660-Article Text-1482-1-10-20210831
660-Article Text-1482-1-10-20210831
Abstract
This article is a literary study with a biblical study which suggests the
concept of an ecclesiastical office based on 1 Timothy 3: 1-7 on the
Received: quality of Christian leaders. To describe this, the author presents
30 Mei 2021 various information from primary and secondary sources related to the
research topic which is then presented descriptively. From the
research carried out, the concept of the quality of Christian leaders
Revised: 20 based on 1 Timothy 3: 1-7 is important to be understood and
Juni 2021 demonstrated by Christian leaders today in order to be able to address
various challenges in the midst of his leadership. There are five
qualities that must be possessed by a Christian leader, among others;
Accepted: spiritual quality, personality quality, cognitive quality, social quality and
30 Juli 2021 professional quality. One factor that makes Christian leaders
ineffective, efficient and productive in their leadership practices is due
to lack of understanding and living the quality of Christian leaders
based on the Bible, specifically 1 Timothy 3: 1-7.
How to Cite: Nainggolan Alon Mandimpu, Hia Elisabet (2021). Jabatan Gerejawi: Kajian
Biblis 1 Timotius 3:1-7 Terhadap Kualitas Pemimpin Kristen. Jurnal Magenang, 2 (2): 128-
148.
INTRODUCTION
Tulisan ini dilatarbelakangi adanya asumsi bahwa banyak gereja-gereja
maupun para pejabat gereja belum bisa memenuhi persyaratan seorang pemimpin
Kristen secara ideal. Pemimpin Kristen perlu diperlengkapi oleh gereja agar mampu
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan berpusatkan pada Allah
Tritunggal dan firman-Nya. Pemilihan dan penetapan pemimpin Kristen seyogianya
melalui seleksi yang ketat serta upaya nyata untuk memberikan pelatihan kepada
mereka. Idealnya terpilih bukan karena faktor status sosial, jabatan, kedudukan di
dalam masyarakat semata dan bukan juga karena sebuah slogan “daripada tidak
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
METHODS
Metode yang digunakan dalam pemecahan permasalahan adalah metode
studi literatur (library research) dengan kajian biblis. Penulis melakukan studi
dokumen terhadap sumber primer dan sekunder (buku, jurnal, dan lain-lain)
mengenai ajaran kitab 1 Timotius 3:1-7 tentang jabatan gerejawi dan relevansinya
terhadap kualitas pemimpin Kristen masa kini. Beberapa sumber literatur yang
digunakan berasal dari beberapa penulis yang telah memperoleh pengakuan
khususnya terkait pemimpin dan kepemimpinan Kristen di Indonesia. Selanjutnya
data yang telah terkumpul akan dianalisis penulis. Konsep-konsep dianalisis dengan
129
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
130
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
yang telah menjadi kawan dan pembantu Paulus dalam pekerjaan Paulus. Ayah
Timotius seorang Yunani dan ibunya Yahudi (W.R.F. Brown, 2007:447-448). Hal
senada dikemukakan oleh Samuel Benyamin mengungkapkan bahwa secara
tradisional, surat ini dipandang sebagai tulisan Paulus sesuai dengan nama pengirim
yang tertera pada masing-masing surat itu (1 Tim. 1:1; 2 Tim. 1:1; Tit.1:1).
Surat 1 Timotius bertujuan untuk menasehati Timotius sendiri mengenai
kehidupan pribadi dan pelayanannya, mendorong Timotius untuk mempertahankan
kemurnian Injil dan standarnya yang kudus dari pencemaran oleh guru palsu dan
memberikan pengarahan kepada Timotius mengenai berbagai urusan dan
persoalan gereja di Efesus (Samuel, 2010:246).Jadi, kitab Timotius adalah kitab
yang ditulis oleh seorang Kristen yang merupakan anak rohani Paulus dan
selanjutnya menjadi rekan sepelayanan Paulus. Apa yang menjadi teologi Paulus
menjadi teologinya Timotius.
Surat ini digolongkan surat-surat Pastoral yang meliputi juga Surat 2 Timotius
dan Surat Titus, dimana gaya bahasa maupun isinya berbeda dengan surat-surat
tulisan Paulus yang lain, tetapi satu sama lain sangat mirip, sehingga mungkin sekali
ditulis pada waktu yang hampir bersamaan (John Drane, 2005).Menurut Merrill C.
Tenney dalam buku Survei Perjanjian Baru bahwa Paulus dibebaskan dalam tahun
60 atau 61 setelah ia naik banding kepada kaisar, pada waktu itulah ia
menghidupkan lagi kegiatan pelayanannya. Alasan Paulus menulis surat ini adalah
Paulus menugaskan Timotius sebagai penerus pelayanannya. Surat ini merupakan
nasehat-nasehat Paulus kepada anaknya Timotius dalam menggembalakan warga
gerejanya (Merril, 2013:413).
Dalam ayat 1a ada kata pembukaan, benarlah perkataan ini. Kata
pembukaan bagian ini mungkin merupakan lanjutan dari pokok pembahasan terakhir
dari pasal 2. Semua pemakaian lain dari pernyataan tersebut (I Tim. 1:15; 1 Tim.
4:19; II Tim. 2:11; Tit. 3:8) tampaknya mengikuti atau mendahului berbagai
pernyataan penting tentang doktrin Injil. Demikian pula di sini jika melahirkan anak
dari I Timotius 2:15 dianggap mengacu kepada kelahiran sang Juruselamat.
Tampaknya inilah penafsiran yang lebih disukai. Paulus kemudian mengawali
pembahasan mengenai persyaratan bagi penatua yang dilakukannya secara
131
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
132
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
menjadi penilik gereja dianggap rendah dan tidak menguntungkan bagi mereka,
bahkan tidak menarik dan tidak bernilai. Paulus melawan pendapat itu dan
menandaskan, oleh sebab itu ia mengatakan bahwa jabatan penilik gereja
merupakan pekerjaan yang baik dan mulia di hadapan Allah.
Menurut Samuel Benyamin Hakh, gereja yang disapa dalam surat-surat pastoral
telah berkembang menjadi suatu gereja yang memiliki struktur organisasi, seperti
penilik warga gereja, penatua, dan diaken, serta memiliki peraturan-peraturan
pemilihan para pemimpin gereja itu (1 Tim. 3:1-3; Tit. 1:5-9). Tampaknya, gereja ini
juga memiliki penataan di bidang keuangan untuk mendukung pelayanan umat,
termasuk membayar para pejabat gereja. Berikut nilai-nilai yang harus dipenuhi oleh
pejabat gereja di jemaat Efesus, khususnya penilik gereja;
1. 1 Timotius 3:2, seorang yang tak bercacat
Istilah "tidak bercacat" ini adalah kualitas kunci dari keseluruhan konteks
untuk kepemimpinan di dalam gereja lokal. Frasa tersebut menyiratkan bahwa tidak
ada pegangan untuk bisa dikritik, baik di komunitas yang percaya (1 Tim. 3:2-6) dan
di komunitas yang tidak percaya (1 Tim. 3:7). Tema yang sama tentang tanpa cela
ini diulang dalam ayat 7,10; 5:7; dan 6:14. Tidak ada pemimpin yang sempurna,
namun ada orang-orang percaya yang saleh, terhormat, dan dapat diterima. Lihat
catatan di Titus 1:6 (Tari, 2019:17).
Dalam hal ini umat Allah dalam gereja mengharapkan seorang pemimpin
yang bisa menjadi teladan yang baik bagi mereka Pemimpin Kristen sebagai yang
bisa mereka tiru dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tak bercacat berhubungan
dengan perilaku yang sudah terbukti benar yang tak bercacat dalam kehidupan
pernikahan, rumah tangga, kehidupan sosial, dan usaha. Secara sederhana seorang
pemimpin Kristen harus memiliki kualitas yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan
orang-orang yang dipimpinnya.
2. 1 Timotius 3:2 suami dari satu isteri
Roy B. Zuck mengemukakan bahwa frasa itu menyuruh seorang suami untuk
hanya fokus pada istrinya dan setia kepadanya. Seorang penilik gereja / pemimpin
Kristen dilarang untuk melakukan poligami, pernikahan kembali dengan cara yang
tidak sah sesuai Alkitab. Seorang yang sudah bercerai tidak memenuhi syarat
133
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
menjadi memimpin dalam gereja (Zuck, 2011:413). Bagi orang Kristen pernikahan
itu sangat sakral, apa yang telah dipersatukan oleh Allah tidak bisa dipisahkan oleh
manusia. Manusia dipandang sebagai sebuah perjanjian.
3. 1 Timotius 3:2, dapat menahan diri
Ia juga harus dapat menahan diri, (bukan peminum, serta semua pengertian
yang tercakup dalam pernyataan itu). Dapat menahan diri artinya tidak mudah
terseret oleh hawa nafsu. Sikap bijaksana adalah buah dari orang yang telah
dibaharui oleh Roh Kudus (bnd. Rm. 12:2). Peminum adalah seorang yang tidak
dapat menanggalkan kebiasaan minum anggur, dengan kemungkinan yang
bersangkutan akan mabuk dan berlaku tidak senonoh. Seorang yang mabuk ternoda
di mata masyarakat umum, apalagi di lingkungan gereja Kristen (Sander, 2017:33-
34). Secara sederhana dapat diartikan bahwa orang yang dapat menahan diri
adalah orang yang mampu menguasai dirinya sendiri, secara otonom mampu
menerima atau menolak sesuatu, memiliki pendirian teguh terkait apa yang menjadi
prinsip hidupnya, menjaga diri agar tidak terlibat dalam urusan yang tidak berfaedah
dan lainnya.
4. 1 Timotius 3:2, bijaksana
Bijaksana adalah selalu menggunakan akal budi (pengalaman dan
pengetahuan lainnya), arif, tajam pikiran, pandai dan hati-hati apabila menghadapi
kesulitan (KBBI, 2013). Seorang penilik gereja / pemimpin Kristen harus memiliki
sikap yang bijaksana dalam mengambil keputusan dan bijaksana dalam segala hal
karena dia adalah seorang teladan bagi semua orang yang ia pimpin. Bijaksana
merupakan sikap yang telah diperbaharui Roh kudus (1 Kor.:12:1-11). Bagi orang
Kristen bijaksana adalah buah dari ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan (Ams.
1:7).
5. 1 Timotius 3:2, sopan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sopan adalah hormat dan takzim,
beradab (tingkah laku, tutur kata, pakaian) baik budi bahasanya, baik kelakuannya,
tidak lacur, tidak cabul (KBBI, 2013). Dalam bahasa Yunani sopan disebut kosmian,
yang berarti tertib dan sesuai dengan apa yang Paulus tulis di bagiannya tentang
bagaimana gereja harus dikelola. Tentu seorang pejabat gereja hidup di tengah
134
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
135
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
itu seorang penilik gereja adalah seorang yang bukan peminum, karena dapat
menjadi batu sandungan di dalam warga gereja.
Salah satu penyebab seseorang mabuk adalah alkohol. Alkohol yang dibuat
menjadi minuman keras mengandung gula, lipid dan asam amino yang sudah
mengalami proses fermentasi. Sehingga kalau diminum terus menerus dan melebihi
kebutuhan, maka berakibat pada semua sel tubuh. Karena itu minuman keras
langsung berdampak pada tubuh seseorang yakni ia merangsang perilaku dan
depresi (Tulus, 2010:69). Alkitab dengan tegas memperingatkan para pemimpin
Kristen tentang bahaya Alkohol (bnd. Ams. 31: 4-5). Semua perilaku kecanduan
yang mungkin menjauhkan seseorang dari penggilan kepemimpinan harus dihindari
(Zuck, 2011:414). Sampai saat ini sudah terbukti bahwa seseorang yang
dipengaruhi atau dikuasai oleh minuman keras maka ia akan berpotensi untuk
melakukan hal-hal buruk / tindak kejahatan.
9. 1 Timotius 3:3 bukan pemarah melainkan peramah
Seorang pemimpin gereja tidak boleh pemarah. Alkitab menyebut kemarahan
sebagai dosa ketika ia dengan cepat bangkit, sesuatu yang meragukan, melahirkan
kepahitan berpusat pada manusia atau ingin membalas dendam (Bdk. Yak. 1:20, Ef.
4:26-27; Kol. 3:8). Dalam pelayanan, orang bisa menguji kesabaran seorang
penatua (Zuck, 2011:413). Menurut R. Budiman seorang pemimpin gereja
diharapkan memiliki komunikasi yang baik dengan warga gereja. Menurut Yakob
Tomatala, salah satu karakter pemimpin Kristen adalah, memiliki keterampilan
dalam menahan emosi, di sinilah seorang pemimpin harus mengendalikan diri dalam
menghadapi setiap situasi yang ada (Yakob Tomatala). Seorang pemimpin tidak
boleh dikuasi oleh emosi / perasaannya, melainkan dialah yang harus menguasai
emosi / perasaannya.
10. 1 Timotius 3:3, pendamai
Seorang pemimpin umat Allah tidak boleh suka berkelahi, atau cepat terlibat
dalam percecokan. perdebatan yang terus-menerus menghalangi kedamaian yang
mencerminkan hikmat yang saleh (Zuck, 2011:415). Seorang pejabat gereja
idealnya telah berdamai dengan Allah, berdamai dengan sesama dan berdamai
dengan dirinya sendiri. Dengan demikian kehadirannya di tengah jemaat adalah
136
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
untuk membawa damai sejahtera. Salah satu tugas pejabat gereja yang paling
penting adalah tugas pendamaian, sama seperti kehadiran Yesus yang membawa
damai bagi umat manusia di dunia.
11. 1 Timotius 3:3, bukan hamba uang
Keserakahan atau diperhamba uang merupakan faktor yang tidak
memungkinkan seseorang menjadi pemimpin rohani. Dalam pelaksanaan pelayanan
rohaninya, seorang pemimpin tidak boleh dipengaruhi oleh keinginan untuk mencari
untung. Ia harus menerima tugas dengan sukarela, baik dibayar dengan gaji rendah
maupun dengan gaji tinggi (Sanders, 2017:37-38). 1 Tim 6. 10 menekankan bahwa
cinta uang adalah akar dari segala kejahatan. Cinta uang menunjuk pada
keserakahan, ambisius dan tindakan yang menghalalkan segala cara untuk
memperoleh keuntungan. Segalanya memang butuh uang, namun segala-galanya
bukan uang. Hal ini yang harus dipahami seorang pejabat gereja agar dapat menjadi
pelayan Tuhan yang berdampak positif bagi umat-Nya. Lihat, juga 1 Petrus 5:1-4
yang menekankan tentang sikap, tujuan, motivasi dan tindakan seorang pelayan
Tuhan dalam menggembalakan umat-Nya.
12. 1 Timotius 3:4-5, mampu memimpin, mendidik anggota keluarganya
Menurut Roy B. Zuck, seorang pemimpin dalam gereja adalah seorang
kepala keluarga yang baik. Kepemimpinan dalam keluarga khususnya yang
berkaitan dengan anak-anak, membantu menunjukkan apakah seorang pemimpin
sanggup memimpin anak-anak Allah dalam keluarganya (Zuck, 2011:413). Perilaku
Kristen: harus dijaga dengan baik, terutama hubungan keluarga (1 Tim. 6:1-2).
Seorang pejabat gereja harus menyadari bahwa kedudukan, peran dan fungsinya
sangat strategis sebagai pendidik bagi anak-anaknya (Ul. 6:4-9).
13. 1 Timotius 3:6-7, bukan orang yang baru saja menjadi Kristen
Kedewasaan rohani sangat diperlukan untuk kepemimpinan yang baik.
seorang Kristen yang masih petobat baru hendaknya tidak diberi kedudukan yang
menuntut tanggung jawab besar untuk memimpin umat Allah. Alasan yang
dikemukakan Paulus, berkaitan dengan persyaratan itu, memang benar dan kuat,
yaitu “agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman iblis”. Seorang petobat
baru masih belum dewasa kerohaniannya. Padahal, kestabilan sangat penting bagi
137
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
Discussion
Relevansinya dengan Kehidupan Pemimpin Kristen di Masa Kini
Hampir semua pemimpin Kristen mau dan berharap menjadi pemimpin
Kristen yang berkualitas. Namun, ada kalanya mereka mengalami kebingungan
karena ketidaktahuan tentang bagaimana cara menjadi pemimpin Kristen yang
berkualitas dan apa indikator pemimpin Kristen yang berkualitas. Cara yang
ditempuh oleh pemimpin Kristen adalah dengan mencari dan menemukan seorang
figur apakah dari tokoh sekuler atau Alkitab, mencari dan menggali mengenai
pemimpin dan kepemimpinan melalui buku sekuler atau buku Kristen, dan lain-lain.
Pada dasarnya, hal itu ada benarnya. Namun, satu hal yang tidak boleh dilupakan
oleh pemimpin Kristen adalah dengan menggali kualitas pemimpin yang
berdasarkan Alkitab, sebagai hal utama dan pertama dalam kehidupan Kristen,
138
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
139
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
140
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
hadapan Tuhan, menjadi saluran berkat bagi sesama dan menjadi sukacita bagi
dirinya sendiri.
Agar pemimpin Kristen dapat menjadi teladan, maka perlu memusatkan hati
dan pikiran kita pada Tuhan Yesus. Di dalam kitab Injil, Yesus meninggalkan teladan
sebuah gaya hidup yang luhur. Selama tiga puluh tiga setengah tahun Ia hidup
bukan untuk kepentingan-Nya sendiri, melainkan untuk kepentingan orang banyak.
Yesus berkata, “Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu
juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh. 13:15). Kualitas
pemimpin Kristen sangat menentukan kualitas orang yang dipimpinnya. Seorang
penilik jemaat bukan tugas yang mudah menurut Rasul Paulus, karena bagi dia
seorang penilik jemaat merupakan suatu pekerjaan indah dan mulai di hadapan
Allah, sekalipun tidak “di hadapan manusia” (dalam konteks tertentu). Hal ini
senada dengan konsep Macarthur, bahwa kepemimpinan itu berkaitan dengan
pengaruh, pemimpin yang ideal adalah seseorang yang memiliki hidup dan karakter
yang dapat mendorong orang lain untuk meneladaninya (MacArthur, 2011: ix).
Penegasan serupa disampaikan oleh Jeff Hammond,: “Seorang pemimpin
(dalam hal ini pejabat gereja) wajib mempengaruhi sikap dan tindakan orang yang
dipimpinnya, seorang pemimpin adalah seorang yang orang lain mau ikuti”. Kalau
pemimpin tidak memiliki kemampuan / kompetensi untuk memberikan dorongan /
motivasi kepada yang lain untuk mengikut dia, maka sejatinya pemimpin tersebut
adalah pemimpin yang tidak berhasil. Pemimpin harus mampu mengarahkan orang
lain mengikut dia tanpa ada unsur paksaan, baik itu melalui iming-iming hadiah,
maupun ancaman namun karena wibawa / otoritas dan cara hidup yang benar dan
layak diteladani dari pemimpin tersebut. Jadi, jelas kepemimpinan adalah karakter,
bukan karena penampilan atau gaya atau teknik (F. Tambunan, 2018:87-88).
Pemimpin Kristen adalah seorang pribadi yang mempunyai tujuan yang jelas (yaitu
tujuan dari Allah) dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang-
orang lain sehingga mereka rela memikul tanggung jawab dan melaksanakan tugas-
tugas demi mencapai tujuan bersama (Lay:2001).Teladan yang harus
didemontrasikan pemimpin Kristen masa kini dalam kepemimpinannya adalah
teladan dalam hal relasinya dengan Tuhan, konsepnya tentang diri sendiri, relasinya
141
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
dengan keluarga, relasinya dengan sesama; yang secara singkat dapat diringkaskan
dalam 5 (lima) K, yaitu kualitas spiritual / kerohanian, kualitas kepribadian, kualitas
kognitif, kualitas sosial, dan kualitas profesional.
Menurut Yakob Tomatala ada beberapa karakter yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin Kristen yaitu: Pertama, memiliki kerendahan hati, di sinilah
seorang pemimpin perlu berhikmat dalam mempengaruhi warga gereja untuk tidak
membedakan antara warga gereja miskin dan warga gereja bodoh maupun warga
gereja yang rendah kedudukannya. Kedua, memiliki kelemahlembutan, di sinilah
seorang pemimpin Kristen perlu meneladani sikap kelemahlembutan Tuhan Yesus
dalam melayani murid-murid, sekalipun dia dikhianati dan disangkali oleh murid-Nya
sendiri. Ketiga, memiliki keterampilan dalam menahan emosi, di sinilah seorang
pemimpin harus mengendalikan diri dalam menghadapi setiap situasi yang ada.
Keempat, seorang yang sopan (1 Kor. 14), seorang pemimpin adalah seorang yang
mengerti bagaimana cara bergaul dengan baik, karena dia merupakan sorotan dari
warga gerejanya. Kelima, seorang yang suka memberi tumpangan, yaitu seorang
yang suka membantu dan suka akan hal-hal yang baik. Keenam, seorang yang
cakap mengajar artinya seorang yang mempunyai pengetahuan mengajar,
menasehati, memberi kesaksian tentang Injil yang lebih dari warga gerejanya karena
dia adalah salah satu sumber dari pengajaran yang akan diterima oleh warga
gerejanya. Ketujuh, seorang yang bukan pemarah melainkan peramah artinya
seorang yang memiliki kepribadian yang baik di tengah warga gerejanya seorang
yang suka akan kedamaian.
Adapun kualifikasi panggilan sebagai pemimpin Kristen, pertama seorang
pemimpin Kristen sebagai seorang yang telah ditebus Allah, memiliki keyakinan
bahwa ia dipilih Allah, dan secara langsung bertanggung jawab atas umat Allah
dalam suatu kelompok (Kej. 12; Kel. 2-7; 18; Rom. 12:8, dsb). Kedua, dasar
teologis-filosofis yang harus dipahami dan harus ada pada seorang pemimpin
Kristen adalah: pemimpin Kristen harus memahami bahwa ia terpanggil sebagai
pelayan / hamba (Mrk. 10:42-45) artinya bukan mengutamakan posisi dan jabatan
melainkan tugas sebagai pelayan / hamba, pemimpin Kristen memiliki motif dasar
“membina hubungan” (Mrk. 3:13-19; Mat. 10:1-4; Luk. 6:12-16) dan “mengutamakan
142
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
143
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
yang baik,
disegani dan
dihormati
Suka memberi
tumpangan
Tidak serakah
/ hamba uang
Seorang
kepala
keluarga yang
baik, disegani
dan dihormati
Bukan
peminum
144
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
sangat rendah hati. Kerendahan hati Epafras nampak ketika dia mengalami
kesulitan dalam merawat jemaat Kolose, dia meminta tolong/meminta
nasihat/berkonsultasi kepada Paulus. Ia merasa perlu untuk menerima nasihat dari
seseorang yang lebih berpengalaman. Keempat, ia seorang yang rela berkorban
bagi kemajuan Injil. Kerelaannya dalam berkorban nampak ketika dia menjumpai
Paulus di Penjara (menempuh perjalanan jauh ke Roma), dan rela di penjara demi
kemajuan Injil (Flm. 1:23). Kelima, Hamba Tuhan yang memiliki kepedulian atas
kerohanian yang dilayaninya. Dalam Kolose 4:12 dikatakan bahwa ia selalu
bergumul dalam doanya. "Bergumul" (Yun. agonizo) menunjukkan keinginan yang
kuat, berjuang atau berusaha keras dalam doa.
Sejatinya Pemimpin Kristen / pejabat gereja harus menjadikan Yesus
sebagai teladan dalam kepemimpinannya. Yesus adalah pemimpin yang sempurna
secara insani dan ilahi. Berdasarkan penelitian Weol dan Nainggolan (2020:38-55)
terhadap teks Injil Yohanes pasal 20-21 ditemukan bahwa: Pertama,
kepemimpinan Tuhan Yesus adalah memulihkan (recovery). Kedua,
kepemimpinan Tuhan Yesus adalah memperdamaikan (rekonsiliasi). Ketiga,
kepemimpinan Tuhan Yesus adalah mengkonsolidasi. Keempat, kepemimpinan
Tuhan Yesus adalah mendelegasikan tugas. Gaya kepemimpinan Tuhan Yesus
dalam Alkitab merupakan acuan kepemimpinan Kristen di segala abad dan tempat.
Diyakini bahwa jika Yesus dan firman-Nya dijadikan sebagai pedoman
kepemimpinan para pejabat gereja secara teoritis dan pragmatis, maka mereka
akan mendemonstrasikan gaya kepemimpinan yang berkualitas, tentunya dapat
memenuhi kualifikasi seorang pemimpin yang mempuni.
CONCLUSION
Kualitas pemimpin Kristen yang dipaparkan dalam 1 Timotius 3:1-7 adalah
standar mutu yang masih relevan dan kontekstual untuk diterapkan oleh pemimpin
Kristen di masa kini dan mendatang. Pejabat gerejawi yang adalah pemimpin
Kristen merupakan pekerjaan indah dan mulia, maka ia haruslah memiliki 5 (lima) K,
kualitas spritualitas, kepribadian, kognitif, sosial dan profesionalisme agar mampu
memimpin orang yang dipimpinnya ke dalam kedewasaan secara holistik,
145
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
CONFLICT OF INTEREST
Penulis menyatakan bahwa dalam penerbitan artikel ini pada Jurnal
Magenang tidak memiliki konflik kepentingan antara penulis dengan pengelola
jurnal. Semua proses, mulai dari submit, review, copyediting dan publikasi
dilaksanakan bersesuaian dengan kaidah yang berlaku. Baik pengelola jurnal
Magenang dan peneliti / penulis artikel tetap menjaga kejujuran akademis.
ACKNOWLEDGEMENT
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pengelola perpustakaan IAKN
Manado dan pengurus perpustakaan Orahua Niha Keriso Protestan (ONKP) Nias
yang telah memfasilitasi penulis untuk memperoleh sumber primer dan sekunder
dalam penelitian dan penulisan artikel ini. Penulis juga berterima kasih kepada rekan
kerja yang tidak dapat disebutkan satu persatu sebagai pribadi yang memperkaya,
memperlengkapi dan mempertajam pikiran penulis sehingga karya ilmiah ini dapat
diselesaikan dengan baik.
REFERENCES
Airhart, E, A. (1969). Beacon Bible Commentary, Vol. IX. USA, Beacon Hill Press.
Lay, A,(2001). Kepemimpinan yang Efektif dalam Pelayanan. Bandungan: Yayasan
PESAT. Makalah Persekutuan dan Pelatihan Pelayanan PESAT
Bangun, Y, (2010). Integritas Pemimpin Pastoral. Yogyakarta: Yayasan Andi.
Brown, W. R. F. Kamus Alkitab. Jakarta: Gunung Mulia.
Budiman, R. (2011). Surat-Surat Pastoral 1 & 2 Timotius dan Titus. Jakarta: BPK
146
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
Gunung Mulia.
Darmawan, I, P,A, & Asriningsari, . (2018). Buku Ajar Penulisan Karya Ilmiah,
Ungaran. SekolahTinggi Teologi Simpson.
Djadi, J. (2009). Kepemimpinan Kristen Yang Efektif‟,Jurnal Jaffray: vol. 7, no. 1, h.
16-30.
Drane, J. (2005). Introducing the New Testament,Memahami Perjanjian Baru:
Pengantar Historis-Teologis, Jakarta: Gunung Mulia.
Gangel, , K. (2001). Membina Pemimpin Pendidikan Kristen. Malang: Gandum Mas.
Hakh, S, B. (2010). Perjanjian Baru. Bandung: Bina Media Informasi.
Hammond, J. (2003). Leader Kepemimpinan Yang Sukses. Jakarta: Metanoia.
Sine, H., & Nainggolan, A. M. . (2021). Menelaah Kehendak Allah Bagi Orang
Percaya Berdasarkan Roma 12:2. Tumou Tou , 8(2), 104-117.
https://doi.org/10.51667/tt.v8i2.501.
Yusuf Slamet Handoko, & Alon Mandimpu Nainggolan. (2021). Peran Fungsi
Pengorganisasian dalam Peningkatan Kinerja Staf Gereja di GPDI Mahanaim
Tegal (Sebuah Kajian Teologis). DA‟AT : Jurnal Teologi Kristen, 2(2), 1-13.
Retrieved from https://ejournal-iakn-
manado.ac.id/index.php/daat/article/view/519.
Harrison, F, E. (1988). Baker‟s Dictionary of Theology. Michigan: Baker Book House.
Lembaga Alkitab Indonesia. (2010). Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan.
Malang: Gandum Mas.
MacArthur, J. (2011). Kitab Kepemimpinan. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Nainggolan, Alon Mandimpu, Labobar Feni Yuni (2021). Menggagas
Penggunaan Benih dalam Perayaan Paskah: Analisis Biblikal
Yohanes 12:20-26. Epigraphe: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani.
Vol. 5 No. 1.
http://www.stttorsina.ac.id/jurnal/index.php/epigraphe/article/view/239.
http://dx.doi.org/10.33991/epigraphe.v5i1.239.
Weol, Wolter, Nainggolan, Alon M., Perilaku Kepemimpinan Tuhan Yesus
147
Alon Mandimpu Nainggolan, Elisabet Hia, 2 (2), 128-148
148