PELAYANAN
GAWAT DARURAT
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga Puskesmas Weru Kabupaten Sukoharjo pada
Tahun 2022 ini mendapat kesempatan untuk melaksanakan akreditasi.
Akreditasi bagi Puskesmas Weru Kabupaten Sukoharjo sangatlah penting untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan bagi pasien serta masyarakat. Untuk menunjang
pelaksanaan akreditasi di Puskesmas Weru Kabupaten Sukoharjo maka diperlukan pedoman
pelayanan di Puskesmas Weru.
Harapan kami mudah mudahan pedoman pelayanan ini dapat memberi manfaat bagi
Puskesmas Weru, sehingga akreditasi di Puskesmas Weru Kabupaten Sukoharjo berjalan
lancar dan menjadi Puskesmas yang lebih baik.
A. LATAR BELAKANG
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Puskesmas Weru adalah salah satu dari UPT Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. UPTD
Puskesmas Weru menyelanggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang,
dan terpadu. Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan untuk meningkatan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad kesehatan.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan
dengan pendekatan pemeliharaan. Untuk mencapai tujuan tersebut UPTD Puskesmas Weru
didukung dengan layanan kesehatan di 5 Pustu dan 11 PKD.
Puskesmas Weru menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, salah
satunya adalah Penanganan kegawat daruratan. Dalam menyelenggarakan upaya
penanganan kegawat daruratan kepada masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang
dengan adanya pelayanan Ugd yang bermutu.
Penanganan gawat darurat adalah bagian dari pelayanan yang dibutuhkan oleh
penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya.Dalam
melaksanakan pelayanan Unit gawat darurat di Puskesmas, agar dapat berjalan
dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan pasien maka Puskesmas Weru
menyusun PEDOMAN PELAYANAN UNIT GAWAT DARURAT
PUSKESMAS WERU.
B. TUJUAN PEDOMAN
1. TUJUAN UMUM
Terlaksananya pelayanan gawat darurat yang bermutu di Puskesmas. Mencegah kematian
dan kecacatan pada penderita gawat darurat.
2. TUJUAN KHUSUS
Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan gawat
Pedoman ini disusun untuk digunakan bagi para pihak terkait, yaitu
Tenaga Pelaksana di Puskesmas.
E. Batasan Operasional
mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survey primer dengan mencari perubahan – perubahan
anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan ancaman jiwa
bila tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba- tiba berada dalam keadaan darurat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila
tidak mendapat pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
1.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat ( PUSKESMAS ).
2.Undang- undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
3.Undang- undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4.Undang – undang No.8 taahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5.Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 514 Tahun 2015 tentang Panduan Praktek
Klinik Dokter Fasyankes
6.Buku BTCLS edisi 2 tahun 2018.
BAB II. STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan pelayanan Unit
gawat darurat di Puskesmas, dibutuhkan sumber daya manusia yang mencukupi
baik jumlah maupun mutunya. Pola ketenagaan minimal harus dimiliki oleh
Puskesmas. Adapun tenaga di Unit gawat darurat Puskesmas sebagai berikut :
No JENIS TENAGA KUALIFIKASI JML KET
1 PENANGGUNG DOKTER UMUM 7 Bersertifikat
ACLS /
JAWAB
STR
2 KOORDINATOR S1 KEPERAWATAN 1 Bersertifikat
UGD BLS / BTCLS /
PPGD / STR
3 TENAGA D3 KEPERAWATAN 10 Bersertifikat
PARAMEDIS BLS/BTCLS/
PPGD / STR
4 TENAGA SMA 2
ADMINISTRASI
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Tenaga Medis bertugas di Ugd dan ditempat pelayanan lain bila ditugaskan oleh kepala
puskesmas.
││PUSKESMAS
KEPALA
│
KOORDINATOR UGD
│
PELAKSANA PELAYANAN UGD
C. JADWAL KEGIATAN
Buka pelayanan 24 Jam. Untuk tenaga setiap saat ada, pembagian jadwal
disesuaikan dengan Kegiatan yang lain.
a. PENGATURAN JAGA
Pengaturan Jaga PerawatUGD
Pengaturan jadwal dinas perawat UGD dibuat dan dipertanggug jawabkan
oleh Koordinator Ruangan UGD dan disetujui oleh Kepala Puskesmas.
Jadwal dinas yang dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana UGD setiap satu bulan
Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas. Permintaan akan
desesuaikan dengan keputusan tenaga yang ada ( apabila tenaga cukup dan
berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui ).
Setiap tugas jaga / shift harus bertanggung jawab dengan pelayanan di UGD,
A. DENAH RUANGAN
Sarana adalah suatu tempat ,fasilitas dan peralatan yang langsung terkait
dengan Pelayanan klinis. Sedangkan prasarana adalah tempat ,fasilitas dan peralatan
yang Secara tidak langsung mendukung pelayanan kesehatan. Dalam upaya
mendukung Pelayanan klinik puskesmas diperlukan sarana dan prasarana yang
memadai.
DENAH RUANGAN UGD
KAMAR MANDI
RUANG STERILISASI KAMAR MANDI PERAWAT
PASIEN
WASTAFEL
NURSE CENTER
OBSERVASI
TINDAKAN
ALKES
RESUSITASI P
I
N
T RAK OBAT & RAK INSTRUMEN
O2 EKG SUCTION
U
RUANG PENDAFTARAN
UGD & RAWAT INAP
A. LINGKUP KEGIATAN
Upaya Pelayanan Kesehatan Umum di Indonesia dilaksanakan baik oleh pemerintah
maupun swasta. Upaya pelayanan kesehatan umum yang dilaksanakan oleh pemerintah selama
ini mengacu pada pendekatan level of care (kebijakan WHO) yaitu tindakan Promotif,
Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif yang merumuskan pelayanan kesehatan berjenjang untuk
memberikan pelayanan yang menyeluruh dikaitkan dengan sumber daya yang ada.
B. METODE
C. LANGKAH KEGIATAN
1. Tata laksana pelayanan
A. Tata laksana pendaftaran pasien
I. Petugas Penanggung Jawab
- Perawat UGD
- Petugas Administrasi
II. Perangkat Kerja
- Status Medis
III. Tata Laksana Pendaftaran Pasien UGD
1. Pendaftaran pasien yang datang ke UGD dilakukan oleh pasien /
keluarga dibagian loket pendaftaran.
2. Bila keluarga tidak ada petugas UGD bekerja sama dengan pengantar atau polisi
untuk mencari identitas pasien.
3. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian loket Akan
memberikan status untuk diisi oleh dokter UGD yang bertugas.
4. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung
diberikan pertolongan di UGD, sementara keluarga / penanggung
jawab melakukan pendaftaran di bagian loket pendaftaran.
IV. Alur kegiatan pemeriksaan
TTV DAN
PEMERIKSAAN
ANAMNESA DIAGNOSA
FISIK
PASIEN Tindakan
medis
RUJUK RS
RESEP OBAT
Konsultasi Dokter
Administrasi Berangkat
PULANG Merujuk
Keterangan :
1. Pasien datang dari pendaftaran diterima oleh petugas ugd
2. Petugas melakukan pendaftaran
3. Petugas melakukan anamnesa
4. Petugas pemeriksaan TTV dan melakukan pemeriksaan fisik
5. Petugas konsultasi dokter bila diperlukan
6. Petugas langsung melaksanakan terapi, berupa tindakan medis atau
pengobatan, atau bila diperlukan rujuk Rumah Sakit harus dari
persetujuan dokter.
7. Sebelum pasien dirujuk ke rumah sakit harus menyelesaikan
resep
10. Setelah menerima resep pasien mengambil obat di ugd
11. Pasien kemudian diijinkan pulang atau rujuk bila diperlukan rawat
inap.
B. TATA LAKSANA SISTIM KOMUNIKASI
I. Petugas Penanggung Jawab
- perawat UGD
II. Perangkat Kerja
- Telepon ruangan
III. Tata Laksana Sistim Komunikasi IGD
1. Antara UGD dengan unit lain dalam Puskesmas Weru dengan
nomor telepon
2. Antara UGD dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang
terkait dengan pelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan
telepon langsung dari UGD.
3. Antara UGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan
oleh perawat.
3. Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.
kendaraan.
4. Perawat UGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.
F. TATA LAKSANA PELAYANAN FALSE EMERGENCY
I. Petugas Penanggung Jawab
- Perawat UGD
- Dokter Puskesmas
II. Perangkat Kerja
- Stetoscope
- Tensimeter
- Alat Tulis
III. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
1. Pasien / keluarga pasien mendaftar di bagian loket pendaftaran.
2. Dilakukan triase untuk penempatan pasien.
3. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga UGD.
4. Dokter puskesmas menjelaskan kondisi pasien pada keluarga /
penanggung jawab.
5. Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian pendaftaran.
6. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung
pulang. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter.
G. TATA LAKSANA PELAYANAN VISUM ET REPERTUM
I. Petugas Penanggung Jawab
- Petugas Rekam Medis
- Perawat jaga UGD
II. Perangkat Kerja
- Formulir Visum Et Repertum UGD
III. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum
1. Petugas UGD menerima surat permintaan visum et repertum dari
pihak kepolisian.
2. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian TU.
3. Petugas menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga
jenazah.
3. Dokter puskesmas membuat surat keterangan meninggal.
4. Perawat UGD menghubungi supir ambulance.
5. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di kepada keluarga.
6. Jenazah di bawa kerumah duka dengan menggunakan ambulance.
- Dokter Puskesmas
- Perawat UGD
- Ambulance
- Formulir persetujuan tindakan
- Formulir rujukan
Bila perlu dilakukan rawat inap maka pasien bisa dirujuk intern
ke rawat inap puskesmas dengan kasus tertentu dan Jika UGD
Puskesmas tidak mampu melakukan tindakan medis, maka pasien
dikirim ke rumah sakit (di rujuk).
1. Alih Rawat
- Perawat UGD menghubungi rumah sakit rujukan.
- Dokter jaga UGD memberikan informasi pada dokter jaga
rumah sakit rujukan mengenai keadaan umum. Bila tempat
telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat UGD
menghubungi petugas ambulan Puskesmas Weru.
2. Pemeriksaan Diagnostik
- Pasien / keluarga pasien di jelaskan oleh dokter jaga mengenai
tujuan pemeriksaan diagnostic, bila setuju maka keluarga
pasien harus mengisi informed consent.
- Perawat UGD menghubungi rumah sakit rujukan
- Perawat UGD menghubungi petugas ambulan Puskesmas
Weru.
j. KEMAMPUAN PELAYANAN
1. KEMAMPUAN PELAYANAN
Kemampuan pelayanan ugd Puskesmas Weru meliputi :
a. Promotif , berupa penyuluhan sederhana individu saat berobat.
b. Preventif,seperti rawat luka, pasang kateter dll
c. Kuratif, pengobatan, tindakan medis dll
d. Rehabilitative, pemeriksaan pasca patah tulang dll
BAB V LOGISTIK
b. Tablet
NO NAMA OBAT SATUAN JML JENIS OBAT
1. Captopril Tablet 10 Anti Hipertensi
2. ISDN Tablet 10 Vasodilator
c. Cairan infus
No. Nama obat Satuan Jumlah Jenis obat
1. Asering kolf 5
2. Dextrose 5% 500 ml kolf 10
4. Dextrose 40% 100 ml kolf 6
5. Nacl 0,9% 500 ml kolf 3
6. Ringer laktat kolf 10
2. OBAT PENUNJANG
a. Injeksi
No. Nama obat Satuan Jumlah Jenis obat
1. Amoxicillin Flakon 10 Antibiotic
2. Aminophilin Ampul 10 Bronchodilator
3. Dexamethason Ampul 10 Kortikosteroid
4. Metamizol ampul 10 Analgetik
5. Neurobion Ampul 5 Vitamin
6. Metoklorperamid Ampuk 10 Anti Emetik
7. Ranitidin Ampul 10 Antihistamin
8. Piracetam Ampul 2 Neuroprotektor
b. Obat tablet
No. Nama obat Satuan Jumlah Jenis obat
1. Amoxicillin Tablet 10 Antipiretik & analgesic
2. Antasida Tablet 10 Antasida
3. Ambroxol Tablet 10 Analgesic
4. Anti diare Tablet 10 Anti mencret
5. Antalgin Tablet 10 Analgesik
6. Asam Mefenamat Tablet 10 Anti inflamasi non steroid
7. Asam Traneksamat Tablet 10 Koagulan
8. Betahistin Tablet 10 Antihistamin
9. Captopril Tablet 10 Anti Hipertensi
10. Cetirizin Tablet 10 Antihistamine
11. Deksametason Tablet 10 Kortikosteroid
12. Dimenhidrinate Tablet 10 Antihistamine
13. Natrium Diklofenak Tablet 10 Anti inflamasi non steroid
14. Kalk Tablet 10 Mineral kalsium
15. Furosemid Tablet 10 Diuretik
16. Glibenklamide Tablet 10 Anti Diabetik
17. HCT Tablet 10 Diuretik
18. ISDN Tablet 10 Vasodilator
19. Klorpeneramin meleat Tablet 10 Antihistamine
20. Metformin Tablet 10 Anti Diabetik
21. Metronidazole Tablet 10 Anti Amoeba
22. Metylprednisolon Tablet 10 Kortikosteroid
23. Nifedipin Tablet 10 Anti Hipertensi
24. Omeprazle Tablet 10 Protonpump Inhibtor
25. Paracetamol Tablet 10 Antipiretik
26. Piracetam Tablet 10 Neuroprotektor
27. Salbutamol Tablet 10 Bronkodilator
28. Sefadroxil Tablet 10 Antibiotik
29. Thiamfenikol Tablet 10 Antibiotik
30. Oralit Sachet 5 Mineral
Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui instalasi farmasi.
Kebutuhan obat dihitung dengan penyediaan stok setiap hari, alat medis dan bahan habis
pakai dihitung tiap dua minggu berdasarkan analisis kebutuhan alat medis dan bahan habis
pakai dua minggu yang lalu dengan cadangan 10% , diajukan kepada panitia pengadaan obat
untuk mendapat persetujuan. Pengadaan obat dan alat kesehatan dilakukan oleh panitia
pengadaan setelah mendapat persetujuan dari kepala puskesmas.
No NAMA
Plester, hypafix, kasa gulung, kasa
1. steril
2 Handrub, kateter
A. KENDALI MUTU
Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan di ugd perlu
diperhatikan keselamatan pasien dengan melakukan identifikasi resiko terhadap
segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan resiko terhadap pasien harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan
yang akan dilaksanakan.
Pengendalian mutu pelayanan klinis merupakan kegiatan untuk mencegah
terjadinya masalah terkait pelayanan pengobatan atau mencegah terjadinya
kesalahan pengobatan / medikasi (medication error), yang bertujuan
untuk keselamatan pasien.
Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan sebagai berikut:
a. Unsur masukan (input), yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
Sedangkan untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan pelayanan klinis, dilakukan
evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang diperoleh melalui
metode berdasarkan waktu, cara dan teknik pengambilan data. Berdasarkan waktu
pengambilan data, terdiri atas:
a. Retrospektif
Pengambilan data dilakukan setelah pelayanan dilaksanakan.
Contoh : survey kepuasan pelanggan, laporan mutasi barang.
b. Prospektif
Pengambilan data dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan pelayanan.
Contoh : waktu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sesuai dengan
kebutuhan.
Berdasarkan cara pengambilan data, terdiri atas:
a. Langsung (data primer);
Data diperoleh secara langsung dari sumber informasi oleh pengambil data.
Contoh: survey kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan kilnis
b. Tidak langsung (data sekunder);
Data diperoleh dari sumber informasi yang tidak langsung
Contoh: catatan riwayat penyakit yang lalu
Cara pengambilan data :
a. Survei
Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Contoh
: survey kepuasan pelanggan.
b. Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung aktifitas atau proses dengan
1) Hak pasien
2) Mendidik pasien dan keluarga
3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4) Penggunaan metoda-metoda peningkatan kerja untuk melakukan evaluasi
E. KESALAHAN MEDIS
Medical Errors :
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
F. KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang terjadi
seperti, amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencairan fakta terhadap
kejadian ini mengungklapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan
prosedur yang berlaku.
G. TATALAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “pelaporan insiden
keselamatan”.
BAB VIII KESELAMATAN KERJA
A. PENDAHULUAN
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap
ribuan anak berusia 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 sampai 49 tahun
terinfeksi HIV dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di negara-negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan
yang memadai.
Angka pengidap HIV di indonesia terus meningkat, dengan
peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV/AIDS terjadi
akibat masuknya kasus secara langsung masyarakat cukup tinggi (misalnya :
melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum
aman karena belum ditetapkan kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan
bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit hepatitis B dan C yang keduanya potensial untuk menular
melalui tindakan pada pelayanan kesehatan.Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa
menurut data PMI angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan
WHO adalah 2.10% kedua penyakit ini sering dapat dikenali secara
klinis karena tidak memeberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran
infeksi dikenal melalui kewaspadaan umum atau “Universal Precaution” yaitu
dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi
ancaman bagi “petugas kesehatan”
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi. Oleh sebab itu tenaga kesehatan
wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya, dari resiko tertular penyakit
agar dapat bekerja maksimal.
Untuk keamanan dan kenyamanan bagi petugas paramedic dan petugas
medis dalam memberikan pelayanan kesehatan, terutama untuk mencegah
tertularnya penyakit dimana di puskesmas banyak kasus –kasus penyakit menular
misal; TBC ,Kusta ,hepatitis, HIV AIDS dan penyakit yang disebabkan
virus lainya. maka petugas dalam melaksanakan pelayanan diwajibkan
memperhatikaan keamanan diri dengan pemakaian alat perlindungan diri (APD)
menggunakan masker ,sarung tangan ,dan clemek plastic,jas oprasi bila
diperlukan. Dan selalu melakukan cuci tangan sebelum dan setelah melaksanakan
kegiatan atau pelayanan
B. TUJUAN
Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.Petugas
kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi
terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya. Untuk menghindari
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.
C. TINDAKAN YANG BERESIKO TERPAJAN
1. Cuci tangan yang kurang benar
2. Penggunaan sarung tangan yanag kurang tepat
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
5. Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai
D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA
Prinsip utama prosedur universal precaution dalam kaitan keselamatan
kerja adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan
sterilisasi peralatan.Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan
pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
BAB IX PENUTUP
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat ( PUSKESMAS ).
2.Undang- undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
3.Undang- undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4.Undang – undang No.8 taahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5.Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 514 Tahun 2015 tentang Panduan Praktek Klinik Dokter
Fasyankes
6.BukuBTCLSedisi2tahun2018.