Anda di halaman 1dari 6

PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN

Noviya Royhatul Jannah


Imam Tabrani
Firdaus
Institut Agama Islam Negeri

Pengertian Penyelidikan
Penyelidik merupakan Pejabat Polri, hal ini diatur dalam Pasal 1 angka 4
KUHAP “Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang
diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan”
Pengertian penyelidikan sebagaimana yang tercantum dalam kitap
Undang-Undang Hukum acara pidana (KUHP) BAB I ketentuan umum pasal 1
ayat 5 yang berbunyi:
“Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidikan untuk mencari
dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menetukan dapat atau tidaknya dilakukan penyelidikan menurut cara yang diatur
dalam Undang-Undang ini”
Dari penjelasan diatas penyelidikan merupakan cara atau tindakan pertama
yang dilakukan oleh aparat penegak hukum sebelum adanya penyidikan.
Tujuannya adalah untuk meneliti sejauh mana kebenaran sebuah informasi berupa
laporan atau aduan ataupun kejadian langsung tertangkap basah langsung oleh
aparat agar dapat memperkuat secara hukum penindakan selanjutnya. Karena
aparat tidak dapat menangkap, menahan, menggeledah, meyita , memeriksa surat,
memanggil dan menyerahkan berkas kepada penuntut umum jikalau bukti
permulaan atau bukti cukup saja belum dilakukan di awal . Hal ini dapat menjadi
kesalahan penangkapan pelaku jika aparat tidak menguji dulu informasi yang ada,
sehingga merendahkan harkat dan martabat manusia.
M. Yahya Harahap SH, mengatakan didalam bukunya yang berjudul
“pembahasan permasalahan dan dan penerapan KUHAP” menyatakan bahwa
sebelum KUHAP berlaku “opsporningh” atau dalam istilah inggris di sebut
“investigation” merupakan kata yang digunakan untuk menandakan
menyelidikan. Barangkali penyelidikan dapat kita samakan dengan tindakan
pengusutan. Yang dimaksud tindakan pengusutan adalah usaha mencari dan
menemukan jejak berupa keterangan dan bukti-bukti sebuah peristiwa yang
diduga sebuah tindakan pidana.
Tutuntan dan tanggung jawab moral yang demikian sekaligus menjadi
peringatan bagi aparat penyidik untuk bertindak hati-hati, sebab kurangnya
ketidak hati-hatian dalam penyelidikan bisa membawa akibat fatal pada tingkatan
penyidikan, penangkapan dan penahanan yang mereka lakukan ke muka sidang
peradilan. Sedangkan sebagaimana yang terdapat dalam KUHAP terdakwa atau
tersangka berhak menuntut ganti rugi rehabilitas atas tindakan penangkapan,
penahanan, penggeledahan dan penyitaan yang berlawan dengan hukum. Kalau
begitu sangatlah beralasan untuk tidak melanjutkan suatu penyidikan kepada
tingkat penyelidikan, jika fakta dan bukti belum memadahi di tangan penyidik.

Wewenang Penyelidik
Wewenang penyelidikan tercantum dalam pasal 5 KUHAP sebagai berikut:
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak
pidana.
2. Mencari keterangan dan barang bukti
3. Memeriksa seseorang yang dicurigai
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
 Atas perintah penyidik
1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan, penyitaan
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat
3. Mengambil sidik jari dam memotret seseorang
4. Membawa dan menghadapkan seseorang kepada peyidik

Pengertian Penyidikan
Penyidik menurut pasal 1 angka1 KUHAP pasal 1 angka 10 Undang-
Undang RI No. 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara RI, bahwa yang di maksud
dengan penyidik adalah “penjabat polisi Negara Republik Indonesia atau pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang
unuk melakukan penyidikan”.
Menurut pasal 1 amgka 1 KUHAP pasal 1 angka 10 Undang-Undang RI No. 2
tahun tentang kepolisian RI, bahwa yang dimaksud dengan penyidik adalah
“penyidik adalah serangkain tindakan penyidik dalah hal dan menurut cara yang
diatur dalam Undang-Undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti
dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya”.
Bedasarkan bunyi di atas untuk memahami perbedaan mencolok antara
penyelidikan dengan penyidikan jika dalam penyelidikan arahnya untuk
menentukan ada atau tidaknya peristiwa yang diduga merupakan perbuatan
pidana. Sedangkan dalam penyidikan arahnya untuk menentukan siapa tersangka
yang dapat yang diduga melakukan melakukan pidana tersebut.

Wewenang Penyidikan
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseoranng tentang adanya tindak
pidana.
2. Melakukan tindakan pertama di TKP
3. Memeriksa seseorang yang dicurigai
4. Melakukan, penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan
5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
6. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
7. Memanggil orang untuk di dengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
sanksi
8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara
9. Mengadakan penghentian penyidikan
10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggun jawab

Penyidik Pegawai Negeri (PPNS)


Menurut Pasal 1 angka 10 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara RI, bahwa yang dimaksud Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) adalah "Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan ditunjuk selaku penyidik dan mempunyai wewenang untuk
melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup undang-undang yang menjadi
dasar hukumnya masing masing. Yang mana yang melaksanakan tugas
penyidikan sesuai dengan wewenang khusus yang diberi oleh Undang-Undang
yang menjadi dasar hukumnya masing-masing seperti:
1. Pejabat Bea cukai
2. Imigrasi
3. Tera
4. Perikanan
5. Lalu lintas dan angkutan jalan
6. Kejaksaan yang berwenang menyidik pelanggaran berat Hak Asasi
Manusia
7. Komisi Pemberantasan Korupsi yang berwenang menyidik tindak pidana
korupsi
8. Perwira Angkatan Laut yang berwenang menyidik pelanggaran di zona
Ekonomi Eksklusif.

Wewenan Penyidik Pegawai Negeri (PPNS)


Menurut Pasal 7 ayat (2) KUHAP, bahwa wewenang penyidik pegawai negeri
sipil karena kewajibannya, adalah:
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak
pidana
2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian
3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka
4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan
5. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
6. mengambil sidik jari dan memotret seorang; g. memanggil orang untuk
didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi
7. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara
8. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara
9. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Demikian pula dalam hal wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(2) KUHAP, kecuali mengenai penahanan yang wajib diberikan dengan
pelimpahan wewenang dari penyidik.

Pengertian Penyidik Pembantu


Menurut Pasal 1 angka 3 jo Pasal 10 ayat (1) KUHAP jo Pasal 1 angka 12
Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI, bahwa yang
dimaksud Penyidik pembantu adalah "Pejabat kepolisian Negara Republik
Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas
penyidikan yang diatur dalam undang-undang ini", sedangkan di dalam Pasal 1
angka 12 Undang-Undang RI No.2 Tahun 2002. bahwa penyidik pembantu adalah
"Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diangkat oleh Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan syarat kepangkatan dan diberi
wewenang tertentu dalam melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam undang-
undang".

Wewenang Penyidik Pembantu


Menurut Pasal 11 KUHAP, bahwa " penyidik pembantu mempunyai
wewenang, sebagai berikut:
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak
pidana
2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian
3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka
4. Melakukan penangkapan, penggeledahan dan penyitaan
5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
6. Mengambiil sidik jari dan memotret seorang,
7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi
8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara
9. Mengadakan penghentian penyidikan
10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab
Dalam hal ini wewenang penyidik pembantu sama dengan wewenang
penyidik (Pasal 7 ayat (1) KUHAP), kecuali mengenai penahanan yang wajib
diberikan dengan pelimpahan wewenang dari penyidik (Pasal 11 KUHAP).
Demikian pula dalam hal penyidik pembantu Penyidik telah melaksanakan
wewenangnya, maka penyidik pembantu segera membuat berita acara dan,
menyerahkan berkas perkara kepada penyidik, kecuali perkara dengan acara
pemeriksaan singkat yang dapat langsung diserahkan kepada penuntut umum
(Pasal 12 KUHAP)

Anda mungkin juga menyukai