunkan kekentalan
sekret dan memudahkan
pembuangannya.

Agen ini membantu


mencairkan sekresi.

Fisioterapi dada membantu


melonggarkan dan
memobilisasi sekresi di
saluran udara yang lebih
kecil yang tidak dapat
dikeluarkan dengan batuk.

Cairan mencegah dehidrasi


akibat peningkatan
insensible loss dan menjaga
sekret tetap encer.

Aktivitas membantu
memobilisasi sekresi dan
mencegah pengumpulan di
paru-paru.

Pengisapan diindikasikan
bila pasien tidak dapat
mengeluarkan sekret dari
saluran napas dengan batuk
karena kelemahan, sumbat
lendir yang kental, atau
sekret yang berlebihan. Ini
juga dapat merangsang
batuk.

Penyedotan dengan kateter


yang dilumasi
meminimalkan iritasi.
Intubasi dini dan ventilasi
mekanis mungkin
diperlukan untuk mencegah
dekompensasi penuh dan
situasi yang berpotensi
mengancam jiwa.

Date Nursing Planning


No Implementation Evaluation
/time Diagnose Goal Intervensi Rational
1. Senin, Defisit NOC :
30 pengetahuan b/d Tingkat Pengetahuan Observasi 09:00 WITA S: klien
informasi tentang 1. Identifikasi dasar 1. Pasien perlu memahami 1. Melakukan mengatakan
Agst bahwa COPD adalah penyakit Identifikasi dasar “Brur saya
penyakit. Setelah dilakukan pengetahuan pasien
2021 tindakan dari penyakit paru progresif yang membutuhkan pengetahuan pasien sudah mengerti
DS: keperawatan selama obstruktif kronis manajemen diri untuk tentang
Brur saya tidak 5 jam diharapkan mengurangi episode dispnea, penyakit yang
mengerti tentang pasien dapat hipoksia, dan asidosis. saya alami“
penyakit yang mengucapkan 10: 00 WITA O: klien sudah
saya alami pemahaman tentang 2. Menilai fungsi ingatan 2. Gangguan kognitif perlu 2. Telah Menilai fungsi mengerti mengenai
sekarang ini. proses dan pasien dan kesiapan dinilai sehingga rencana ingatan pasien
perawatan penyakit emosional untuk belajar. pengajaran yang tepat dapat penyakitnya, klien
DO: dengan baik dengan dirancang. Pasien dengan terlihat sudah tidak
-Klien sering kriteria hasil hipoksia kronis mungkin 11:00 WITA
bertanya tentang berikut : memiliki tantangan belajar. 3. Mengidentifikasi bingung lagi.
penyakitnya apa yang paling
- Kemampuan Terapeutik penting bagi klien A: Masalah
- Klien terlihat menjelaskan 3. Memungkinkan pasien 3. Informasi ini dan penanganan teratasi
tampak pengetahuan untuk mengidentifikasi mengklarifikasi harapan pelajar yang cocok
kebingunan tentang suatu topik apa yang paling penting dan membantu perawat cocok P: Hentikan
baginya dengan kecocokan informasi Intevensi
Cukup Meningkat yang akan disajikan untuk
kebutuhan pasien.
- Kemampuan Pembelajaran dewasa
menggambarkan berorientasi pada masalah.
01:00 WITA
Date Planning
Nursing
N / Implementation Evaluation
Diagnosis Goal Interventions Rationales
o Time
1. 07 pengalaman
Dx: gangguan NOC: 4. Menginstruksikan
NIC: 4. Informasi
Observasi : membantu pasien 4. Menginstruksikan
Mei ventilasi sebelumnya yang
Setelah pasien dalam anatomi
Observasi : memahami
1. Indikasikompleksitas
atau pasien dalamS:anatomi
07.00-07.30 -
2021 sesuai
spontan b/d : dengan
dilakukan dasar dan fisiologi sistem
1. periksa indikasi masalah jalan napas
tanda-tanda adanya mereka. dasar
Intervensi 1-3dan fisiologi
jam 1. Ganguan Topik Meningkat
tindakan pernapasan,
ventilatordengan kelelahan otot nafas, Memonitor
08.0 metabolisme keperawatan memperhatikan struktur
mekanik(kelelahan disfungsi indikasi ventilator, O: dari hasil
0- - Pertanyaan
2. Kelelahan tentang dan otot
selama1x24 aliran udaradisf
nafas, neurologis,asidosis efek ventilator monitor pt mulai
14.0 masalah yang
otot pernafasan jam maka ungsi respirator terhadap membaik dengan:
0 dihadapi ventilasi
Menurun neurologis,asidosis menunjukkan oksigenasi WITA- Penggunaan
& efek
02:00
WIT Tanda dan spontan dapat5. Membahas
respiratori)hubungan 5.penggunaan
Mengetahui tanda-tanda negatif ventilator. otot bantu
5. Telah berdiskusi dan napas
A gejala: - Perilaku meningkat 2. penyakit
proses Monitor efek
pada kunci mencegah
ventilator akurat.penundaan menurun
membahas terkait
Membaik
Subjektif: dengan ventilator terhadap mencari bantuan dan
2. Penigkatan 07.30 - 07.45 -Gelisah menurun
tanda dan gejala yang proses penyakit beserta
1. Dispnea kriteria hasil: dialami
status oksigenasi memfasilitasi
PaCO2 adalahmanajemen
tanda- Intervensi
diri 4 -Takikardia
pasien tanda dan gejala dari
Objektif: (bunyi paru, AGD, tandatepat
yang gagal napas. Memonitor tingkat menurun
pasien -PCO2 membaik
1. Penggunaan 1. Volume SaO2,SvO2,ETCO2 Jika kondisi pasien kesadaran (GCS)
otot bantu tidal ) mulai gagal, laju dan periksa apakah -PO2 membaik
napas meningkat 3. Monitor efek kedalaman terjadi sianosis. -SaO2 membaik
meningkat 2. Dispnea negatif ventilator pernafasan menurun
2. Volume meningkat ( defiasi dan PaCO2 mulai A:masalah
tidal menurun 3. Pengguna trakea,barotrauma,v meningkat. 07.45-08.15 teratasi sebagian
3. PCO2 an otot bantu olu trauma, 3. Penggunaan alat dengan kriteria
meningkat napas penurunan curah ventilator dapat Intervensi hasil :
4. PO2 menurun jantung, distensi memicu efek atau terapeutik 1-3 -Penggunaan otot
menurun 4. Gelisah gaster,emfisema kondisi lain . Melakukan bantu napas
5. SaO2 menurun subkutan) pemantauan dapat pengaturan posisi, menurun
menurun 5. Takikardi 4. Kaji adanya mendeteksi adanya reposisi, dan -Gelisah menurun
6. Gelisah a menurun perubahan tingkat perubahan yang melakukan -Takikardia
7. Takikardia 6. PCO2 kesadaran abnormal. perawatan mulut menurun
membaik 4. Kelisahan dan (jika diperlukan ) -PCO2 membaik
Kondisi klinis 7. PO2 Terapeutik kebingungan bisa -PO2 membaik
terkait : membaik 1. Atur posisi menjadi tanda awal -SaO2 membaik
1. PPOK 08.15-08.25
8. SaO2 kepala 40-60 hipoksia dan
2. Asma membaik derajat. kelesuan dan Intervensi P: LANJUTKAN
3. Gagalnapas 2. Reposisi pasien mengantuk adalah terapeutik 4: INTERVENSI
4. Cedera setiap 2 jam tanda-tanda Melakukan YANG ADA
kepala 3. Lakukan selanjutnya prosedur saction
5. Bedah perawatan mulut (kesadaran). sesuai indikasi.
jantung secara rutin
6. ARDS 4. Lakukan Terapeutik : 09.00-09.35
7. PPHN penghisapan lendir 1. Pengaturan posisi Intervensi
8. Prematuritas sesuai kebutuhan. kepala untuk mencegah kolaborasi 1-3
Pt. Name : An.Mario Age:8 Room/Bed:101/2 Medical Diagnosis: Tipus Name:Dr.Matty
No Date / Nursing Diagnosa Planning Implementasi Evaluasi
Time Goal Intervensi Rationales
1. 08 Dx: Pola nafas tidak NOC: NIC : 1, untuk 07.00-09.00 WITA 01.00 WITA
Mei efektif b/d : Keseimbangan Asam- mengetahui adanya 1&2 S: -
2021 Sindrom hopiventilasi Basa kelehahan otot -Sudah melakukan
jam bantu pada pasien indentifikasi O: - terjadinya
08.00- Tanda dan gejala: 1, Identifikasi adanya 2. apakah ada penurunan
14.00 Subjektif : Setelah kelelahan otot bantu 3. agar dapat kelelahan otot penggunaan otot
WITA 1, Dispnea dilakukanperawatan napas memperbaiki atau terjadi pasien. bantu
Objektif : selama 6 jam diharapkan 2. pertahankan mencegah - sudah dilakukan -pola napas mulai
1, penggunaan otot respon kecemasan kepatenan jalann terjadinya hipoksia tindakan untuk membaik
bantu pernapasan kembali normal dengan napas dan kegagalan mempertahankan - cuping hidung
2. fase ekspirasi kriteria hasil : 3. Berikan oksigenasi napas. kepatenan jalan menghilang
memanjang -Tingkat kesadaran sesuai kebutuhan 4. napas.
3. pola napas meningkat 4. Fasilitasi mengubah 5.Untuk 09.30-11.00 WITA A: masalah teratasi
abnormal -Frekuensi napas posisi senyaman meingkatkan 3&4 sebagian dengan
4. cuping hidung membaik mungkin kemampuan otot- -sudah dilakukan kriteria hasil:
5. RR: 30x/menit - irama napas membaik 5. ajarkan melakukan otot pernapasan pemberian -penggunaan otot
- Kelemahan otot teknik relaksasi napas oksigen sesuai bantu pernapasan
- Kadar Co2 membaik dalam dengan membaik
kebutuhan -cuping hidung
pasien. menghilang
-sudah -RR: 24x/menit
memfasilitasi dan P: lanjutkan
memberikan intervensi
posisi yang
senyaman
mungkin kepada
pasien.
11.30-12.00 WITA
5
-sudah
mengajarkan
pasien agar bisa
melakukan teknik
pernapasan napas
dalam.
JURNAL :

243-Article Text-1997-2-10-20201205.pdf

1023.full.pdf

COPD ventilator.pdf

1471-2466-14-184.pdf

1315.full.pdf

243-Article Text-1997-2-10-20201205 (1).pdf

1479972315601946.pdf

Anda mungkin juga menyukai