Anda di halaman 1dari 5

Konsep Islam berkemajuan bukanlah konsep yang asing di lingkungan Muhammadiyah,

terutama sejak dideklarasikan pada mukatamar tahun 2010 silam. Lalu apa yang dimaksud
dengan Islam yang berkemajuan serta apa saja yang menjadi dasar atau pondasi dari konsep
tersebut?

Islam sendiri sebenarnya adalah agama yang berkemajuan, artinya Islam merupakan agama
yang membawa misi kemajuan dalam membangun peradaban umat manusia. Hal ini bisa
dilihat dari sejarah Islam itu sendiri, khususnya di zaman Rasulullah. Kehadiran agama Islam
terbukti mampu mengubah kehidupan jahiliyah ke kehidupan yang lebih baik.

Bahkan di generasi Sahabat, Tabi’in, dan generasi setelahnya, Islam mampu menguasai
dunia. Tidak hanya dalam bidang militer, penguasaan Muslimin kala itu, mencakup seluruh
aspek kehidupan, termasuk dalam hal ini ilmu pengetahuan. Kekhalifahan Islam menjadi
pusat peradaban, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan dunia.

Hal tersebut tak mengherankan, karena dalam hal ini, Islam juga bersifat universal. Artinya,
agama Islam memiliki ajaran yang tak lekang oleh waktu, dan tidak dibatasi oleh wilyah
tertentu. Terkait hal ini, silahkan lihat tulisan kami sebelumnya yang berjudul: Memaknai
Kembali Bagaimana Sifat Islam Universal

Konsep Islam Berkemajuan

Islam yang berkemajuan menanamkan kebenaran, kebaikan, dan keadilan untuk mewujudkan
kehidupan umat manusia yang makmur. Kebenaran, kebaikan, dan keadilan bukan hanya
retorika semata. Juga bukan hanya dilakukan saat beribadah di masjid saja. Namun juga
diterapkan dalam kegiatan sehari-hari ummatnya.

Islam juga menjunjung tinggi kedamaian dengan menolak segala bentuk kejahatan, baik itu
berupa kekerasan, penindasan, ketidakadilan, maupun terorisme. Hal ini sesuai dengan
contoh Rasulullah saw, yang meskipun di saat perang, namun beliau tetap menjunjung tinggi
adab dan etika peperangan.

Konsep kehidupan yang seperti inilah yang selalu digaungkan oleh kelompok
Muhammadiyah sejak kelahirannya di tahun 1912 silam. Islam yang berkemajuan juga
memiliki misi untuk membawa masyarakat menjadi lebih maju dalam era modern seperti
sekarang, tentunya dengan bekal ilmu dan pengetahuan yang sesuai dengan syariat Islam.

Dengan konsep Islam yang berkemajuan, masyarakat diharapkan bisa selalu beradaptasi
dengan perubahan yang terjadi tanpa meninggalkan norma agama. Masyarakat juga
diharapkan bisa memiliki jiwa keagaman yang kokoh sehingga dapat mewujudkan suatu
bangsa yang berakhlak baik, berilmu, serta menjunjung tinggi ukhuwah islamiyah.

Dasar Islam Berkemajuan Menurut Muhammadiyah

Ada 5 dasar atau pondasi Islam berkemajuan menurut Muhammadiyah, berikut


penjelasannya.

1. Menegakkan tauhid murni dan menjauh dari hal-hal yang menjurus pada kemusyrikan. 
Tauhid berarti mengesakan Allah dalam setiap aspek kehidupan.
2. Pemahaman Al Quran dan Sunnah secara mendalam, karena Al Quran dan Sunnah adalah
pedoman hidup bagi umat Islam.

3. Amal saleh yang fungsional dan solutif, artinya setiap individu harus melakukan amalan-
amalan yang tak hanya berupa ibadah mahdah, tapi juga amalan yang bisa menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat bagi umat. Karena Rasulullah saw pernah bersabda, bahwa sebaik-
baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.

4. Berorientasi pada kekinian dan masa depan, artinya semua umat Islam harus berpikir
sekaligus merancang masa depan agar bisa terus mengalami kemajuan. Maka, ilmu
pengetahuan yang benar, harus terus digalakkan di kalangan ummat Islam.

5. Toleran, moderat, dan menjunjung tinggi kerja sama. Artinya, ummat Islam siap bekerja
sama dengan ummat lain selama tidak melanggar syariat. Hal ini juga demi mewujudkan
kehidupan masyarakat yang lebih makmur.

Dahlan muda, yang kala itu bernama Muhammad Darwis merasa gerah dengan kejumudan
dan kemunduran dunia Islam. Tiga hal yang amat mencolok yang menjadi penyebab
kemunduran adalah taqlid, bid’ah, dan churafat ataukhurafat yang selanjutnya disingkat
TBC.Taqlid adalah perilaku mengikut ajaran tanpa ada pengetahuan tentang hal yang
diikutinya itu. Bid’ah adalah mengubah atau membuat variasi baru dalam ibadah, yang
sebenarnya harus dijalankan sesuai tuntunan Rosul saja. Khurafat adalah perilaku
memercayai kebohongan. Khurafat digandengkan dengan takhyul, yaitu sesuatu yang bersifat
khayal.

Karena malas berpikir, umat Islam kala itu ikut saja kata orang, tidak mau mencari otentisitas
ajaran sehingga ada perubahan, dan percaya kabar bohong (kini disebut hoax) yang dikait-
kaitan dengan agama.Otentisitas Islam menjadi tertutupi oleh kepercayaan lain; tercampur
dengan ajaran Hindu, Budha, Animisme, dan Dinamisme. Dalam kehidupan sosial,
kemalasan dan kelemahan berpikir itu menyebabkan rendahnya penguasaan terhadap ilmu
pengetahuan, teknologi, politik, militer, dan ekonomi.

Karena kelemahan berpikir dan rendahnya pengetahuan, perilaku umat Islam kala itu sangat
dipengaruhi oleh emosi, sikap suka dan tidak suka, dan ajaran-ajaran yang tidak otentik.
Sempurnalah keterbelakangan pada saat itu. Di jantungnya kehidupan taqid, bid’ah, dan
churafat (TBC),  yaitu kehidupan di sekitar Keraton Yogyakarta, Dahlan muda melakukan
pembaharuan untuk memajukan kehidupan masyarakat. Tujuannya adalah agar masyarakat
Islam menjalankan ajaran Islam otentik yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah rosul dan
menjalankan kehidupan sosial yang berkemajuan. Yang diajarkan adalah kemurnian dan
keteguhan iman untuk ketertiban ibadah dan kemajuan akal dalam berinteraksi dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan umat manusia.

Jadi, gerakan Islam berkemajuan memiliki dua dimensi. Dimensi keagamaan gerakan ini
adalah upaya mengembalikan ajaran Islam otentik yang dibawa Nabi Muhammad SAW ke
dalam kehidupan masyarakat. Dimensi sosialnya adalah mencerdaskan masyarakat untuk
menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan sosial. Dua dimensi itu
bersumber dari satu titik, yaitu membangkitkan kesadaran penggunaan akal sehat.
Implementasi gerakan Islam berkemajuan dilakukan dengan pendekatan pencerahan. Bidang-
bidang yang menjadi garapan awal adalah pengajaran agama secara kritis-emansipatoris,
pendidikan formal, kesehatan moderen, dan ekonomi kerakyatan. Masyarakat yang kuat
secara ekonomi, sehat, dan berpikiran jernih dan maju akan menjalankan kehidupan sosial
yang maju. Orang yang berpikiran maju diharapkan akan belajar agama secara jernih dengan
akal sehat dan menggerakkan dakwah secara emansipatoris. Gerakan dengan pola di atas
dilakukan Muhammadiyah hingga organisasi tersebut berumur satu abad.

Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar pada 3-7 Agustus 2015 yang
lalu, Muhammadiyah mengusung tema yang sangat fenomenal yaitu “Gerakan Pencerahan
Menuju Indonesia Berkemajuan”. Muncul pertanyaan, bagaimanakah yang dimaksud dengan
Indonesia berkemajuan itu? Nah dalam beberapa tulisan, akan saya ulas dari beberapa
sumber.
Indonesia Berkemajuan adalah suatu pemikiran yang mendasar dan mengnadung
rekonstruksi yang bermakna dalam kehidupan kebangsaan bagi terwujudnya cita-cita Negara
dan bangsa yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat sejajr dengan bangsa dan
negara lain yang telah mencapai keunggulan.
Indonesia yang berkemajuan merupakan aktualisasi dari cita-cita Proklamasi dan
tujuan pembentukan Pemerintahan Negara Indonesia. Sebagaimana dalam Pembukaan
Undang Undang Dasar 1945, cita-cita Proklamasi adalah terbentuknya Negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Sedangkan tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia adalah untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Konsep Indonesia Berkemajuan memiliki semangat yang sama dengan ungkapan
“memajukan kesejahteraan umum” yang memiliki nilai kebaikan, keadilan, kemakmuran dan
keberadaban. Berkemajuan mengandung arti proses dan sekaligus tujuan yang bersifat ideal
untuk mencapai kondisi unggul.
KH. Ahmad Dahlan sebagai pahlawan nasional berpesan kepada para muridnya agar
menjadi manusia yang berkemajuan, yaitu manusia yang senantiasa mengikuti ajaran agama
dan sejalan dengan kehendak (perkembangan) jaman . Soekarno, sebagai tokoh penting
pergerakan nasional, berpendapat bahwa umat Islam akan tumbuh menjadi golongan yang
maju apabila bersedia berpikir rasional, bersikap tidak kolot, serta mampu menangkap api
Islam yang sebenar-benarnya.
Indonesia Berkemajuan memiliki beberpa dimensi. Pertama, berkemajuan dalam
semangat, alam pikir, perilaku dan senantiasa berorientasi ke masa depan. Kedua,
berkemajuan untuk mewujudkan kondisi yang lebih baik dalam kehidupan materiil dan
spiritual. Ketiga, berkemajuan untuk menjadi unggul di berbagai bidang dalam pergaulan
dengan bangsa lain.
Indonesia berkemajuan merupakan keharusan demi terwujdunya tatanan kebangsaan
yang merdeka, adil, makmur, damai , berkemanusiaan, bermartabat dan berdaulat.

prinsip-prinsip atau ciri-ciri sebuah Negara syariah, atau masyarakat Islami.

Pertama, menjaga agama (al-Din). Masyarakat Islami adalah masyarakat yang majemuk dan
multireligius. Menjaga agama selain menjaga kemurnian Tauhid, pada saat yang sama
masyarakat dapat menjaga, melindungi dan menghormati kebebasan beragama atau
berkeyakinan orang lain. Indikatornya antara lain: tersedianya rumah ibadah, pendidikan
agama, merayakan hari raya bagi masing-masing agama secara aman dan damai.

Kedua, menjaga jiwa (al-Nafs).  Masyarakat Islami adalah masyarakat yang menjaga dan
mendapatkan jaminan hak-hak kesehatan jasmani dan rohani.  Kebutuhan tersebut meliputi
pangan, sandang, dan papan. Program-program diarahkan pada peningkatan angka harapan
hidup pada kelahiran, penurunan angka kematian anak-anak, dan penduduk kurang gizi.
Kelahiran yang ditangani oleh tenaga medis terampil, dokter/perawat dan prosentase
penduduk yang diimunisasi.

Ketiga, menjaga akal (al-Aql). Masyarakat Islami adalah masyarakat yang menjaga dan
mendapat jaminan kepada pendidikan, intelektual, dan pengembangan riset dan ilmu
pengetahuan. Indikatornya antara lain: akses kepada pendidikan pra sekolah, pendaftaran
sekolah dasar, menengah dan pendidikan tinggi; institusi riset, perpustakaan, dan dana riset
untuk melipatgandakan pola pikir dan research ilmiah; dan beasiswa sebagai mengutamakan
perjalanan untuk mencari ilmu pengetahuan

Keempat, menjaga keturunan (al-Nasl). Masyarakat Islami adalah masyarakat yang


berorientasi kepada perlindungan keluarga; kepedulian yang lebih terhadap institusi keluarga.
Indikatornya antara lain: pemeliharaan dan pelayanan kesehatan pra dan pasca kelahiran,
pelatihan pra-nikah,  imunisasi bagi bayi dan akses pendidikan.

Kelima, menjaga harta (al-Mal). Masyarakat Islam adalah masyarakat yang mengutamakan
kepedulian sosial; menaruh perhatian pada pembangunan dan pengembangan ekonomi;
mendorong kesejahteraan manusia; menghilangkan jurang antara miskin dan kaya. Cirinya
misalnya: tersedianya berbagai lapangan pekerjaan, upah pekerjaan yang cukup, dll.

Keenam, menjaga lingkungan (al-Bi’ah). Al-Qardhawi dan Abu Sway memasukkan prinsip
menjaga lingkungan ke dalam maqashid al-syari`ah.  Hifz al-bi’ah mencakup menjaga
melestarikan alam dan pencegahan perusakan lingkungan.  Pemanfaatan sumber daya
lingkungan dan alam secara moderat (tawassuth) dan  jauh dari pemborosan (israf) dan sia-
sia (tabdhir).  Penegakkan hukum atas kriminalitas lingkungan dan sumber daya alam seperti
membuang sampah sembarangan, merokok sembarangan dll.

Anda mungkin juga menyukai