Anda di halaman 1dari 9

Gaya belajar anak yang perlu Ibu ketahui

1. Gaya belajar anak auditori


Anak auditori cepat memahami dan mempelajari sesuatu hanya dengan
mendengarkan. Gaya belajar anak ini cocok untuk mereka yang suka menghafal.
Anak dengan gaya belajar anak auditori sangat mudah menyerap atau merekam
apa yang mereka dengarkan, termasuk cerita, dan ia sangat mampu
menjelaskannya kembali dengan bahasanya sendiri.

Ciri gaya belajar anak auditori:

o Mudah mengingat kata-kata dari cerita atau lagu yang didengarnya.

o Dapat mengikuti arahan dengan mudah.

o Mampu mengulangi frasa atau komentar yang didengarnya.

o Senang dibacakan apapun, termasuk buku cerita.

o Sangat senang mengkomunikasikan ide-idenya secara verbal.

o Sangat tertarik dengan kegiatan yang berbau diskusi atau debat.

o Menikmati pola pembelajaran dengan anekdot atau


o Menyukai seni musik.

o Tidak tertarik membaca buku, namun senang jika dibacakan.

o Sangat mudah menyerap informasi verbal, meski kelihatannya ia tidak


memperhatikan (anak dengan gaya belajar anak auditori terkadang
tampak cuek saat ada yang berbicara, namun di luar dugaan ia mampu
mengulangi informasi yang didengarnya).
Kelemahan gaya belajar anak auditori:

o Sulit konsentrasi di tempat ramai. Anak dengan gaya belajar anak auditori
membutuhkan tempat yang sangat tenang untuk dapat fokus belajar dan
berkonsentrasi.
Bagaimana mengarahkannya?

o Sering-seringlah berkomunikasi, karena anak dengan gaya belajar anak


auditori sangat senang mendengarkan. Semakin sering Ibu mengajak anak
dengan gaya belajar anak auditori berbicara atau berdiskusi, semakin
banyak informasi yang direkamnya.

o Sering-seringlah membacakan buku cerita atau bahkan dongeng karangan


Ibu sendiri. Anak dengan gaya belajar anak auditori akan senang
menceritakan kembali apa yang baru saja didengarnya.

o Anak dengan gaya belajar anak auditori cenderung mudah menghafal lirik
lagu. Karena itu, Ibu bisa memutarkan lagu-lagu anak setiap hari untuk
mengajarinya hal-hal baru, misalnya lagu tentang warna, huruf, atau suara-
suara hewan. Dengan begitu, diharapkan tiap hari anak dengan gaya
belajar anak auditori akan mendapatkan pelajaran baru lewat lagu-lagu
yang didengarnya.
o Karena anak dengan gaya belajar anak auditori memerlukan tempat
tenang untuk dapat fokus belajar, maka ketika ia berhadapan dengan
keramaian saat belajar, Ibu dapat membantunya dengan memutarkan
musik klasik yang lembut untuk mengimbangi suara-suara berisik di
sekitarnya.

2. Gaya belajar anak visual


Anak dengan gaya belajar anak visual mudah menyerap informasi atau
memahami sesuatu dengan melihat. Ia bisa memaksimalkan kemampuannya
hanya dengan memperhatikan gambar-gambar atau apapun yang dilihatnya.

Anak yang memiliki gaya belajar anak visual akan semangat jika diberi
kesempatan presentasi menggunakan gambar-gambar. Mereka juga antusias
dengan diagram-diagram ataupun mind-mapping.

Gaya belajar anak seperti ini juga cocok untuk mereka yang mempelajari bahasa
dengan menggunakan simbol, seperti bahasa Mandarin, Jepang, atau Arab.

Ciri gaya belajar anak visual:

o Mudah terpesona dengan gambar-gambar, ilustrasi, tayangan televisi, atau


video.

o Mudah mengingat cara orang lain melakukan sesuatu.

o Sangat cepat mengenal bentuk, warna, dan huruf.


Kelemahan gaya belajar anak visual:

o Harus tenang saat belajar


 

Bagaimana mengarahkannya?

o Rangsang kemampuan si kecil yang memiliki gaya belajar anak visual


dengan memberikannya buku-buku bergambar.
o Putarkan tayangan televisi atau video-video edukasi, sehingga ia
memperoleh topik-topik baru untuk dikembangkan dan dipelajari.

o Tunjukkan lewat gerakan ketika mengajari anak dengan gaya belajar anak
visual. Tujuannya, tentu saja supaya dia lebih mudah memahami.

o Buat mural atau kolase saat mengajarinya belajar agar dia lebih tertarik.

o Buat chart dengan foto-foto saat mengajarinya melaksanakan tugas-tugas


rumah tangga harian, seperti membantu Ibu menyapu, mengelap meja,
merapikan kasur, atau membereskan mainannya.
 

3. Gaya belajar anak taktil


Anak yang memiliki gaya belajar taktil memahami atau mempelajari sesuatu
dengan menyentuh. Ia harus merasakan dan menyentuh sesuatu untuk
memahami bagaimana cara kerja objek yang sedang dipelajarinya.

Ciri gaya belajar anak taktil:

o Menyukai objek yang memiliki tekstur dan ukuran menarik, dan senang
bermain balok.

o Merasa perlu merasakan dan menyentuh langsung saat mempelajari


sebuah objek, termasuk untuk memahami gagasan-gagasan abstrak.
Misalnya, nih, untuk mengerti seberapa dingin sih "dingin sekali" itu, anak
dengan gaya belajar anak taktil merasa perlu menyentuh es batu untuk
bisa merasakannya.
Kelemahan gaya belajar anak taktil:
o Kesulitan mengikuti arahan untuk tugas tugas yang kurang familiar.
Bagaimana mengarahkannya?

o Perkenalkan tugas-tugas atau benda-benda baru, kemudian biarkan si


kecil dengan gaya belajar anak taktil ini mencobanya sendiri.
o Beri si kecil benda-benda yang bertekstur menarik dan cukup kokoh untuk
menopangnya  berdiri hingga dipegang secara intensif.
o Berikan berbagai jenis puzzle dan table games.
o Ajari si kecil membuat bentuk atau menulis huruf dengan jarinya di atas
pasir atau tepung. Bisa juga dengan mengajaknya membuat bentuk dari
tanah liat.

4. Gaya belajar anak kinestetik


Gaya belajar anak kinestetik adalah gaya belajar anak yang melibatkan fisik
maupun gerakan tubuh. Anak kinestetik cenderung tidak bisa diam. Ia senang
belajar dengan melibatkan fisiknya, menggunakan tubuhnya saat mempelajari
tempat-tempat maupun konsep baru. Anak dengan gaya belajar anak kinestetik
biasanya sangat suka pelajaran olah tubuh, seperti menari, olahraga, drama, atau
yang sejenisnya.

Ciri gaya belajar anak kinestetik:

o Senang bermain peran berdasarkan buku favoritnya, atau menirukan kisah


dengan gerakan-gerakan.

o Menikmati bermain di playground

o Selalu antusias dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan fisik.

o Menyukai olahraga.
Kelemahan gaya belajar anak kinestetik:
o Karena anak dengan gaya belajar anak kinestetik sangat suka bergerak,
maka ia akan kesulitan jika harus belajar di kelas. Ia tidak akan tahan
duduk berlama-lama mendengarkan guru menerangkan di depan kelas. Ia
akan bergerak ke sana kemari yang tentu saja akan menyulitkan dirinya
berkonsentrasi di kelas.
Bagaimana mengarahkannya?

o Saat membacakan kisah kepada si kecil dengan gaya belajar anak


kinestetik, Ibu sebaiknya mengajaknya berpartisipasi dengan memintanya
menirukan gerakan-gerakan seperti dalam kisah yang Ibu bacakan. Cara
semacam ini akan membantunya lebih memahami dan mengingat kisah
dari buku favoritnya.

o Jika Ibu ingin memperkenalkan hal-hal baru atau memberi informasi baru
pada anak dengan gaya belajar anak kinestetik, Ibu bisa mencoba
menciptakan permainan-permainan gerakan. Misalnya, Ibu menggambar
huruf dengan kapur di teras rumah. Kemudian mintalah si anak yang
memiliki gaya belajar anak kinestetik ini untuk melompat ke huruf yang
Ibu sebutkan.

o Ajak si kecil bermain role-play.

o Bersabarlah dengan anak kinestetik. Jangan emosi ketika si kecil tidak bisa
duduk manis sebelum satu buku cerita yang Ibu bacakan habis.

Beberapa gaya belajar anak lainnya


Selain empat gaya belajar anak yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa gaya
belajar anak lain, yakni gaya belajar anak inovatif, analitikal, common sense learners,
dan dynamic learners. Gaya belajar anak tambahan ini dikembangkan oleh Bernice
McCarthy (1980).

Seperti apa masing-masing gaya belajar anak yang dimaksud? Berikut rinciannya.
1. Gaya belajar anak inovatif
Anak dengan gaya belajar anak inovatif memiliki rasa keadilan sosial yang kuat
dan sangat berharap apa yang dikerjakannya bermakna dan mencerminkan nilai-
nilai mereka. Si pembelajar inovatif menikmati interaksi sosial dan senang bekerja
sama dengan orang lain.

2. Gaya belajar anak analitikal


Pembelajar analitikal menyukai aktivitas belajar berdasarkan fakta-fakta dan
selalu membutuhkan waktu cukup panjang untuk merefleksikan aktivitas belajar
mereka. Anak dengan gaya belajar anak analitikal seperti ini juga ingin apa yang
mereka kerjakan memberi manfaat bagi dunia.

3. Gaya belajar anak common sense learners


Anak dengan gaya belajar anak common sense learners sangat praktikal dan
tertarik melakukan sesuatu dengan gerakan. Mereka menikmati aktivitas belajar
yang memiliki aplikasi praktik. Pembelajar common sense ini rata-rata juga
memiliki gaya belajar anak kinestetik.

4. Gaya belajar anak dynamic learners


Si dynamic learners menggunakan insting mereka dalam memandu apa yang
mereka lakukan. Anak dengan gaya belajar anak dynamic learners ini juga mahir
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Pembelajar tipe ini secara alami
penuh keingintahuan dan selalu berusaha mencari makna tersembunyi di balik
sebuah konsep.

Memahami gaya belajar anak Anda


Nah, sekarang perhatikan anak Anda. Gaya belajar anak yang manakah yang dimiliki
buah hati Anda? Jangan panik, ya Bu kalau si kecil ternyata kesulitan dalam mengeja
atau tidak bisa diam saat belajar. Sebab setiap anak itu unik dan memiliki gaya belajar
anak yang berbeda-beda.
Setiap anak belajar dengan cara yang tidak sama. Dan menurut pakar, mencari tahu
gaya belajar anak Anda dapat membantunya meraih keberhasilan akademik.  Bagaimana
caranya? Berikut tipsnya, step by step.

1. Kenali kekuatan anak


Menurut Mel Levine, M.D, co-founder All Kinds of Minds, sebuah institut nonprofit
untuk studi perbedaan pembelajaran, orang tua sebaiknya membuka mata dan
telinga lebar-lebar untuk mengetahui gaya belajar anak mana yang paling tepat.

"Beberapa anak senang menyentuh, sementara yang lain paling bisa belajar lewat
bahasa dan jago membaca," tutur Levina, profesor pediatri di University of North
Carolina Medical School. Ia melanjutkan, sebagian anak lebih bisa memahami
sesuatu daripada menghafalnya. Levine juga menyarankan, orang tua mulai
mengevaluasi gaya belajar anak pada usia 6 atau 7 tahun. Gaya belajar anak
diharapkan sudah matang saat anak masuk sekolah menengah (SMP).

Memahami watak anak juga dapat membantu Ibu menentukan gaya belajar anak
mana yang paling tepat untuk buah hati Ibu. Misalnya, apakah si kecil tipe
petualang, tipe pemikir, tipe penemu, tipe filsuf, atau tipe pencipta seperti
penyair?

"Anak berkepribadian petualang tentu harus bergerak untuk bisa belajar,


sehingga duduk di bangku sepanjang hari tidak cocok baginya," ungkap
Mariaemma Pelullo-Willis, MS, learning coach di Ventura, California.
Kebalikannya, lanjut penulis Discover Your Child's Learning Style, anak dengan
watak penemu akan selalu punya jutaan pertanyaan, seperti "Kok bisa begini?"
atau "Kenapa kok begitu?"

2. Mainkan kekuatan anak


Setelah berhasil mengenali gaya belajar anak Anda, Anda dapat mulai
membangun kekuatannya untuk mengimbangi kelemahan belajarnya. Tanpa
label, tentu saja.

Misalnya, nih, anak Ibu  memiliki banyak masalah spasial (kesulitan


menggambarkan sesuatu), namun luar biasa dalam bahasa Inggris. Mungkin Ibu
bisa menyarankannya belajar matematika dengan menempatkan semuanya
dengan kata-katanya sendiri. Atau saat ia belajar tentang segitiga sama sisi, Ibu
bisa memintanya menceritakan seperti apa segitiga sama sisi itu. Intinya, jika anak
memang memiliki kekuatan dalam merangkai kata-kata, ia bisa memahami
matematika atau pelajaran lain lewat kata-kata pula.

Cara lain untuk meningkatkan potensi anak adalah dengan fokus pada bidang
yang disukainya (areas of interest). Cobalah membantunya
membangun skill akademik di area yang dikuasai anak Ibu. Orang tua benar-
benar perlu menyokong ketertarikan dan anak, sehingga dia akan
menjadi expert di bidang tertentu yang dikuasainya. Dengan begitu, anak akan
lebih percaya diri dan Ibu makin memahami gaya belajar anak Ibu.

3. Perhatikan gaya belajar anak di sekolah


Mayoritas sekolah memang cenderung membuat anak duduk manis,
mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan tugas. Bagi anak dengan gaya 
belajar anak auditori, tentu hal ini amat menyenangkan. Belajar dengan tenang di
kelas sambil mendengarkan guru mengajar adalah hal yang disukai anak auditori.

Lalu bagaimana jika anak Ibu memiliki gaya belajar anak kinestetik? Tentu tidak
mudah baginya untuk duduk manis sepanjang hari dan hanya bisa bergerak
bebas saat jam istirahat atau pelajaran olahraga. Nah, jika Ibu menghadapi situasi
seperti ini, tidak ada salahnya jika Ibu mencoba berkonsultasi dengan pihak
sekolah atau guru kelas. Apakah sekolah mengakomodasi murid-murid dengan
gaya belajar anak yang berbeda?

Bicarakan masalah gaya belajar anak Ibu dengan gurunya. Berdiskusilah dan
carilah solusi untuk masalah tersebut. Namun, kabar baiknya, sekolah zaman
now banyak yang sudah mengakomodasi berbagai gaya belajar anak sehingga
anak nyaman belajar di sekolah. Tidak sedikit juga sekolah yang tidak melulu
fokus ke hal-hal akademik, seperti sekolah alam yang sangat cocok untuk anak-
anak dengan gaya belajar anak taktil maupun kinestetik.

Anda mungkin juga menyukai