Anda di halaman 1dari 49

KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT KARTIKA CIBADAK


NOMOR:

TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS
RUMAH SAKIT KARTIKA CIBADAK

DIREKTUR RUMAH SAKIT KARTIKA CIBADAK


Menimbang: a. Dalam rangka melaksanakan kebijakan direktur Rumah Sakit
Kartika Cibadak serta mewujudkan optimalisasi mutu pelayanan
rumah sakit sesuai standar, perlu adanya organisasi fungsional
yang membantu Pimpinan Rumah Sakit.
b. Bahwa agar panduan penggunaan antibiotik profilaksis Rumah
Sakit Kartika Cibadak dapat menjadi acuan implementasi untuk
semua unit yang ada di Rumah Sakit Kartika Cibadak dalam
rangka pengendalian resisten antimikroba.
c. Bahwa sesuai dengan butir a dan b perlu diatur dan ditegaskan
dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Kartika Cibadak.

Mengingat : 1. Undang – Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang - Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 8 tahun 2015 tentang
Pedoman Pengendalian Resisten Antimokroba Di Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 34 tahun 207 tentang
Akreditasi Rumah Sakit

MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama : keputusan Direktur rumah sakit Kartika Cibadak tentang Pemberlakukan
Panduan penggunaan Antibiotik profilaksis Rumah Sakit Kartika Cibadak
Kedua : Panduan penggunaan Antibiotik profilaksis di Rumah Sakit Kartika cibadak
sebagaimana tercantum dalam lampiran ini.
Ketiga : tujuan pemberlakukan panduan Panduan penggunaan Antibiotik profilaksis
agar dapat menjadi acuan bagi rumah sakit untuk melasanakan program
penggunaan antibiotik dalam rangka pengendalian resisten antibiotik sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan secara berkesinambungan di Rumah
Sakit Kartika Cibadak
Keempat : keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari
ternyata kekurangan dari kekeliruan akan diadakan perbaikan dan perubahan
sebagaimana mestinya.
Kelima :salinan keputusan ini agar disosialisasikan kepada unit kerja untuk diketahui
dan dilaksanakan sengan sebai-baiknya.

Ditetapkan di : Cibadak
Pada tanggal:
DIREKTUR RUMAH SAKIT KARTIKA CIBADAK
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah antimikroba antara lain Antibiotik (anti bakteri), anti jamur, anti virus,
antiprotozoa. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang
disebabkan oleh bakteri. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40 – 62% Antibiotik
digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit – penyakit yang sebenarnya tidak
memerlukan Antibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan Antibiotik diberbagai rumah
sakit ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak ada indikasi (Hadi,2009).
Intensitas Antibiotik yang relative tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan
merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antiobitik.
Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negative terhadap
ekonomi dan social yang snagat tinggi. Pada awalnya resistensi ditemukan di tingkat rumah
sakit, tetapi lambat laun juga berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya
Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus dan Escheriachia coli. Beberapa bakteri
resisten Antibiotik sudah banyak ditemukan di seluruh dunia yaitu Methicillin- Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA), Vancomycin _resistant Enterococci (VRE), Penicillin
Resistant Pneumococci, Klebsiella pneumonia yang menghasilkan Extended – Psectrum Beta
– Lactamase (ESBL), Carbapenem-Resistant Acinetobacter baumanni. Data surveilans
nasional tahun 2016 menunjukkan prevalensi bakteri penghasil ESBL pada 8 rumah sakit
rujukan rata –rata mencapai 60%. Peningkatan prevalensi resistensi antimikroba ini terjadi
akibat penggunaan Antibiotik yang tidak bijak dan penerapan kewaspadaan standar (standar
precaution) yang belum optimal.
Untuk meningkatkan penerapan penggunanan Antibiotik secara bijak perlu disusun
Panduan Penggunaan Antibiotik Profilaksis dan Terapi (PPAB) dengan haapan dapat
digunakan sebagai acuan para klini DPJP dalam menetapkan pilihan jenis Antibiotik, rejimen
dosis, dan lama pemberian Antibiotik dengan tepat, juga sebagai acuan dalam monitoring dan
evaluasi secara berkala.

1.2 Tujuan
Panduan Penggunaan Antibiotik Profilaksis dan Terapi (PPAB) RS Kartika Cibadak
bertujuan sebagai panduan para klinisi DPJP dalam menetapkan pilihan jenis Antibiotik, rejimen
dosis dan lama pemberian Antibiotik yang tepat.
1.3 Definisi
Antibiotik Profilaksis : Pemberian Antibiotik sebelum, saat dan setelah prosedur operasi
pada kasus yang secra klinis tidak didapatkan tanda- tanda infeksi
dengant tujuan untuk mencegah infeksi daerah operasi (IDO).
Antibiotik Empiris : Penggunaan Antibiotik pada kasus infeksi yang belum diketahui
jenis bakteri penyebabnya.
Antibiotik Definitif : Penggunaan Antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketahui
jenis bakteri penyebab dan pola resistensinya.
Resistensi Antimikroba : Kemampuan mikroba untuk bertahan hidup terhadap efek
antimkroba sehingga tidak efektif dalam penggunaan klinis.
Bakteri Resisten : Bakteri menjadi kebal terhadap Antibiotik yang pada awalnya
efektif untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri
tersebut.

1.4 Masa Berlaku


Kesesuaian pedoman ini memiliki batas waktu maksimal 3 tahun sehingga diharapkan dalam 3
tahun kedepan dapat dievaluasi dan diperbarui kembali berdasarkan pola kuman Rumah Skait
Kartika Cibadak dan perkembangan evidence based.

1.5 Kelebihan dan Keterbatasan


1) Kelebihan
a) Panduan ini merujuk pada Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik Kementrian
Kesehatan RI dan Formularium Nasional.
b) Panduan ini merujuk pada Kebijakan Pengendalian Penggunaan Antibiotik RS
Kartika Cibadak.
c) Panduan ini mempertimbangkan pola bakteri dan antibiogram RS Kartika Cibadak.
d) Panduan ini mengikuti perkembangan evidence base medicine (EBM) terkini.
2) Keterbatasan
a) Panduan ini hanya digunakan sebagai acuan terapi Antibiotik empiris sebelum
mendapatkan informasi hasil pemeriksaan mikrobiologi sebagai terpai definitive.
b) Panduan ini perlu dilakukan evaluasi berkala dengan mempertimbangkan perubahan
pola bakteri dan perkembangan EBM, serta dilakukan kajian oleh tim reviewer tim
PRA.
BAB II.
KEBIJAKAN PENGNEDALIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

Kebijakan Pengendalian Pengguanan Antibiotik telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur RS


Kartika Cibadak nomor: … / …/…/.., sebagai berikut:

1. PENATALAKSANAAN KASUS INFEKSI SECARA UMUM


a. Pasien dengan gejala infeksi dilakukan anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang (laboratorium/ radiologi).
a. Apabila penyebab infeksi diduga bakteri / jamur, maka segera dilakukan pengambilan
sampel untuk pemeriksaan mikrobiologi dan diberikan Antibiotik empiris.
b. Setelah ada hasil pemeriksaan mikrobiologi, maka dilakukan de-eskalasi untuk terapi
antibotik definitive dnegan mempertimbangkan kondidi klinis pasien.
c. Apabila hasil pemeriksaan mikrobiologi tidak ditemukan bakteri / jamur, penanganan
pasien dikaji sesuai kondisi klinis pasien dan pemeriksaan laboratorium penu njang
lainnya.
d. Penanganan kasus infeksi kompkeks dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri pan-
resisten, MRSA, MDRO seperti kelompok bakteri penghasil ESBL, Carbapenem
resisten perlu penanganan secara multidiplin yang didiskusikan dalam forum kajian
kasus infeksi terintegrasi.
e. Penanganan penyakit infeksi kompleks dilakukan secara berjenjang dimulai Unit (DPJP
atau Tim PRA)
f. Tim PRA RS Kartika Cibadak dapat memberikan bimbingan dan memantau
perkembangannya.
2. PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
2.1 Ketentuan Umum
a. Penerapan penggunaan Antibiotik secara bijak berdasarkan prinsip penggunaan
“Antibiotik stewardship program (ASP)”.
b. Penggunaan Antibiotik meliputi indikasi profilaksis pada pembedahan dan indikasi
terapi.
c. Antibiotik indikasi terapi terdiri dari terapi empiris dan terapi definitive.
d. Jenis Antibiotik yang digunakan untuk indikasi profilaksis pada pembedahan tidak
digunakan untuk indikasi terapi, begitu juga sebaliknya.
2.2 Ketentuan Khusus
2.2.1 Antibiotik Terapi Empiris dan Definitif
a. Pemilihan terapi Antibiotik empiris berdasarkan panduan penggunaan
Antibiotik (PPAB) disusun berdasarkan pola mikroba dan pola sensitivitas
Antibiotik di RS Kartika Cibadak, Farmakokinetik – farmakodinamik serta
kajian evidence base medicine (EBM).
b. Terapi Antibiotik empiris diberikan selama 3 hari untuk dilakukan evaluasi
respon klinis dan/ atau hasil laboratorium.
c. Terapi Antibiotik definitive didasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi
sesuai prinsip penggunaan Antibiotik secara bijak. Penetapan jenis Antibiotik
harus mempertimbangkan kendali mutu dan kendali biaya meliputi: aspek
efektivitas, keamanan, ketersediaan, iaya dan legallitas.
2.2.2 Antibiotik Profilaksis pada Pembedahan
a. Antibiotik profilaksis digunakan pada kategori operasi bersih berisiko infeksi
dan bersih kontaminasi.
b. Pemberian Antibiotik profilaksis ditujukan untuk mencegah kejadian infeksi
daerah operasi (IDO), menurunkan morbiditas dan mortalitas pasca operasi.
c. Saat pemberian 30 – 60 menit sebleum insisi, sekjali pemberian atau dosis
tunggal dalam waktu 15-30 menit secara drip intravena (dilarutkan dalam 100
ml normal saline pada pasien dewasa) dan pemberian di kamar operasi.
d. Pemberian Antibiotik profilaksis diulang bila terjadi perdarahan lebh dari
1500 ml atau lebih dari 30% Estimated blood volume = EBV (pada pasien
anak > 15% EBV) atau lama operasi lebih dari 3 jam, lama pemberian
maksimal 24 jam sejak pemberian Antibiotik profilaksis pertama, kecuali
pada kasus – kasus tertentu (sesuai PAnduan Praktek Klinik = PPK).
e. Rekomendasi jenis Antibiotik profilaksis adalah Cephalosporin generasi I
(Cefazolin) atau generasi II (Cefuroxime), kecuali pada kasus- kasus tertentu
(sesuai PPK).
2.2.3 Antibiotik Profilaksis pada Non Bedah
Antibiotik profilaksis pada kasus non bedah mengacu pada PPK yang berlaku dan
referensi berbasis bukti (EBM) yang telah disepakati di rumah sakit.
2.2.4 Antibiotilk kombinasi
a. Pemberian antibiotik lebih dari satu jenis ditujukan untuk meningkatkan
sinergisme efek antibiotik pada infeksi yang spesifik dan mengurangi risiko
timbulnya bakteri resisten.
b. Indikasi penggunaan kombinasi antibiotik pada kasus infeksi yang dicurigai
atau diketahiui disebabkan lebih dari satu mikroba pathogen dan tidak bias
diatasi dengan satu jenis antimikroba.
c. Pertimbangan pemberian kombinasi antibiotik berdasarkan PPK yang berlaku
dan referensi berbasis bukti.
2.2.5 Kategorisasi Restriksi antibiotik
a. Pengaturan pembatasan penggunaan antibiotik mengacu pada aaturan
regulasi “retsriksi” Formularium Nasional (FORNAS)
b. Jenis kategorisasi antibiotik meliputi:
1) Antibiotik lini pertama (inrestricted) diresepkan oleh dokter umum, dan
DPJP. Antibiotik lini pertama meliputi:
a. Aminoglikosida : Gentamycin
b. Penisillin : Ampicillin, Amoxicillin
c. Penisillin + penghambat betalaktamase: Ampicillin- sulbactam,
amoxicillin- clavulanat acid
d. Cephalosporin generasi I : Cephradin, cephalexin, cefadroxil,
cefazolin
e. Cephalosporin generasi 2: Cephaclor, cefuroxime
f. Phenicol: Chloramphenicol, Thiamphenicol
g. Golongan Linkosamide: clindamycin oral
h. Golongan macrolide: Erythromycin, Spiramycin, Clarithromycin,
Azithromycin
i. Golongan Quinolone: Ciprofloxacin
j. Golongan Tetrasiklin: Tetracyclin, Doxicyclin
k. Kombinasi trimethoprim / sulfametoksazol: cotrimoxazole oral
l. Golongan imidazole : metronidazole
2) Antibiotik lini kedua (restricted)
Antibiotik lini kedua (restricted) diresepkan oleh DPJP. Anitibiotik ini
meliputi:
a. Cephalosporin generasi 3 oral : Cefixime, Cefditoren, Cefpodoxim-
proxetil
b. Cephalosporin generasi 3 injeksi: Ceftriaxone, Cefotaxime,
Ceftazidime, Cefoperazon, Cefoperazon- Sulbactam, Ceftizoxime
c. Cephalosporin generasi 4 injeksi: Cefepime, Cefpirome
d. Floroquinolone: Levofloxacin, Ofloxacin, Moxifloxacin,
e. Golongan Monobaktam: Aztreonam
f. Golongan aminiglikosida: Amikacin
g. Golongan lain: Nifurantoin, Colistin per oral, Fosfomycin
3) Antibiotik lini ketiga atau (reserved)
4) Antibiotik lini ketiga (reserved) termasuk antibiotik pengendalian
khusus, diresepkan DPJP untuk indikasi tertentu atas persetujuan tim
ASP (PGA – PRA). Adapun tatalaksana pelayanan antibiotik
pengendaian khusus diatur dalam standar prosedur operasional (SPO).
Antibiotik lini ketiga meliputi:
a. Golongan Carbapenem inj (Meropenem, Ertapenem, Doripenem,
Imipenem –Cilastatin)
b. Vancomycin inj
c. Piperacillin – tazobactam inj
d. Tygecycline inj
e. Linezolide inj
f. Polimixin B inj
g. Colistin inj
h. Cotrimoxazole inj
3. PANDUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK (PPAB)
a. Setiap Unit menyusun panduan penggunaan antibiotik mengacu pada panduan praktek
klinik terkait penggunaan antibiotik (PPK-PAB) dan kebijakan pengendalian penggunaan
antibiotik RS Kartika Cibadak
b. Pemilihan jenis antibiotik pada panduan penggunaan antibiotik (PPAB) disusun
berdasarkan pertimbangan pola mikroba dan pola sensitivitas antibiotik di RS Kartika
Cibadak, farmakokinetik – farmakodinamik serta kajian evidence base medicine (EBM).
c. Usulan draft PPAB masing – masing unit akan dikaji bersama oleh Tim PRA, KFT dan
Unit terkait, selanjutnya ditetapkan oleh Tim PRA dan disahkan oleh Direktur RS Kartika
Cibadak
d. Evaluasi dan revisi PPAB dilakukan secara berkala setiap 2-3 tahun.
4. PEMANTAUAN DAN EVALUASI
a. Pemantauan dan evaluasi kebijakan dilakukan secara berkala setiap tahun
b. Indikasi evaluasi sebagai berikut:
 Kuantitas penggunaan antibiotik
 Kulatas penggunaan antibiotik
 Kepatuhan terhadap kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik
 Pola mikroba, pola sensitivitas dan resistensi mikroba
 Angka kejadian infeksi di rumah sakit yang disebabkan oleh mikroba resisten
c. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dilakukan secara kolaboratif dan koordinatif antara
Tim PRA, KFT, Tim PPI,Iinstalasi Mikrobiologi klinik, Instalasi Farmasi dan unit terkait
5. SOSIALISASI DAN EDUKASI
a. Sosialisasi dan edukasi dalam meningkatkan pemahaman pengendalian dan penggunaan
antibiotik bijak dilakukan pelatihan dan workshop bagi:
 Staf medik fungsional (DPJP)
 Tenaga keperawatan
 Tenaga kefarmasian
b. Pelaksanaan pelatihan atau workshop bekerja sama dengan bidang diklat RS Kartika
Cibadak.
BAB III

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS

Infeksi Daerah Operasi (IDO) atau Surgical site infection (SSI) adalah infeksi pada tempat
operasi merupakam salah satu komplikasi utama operasi yang meningkatkan morbiditas dan biaya
perawtan penderita di rumah sakit, bahkan meningkatkan mortalitas penderita. Angka kejadian IDO
pada suatu institusi penyedia pelayanan kesehatan mencerminkan kualitas pelayanan institusi tersebut.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi (factor risiko) terjadinya IDO antara lain:

1. Sifat operasi ( derajat kontaminasi operasi)


2. Nilai ASA (American Society of Anesthesiologists)
3. Komorbiditas DM (Diabetes Melitus)
4. Suhu praoperasi
5. Jumlah leukosit
6. Operasi yang lama (prolonged operation)
7. Obesitas
8. Penggunaan kortikosteroi jangka panjang
9. Malnutri
10. Rokok
11. Rematoid artritis
12. Infeksi nosocomial
13. Kehilangan banyak darah durante operasi ( massive blood loss).

Kategori atau kelas operasi berdasarkan klasifikasi mayhall, sebagai berikut:

Tabel. 1 Kategori / kelas operasi ( Mayhall Classification)

Kelas Operasi Definisi Penggunaan Antibiotik

Operasi Bersih Operasi yang dilakukan pada Kelas operasi bersih terencana
daerah dengan kondisi pra umunya tidak memerlukan
bedah tanpa infeksi, tanpa antibiotik profikasis kecuali
membuka traktus (respiratorius, pada beberapa jenis operasi,
gastrointestinal, urinarius, kisalnya mata, jantung dan
billier), operasi terencana atau sendi.
penutupan kulit primer dengan
atau tanpa digunakan drain.

Operasi bersih kontaminasi Operasi yang dilakukan pada Pemberian antibiotik profilaksis
traktus ( digestivus, bilier, pada kelas operasi bersih
urinarius, respiratorius, kontaminasi perlu
reproduksi serta ovarium) atau dipertimbangkan manfaat dan
operasi tanpa disertai risikonya karena bukti ilmiah
kontyaminasi yang nyata mengenai efektiifitas antibiotik
profilaksis belum ditemukan.

Operasi Kontaminasi Operasi yang membuka slauran Kelas operasi kontaminasi


cerna, saluran empedu, saluran memerlukan antibiotik terapi
kemih, saluran napas sampai ( bukan profilaksis)
orofaring,saluran reproduksi
kecuali ovarium atau operasi
yang tanpa pencemaran nyata
(Gross spillage)

Operasi kotor Adalah operasi pada perforasi Kelas operasi kotor memerlukan
saluran cerna, saluran urogenital antibiotik terapi ( bukan
atau saluran napas yang profilaksis)
terinfeksi ataupun operasi yang
melibatkan daerah yang
purulent (inflamasi bacterial).
Dapat pula operasi pada luka
terbuka lebih dari 4 jam setelah
kejadian atau terdapat jaringan
non –vitalyang luas atau nyata
kotor.

3.1 Bedah Digestive

Jenis / Prosedur operasi Kelas Operasi Jenis dan Durasi Ket


Regimen Dosis
B/BK (level of
Antibiotik
evidence)

Herniotomy open / B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A


laparoscopi gram, iv drip 15
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Splenectomy (resiko B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A


potensial infeksi) gram, iv drip 15
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Appendicitis tampak BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A


komplikasi  open/ gram, iv drip 15
laparoscop) menit +
metronidazole
500 mg iv drip,
30-60 menit
sebelum insisi
Cholecystectomy (resiko BK Cefazolin1-2 A
rendah)  open / gram, iv drip 15
laparoscopi menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Gastroduodenal procedure BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A


/ vagotomy/ gram, iv drip 15
pancreaticoduodenectomy, menit, 30-60
antireflux, pancreatectomy menit sebelum
insisi

Small Intestine procedure BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A


gram, iv drip 15
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Obstructed BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A


gram, iv drip 15
menit +
metronidazole
500mg iv drip,
30-60 menit
sebelum insisi

Colorectal procedure BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A


gram, iv drip 15  max 24 jam
menit +
metronidazole
500mg iv drip,
30-60 menit
sebelum insisi

*B = Operasi Bersih, BK = Operasi Bersih Kontaminasi, T = Operasi Terkontaminasi

3.2 Bedah Thorax Kardio-Vascular

Jenis / Prosedur Kelas Operasi Jenis dan Durasi Ket


Operasi Rejimen Dosis
Antibiotik (level of evidence)

ASD closure B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


gram, iv drip 15 max 2x24 jam
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

VSD closure B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


gram, iv drip 15 max 2x24 jam
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Total koreksi TOF B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


gram, iv drip 15 max 2x24 jam
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

PDA ligasi B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


gram, iv drip 15 max 2x24 jam
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

BCPS B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


gram, iv drip 15 max 2x24 jam
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Fontan B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


gram, iv drip 15 max 2x24 jam
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

CABG B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


gram, iv drip 15 max 2x24 jam
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

MVr/R B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


gram, iv drip 15 max 2x24 jam
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

AVv/R B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


gram, iv drip 15 max 2x24 jam
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

AV shunt B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


gram, iv drip 15 max 2x24 jam
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Rekonstruksi B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


vaskular gram, iv drip 15 max 2x24 jam
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Wedge reseksi B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


gram, iv drip 15 max 2x24 jam
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Air / muscle B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


plumbege gram, iv drip 15 max 2x24 jam
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Clipping costa B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


gram, iv drip 15 max 2x24 jam
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

*B = Operasi Bersih, BK = Operasi Bersih Kontaminasi, T = Operasi terkontaminasi

3.3 Bedah Onkologi

Jenis / Prosedur Kelas Operasi Jenis dan Durasi Ket


Operasi Rejimen Dosis
(level of evidence)
Antibiotik
Eksisi tumor B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A
mamma gram, iv drip 15
Ginekomastia menit, 30-60
menit sebelum
Mamma Aberans
insisi

Eksplorasi ductus B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A


mama gram, iv drip 15
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Mastektomi B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A


gram, iv drip 15
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Rekonstuksi B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A


payudara gram, iv drip 15
menit, 30-60
menit sebelum
insisi
Operasi lain pada B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A
payudara gram, iv drip 15
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Sentinel node B Tanpa antibiotik Dosis tunggal A


biopsy

Biopsi stereotaktik B Tanpa antibiotik Dosis tunggal A

Eksisi luas lesi B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A


kulit gram, iv drip 15
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Skin plasty dan B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A


repair luka gram, iv drip 15
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Flap atau graft B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A


pedikel gram, iv drip 15
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Tumor otot, B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A


tendon, fascia gram, iv drip 15
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Amputasi dan B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A


disartikulasi gram, iv drip 15
ekstremitas menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Mastektomi + BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


Inflamasi gram, iv drip 15 max 24 jam
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Eksisi luas lesi BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


kulit + inflamasi gram, iv drip 15 max 24 jam
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Skin graft BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


gram, iv drip 15 max 24 jam
menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Skin plasty atau BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


repair luka + gram, iv drip 15 max 24 jam
inflamasi menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Tumor otot, BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


tendon, fascia + gram, iv drip 15 max 24 jam
inflamasi menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Ovarektomi BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


bilateral, gram, iv drip 15 max 24 jam
salfingoovarektom menit, 30-60
i bilateral menit sebelum
insisi

Amputasi dan BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


disartikulasi gram, iv drip 15 max 24 jam
ekstremitas + menit, 30-60
inflamasi menit sebelum
insisi

*B = Operasi bersih, BK = Operasi Bersih Kontaminasi, T = Operasi Terkontaminasi

3.4 Bedah Saraf

Jenis/ Prosedur Kelas Operasi Jenis dan Durasi Ket


operasi Rejimen Dosis
(level of evidence)
Antibiotik
Elective B Dewasa: Max 24 jam A
Craniotomy and
Cefazolin 2-3
Cerebrospinal
gram, iv drip 15
fluid shunting
menit, 30 – 60
procedures
menit sebelum
insisi
Anak:
Cafazopin 30 mg /
kgBB

Implantation of B Dewasa: Max 24 jam C


Intrathecal Pump
Cefazolin 2-3
gram, iv drip 15
menit, 30 – 60
menit sebelum
insisi
Anak:
Cafazopin 30 mg /
kgBB

Spinal Procedures B Dewasa: Max 24 jam A


with and without
Cefazolin 2-3
implantation
gram, iv drip 15
menit, 30 – 60
menit sebelum
insisi
Anak:
Cafazopin 30 mg /
kgBB

*B = Operasi bersih, BK = Operasi Bersih Kontaminasi, T = Operasi Terkontaminasi

3.5 Bedah Orthopaedi dan Traumatologi

Jenis / Prosedure Kelas Operasi Jenis dan Durasi Ket


Rejjimen Dosis
B/BK (level of evidence)
Antibiotik

Operasi Bersih B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal C


gram, iv drip 15
menit, 30-60
Meliputi tangan, menit sebelum
lutu atau kaki dan insisi
tidak meliputi
implantasi benda
asing

Prosedur khusus B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A


dengan atau tanpa gram, iv drip 15
instrumentasi menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Prosedur soft BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


tissue atau sejenis gram, iv drip 15 max 24 jam
yang beresiko menit, 30-60
kontaminasi pada menit sebelum
Cerebral Spinal insisi
Fluid (Spine
decompresi)

Prosedur operasi BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


tahap kedua gram, iv drip 15 max 24 jam
dalam satu waktu menit, 30- 60
MRS yang sama menit sebelum
insisi

*B = Operasi bersih, BK = Operasi Bersih Kontaminasi, T = Operasi Terkontaminasi

3.6 Bedah Urologi

Jenis / Prosedure Kelas Operasi Jenis dan Durasi Ket


Rejjimen Dosis
B/BK (level of evidence)
Antibiotik

Traktus urinarius BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A


dengan segmen gram, iv drip 15 max 24 jam
saluran cerna menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Traktus urinarius B Cefazolin 1-2 Dosis tunggal A


tanpa segmen gram, iv drip 15
saluran cerna menit, 30-60
menit sebelum
insisi

Implant/ BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


Prosthesis: gram, iv drip 15 max 24 jam
menit, 30-60
Penis, sfingter
menit sebelum
insisi

Operasi BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


Rekonstruksi gram, iv drip 15 max 24 jam
genital menit, 30-60
menit

Intervensi lain di BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal  A


luar traktus gram, iv drip 15 max 24 jam
urinarius menit, 30-60
menit

*B = Operasi bersih, BK = Operasi Bersih Kontaminasi, T = Operasi Terkontaminasi

3.7 Obstetri dan Ginekologi

Jenis / Prosedure Kelas Jenis dan Durasi Ket


Operasi Rejjimen Dosis
B/BK Antibiotik (level of
evidence)

Kuretase (abortus inkomplit / BK Tanpa antibiotik - IA


missed abortion)

Kuretase (biopsi endometrium) BK Tanpa antibiotik - IIID

Kuretase (induced abortion) BK Doksisiklin Max 5 hari IA


100mg p.o 1 jam
pre op & 200 mg
1 jam post op

Alternatif:
Metronidazole
500 mg p.o 1
jam pre op, tiap
12 jam

Histerosalpingogram/ BK Doksisiklin Max 5 hari IIB


kromotubasi 100mg p.o tiap
12 jam

Pemasangan IUD BK Tanpa antibiotik - IA

Seksio cesarea BK Cefazolin iv Dosis tunggal IA


drip, 15 menit  max 24
jam
Dosis: 2 gr
(<120 kg) atau 3
gr (≥ 120 kg)
diberikan 30-60
menit sebelum
insisi

Histerektomi (abdominam, BK Cefazolin iv Dosis tunggal IIIB


vaginam, laparoskopi) drip, 15 menit  max 24
jam
Dosis: 2 gr
(<120 kg) atau 3
gr (≥ 120 kg)
diberikan 30-60
menit sebelum
insisi

Operasi uroginekologia; BK Cefazolin 1-2 Dosis tunggal IIIB


prolaps organ pelvik dana tau gram, iv drip 15  max 24
stress inkontinens (TVT atau menit, 30-60 jam
TOT) menit sebelum
insisi
Tesurodinamik BK Tanpa antibiotik - IA

Histeroskopidiagnostik/ BK Tanpa antibiotik - IIA


operatif

*B = Operasi bersih, BK = Operasi Bersih Kontaminasi, T = Operasi Terkontaminasi

3.8 Bedah Mulut

Jenis / Prosedure Kelas Operasi Jenis dan Durasi Ket


Rejjimen Dosis
B/BK (level of
Antibiotik
evidence)

Reseksi mandibular dengan BK Cefazolin 2 Dosis IA


rekonstruksi plat gram + tunggal max
metronidazole 24 jam
inf 500 mg, drip
15 menit, 30
menit sebelum
operasi

Reseksi mandibular dengan BK Cefazolin 2 Dosis IA


rekonstruksi autograft gram + tunggal max
metronidazole 24 jam
inf 500 mg, drip
15 menit, 30
menit sebelum
operasi

Hemimaksilektomi BK Cefazolin 2 Dosis tunggal IA


gram, drip max 24 jam
Sialodektomi BK selama 15 menit,
Eksisi plunging ranula BK saat 30 menit
sebelum operasi
Marginal mandibulektomi BK

Eksisi luas BK

Enukleasi BK

Marsupialisasi BK

Grafting mukosa oris BK

Palatoraphy BK

Plating mandibula B / BK

Plating maksila B / BK

Plating zygoma B / BK

Insisi dan Drainage abses BK Cefazolin 2 Dosis tunggal IA


gram +
metronidazole  max 24 jam
inf 500 mg, drip
selama 15 menit,
saat 30 menit
sebelum operasi

Odotektomi berat BK Cefazolin 2 Dosis tunggal IA


gram, drip  max 24 jam
Ekstraksi gigi dengan BK salaam 15 menit,
penyulit sistemik saat 30 menit
Debridement dan replantasi BK sebelum operasi
gigi serta stabilisasi dengan
arch bar/braket

Multipel insisi dan drainage BK


phlegmon

Vestibuloplasty/ BK
alveolektomi

Pemasangan dental impant BK

*B = Operasi bersih, BK = Operasi Bersih Kontaminasi, T = Operasi Terkontaminasi

BAB IV. PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TERAPI EMPIRIS

Penggunaan antibiotik terapi empiris adalah penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang
belum diketahui jenis bakteri penyebabnya. Terapi antibiotik empiris diberikan selama 3-5 hari untuk
dilakukan evaluasi respon klinis dan atau perkembangan hasil laboratorium. Setelah ada hasil
pemeriksaan mikrobiologi maka segera disesuaikan antibiotik definitive sesuai hasil antibiogramnya.

Yang dimaksud antibiotik pilihan pertama adalah antibiotik yang menjadi pilihan pertama
untuk terapi empiris. Antibiotik pilihan kedua adalah antibiotik yang digunakan jika antibiotik
pilihan pertama tidak dapat digunakan dengan alasan kondisi khusus, misalkan tidak memberikan
respon perbaikan klinis, terjadi reaksi efek samping obat/ reaksi alergi, kontra indikasi, terkait
ketersediaan obat. Antibiotik pilihan ketiga adalah antibiotik yang digunakan jika antibiotik pilihan
pertama dan antibiotik pilihan kedua tidak dapat digunakan karena kondisi khusus.

4.1 Daftar Diagnosis klinis infeksi dan terapi antibiotik empirik pada pasien dewasa

Diagnosis Infeksi Bakteri Nama dan Durasi Ket


Patogen Regimen Dosis
penyebab Antibiotik
tersering
Infeksi saluran kemih:

 Sistitis

E.coli Cotrimoxazole 3 hari


po 500 mg tiap 8
jam / hari
 Pielonefritis
Pilihan I:
E.coli
Ciprofloxacin po
500 mg tiap 12
jam 7 hari

Cotrimoxazole
po 400 mg tiap
12 jam
7 hari
Pilihan II:

Ceftriaxone iv 1
gram tiap 12 jam
Leptospirosis Pilihan I: 10 hari

Penicillin-
procain im 1,2
juta unit tiap 6
jam

Atau

Doxicyclin po 7 hari
100 mg tiap 12
jam

Pilihan II:
7 hari
Ceftriaxon iv 1
gram tiap 12 jam

Demam Tifoid Salmonella typhi Pilihan I:

Ciprofloxacin po 7 hari
500 mg tiap 12
jam

Atau

Cotrimoxazole
po 2 tablet forte 7 hari
tiap 12 jam

Atau

Ceftriaxone iv 1
gram tiap 12 jam
7 hari
Pilihan II:
Levofloxacin inf
750 mg tiap 24
jam

Diabetic Food infection Bakteri gram Pilihan I:


negatif
Ciprofloxacin iv 10 hari
400 mg tiap 12
jam

Plus

Metronidazole iv
500 mg tiap 8
jam

Pilihan II:

Ceftriaxone iv 1 10 hari
gram tiap 12 jam
plus

Metronidazole iv
500 mg tiap 8
jam

Diare Akut karena Shigella, Ciprofloxacin 3 hari


infeksi bakteri per oral 500 mg
E.coli
tiap 12 jam atau
200 mg iv tiap 12
jam

Salmonella Ciprofloxacin po 7 hari


500 mg tiap 12
jam atau 200 mg
iv tiap 12 jam

Ciprofloxacin po
500 mg tiap 12
Vibrio cholera jam atau 200 mg
iv tiap 12 jam
3 hari

Dysentri amoeba Entamoeba Metronidazole 10 hari


hystolytica po, 750 mg tiap 8
jam

Sepsis Bakteri gram Pilihan I:


negative dana
Ampicillin– 5 hari
tau gram positif
sulbactam 500
mg iv tiap 6 jam

Pilihan II:

Cefoperazone–
sulbactam 500 5 hari
mg iv tiap 8 jam

Septik Syok Bakteri gram Pilihan I:


negatif dan atau
Cefoperazone- 5 hari
positif
sulbactam 500
mg iv tiap 8 jam

Pilihan II:
5 hari
Meropenem 500
mg iv tiap 8 jam

Pneumonia komunitas Pilihan I:


(CAP), rawat jalan
Erythromicin 5 hari
tanpa komorbid
500 mg po tiap 8
jam

Pilihan II:
5 hari
Klaritromisin
500 mg po tiap
12 jam
3 hari
Pilihan III:

Azitromisin 500
mg po tiap 24
jam

Pneumonia komunitas Pilihan I: 5 hari


(CAP), rawat jalan
Levofloxacin
dengan komorbid
500 mg po tiap
12 jam

Pilihan II:

Moksifloksasin
400 mg po tiap
24 jam 5 hari

Pneumonia komunitas Pilihan I: 5 hari


(CAP), rawat inap non
Levofloxacin
ICU
750 mg iv tiap 12
jam

Pilihan II:
5 hari
Moksifloksasin
400 mg iv tiap 24
jam

Pneumonia komunitas Pilihan I: 5 hari


(CAP), rawat inap ICU
Levofloxacin
750 mg iv tiap 24
jam

Pilihan II:
5 hari
Moksifloksasin
400 mg iv tiap 24
jam

Hospital Acquired Pilihan I: 5 hari


Pneumonia (HAP)
Ciprofloxacin
400 mg iv tiap 8
jam

Levofloxacin
5 hari
750 mg iv tiap 24
jam

Pilihan II: 5 hari

Cefoperazon-
sulbactam 1
gram iv tiap 8
jam

Ventilator associated Pilihan I: 5 hari


pneumonia (VAP)
Cefoperazon-
sulbactam 1 gr iv
tiap 8 jam

Pilihan II:
5 hari
Amikasin 750
mg iv tiap 24 jam

Meningitis: S. pneumo, Pilihan I: 14 hari Terapi


dihentikan jika
Immunocompetent* N. Meningi, Ceftriaxone 2 gr
hasil kultur LP
H.influenza iv tiap 12 jam
Usia < 50 tahun sebelum terapi
Pilihan II: antibiotik

(Jika terjadi negatif pada 48

reaksi alergi) jam ATAU


14 hari tidak ada PMN
Moxifloxacin
pada hitung
400 mg iv tiap 24
jenis
jam

S. pneumo, Pilihan I:
Immunocompetent*
Listeria
Usia >50 tahun Ceftriaxone 2 gr 14 hari
H.influenza iv tiap 12 jam
N. Meningi, grup PLUS Ampicillin
B streptococci 2 gram iv tiap 4
jam

Pilihan II:

(Jika terjadi
reaksi alergi)

Moxifloxacin
400 mg iv tiap 24
jam

S. pneumo, Pilihan I:

N. Meningi, Cefepime 2 gr iv
Immunocompromised
tiap 8 jam PLUS
(transplan organ solid, H.influenza
Ampicillin 2
leukemia atau Listeria
gram iv tiap 4
neutropenia)
jam

Meningitis post S. pneumo (jika Pilihan I: 14 hari


neurosurgery atau CSF bocor), H.
Cefepime 2 gram
trauma penetrasi kepala influenza,
iv tiap 8 jam
Staphylococci,
Gram Negatives

Pilihan II:

(Jika terjadi
14 hari
reaksi alergi)

Ciprofloxacin
400 mg iv tiap 8-
12 jam

Shunt yang terinfeksi S.aureus, Pilihan I: 7-14 hari


coagulase-
Cefepime 2 gram
negative
iv tiap 8 jam
staphylococci
Gram negative Pilihan II:
(jarang)
(jika terjadi
reaksi alergi)
Ciprofloxacin
400 mg iv tiap 8-
12 jam

Abses Cerebri sumber S.aureus, Pilihan I: 14-21 hari


tidak diketahui Streptococci
Ceftriaxone 2
Gram negative, gram iv tiap 12
anaerob jam PLUS
metronidazole
400 mg iv tiap 6
jam

Pilihan II:

Ciprofloxacin
400 mg iv tiap 8
jam PLUS
Metronidazole
400 mg iv tiap 6
jam

4.2 Daftar Diagnosis klinis infeksi dan terapi antibiotik empirik pada pasien anak

Diagnosis Infeksi Bakteri pathogen Nama dan Durasi Ket


penyebab Regimen Dosis
tersering Antibiotik

Bullous impetigo, Cloxacillin po 10-14 hari


Cellulitis of atau iv 15
unknown etiologi, mg/kgBB/dosis
Cellulitis buccal, tiap 8 jam
Pyoderma,
Staphyloccal
scalded skin
syndrome

Leptospirosis, Leptospira Ceftriaxone iv 50 7 hari


pasien rawat inap mhg/kgBB/hari
tiap 24 jam

Doxicyclin po
Leptospirosis,
4mg/kgBB/hari
pasien rawat jalan
(maks 200 7-10 hari
(usia >7th)
mg/hari), tiap 12
jam

Typhoid Fever Salmonella Pilihan I:


Typhosa
Chloramphenicol 7-10 hari
po atau iv 50-100
mg/kg/hari, tiap 6
jam

Pilihan II:

Cotrimoxazole po Bila intoleransi


8mg/ kg/hari dari dengan chloramp
10 hari
TMP tiap 12 jam

Pilihan III:

Ceftriaxone iv Bila tifoid berat


5 hari
100 mg/kgBB/hari
tiap 12 jam
penggunaan tidak
> 2 minggu
Pilihan IV:

Ciprofloxacin iv
atau po 15
mg/kg/kali, tiap
12 jam 10-14 hari

Diphteria Corynebacterium Pilihan I: 10-14 hari


difteria
Erythromicin po
40-50 mg/kg/hari,
tiap 6 jam

Pilihan II:
Difteri berat
Penicillin procain
inj 50.000- 10-14 hari
100.000
IU/kgBB/hari,
tiap 12 jam

Pharyngitis Amoxicillin po 10 hari


bakterial 50-75 mg tiap 8
jam

Atau

Erithromycin po
40 mg/kg/hari tiap 10 hari
6 jam

Sepsis Bakteri gram Pilihan I:


negative atau
Ampicillin- 10-14 hari
gram positive
sulbactam iv 200
mg/kgBB/hari,
terbagi 4 dosis
tiap 6 jam

Jika tidak ada


perbaikan klinis
dalam waktu 3
hari dan
procalcitonin
meningkat, maka
dapat
ditambahkan:
10-14 hari

Gentamycin inj 5-
7 mg/kgBB/hari
terbagi dalam 1-2
dosis tiap 12-24
jam

Pilihan II:

Meropenem iv 30-
120 mg/kgBB/hari Sebagai terapi
terbagi dalam 2-3 definitif sesuai
dosis tiap 8-12 hasil kultur dan
jam atau persetujuan

7 hari tim PRA

Pneumoniae pada Bakteria atipikal, Pilihan I:


anak usia < 3
Mycoplasma Ampicillin iv 50- 10 hari
tahun
pneumonia, 100 mg/kgBB/hari
Streptococcus tiap 12 jam
pneumoniae

Pilihan II:

Gentamycin iv 5-
7.5 mg/kgBB/hr 10 hari
tiap 12-24 jam

Pilihan III:

Cefotaxim iv 150-
200 mg/kgBB/hari
tiap 8 jam
10 hari

Pneumonie pada Bakteria atipikal, Pilihan I: 10 hari


anak usia 3-5
Mycoplasma Ampicillin iv 50-
tahun
pneumonia, 100 mg/kgBB/hari
Streptococcus tiap 8jam
pneumoniae

Pilihan II:
10 hari
Chloramphenicol
iv 50 mg/kgBB /
hari tiap 8 jam

Pilihan III:

Cefotaxim iv 150-
200 mg/kgBB/hari
10 hari
tiap 8 jam

Pneumonia pada Bakteria atipikal, Pilihan I: 10 hari


anak usia > 5
Mycoplasma Ampicillin iv 50-
tahun
pneumonia, 100 mg/kgBB/hari
Streptococcus tiap 6- 8jam
pneumoniae

Pilihan II:

Chloramphenicol
iv 50 mg/kgBB/ 10 hari
hari tiap 8 jam

Pilihan III:

Ceftriaxone iv 50-
75 mg/kgBB/hari
10 hari
tiap 12-24 jam
4.3 Daftar Diagnosis klinis infeksi dan terapi antibiotik empirik pada pasien neonates

Diagnosis Infeksi Bakteri pathogen Nama dan Durasi Ket


penyebab Regimen Dosis
tersering Antibiotik

Sepsis Stafilokokus Pilihan I: 3-14 hari


neonatorum coagulase
Ampisilin iv 50
awitan dini negative, E. coli,
mg/kgBB/dosis
Klebsiela
tiap 12 jam per
pneumonia,
hari
Sepsis Enterococcus,
neonatorum Pseudomonas, Dan
awitan lambat Stafilokokus Gentamisin iv 5
aureus mg/kgBB/dosis 3-14 hari
berat lahir <1200
g

Usia ≤7 hari :

Tiap 48 jam

Usia 8-30 hari:


tiap 36 jam

Usia >30 hari :


tiap 24 jam

Berat lahir ≥1200


g

Usia ≤7 hari tiap


36 jam

Usia >7 hari: tiap


24 jam
Pilihan II:

Cefoperazone- 3-14 hari


sulbactam iv 50
mg/kgBB/dosis
tiap 12-8 jam per
hari

Dan

Amikasin iv 7.5
mg/kgBB/dosis
3-14 hari
Usia kronologis:
<28 minggu tiap
36 jam

28-29 minggu tiap


24 jam

30-35 minggu tiap


18 jam

≥36 minggu tiap


12 jam

≥37 minggu dan >


hari tiap 8 jam

Pilihan III: 10-14 hari Sebagai terapi


definitive sesuai
Meropenem iv 20-
hasil kultur dana
40
tau persetujuan
mg/kgBB/dosis
Tim PRA
≤7 hari tiap 12
jam

Usia >7 hari tiap 8


jam
Dan / Atau 10-14 hari

Amikasin iv 7.5
mg/kg/kali

Usia kronologis: <


28 mkinggu tiap
36 jam

28-29 minggu tiap


24 jam

30-35 minggu tiap


18 jam

≥36 minggu tiap


12 jam

≥36 minggu tiap


12 jam

≥ 37 minggu dan
> hari tiap 8 jam
BAB V

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

Evaluasi penggunaan antibiotik di rumah sakit, sesuai peraturan menteri kesehatan RI nomor
8 tahun 2015 dalam pasal 10 (2) disebutkan bahwa evaluasi penggunaan antibiotik di rumah sakit
sebagaimana menggunakan metode audit kuanyitas penggunaan antibiotik dan audit kualitas
penggunaan antibiotik.

5.1 Audit Kuantitas Penggunaan Antibiotik di Rumah Sakit


Untuk memperoleh data yang baku dan dapat diperbandingkan dengan penelitian di tempat
lain, maka Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi penggunaan antibiotik
secara Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) Classfication dan pengukuran kuantitas
penggunaan antibiotik dengan defined daily dose (DDD)/ 100 patient-days.
Defined daily dose (DDD) adalah dosis harian rata-rata suatu obat yang digunakan pada
orang dewasa untuk indikasi utamanya. Perlu ditekankan di sini bahwa DDD adalah unit baku
pengukuran, bukan mencerminkan dosis harian yang sebenarnya diberikan kepada pasien
(prescribed daily doses atau PDD). Dosis untuk masing-masing individu pasien bergantung
pada kondisi pasien tersebut (berat badan, dll). Dalam ATC classification system obat dibagi
dalam kelompok menurut system organ tubuh, menurut sifat kimiawi, dan menurut fungsinya
dalam farmakoterapi. Terdapat lima tingkat klasifikasi, yaitu:
 Tingkat pertama: kelompok anatomi (mis: saluran pencernaan dan metabolisme)
 Tingkat kedua: kelompok terapi/ farmakologi obat
 Tingkat ketiga: subkelompok farmakologi
 Tingakt keempat: subkelompok kimiawi obat
 Tingkat kelima: substansi kimiawi obat

Contoh:

J anti-infeksi untuk penggunaan sistemik


(Tingkat pertama : kelompok anatomi)
J01 antibakteri untuk penggunaan sistemik
(Tingkat kedua: kelompok terapi/farmakologi)
J01C beta-lactam antibacterial, penicillins
(Tingkat ketiga: subkelompok farmakologi)
J01C A Penisilin berspektrum luas
(tingkat keempat: subkelompok kimiawi obat)
J01C A01 Ampisilin
(Tingkat kelima : substansi kimiawi obat)
J01C A04 Amoksisilin
(Tingkat kelima : substansi kimiawi obat
Cara perhitungan DDD
Data yang berasal dari pasien digunakan rumus untuk setiap pasien:

Jumlah dosis konsumsi antibiotik dalam gram


Jumlah konsumsi (DDD) = ------------------------------------------------------
DDD antibiotik dalam gram

Total DDD
DDD/100 patient days = --------------------------------------------------x100
Total jumlah hari pasien

Keterangan:
Jumlah hari-pasien = jumlah hari perawatan seluruh pasien dalam suatu periode studi

5.2 Audit Kualitas Penggunaan Antibiotik di Rumah Sakit


Kualitas penggunaan antibiotik dapat dinilai dengan melihat form penggunaan antibiotik
dan rekam medik pasien untuk melihat perjalanan penyakit. Setiap kasus dapat dipelajari
dengan mempertimbangkan gejala klinis dan hasil laboratorium apakah sesuai dengan indikasi
penggunaan antibiotik, apakah tepat pemilihan jenis antibiotik, apakah tepat rejimen dosis, lama
pemberian dan saat pemberiannya.
Penilai (reviewer) sebaiknya lebiha dari 1 orang (tim PRA) dan digunakan alur penilaian
menurut Gyssens untuk menentukan kategori kualitas setiap antibiotik yang digunakan. Bila
terdapat perbedaan yang sangat nyata di antara reviewer maka dapat dilakukan diskusi panel
untuk masing-masing kasus yang berbeda penilaiannya.
Pola penggunaan antibiotik hendaknya dianalisis dalam kaitannya denhgan laporan pola
mikroba dan kepekaannya terutama terhadap mikroba multi-resisten, sekurang-kuramgnya satu
tahun sekali.
Kategori hasil penilaian (Gyssens flowchart):

Kategori 0 : penggunaan antibiotik tepat dan rasional

Kategori I : tidak tepat saat (timing) pemberian antibiotik

Kategori IIA : tidak tepat dosis pemberian antibiotik

Kategori IIB : tidak tepat interval pemberian antibiotik

Kategori IIC : tidak tepat rute pemberian antibiotik

Kategori IIIA : pemberian antibiotik terlalu lama

Kategori IIIB : pemberian antibiotik terlalu singkat

Kategori IVA : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik karena ada

antibiotik lain yang lebih efektif

Kategori IV B : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik karena ada

antibiotik lain yang lebih aman


Kategori IVC : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik karena ada

antibiotik lain yang lebih murah

Kategori IVD : tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik karena ada

antibiotik lain dengan spectrum lebih sempit

Kategori V : tidak ada indikasi pemberian antibiotik

Kategori VI : data tidak lengkap sehingga penggunaan antibiotik tidak dapat dinilai
BAB VI
PENUTUP

Panduan penggunaan Antibiotik Profilaksis dan Terapi (PPAB) diterbitkan untuk dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang sudah berlaku. Apabila didapatkan perbedaaan atau perselisihan
pendapat tentang panduan penggunaan antibiotik ini, maka akan diselesaikan secara diskusi
berdasarkan evidence based medicine yang diakui dan dipahami bermanfaat untuk meningkatkan
layanan perawatan pasien.pandangan akademik masing- maisng pihak akan saling dihormati dan
disinkronisasi untuk mendapatkan kesepakatan yang obyektif, rasional dan berguna bagi kesembuhan
pasien.

Pembaharuan dan evaluasi secara regular akan dilakukan untuk memperbaiki dan
menyempurnkana panduan pengguanaan antibiotik profilaksis dna tyerapi dengan kesesuaian
pelaksanaan di lapangan setiap 2-3 tahun. Semua saran perbaikan dapat disampaikan demi perbaikan
dan kesempurnaan panduan ini. Atas perhatian dan kerja sama postif semua pihak disampaikan terima
kasih.
Lampiran 1. Tabel Saat/Waktu Pemberian Antibiotik per oral

Nama Generik AC DC PC Nama Generik AC DC PC

Amoxicillin + - + Isoniazid 1 jam - 2 jam

Amoxicillin + + - Kanamycin sulfat + - +


clavulanat acid

Ampicillin 1 jam - 2 jam Levofloxacin + - +

Ampicillin/ + - 2 jam Lincomycin 1 jam - 2 jam


sulbactam

Azitromycin 1 jam - 2 jam Linezolid + - +

Cefadroxil + - + Metronidazole - + +

Cefixime - + - Moxifloxacin + - +

Cefuroxime - + - Ofloxacin + - +

Chloramphenicol 1 jam - 2 jam Phenoxymethyl 1 jam - 2 jam


penicillin

Ciprofloxacin + - + Pirazinamide - + -

Claritromycin + - + Raifampicin 1 jam - 2 jam

Clindamycin + - + Roxythromicin + - -

Cotrimoxazole + - - Spiramicin - - -

Doxycycline - + - Thiamphenicol 1 jam - 2 jam

Erythromicin 1 jam - 2 jam

Ethambutol - + -

Keterangan :
AC : Ante coenam (sebelum makan)
DC : Durate coenam (bersama makan)
PC : Post Coenam (sesudah makan)

Lampiran 2. Tabel Penyesuaian Dosis Pada Kelainan Ginjal

Antibiotik Waktu Dosis Dosis berdasarkan CrCI (ml/min)


paruh (fungsi
(jam) ginjal
normal)
Normal ESRD >50-90 10-50 <10

Aminoglycoside Antibiotics : Traditional multiple daily doses –adjustment for renal disease

Amikacin 1.4-2.3 17-150 7.5mg per 17.5 mg/kg/ 7.5 mg/kg/ 7.5 mg/kg/
kg/ 12 jam 12 jam 24 jam 48 jam
atau 15 mg
per kh/hari

Tobramycin 2-3 20-60 1.7 mg per 100% /8 100% / 100% / 48


kg/ 8 jam jam 12-24 jam jam

Netilmicin 2-3 35-72 2.0 mg per 100% /8 100% / 100% / 48


kg/8 jam jam 12-24 jam jam

Streptomycin 2-3 30-80 15 mg per Tiap 24 jam Tiap 24- Tiap 72-
kg (max of 72 jam 96 jam
1.0 g)/ 24
jam

Golongan Karbapenem

Meropenem 1 6-8 1.0 g/8 jam 1.0 g/8 jam 1.0 g/ 12 0.5 g/24
jam jam

Golongan Sefalosporin

Cefazolin 1.9 40-70 1.0-2.0 g/8 /8jam /12jam /24-48jam


jam

Cefepime 2.2 18 2.0g/8 jam 2 g/8 jam 2 g/12 -24 /24-48 jam
(max jam
dosis)

Cefotaxim, 1.7 15-35 2.0 g/8 jam /8-12 jam /12-24 /24-48 jam
Ceftizoxime jam

Ceftazidime 1.2 13-25 2 g/8 jam /8-12 jam /12-24 /24-48 jam
jam

Antibiotik Waktu paruh (jam) Dosis (fungsi ginjal Dosis berdasarkan CrCI
normal) (ml/min)

Normal ESRD <50-90 10-50 <10

Cefuroxime 1.2 1.7 0.75-1.5 /8 jam /8-12 jam /24jam


sodium g/8 jam

Golongan Florokuinolon

Ciprofloxaci 3.6 6-9 500-750 100% 50-750% 50%


n mg po 400 mg
(atau 400 iv/24 jam
mg iv/12
jam)

Levofloxacin 6-8 76 750 mg/24 750 mg/24 20-49: 750 <20: 750
jam iv, po jam mg/ 48 jam mgh/24
jam
kemudian
500 mg/48
jam

Golongan Makrolid

Clarithromycin 5-7 22 0.5-1.0 100% 75% 50-75%


gr/12 jam

Erythromycin 1.4 5-6 250-500 100% 100% 50-75%


mg/ 6 jam

Golongan penisilin

Amoxicillin 1 5-20 250-500 /8jam /8-12 jam /24jam


mg/8jam

Ampicillin 1 7-20 /6jam /6-12 jam /12-24 jam

Amoxicillin/Clavulanate 1.3 1 500/125 500/125 250-500 250-500


AM 4 mg/8 jam mg/8 jam mg AM mg AM
5-20 component component
/12jam /24 jam

Aztreonam 2 6-8 2g/8 jam 100% 50-75% 25%

Penicillin G 0.5 6-20 0.5-4 100% 75% 20-50%


million
U/4 jam

Antibiotik Waktu Dosis Dosis berdasarkan CrCI (ml/min)


paruh (fungsi
(jam) ginjal
normal)
Normal ESRD >50-90 10-50 <10

Golongan Tetrasiklin

Tetracycline 6-10 57-108 250-500 /8-12 jam /12-24 /24 jam


mg/6 jam jam

Tobramycin 2-3 20-60 1.7 mg per 100% /8 100% / 100% / 48


kg/ 8 jam jam 12-24 jam jam

Golongan Miscelaneus

Colistin <6 ≥48 80-160 160 mg/8 160 160 mg/36


mg/8 jam jam mg/24 jam
jam dosis
sama
untuk
CRRT
Daptomycin 9.4 30 4-6 mg 4-6 mg CrCI <30, 4-6 mg per
per kg per per kg per kgg/48 jam
hari hari

Linezolid 5.6 6.8 600 mg 600 600 600 mg/12


po/iv/12 mg/12 mg/12 jam AD
jam jam jam dosis
sama
utnuk
CRRT

Metronidazole 6-14 7-21 7.5 mg per 100% 100% 50%


kg/6 jam dosis
sama
untuk
CRRT

Nitrofurantoin 0.5 1 50-100mg 100% hindarkan hindarkan

Sulfamethoxazol 10 20-50 1.0 g/8 /12 jam /18 jam /24 jam
e jam dosis
sama
untuk
CAVH

Antibiotik Waktu Dosis Dosis berdasarkan CrCI (ml/min)


paruh (fungsi
(jam) ginjal
normal)
Normal ESRD >50-90 10-50 <10

Trimetoprim 11 20-49 100-200 /12 jam >30: /12 / 24 jam


(TMP) mg/12 jam 10-30:
/18 jam
dosis
sama
untuk
CRRT

Trimetoprim-sulfamethoxazole DS (Doses based on TMP component)

Terapi Sebaga Sebagai 5-20 5-20 30-50: 5- Tidak


(berdasarkan i TMP TMP mg/kg/hari mg/kg/har 7.5 direkomendasika
TMP) terbagi 6-12 i terbagi mg/kg/8 n tetapi jika
jam 6-12 jam jam digunakan: 5-10
(dosis mg/kg per
sama dosis/24 jam
untuk
CRRT)
10-29: 5-
10
mg/kg/1
2 jam

TMP-SMX Sebaga Sebagai 1 tab po/24 100% 100% 100%


prophylaksis i TMP TMP jam atau 3x/
minggu

Vancomycin 6 200-250 1g/12 jam 1g/12 jam 1g/12 1g/4 -7 hari


jam

Anti tuberculosis

Ethambutol 2.1 250-500 100% 100% 50%


mg/12 jam

Isoniazid 0.7-4 8-17 5 mg per 100% 100% 100%


kg/ hari dosis
(max 200 sama
300 mg) untuk
CRRT

Pirazinamide 9 26 25 mg per 100% 100% 12-25 mg per


kg/24 jam dosis kg/24 jam
(dosis max sama
2.5 g/24 untuk
jam) CRRT

Rifampin 1.5-5 1.8-11 600 mg per 600 mg/ 300-600 300-600 mg /


hari 24 jam mg/24 300-600 mg /24
jam jam
dosis
sama
untuk
CRRT

Anti Fungi

Amphoterici 24 unchange Non lipid: /24 jam /24 jam /24 jam
n B & lipid jam-15 d 0.4-1.0 dosis
based ampho hari mg/kg/hari sama
ABLC: untuk
5mg/kg/ CRRT
hari
LAB: 3-5
mg/ kg/ hari

Fluconazole 37 100 100-400 100% 50% 50%


mg/24 jam

Itraconazole 21 25 100-200 100% 100% 50%


po mg/12 jam dosis
sama
untuk
CRRT
Itraconazole 21 25 200 mg iv Jangan digunakan iv jika CrCI <30 oleh
iv bid karena menyebabkan carrier: cyclodextrin

Antiviral

Acyclovir 4- 20 5-12.4 mg 100% /8 100% 50%/24 jam


per kg/8 jam /12-24
jam jam

Adefovir, iv 7.5 15 10mg /24 10 mg/24 10 10 mg/72 jam


jam jam mg/48 -
72 jam

Amantadine 12 500 100 mg po /12 jam /24-48 /7hari


bid jam

Cidovir : complicated dosing – see packing insert

Induction 2.5 Tidak 5 mg per kg 5 mg per Kontraindikasi pada pasien


diketahui 1x/ minggu kg dengan CrCI ≤55 ml/min
selama 2 1x/mingg
minggu u

Maintenance 2.5 Tidak 5 mg per kg 5 mg per Kontraindikasi pada pasien


diketahui 1x/ minggu kg/ 2 dengan CrCI ≤55 ml/min
selama 2 minggu
minggu

Entecavir 128- 0.5 mg/24 0.5 mg/24 0.15-2.5 0.05 mg/24 jam
149 jam jam mg/24
jam

Ganciclovir 3.6 30 Introduction 5 mg per 1.15- 1.25 mg per kg 3


5mg per kg/12 jam 0.25 kali per minggu
Kg/12 iv mg/24
jam

Maintenanc 2.5-5.0 0.6-1.25 0.625 mg per kg


e 5 mg per mg per mg per 3 kali per minggu
kg/24 jam kg/24 jam kg/24
iv jam

1.0 g/8 jam 0.5-1 g/8 0.5-1.0 0.5 mg 3 kali per


po jam mg24 minggu
jam

Lamivudine 5-7 15-35 300 mg po/ 300 mg 50-150 25-50 mg/24 jam
5 24jam po/24 jam mg/24
jam

Stavudine 1-1.4 5-5.8 30-40 100% 50% 12- ≥60 kg: 20 mg


po5 minggu / 24 jam per hari
12jam ≥60 kg: 15 mg
per hari

Zidovudine 5 1.1-1.4 1.4-3 300 mg/12 300 mg/ 300 mg/ 100 mg/ 8 jam
jam 12 jam 12 jam
dosis
sama
untuk
CRRT
Lampiran 3. Level of Evidences

Tingkat pembuktian dan rekomendasi, mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor: 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan
Antibiotik, sebagai berikut:

TINGKAT PEMBUKTIAN (STATEMENTS OF EVIDENCE)

LEVEL EVIDENCES

Ia Fakta diperoleh dari meta analisis (meta analysis) atau telaah sistematik terhadap uji
klinik acak berpembanding (randomized control trial)

Ib Fakta diperoleh dari sekurang-kurangnya satu uji klinik acak berpembanding

IIa Fakta diperoleh dari sekurang-kurangnya satu studi berpembanding, tanpa acak, yang
dirancang dengan baik

IIb Fakta diperoleh dari sekurang-kurangnya satu studi kuasi eksperimental, yang
dirancang dengan baik

III Fakta diperoleh dari studi observasi yang dirancang dengan baik misalnya studi
kohort, kasus- control dan potong lintang.

IV Fakta yang diperoleh dari laporan kasus dan opini komite ahli dan atau pengalamn
klinik dari pakar yang disegani.

REKOMENDASI

A – high recommendation (sangat Sangat direkomendasikan berdasarkan bukti


direkomendasikan) tingkat Ia dan Ib

B – Moderate recommendation Direkomendasikan berdasarkan bukti tingkat IIa


(direkomendasikan) dan IIb

C – low recommendation ( tidak Tidak direkomendasikan berdasarkan bukti


direkomendasikan) tingkat III

D – very low recommendation (tidak Tidak direkomendasikan berdasarkan bukti


direkomendasikan) tingkat IV

Anda mungkin juga menyukai