Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Tentang
PELAYANAN KELUARGA BERENCANA PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DAN ADAPTASI KEBIASAAN BARU
Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Keluarga Berencana dan Kespro di Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Dosen Pengampu :
Laila Puteri Suptiani,SST.M,Keb.

Disusun Oleh :
Kelompok 20
Anggi Tri Mundari (P20624520003)
Annisa Khaerussani (P20624520005)
Nurul Hanipah (P20624520030)
Rafa Fauziyah S. (P20624520031)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat, berkah, hidayah, dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Pelayanan Keluarga Berencana Pada Masa Pandemi Covid-19 Dan
Adaptasi Kebiasaan Baru” dengan sebaikbaiknya.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan dorongan, semangat, dan bimbingan yang tak ternilai harganya.
Untuk itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Laila Puteri Suptiani,SST.M,Keb. selaku dosen pengampu mata kuliah
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi yang
telah memberikan dan neonatus bimbingan, motivasi, petunjuk, dan
arahan kepada kami;
2. Teman-teman seperjuangan di prodi Sarjana Terapan Kebidanan yang
senantiasa memberikan motivasi dan semangat.
Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik
dan saran yang mebangun dari pembaca.
Akhirnya, kami berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis khususnya, dan umumnya bagi semua pembaca, serta dapat berguna
bagi kemajuan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.

Tasikmalaya, 08 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Coronavirus disease 2019 ....................................................................... 3


B. Keluarga Berencana ................................................................................. 3
C. Dampak Pandemi terhadap Pelayanan Kontrasepsi ................................. 4
D. Mekanisme Pelayanan Kontrasepsi pada Masa Pandemi COVID-19 ..... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 23
B. Saran ........................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

COVID-19 telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO (WHO,


2020). Dan juga telah dinyatakan Kepala Badan nasional penanggulangan
Bencana melalui Keputusan nomor 9 A Tahun 2020 diperpanjang melalui
Keputusan nomor 13 A tahun 2020 sebagai Status Keadaan Tertentu Darurat
Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia. Kemudian
dengan meihat situasi dan kondisi yang berkembang maka diperbaharui dengan
Keputusan Presiden No. 12 tahun 2020 tentang Penetapan Bencana non alam
penyebaran COVID-19 sebagai Bencana Nasional.

Sampai tanggal 26 April 2020 Covid-19 telah menginfeksi 2.900.422


secara global dan Indonesia telah mengalami 8.882 kasus Covid-19 dengan
jumlah 1.107 kasus sembuh dan 743 kasus meninggal, sebagian besar kasus
terkonfirmasi dari usia produktif sebesar 44%.

Dalam menghadapi wabah bencana non alam COVID-19 ini dilakukan


kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk pencegahan
penularan Covid-19. Kondisi ini menyebabkan dampak terhadap kelangsungan
pelayanan kesehatan masyarakat, termasuk pelayanan KB dan kesehatan
reproduksi.

Pada kondisi pandemi ini diharapkan PUS terutama PUS dengan 4


Terlalu (4T) diharapkan tidak hamil sehingga petugas kesehatan perlu
memastikan mereka tetap menggunakan kontrasepsi. Untuk itu, dalam
menghadapi pandemi covid 19 ini, pelayanan tetap dilakukan tetapi dengan
menerapkan prinsip pencegahan pengendalian infeksi dan physical distancing.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)?
2. Apa yang dimaksud dengan Keluarga Berencana?
3. Apa saja dampak Dampak Pandemi terhadap Pelayanan Kontrasepsi?

1
4. Bagaimana Mekanisme Pelayanan Kontrasepsi pada Masa Pandemi
COVID-19?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui coronavirus disease 2019 (covid-19)
2. Untuk mengetahui keluarga berencana
3. Untuk mengetahui dampak dampak pandemi terhadap pelayanan
kontrasepsi
4. Untuk mengetahui mekanisme pelayanan kontrasepsi pada masa pandemi
covid-19

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)


Menurut WHO (2020a), penyakit coronavirus disease 2019
(COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona
yang baru ditemukan. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus COVID-19
akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh
tanpa memerlukan perawatan khusus. Orang tua dan orang-orang yang
memiliki komorbit seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit
pernapasan kronis, dan kanker memungkin tertular COVID-19.
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit yang disebabkan
oleh turunan coronavirus baru. ‘CO’ diambil dari corona, ‘VI’ virus, dan
‘D’ disease (penyakit). Sebelumnya, penyakit ini disebut ‘2019 novel
coronavirus’ atau ‘2019- nCoV.’ Virus COVID-19 adalah virus baru yang
terkait dengan keluarga virus yang sama dengan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) dan beberapa jenis virus flu biasa (UNICEF, 2020).
Menurut Sun et al., 2020, COVID-19 adalah penyakit coronavirus zoonosis
ketiga yang diketahui setelah SARS dan sindrom pernapasan Timur Tengah
(MERS). Menurut Gennaro et al., 2020, penyakit Virus Corona 2019
(COVID-19).

B. Pengertian Pelayanan KB
Pengertian KB menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.
Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program
pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan
ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai

3
keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional. Karena
Keluarga Berencana adalah suatu program pemerintah yang dirancang
untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk, maka dari
itu program KB ini diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia
dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan yang
seimbang.
Perlu diketahui, bahwa Gerakan Keluarga Berencana Nasional
Indonesia telah dianggap masyarakat dunia sebagai program yang berhasil
menurunkan angka kelahiran yang bermakna. Perencanaan jumlah keluarga
dengan pembatasan yang bisa dilakukan yaitu dengan penggunaan alat-alat
kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD,
dan sebagainya.

C. Dampak Pandemi terhadap Pelayanan Kontrasepsi

Situasi wabah penyakit dapat menimbulkan dampak di berbagai segi


kehidupan masyarakat yang terkena, seperti ekonomi, sosial, dan
pendidikan. Selain itu, wabah penyakit juga mempengaruhi kondisi
kesehatan masyarakat secara umum maupun secara khusus, contohnya
pelayanan kesehatan reproduksi dan kontrasepsi.

Situasi pandemi COVID-19 di Indonesia sepanjang 2019 hingga


2020 juga memberikan dampak terhadap program Bangga Kencana,
khususnya dalam hal pelayanan kontrasepsi dan keberlangsungan
pemakaian kontrasepsi bagi PUS. Pada situasi saat ini, perhatian difokuskan
pada penanganan kasus COVID-19 dan kasus kesehatan lainnya. Pelayanan
Kontrasepsi agak terabaikan karena keengganan atau ketakutan masyarakat
untuk pergi ke fasilitas kesehatan. Hal ini dapat menyebabkan putus pakai
alat kontrasepsi dan penurunan cakupan pelayanan sehingga meningkatkan
kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.

Penyebab turunnya cakupan pelayanan kontrasepsi pada situasi


wabah:

4
1. Banyak fasilitas kesehatan/klinik tidak siap menghadapi pandemi
karena tidak memiliki alat perlindungan diri (APD) yang memadai.
2. Akseptor enggan mendatangi fasilitas kesehatan karena takut tertular
COVID-19.
3. Banyak fasilitas kesehatan/klinik ditutup karena menghindari penularan
COVID-19, khususnya pada tahap awal wabah.
4. Terjadi gangguan rantai pasok alat dan obat kontrasepsi (alokon).
5. Produksi alokon terbatas dan terhentinya pelatihan bagi penyedia
pelayanan kontrasepsi.
6. Pengguna alokon beralih ke metode jangka pendek dan metode
tradisional yang tingkat kegagalannya tinggi atau berhenti
menggunakan alokon.

Hasil survei oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana


(BKKBN) pada 1 April–30 Mei 2020 melalui kuesioner daring di 34 provinsi
di Indonesia menunjukkan penurunan penggunaan alat kontrasepsi.(Gambar1

Gambar 1. Prevalensi Pemakaian Alat/Obat/Cara KB Sebelum dan Selama


Masa Pandemi COVID-19

Menurut hasil survei, prevalensi PUS yang tidak menggunakan KB


selama masa pandemi mengalami kenaikan dari 31,8% menjadi 35,2%.

5
Artinya, terjadi penurunan prevalensi penggunaan alat/obat/cara KB sebesar
3,4%. Bila melihat besaran kenaikannya, prevalensi PUS yang tidak
menggunakan kontrasepsi bisa dianggap kecil. Namun, mengingat survei ini
dilakukan dalam situasi pandemi, kemungkinan besar angka tersebut akan
meningkat. Penurunan angka pemakaian kontrasepsi selama masa pandemi
juga terjadi di negara lain. Penelitian di Turki menggambarkan situasi yang
sama, yaitu angka pemakaian kontrasepsi mengalami penurunan dari 41,3%
menjadi 17,2% selama pandemi COVID-19 (Yuksel & Ozgor, 2020).
(Gambar 2)

Gambar 2. Persentase Pemakaian Alat/Obat/Cara KB Sebelum dan Selama


Masa Pandemi COVID-19 Berdasarkan Jenis Alat/Obat/Cara KB

Gambar 2 memperlihatkan besaran proporsi penurunan pemakaian


kontrasepsi modern dari sebelum dan selama masa pandemi yang bervariasi
di antara jenis kontrasepsi. Pengguna kontrasepsi jangka pendek terbukti
memiliki kecenderungan berhenti memakai kontrasepsi atau berganti
kontrasepsi lain. Persentase penurunan pemakaian KB suntik tertinggi di
antara semua jenis kontrasepsi, yaitu sebesar 2,5%. Persentase pemakaian
pil KB mengalami penurunan sebesar 0,69%. Sementara, perbedaan
persentase pemakaian kondom sebelum dan selama masa pandemi terlihat
cukup kecil bila dibandingkan dengan alat/obat/cara KB jangka pendek

6
lainnya. Kemungkinan alasannya karena ketersediaan kondom tidak
mengalami banyak perubahan, baik sebelum maupun selama masa pandemi
COVID-19.

Survei tersebut juga menemukan penurunan persentase pemakaian


kontrasepsi jangka panjang selama masa pandemi, yaitu IUD (intrauterine
device) sebesar 0,47% dan implan 0,44%. Di sisi lain, metode operasi
wanita (MOW) atau tubektomi dan metode operasi pria (MOP) atau
vasektomi menunjukkan peningkatan, meskipun proporsinya sangat kecil.
Selama masa pandemi, persentase penerapan MOW meningkat 0,05%,
sedangkan MOP meningkat 0,03%. Sebenarnya, kemungkinan
mendapatkan pelayanan MOW dan MOP di masa pandemi terbilang kecil,
namun, bisa jadi pelayanan tersebut dilakukan pada masa awal pandemi dan
di wilayah yang belum memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) sehingga pelayanan KB masih diberikan.

D. Mekanisme Pelayanan Kontrasepsi pada Masa Pandemi COVID-19


1. Pelayanan Kontrasepsi pada Masa Pandemi bagi Petugas Kesehatan dan
Hal-hal Terkait
a) Prinsip Penting dalam Pemberian Pelayanan
• Pelayanan kontrasepsi selama situasi wabah penyakit harus
semaksimal mungkin berkualitas dan memenuhi standard
operating procedure (SOP) yang sudah ditentukan, yaitu memiliki
persetujuan medis, menjamin kerahasiaan, menghormati hak
asasi manusia, dan non-diskriminatif.
• Menggunakan pelayanan jarak jauh (telemedicine) melalui
mekanisme daring, menggunakan media sosial, dan lain-lain
untuk mengurangi kontak fisik.
• Memastikan pasokan alokon mencukupi dan mencegah
terjadinya stockout, termasuk dalam hal ketersediaan alokon
untuk metode alternatif seperti pil dan kondom.

7
• Petugas kesehatan yang memberikan elayanan kontrasepsi harus
mendapatkan APD yang memenuhi syarat, sesuai dengan jenis
layanan yang diberikan.
• Melakukan pelayanan kontrasepsi yang terintegrasi dengan
pelayanan kesehatan reproduksi lainnya di puskesmas, dan
mengaktifkan program Pelayanan Keluarga Berencana Rumah
Sakit (PKBRS) serta Pelayanan di tempat Praktik Mandiri Bidan.
b) Pelayanan Kontrasepsi pada Situasi Wabah Penyakit

Pemberian pelayanan kontrasepsi selama situasi wabah


penyakit mengacu kepada status zonasi daerah (zona hijau,
kuning, oranye atau merah) berdasarkan risiko kenaikan kasus
COVID-19 dari berbagai zona :

• Zona Merah : Zona risiko tinggi


• Zona Oranye : Zona risiko sedang
• Zona Kuning : Zona risiko rendah
• Zona Hijau : Zona tidak ada kasus: Tidak tercatat kasus
COVID-19 positif atau pernah terdapat kasus, namun tidak
ada penambahan kasus baru dalam 4 minggu terakhir dan
angka kesembuhan 100%.

Di daerah tersebut. Penentuan zonasi daerah dilakukan oleh


Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.

c) Jenis Pelayanan Kontrasepsi pada Masa Pandemi

Tabel di bawah ini menjelaskan pelayanan KB yang


diberikan oleh bidan dan bagaimana bidan bermitra atau
berkoordinasi dengan petugas lain, seperti petugas lapangan KB
(PLKB) dan pengelola program KB.

8
Jenis Pelayanan KB oleh Bidan Berdasarkan Zona
Risiko Pandemi COVID-19

Zona Hijau dan Zona Oranye dan


No. Kriteria
Zona Kuning Zona Merah
1. Teknis Pelayanan KB a. Pelayanan KB
umum dapat dilakukan, dapat dilakukan,
pelaksana namun pengaturan namun pengaturan
an jumlah pasien jumlah pasien
pelayana dan waktu dan waktu
n pelayanan pelayanan
menggunakan menggunakan
mekanisme mekanisme
teleregistrasi. teleregristrasi.
b. Akseptor KB
sebaiknya tidak
mendatangi
langsung petugas
kesehatan, kecuali
mempunyai
keluhan. Akseptor
yang ingin
mendatangi
langsung petugas
kesehatan harus
membuat janji
temu terlebih
dulu dengan
petugas kesehatan.

9
a. Melakukan
anamnesa a. Melakukan
seputar gejala anamnesa
dan risiko melalui
tertular COVID- teleregristasi
19 (dengan mengenai:
menelusuri 1) Gejala dan
riwayat kontak) risiko tertular
melalui COVID-19
teleregristasi. 2) Konseling
Konsultasi penggunaan
penggunaan alat KB (bila
alat KB dapat klien masih
dilakukan memerlukan
secara tatap informasi
muka dengan lanjutan,
tetap petugas
memperhatik an kesehatan
protokol dapat
kesehatan. memberikan
nya saat
pertemuan
tatap muka,
namun
b. Memvalidasi dengan waktu
hasil anamnesa yang
teleregistrasi terbatas)
dengan b. Memvalidasi hasil
melakukan anamnesa
triase kepada teleregistrasi
klien yang dengan melakukan
datang ke triase kepada klien

10
fasilitas yang datang ke
kesehatan. fasilitas
kesehatan.

2. Pelayana Petugas kesehatan Petugas kesehatan


n medis dapat memberikan dapat memberikan
dan pelayanan pelayanan
pemberia kontrasepsi, kontrasepsi, namun
n namun dengan dengan syarat
kontrase syarat menggunakan APD
p si menggunakan lengkap sesuai
APD lengkap standar, dan klien
sesuai standar, sudah membuat
dan klien sudah janji temu terlebih
membuat janji temu dulu.
terlebih
dulu.
a. Akseptor KB a. Akseptor KB
dengan keluhan dengan keluhan
nyeri perut nyeri perut yang
yang mengganggu,
mengganggu, keputihan, dan
keputihan, demam setelah
dan demam pemasangan IUD

11
setelah serta perdarahan
pemasangan yang lebih
IUD serta banyak dan lebih
perdarahan yang lama dari haid
lebih biasanya bagi
banyak dan pengguna KB lain
lebih lama dari b. Akseptor KB
haid biasanya implan dan AKDR
bagi pengguna yang masa
KB lain pakainya sudah
b. Akseptor KB habis
implan dan c. Akseptor KB
alat kontrasepsi suntik yang
dalam rahim datang sesuai
(AKDR) yang jadwal
habis masa d. Melakukan
pakainya penapisan kondisi
c. Akseptor KB medis
suntik yang memakai roda
datang sesuai klop terhadap
jadwal akseptor KB baru
yang akan
menggunakan
AKDR, implan,
suntik, dan pil
Di bawah Di bawah koordinasi
koordinasi dan dan supervisi
supervisi petugas petugas kesehatan,
kesehatan, PKB/PLKB dan
penyuluh KB kader dapat
(PKB)/petugas memberikan pil KB
lapangan KB kepada:

12
(PLKB) dan kader

dapat memberikan a. Akseptor pil


pil KB ulangan sesuai
kepada jadwal
akseptor pil b. Akseptor pil KB
ulangan sesuai baru yang
jadwal sebelumnya sudah
berkonsultasi
dengan petugas
kesehatan
Petugas kesehatan tetap memberikan
pelayanan Keluarga Berencana
Pascapersalinan (KBPP) sesuai program,
yaitu dengan mengutamakan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) berupa
AKDR pascaplasenta atau MOW
sesuai indikasi.
Di bawah Di bawah koordinasi
koordinasi dan dan supervisi tenaga
supervisi tenaga kesehatan,
kesehatan, PKB/PLKB dan
PKB/PLKB kader dapat
dan memberikan kondom
kader dapat kepada
memberikan akseptor IUD,
kondom kepada implan, atau suntik
akseptor yang yang masa pakainya
tidak bisa sudah habis, tetapi
mendatangi tidak bisa

13
langsung petugas mendatangi langsung
kesehatan untuk petugas
kontrol kesehatan untuk
kontrol. AKDR dan
implan yang masa
pakainya sudah habis
tidak memiliki efek
berbahaya bagi tubuh
jika tersimpan
di dalam tubuh.
Petugas Tunda pelayanan
kesehatan dapat MOW interval dan
memberikan MOP hingga wilayah
pelayanan MOW ditetapkan menjadi
interval dan MOP zona hijau atau zona
di Fasilitas kuning (akseptor
Kesehatan dapat disarankan
Tingkat Pertama menggunakan pilihan
(FKTP) dan metode KB lainnya)
Fasilitas
Kesehatan
Rujukan Tingkat
lanjutan dengan
menggunakan
APD sesuai
standar dan
memperhatikan
protokol
pencegahan
COVID-19.

14
3Konseling Konseling Konseling KB tidak
.
KB dilakukan secara
dapat dilakukan langsung atau tatap
secara langsung muka, melainkan
dengan dapat dialihkan
menggunakan melalui media
APD dan komunikasi (aplikasi
mematuhi
protokol WhatsApp, SMS,
pencegahan video conference, dan
penularan sebagainya).
COVID-19, tetapi
sedapat mungkin
mengoptimalkan
penggunaan
media daring.
4Penyamp aian Petugas Petugas kesehatan
.keluhan dan
kesehatan memberikan
informasi lebih
lanjut memberikan konsultasi kepada
konsultasi klien melalui aplikasi
kepada klien WhatsApp/telepon.
melalui aplikasi
WhatsApp/telep
on atau
menerima klien
secara langsung
dengan
menggunakan
APD dan
memperhatikan
protokol
pencegahan

15
COVID-19.
5Penggera kan Petugas lapangan Petugas lapangan
.masyarak at
diperkenankan tidak diperkenankan
menyampaikan menyampaikan KIE
komunikasi, dan penyuluhan, baik
informasi, dan secara personal
edukasi (KIE) dan maupun
penyuluhan massal,
penyuluhan secara langsung
kepada kepada masyarakat.
masyarakat
secara langsung,
tetapi dengan
jumlah orang
yang dibatasi dan
memperhatikan
protokol
pencegahan
COVID-19.
Pemberian Pemberian KIE
KIE dapat diberikan
dapat dengan
dikombinasikan mengoptimalkan
dengan penggunaan media
penggunaan komunikasi (aplikasi
media WhatsApp, telepon,
komunikasi aplikasi komunikasi
(aplikasi lain, dan
WhatsApp, sebagainya).
telepon, aplikasi
komunikasi lain,
dan sebagainya).

16
Optimalisasi pencatatan dan pemantauan
akseptor serta berkoordinasi dengan
bidan setempat untuk memastikan tidak
terjadi putus
pakai oleh akseptor selama masa pandemi
COVID-19.
Sumber: Panduan Pelayanan Keluarga Berencana dalam Masa
Pandemi COVID-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru (Kementerian
Kesehatan dan BKKBN, 2020).

d) Pemilihan Metode Kontrasepsi


1) Pilihan utama adalah metode kontrasepsi modern jangka
panjang yang reversible.
2) Pelayanan kontrasepsi terintegrasi dengan pelayanan kesehatan
lain di fasilitas kesehatan, termasuk PKBRS, puskesmas, dan
tempat Praktik Mandiri Bidan.
3) Menyediakan metode kontrasepsi alternatif jika yang ideal tidak
memungkinkan.
4) Mempromosikan penggunaan kontrasepsi mandiri, baik untuk
laki-laki maupun perempuan, seperti kondom dan pil.
e) Penyiapan Fasilitas Kesehatan
1) Penyediaan sarana, prasarana, dan bahan habis pakai penunjang
pelayanan kontrasepsi:
▪ Tempat cuci tangan dengan sabun (di pintu masuk, ruang
tunggu, ruang pelayanan)
▪ Ruang ganti pakaian dan sepatu petugas, termasuk loker
▪ APD
▪ Disinfektan
• Papan pemberitahuan jadwal praktik petugas kesehatan
• Penyediaan masker untuk pasien yang datang tidak
menggunakan masker
• g. Penyediaan alat skrining kesehatan, seperti
thermometer gun dan formulir penapisan

17
• Disinfeksi ruangan, peralatan, dan lingkungan dalam
maupun luar fasilitas pelayanan secara berkala, yaitu setiap
hari setelah selesai melakukan pelayanan
o Mengupayakan ketersediaan teleregistrasi sehingga dapat
dilakukan skrining untuk memastikan klien yang datang
tidak mempunyai risiko menderita COVID-19
• Tersedianya media KIE atau pesan-pesan kesehatan tentang
pencegahan penularan COVID-19
2) Pengaturan Tempat
▪ Pengaturan tata letak alat-alat dan perkakas lainnya agar
setiap orang dapat menjaga jarak sejauh minimal 1–2 meter
▪ Ventilasi memadai untuk sirkulasi udara keluar-masuk
▪ Tersedia ruangan khusus pemakaian dan pelepasan APD
dengan SOP yang jelas, dan ditempelkan di tempat strategis
yang mudah dibaca oleh semua orang
▪ Tersedia tempat khusus penampungan APD yang telah
digunakan dan SOP perlakuan terhadap APD tersebut
▪ Pengaturan jarak antartempat duduk di ruang tunggu sejauh
minimal 1–2 meter
▪ Mengimbau akseptor agar tidak membawa anggota
keluarga yang rentan (anak <12 tahun serta lansia) saat
datang ke fasilitas kesehatan
3) Pengaturan Waktu
▪ Jam layanan sesuai kapasitas ruang tunggu melalui
teleregistrasi agar tidak terjadi penumpukan antrian
▪ Membatasi jumlah pengantar klien dan menganjurkan PUS
agar datang sendiri atau bersama-sama
▪ Membatasi kegiatan pelayanan di tempat tertutup maksimal
4 jam
Hal-hal yang Harus Diperhatikan:
• Terapkan prinsip umum pencegahan penularan COVID-19
pada saat melakukan pelayanan KB, yaitu menggunakan

18
APD sesuai standar, mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir setiap selesai melakukan pemeriksaan, dan
menjaga jarak badan minimal 1,5 meter dari klien.
• Lakukan triase terhadap klien dan pastikan klien yang
dilayani bukan penderita COVID-19, ODP atau PDP. Klien
yang berstatus positif COVID-19, ODP atau PDP akan
dirujuk ke fasilitas yang mampu menangani COVID-19 dan
dianjurkan tidak melakukan hubungan seks selama masa
penyembuhan. Dengan demikian, penggunaan kontrasepsi
dapat ditunda dan akan langsung dilakukan setelah klien
sembuh atau selesai menjalani masa pemantauan.
• Informasikan ke klien bahwa mereka dapat memperoleh
informasi tentang KB secara daring, antara lain melalui
situs resmi BKKBN atau berkonsultasi dengan petugas
kesehatan melalui telepon atau aplikasi WhatsApp.
4) Jenis Pelayanan Kontrasepsi Beserta Prosedur Pelaksanaan dan
Jenis APD yang Digunakan di Fasilitas Kesehatan

2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dalam situasi Pandemi Covid-19


a) Pesan Bagi Masyarakat terkait Pelayanan Keluarga Berencana Pada
Situasi Pandemi Covid-19
o Tunda kehamilan sampai kondisi pandemi berakhir
o Akseptor KB sebaiknya tidak datang ke petugas Kesehatan,
kecuali yang mempunyai keluhan, dengan syarat membuat
perjanjian terlebih dahulu dengan petugas Kesehatan.
o Bagi akseptor IUD/Implan yang sudah habis masa pakainya,
jika tidak memungkinkan untuk datang ke petugas Kesehatan
dapat menggunakan kondom yang dapat diperoleh dengan
menghubungi petugas PLKB atau kader melalui telfon. Apabila
tidak tersedia bisa menggunakan cara tradisional (pantang
berkala atau senggama terputus).

19
o Bagi akseptor Suntik diharapkan datang ke petugas kesehatan
sesuai jadwal dengan membuat perjanjian sebelumnya. Jika
tidak memungkinkan, dapat menggunakan kondom yang dapat
diperoleh dengan menghubungi petugas PLKB atau kader
melalui telfon. Apabila tidak tersedia bisa menggunakan cara
tradisional (pantang berkala atau senggama terputus)
o Bagi akseptor Pil diharapkan dapat menghubungi petugas
PLKB atau kader atau Petugas Kesehatan via telfon untuk
mendapatkan Pil KB.
o Ibu yang sudah melahirkan sebaiknya langsung menggunakan
KB Pasca Persalinan (KBPP)
o Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta
pelaksanaan konseling terkait KB dapat diperoleh secara online
atau konsultasi via telpon

3. Rekomendasi bagi Petugas Kesehatan terkait Pelayanan Keluarga


Berencana pada Situasi Pandemi Covid-19
a) Petugas Kesehatan dapat memberikan pelayanan KB dengan
syarat menggunakan APD lengkap sesuai standar dan sudah
mendapatkan perjanjian terlebih dahulu dari klien :
▪ Akseptor yang mempunyai keluhan
▪ Bagi akseptor IUD/Implan yang sudah habis masa
pakainya,
▪ Bagi akseptor Suntik yang datang sesuai jadwal.
b) Petugas Kesehatan tetap memberikan pelayanan KBPP sesuai
program yaitu dengan mengutamakan metode MKJP (IUD
Pasca Plasenta / MOW)
c) Petugas Kesehatan dapat berkoordinasi dengan PL KB dan
Kader untuk minta bantuan pemberian kondom kepada klien
yang membutuhkan yaitu :
▪ Bagi akseptor IUD/Implan/suntik yang sudah habis masa
pakainya, tetapi tidak bisa kontrol ke petugas kesehatan

20
▪ Bagi akseptor Suntik yang tidak bisa kontrol kembali ke
petugas Kesehatan sesuai jadwal
d) Petugas Kesehatan dapat berkoordinasi dengan PL KB dan
Kader untuk minta bantuan pemberian Pil KB kepada klien yang
membutuhkan yaitu: Bagi akseptor Pil yang harus mendapatkan
sesuai jadwal
e) Pemberian Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
serta pelaksanaan konseling terkait kesehatan reproduksi dan
KB dapat dilaksanakan secara online atau konsultasi via telpon
4. Hal Yang Perlu Diperhatikan oleh Petugas Kesehatan dalam
Pelaksanaan Pelayanan
a) Mendorong semua PUS untuk menunda kehamilan dengan
tetap menggunakan kontrasepsi di situasi pandemi Covid-19,
dengan meningkatkan penyampaian informasi/KIE ke
masyarakat.
b) Petugas Kesehatan harus menggunakan APD dengan level
yang disesuaikan dengan pelayanan yang diberikan dan
memastikan klien yang datang menggunakan masker dan
membuat perjanjian terlebih dahulu.
c) Kader dalam membantu pelayanan juga diharapkan
melakukan upaya pencegahan dengan selalu menggunakan
masker dan segara mencuci tangan dengan menggunakan
sabun dan air mengalir atau handsanitizer setelah ketemu
klien.
d) Berkoordinasi dengan PLKB kecamatan untuk ketersediaan
pil dan kondom di Kader atau PLKB, sebagai alternative
pengganti bagi klien yang tidak dapat ketemu petugas
Kesehatan.
e) Melakukan koordinasi untuk meningkatkan peran PL KB dan
kader dalam membantu pendistribusian pil KB dan kondom
kepada klien yang membutuhkan, yang tetap berkoordinasi
dengan petugas Kesehatan.

21
f) Memudahkan masyarakat untuk untuk mendapatkan akses
informasi tentang pelayanan KB di wilayah kerjanya, missal
dengan membuat hotline di Puskemas dan lain-lain.

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dampak mewabahnya Covid-19 ini sangat berpengaruh terhadap rentannya
terjadi Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) yang disebabkan oleh penurunan
jumlah pelayanan KB secara nasional dari masing-masing jenis alat dan obat
kontrasepsi (alokon). Hal ini diindikasikan bahwa Pasangan Usia Subur (PUS)
yang memerlukan kontrasepsi tidak bisa mengakses layanan kontrasepsi di
fasilitas kesehatan, dan menunda ke fasilitas kesehatan selama Covid-19, jika
tidak dalam kondisi gawat, karena adanya kekhawatiran PUS yang
memerlukan kontrasepsi tertular Covid-19.
Kegiatan ini dilakukan dengan mengadakan pertemuan secara virtual dan
melakukan identifikasi kepada petugas kesehatan dalam Pelaksanaan
Pelayanan KB yang terdiri dari: Bidan dan Perawat yang melaksanakan tugas
pelayanan KB Pada masa Pandemi Covid-19 dan adaptasi kebiasaan baru,
tentang program pelaksanaan pelayanan KB, keamanan petugas dalam
melakukan pelayanan KB, cara pemberian informasi/himbauan bagi pasangan
usia subur dalam pemberian pelayanan KB, penggunaan APD pada
PLKB/kader, dalam hal ini semua kegiatan sudah diterapkan dan mengikuti
protokol kesehatan.

B. Saran
Diharapkan bidan tetap memberikan pelayanan KB dan kesehatan
reproduksi terhadap pasangan usia subur dalam situasi pandemi Covid-19 agar
tercapai tujuan dalam menurunkan kasus melonjaknya angka kelahiran atau
baby bloom dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan dan physical
distancing. Dalam pelaksanaannya, bisa dilakukan konseling dan KIE melalui
konsultasi online atau via telepon serta memberikan hotline-hotline di fasilitas
kesehatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Badriah, Santi Wahyuni. 2021. Identifikasi Penalataksanaan Pelayanan Keluarga


Berencana pada Masa Pandemi Covid-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru
di Puskesmas Plumbon Kabupaten Cirebon.
https://ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/Pengmas/article/vie
w/847. (diakses 9 September 2022)

Gustina, Eni. 2020. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi


pada Masa Bencana. Knowledge hub:Kesehatan reproduksi

Sari, Karya Mulya. 2017. Pelayanan KB.


https://kampungkb.bkkbn.go.id/kampung/1381/intervensi/45128/pelayan
an-kb. (diakses 9 September 2022)

Anda mungkin juga menyukai