Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Nim : 2001011248
Kelas : 5D
Mata Kuliah : Undang undang dan Etika Kesehatan
Peranan dan tanggung jawab apoteker di rumah sakit,apotik dan industri farmasi
-Di Rumah sakit :
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dinyatakan bahwa
Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu, bermanfaat,
aman, dan terjangkau. Selanjutnya dinyatakan bahwa pelayanan Sediaan Farmasi di Rumah
Sakit harus mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian yang selanjutnya diamanahkan untuk
diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian juga
dinyatakan bahwa dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan Standar Pelayanan Kefarmasian yang
diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan.
Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk merealisasikan perluasan
paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien. Untuk itu
kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara terus menerus agar perubahan paradigma
tersebut dapat diimplementasikan. Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar
dari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk tuntutan hukum. Dengan demikian, para
Apoteker Indonesia dapat berkompetisi dan menjadi tuan rumah di negara sendiri.
Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan
perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus
kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi
yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
Adapun beberapa tugas dan tanggung jawab menjadi seorang Apoteker di Rumah Sakit
adalah sebagai berikut:
• Meracik obat sesuai dengan resep dokter, serta mengawasi pembuatan obat-obatan
yang aman dan tidak berbahaya untuk pasien di rumah sakit
• Mengawasi, memantau dan mendistribusikan kebutuhan obat ke seluruh pelayanan
rumah sakit, Anda harus memastikan bahwa stok dan suplai obat tidak mengalami
kendala
• Menyeleksi obat-obatan yang masih bisa digunakan serta obat-obatan yang sudah
memasuki masa kadaluarsa
• Membuat catatan dan melakukan pembukuan terkait dengan pengadaan obat,
penggunaan atau menghitung stok obat yang ada di rumah sakit
• Memberikan informasi tentang obat kepada dokter dan perawat yang ada di rumah
sakit
• Menjaga dan merawat fasilitas apotek di rumah sakit
• Memberikan training kepada para junior atau perawat yang baru bekerja
• Memberikan komisi penasehat yang bertugas untuk memberikan nasehat kepada tim
medis sesuai dengan aturan yang berlaku
• Menyelesaikan semua masalah yang mungkin timbul karena penggunaan obat di
rumah sakit
• Menjelaskan cara penggunaan obat atau cara mengkonsumsi obat yang tepat, reaksi
yang dapat ditimbulkan setelah mengkonsumsi obat serta hal penting lainnya yang
perlu diketahui oleh pasien
-Di Apotik :
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 apotek merupakan suatu tempat dimana
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat. Fungsi dan tugas
dari apotek yaitu tempat menyalurkan pembekalan farmasi yang harus menyebarkan obat
yang dibutuhkan masyarakat secara luas, tempat farmasi melakukan peracikan obat,
pengubahan bentuk, pencampuran obat dan penyerahan obat. Dan apotek juga merupakan
tempat pengabdian seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan (Romdhoni,
2009).
Menurut PP RI Nomor 51 Tahun 2009 tenaga kefarmasian khususnya seorang apoteker harus
memiliki kompetensi dalam melayani pasien. Kompetensi yang harus dimiliki antara lain
seorang apoteker diwajibkan melakukan praktik kefarmasian secara profesional, mampu
untuk menyelesaikan masalah terkait dengan kesalahan penggunaan sediaan farmasi, mampu
memproduksi sediaan farmasi dan memformulasikan sesuai dengan standar yang berlaku,
mempunyai kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berhubungan langsung dengan kefarmasian dan kompetensi yang harus dimiliki seorang
apoteker yaitu mampu berkontribusi dalam hal promotif dan preventif kesehatan masyarakat.
Dengan semua keahlian yang dimilki oleh seorang apoteker maka akan dibantu oleh Tenaga
Teknis Kesehatan (TTK) yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan Analis
Farmasi dalam melakukan pelayanan kefarmasian kepada pasien yang sesuai dengan
Permenkes RI Nomor 73 tahun 2016
Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Kefarmasian Menurut Permenkes Nomor 9 Tahun 2017
Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek yang
terdiri dari Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
Apoteker Menurut Suronoto (2014) pimpinan sebuah apotek adalah seorang Apoteker/
Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang memiliki tanggung jawab atas segala kegiatan yang
berada di apotek. Seorang APA dalam mengelola apotek harus memiliki Surat Izin Kerja
(SIK) dan menurut PP RI Nomor 51 Tahun 2009 tentang perubahan kefarmasian yang
berubah menjadi Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA). Tugas dan tanggung jawab seorang
apoteker pengelola di apotek yaitu sebagai berikut :
1) Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian di apotek sesuai dengan fungsinya dan
mematuhi segala kebutuhan yang sesuai dengan undang-undang di bidang apotek yang
berlaku.
2) Memimpin segala kegiatan manajerial di apotek termasuk mengkoordinasi tenaga lainnya
dan mengawasi serta mengatur jadwal kerja, membagi tugas yang dilakukan setiap tenaga
karyawan (job description) dan tanggung jawab yang diberikan kepada masing masing
tenaga karyawan.
3) Mengawasi dan mengatur hasil penjualan di apotek setiap hari
4) Berusaha meningkatkan omset penjualan di apotek serta mengembangkan hasil usaha
sesuai dengan bidang tugasnya.
5) Berpartisipasi dalam melakukan monitor penggunaan obat
6) Melakukan pemberian Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien agar mendukung
bagaimana penggunaan obat yang rasional dalam hal memberikan informasi obat yang jelas
dan mudah dimengerti oleh pasien.
7) Mempertimbangkan usulan yang diberikan oleh tenaga karyawan lainnya untuk
memperbaiki kemajuan serta pelayanan di apotek.
-Di industri farmasi :
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 245/Menkes/SK/V/1990 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi Pasal 10, suatu
industri farmasi obat jadi dan bahan baku obat setidaknya harus mempekerjakan secara tetap
minimal tiga orang apoteker WNI sebagai manager atau penanggung jawab produksi,
pengawasan mutu (Quality Control/QC), dan pemastian mutu (Quality Assurance/QA).
Ketiga bagian ini (produksi, pengawasan mutu, dan pemastian mutu) harus dipimpin oleh
orang yang berbeda yang tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain
(indipenden) agar tidak terjadi tumpang tindih tugas dan perannya. Dari peraturan tersebut,
sudah jelas bahwa apoteker diperlukan di industri farmasi, setidaknya untuk memimpin
ketiga bagian tersebut.
Baik manager produksi, QC, maupun QA, ketiganya haruslah merupakan apoteker yang
sudah berpengalaman di industri farmasi dan memenuhi kualifikasi yang ditentukan. Oleh
karena itu, seorang apoteker yang bekerja di industri farmasi tidak serta merta dapat
menduduki posisi-posisi tersebut tetapi harus memulai karirnya dari bawah, misalnya dari
level staff.
Produksi hendaknya dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan
memenuhi ketentuan pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). CPOB sendiri
menjamin produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan
izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Oleh karena itu, bagian produksi bertugas untuk
menjalankan proses produksi sesuai prosedur yang telah ditetapkan dan sesuai dengan
ketentuan CPOB. Bagian pengawasan mutu (QC) bertanggung jawab penuh dalam seluruh
tugas pengawasan mutu mulai dari bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk
jadi. Sementara bagian pemastian mutu (QA) bertugas untuk memverifikasi seluruh
pelaksanaan proses produksi, pemastian pemenuhan persyaratan seluruh sarana penunjang
produksi, dan pelulusan produk jadi. Dalam hal ini, pemastian mutu adalah suatu konsep luas
yang mencakup semua hal yang akan mempengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan, seperti
personel, sanitasi dan higiene, bangunan, sarana penunjang, dan lain-lain.
Selain ketiga bidang tersebut masih banyak wilayah pekerjaan di industri farmasi yang juga
sebenarnya membutuhkan peran apoteker di dalamnya, antara lain:
Peran Apoteker di industri farmasi yang disarankan oleh World Health Organization (WHO),
yaitu Nine Star of Pharmacist yang meliputi :
1. Care Giver, Apoteker sebagai pemberi pelayanan dalam bentuk informasi obat, efek
samping obat dan lain-lain kepada profesi kesehatan dan masyarakat.
2. Decision maker, Apoteker sebagai pengambil keputusan yang tepat untuk
mengefisienkan dan mengefektifkan sumber daya yang ada di industri.
3. Communicator, Apoteker harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan
baik secara lisan maupun tulisan. Aplikasi kemampuan ini dilakukan saat komunikasi
antar departemen di industri farmasi.
4. Leader, Apoteker sebagai pemimpin yang berani mengambil keputusan dalam
mengatasi berbagai permasalahan di industri dan memberikan bimbingan ke
bawahannya di industri farmasi.
5. Manager, Apoteker sebagai pengelola seluruh sumber daya yang ada di industri farmasi
untuk meningkatkan output kinerja industri dari waktu ke waktu.
6. Long-life learner, Apoteker belajar terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan.
7. Teacher, Apoteker bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan dan pelatihan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dunia industri kepada operator atau karyawan
lain.
8. Researcher, Apoteker sebagai peneliti yang harus selalu melakukan riset dan
mengetahui perkembangan obat baru yang lebih baik dan bermanfaat untuk kesehatan
masyarakat.
9. Enterpreneur, Apoteker diharapkan dapat terjun menjadi wirausaha dalam
mengembangkan kemandirian serta membantu mensejahterakan masyarakat.
Peran tersebut diterapkan di dalam fungsi-fungsi industri yang diperlukan, yaitu
manajemen produksi, pemastian/manajemen mutu (Quality Assurance), pengawasan
mutu (Quality Control), registrasi produk, pemasaran produk (Product Manager), dan
pengembangan produk (Research and Development).