Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

DAKWAH ISLAM DI NUSANTARA DAN


ASAL USUL MUHAMMADIYAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan
Dosen pengampu: Zainal Muttaqin, M.Pd.I

Disusun Oleh :

SARAS PUTRI SEPTYARINI


NIM. C1714201026

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan  tugas makalah AIK tentang
“DAKWAH ISLAM DI NUSANTARA DAN ASAL USUL
MUHAMMADIYAH” ini dengan baik.
Dalam penyelesaian makalah ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan yang kami miliki, untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangatlah kami harapkan demi sempurnanya makalah ini dan untuk
pengembangan makalah ini ke depan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Harapan kami, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya dan sekaligus
dapat menambah pengetahuan.

Tasikmalaya, Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Masuknya Islam Ke Indonesia................................................. 3
2.2 Corak dan Perkembangan Islam di Indonesia.......................... 4
2.3 Kedatangan dan Penjajahan Bangsa Barat di Nusantara......... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................. 13
3.2 Saran ....................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


            Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai
pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah
ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan
berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar
Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian,
terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan
menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan
cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk
kemudian dijual kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di
Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan 7 M sering disinggahi pedagang asing
seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan
Gresik di Jawa.
            Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur
Tengah. Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi
ada juga yang berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama
Islam telah ada di Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab
tersebut. Meskipun belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.
Sejak awal masehi kawasan Nusantara telah berfungsi sebagai jalur lintas
perdagangan bagi kawasan Asia Barat, Asia Timur dan Asia Selatan. Kedatangan
Islam di Nusantara penuh dengan perdebatan, terdapat tiga masalah pokok yang
menjadi perdebatan para sejarawan. Pertama, tempat asal kedatangan Islam.
Kedua, para pembawanya. Ketiga, waktu kedatanganya.
Namun, Islam telah masuk, tumbuh dan berkembang di wilayah Nusantara
dengan cukup pesat. Mengingat kedatangan Islam ke Nusantara yang pada saat itu
sudah memiliki budaya Hindu-Budha. Maka hal ini sangat menggembirakan
karena Islam mampu berkembang di tengah kehidupan masyarakat yang telah
memiliki akar budaya yang cukup kuat dan lama.

1
Kedatangan Islam ke wilayah Nusantara mengalami berbagai cara dan
dinamika, antara lain dengan perdagangan, pernikahan, sosial budaya, dan
sebagainya. Hal ini menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan Islam di
wilayah ini memiliki corak tersendiri.

1.2 Rumusan Masalah


a. Sejak kapan Islam masuk ke Indonesia?
b. Bagaimankah corak dan perkembangan Islam di Indonesia?
c. Bagaimana kedatangan dan penjajahan bangsa barat di nusantara?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui kapan masuknya Islam ke Indonesia.
b. Untuk mengetahui corak dan Perkembangan Islam di Indonesia.
c. Untuk mengetahui kedatangan dan penjajahan bangsa barat di nusantara.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masuknya Islam Ke Indonesia


            Ditinjau dari sudut sejarah, agama Islam masuk ke Indonesia melalui
berbagai cara. Pada umumnya pembawa agama Islam adalah para pedagang yang
berasal dari jazirah Arab, mereka merasa berkewajiban menyiarkan agama Islam
kepada orang lain. Agama Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai, tidak
dengan kekerasan, peperangan ataupun paksaan.
            Ada beberapa pendapat para ahli tentang waktu dan daerah yang mula-
mula dimasuki Islam di Indonesia, di antaranya yaitu:
1. Drs Juned Pariduri, berkesimpulan bahwa agama Islam pertama kali masuk ke
Indonesia melalui daerah Sumatra Utara (Tapanuli) pada abad ke-7.
Kesimpulan ini didasarkan pada penyelidikannya terhadap sebuah makam
Syaikh Mukaiddin di Tapanuli yang berangka tahun 48 H (670 M).
2. Hamka, berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Jawa pada abad ke-7
M(674). Hal ini didasarkan pada kisah sejarah yang menceritakan tentang Raja
Ta-Cheh yang mengirimkan utusan menghadap Ratu Sima dan menaruh
pundi-pundi berisi emas ditengah-tengah jalan dengan maksud untuk menguji
kejujuran, keamanan dan kemakmuran negeri itu. Menurut Hamka, Raja Ta-
Cheh adalah Raja Arab Islam.
3. Zainal Arifin Abbas, berpendapat bahwa agama Islam masuk di Sumatra
Utara pada abad 7 M (648). Beliau mengatakan pada waktu itu telah datang di
Tiongkok seorang pemimpin Arab Islam yang telah mempunyai pengikut di
Sumatra Utara.
            Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa agama
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M. Pada abad ke-13 agama Islam
berkembang dengan pesat  ke seluruh Indonesia. Hal itu di tandai dengan adanya
penemuan-penemuan batu nisan atau makam yang berciri khas Islam, misalnya di
Leran (dekat Gresik) terdapat sebuah batu berisi keterangan tentang meninggalnya
seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun pada tahun 1082 dan di

3
Samudra Pasai terdapat makam-makam Raja Islam, di antaranya Sultan Malik as-
Shaleh yang meninggal pada tahun 676 H atau 1292 M.
            Berbeda dengan pendapat di atas, dua orang sarjana barat yaitu Prof.
Gabriel Ferrand dan Prof. Paul Wheatly. Bersumber pada keterangan para musafir
dan pedagang Arab tentang Asia Tenggara, maka ke-2 sarjana tersebut bahwa
agama Islam masuk ke Indonesia sejak awal ke-8 M, langsung dibawa oleh para
pedagang dan musafir Arab.

2.2 Corak dan Perkembangan Islam di Nusantara


A.  Masa Kesultanan
            Di daerah-daerah yang sedikit sekali di sentuh oleh kebudayaan
Hindu-Budha seperti daerah-daerah Aceh dan Minangkabau di Sumatera dan
Banten di Jawa, Agama Islam secara mendalam mempengaruhi kehidupan
agama, sosial dan politik penganut-penganutnya sehingga di daerah-daerah
tersebut agama Islam itu telah menunjukkan diri dalam bentuk yang lebih
murni.
            Di kerajaan Banjar, dengan masuk Islamnya raja, perkembangan Islam
selanjutnya tidak begitu sulit karena raja menunjangnya dengan fasilitas dan
kemudahan-kemudahan lainnya dan hasilnya mebawa kepada kehidupan
masyarakat Banjar yang benar-benar bersendikan Islam. Secara konkrit,
kehidupan keagamaan di kerajaan Banjar ini diwujudkan dengan adanya mufti
dan qadhi atas jasa Muhammad Arsyad Al-Banjari yang ahli dalam bidang
fiqih dan tasawuf. Di kerajaan ini, telah berhasil pengkodifikasian hukum-
hukum yang sepenuhnya berorientasi pada hukum islam yang dinamakan
Undang-Undang Sultan Adam. Dalam Undang-Undang ini timbul kesan
bahwa kedudukan mufti mirip dengan Mahkamah Agung sekarang yang
bertugas mengontrol dan kalau perlu berfungsi sebagai lembaga untuk naik
banding dari mahkamah biasa. Tercatat dalam sejarah Banjar,
di  berlakukannya hukum bunuh bagi orang murtad, hukum potong tangan
untuk pencuri dan mendera bagi yang kedapatan berbuat zina.

4
            Guna memadu penyebaran agama Islam dipulau jawa, maka dilakukan
upaya agar Islam dan tradisi Jawa didamaikan satu dengan yang lainnya, serta
dibangun masjid sebagai pusat pendidikan Islam.
            Dengan kelonggaran-kelonggaran tersebut, tergeraklah petinggi dan
penguasa kerajaan untuk memeluk agama Islam. Bila penguasa memeluk
agama Islam serta memasukkan syari’at Islam ke daerah kerajaannya, rakyat
pun akan masuk agama tersebut dan akan melaksanakan ajarannya. Begitu
pula dengan kerajaan-kerajaan yang berada di bawah kekuasaannya.
Ini seperti  ketika di pimpin oleh Sultan Agung. Ketika Sultan Agung masuk
Islam, kerajaan-kerajaan yang ada di bawah kekuasaan Mataram ikut pula
masuk Islam seperti kerajaan Cirebon, Priangan dan lain sebagainya. Lalu
Sultan Agung menyesuaikan seluruh tata laksana kerajaan dengan istilah-
istilah keislaman, meskipun kadang-kadang tidak sesuai dengan arti
sebenarnya.

B.  Masa Penjajahan
            Ditengah-tengah proses transformasi sosial yang relatif damai itu,
datanglah pedagang-pedagang Barat, yaitu portugis, kemudian spanyol, di
susul Belanda dan Inggris. Tujuannya adalah menaklukkan kerajaan-kerajaan
Islam Indonesia di sepanjang pesisir kepulauan Nusantara ini.
            Pada mulanya mereka datang ke Indonesia hanya untuk menjalinkan
hubungan dagang karena Indonesia kaya akan rempah-rempah, tetapi
kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut dan menjadi tuan
bagi bangsa Indonesia.
            Apalagi setelah kedatangan Snouck Hurgronye yang ditugasi menjadi
penasehat urusan pribumi dan Arab, pemerintah Hindia-Belanda lebih berani
membuat kebijaksanaan mengenai masalah Islam di Indonesia karena Snouck
mempunyai pengalaman dalam penelitian lapangan di Negeri Arab, Jawa dan
Aceh. Lalu ia mengemukakan gagasannya yang di kenal dengan politik Islam
di Indonesia. Dengan politik itu ia membagi masalah Islam dalam tiga
kategori, yaitu:

5
1.      Bidang agama murni atau ibadah;
2.      Bidang sosial kemasyarakatan; dan
3.      Politik.
            Terhadap bidang agama murni, pemerintah kolonial memberikan
kemerdekaan kepada umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya
sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda.
            Dalam bidang kemasyarakatan, pemerintah memanfaatkan adat
kebiasaan yang berlaku sehingga pada waktu itu dicetuskanlah teori untuk
membatasi keberlakuan hukum Islam, yakni teori reseptie yang maksudnya
hukum Islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan alat
kebiasaan. Oleh karena itu, terjadi kemandekan hukum Islam.
            Sedangkan dalam bidang politik, pemerintah melarang keras orang
Islam membahas hukum Islam baik dari Al-Qur’an maupun Sunnah yang
menerangkan tentang politik kenegaraan atau ketatanegaraan.

C.  Gerakan dan organisasi Islam


            Akibat dari  “resep politik Islam”-nya Snouck Hurgronye itu,
menjelang permulaan abad xx umat Islam Indonesia yang jumlahnya semakin
bertambah menghadapi tiga tayangan dari pemerintah Hindia Belanda, yaitu:
politik devide etimpera, politik penindasan dengan kekerasan dan politik
menjinakan melalui asosiasi.
            Namun, ajaran Islam pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat
dijinakkan begitu saja. Dengan pengalaman tersebut, orang Islam bangkit
dengan menggunakan taktik baru, bukan dengan perlawanan fisik tetapi
dengan membangun organisasi. Oleh karena itu, masa terakhir kekuasaan
Belanda di Indonesiadi tandai dengan tumbuhnya kesadaran berpolitik bagi
bangsa Indonesia, sebagai hasil perubahan-perubahan sosial dan ekonomi,
dampak dari pendidikan Barat, serta gagasan-gagasan aliran pembaruan Islam
di Mesir.
            Akibat dari situasi ini, timbullah perkumpulan-perkumpulan politik
baru dan muncullah pemikir-pemikir politik yang sadar diri. Karena persatuan

6
dalam syarikat Islam itu berdasarkan ideologi Islam, yakni hanya orang
Indonesia yang beragama Islamlah yang dapat di terima dalam organisasi
tersebut, para pejabat dan pemerintahan  (pangreh praja) ditolak dari
keanggotaan itu.
            Persaingan antara partai-partai politik itu mengakibatkan putusnya
hubungan antara pemimpin Islam, yaitu santri dan para pengikut tradisi Jawa
dan abangan. Di kalangan santri sendiri, dengan lahirnya gerakan pembaruan
Islam dari Mesir yang mengompromikan rasionalisme Barat dengan
fundamentalisme Islam, telah menimbulkan perpecahan sehingga sejak itu
dikalangan kaum muslimin terdapat dua kubu: para cendekiawan Muslimin
berpendidikan Barat, dan para kiayi serta Ulama tradisional.
            Selama pendudukan jepang, pihak Jepang rupanya lebih memihak
kepada kaum muslimin dari pada golongan nasionalis karena mereka berusaha
menggunakan agama untuk tujuan perang mereka. Ada tiga perantara politik
berikut ini yang merupakan hasil bentukan pemerintah Jepang yang
menguntungkan kaum muslimin, yaitu:
1.   Shumubu, yaitu Kantor Urusan Agama yang menggantikan Kantor Urusan
Pribumi zaman Belanda.
2.  Masyumi, yakni singkatan dari Majelis Syura Muslimin Indonesia
menggantikan MIAI yang dibubarkan pada bulan oktober 1943.
3.  Hizbullah, (Partai Allah dan Angkatan Allah), semacam organisasi militer
untuk pemuda-pemuda Muslimin yang dipimpin oleh Zainul Arifin.

2.3 Kedatangan dan Penjajahan Bangsa Barat di Nusantara


1. Portugis
            Bangsa Eropa sedang memajukan teknologi di awal abad ke-16; keahlian
baru bangsa Portugis dalam navigasi, pembuatan kapal, dan persenjataan
memungkinkan mereka berani mengadakan ekspedisi penjelajahan dan ekspansi.
Atas dorongan Pangeran Henry "Si Muallim" dan para pelindung lainnya, para
pelaut dan petualang portugis memulai pencarian panjang mereka menyusuri
pantai barat Afrika untuk menemukan emas, memenangi pertempuran, dan meraih

7
jalan untuk menegepung lawan yang bergama Islam. Mereka juga berusaha
mendapatkan rempah-rempah yang berarti mendapatkan jalan ke Asia dengan
memotong jalur pelayaran para pedagangan Islam yang melalui tempat penjualan
mereka di Venesia di laut tenggah Mediterania, memonopoli impor rempah-
rempah ke Eropa. tahun 1487 Bartolomeu Dias mengitari Tanjung Harapan dan
memasuki perairan Samudra Hindia.  Pada tahun 1492 Vasco De Gama tiba di
India. Seorang panglima Alfonso Albuquerque berngkat menuju India dn pada
tahun 1510 dia menklukkan Goa yang kemudian dijadikan pangkalan tetap. Pada
bulan April 1511 Alberquerque dari goa berlayar menuju Malaka dengan
kekuatan kira-kira 1.200 orang atau 17/18 kapal. Akibat suatau perselisihan pada
tahun 1511 Malaka digempur oleh orang-orang portugis dan dijadikan pangkalan
mereka.  Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang tiba di Nusantara, dan
mencoba mendominasi sumber-sumber rempah-rempah berharga dan berusaha
menyebarkan Katolik Roma.
            Percobaan awal bangsa Portugis mendirikan koalisi dan perjanjian damai
pada tahun 1512 dengan Kerajaan Sunda di Parahyangan, gagal akibat sikap
permusuhan yang ditunjukkan oleh sejumlah pemerintahan Islam di Jawa, seperti
Demak dan Banten. Bangsa Portugis mengalihkan arah ke Kepulauan Maluku,
yang terdiri atas berbagai kumpulan negara yang awalnya berperang satu sama
lain namun memelihara perdagangan antarpulau dan internasional. Melalui
penaklukan militer dan persekutuan dengan penguasa setempat, mereka
mendirikan pos, benteng, dan misi perdagangan di Indonesia Timur, termasuk
Pulau Ternate, Ambon, dan Solor. Namun, puncak kegiatan misi Portugis dimulai
pada paruh terakhir abad ke-16, setelah langkah penaklukan militernya di
kepulauan tersebut gagal dan kepentingan Asia Timur mereka berpindah ke
Jepang, Makau, dan Tiongkok; serta pada gilirannya gula di Brasil dan
perdagangan budak Atlantik mengalihkan perhatian mereka dari Nusantara. Di
samping itu, bangsa Eropa pertama yang tiba di Sulawesi Utara adalah Portugis.
            Keberadaan Portugis berkurang hanya di Solor, Flores dan Timor (lihat
Timor Portugis) di Nusa Tenggara Timur sekarang, menyusul kekalahan pada
tahun 1575 di tangan penduduk Ternate, penaklukan Belanda di Ambon, Maluku

8
Utara, dan Banda, serta kegagalan umum untuk menopang kendali perdagangan di
kawasan ini. Dibandingkan dengan ambisi awalnya mendominasi perdagangan
Asia, pengaruh mereka pada budaya Indonesia amat kecil: gitar balada keroncong;
sejumlah kata dalam bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Portugis yang
pernah menjadi lingua franca di samping Melayu; dan banyak nama keluarga di
Indonesia Timur seperti Da Costa, Dias, de Fretes, Gonsalves, dll. Dampak
terpenting kedatangan bangsa Portugis adalah gangguan dan kekacauan jaringan
perdagangan yang sebagian besar terjadi akibat penaklukan Malaka, dan
penyebaran Kristen awal di Indonesia. Hingga kini, penduduk Kristen banyak
ditemui di Indonesia Timur. Di Kampung Tugu, Koja, Jakarta Utara, terdapat
permukiman keturunan Portugis. Mereka adalah keturunan dari bangsa Portugis
yang dibawa ke Batavia (sekarang Jakarta) sebagai tawanan perang setelah VOC
Belanda menaklukkan Malaka pada tahun 1641.[4]

2. Spanyol
            Fernando Magelhans (kadang juga ditulis Ferdinan) Magelan. Karena
tokoh inilah, yang memimpin armada yang pertama kali mengelilingi dunia dan
membuktikan bahwa bumi bulat, saat itu itu dikenal oleh orang Eropa bumi datar.
Dimulainya Kolonisasi berabad-abad oleh Spanyol bersama bangsa Eropa lain,
terutama Portugis, Inggris dan Belanda. Dari Spanyol ke Samudra Pasifik itulah
armada Portugis mengarungi Samudra Pasifik, melewati Tanjung Harapan Afrika,
menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku
untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.
            Minahasa pernah berperang dengan Spanyol yang dimulai tahun 1617 dan
berakhir tahun 1645. Perang ini dipicu oleh ketidakadilan Spanyol terhadap
orang-orang Minahasa, terutama dalam hal perdagangan beras, sebagai komoditi
utama waktu itu. Perang terbuka terjadi pada tahun 1644-1646. Akhir dari perang
itu adalah kekalahan total Spanyol, sehingga berhasil diusir oleh para waranei
(ksatria-ksatria Minahasa).

9
Kolonialisasi Spanyol
1521 Spanyol memulai petualangannya di Sulawesi Utara
1560 Spanyol mendirikan pos di Manado.
1617 Gerakan perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara untuk mengusir
kolonial Spanyol.
1646 Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara. Tahun selanjutnya
Spanyol masih mencoba mempengaruhi kerajaan sekitar untuk merebut kembali
minahasa tapi gagal, terakhir dengan mendukung Bolaang Mongondow yang
berakhir tahun 1692.
Spanyol merasa dirugikan karena tidak meraih lintas niaga dengan gugusan
kepulauan penghasil rempah-rempah. Untuk itu mengirimkan ekspedisi menuju
Pasifik Barat pada 1542. Pada bulan Februari tahun itu lima kapal Spanyol dengan
370 awak kapal pimpinan Ruy Lopez de Villalobos menuju gugusan Pasifik Barat
dari Mexico. Tujuannya untuk melakukan perluasan wilayah dan sekaligus
memperoleh konsesi perdagangan rempah-rempah di Maluku Utara.

3. Belanda       
            Perang kemerdekaan melawan Spanyol yang berkobar pada tahun 1560-
an. Orang-orang Belanda telah bertindak sebagai perantara dalam penjualan
rempah-rempah secara eceran kepada Portugal ke Eropa bagian utara tetapi
perang Spanyol telah mengacaukan jalur mereka untuk mendapatkan rempah-
rempah yang dibawa dari Asia oleh orang-orang Portugis. Selain itu faktor agama
juga turut mendukung, perang Belanda-Spanyol telah membuat negeri Belanda
menjadi satu masyarakat Calvinis (Protestan) homogen, padahal pronpinsi-
propinsi Spanyol sebagaian selatan (Belgia sekarang), dan tentunya Spanyol serta
Portugis sendiri beragama Katolik. Akibatnya perdagangan di Lissabon untuk
bangsa Belanda dipersulit sebab mulai tahun 1580 Lissabon menjadi wilayah
Spanyol.
            Rincian peta jalur Asia berusaha dirahasiakan oleh Portugis, tetapi ada
orang-orang Belanda yang bekerja pada mereka seperti Jan Huyen van Lin-
schoten. Pada tahun 1595-1596, ia menerbitkan bukunya Iti-nerarion naer Oost

10
Ofte Portugaels Indien (Perjalanan ke timur atau Hindia Portugis”) yang memuat
peta-peta dan diskripsi yang rinci mengenai penemuan Portugis). Pada tanggal 2
April 1595 perjalanan Pioner Belanda pertama belayar ke Hindia Timur di bawah
pimpinan Cornelis de Houtman dengan 4 buah kapal dengan 249 awak dan 64
pucuk meriam.  Pada tahun 23 Juni 1596, kapal-kapal de Houtman tiba di Banten,
pelabuhan Lada terbesar di Jawa Barat. Di pelabuhan Banten, orang Portugis yang
mengetahui kedatangan Cornelis de Houtman dan rombongan berupaya agar
mereka dimusuhi orang Banten, apalagi Cornelis berperangai kasar dan berani
dengan Mangkubumi di Banten. Maka terjadilah penangkapan terhadap Cornelis
de Houtman dan rombongannya, namun akhirnya bisa keluar dengan tebusan
uang yang banyak.
            Cornelis de Houtman berkunjung pada Bupati Banten 1596. Rombongan
perahu Cornelis de Houtman sesampai di Belanda tinggal tiga perahu, awaknya
semula 248 orang yang kembali tinggal 89 orang. Tahun 1598 perahu Belanda
datang lagi ke Banten yang dipimpin oleh Jacob van Neck yang diterima dengan
baik oleh Banten, karena Jacob bersikap lebih sopan dan kooperatif.  Sejak itu
makin banyak kapal-kapal dari Belanda yang berlayar ke tanah Hindia. Karena
merasa pasarnya terganggu oleh bangsa Belanda, bangsa Spanyol dan Portugis
mulai memerangi dan mengusir kapal Belanda.
            Tahun 1601 ada perahu Belanda yang datang di Selat Sunda yang
dipimpin oleh Wolphert Harmens. Waktu  masih dipelayaran menuju Banten, dia
telah mengetahui pengusiran kapal Belanda oleh Spanyol dan Portugis. Akhirnya
Harmens dapat menghalau kapal-kapal Portugis dan sampai ke Banten.  Tidak
lama kemudian datang lagi kapal-kapal Belanda yang dipimpin Jacob van
Heemskerck di pelabuhan Banten. Dalam waktu singkat dia dapat mengisi lima
buah kapalnya dengan rempah-rempah lalu belayar ke Belanda dan sebagian kapal
lainnya berlayar ke pelabuhan Gresik, Jawa Timur. Di Gresik didirikan kantor
dagang yang merupakan kantor dagang pertama.
            Lama kelamaan demikian banyaknya kapal -kapal Belanda yang datang di
Nusantara, sehingga timbul persaingan diantara mereka sendiri. Maka pada tahun
1602 mereka dirikanlah kongsi perdagangan yang bernama Vereenigde Oost-

11
Indische Compagnie yang disingkat menjadi VOC. Pada tahun 1618 Belanda
berselisih dengan Banten, maka pusat usaha mereka berpindah ke Jayakarta.
Kemudian Jayakarta dihancurkan Belanda dan didirikan Batavia. Peran utama
dalam hal ini adalah Jendral Jan PieterZoon Coen, yang meninggal tahun 1629.
Dengan Batavia maka sesudah Ambon dan Banda VOC mempunyai pangkalan
penting di Indonesia.

4. Inggris
            Inggris merupakan bangsa Eropa yang paling banyak memiliki daerah
jajahan yaitu benua Amerika bagian Utara, Australia, Afrika maupun Asia.
Jajahan Inggris di Asia terutama adalah Indiadan Semenanjung Malaya. Orang-
orang Inggris seperti halnya orang Belanda berada dalam tekanan untuk terlibat
secara langsung dalam perdagangan rempah-rempah. Pada Tahun 1591, Elizabeth
I mendukung usaha pertama Inggris untuk terlibat langsung dalam perdagangan.
Sir James Lancaster dan George Raymond siap mengadakan pelayaan pada tahun
itu juga. Perjalanan mereka ini mengalami bencana. Di atas kapal timbul banyak
kematian akibat terjangkit wabah penyakit. Lancester memang berhasil mencapai
Aceh dan Penang, namun dalam perjalanan pulang ke negerinya dia terdampar di
kepulauan Hindia Barat dan baru sampai di Inggris tahun 1594 atas kebaikan hati
seorang perampok Perancis. Akibatnya Inggris meragukan manfaat yang akan
diperoleh dari usaha seperti itu. Tetapi karena tersiar kabar mengenai keuntungan-
keuntungan pertama yang diperoleh Belanda, maka lenyaplah sudah semua
keraguan itu.
            Bangsa Inggris mendirikan perusahaan dagang bernama EIC (East India
Company) pada tahun 1600 yang bermarkas di Calanta India. Pada tahun 1600,
Elizabeth I memberi sebuah oktroi kepada Maskapai Hindia Timur ( The East
India Company), dan mulailah Inggris mendapat kemajuan di Asia. Sir James
Lancaster ditunjuk untuk melakukan pelayaran yang pertama maskapai ini. Dia
tiba di Aceh pada Bulan Juni 1602 dan terus menuju Banten. Pimpinan armada
kapal membawa surat dan hadiah dari raja untuk Mangkubumi di Banten. Dengan
demikian, pedagang Inggris diterima dengan senang hati oleh Mangkubumi di

12
Banten dan dapat berdagang dengan mudah, bahkan juga diperbolehkan
mendirikan kantor degang di pelabuhan Banten. Bandar lada yang sangat kaya ini
tetap menjadi pusat kegiatan orang-orang Inggris sampai tahun 1682. Lancester
kemudian kembali ke Ingris dengan membawa muatan lada yang sangat banyak.   
            Pada tahun 1604, pelayaran kedua Maskapai Hindia Timur Inggris yang
dipimpin oleh Sir Henry Middleton berhasil mencapai Ternate, Tidore, Ambon,
dan Banda. Akan tetapi di daerah itu mereka mendapatkan perlawanan dari VOC.
Maka dimulailah persaingan antara Inggris dan Belanda untuk mendapatkan
rempah-rempah. Selama tahun 1611-1617, orang-orang inggris mendirikan
kantor-kantor dagang di Indonesia lainnya, yaitu di Sukadana ( Kalimantan Barat
Daya), Makassar, Jayakerta, dan Jepara( Jawa), serta Aceh, Panaman dan
Jambi( Sumatera). Konflik Inggris dan Belanda semakin memuncak ketika orang-
orang Belanda merasa bahwa cita-cita monopoli perdagangan mereka telah luput.
Memang pernah ada kerjasama singkat antara Inggris dan VOC pada tahun 1620.
Belanda memperbolehkan Inggris mendirikan kantor dagang di Ambon. Tetapi
insiden pembantaian pada tahun 1623 memupuskan semua gagasan tentang
kerjasama. Sejak saat itu Ingris lebih mengarahkan perhatiannya pada  kawasan-
kawasan Asia Lainnya dan secara diam-diam menarik diri dari sebagian besar
kegiatan mereka di Indonesia, kecuali perdagangan mereka di Banten. Pengaruh
Inggris di Indonesia berupa pemerintahan Raffles pada tahun 1811-1816.
Ekspansi Inggris berlangsung pada tahun1786-1797.
Pada awal kedatangannya, bangsa-bangsa Barat menjadikan Indonesia
sebagai tujuan perdagangan dan pelayaran. Perkembangan selanjutnya, dengan
paham dan dasar pemikiran yang mereka miliki, Indonesia dijadikan sebagai salah
satu daerah jajahan.

13
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
kedatangan Islam ke Nusantara telah memberikan pencerahan dan membawa
dampak yang positif bagi masyarakat pribumi Nusantara. Hal ini telah
memunculkan sebuah peradaban baru bagi dunia Islam. Peradaban baru tersebut
tidak terlepas dari corak dan karakteristik yang dimiliki oleh budaya masyarakat
di Nusantara.

4.2 Kritik dan Saran


Demikian pembahasan dari makalah ini, penulis berharap semoga
pembahasan dalam makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca.
Dan kami pun berharap pula kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan
dalam tugas kami selanjutnya. Sekian dan terima kasih.

14
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Azra, Azyumardi, Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan


Kekuasaan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 3.

Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII Dan XVIII, Bandung: Mizan, 2008, cet IV.

Said, Usman, dkk, Pengantar Ilmu Tasawuf, Medan: Proyek Pembinaan


Perguruan Tinggi Agama IAIN Sumatera Utara, 1981/1982.

Simuh, Tasawuf Dan Perkembangannya Dalam Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2007.

Solihin, M., Melacak Pemikiran Tasawuf Di Nusantara, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2006.

Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 2006.

Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam : Melacak Akar-


Akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2007, cet. I.

Tresno, R., Peradilan Di Indonesia Dari Abad Ke Abad, Jakarta: Pradnya


Paramita, 2008.

Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007.

http://khozin.staff.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_106.pdf.

http://www.docstoc.com/docs/27625108/SEJARAH-ISLAM-DI-INDONESIA,

http://maulanusantara.wordpress.com/2010/04/09/tasawuf-falsafi-di-nusantara-
abad-ke-xvii-m/.

http://idb1.wikispaces.com/file/view/mn1002.pdf.

15

Anda mungkin juga menyukai