Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Bercerita adalah aktivitas menyampaikan peristiwa atau kejadian secara lisan

dengan pilihan kata dan ekspresi yang tepat. Keterampilan bercerita tidak datang

dengan sendiri, tetapi harus dipelajari dan dilatih secara sungguh-sungguh dan terus-

menerus. Peningkatan keterampilan ini tidak hanya diperoleh dari sekolah saja, tetapi

dapat juga diperoleh dari lingkungan masyarakat. Bercerita merupakan salah satu

keterampilan yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain

Dikatakan demikian karena bercerita termasuk dalam situasi informatif yang ingin

membuat pengertian-pengertian atau makna-makna yang menjadi penjelas (Tarigan

1988: 35).Pada kenyatannya keterampilan bercerita masih sulit tercapai apalagi

bercerita tentang pengelaman pribadi. Ini adalah salah satu kompetensi dasar dalam

aspek keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa kelas VIII MTs Swasta

Darusalam Maumbawa Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tahun pelajaran 2021-

2022 ini.

Berdasarkan keterangan di atas guru harus mempersiapkan peserta didik yang

kompeten dalam menceritakan pengelaman pribadi di depan kelas maupun di depan

umum. Untuk mempersiapkan peserta didik yang kompeten dalam bercerita, guru

harus memiliki strategi untuk mengubah metode, media,dan teknik yang digunakan

sebelumnya. Dengan adanya perubahan metode, media, dan teknik yang diterapkan

oleh guru dalam proses belajar mengajar diharapkan adanya perubahan kemampuan

1
bercerita pada peserta didik. Salah satu teknik yang digunakan adalah dengan

menggunakan cerita berantai.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil pengamatan dari proses belajar mengajar keterampilan

bercerita pada kelas VIII MTs Swasta Darusalam Maumbawa tahun pelajaran 2021-

2022, ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa kurang terampil bercerita.

Masalah masalah yang timbul dan teridentifikasi, yaitu ;(1) siswa kurang berani

bercerita di depan umum, (2) siswa merasa malu dan kurang percaya diri bila

ditunjuk untuk bercerita di depan kelas, (3) siswa tidak menguasai bahan cerita.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah; “ Bagaimanakah

peningkatan kemampuan bercerita pengelaman pribadi siswa kelas VIII MTs Swasta

Darusalam Maumbawa setelah pembelajaran melalui teknik cerita berantai?”

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian (PTK) ini adalah

meningkatkan kemampuan bercerita siswa di Kelas VIII MTs Swasta Darusalam

Maumbawa

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi siswa : Dari hasil penelitian ini siswa diharapkan memiliki kemampuan

bercerita dengan baik dan terampil di depan kelas maupun di depan umum.

b. Bagi guru : Dapat membantu dalam meningkatkan pembelajaran keterampilan

bercerita pada siswa di masa yang akan datang, dapat membantu guru untuk

menentukan suatu Teknik yang kreatif yang dapat menunjang keberhasilan

pembelajaran, mampu menarik perhatian dan minat bakat siswa

2
c. Bagi sekolah : Sekolah adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan

pendidikan oleh sebab itulah setelah penelitian ini diharapkan bermanfaat

untuk meningkatkan mutu Pendidikan disekolah tersebut

1.5. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas,maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut.

“Kemampuan siswa dalam bercerita tentang pengalam pribadi dapat meningkat, jika

diterapkan teknik cerita berantai”.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengelaman Pribadi

Pengalaman pribadi adalah suatu yang pernah kita alami atau yang pernah kita

rasakan Kosasih, 2002: 53. Menurut Hasnun 2006: 191 pengalaman pribadi adalah

apa yang kita alami, dirasakan, dikerjakan dalam berbagai kegiatan atau aktivitas

dimana saja kita berada. Sedangkan menurut KBBI 1998: 22 pengalaman adalah

sesuatu yang pernah dialami dijalani, dirasai, ditanggung, dan sebagainya. Dalam

kehidupan sehari-hari, manusia tentunya pernah mengalami kejadian yang mereka

anggap lucu, khas, unik, aneh, menyedihkan, mengharukan, dan menggembirakan.

Setiap pengalaman yang dialami seseorang pasti berbeda satu sama lain. Ada pun

kemungkinan kesaaman pengalaman secara persis sifatnya jarang terjadi. Berbagai

pengalaman tersebut akan lebih bermakna apabila dapat dikomunikasikan dengan

orang lain. Dengan demikian, orang lain pun dapat merasakan atau ikut terbawa

dalam suasana yang diceritakan.(https://text-id.123dok.com/document/8yd21gxeq-

langkah-langkah-menulis-pengalaman-pribadi.html)

Pengalaman dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami, dijalani maupun

dirasakan, baik sudah lama maupun yang baru saja terjadi (Saparwati, 2012).

Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang

menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu

dan tempat tertantu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Saparwati, 2012).

4
Pengalaman merupakan peristiwa yang tertangkap oleh panca indera dan

tersimpan dalam memori. Pengalaman dapat diperoleh ataupun dirasakan saat

peristiwa baru saja terjadi maupun sudah lama berlangsung. Pengalaman yang

terjadi dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman

serta pembelajaran manusia (Notoatmojo,2012) dalam

https://eprints.umm.ac.id/53919/3/BAB%202.pdf

Pengalaman adalah pengamatan yang merupakan kombinasi pengelihatan,

penciuman, pendengaran serta pengalaman masa lalu (Saparwati, 2012). Dari

beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengalaman adalah sesuatu

yang pernah dialami, dijalani maupun dirasakan yang kemudian disimpan dalam

memori. (https://eprints.umm.ac.id/53919/3/BAB%202.pdf)

2. Bercerita

Bercerita merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Artinya, dalam

bercerita seseorang melibatkan pikiran, kesiapan mental, keberanian, perkataan

yang jelas sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Bercerita adalah suatu kegiatan

yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat tentang apa

yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi, atau hanya sebuah dongeng

yang dikemas dalam bentuk cerita yang dapat didengarkan dengan rasa

menyenangkan. ( https://www.kajianpustaka.com/2019/05/metode-bercerita.html,

diakses tanggal 25 Oktober 2021)

Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau

sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan

pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain (Bacrtiar S Bachir:2005:10).

5
Sedangkan menurut M.Nur Mustakim (2005: 20), bercerita adalah upaya untuk

mengembangakan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan

kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih ketrampilan anak dalam

bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan. Dengan kata lain

bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu

kejadian secara lisan dalam upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan

berbahasa.(http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/definisi-pengertian-

bercerita-anak.html,diakses, tanggal 23 Oktober 2021)

2.1. Definisi bercerita menurut para ahli

Definisi bercerita menurut para ahli yang penulis rangkum dari beberapa sumber

salah satunya dari https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-bercerita/ adalah

sebagai berikut;

a. Menurut Burhan Nurgiyantoro “2001:289”

Bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan berbicara yang

bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan berbicara yang bersifat pragmatis. Ada

dua unsur penting yang harus dikuasai siswa dalam bercerita yaitu linguistik dan

unsur apa yang diceritakan. Ketepatan ucapan, tata bahasa, kosakata, kefasihan dan

kelancaran, menggambarkan bahwa siswa memiliki kemampuan berbicara yang baik.

b. Menurut Tarigan “1981:35”

6
Menyatakan bahwa bercerita merupakan salah satu ketarmpilan berbicara yang

bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Dikatakan demikian

karena berbicara termasuk dalam situasi informatif yang ingin membuat pengertian-

pengertian atau makna-makna menjadi jelas. Dengan bercerita seseorang dapat

menyampaikan berbagai macam cerita, ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan

apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dibaca dan ungkapan kemauan dan keinginan

membagikan pengalaman yang diperolehnya.

c. Menurut Dhieni, “2008:6.3”

Bercerita ialah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada

orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam

bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan

rasa menyenangkan oleh karena itu orang yang menyajikkan cerita tersebut

menyampaikannya dengan menarik.

d. Menurut Bachir “2005:10”

Becerita ialah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau

sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan

pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.

e. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “2003:210”

Cerita merupakan tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal

atau peristiwa atau karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman kebahagiaan

atau penderitaan orang, kejadian tersebut sungguh-sungguh atau rekaan.

7
3. Metode Cerita Berantai

Menurut Tarigan (1990), “Penerapan teknik cerita berantai ini dimaksudkan

untuk membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara. Jika siswa telah

menunjukkan keberanian, diharapkan kemampuan berbicaranya menjadi meningkat.”

Teknik cerita berantai bisa dimulai dari seorang siswa yang menerima informasi

dari guru, kemudian siswa tadi membisikkan informasi itu kepada teman lain, dan

teman yang telah menerima bisikan meneruskannya kepada teman yang lain lagi.

Begitulah seterusnya. Pada akhir kegiatan akan dievaluasi, yaitu: siswa yang mana

yang menerima informasi yang benar atau salah. Siswa yang salah menerima

informasi tentu akan salah pula menyampaikan informasi kepada orang lain.

Sebaliknya, bisa saja terjadi informasi yang diterima oleh siswa itu benar tetapi

mereka keliru menyampaikannya kepada teman yang lain. Untuk itu, diperlukan

pertimbangan yang cukup bijak dari guru untuk menilai keberhasilan teknik cerita

berantai ini.

Menurut Nuraeni (2002), “Berbicara adalah proses penyampaian informasi dari

pembicara kepada pendengar dengan tujuan terjadi perubahan pengetahuan, sikap,

dan keterampilan pendengar sebagai akibat dari informasi yang diterimanya.”

Tarigan (1990) berpendapat bahwa teknik cerita berantai adalah salah satu

teknik dalam pengajaran berbicara yang menceritakan suatu cerita kepada siswa

pertama, kemudian siswa pertama menceritakan kepada siswa kedua, dan seterusnya

kemudian cerita tersebut diceritakan kembali lagi kepada siswa yang pertama.

Teknik cerita berantai adalah salah satu teknik dalam pengajaran berbicara yang

menceritakan suatu cerita kepada siswa pertama, kemudian siswa pertama

8
menceritakan kepada siswa kedua, dan seterusnya kemudian cerita tersebut

diceritakan kembali lagi kepada siswa yang pertama,” demikian kata Tarigan (1990)

sebagaimana dilansir oleh Tarmizi Ramadhan dalam

(https://tarmizi.wordpress.com/2009/03/08/penerapan-teknik-cerita-berantai-untuk-

meningkatkan-kemampuan-berbicara-siswa/) diakses tanggal 24/08/2021.

Menurut Tarigan (1990), “Penerapan teknik cerita berantai ini dimaksudkan

untuk membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara. Jika siswa telah

menunjukkan keberanian, diharapkan kemampuan berbicaranya menjadi meningkat.”

Teknik atau metode cerita berantai bisa dimulai dari seorang siswa yang

menerima informasi dari guru, kemudian siswa tadi membisikkan informasi itu

kepada teman lain, dan teman yang telah menerima bisikan meneruskannya kepada

teman yang lain lagi. Begitulah seterusnya. Pada akhir kegiatan akan dievaluasi,

yaitu: siswa yang mana yang menerima informasi yang benar atau salah. Siswa yang

salah menerima informasi tentu akan salah pula menyampaikan informasi kepada

orang lain. Sebaliknya, bisa saja terjadi informasi yang diterima oleh siswa itu benar

tetapi mereka keliru menyampaikannya kepada teman yang lain. Untuk itu,

diperlukan pertimbangan yang cukup bijak dari guru untuk menilai keberhasilan

teknik cerita berantai ini.

Secara lebih detail dan sistematis, metode cerita berantai yang dikembangkan

oleh Tarigan (1990) tersebut dapat diterapkan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Guru menyusun suatu cerita yang dituliskan dalam sehelai kertas.

2) Cerita itu kemudian dibaca dan dihapalkan oleh siswa.

9
3) Siswa pertama menceritakan cerita tersebut, tanpa melihat teks, kepada

siswa kedua.

4) Siswa kedua menceritakan cerita itu kepada siswa ketiga.

5) Siswa ketiga menceritakan kembali cerita itu kepada siswa pertama.

6) Sewaktu siswa ketiga bercerita suaranya direkam.

7) Guru menuliskan isi rekaman siswa ketiga di papan tulis.

8) Hasil rekaman diperbandingkan dengan teks asli cerita.

Untuk menerapkannya lebih lanjut teknik cerita berantai dapat ditempuh

langkah-langkah berikut:

1) Guru menyiapkan sehelai kertas yang bertuliskan cerita atau pesan (kurang

lebih satu atau tiga kalimat) yang akan disampaikan kepada siswa.

2) Pesan yang hendak disampaikan guru menyangkut kejadian-kejadian yang

cukup menarik dan berarti bagi siswa. Misalnya: cara meningkatkan hasil

belajar, penerapan disiplin diri, atau motivasi belajar.

3) Siswa yang duduk di depan menerima pesan dari guru dan meneruskannya

kepada siswa yang duduk di sebelahnya. Kegiatan ini dilakukan siswa di

depan kelas sambil berdiri.

4) Siswa yang telah menerima pesan meneruskannya kembali kepada siswa

lain. Kegiatan ini dilakukan sampai pada tiga orang siswa saja.  Kemudian

siswa ketiga menceritakan isi cerita kepada siswa pertama.

5) Guru dan siswa membandingkan isi cerita siswa pertama dan ketiga.

Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan, penggunaan teknik cerita

berantai sebagaimana dilansir oleh Tarmizi Ramadhan dalam webblognya

10
(http://tarmizi.wordpress.com) ternyata memberikan beberapa manfaat dalam

meningkatkan keterampilan berbicara siswa,  antara lain:

1) Pembelajaran berlangsung lebih efektif.

2) Keaktifan siswa lebih meningkat.

3) Terjadi interaksi yang positif antara siswa dengan siswa dan antara siswa

dengan guru.

4) Proses pembelajaran berjalan lebih terarah dan lebih menarik.

Di samping manfaat di atas, penerapan teknik cerita berantai menurut

hasil temuan di lapangan juga memiliki beberapa kendala dan hambatan,

seperti:

1) Waktu yang tersedia masih kurang mencukupi.

2) Memerlukan kecermatan dalam memberikan penilaian.

3) Kalimat yang panjang lebih dari tiga kalimat masih sulit untuk disimak.

B. Temuan Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Wiwin Kartikawati dalam

https:// http://eprints.unram.ac.id/1245/ yang berjudul Penerapan Metode Cerita

Berantai Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IV SDN 21

Cakranegara Tahun Pelajaran 2017/2018. Hasil dari penelitian yang dilakukan

Wiwin Kartikawati adalah Penerapan metode cerita berantai dapat meningkatan

keterampilan berbicara pada siswa kelas IV SDN 21 Cakranegara dapat dilihat

dari persentase ketuntasan klasikal pada siklus I yaitu 63,8% meningkat pada

siklus II menjadi 88,9%. Penerapan metode cerita berantai selama proses

pembelajaran juga berpengaruh pada peningkatan aktivitas guru dan aktivitas

belajar siswa yaitu aktivitas belajar siswa meningkat dari siklus I yaitu dari

11
kategori cukup aktif meningkat menjadi kategori sangat aktif dan aktivitas

mengajar guru meningkat dari kategori baik menjadi kategori sangat baik. Hasil

penelitian tersebut membuktikan bahwa aktivitas guru dan siswa serta

kemampuan berbicara siswa kelas IV SDN 21 Cakranegara pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia sudah meningkat.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah kemampuan

bercerita siswa akan meningkat jika menerapkan Teknik cerita berantai seperti

yang digambarkan pada bagan berikut;

Kemampuan bercerita Teknik cerita


meningkat berantai
siswa

12
 

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Swasta Darusalam Maumbawa, Desa

Kezewea, Kecamatan Golewa Selatan Kabupaten Ngada Provinsi Nusa Tenggara

Timur dan dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yakni dari bulan September 2021

sampai bulan Oktober 2021.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Swasta Darusalam Maumbawa

yang berjumlah 17 orang siswa

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan. Menurut Kemmis (1988) dalam

PTK: Melejitkan Kemampuan Penelitian Untuk Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran Guru,Widjaya Chandra dan Syahrum.2013, penelitian tindakan

adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan

dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan)untuk memperbaiki praktik yang

dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang

13
komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan.

Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan.

Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu; (1)

untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan profesional dalam arti

meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik yang dilaksanakannya;

serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut

dilaksanakan. Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran,

penelitian tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

Classroom Action Reserach (CAR). PTK adalah penelitian tindakan yang

dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan

dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK

berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.

Suharsimi (2002) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu

“Penelitian”. + “Tindakan” + “Kelas”. Makna setiap kata tersebut adalah sebagai

berikut;

Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan

metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam

memecahkan suatu masalah.

Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.

Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan.

Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang

sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam

sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan

14
karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah arahan

guru. Penelitian ini direncanakan dua siklus, dengan rincian kegiatan sebagai

berikut:

Siklus 1

Dengan tahapan-tahapan yaitu:

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru menyiapkan RPP menceritakan pengalaman

pribadi dengan alokasi waktu 2x40 menit (1 pertemuan), sumber/ bahan

pembelajaran berupa contoh teks pengalaman pribadi, bacaan yang diambil dari

berbagai sumber, instrumen penilaian tes dan non tes serta lembar observasi

Kolaborator untuk kegiatan observasi pembelajaran

b. Tahap pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan urutan kegiatan sebagai berikut:

Pertemuan Ke-1

1) Membuka pembelajaran Menggali informasi pemahaman awal siswa

tentang bercerita dengan tanya jawab

2) Memberi penguatan jawaban atas jawaban siswa tentang pemahaman

bercerita

3) Membagikan lembar bacaan kepada siswa dalam kelompok untuk melatih

bercerita

4) Mengevaluasi kemampuan tiap siswa dengan menulis pengalam pribadi

5) Siswa menentukan gagasan utama setiap bacaan yang telah dipilih

15
6) Evaluasi hasil kerja siswa

c. Tahap pengamatan

Kolaborator mengamati saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan

mencatat dalam lembar observasi.

d. Tahap refleksi

a) Refleksi dilaksanakan setelah pembelajaran berlangsung oleh guru dan

kolaborator.

b) Guru menyampaikan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

c) Kolaborator menyampaikan segala hal yang diamati saat pembelajaran.

d) Kolaborator menyampaikan masukan untuk memperbaiki pembelajaran

e) Guru dan kolaborator menyusun rancangan untuk pembelajaran pada siklus 2

Siklus 2

Tahapan dan kegiatan siklus 2 dilaksanakan karena ditemukan beberapa

kekurangan dalam pelaksanaan siklus 1. Kegiatan siklus 2 direncanakan untuk

memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran sesuai dengan hasil pembelajaran

siklus 1. Tahapan kegiatan pada siklus 2 meliputi:

a. Pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan urutan kegiatan sebagai berikut:

Pertemuan Ke-1

1) Membuka pembelajaran dengan mengingatkan kembali kegiatan pada

pertemuan sebelumnya

2) Memberi petunjuk atas kekurangan pada pertemuan sebelumnya

3) Membagikan lembar bacaan kepada siswa dalam kelompok untuk melatih

bercerita

16
4) Mengevaluasi kemampuan tiap siswa dengan menulis pengalam pribadi

5) Siswa menentukan gagasan utama setiap bacaan yang telah dipilih

6) Evaluasi hasil kerja siswa

b. Pengamatan

Kolaborator mengamati saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan mencatat

dalam lembar observasi.

c. Refleksi

1) Refleksi dilaksanakan setelah pembelajaran berlangsung oleh guru dan

kolaborator.

2) Guru menyampaikan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

3) Kolaborator menyampaikan segala hal yang diamati saat pembelajaran.

4) Kolaborator menyampaikan masukan untuk memperbaiki pembelajaran

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini antara lain: lembar pengamatan, hasil kerja siswa,

catatan proses pembelajaran.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulan dari lembar pengamatan yang dilakukan oleh observer,

hasil kerja siswa yang berupa catatan cerita pengalaman pribadi.

F. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa

dalam menceritakan pengalaman pribadi dilakukan dengan cara mengumpulkan

hasil kerja siswa berupa teks naskah cerita pengalaman pribadi . Hasil kerja

siswa dikoreksi dan diberi skor sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

17
G. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil jika rata-rata kemampuan siswa menceritakan

pengelaman pribadi setiap aspek ≥ 75,00

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

a. Kondisi Awal

Kelas kelas VIII MTs Swasta Darusalam Maumbawa semester I tahun pelajaran

2021/2022 yang menjadi obyek penelitian 17 orang siswa/siswi . Keadaan awal

sebelum dilaksanakannya pembelajaran menceritakan pengalaman pribadi

menggunakan metode Cerita Berantai yaitu metode konvensional dimana proses

menceritakan pengalaman pribadi didahului dengan menulis teks pengalaman pribadi

masing-masing siswa kemudian diungkapkan dalam bentuk cerita.

Metode ini dirasa penulis banyak terdapat kelemahan antara lain :

1) Siswa membutuhkan waktu untuk menulis.

2) Untuk tampil satu per satu menimbulkan kejenuhan pada siswa.

3) Hasil penilaian menceritakan pengalaman pribadi bersifat subyektif, artinya

asal siswa tampil, maka sudah mendapat nilai baik.

Kelemahan-kelemahan diatas terlihat pada pembelajaran membaca cepat pada

tahun pelajaran 2021/2022 semester I. Hasil Menceritakan Pengalaman Pribadi

18
siswa banyak yang diragukan, artinya siswa yang penting tampil dan menyampaikan

pengalaman pribadinya. Hal inilah yang kemudian mendorong penulis untuk mencari

metode dalam pembelajaran menceritakan pengalaman pribadi.

b. Siklus Pertama

Pelaksanaan siklus pertama menceritakan pengalaman pribadi yang difasilitasi

peneliti pada siswa kelas VIII MTs Swasta Darusalam Maumbawa dilaksanakan

pada hari Kamis, tanggal 9 September 2021, di ruang kelas VIII. Observer dalam

pembelajaran ini adalah Kepala MTs yakni Mashur Saudin Jani,S.Pd.T. Pelaksanan

pembelajaran ini berpedoman pada RPP siklus pertama yang telah disusun pada fase

perencanaan. Berikut adalah hasil kerja siswa pada siklus I :

PENILAIAN HASIL KERJA SISWA

L SIKLUS 1
NO NAMA / KEBERANIAN KESESUAIAN RATA-
P TAMPIL CERITA RATA
1 Siswa 1 L 65 70 68
2 Siswa 2 P 70 70 70
3 Siswa 3 P 70 70 70
4 Siswa 4 L 70 75 73
5 Siswa 5 L 60 60 60
6 Siswa 6 P 80 80 80
7 Siswa 7 P 65 65 65
8 Siswa 8 P 65 65 65
9 Siswa 9 P 70 70 70
10 Siswa 10 L 60 70 65
11 Siswa 11 L 50 70 60
12 Siswa 12 P 60 70 65
13 Siswa 13 P 60 65 63

19
14 Siswa 14 L 60 65 63
15 Siswa 15 L 65 65 65
16 Siswa 16 P 60 60 60
17 Siswa 17 L 70 75 73
JUMLAH 1100 1165 1133
RATA-RATA 64,7 68,5 66,6

a) Komponen yang Perlu Diperbaiki

Pelaksanaan Refleksi dilakukan bersama-sama dengan observer dengan tujuan

untuk menemukan kegiatan-kegiatan yang perlu diperbaiki serta menetapkan

solusinya. Hasil refleksi terhadap kegiatan pembelajaran pada siklus pertama

diperoleh dua komponen pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakter

Menceritakan Pengalaman Pribadi.

Pertama, dalam pembelajaran siswa secara mandiri membuat naskah cerita

pengalaman pribadi yang paling mengesankan, kemudian dari masing-masing siswa

cerita tersebut dibawa kedalam kelompok. Setiap kelompok pada akhir pembelajaran

melaporkan hasil kerja setiap anggota kelompok. Pada tahapan ini peneliti masih

meragukan hasil kerja mandiri dari masing -masing siswa.

Kedua, Dari kelompok akan dipilih satu cerita yang dianggap paling baik untuk

ditampilkan dalam bentuk cerita berantai. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat

subyektifitas dalam pemilihan cerita.

b) Solusi yang digunakan

20
Masalah pertama yang harus dicarikan solusinya adalah Hasil kerja mandiri

siwa masih diragukan, karena siswa masih memungkinkan untuk membuat naskah

cerita, namun tidak orisinill.

Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah Peneliti harus menugaskan

penulisan naskah cerita pengalaman pribadi tersebut dalam kelas dan bukan

pekerjaan rumah.

Masalah kedua yang harus dicarikan solusinya adalah dari kelompok akan

dipilih satu cerita pengalaman pribadi yang dianggap paling baik untuk ditampilkan

dalam bentuk cerita berantai. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat subyektifitas

dalam pemilihan cerita tersebut.

Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah peneliti dibantu observer

memberikan rambu-rambu sebuah cerita pengalaman pribadi dikatakan baik, kepada

masing-masing kelompok.

c) Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran

menceritakan pengalaman pribadi pada siklus pertama dilakukan perbaikan-

perbaikan sebagai berikut.

Pertama, Peneliti harus menugaskan penulisan naskah cerita pengalaman pribadi

di dalam kelas. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari manipulasi data.

Kedua, Memberikan rambu-rambu pada masing-masing kelompok dalam

pemilihan naskah cerita pengalaman pribadi, sehingga tidak terjadi pemilihan naskah

yang subyektif.

21
c. Siklus Kedua

Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran menceritakan pengalaman

pribadi dengan menerapkan metode cerita berantai siswa kelas VIII semester 1 MTs

Swasta Darusalam Maumbawa dan siklus kedua dilaksanakan pada hari Jumad

tanggal 15 Oktober 2021. Observer dalam pembelajaran ini tetap Kepala Sekolah,

Mashur Saudin Jani,S.Pd.T. Pelaksanaan pembelajaran ini berpedoman RPP siklus

kedua yang telah disusun dalam fase perencanaan.

a) Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan peneliti berkata, “Anak-anak pada hari ini kalian

akan mempelajari Kompetensi Dasar yang sama dengan minggu yang lalu, yaitu

pembelajaran menceritakan pengalaman pribadi yang paling mengesankan dengan

menggunakan metode cerita berantai. Ibu mengulangi pembelajaran ini, karena Ibu

masih belum puas terhadap hasil belajar yang kalian peroleh”.“Karena itu, Ibu minta

agar kalian lebih serius dan teliti dalam mengerjakan tugas yang telah disediakan

nanti. Apakah kalian sudah siap?”.

Ternyata siswa sangat antuasias untuk memulai pembelajaran dengan serempak

menjawab “Siap”!.

Kemudian peneliti memberikan penjelasan ulang tentang pelaksanaan kegiatan

pada pertemua tersebut, setelah itu siswa mulai berlatih dalam kelompok.

b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti dimulai dengan siswa duduk dalam kelompok masing-masing.

Kemudian tiap kelompok mulai memilih cerita yang akan ditampilkan secara

22
berantai ke depan kelas. Setelah memilih cerita, setiap anggota kelompok mulai

berlatih membaca isi dari cerita tersebut sekaligus mendalami inti dari cerita

pengalaman pribadi tersebut.

Ternyata pada proses kegiatan ini siswa dalam kelompok sangat siap untuk

mengikuti dan berlatih menggunakan metode ini. Hal ini terbukti semua siswa yang

dibagi dalam empat kelompok masing-masing kelompok empat orang siswa tiga

kelompok dan lima orang siswa satu kelompok tidak banyak bertanya, tetapi

langsung berusaha memanfaatkan waktu untuk berlatih.

Setelah lima belas menit berjalan, peneliti mulai memanggil kelompok pertama

untuk maju ke depan menceritakan pengalaman pribadi. “Baiklah anak-anak- marilah

kita mulai melakukan tes, silakan kelompok pertama maju ke depan untuk

melaksanakan”. Tidak berapa lama kelompok satu yang beranggotakan 4 anak maju

ke depan. Setelah menyatakan siap, peneliti menentukan siapa yang akan bercerita

pertama kali. Siswa e- 3 yang pertama kali peneliti tunjuk.

Dengan mengawali cerita pengalaman pribadi yang begitu lancar dan ekpresi

wajah yang baik Siswa ke-3 dapat mengawali cerita yang dipilih kelompok satu.

Setelah cerita pembuka selesai, peneliti menghentikannya, kemudian meminta

anggota yang lain untuk melanjutkan cerita tersebut dengan menunjuk secara acak.

Pilihan jatuh kepada Siswa ke- 4. Dengan lancar pula dia melanjutkan cerita tersebut,

hingga akhirnya semua anggota kelompok satu dapat menyelesaikan dengan baik.

Selesai kegiatan peneliti langsung memanggil kelompok dua. Dengan semangat

kelompok ini maju kedepan. Setelah itu langsung peneliti pilih secara acak nama

anak yang akan menceritakan pengalaman pribadi.

23
Proses ini terus berlangsung dengan suasana yang begitu menyenangkan, karena

siswa selalu penasaran dengan cerita pengalaman pribadi yang ditampilkan masing-

masing kelompok. Namun demikian pada saat peneliti memanggil kelompok 4,

ternyata salah satu anggotanya yaitu Siswa 17, tidak dapat melanjutkan untuk

mengikuti kegiatan ini disebabkan mulai jam pertama kondisinya sakit. Sehingga

pada akhir kegiatan hanya satu siswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan tersebut

sampai berakhir.

Berdasarkan deskripsi tersebut, maka hasil belajar siswa dalam menceritakan

pengalaman pribadi dengan menggunakan metode cerita berantai sebagai berikut :

PENILAIAN HASIL KERJA SISWA

L SIKLUS 2
NO NAMA / KEBERANIAN KESESUAIAN RATA-
P TAMPIL CERITA RATA
1 Siswa 1 L 75 75 75
2 Siswa 2 P 75 80 78
3 Siswa 3 P 75 75 75
4 Siswa 4 L 75 75 75
5 Siswa 5 L 75 75 75
6 Siswa 6 P 80 80 80
7 Siswa 7 P 75 80 78
8 Siswa 8 P 75 75 75
9 Siswa 9 P 75 75 75
10 Siswa 10 L 75 75 75
11 Siswa 11 L 70 75 73
12 Siswa 12 P 70 80 75
13 Siswa 13 P 75 75 75
14 Siswa 14 L 75 75 75
15 Siswa 15 L 82 85 84
16 Siswa 16 P 75 75 75
17 Siswa 17 L 75 75 75
JUMLAH 1277 1305 1291
RATA-RATA 75,1 76,8 75,9
c) Kegiatan Penutup

24
Dalam kegiatan penutup peneliti meminta masukan dari setiap siswa tentang

bagaimana manfaat pembelajaran, proses pembelajaran, dan sistem penilaian yang

baru dilakukannyaa sebagai refleksi terhadap pembelajaran. “ Bu saya merasa senang

belajar dengan cara ini, oleh karena itu untuk selanjutnya saya berharap setiap belajar

dengan cara seperti ini”. Ini adalah pernyataan Siswa ke-14 sambil mengangkat

tangannya.

Peneliti menjawab, “Ibu akan menggunakan cara belajar seperti ini untuk materi-

materi yang memungkinkan. Ada yang mau usul atau bertanya? Setelah ditunggu

beberapa waktu tidak ada yang bertanya lalu peneliti menutup pembelajaran dengan

ucapan terimakasih dan memberikan tugas pengayaan untuk dikerjakan di rumah

secara individu

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Data yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan menceritakan

pengalaman pribadi adalah data dari hasil tes pada siklus pertama dan siklus kedua.

Karena data tersebut berupa angka, maka teknik pengolahan data yang digunakan

adalah teknik kuantitatif.

Teknik kuantitatif yang peneliti gunakan sebagaimana dilakukan dalam

pembelajaran sehari-hari dengan cara sebagai berikut. Pertama, peneliti

membandingkan prosentase ketercapaian setiap tes dari masing-masing siswa pada

siklus kesatu dengan kedua. Kedua, peneliti membandingkan prosentase ketercapaian

seluruh tes dari setiap siswa pada siklus ke satu dan siklus ke dua.

a. Perbandingan Prosentase Ketercapaian setiap tes

25
Berikut ini peneliti mengemukakan perbandingan prosentase ketercapaian tes

dari setiap siswa pada siklus kesatu dan kedua.

SIKLUS 1 SIKLUS 2
NO NAMA L / P KEBERANIAN KESESUAIAN KEBERANIAN KESESUAIAN
TAMPIL CERITA TAMPIL CERITA

1 Siswa 1 L 65 70 75 73
2 Siswa 2 P 70 70 80 75
3 Siswa 3 P 70 70 75 73
4 Siswa 4 L 70 75 75 75
5 Siswa 5 L 60 60 75 68
6 Siswa 6 P 80 80 80 80
7 Siswa 7 P 65 65 80 73
8 Siswa 8 P 65 65 75 70
9 Siswa 9 P 70 70 75 73
10 Siswa 10 L 60 70 75 73
11 Siswa 11 L 50 70 75 73
12 Siswa 12 P 60 70 80 75
13 Siswa 13 P 60 65 75 70
14 Siswa 14 L 60 65 75 70
15 Siswa 15 L 65 65 85 75
16 Siswa 16 P 60 60 75 68
17 Siswa 17 L 70 75 75 75
JUMLAH 1100 1165 1305 1235
RATA-RATA 64,7 68,5 76,8 72,6
RERATA/SIKLUS 66,6 75,9

Berdasarkan skor Tes pencapaian siswa dalam menceritakan pengalaman pribadi

pada siklus I dan II terdapat selisih yang diasumsikan sebagai hasil peningkatan

kemampuan pemahaman terhadap kesesuaian cerita. Pada siklus I rata-rata kesesuain

cerita dalam teks yang dibuat dengan yang ditampilkan adalah 64,70 sedangkan pada

siklus II rata-rata adalah 76,80. Sehingga mengalami peningkatan 12,10

26
Untuk Keberanian tampil terdapat selisih yang diasumsikan terdapat peningkatan

kemampuan individu dalam bercerita. Pada siklus I rata-rata jumlah nilai siswa

adalah 68,50. Sedangkan pada siklus ke II rata-rata adalah 72,60, sehingga,

mengalami peningkatan 4,10

Rata-rata Kemampuan Menceritakan Pengalaman Pribadi Siklus I dan II

Rata-rata Kemampuan Menceritakan Pen-


galaman Pribadi Siklus I dan II

78 76.8 76.8
75.9
76
74
72
70 68.5
68 66.6
66 64.7
64
62
60
58
Keberanian Tampil Kesesuaian Cerita Rata rata per siklus

Siklus 1 Siklus 2

Berdasarkan data-data tersebut di atas, terjadi peningkatan rata-rata

kemampuan menceritakan pengelaman pribadi pada siklus I adalah 66,60 sedangkan

siklus 2 adalah 75,90. Karena rata-rata kemampuan siswa menceritakan pengelaman

pribadi pada siklus 2 sudah melebihi dari indikator keberhasilan dari penelitian ini

yaitu ≥ 75,00 penelitian ini berhasil.

27
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil Observasi ditemukan beberapa peningkatan ketrampilan siswa sebagai

berikut :

1. Berdasarkan skor rata-rata pencapaian terhadap kesesuaian cerita masing-masing

bacaaan siklus I dan siklus II diperoleh selisih yang diasumsikan sebagai hasil

peningkatan kemampuan terhadap pemahaman bacaan, yaitu 64,70 : 68,50.

2. Berdasarkan skor rata-rata pencapaian terhadap keberanian siswa dalam

penampilan pada siklus I dan II diperoleh selisih yang diasumsikan sebagai hasil

peningkatan kemampuan individu dalam bercerita , yaitu 76,80 : 72,60 .

3. Rata-rata menceritakan pengalaman pribadi pada siklus kesatu adalah 66,60

dan siklus kedua adalah 75,90.

4. Perbandingan prosentase peningkatan rata-rata kemampuan menceritakan

pengalaman pribadi pada siklus kesatu dan siklus kedua adalah 66,60 : 75,90

28
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis terbukti

yaitu kemampuan siswa dalam menceritakan pengalaman pribadi dapat meningkat,

jika diterapkan metode Cerita Berantai..

B. Saran-saran

a. Teman-teman guru agar terus meningkatkan kemampuannya dalam ber

inovasi dalam pembelajaran dikelas serta dapat menggunakan hasil

penelitian ini sebagai pedoman penelitian atau penulisan laporan yang akan

memotivasi melakukan Penelitian Tindakan Kelas.

b. Sekolah hendaknya semaksimal mungkin memfasilitasi dan mendukung

inovasi yang dikembangkan guru untuk meningkatakan hasil belajar siswa.

29
DAFTAR PUSTAKA

Asna Antelu.2017.Aneka Teknik Keterampilan Berbicara Ragam Dialogis.


Gorontalo.Ideas Publishing
Chandra Widjaya dan Syarum. 2013. Penelitian Tidakan Kelas Melejitkan
Kemampuan Penelitian Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Guru.
Bandung. Citapustaka Media Perintis.
Nuraeni, Euis dan Agus Supriatna. 2002. Penataran Tertulis Tipe A untuk Guru-
Guru SLTP Jurusan Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. 1990. Teknik Pengajaran Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa
______https://tarmizi.wordpress.com/2009/03/08/penerapan-teknik-cerita-berantai-
untuk-meningkatkan-kemampuan-berbicara-siswa/ ,diakses tanggal
23/08/2021
______https://tarmizi.wordpress.com/2009/03/08/penerapan-teknik-cerita-berantai-
untuk-meningkatkan-kemampuan-berbicara-siswa/,diakses tanggal 24/10/2021.
______https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-bercerita/, diaksek tanggal 22
/10/2021
______http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/definisi-pengertian-bercerita-
anak.html,diakses, tanggal 23/10/2021)
______https://www.kumpulanpengertian.com/2016/02/pengertian-bercerita-
menurut-para-ahli.html, diakses tanggal 25 /10/2021)

30
LAMPIRAN-LAMPIRAN

31
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Nama Sekolah : MTs Swasta Darusalam Maumbawa


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/ 1
Kompetensi Dasar : 2.2 Melaporkan secara lisan berbagai peristiwa dengan
menggunakan kalimat yang jelas.
Indikator : 1 Mampu menceritakan pengalaman pribadi yang berkesan
2 Mampu mengungkapkan pokok-pokok peristiwa yang
dialami
Lokasi Waktu : 6 x 40 menit (2 x pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran :

1. Siswa mampu menceritakan pengalaman pribadi yang berkesan


2. Siswa mampu mengungkapkan pokok-pokok peristiwa yang dialami

B. Materi Pembelajaran
Pengertian menceritakan pengalaman pribadi adalah: Mengungkapkan segala
sesuatu yang pernah dialami terutama hal yang mengesankan dalam bentuk
cerita. Dalam bercerita yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Disampaikan dengan bahasa yang singkat, jelas, dan mudah dipahami.
2. Cerita yang disampaikan lengkap.
3. Disampaikan secara runtut.

Contoh Cerita Pengalaman Pribadi:

32
Pagi tadi, aku bangun terlambat. Bayangkan, aku baru bangun jam tujuh kurang
lima. Itu karena malamnya aku nonton siaran langsung sepak bola. Aku mandi
terburu-buru. Berpakaian terburu-buru. Semua dikejar waktu. Akhirnya, aku
terlambat tiba di sekolah. Aku terlambat sepuluh menit. Aduh jam pertama
pelajaran bahasa Indonesia.
Gurunya sangat disiplin. Tok…..tok…, kuketuk pintu kelas, Alhamdulillah aku
boleh mengikuti pelajaran. “Silahkan kumpulkan tugas kalian!” kata Pak Guru.
Ya ampun, aku lupa membawa tugas kliping Koran. Padahal aku telah
membuatnya. Nasib……nasib.
Metode Pembelajaran
1. Inkuiri
2. Diskusi
3. Tanya jawab

C. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


Pertemuan pertama
1. Kegiatan Awal
a. Siswa bertanya jawab tentang pengalam pribadi
b. Siswa mencermati contoh cerita pengalaman pribadi

2. Kegiatan Inti
a. Siswa membaca sebuah cerita pengalaman pribadi
b. Siswa menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isi
pengalamn pribadi
c. Siswa secara mandiri menulis cerita pengalaman pribadi.
d. Siswa dalam kelompok saling menukarkan hasil pekerjaannya untuk
dipilih dan ditampilkan kedepan kelas
e. Siswa mempelajari cerita terbaik dalam kelompok baik urutan maupun isi
cerita
f. Setiap kelompok tampil dengan satu cerita yang telah dipahaminya,
kemudian guru secara acak menunjuk siapa yang memulai cerita dan
siapa yang melanjutkannya.

2. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa melakukan refleksi

Pertemuan kedua
1. Kegiatan Awal
a. Siswa bertanya jawab tentang kegiatan pada pertemuan yang lalu

2. Kegiatan Inti
a. Siswa kembali membuka naskah cerita terbaik dalam kelompok
b. Siswa mengidentifikasi butir-butir peristiwa
c. Siswa menentukan pokok-pokok peristiwa yang ada dalam cerita
d. Secara bergantian, masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusinya
e. Siswa lain menanggapi presentasi
f. Siswa dan guru menyimpulkan bersama

33
3. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa melakukan refleksi
B. Sumber Belajar
“LKS
C. Penilaian
1. Teknik : Tes lisan
2. Bentuk instrumen : Uraian
3. Soal instrumen :
1) Tulislah teks cerita pengalaman pribadimu yang mengesankan !
2) Secara berkelompok pilihlah salah satu cerita pribadi yang paling baik
untuk ditampilkan ke depan kelas
3) Ceritakan kembali kedepan kelas, cerita yang telah kamu pilih dengan
ditunjuk secara acak oleh bapak/ibu guru yang akan memulai cerita

Pedoman penskoran

Skor
NO ASPEK YANG DINILAI
BS B K
1 Keberanian tampil
2 Kesesuaian cerita dengan teks yang ditulis
Keterangan
76 – 100 = Baik Sekali
51 – 75 = Baik
0 - 50 = Kurang

Maumbawa, Oktober 2021


Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Kepala Sekolah Bahasa Indonesia

Mashur Saudin Jani,S.Pd.T Sumarni B,S.Pd


NIP :- NIP: 197102172007012016

34
Penampilan kelompok 1 dalam menceritakan pengalaman pribadi

35
Penampilan kelompok 2 dalam menceritakan pengalaman pribadi

36
Penampilan kelompok 3 dalam menceritakan pengalaman pribadi

37
Penampilan kelompok 4 dalam menceritakan pengalaman pribadi

38
FOTO KEGIATAN SEMINAR

39

Anda mungkin juga menyukai