Anda di halaman 1dari 4

Etika Perlindungan Kepada

Konsumen dan Karyawan


Etika Perlindungan Kepada Konsumen
Berdasarkan kenyataan yang tidak dibantahkan bahwa bisnis merasuki seluruh
kehidupan semua manusia, maka dari perspektif etis, bisnis diharapkan dan dituntut
untuk menawarkan sesuatu yang berguna bagi manusia dan tidak sekedar
menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi memperoleh keuntungan. Kondisi
konsumen yang banyak dirugikan memerlukan peningkatan upaya untuk
melindunginya, sehingga hak-haknya dapat ditegakkan. Namun di sisi lain,
perlindungan tersebut harus juga melindungi eksistensi produsen yang sangat
esensial dalam perekonomian negara. Oleh karena itu, diperlukan perundang-
undangan yang dapat melindungi kedua belah pihak.
Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
untuk memberikan perlindungan hukum kepada konsumen. Konsumen adalah setiap
orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan.

Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan


perlindungan adalah:
1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat(1), Pasal
27, dan Pasal 33.
2. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara
Republik Indonesia No. 3821.
3. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
4. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian
Sengketa.
5. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
6. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001 Tentang
Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag
Prop/Kab/Kota.
7. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795
/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen
Etika Perlindungan Kepada
Konsumen dan Karyawan
Tujuan perlindungan konsumen
Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri;
Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari akses negatif pemakai barang dan/atau jasa;
Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha;
Meningkatkan kualitas barang dan/ atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/ atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.

Hak-hak konsumen
Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen, Hak-hak Konsumen
adalah:
Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa;
Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa;
Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya
Etika Perlindungan Kepada
Konsumen dan Karyawan
Azas perlindungan konsumen
Azas Perlindungan Konsumen : “Perlindungan konsumen berdasarkan manfaat,
keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian
hukum”.
Azas Perlindungan Konsumen antara lain :
1. Asas Manfaat mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan
perlindungan ini harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan
konsumen danpelaku usaha secara keseluruhan,
2. Asas Keadilan partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan
memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil,
3. Asas Keseimbangan memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen,
pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual,
4. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen memberikan jaminan atas
keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian
dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan,
5. Asas Kepastian Hukum baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum
dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen,
serta negara menjamin kepastian hukum.
Gerakan konsumen
Salah satu syarat bagi terpenuhi dan terjaminnya hak-hak konsumen adalah
perlunya pasar dibuka dan dibebaskan bagi semua pelaku ekonomi, termasuk bagi
produsen dan konsumen untuk keluar masuk dalam pasar. Selain itu, salah satu
langkah yang dirasakan sangat berpengaruh adalah Gerakan Konsumen. Gerakan
kosumen juga lahir karena pertimbangan sebagai berikut:
Produk yang semakin banyak di satu pihak menguntungkan konsumen karena
mereka punya pilihan bebas yang terbuka, namun di pihak lain juga membuat pilihan
mereka menjadi rumit.
1. Jasa kini semakin terspesialisasi sehingga menyulitkan konsumen untuk
memutuskan mana yang benar-benar dibutuhkannya.
2. Kebutuhan iklan yang merasuki setiap menit dan segi kehidupan manusia
modern yang melalui berbagai media massa dan media informasi lainnya,
membawa pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan konsumen.
3. Kenyataan menunjukan bahwa keamanan produk jarang sekali diperhatikan
secara serius oleh produsen.
4. Dalam hubungan jual beli yang didasarkan oleh kontrak, konsumen lebih berada
pada posisi yang lemah.
Etika Perlindungan Kepada
Konsumen dan Karyawan
Etika Perlindungan Kepada Karyawan
Tenaga kerja atau karyawan adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja merupakan salah satu penggerak ekonomi
bagi suatu negara. Sayangnya, konflik kerap terjadi antara tenaga kerja dan
pengusaha atau perusahaan. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah menyiapkan
sejumlah peraturan, termasuk di antaranya UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Adanya undang-undang ini menjadi jaminan hukum bagi
perlindungan tenaga kerja.
Tujuan perlindungan tenaga kerja adalah untuk memastikan sistem hubungan
kerja berjalan harmonis tanpa adanya tekanan dari pihak yang kuat kepada yang
lemah. Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak
dasar serta perlakuan tanpa diskriminasi terhadap pekerja atau buruh demi
mewujudkan kesejahteraan mereka dengan tetap memperhatikan kemajuan
perusahaan.

Secara garis besar, ada tiga jenis perlindungan tenaga kerja, yaitu:
1. Perlindungan ekonomis: perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan
yang cukup, termasuk jika tenaga kerja tidak bisa bekerja di luar kehendaknya;
2. Perlindungan sosial: perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan
kerja, kebebasan berserikat, dan perlindungan hak berorganisasi;
3. Perlindungan teknis: perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan
keselamatan kerja.

Berdasarkan UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menjadi objek


utama perlindungan tenaga kerja, yakni:
1. Perlindungan atas hak-hak dalam hubungan kerja; perlindungan atas hak-hak
dasar pekerja/buruh untuk berunding dengan pengusaha dan mogok kerja;
2. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja;
3. Perlindungan khusus bagi pekerja buruh perempuan, anak dan penyandang
cacat;
4. Perlindungan tentang upah, kesejahteraan, dan jaminan sosial tenaga kerja; dan
5. Perlindungan atas hak pemutusan hubungan tenaga kerja.
Pengusaha sebagai pemberi kerja diwajibkan memberi perlindungan terhadap
tenaga kerjanya. Jika tidak, pengusaha dapat dikenakan sanksi pidana penjara dan
membayar denda.

Anda mungkin juga menyukai